Skrining acak ini perlu dilakukan secara cepat, untuk mengetahui ada atau tidaknya
aktivitas biologis perlu untuk melakukan pemisahan terlebih dahulu antara senyawa
yang aktif dan tidak aktif, sehingga sesungguhnya penentuan senyawa penuntun ini
tidak hanya ahli sintesis saja yang melakukan, melainkan membutuhkan kerja sama
dengan ahli bahan alam.
b. . Uji metabolit
Selain melakukan skrining secara acak, kita bisa langsung mengetahui dari literatur,
yang memberikan informasi terkait penemuan-penemuan ilmiah, misalnya menemukan
metabolit dari suatu tanaman atau dari sumber lainnya, dari metabolit yang mana
memiliki aktivitas biologis tersebut, kita langsung dapat menjadikannya sebagai
senyawa penuntun. Berikut merupakan contohnya:
Fenasetin merupakan metabolit yang ditemukan di suatu tanaman, kemudian
dimodifikasi menjadi parasetamol.
Kalau tidak salah, metabolit protensil merah digunakan untuk pengobatan infeksi
yang mana merupakan suatu metabolit, kemudian disederhanakan menjadi
sulfanilamid dengan aktivitas yang sama yang mana merupakan hasil modifikasi
sehingga dapat disintesis secara kimiawi.
Contoh lain, ada obat golongan Sulfanilamid yang mana ditujukan sebagai
antibakteri, ternyata memiliki efek samping menurunkan kadar gula darah
(sehingga dapat dijadikan sebagai obat antidiabetes, yaitu Tolbutamid) dan
menyebabkan diuresis (sehingga dapat dijadikan sebagai obat diuretik, yaitu
Hidroklorotiazid).
d. . Studi proses dasar kehidupan
Dalam tubuh kita, terdapat banyak senyawa yang terlibat dalam fisiologis tubuh,
seperti hormon, vitamin, neurotransmitter, dan metabolit (hasil metabolisme suatu
senyawa). Berasal dari pengetahuan struktur senyawa-senyawa tersebut dan mekanisme
biosintesisnya, dapat dijadikan sebagai senyawa penuntun untuk penemuan dan
pengembangan obat berikutnya. Misalnya dalam pengembangan obat yang berperan
dalam sistem saraf simpatis, berbekal pengetahuan neurotransmitter yang terlibat dalam
sistem tersebut misalnya adrenalin, diperoleh senyawa modifikasi yang termasuk ke
dalam golongan senyawa simpatomimetik, dan sebagainya. Selain itu, dari mengetahui
biosintesis senyawa dalam tubuh, kita juga bisa mengembangkan suatu obat. Misalnya,
penyakit hipersekresi asam urat, obat untuk penyakit tersebut berupaya untuk
menghambat biosintesis asam urat agar kadarnya kembali menjadi normal. Obat yang
berperan dalam hal tersebut antara lain allopurinol dan aloksantin yang mana
merupakan senyawa modifikasi dari senyawa penuntun penghasil asam urat, yaitu
hipoxantin dan xantin.
Contoh lain adalah penemuan obat viagra untuk yang memiliki kesulitan ereksi.
Sebelumnya, viagra disintesis untuk dijadikan sebagai obat antihipertensi, tetapi
ternyata efek vasodilatasinya spesifik yaitu melebarkan pembuluh darah di organ
tersebut, sehingga viagra sekarang lebih banyak digunakan untuk yang memiliki
kesulitan dalam hal tersebut.
Viagra, sumber gambar: kiathidupsehat.wordpress.com
Ada lagi contoh yang lain, yaitu senyawa turunan 2,4-benzodiazepin yang lebih
dikenal sebagai klordiazepoxide, awalnya tidak dikira akan dihasilkan senyawa ini
karena sesungguhnya rencana awalnya adalah untuk mendapatkan senyawa yang
berwarna merah seperti pada gambar di bawah ini, namun karena tidak juga
bereaksi, akhirnya didiamkan berhari-hari, tanpa disangka-sangka, ternyata
dihasilkan senyawa yang lain yang setelah diuji aktivitas ternyata memiliki
aktivitas penenang.
I. Virtual screening
Merupakan penentuan senyawa penuntun menggunakan program komputer. Kita
memang bisa banyak melakukan molecular docking menggunakan aplikasi
komputer, tetapi perlu diingat bahwa mensintesisnya secara nyata tidaklah mudah.
Kelebihannya menggunakan aplikasi atau program komputer ini adalah peneliti
dapot melakukan claim atas hasil sintesis dari penggunaan program komputer
tersebut. Tentunya tidak sembarangan, harus ada semacam jaminan yang
menerangkan landasan sintesis tersebut, misalnya dari literatur tertentu.
2. Prinsip penemuan obat adalah menemukan adanya aktivitas biologis dari suatu
senyawa , namun apabila aktivitasnya terlalu banyak atau berinteraksi terlalu
banyak dengan reseptor , dapat menjadi tidak bagus karena dapat memungkinkan
munculna efek yang tidak diinginkan . oleh karena itu, dalam hal ini diperlukan
adanya modifikasi molekul yang mana hasil dari modefikasi diharpkan
menghasilkan senawa yang memiliki tingkat keamanaan tinggi dan aktivitas yang
rendah . modiikasi juga dilakukan agar dapat diterima oleh semua orang , misalnya
tidak hanya dapat diberikan secara injeksi tapi juga melalui rute pemberian obat
lainnya.