Anda di halaman 1dari 63

i

PROPOSAL MINI RESEARCH

STUDI KUALITATIF ADAPTASI PASIEN DAN PERAWAT DALAM

PELAKSANAAN HEMODIALISA DIMASA PANDEMIC

COVID-19 TAHUN 2020

Disusun Oleh:

Agnes Candra Mita (1904040)

Kartika Yulianti (1904067)

Maria Septi Nirmala ( 1904071)

Ni Wayan Gari Suandewi (1904074)

Oshin Marsella (1904075)

Yendri Prisska Hardyanti (1904093)

Yogi Natanael (1904094)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES BETHESDA YAKKUM

10 YOGYAKARTA

2020

i
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Penelitian : Studi Kualitatif Adaptasi Pasien dan Perawat dalam


Pelaksanaan Hemodialisa Dimasa Pandemic
COVID-19 Tahun 2020
5 Peneliti
a. Nama Lengkap : Nimsi Melati, S.Kep., Ns., MAN
b. Program Studi : Prodi Sarjana Keperawatan
c. Perguruan Tinggi : STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta
d. Nomor HP : 085643207208
10 e. Alamat Surat (e-mail) : nimsi@stikesbethesda.ac.id
Anggota Peneliti (1)
a. Nama Lengkap : Agnes Candra Mita, S.Kep
b. Perguruan Tinggi : STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta
Anggota Penliti (2)
15 a. Nama Lengkap : Kartika Yulianti, S.Kep
b. Perguruan Tinggi : STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta
Anggota Peneliti (3)
a. Nama Lengkap : Maria Septi Nirmala, S.Kep
b. Perguruan tinggi : STIKES Bethesda Yakkum Yogayakarta
20 Anggota Peneliti (4)
a. Nama Lengkap : Ni Wayan Gari Suandewi, S.Kep
b. Perguruan tinggi : STIKES Bethesda Yakkum Yogayakarta
Anggota Peneliti (5)
a. Nama Lengkap : Oshin Marsella, S.Kep
25 b. Perguruan tinggi : STIKES Bethesda Yakkum Yogayakarta
Anggota Peneliti (6)
a. Nama Lengkap : Yendri Prisska Hardyanti, S.Kep
b. Perguruan tinggi : STIKES Bethesda Yakkum Yogayakarta
Anggota Peneliti (7)
30 a. Nama Lengkap : Yogi Natanael, S.Kep
b. Perguruan tinggi : STIKES Bethesda Yakkum Yogayakarta

35

Yogyakarta, September 2020


40

ii
iii

Wakil Ketua I Bidang Akademik Ketua Peneliti

(Nurlia Ikaningtyas, S.Kep., Ns., M. Kep., MB (Nimsi Melati, S. Kep.,Ns.,MAN)

Menyetujui
Ketua STIKES Bethesda Yakkum

(Vivi Retno Intening, S.Kep., Ns., MAN)

10

PRAKATA

iii
iv

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatnya sehingga

peneliti dapat menyelesaikan mini research dengan judul “Studi Kualitatif

Adaptasi Pasien dan Perawat dalam Pelaksanaan Hemodialisa Dimasa Pandemic

COVID-19 Tahun 2020 ”. Mini research ini disusun untuk memenuhi salah satu

5 syarat dalam stase meminatan.

Selama proses penyusunan mini research ini, peneliti banyak mendapat bantuan

dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu peneliti mengucapkan terimakasih

kepada yang terhormat :

1. Ibu Vivi Retno Intening, S.Kep., Ns., MAN., selaku Ketua STIKES Bethesda

10 Yakkum Yogyakarta.

2. Ibu Nurlia Ikaningtyas, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.MB selaku Wakil Ketua

I Bidang Akademik STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta

3. Ibu Ethic Palupi, S.Kep.,Ns., MNS., selaku Ketua Prodi Pendidikan Profesi

Ners

15 4. Ibu Nimsi Melati, S.Kep.,Ns.,MAN., selaku Pembimbing yang luar biasa

yang selalu menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing

peneliti dalam penyusunan mini research

5. Bapak dan Ibu dosen STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta yang telah

memberikan bekal yang sangat berarti bagi peneliti.

20 6. Perawat dan pasien di Unit Hemodialisa

7. Teman-teman Prodi Pendidikan Profesi Ners Angkatan XI

iv
v

8. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan mini research ini dan tidak

dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam penyusunan mini research ini masih banyak

kekurangan, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

5 membangun dari semua pihak demi perbaikan selanjutnya. Semoga mini research

ini dapat bermanfaat sebagai dasar penelitian.

Yogyakarta, September 2020

Team Penulis

10

15

20 DAFTAR ISI

v
vi

HALAMAN JUDUL........................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................

5 DAFTAR ISI....................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………

B. Tujuan Penelitian…………………………………………………

C. Luaran………………………………………………………

10 BAB II KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

B.

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode penelitian………………………………………………..

15 B. Populasidan Sampel………………………………………………

C. Instrumen…………………………………………………………

D. Analisis data………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA

vi
vii

LAMPIRAN

vii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

5 Chronic Kidney Disease (CKD) merupakan penurunan fungsi ginjal yang

terjadi selama lebih dari 3 bulan dengan Glomerulus Filtration Rate (GFR)

kurang dari 60 mL per menit (Himmelfarb & Ikizler, 2019). Penderita gagal

ginjal terbanyak berada pada kelompok usia 45-54 tahun sebanyak 31% dan

usia 55-64 tahun sebanyak 31% dengan jenis kelamin terbanyak yaitu laki-

10 laki sedangkan peluang hidup pasien 1 bulan orang hemodialisa adalah 87.3%

lebih tinggi dibandingkan peluang hidup 1 tahun yaitu sebesar 46.7%. jumlah

penderita yang menjalani hemodialisa secara rutin meningkat setiap tahun

(IRR, 2014).

15 Hemodialisa merupakan suatu metode pengobatan untuk gagal ginjal akut

maupun kronik yang dilakukan melalui proses pengoreksian dan pembuangan

sisa metabolisme tubuh melalui mesin dialisis bagi pasien gagal ginjal

terminal (Sulistyaningrum & Noer’aini, 2020). Report of Indonesia Register

(2017) menyatakan bahwa jumlah pasien baru menjalani hemodialiasa tahun

20 2017 yaitu 30.831 dan pasien aktif yaitu 77.892. Data Riset Kesehatan Dasar

tahun 2018 menunjukkan pravelensi penderitta Gagal Ginjal tahun 2013

sebesar 2% atau 2 per 100 penduduk meningkat menjadi 3,8% pada tahun

2018, DIY menempati urutan ketiga setelah provinsi DKI dan Bali.
Penyebaran penyakit yang disebabkan oleh virus COVID-19 yang telah

ditetapkan sebagai pandemi oleh WHO pada tanggal 12 Maret 2020. Tanda

gejala umumnya infeksi coronavirus antara lain gejala gangguan pernafasan

5 akut seperti demam, batuk dan sesak nafas. Pada kasus yang berat dapat

menyebabkan pneumonia, syndrome pernafasan akut, gagal ginjal sampai

kematian (Kemenkes RI, 2020). Data secara Global sebanyak 20.837.913

orang diantara jumlah tersebut dinyatakan berhasil sembuh, 924.799 jiwa

meninggal dunia, dan 28.3956.694 pasien terkonfirmasi. Berdasarkan data

10 Kementerian kesehatan Republik Indonesia tahun 2020 bahwa jumlah kasus

terkonfirmasi postif COVID-19 di Indonesia sampai pada tanggal 13

September 2020 menjadi 214.757 kasus dengan 152.458 sembuh dan 8.650

meninggal.

15 Tenaga kesehatan salah satunya yaitu perawat berperan penting dalam

memberikan tanggap terhadap wabah COVID-19, dalam masa pandemi

COVID-19 ini perawat berperan penting dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat yang mana pelayanan tersebut dapat menjadi berisiko

apabila perawat tidak menerapkan protokol kesehatan di masa adaptasi era

20 new normal, begitupun dengan pasien yang menjalani pengobatan

hemodialisa harus menjalani dan beradaptasi dengan kebijakan era new

normal COVID-19. Perawat mempunyai peran pemberi layanan dimana


membantu pasien kembali memperoleh kesehatan dan kehidupan mandiri

yang optimal (Potter dan Perry, 2010).

Berdasarkan survey yang dilakukan dengan sistem online kepada seorang

5 pasien yang rutin menjalani hemodialisis pada tanggal 12 September 2020

mengatakan takut untuk ke Rumah Sakit pada masa pandemi karena pasien

menyadari kalau sistem imun tidak seperti orang sehat tetapi tetap harus

datang ke Rumah Sakit untuk cuci darah. Perawat yang berkerja di unit

hemodialisa mengatakan cemas selama masa COVID-19. Protokol saat pasien

10 datang ke rumah sakit sudah memakai masker tetapi selama proses

hemodialisa dilakukan, masker yang digunakan dilepas dan pasien

hemodialisa melakukan percakapan dengan pasien lain tanpa menggunakan

masker.

15 Berdasarkan fenomena yang di temukan, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian studi kualitatif adaptasi pasien dan perawat dalam

pelaksanaan hemodialisa dimasa pandemic COVID-19 Tahun 2020.

B. Tujuan Penelitian

20 Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Gambaran Adaptasi Pasien dan

Perawat dalam Pelaksanaan Hemodialisa Dimasa Pandemic COVID-19

Tahun 2020
C. Luaran

Hasil penelitian ini akan diterbitkan di jurnal nasional terakreditasi

10

15

20
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Teori Gagal Ginjal

5 1. Definisi Gagal Ginjal Kronik (GGK)

GGK merupakan penurunan fungsi ginjal yang progresif dimana

jaringan atau fungsi jaringan tidak dapat dikembalikan atau dipulihkan

(Black & Hawks, 2014).

Chronic Kidney Disease (CKD) adalah kelainan struktur fungsi ginjal,

10 yang berpotensi dapat menyebabkan hilangnya fungsi ginjal secara

progresif, CKD merupakan penurunan fungsi ginjal yang terjadi

selama lebih dari 3 bulan dengan Glomerulus Filtration Rate (GFR)

kurang dari 60 mL per menit (Himmelfarb & Ikizler, 2019 )

15 2. Anatomi Fisiologi Ginjal

Ginjal terletak di bagian belakang abdomen atas, di belakang

peritonium di depan dua kosta terakhir dan tiga oto-otot besar

tranversus abdominalis, kuadratus lumborum dan psoas mayor. Ginjal

dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak yang tebal.

20 Di sebelah posterior dilindungi oleh kosta dan otot-otot yang meliputi

kosta, sedangkan di anterior dilindungi oleh bantalan yang tebal

(Haryono, 2013).
Pada orang dewasa panjang ginjal 12-13 cm, lebarnya 6 cm dan

beratnya antara 120-150 grm.Ukurannya tidak berbeda menurut

bentuk dan ukuran tubuh. Sebanyak 95% orang dewasa memiliki jarak

antara katup ginjal antara 11-15 cm. Perbedaan panjang kedua ginjal

5 lebih dari 1.5 cm atau perubahan bentuk merupakan tanda yang pentig

karena kebnyakan penyakit jinjal dimanifestasikan dengan perubahan

struktur. Permukaan anterior dan posterior katup atas dan bawah serta

pinggir lateral ginjal berbentuk konveks, sedangkan pinggir medialnya

berbentuk konkaf karena adanya hilus. Ada beberapa struktur yang

10 masuk atau keluar dari ginjal melalui hilus antara lain arteri dan vena

renalis, saraf dan pembuluh darah bening. Ginjal diliputi oleh kapsula

tribosa tipis mengkilat, yang berikatan longgar dengan jaringan di

bawahnya dan dapat dilepaskan dengan mudah dari permukaan ginjal.

Bila ginjal kita iris memanjang, akan tampak bahwa ginjal terdiri dari

15 tiga bagian, yaitu bagian kulit (Korteks), Sumsum ginjal (medulla),

dan bagian rongga ginjal (Pelvis renalis).


GambarGinjal

Sumber : Syaifuddin, 2011

a. Kulit Ginjal (Korteks)

Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan

penyaringan darah yang disebut nefron.Pada tempat penyaringan

darah ini banyak mengandung kapiler-kapiler darah yang tersusun

10 bergumpal-gumlpal disebut gromeulus.Tiap glomerulus dengan

simpai bownman disebut badan Malpighi. Penyaringan darah

terjadi pada badan Malpighi, yaitu di antara glomerulus dan

simpai bownman. Dan zat-zat yang terlarut dalam darah akan

masuk ke dalam simpai bownman. Dari sini zat-zat tersebut akan

15 menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai

bownman yang terletak di dalam sumsum ginjal.


Unit fungsional ginjal adalah nefron. Pada manusia setiap ginjal

mengandung 1- 1,5 juta nefron yang pada dasarnya mempunyai

struktur dan fungsi yang sama. Nefron dibagi dalam dua jenis

yaitu:

5 1) Nefron Kortikalisyaitu nefron yang glomerulinya terletak

pada bagian luar dari korteks dengan lengkungan henle yang

pendek dan tetap berada pada korteks atau mengadakan

penetrasinya hanya sampai ke zona luar dari medula.

2) Nefron Juxtamedullaris yaitu nefron yang glomerulinya

10 terletak pada bagian dalam dari korteks-medula dengan

lengkungan henle yang panjang dan turun jauh ke dalam zona

dalam dari medulla, sebelum berbalik dan kembali ke

korteks.

Bagian - bagian nefron terdiri dari dari grlomerulus, kapsula

15 bownman, tubulus dan duktus pengumpul

a) Glomerulus

Glomerulus adalah bagian ginjal yang merupakan

anyaman pembuluh darah kapiler khusus yang

dindingnya bertaut menjadi satu dengan dinding kapsula

20 bowman. Glomerulus ginjal berfungsi untuk menyaring

darah, hasil saringan glomerulus adalah urin primer yang

mengandung air, garam, asam amino, glukosa, urea, dan

zat – zat lain. Molekul besar dalam darah seperti sel


darah dan protein tidak mampu melewati penyaringan ini

sehingga tidak terdapat dalam urin. Hasil penyaringan ini

kemudian akan ditampung oleh kapsula bowman.

b) Kapsula Bownman

5 Adalah struktur kantong yang terletak pada permulaan

dari komponen tubulus dari sebuah nefron pada

ginjalmamalia. Sebuah glomerulus dibungkus kantung

tersebut.Cairan dari darah pada glomerulus dikumpulkan

di kapsula Bowman. Cairan ini nantinya akan diproses

10 menjadi urin.

c) Tubulus

Tubulus terbagi menjadi 3 (tiga) bagian (Haryono, 2013)

(1) Tubulus Proksimal

Adalah bagian nefron di dalam ginjal yang

15 merupakan saluran berkelok-kelok, berhubungan

langsung dengan kapsula bowman, dan berakhir

sebagai saluran yang lurus di medula ginjal (Ansa

henle Desenden). Tubulus Kontortus Proksimal

berfungsi sebagai tempat terjadinya penyerapan

20 kembali (reabsorpsi) zat – zat yang diperlukan oleh

tubuh, Proses reabsorpsi akan mengurangi isi filtrat

glomerulus sekitar 80 – 85 persen. Urin Hasil

Reabsorpsi dari proses ini disebut Urin Sekunder.


Mukosa Tubulus Kontortus Proksimal dilapisi oleh

sel selapis kuboid dengan inti sel bulat, biru, dan

biasanya letaknya saling berjauhan satu sama lain.

(2) Tubulus Henle

5 Tubulus Henle adalah bagian nefron dalam ginjal

berbentuk seperti huruf U yang menghubungkan

antara tubulus kontortus proksimal dengan tubulus

kontortus distal. Lengkung Henle berfungsi untuk

membuat cairan di medula ginjal dalam konsentrasi

10 asam, karena pada Lengkung Henle terdapat NaCl

(Garam) dalam konsentrasi tinggi, sehingga cairan

dalam lengkung henle selalu dalam keadaan

hipertonik. Ansa Henle juga berfungsi untuk

memekatkan atau mengencerkan urin, karena terjadi

15 proses rearbsorpsi di dalamnya. Lengkung Henle

terbagi menjadi 2 bagian , yaitu :

(a) Lengkung Henle Desenden (Melengkung Ke

bawah)

Bagian dinding Ansa Henle desenden (turun)

20 permeabel terhadap air dan ion-ion namun

impermeabel terhadap Na dan Klorida. Artinya

pada saat Urin melewati bagian ini air akan

keluar dari dindingnya.


(b) Lengkung Henle Asenden (Melengkung ke

atas)

Bagian dinding Ansa Henle Asenden (Naik)

permeabel terhadap Na dan Kloria, namun

5 Impermeabel terhadap air. Artinya pada saat

urin melewati bagian ini air akan tetap berada

dalam dinding, sedangkan Natrium dan

Klorida akan keluar dari dinding sesuai dengan

kebutuhan tubuh.

10 (c) Tubulus Distal

Tubulus distal berfungsi dalam reabsorbsi dan

sekresi zat-zat tertentu.

d) Duktus Pengumpul (duktus kolektifus)

Suatu duktus pengumpul menerima cairan dari delapan

15 nefron yang berlainan.Setiap duktus pengumpul

terbenam ke dalam medulla untuk menggosokan cairan

isinya (urin) ke dalam pelvis ginjal.

b. Sumsum ginjal (Medulla)

Sumsum ginjal adalah lapisan dalam dari ginjal.Medula Ginjal

20 berfungsi sebagai tempat pengumpulan urin, Reabsropsi

(penyerapan kembali zat yang dibutuhkan tubuh), dan augmentasi

(pelepasan zat yang berlebihan atau tidak berguna ke dalam urin).

Medula Ginjal disusun oleh struktur berbentuk piramid yang


mengandung banyak pembuluh darah, bagian ini berfungsi untuk

mengumpulkan urin. Pada Medula ginjal terdapat saluran yang

merupakan lanjutan dari saluran yang ada di korteks, yaitu

Lengkung henle yang berfungsi dalam proses reabsorpsi dan

5 pengaturan konsentrasi urin. Cairan yang terkumpul pada Medula

ginjal ini kemudian akan disalurkan menuju Pelvis Renalis

(Rongga Ginjal).

c. Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)

Rongga ginjal adalah tempat bermuaranya tubulus ginjal. Pelvis

10 Ginjal berfungsi sebagai tempat penampungan urin dan membawa

urin tersebut ke ureter. Urin dariureter akan dibawa ke kandung

kemih dan disimpan sementara pada kandung kemih sampai

waktunya dikeluarkan melalui Uretra.

Fungsi Ginjal

15 Ginjal Memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1) Menyaring Darah; Konsumsi makanan yang kita makan

setiap hari sebagai penghasil energi setelah melalui proses

pencernaan pastilah akan menghasilkan banyak zat sisa dan

limbah serta racun atau toksin. Zat-zat tersebutlah yang akan

20 dikeluarkan oleh ginjal karena jika tidak maka akan sangat

berbahaya bagi tubuh kita.


Berikut adalah 3 proses pembentukan urine.

a) Filtrasi (Penyaringan)

Pengaruh Hormon ADH pada pembentukan urine filtrasi

merupakan perpindahan cairan dari glomelurus menuju

5 ke ruang kapsula bowman dengan menembus membran

filtrasi.Membran filtrasi terdiri dari tiga lapisan, yaitu sel

endotelium glomelurus, membran basiler, dan epitel

kapsula bowman. Tahap ini adalah proses pertama dalam

pembentukan urine. Darah dari arteriol masuk ke dalam

10 glomerulus dan kandungan air, glukosa, urea, garam,

urea, asam amino,lolos ke penyaringan dan menuju ke

tubulus. Glomerulus adalah kapiler darah yang

bergelung-gelung di dalam kapsula bowman.Ukuran

saringan pada glomerulus membuat protein dan sel darah

15 tidak bisa masuk ke tubulus. Pada glomerulus terdapat

sel-sel endotelium yang berfungsi untuk memudahkan

proses penyaringan.

Filtrasi menghasilkan urine primer/filtrat glomerulus

yang masih mengandung zat-zat yang masih bermanfaat

20 seperti glukosa, garam, dan asam amino. Urin primer

mengandung zat yang hampir sama dengan cairan yang

menembus kapiler menuju ke ruang antar sel. Dalam

keadaan normal, urin primer tidak mengandung eritrosit,


tetapi mengandung protein yang kadarnya kurang dari

0,03%.

Kandungan elektrolit (senyawa yang larutannya

merupakan pengantar listrik) dan kristaloid (kristal halus

5 yang terbentuk dari protein) dari urin primer juga hampir

sama dengan cairan jaringan. Kadar anion di dalam urin

primer termasuk ion Cl- dan ion HCO3-, lebih tinggi 5%

daripada kadar anion plasma, sedangkan kadar kationnya

lebih rendah 5% daripada kation plasma. selain itu urin

10 primer mengandung glukosa, garam-garam, natrium,

kalium, dan asam amino.

b) Reabsorpsi (Penyerapan Kembali)

Reabsorpsi terjadi di dalam tubulus kontortus proksimal

dan dilakukan oleh sel-sel epitelium di tubulus tersebut.

15 Fungsinya adalah untuk menyerap kembali zat-zat di

urine primer yang masih bermanfaat bagi tubuh seperti

glukosa, asam amino, ion-ion Na+, K+, Ca, 2+, Cl-,

HCO3-, dan HbO42-. Air akan diserap kembali melalui

proses osmosis di tubulus dan lengkung henle. Zat-zat

20 yang masih berguna itu akan masuk ke pembuluh darah

yang mengelilingi tubulus. Hasil dari reabsorpsi adalah

urine sekunder/filtrat tubulus yang kadar ureanya lebih

tinggi dari urine primer. Urine sekunder masuk ke


lengkung henle.Pada tahap ini terjadi osmosis air di

lengkung henle desenden sehingga volume urin sekunder

berkurang dan menjadi pekat.Ketika urine sekunder

mencapai lengkung henle asenden, garam Na+ dipompa

5 keluar dari tubulus, sehingga urea menjadi lebih pekat.

c) Augmentasi (Pengumpulan)

Setelah melewati lengkung henle, urine sekunder akan

memasuki tahap augmentasi yang terjadi di tubulus

kontortus distal. Disini akan terjadi pengeluaran zat sisa

10 oleh darah seperti H+, K+, NH3, dan kreatinin. Ion H+

dikeluarkan untuk menjaga pH darah.Proses augmentasi

menghasilkan urine sesungguhnya yang sedikit

mengandung air.Urine sesungguhnya mengandung urea,

asam urine, amonia, sisa-sisa pembongkaran protein, dan

15 zat-zat yang berlebihan dalam darah seperti vitamin,

obat-obatan, hormon, serta garam mineral. Kemudian

urine sesungguhnya akan menuju tubulus kolektivus

untuk dibawa menuju pelvis yang kemudian menuju

kandung kemih (vesika urinaria) melalui ureter. Urine

20 inilah yang akan keluar menuju tubuh melalui uretra.

Urine adalah hasil ekskresi dari penyaringan ginjal.

Urine mengandung zat-zat yang sudah tidak diperlukan

bagi tubuh atau yang kadarnya melebihi batas


normal.Kandungan utama urine adalah air, urea, dan

amonia. Terdapat tiga proses pembentukan urine yaitu

filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi.

2) Menjaga Keseimbangan Air dalam Tubuh

5 Ginjal setiap hari mengeluarkan sekitar 2 liter air dari dalam

tubuh. Sebagian air dikeluarkan supaya tidak terjadi

kelebihan air di dalam darah. Jika kelebihan, maka darah

akan mengencer dan sangat berbahaya bagi tubuh. Tubuh

menjaga keseimbangan air dengan mempertahankan tekanan

10 osmotik ekstraseluler (di luar sel). Jika tekanan

tersebutberlebihan, maka akan dikeluarkan dari tubuh salah

satunya melalui ginjal.

3) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa;

Ginjal berfungsi untuk mempertahankan keseimbangan kadar

15 asam dan basa dari cairan tubuh dengan cara mengeluarkan

kelebihan asam/basa melalui urine.

4) Mengatur Kadar Kalium dalam Darah; Kalium (K) atau

potasium adalah mineral yang berfungsi untuk membuat

semua sel, jaringan, dan organ dalam tubuh tetap berfungsi

20 dengan baik. Kalium sangatlah penting bagi tubuh. Namun

jika kadarnya terlalu berlebihan maka akan terjadi

hiperkalemia yang dapat menyebabkan otot jantung berhenti

berdetak atau berdetak tidak beraturan. Jika kadarnya di


dalam darah kurang, maka akan terjadi kelelahan, kulit

kering, kelemahan otot, dan gerak refleks menjadi lambat.

Maka dari itu, ginjal menjadi penting karena berfungsi

sebagai pengatur kadar kalium di dalam darah dengan cara

5 membuang atau menyerap kembali kalium yang masuk ke

dalam nefron.

5) Mengekskresikan zat-zat yang merugikan bagi tubuh; Ginjal

akan mengekskresikan (mengeluarkan) zat-zat yang

merugikan bagi tubuh seperti urea, asam urat, amoniak,

10 creatinin, garam anorganik, bakteri, dan juga obat-obatan.

Jika zat tersebut tidak dikeluarkan maka akan menjadi racun

yang dapat membahayakan kesehatan di dalam tubuh.

6) Memproses Ulang Zat; Ginjal akan mengembalikan kembali

zat yang masih berguna bagi tubuh kembali menuju darah.

15 Zat tersebut berupa glukosa, garam, air, dan asam amino.

Proses pengembalian zat yang masih berguna ke dalam darah

disebut reabsorpsi.

7) Mengatur Volume Cairan dalam Darah; Ginjal dapat

mengontrol jumlah cairan darah yang dipertahnkan agar tetap

20 seimbang didalam tubuh. Tanpa adanya kontroldari ginjal

maka tubuh akan menjadi kering karena kekurangan cairan

darah atau sebaliknya, tubuh tenggelam karena kebanjiran

cairan didalam tubuh yang menumpuk tidak terbuang.


8) Mengatur Keseimbangan Kandungan Kimia dalam Darah;

Salah satu contohnya yaitu mengatur kadar garam didalam

darah.

9) Mengendalikan Kadar Gula dalam Darah; Ginjal amat

5 penting untuk mengatur kelebihan atau kekurangan gula

dalam darah dengan menggunakan hormon insulin dan

adrenalin. Ini penting untuk menghindari diabetes. Insulin

berfungsi sebagai hormon penurun kadar gula dalam darah

jika kadar gula dalam darah berlebih. Adrenalin berfungsi

10 untuk menaikkan kadar gula dalam darah jika kadar gula di

dalam darah tidak mencukupi.

10) Penghasil Zat dan Hormon; Ginjal merupakan penghasil zat

atau hormon tertentu seperti eritropoietin, kalsitriol, dan

renin. Hormon yang dihasilkan oleh ginjal yaitu hormon

15 eritroprotein atau yang disingkat dengan EPO berfungsi

untuk merangsang peningkatan laju pembentukan sel darah

merah oleh sumsum tulang. Renin berfungsi untuk mengatur

tekanan darah di dalam tubuh, sementara kalsitriol

merupakan fungsi ginjal untuk membentuk vitamin D,

20 menjaga keseimbangan kimia di dalam tubuh, serta untuk

mempertahankan kalsium di dalam tulang yang ada di dalam

tubuh.
11) Menjaga Tekanan Osmosis; Ginjal menjaga tekanan osmosis

dengan cara mengatur keseimbangan garam-garam di dalam

tubuh.

12) Menjaga pH Darah; Ginjal berfungsi sebagai penjaga kadar

5 pH darah agar tidak terlalu asam. Ginjal mempertahankan pH

plasma darah pada kisaran 7,4 melalui pertukaran ion

hidronium (Haryono, 2013).

10 Gambar Proses Pembentukan Urine

Sumber : Syaifuddin, (2011)


GambarNefron

Sumber :Syaifuddin, (2011)

5 3. Epidemiologi

Indonesian Renal Registry (IRR) sebanyak 98% penderita gagal ginjal

menjalani hemodialisa dan 2% menjalani terapi Peritoneal Dialysis

(PD). Penyebab penyakit GGK terdiri dari neuropatik diabetic 52%,

penyakit hipertensi 6%, asam urat 1%, penyakit lupus 1% (Kemenkes,

10 2018).

Menurut Riskesdas 2018 prevalensi penyakit GGK usia >15 tahun

paling tinggi terdapat di Kalimantan Utara, dan terendah Sulawesi

Barat. Yogyakarta berada pada urutan 12 dari 34 provinsi di

Indonesia, serta yang cuci darah lebih banyak di DKI Jakarta dengan

15 prevalensi 38,7%.
4. Patoflowdiagram
Infeksi Vaskuler Zat toksik Obstruksi saluran kemih

Reaksi antigen antibodi Arterioskerosis tertimbun di ginjal retensi urine Batu besar dan kasar Iritasi

Suplai darah ginjal turun menekan saraf perifer hematuria

5 Nyeri pinggang anemia

GFR turun

GGK Hemodialisa

Sekresi pasien terganggu Retensi Na Sekresi eritropoetis turun

Sindrom uremia Urokrom tertimbun di kulit Risiko gangguan Suplai nutrisi dlm produksi Hb turun

10 Perb. warna kulit Total CES naik nutrisi darah turun oksihemoglobin turun

perpospatemia Gg. keseimbangan Tekanan kapiler naik gangg. perfusi jaringan suplai O2 Intoleransi aktivitas
pruritis asam basa Vol. Interstitial naik Payah jantung kiri( CHF) bendungan atrium kiri naik
Penurunan curah
Prod. Asam naik Edema COP turun Tek. Vena Pulmonalis
jantung
GG. Integritas Preload naik Suplai O2jaringan turun
15 Kulit as. Lambung naik
Aliran darah ginjal Kapiler paru naik
Nausea, vomitus iritasi lambung Beban jantung naik Metab. Anaerob
Risiko gangguan nutrisi infeksi perdarahan RAA
Hipertrofi ventrikel kiri Edema Paru
Timbunan asam laktat naik
Mual muntah Gastritis hematemesis anemia
Retensi Na&H2O
Gangguan
Fatigue&Nyeri sendi pertukaran gas
Kelebihan volume cairan
Black & Hawks, 2014; Pricilla L, 2016 Intoleransi aktivitas
19

4. Pemeriksaan Diagnostik

a. Radiologi

Untuk menilai keadaan ginjal dan derajat komplikasi ginjal

b. Foto Polos Abdomen

5 Menilai bentuk dan besar ginjal serta adakah batu/obstruksi lain

c. Pielografi Intravena

Menilai sistem pelviokalises dan ureter, berisiko terjadi

penurunan faal ginjal pada usia lanjut, diabetes mellitus dan

nefropati asam urat

10 d. USG

Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal parenkim ginjal, anatomi

sistem pelviokalises dan ureter proksimal, kepadatan parenkim

ginjal, anatomi sistem pelviokalises dan ureter proksimal,

kandung kemih serta prostat.

15 e. Renogram

Menilai fungsi ginjal kanan dan kiri, lokasi gangguan (vaskuler,

parenkim) serta sisa fungsi ginjal (Purnomo, 2011).

5. Penatalaksanaan

20 Menurut Suwitra (2016), penatalaksanaan dari gagal ginjal yaitu :

a. Terapi Konservatif

Perubahan fungsi ginjal bersifat individu untuk setiap pasien

(CKD) dan lama terapi konservatif bervariasi dari bulan sampai


20

tahun. sedang Kerusakan ginjal dengan GFR berat 15-29, Gagal

ginjal ≤ 15.

Tujuan terapi konservatif:

1) Mencegah memburuknya fungsi ginjal secara profresi

5 2) Meringankan keluhan-keluhan akibat akumulasi toksik

asotemia

3) Mempertahankan dan memperbaiki metabolisme secara

optimal

4) Memelihara keseimbangan cairan dan elektrolit.

10 Prinsip terapi konservatif:

Mencegah memburuknya fungsi ginjal

1) Hati-hati dalam pemberian obat yang bersifat nefrotoksikk

2) Hindari keadaan yang menyebabkan diplesi volume cairan

ekstraseluler dan hipotensi

15 3) Hindari gangguan keseimbangan elektrolit

4) Hindari pembatasan ketat konsumsi protein hewani

5) Hindari proses kehamilan dan pemberian obat kontrasepsi

6) Hindari instrumentasi dan sistoskopi tanpa indikasi medis

yang kuat

20 7) Hindari pemeriksaan radiologis dengan kontras yang kuat

tanpa indikasi medis yang kuat


21

Pendekatan terhadap penurunan fungsi ginjal progresif lambat

1) Kendalikan hipertensi sistemik dan intraglomerular

2) Kendalikan terapi ISK

3) Diet protein yang proporsional

5 4) Kendalikan hiperfosfatemia

5) Terapi hiperurekemia bila asam urat serum ≥ 10 mg%

6) Terapi hiperfosfatemia

7) Terapi keadaan asidosis metabolik

8) Kendalikan keadaan hiperglikemia

10 Terapi alleviative gejala asotemia :

1) Pembatasan konsumsi protein hewani

2) Terapi keluhan gatal-gatal

3) Terapi keluhan gastrointestinal

4) Terapi keluhan neuromuskuler

15 5) Terapi keluhan tulang dan sendi

6) Terapi anemia

7) Terapi setiap infeksi

b. Terapi

Asidosis metabolik

20 Jika terjadi harus segera dikoreksi, sebab dapat meningkatkan

serum K+ (hiperkalemia):

a) Suplemen alkali dengan pemberian kalsium karbonat 5

mg/hari
22

b) Terapi alkali dengan sodium bikarbonat IV, bila PH ≤ atau

sama dengan 7.35 atau serum bikarbonat ≤ atau sama dengan

20 mEq/L

c. Anemia

5 1) Anemia normokrom normositer

Berhubungan dengan retensi toksik polyamine dan defisiensi

hormon eritropoetin (ESF: Eritroportic Stimulating Factor).

Anemia ini diterapi dengan pemberian Recombinant Human

Erythropoetin (r-HuEPO) dengan pemberian 30-530 U per kg

10 BB.

2) Anemia hemolisis

Berhubungan dengan toksik asotemia.Terapi yang

dibutuhkan adalah membuang toksik asotemia dengan

hemodialisis atau peritoneal dialisis.

15 3) Anemia Defisiensi Besi

Defisiensi Fe pada CKD berhubungan dengan perdarahan

saluran cerna dan kehilangan besi pada dialiser (terapi

pengganti hemodialisis).Klien yang mengalami anemia,

tranfusi darah merupakan salah satu pilihan terapi alternatif,

20 murah dan efektif, namun harus diberikan secara hati-hati.

Indikasi tranfusi PRC pada klien gagal ginjal:

a) HCT ≤ atau sama dengan 20%

b) Hb ≤ atau sama dengan 7 mg%


23

c) Klien dengan keluhan: angina pektoris, gejala umum

anemia dan high output heart failure.

Komplikasi tranfusi darah:

a) Hemosiderosis

5 b) Supresi sumsum tulang

c) Bahaya overhidrasi, asidosis dan hiperkalemia

d) Bahaya infeksi hepatitis virus dan CMV

e) Pada Human Leukositeantigen (HLA) berubah, penting

untuk rencana transplantasi ginjal.

10 d. Kelainan Kulit

1) Pruritus (uremic itching)

Keluhan gatal ditemukan pada 25% kasus CKD dan terminal,

insiden meningkat pada klien yang mengalami HD.

Keluhan:

15 a) Bersifat subyektif

b) Bersifat obyektif: kulit kering, prurigo nodularis,

keratotikpapula dan lichen symply

Beberapa pilihan terapi:

a) Mengendalikan hiperfosfatemia dan hiperparatiroidisme

20 b) Terapi lokal: topikal emmolient (tripel lanolin)


24

c) Fototerapi dengan sinar UV-B 2x perminggu selama 2-6

mg, terapi ini bisa diulang apabila diperlukan

d) Pemberian obat

Diphenhidramine 25-50 P.O

5 Hidroxyzine 10 mg P.O

e. Terapi Pengganti

Terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik

stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit.Terapi

tersebut dapat berupa hemodialisis, dialisis peritoneal dan

10 transplantasi ginjal (Suwitra, 2016).

1) Dialisis yang meliputi:

a) Hemodialisa

Tindakan terapi dialisis tidak boleh terlambat untuk

mencegah gejala toksik azotemia dan malnutrisi. Tetapi

15 terapi dialisis tidak boleh terlalu cepat pada pasien CKD

yang belum tahap akhir akan memperburuk faal ginjal

(LFG).
25

b) Dialisis Peritoneal (DP)

Indikasi medik CAPD, yaitu pasien anak-anak dan orang

tua (umur lebih dari 65 tahun), pasien-pasien yang telah

menderita penyakit sistem kardiovaskular, pasien-pasien

5 24 yang cenderung akan mengalami perdarahan bila

dilakukan hemodialisis, kesulitan pembuatan AV

shunting, pasien dengan stroke, pasien GGT (gagal ginjal

terminal) dengan residual urin masih cukup dan pasien

nefropati diabetik disertai co-morbidity dan co-mortality.

10 Indikasi nonmedik, yaitu keinginan pasien sendiri,

tingkat intelektual tinggi untuk melakukan sendiri

(mandiri) dan di daerah yang jauh dari pusat ginjal.

2) Transplantasi ginjal atau cangkok ginjal

Transplantasi ginjal merupakan terapi pengganti ginjal

15 (anatomi dan faal). Pertimbangan program transplantasi

ginjal, yaitu:

a) Cangkok ginjal (kidney transplant) dapat mengambil alih

seluruh (100%) faal ginjal, sedangkan hemodialisis

hanya mengambil alih 70-80% faal ginjal alamiah

20 b) Kualitas hidup normal kembali

c) Masa hidup (survival rate) lebih lama


26

d) Komplikasi (biasanya dapat diantisipasi) terutama

berhubungan dengan obat imunosupresif untuk

mencegah reaksi penolakan (Purnomo, 2011).

6. Prognosis

5 Prognosis penyakit ginjal kronis dapat ditentukan berdasarkan kriteria

KDIGO (Kidney Disease Improving Global Outcomes) sebagai

berikut:

Tabel 1

Kriteria Penyakit Gagal Ginjal Kronik

Kategori dan Rentang Albuminuria Persisten


A1 A2 A3
Kategori dan Kenaikan
rentang laju Normal – kenaikan ringan Kenaikan berat
sedang
filtrasi 30 – 300
glomerulus < 30 mg/g atau
mg/g atau > 300 mg/g atau
3 – 30 > 39 mg/mmol
< 3 mg/mmol
mg/mmol
Normal atau
G1 > 90 1 2 3
tinggi
G2 Turun ringan 60 – 89 1 2 3
Turun ringan –
G3a 45 – 59 2 3 4
sedang
Turun sedang –
G3b 30 – 44 3 4 4
berat
G4 Turun berat 15 – 29 4 4 4
G5 Gagal ginjal < 15 4 4 4
10 *1: rendah; 2: sedang; 3: tinggi; 4: sangat tinggi

Kategori Prognosis PGK berdasarkan LFG dan Albuminuria (KDIGO,

2012)

7. Pencegahan
27

Menurut Kemenkes (2018), gagal ginjal dapat dicegah dengan

CERDIK, yaitu:

a. Cek Kesehatan; dianjurkan untuk rutin melakukan cek kesehatan

ginjal seperti pemeriksaan darah dan urin. Cek kesehatan rutin

5 juga dapat dilakukan dengan memantau gula darah dan tekanan

darah.

b. Enyahkan asap rokok; Terpapar asap rokok dapat meningkatkan

risiko tekanan darah tinggi yang dapat memicu gagal ginjal.

c. Rajin olahraga; disarankan agar setiap orang rutin berolahraga 30

10 menit setiap hari sebanyak lima kali sepekan.

d. Diet seimbang; Diet seimbang dapat dilakukan dengan

mengonsumsi makanan yang sehat berupa serat dan vitamin,

membatasi konsumsi daging merah, dan alkohol.

e. Istirahat cukup; Istirahat yang cukup dapat membuat tubuh

15 kembali relaks dan bekerja maksimal sehingga terhindar dari

penyakit.

f. Kelola stres; Hindari stres dapat menurunkan risiko terkena

berbagai penyakit termasuk penyakit ginjal kronik.

20

B. Teori Hemodialisa
28

1. Pengertian

Hemodialisis dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengubahan

komposisi solute darah oleh larutan lain (cairan dialisat) melalui

membran semi permeabel (membran dialisis). Tetapi pada prinsipnya,

5 hemodialisis adalah suatu proses pemisahan atau penyaringan atau

pembersihan darah melalui suatu membran semipermeabel yang

dilakukan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal baik akut

maupun kronik (Suhardjono, 2014)

2. Tujuan

10 Menurut Black & Hawks (2014) tujuan hemodialisis adalah

membuang produk sisa metabolisme protein seperti ureum dan

kreatinin, mempertahankan kadar serum elektrolit dalam darah,

mengoreksi asidosis, mempertahankan kadar bikarbonat dalam

darah, mengeluarkan kelebihan cairan dari darah dan menghilangkan

15 overdosis obat dari darah. Proses osmosis yang terjadi dalam ginjal

buatan selama hemodialisis menyebabkan cairan terbuang dari darah.

Sedangkan proses difusi dan ultrafiltrasi mampu membuang

kelebihan produk sisa metabolisme seperti ureum, kreatinin, dan

beberapa kelebihan elektrolit seperti natrium dan kalium dari darah.

20 3. Indikasi

Indikasi hemodialisis dibedakan menjadi hemodialisis segera

(emergency) dan hemodialisis kronis (Daugirdas et al., 2015):


29

a. Hemodialisis segera merupakan hemodialisis yang harus segera

dilakukan, indikasinya antara lain:

1) Kegawatan ginjal

a) Klinis: keadaan uremik berat, overhidrasi

5 b) Oligouria (produksi urin < 200 ml/ 12 jam)

c) Anuria (produksi urin < 50 ml/ 12 jam)

d) Hiperkalemia (terutama jika terjadi perubahan EKG,

biasanya K > 6,5 mmol/l)

e) Asidosis berat (pH < 7,1 atau bikarbonat < 12 meq)

10 f) Uremia (BUN > 150 mg/dL)

g) Ensefalopati uremikum

h) Perikarditis uremikum

i) Disnatremia berat (Na > 160 mmol/L atau < 115

mmol/L)

15 j) Hipertermia 2. Keracunan akut (alkohol dan obat-

obatan) yang dapat melewati membran dialisis. 19

b. Indikasi hemodialisis kronis

Hemodialisis kronis merupakan hemodialisis yang dikerjakan

berkelanjutan seumur hidup pasien denggan menggunakan

20 mesin hemodialisis. Hemodialisis dimulai jika LFG < 15


30

ml/menit. Keadaan pasien yang mempunyai LFG < 15 ml/menit

tidak selalu sama sehingga hemodialisis mulai dianggap perlu

jika dijumpai salah satu dari hal di bawah ini (Daugirdas et al.,

2015):

5 1) LFG < 15 ml/menit, tergantung gejala klinis

2) Gejala uremia meliputi: letargia, anoreksia, nausea, mual,

dan muntah.

3) Adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot.

4) Hipertensi yang sulit dikontrol dan adanya kelebihan cairan.

10 5) Komplikasi metabolik yang refrakter.

4. Komplikasi

Komplikasi pada tindakan hemodialisis saat ini mengalami

perkembangan yang cukup pesat, namun masih banyak pasien yang

mengalami masalah medis saat menjalani hemodialisis (Kandarini,

15 2013). Komplikasi hemodialisis dapat dibedakan menjadi dua, yaitu

komplikasi akut dan komplikasi kronis (Daugirdas et al., 2015):

a. Komplikasi akut. Komplikasi akut merupakan komplikasi yang

terjadi selama hemodialisis berlangsung. Komplikasi yang sering

terjadi yaitu: hipotensi, hipertensi, reaksi alergi, aritmia, emboli

20 udara, kram otot, mual, muntah, sakit kepala, sakit dada, sakit
31

punggung, gatal, demam, dan menggigil (Daugirdas et al., 2015;

Beiber & Himmerfarb, 2013).

b. Komplikasi kronis. Komplikasi kronis adalah komplikasi yang

terjadi pada pasien dengan hemodialisis kronis. Komplikasi yang

5 sering terjadi adalah: penyakit jantung, malnutrisi, hipertensi,

anemia, renal osteodystrophy, neuropathy, disfungsi reproduksi,

gangguan perdarahan, infeksi, amiloidosis, acquired cystic

kidney disease (Beiber & Himmerfarb, 2013)

5. Dampak hemodialisis

10 Terapi hemodialisis tidak hanya berdampak positif untuk kesehatan

tetapi juga dapat berpengaruh negatif, ketergantungan pada mesin,

aturan diet ketat, mobilitas yang terbatas dan stresor lainya juga

dapat berdampak pada status pasien karena pengobatanya yang rutin

dengan harga yang tidak murah. Dalam hal ini dapat menimbulkan

15 perasaan tertekan bahkan dapat menimbulkan gangguan-gangguan

mental, salah satunya adalah masalah psikologis yang penting dari

pasien hemodialisa adalah depresi yang mempengaruhi medical

outcome, meningkatkan resiko hospitalisasi, kepatuhan dialisis,

pengobatan status nutrisi, ketahanan tubuh dan insiden peritonitis

20 (Muttaqin, 2011).
32

C. Teori COVID-19

1. Pengertian

Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif, berkapsul

dan tidak bersegmen. Coronavirus tergolong ordo Nidovirales,

5 keluarga Coronaviridae. Struktur coronavirus membentuk struktur

seperti kubus dengan protein S berlokasi dipermukaan virus (Wang,

2020)

Menurut World Health Organization (2020) Coronavirus Disease

2019 atau COVID-19 adalah penyakit baru yang dapat menyebabkan

10 terjadinya gangguan pernapasan dan radang paru. Penyakit ini

disebabkan oleh infeksi Severe Acute Respiratory Syndrome

Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Gejala klinis yang muncul beragam,

seperti gejala flu biasa (demam, batuk, pilek, nyeri tenggorokan, nyeri

otot, nyeri kepala) sampai yang komplikasi berat (pneumonia atau

15 sepsis). COVID-19 adalah penyakit baru yang dapat menyebabkan

terjadinya gangguan pernapasan dan radang paru. Penyakit ini

disebabkan oleh infeksi (SARS-CoV-2). Gejala klinis yang muncul

beragam, seperti gejala flu biasa (demam, batuk, pilek, nyeri

tenggorokan, nyeri otot, nyeri kepala) sampai yang komplikasi berat

20 (pneumonia atau sepsis)

2. Manifestasi Klinis
33

Infeksi COVID-19 dapat menimbulkan gejala ringan, sedang, atau

berat. Gejala klinis utama yang muncul yaitu demam (suhu > 38 0c),

batuk dan kesulitan bernafas. Selain itu dapat disertai dengan sesak

memberat, fatigue, mialgia, gejala gastrointestinal seperti diare dan

5 gejala saluran nafas lain. Setengah dari pasien timbul sesak dalam satu

minggu. Pada kasus berat perburukan secara cepat dan progresif,

seperti syok septik, asidosi metabolic. Pada beberapa pasien, gejala

yang muncul ringan, bahkan tidak disertai demam. Kebanyakan pasien

memiliki prognosis baik, dengan sebagian kecil dalam kondisi kritis

10 bahkan meninggal (PDPI, 2020)

Berikut sindrom klinis yang dapat muncul jika terinfeksi,

a. Tidak terkomplikasi

Kondisi ini merupakan kondisi teringan gejala yang muncul

berupa gejala yang tidak spesifik. Gejala utama tetap muncul

15 seperti demam, batuk yang disertai nyeri tenggorokan, kongesti

hidung, malaise, sakit kepala, dan nyeri otot. Perlu diperhatikan

bahwa pada pasien dengan lanjut usia dan pasien

immunocompromise presentasi gejala menjadi tidak khas atau

atipikal selain itu, pada beberapa kasus ditemui tidak disertai

20 dengan demam dan gejala relatif ringan pada kondidi ini pasien

tidak memiliki gejala komplikasi diantaranya dehidrasi, sepsis atau

nafas pendek.
34

b. Pneumonia ringan

Gejala utama dapat muncul seperti demam, batuk dan sesak.

Namun tidak ada tanda pneumonia berat. Pada anak-anak dengan

pneumonia tidak berat ditandai dengan batuk atau susah nafas.

5 c. Pneumonia berat pada pasien dewasa

1) Gejala utama dapat muncul seperti demam atau curiga infeksi

saluran nafas

2) Tanda yang muncul yaitu takipnea (frekuensi nafas > 30x/mnt)

distress pernafasan berat atau saturasi oksigen pasien < 90%

10 udara luar.

3. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan radiologi: foto thoraks, CT-Scan thoraks, USG

thoraks. Pada pencitraan dapat menunjukkan opasitas bilateral.

b. Pemeriksaan specimen saluran nafas atas dan bawah

15 1) Saluran nafas atas dengan swab tenggorokan (nasofaring dan

orofaring)

2) Saluran nafas bawah (sputum, bilasan bronkus, BAI, bila

menggunakan tube dapat berupa aspirat endoteal)

3) Bronkoskopi

20 4) Pungsi pleura sesuai indikasi


35

5) Pemeriksaan kimia darah

6) Pemeriksaan feses dan urin (untuk kemungkinan penularan)

(Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2020)

4. Tatalaksana Umum

5 Menurut Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2020), tatalaksana

umum dari Covid-19 yaitu :

a. Isolasi pada semua kasus sesuai dengan gejala klinis yang muncul,

baik ringan maupun sedang

b. Implementasi pencegahan dan pengendalian infeksi

10 c. Serial foto thoraks untuk menilai perkembangan penyakit

d. Suplemen oksigen

Pemberian oksigen segera kepada pasien dengan distress

pernapasan, hipoksemia atau syok. Terapi oksigen pertama sekitar

5L/mnt dengan target SPO2 > 90 % pasien tidak hamil dan >92-

15 95% pada pasien hamil

e. Kenali kegagalan nafas hipoksia

f. Terapi cairan

g. Pemberian antibiotik

h. Observasi ketat.

20
36

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

5 Desain penelitian ini merupakan desain penelitian kualitatif dengan pendekatan case

study. Case study ialah metode yang bertujuan untuk mempelajari dan

menyelidiki suatu kejadian atau fenomena mengenai individu, seperti riwayat

hidup seseorang yang menjadi objek penelitian (Walgito, 2010). Penelitian ini

bertujuan untuk menggambarkan adaptasi pasien dan perawat dalam

10 pelaksanaaan hemodialisa di masa pandemi COVID-19. Penelitian akan

dilaksanakan pada bulan September 2020.

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

15 Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,

2016). Populasi dalam penelitian ini adalah pasien yang menjalani

hemodialisa dan perawat yang bekerja di unit hemodialisa.

20 2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut (Sugiyono, 2016). Dalam penelitian ini, penulis


37

menggunakan teknik sampling purposive sampling. Adapun kriteria

inklusi dari penelitian adalah:

a. Perawat HD

b. Pasien yang menjalani HD rutin

5 c. Bersedia menjadi responden.

C. Instrumen

Instrumen yang digunakan oleh peneliti adalah peneliti sendiri atau human

instrument. Penulis berperan dalam menentukan partisipan, menetapkan

10 fokus penelitian, mengumpulkan data, melakukan analisis data dan membuat

kesimpulan.

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan pedoman wawancara

semiterstuktur dimana pedoman wawancara yang digunakan berupa garis

besar permasalahan yang ditayakan dan tidak menyimpang dari topik

15 permasalahan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan alat bantu dalam

pengumpulan data berupa buku catatan untuk mencaat hasil wawancara,

handphone untuk merekam semua percakapan dengan partisipan.

D. Analisis Data

20 Analisi data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan thematic

content analisis tentang pendekatan case study. Berikut adalah tahap-tahap

analisi data:
38

1. Data collection

Data yang diperoleh dari obeservasi, wawancara dan dokumentasi

dicatat dalam catatan lapangan yang terdiri dari dua aspek, yaitu

deskripsi dan refleksi. Catatan deskripsi merupakan data alami yang

5 berisi tentang apa yang dilihat, didengar, dirasakan, disaksikan dan

dialami sendiri oleh penulis tanpa adanya pendapat dan penafsiran

dari peneliti tentang fenomena yang dijumpai. Catatan refleksi yaitu

catatan yang memuat kesan, komentar dan tafsiran peneliti tenteng

temuan yang dijumpai dan merupakan bahan rencana pengumpulan

10 data untuk tahap berikutnya.

2. Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan

dan abstraksi. Cra mereduksi data adalah dengan melakukan seleksi,

membuat ringkasan atau uraian singkat, menggolong-golongkan ke

15 dalam pola-pola dengan membuat transkip penelitian untuk

mempertegas, memperpendek membuat fokus, membuang bagian

yang tidak penting dan mengatur agar dapat ditarik kesimpulan.

3. Data Display

Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun sehingga

20 memberikan kemungkinan penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Agar sajian data tidak menyimpang dari pokok

permasalahan dan data dapat disajikan sesuai dengan apa yang diteliti.
39

4. Conclusions/ Verifying (Penarikan Kesimpulan)

Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami

makna, keteraturan pola-pola penjelasan, alur sebab akibat atau

proposisi. Kesimpulan yang ditarik segera diverifikasi dengan cara

5 melihat dan memperoleh pemahaman yang lebih tepat, selain itu juga

dapat dilakukan dengan mendiskusikan. Hal tersebut dilakukan agar

data yang diperoleh dan penafsiran terhadap data tersebut memiliki

validitas sehingga kesimpulan yang ditarik menjadi kokoh


DAFTAR PUSTAKA

Beiber, S.D. dan Himmerfarb, J. (2013). Hemodialysis. In: Schriers’s Disease of

5 the kidney. 9th ed. Coffman, T.M., Falk, R.J., Molitoris, B.A., Neilson,

E.C., Schrier, R.W. editors. Lipincott Williams & Wittkins. Philadelphia

p 2473- 505. Diakses pada tanggal 14 September 2020, jam 11.30 WIB

Black, J.M., & Hawk, J.H. (2014). Medical surgical nursing : Clinical

management for positive outcomes (8th ed) Elsevier. Inc.p 308, 607-9.

10 Callghan. (2010). At a glance sistem ginjal. Edisi II. Jakarta: Erlangga. Cendekia

Daugirdas JT, Depner TA, Inrig J, Mehrotro R, Rocco MV, Suri RS, et al. (2015).

KDOQI Clinical Practice Guideline For Hemodialysis Adequacy:

Update. Am J Kidney Dis. 66(5):884–930. Diakses tanggal 14 September

2020, pukul 11.00 WIB

15 Dermawan, D. (2012). Proses Keperawatan: Penerapan Konsep & Kerangka

Kerja. Yogyakarta: Gosyen.

Haryono, Rudy (2013). Keperawatan Medikal Bedah: Sistem Perkemihan.

Yogyakarta: Rapha Pubhlishing

Himmelfarb & Ikizler. (2019). Chronic Kidney Disease, Dialysis And

20 Transplantation. Fourth Edi Ed. Philadelphia:Elsevier inc


6

http://scholar.google.co.id/scholar?

hl=id&as_sdt=0%2C5&q=mari+ulfa+gagal+ginjal+kronis+&btnG.pdf.

Diakses tanggal 14 Maret 2020

Indonesian Renal Registry. (2014). 7th Report of Indonesian Renal Registry

5 Kandarini, Y. (2013). Volume ultrafiltrasi berlebih saat hemodialisis berperan

terhadap kejadian hipertensi intradialitik melalui penurunan kadar nitric

oxide endothelin-1 dan asymmetric dimethylarginin tidak berperan. Bali:

UNUD

KDIGO. (2012). Clinical Practice Guideline For The Evaluation And

10 Management Of Chronic Kidney Disease. ISN. 2013; 3(1):1–163.

KEMENKES RI. (2020). Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Coronavirus


Disease (Covid-19) Direktorat Jendral Pencegahan Dan pengendalian
Penyakit (P2P). Jakarta

Kementrian Kesehatan. (2018). RISKESDAS 2018. Jakarta:KEMENKES

15 LeMone, Priscilla.(2016). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.

Muttaqin, A. (2011). Aplikasi asuhan keperawatan medikal bedah. Jakarta:

Salemba Medika.

Nahas, Meguid El & Adeera Levin. (2010). Chronic Kidney Disease: A practical

Guide to Understanding and Management. USA. Oxford University

20 Press.

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi kusuma. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis % NANDA NIC-NOC. Yogyakarta:Medi

Action.

Nursalam. (2010). Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.


7

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (2020). Panduan praktik klinik pneumonia

2019. PDPI: Jakarta

Potter & Perry. (2010). Fundamental Keperawatan Edisi 7. Jakarta: Salemba


Medika

5 Purnomo, D. B. (2011). Dasar-dasar Urologi Edisi 3. Jakarta : Sagung Seto

Report of Indonesia Register . (2017). Program Indonesia Renal Registry diakses


pada tanggal 13 September 2020 pukul 14.05 WIB

Riskesdas. (2013). Badan penelitian dan pengembangan kesehatan kementrian

kesehatanRI. http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil

10 %20Rikesdas%202012.pdf. Diakses tanggal 09 Maret 2020.

Sudoyo, A. W. (2010). Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jilid II. Edisi V. Jakarta:

Interna Publishing.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

15 Sugiyono. (2014). Metode penelitian pendidikan: pendekatan kuantitatif,


kualitatif, dan r&d. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
PT Alfabeta.

Suhardjono. (2014). Ilmu Penyakit Dalam : Hemodialisis; Prinsip Dasar dan

20 Pemakaian Kliniknya. Jakarta Pusat: Interna Publishing.

Suharyanto. (2010). Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan sistem

perkemihan. Jakarta Timur: CV. Trans Info Medika.

Sulistyaningrum & Noer’aini. (2020). Pengaruh Range Of Motion Intradialisis


Terhadap Urea Reduction Ratio Pada Pasien Hemodialisa. Jurnal
25 Medika Karya Ilmiah Kesehatan Volume 5 No. 1 ISSN 2654-945X

Suwitra, K. (2016). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.
8

Syaifuddin. (2011). Anatomi Fisiologi: Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk

Keperawatan dan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC.

Ulfa, Maria. (2017). Asuhan Keperawatan Pada Klien Gagal Ginjal Kronis

Dengan Masalah Keseimbangan Cairan di RSUD Jombang.

5 Wang, Z., Qiang, W., Ke. (2020). A. Handbook Of 2019-nCoV Pneumonia

Control and prevention Hubei Science and Tecnologi Press China.

Diakses 23 Juni 2020

Wijaya & Putri. (2013). Keperawatan Medikal Bedah, Keperawatan Dewasa

Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta: Nuha Medika. Cetakan Pertama.

10

15

20
9

LAMPIRAN

10

15
Informed Consent
Mendapatkan Persetujuan Setelah Penjelasan:Informasi esensial untuk
calon responden penelitian(WHO-CIOMS 2016)

Judul Penelitian:

Studi kualitatif adaptasi pasien dan perawat dalam pelaksanaan hemodialisa di


masa pandemi COVID-19

Terimakasih atas waktu anda untuk membaca formulir ini. Formulir informasi dan
persetujuan partisipan/responden/partisipan berisi enam (6) halaman. Pastikan anda
untuk membaca seluruh halaman yang tersedia.

Anda telah diundang untuk ikut serta dalam penelitian yang penjelasannya sebagai
berikut:
1. Tujuan penelitian, metode, prosedur yang harus dilakukan oleh peneliti dan
responden, dan penjelasan tentang bagaimana penelitian berbeda dengan
perawatan medis rutin (Pedoman 9);
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran adaptasi pasien dan perawat
dalam pelaksanaan hemodialisa di masa pandemi COVID-19

2. Bahwa responden diundang untuk berpartisipasi dalam penelitian, alasan


untuk mempertimbangkan responden yang sesuai untuk penelitian, dan
partisipasi tersebut bersifat sukarela (Pedoman 9);
Kami meminta anda untuk ikut serta dalam penelitian ini karena kami membutuhkan
anda sebagai sumber informasi bagi kami untuk mendapatkan data tentang gambaran
adaptasi pasien dan perawat dalam pelaksanaan hemodialisa di masa pandemi
COVID-19. Partisipan dalam penelitian ini bersifat sukarela.

3. Bahwa responden bebas untuk menolak untuk berpartisipasi dan bebas


untuk menarik diri dari penelitian kapan saja tanpa penalti atau kehilangan
imbalan yang berhak ia dapatkan (Pedoman 9);
Anda memiliki hak untuk ikut maupun tidak ikut serta dalam penelitian ini. Jika anda
memutuskan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini, anda juga memiliki hak untuk
mengundurkan diri sewaktu-waktu dari penelitian ini, dan tidak berpengaruh pada
pekerjaan anda.

4. Lama waktu yang diharapkan dari partisipasi responden (termasuk jumlah


dan lama kunjungan ke pusat penelitian dan jumlah waktu yang
diperlukan) dan kemungkinan penghentian penelitian atau partisipasi
responden di dalamnya;
Apabila anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini, anda diminta mengisi
lembar persetujuan secara online. Setelah itu anda akan diminta untuk melakukan
video call bersama peneliti guna mengumpulkan data.

Total waktu yang dibutuhkan mulai dari wawancara adalah 45-60 menit

5. Kompensasi yang diperoleh selama mengikuti penelitian ini(Pedoman 13)


Anda akan mendapatkan kompensasi berupa pulsa Rp 50.000

6. Informasi mengenai hasil jika penelitian telah selesai dilakukan


Jika menginginkan, kami akan mengirimkan hasil penelitian ke alamat email anda
dengan sebelumnya mengajukan permohonan ke email tim peneliti

7. Bahwa setiap responden selama atau setelah penelitian atau pengumpulan


data biologis dan data terkait kesehatan mereka akan mendapat informasi
dan data yang menyelamatkan jiwa dan data klinis penting lainnya tentang
masalah kesehatan penting yang relevan (lihat juga Pedoman 11);
Responden saat dilakukan pengumpulan data tidak dilakukan pemeriksaan terkait
kesehatan menyangkut dirinya.

8. Temuan yang tidak diminta/diharapkan akan diungkapkan jika terjadi


(Pedoman 11);
Tidak ada pemeriksaan yang dilakukan dalam penelitian ini, responden hanya
melakukan wawancara melalui video call dengan peneliti

9. Bahwa responden memiliki hak untuk mengakses data klinis mereka yang
relevanyang diperoleh selama penelitian. Dalam hal mana responden harus
diberitahu?
Anda sebagai responden memiliki hak untuk mengakses data anda dilakukan dengan
menghubungi team peneliti

10. Rasa sakit dan ketidaknyamanan akibat intervensi eksperimental, risiko dan
bahaya yang diketahui, terhadap responden (atau orang lain) yang terkait
denganpartisipasi dalam penelitian ini. Termasuk risiko terhadap kesehatan
ataukesejahteraan kerabat langsung responden (Pedoman 4);
Penelitian ini bukan penelitian intervensi.
11. Manfaat klinis potensial, jika ada, karena berpartisipasi dalam penelitian ini
(Pedoman 4 dan 9)
Apabila Anda berpartisipasi dalam penelitian ini, Anda dapat mengetahui
gambaran adaptasi pasien dan perawat dalam pelaksanaan hemodialisa di masa
pandemi COVID-19.

12. Manfaat yang diharapkan dari penelitian kepada masyarakat atau


masyarakat luas, atau kontribusi terhadap pengetahuan ilmiah (Pedoman 1)
Diharapkan mampu memberikan informasi mengenai gambaran adaptasi pasien
dan perawat dalam pelaksanaan hemodialisa di masa pandemi COVID 19 tahun
2020 dan dapat menjadi evaluasi pembuatan kebijakan RS di wilayah DIY dan
Jawa Tengah

13. Bagaimana transisi keperawatan setelah penelitian disusun dan sampai


sejauhmana mereka akan dapat menerima intervensi penelitian pasca uji
coba yang bermanfaat dan apakah mereka akan diharapkan untuk
membayarnya (Pedoman 6 dan 9);

Penelitian ini bukan penelitian intervensi. Responden hanya diminta melakukan


wawancara melalui video call bersama peneliti.

14. Risiko menerima intervensi yang tidak terdaftar jika mereka menerima
akses lanjutan terhadap intervensi penelitian sebelum persetujuan
peraturan (Pedoman 6);
Bukan penelitian intervensi (Tidak relevan).

15. Intervensi atau pengobatan alternatif yang tersedia saat ini;


Bukan penelitian intervensi (Tidak relevan).

16. Informasi baru yang mungkin terungkap, baik dari penelitian itu sendiri
atau sumber lainnya (Pedoman 9);
Apabila terdapat informasi baru selama proses penelitian, maka peneliti akan
memperbaharui informed consent.

17. Ketentuan yang akan dibuat untuk memastikan penghormatan terhadap


privasi responden, dan untuk kerahasiaan catatan yang mungkin dapat
mengidentifikasi responden (Pedoman 11 dan 22);
Proses pencatatan selama penelitian menggunakan inisial (anonym)
18. Batasan, legal atau lainnya, terhadap kemampuan peneliti untuk menjaga
kerahasiaan aman, dan kemungkinan konsekuensi dari pelanggaran
kerahasiaan (Pedoman 12 dan 22);
Semua data akan dirahasiakan. Responden hanya berhak mengakses datanya sendiri.

19. Sponsor penelitian, afiliasi institusional para peneliti, dan sifat dan sumber
pendanaan untuk penelitian, dan, jika ada, konflik kepentingan peneliti,
lembaga penelitian dan komite etika penelitian dan bagaimana konflik ini
akan terjadi. Dikelola (Pedoman 9 dan 25);
Penelitian ini tidak disponsori oleh pihak manapun.

20. Apakah peneliti hanya sebagai peneliti atau selain peneliti juga dokter
responden (Guideline 9);
Tidak.

21. Kejelasan tingkat tanggung jawab peneliti untuk memberikan perawatan


bagi kebutuhan kesehatan responden selama dan setelah penelitian
(Pedoman 6);
Penelitian ini tidak melakukan intervensi apapun kepada responden.

22. Bahwa pengobatan dan rehabilitasi akan diberikan secara gratis untuk
jenis cedera terkait penelitian tertentu atau untuk komplikasi yang terkait
dengan penelitian, sifat dan durasi perawatan tersebut, nama layanan
medis atau organisasi yang akan memberikan perawatan. Selain itu,
apakah ada ketidakpastian mengenai pendanaan perawatan tersebut
(Pedoman 14);

Bukan Penelitian intervensi (tidak relevan)

23. Dengan cara apa, dan oleh organisasi apa, responden atau keluarga
responden atau orang-orang yang menjadi tanggungan akan diberi
kompensasi atas kecacatan atau kematian akibat luka tersebut (atau perlu
jelas bahwa tidak ada rencana untuk memberikan kompensasi semacam
itu) (Pedoman 14) ;
Penelitian ini tidak menimbulkan kecacatan ataupun kematian.

24. Apakah ada atau tidak, hak atas kompensasi dijamin secara hukum di
negara tempat calon responden diundang untuk berpartisipasi dalam
penelitian?
Tidak ada kompensasi yang akan diterima.
25. Bahwa komite etika penelitian telah menyetujui protokol penelitian
(Pedoman 23);
Komisi etik penelitian Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

26. Bahwa mereka akan diinformasikan dalam kasus pelanggaran protokol


dan bagaimana keselamatan dan kesejahteraan mereka akan terlindungi
dalam kasus seperti itu (Pedoman 23).
Penelitian ini akan mendapat persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta

Dalam kasus tertentu, sebelum meminta persetujuan responden untuk


berpartisipasi dalam penelitian, peneliti harus memberikan informasi berikut,
dalam bahasa atau bentuk komunikasi lain yang dapat dipahami responden:
5 1. Untuk percobaan acak terkontrol, penjelasan tentang pola/rancangan
penelitian(misalnya randomisasi, atau tersamar ganda), bahwa responden tidak
akan diberitahu tentang perlakuan yang ditugaskan sampai penelitian selesai
kemudiankesamaran kelak akan dibuka;
2. Apakah semua informasi penting diungkapkan dan, jika tidak, mereka
10 menyetujui menerima informasi yang tidak lengkap, namun informasi lengkap
akan diberikan sebelum hasil penelitian dianalisis dan responden diberi
kemungkinan untuk menarik data/informasi mereka yang dikumpulkan selama
penelitian berlangsung( Pedoman 10);
3. Kebijakan sehubungan dengan penggunaan hasil tes genetik dan informasi
15 genetik keluarga, dan tindakan pencegahan untuk mencegah pengungkapan
hasil uji genetik responden terhadap keluarga dekat atau kepada orang lain
(misalnya perusahaan asuransi atau pengusaha) tanpa persetujuan responden
(Pedoman 11);
4. Kemungkinan penelitian menggunakan, baik langsung ataupun tidak, terhadap
20 catatan medis responden dan spesimen biologi yang diambil dalam perawatan
klinis(pedoman 12);
5. Untuk pengumpulan, penyimpanan dan penggunaan bahan biologi dan data
terkait kesehatan, informed consent yang luas akan diperoleh, yang harus
menentukan: Tujuan biobank, kondisi dan lama penyimpanan; Aturan
25 akses ke biobank dan cara donor dapat menghubungi custodian biobank dan
dapat tetap mendapat informasi tentang penggunaan masa depan;
Penggunaan bahan yang dapat diperkirakan, terlepas dari penelitian yang
sudah benar-benar didefinisikan atau diperluas ke sejumlah keseluruhan atau
sebagian tidak terdefinisi; Tujuan yang dimaksudkan untuk penggunaan
tersebut, baik untuk penelitian, dasar atau penerapan, atau juga untuk tujuan
komersial, dan apakah responden akan menerima keuntungan moneter atau
lainnya dari pengembangan produk komersial yang dikembangkan dari
5 spesimen biologisnya; Kemungkinan temuan yang tidak diminta dan
bagaimana penanganannya; Pengamanan yang akan diambil untuk
melindungi kerahasiaan serta keterbatasan mereka, apakah direncanakan
bahwa spesimen biologiyang dikumpulkan dalam penelitian akan hancur, dan
jika tidak, rincian tentang penyimpanan mereka (di mana, bagaimana, untuk
10 berapa lama),dan Kemungkinan penggunaannya di masa depan dimana
responden memiliki hak untuk memutuskan penggunaannya, menolak
penyimpanan, dan menghancurkan materi yang tersimpan (Pedoman 11 dan
12);
6. Bila wanita usia subur berpartisipasi dalam penelitian terkait
15 kesehatan,informasi tentang kemungkinan risiko, jika mereka hamil selama
penelitian, untuk diri mereka sendiri (termasuk kesuburan di masa depan),
kehamilan mereka,janin mereka, dan keturunan masa depan mereka; Dan
jaminan akses terhadaptes kehamilan, metode kontrasepsi yang efektif dan
aman, aborsi legal sebelum terpapar intervensi teratogenik atau mutagenik
20 potensial. Bila kontrasepsi yang efektif dan / atau aborsi yang aman tidak
tersedia dan tempat penelitianal ternative tidak layak dilakukan, para wanita
harus diberi informasi tentang:
 Risiko kehamilan yang tidak diinginkan;
 Dasar hukum untuk melakukan aborsi (bila relevan);
25  Mengurangi bahaya akibat aborsi yang tidak aman dan komplikasi
selanjutnya;
 Kalau kehamilan diteruskan/tidak dihentikan, jaminan tindak lanjut untuk
kesehatan mereka sendiri dan kesehatan bayi dan anak dan informasi yang
kesulitan untuk menentukan sebab bila ada kasus kelainan janin atau bayi
30 (Pedoman 18 dan 19 );
7. Ketika mengenai wanita hamil dan menyusui, risiko partisipasi dalam
penelitian terkait kesehatan untuk diri mereka sendiri, kehamilan mereka,
janin mereka,dan keturunan masa depan mereka, apa yang telah dilakukan
untuk memaksimalkan potensi keuntungan respondenal dan meminimalkan
35 risiko, bukti mengenai risiko dapat tidak diketahui atau kontroversial, dan
seringkali sulit untuk menentukan sebab kasus kelainan janin atau bayi
(Pedoman 4 dan 19);
8. Ketika mengenai korban bencana yang sebagian besar berada di
bawahtekanan, perbedaan antara penelitian dan bantuan kemanusiaan
40 (Pedoman 20);dan
9. Ketika penelitian dilakukan di lingkungan online dan menggunakan alat
onlineatau digital yang mungkin melibatkan kelompok rentan, informasi
tentang control privasi dan keamanan yang akan digunakan untuk melindungi
data mereka; Dan keterbatasan tindakan yang digunakan dan risiko yang
5 mungkin ada meskipun ada pengamanan (Pedoman 22).
FORMULIR PERSETUJUAN UNTUK BERPARTISIPASI DALAM
PENELITIAN

Judul Penelitian :

Studi kualitatif adaptasi pasien dan perawat dalam pelaksanaan hemodialisa


di masa pandemi COVID-19 di RSUD Wates

Saya (Nama Lengkap) :

 Secara suka rela menyetujui bahwa saya terlibat dalam penelitian di atas.
 Saya yakin bahwa saya memahami tentang tujuan, proses, dan efek yang
mungkin terjadi pada saya jika terlibat dalam penelitian ini.
 Saya telah memiliki kesempatan untuk bertanya dan saya puas dengan
jawaban yang saya terima
 Saya memahami bahwa partisipasi saya dalam penelitian ini bersifat
sukarela dan saya dapat keluar sewaktu-waktu dari penelitian
 Saya memahami bahwa saya akan menerima salinan dari lembaran
pernyataan informasi dan persetujuan

Nama dan Tanda Tanggal


tangan responden No. HP

Nama dan Tanda


Tanggal
tangan saksi
Nama dan Tanda
tangan wali (jika Tanggal
diperlukan)

5 Saya telah menjelaskan penelitian kepada pastisipan yang bertandatangan diatas,


dan saya yakin bahwa responden tersebut paham tentang tujuan, proses, dan efek
yang mungkin terjadi jika dia ikut terlibat dalam penelitian ini.

Nama dan Tanda Tanggal


Tim Peneliti
tangan peneliti No HP

10

PEDOMAN WAWANCARA
Panduan secara umum (Pasien)
1. Apa yang partisipan pahami tentang COVID-19?
2. Bagaimana penularan COVID-19?
5 3. Bagaimana upaya pencegahan penularan COVID-19?
4. Bagaimana perubahan interaksi pasien dengan perawat selama masa pandemi
dan adaptasinya?
5. Bagaimana perubahan interaksi psien dengan pasien lain selama masa
pandemi dan adaptasinya?
10 6. Bagaimana persepsi partisipan terhadap peran perawat HD dimasa pandemi?
7. Adaptasi dan harapan pasien terhadap HD di masa pandemi?

Panduan secara umum (Perawat)


15 1. Bagaimana upaya pelaksanaan protokol kesehatan di ruang HD?
2. Bagaimana perubahan interaksi pasien dengan perawat selama masa pandemi
dan adaptasinya?
3. Bagaimana perubahan interaksi pasien dengan pasien selama masa pandemi
dan adaptasinya?
20 4. Apa tantangan perawatan pasien HD pada masa pandemi?
5. Adaptasi dan harapan perawat terhadap HD di masa pandemi?

Anda mungkin juga menyukai