Anda di halaman 1dari 1

Perjuangan Panglima Jendral Sudirman

Silvia Alimatul

Dimulai dari pemlihan panglima TNI AD.


Panglima besar Jenderal Sudirman yang terpilih.Terjadinya penculikan perdana menteri Syahril merupakan
awal peristiwa KUDETA, panglima Sudirman mendukung pemerintah yang sah yaitu Presiden Soekarno-Hatta.
Pemerintahan Belanda tidak mengakui kemenangan TNI, dan dalam suasana darurat Pemerintah Belanda
meminta melakukan sidang kabinet 19 November 1948. Hasil kabinet adalah mengenai persetujuan gencatan
senjata. Namun sebelum melakukan sidang kabinet Panglima Sudirman mengajak Presiden kehutan, untuk
bergeriliya. Namun Presiden menolaknya, dan tetep berada di istanah. Akhinya Panglima berangkat berkeriliya
menuju Desa Kretek. Dan sampai disitu Panglima mendapat laporan bahwa Presiden telah di tahan oleh
Belanda. Sedangkan kondisi di Yogyakarta semakin kacau dan para pekerja kantor banyak yang di tangkap.
Pasukan Panglima menyiapkan tandu untuk menuju Kediri. Belanda pun kebingungan untuk mencari Panglima
dan pasukannya. Dan karena hal ini Kediri tidak aman karena terdapat Tentara Komunis. Kediri sudah di luluh
lantahkan oleh Belanda. Dalam keadaan sakit Panglima tetap mendampingi pasukannya.
Melihat persanjataan musuh yang lebih kuat TNI tidak pernah takut dan tidak gegabah dalam melakukan
penyerangan. Mereka hanya menyakini bahwa kekuatan tuhan menyertai mereka. Pasukan Jendral Sudirman
diberikan kekuatan dan keberanian walaupun dalam keadaan sakit keras, namun masih tetap beperang. Dan
beberapa kali pasukan di hujami peluru dan bom, namun mereka tetap dalam keadan selamat.
Karena menyakini akan kemenangan Negara yang kita cintai tanpa putus semangat walaupun hati merasa rindu
pada keluarganya. Mereka bergeriliya, menyamar, menyerang, dan berlari kehutan dengan perjalanan yang
begitu sulit.
Setiap orang memiliki cara yang berbeda untuk membela bangsanya.
Agresi penyerangan Belanda.
Pasukan menuju Jogja untuk menyiapkan peperangan. Dengan mengirim surat pada Sri Sultan. Perang geriliya
membuat bingung Belanda, kerena pemerintah Belanda telah banyak mengeluarkan biaya, namun Panglima
Sudirman tetap belum bisa untuk dikalahkan.
Dalam situasi tersebut Pemerintah Belanda meminta untuk melakukan perundingan dengan tujuan
menghentikan Perang Griliya. Namun Panglima Sudirman tidak setuju akan ajakan perundingan, karena hal itu
tetap merugikan TNI dan pemerintah Belanda pun tetap merendahkan TNI.
Banyak yang menginginkan Panglima untuk kembali ke Jogja, namun Panglima tidak mau, karena jika kembali
ke Jogja maka Perang Griliya akan terhenti, dan Panglima tidak menginginkan hal itu terjadi.
Setelah perang selesai. Panglima menemui Presiden, dan menyerahkan Pemerintahan Militer kepada
Pemerintahan Sipil yang dipimpin Soekarna-Hatta.
Panglima Sudirman wafat di Magelang, 29 Januari 1950, pada usia 34 tahun karena penyakit yang dideritanya.
Perjuangan persenjataan Panglima memperkokoh kekuatan diplomasi Soekarno-Hatta di meja perundingan.
Kemerdekan 100% yang kita nikmati hari ini adalah buah perjungan Jendral Sudirman dan TNI beserta rakyat
yang gigih berjuang tanpa pamrih.

Anda mungkin juga menyukai