Anda di halaman 1dari 12

Paraf Asisten Nilai

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI

Pembuatan Simplisia Kencur

Nama / NPM : Euis Siti Solehah / A 192 009


Kelas : Reguler Sore 2019
Tanggal Pemberian Tugas : 13 April 2020
Tanggal Masuk Laporan : 18 April 2020
Asisten Laboratorium : Himalaya Wana K., M.pd
Kardian Rinaldi, Spd
Nitta Nurlitasari, S.Farm

PROGRAM STUDI FARMASI


SEKOLAH TINGGI FARMASI INDONESIA
BANDUNG
2020

I. TUJUAN
Dapat melakukan pembuatan simplisia dari mulai pengumpulan bahan
sampai pemeriksaan hasil akhir
II. PRINSIP
Didasarkan pada proses pengeringan, fermentasi, pembuatan simplisia
melalui proses khusus dan berdasarkan tahapan-tahapan dalam pembuatan
simplisia dengan metode pengeringan menggunakan oven.
III. TEORI
Simplisia menurut BPOM, 2014 adalah bahan alam yang telah
dikeringkan yang digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami
pengolahan kecuali dinyatakan lain. Suhu pengeringan yang digunakan
dalam pengeringan simplisia tidak lebih dari 60◦ C.
Jenis-jenis simplisia :
1. Simplisia Nabati
Berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan.
Eksudat tumbuhan adalah isi sel yang secara spontan keluar dari
tumbuhan atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tumbuhannya dan belum berupa senyawa kimia murni.
2. Simplisia Hewani
3. Simplisia Petikan (Mineral)
Simplisia yang aman dan berkhasiat adalah simplisia yang tidak
mengandung bahaya kimia, mikrobiologis dan bahaya fisik serta
mengandung zat aktif yang berkhasiat. Ciri simplisia yang baik adalah
dalam kondisi kering (% air<10%). Untuk simplisia daun bila diremas
bergemerisik, simplisia buah dan rimpang (irisan) bila diremas mudah
dipatahkan. Ciri lain simplisia yang baik adalah tidak berjamur dan berbau
khas yang menyerupai bahan segarnya (Herawat, Nuraida, Sumarto 2012).
Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yang
menentukan mutu simplisia dalam berbagai artian yaitu komposisi
senyawa kandungan, kontaminasi dan stabilitas bahan. Namun demikian
simplisia sebagai produk olahan, variasi senyawa kandungan dapat
diperkecil, diatur atau dikonstankan (Depkes RI, 2000).

1
Dalam hal simplisia sebagai bahan baku dan produk siap konsumsi
langsung dapat dipertimbangkan 3 konsep untuk Menyusun parameter
standar umum :
1. Simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya memenuhi 3
parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran
jenis (identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia
dan biologis) serta aturan penstabilan (wadah penyimpanan dan
transportasi).
2. Simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai
obat tetap diupayakan memenuhi tiga paradigma produk
kefarmasian yaitu quality-safety-efficacy (Mutu, aman,
bermanfaat).
3. Simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang
bertanggung jawab terhadap respon biologis harus mempunyai
spesifikasi kimia yaitu komposisi senyawa kandungan (Depkes
RI, 2000).
Standarisasi suatu simplisia tidak lain pemenuhan
terhadappersyaratan sebagai bahan dan penetapan nilai berbagai parameter
dari produk seperti ditetapkan sebelumnya. Standarisasi simplisia
mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan yang
tercantum dalam monografi terbitan resmi departemen Kesehatan. (Depkes
RI, 2000).
Pada umumnya pembuatan simplisia melalui tahapan sebagai berikut :
(Depkes RI,1985)
1. Pengumpulan Bahan Baku
Kualitas bahan baku simplisia sangat dipengaruhi beberapa faktor,
seperti umur tumbuhan atau bagian tumbuhan pada waktu panen, dan
lingkungan tempat tumbuh.
2. Sortasi Basah
Dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan asing
lainnya dan memilih tumbuhan yang baik.

2
3. Pencucian
Dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang
melekat pada bahan asing lainnya seharusnya pencucian dilakukan
dengan air bersih.
4. Perajangan
Untuk membuat simplisia kecil kecil dan cepat kering pada proses
pengeringan
5. Pengeringan
Mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat
disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi kadar air
dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunan mutu atau
perusakan simplisia.
6. Sortasi Kering
Untuk memisahkan benda-benda asing seperti bagian-bagian tanaman
yang tidak diinginkan dan pengotor-pengotor lain yang masih ada dan
tertinggal pada simplisia.
7. Pengepakan
8. Penyimpanan dan Pemeriksaan Mutu

Serbuk adalah sediaan obat tradisional berupa butiran homogen


dengan derajat halus yang cocok. Bahan bakunya berupa simplisia
sediaan galenic atau campurannya. Serbuk simplisia adalah sediaan obat
tradisional berupa butiran homogen dengan derajat halus yang sesuai
terbuat dari simplisia atau campuran dengan ekstrak yang cara
penggunaannya diseduh dengan air panas (BPOM, 2014).
Serbuk simplisia memiliki beberapa persyaratan, kadar air yang
terkandung tidak lebih dari 10%, angka lempeng total tidak lebih dari 10,
angka kapang dan khamir tidak lebih dari 10, mikroba patogen negatif,
aflatoksin tidak lebih dari 30 bpj.
Pembuatan serbuk simplisia dimulai dengan penggilingan atau
penghalusan ukuran tanaman obat adalah penurunan ukuran atau

3
penghalusan secara mekanik dari bahan tanaman tertentu, seperti daun,
akar, biji dan sebagainya menjadi unit sangat kecil (halus) dari bentuk
fragmen besar menjadi serbuk halus. Tahap ini merupakan tahap pertama
dari pengolahan tanaman obat baik dalam bentuk sederhana maupun
bentuk kompleks. Dalam proses homogenitas ukuran partikel merupakan
parameter utama.
Perlu diperhatikan penggilingan dan hasil penggilingan harus
distandarisasi ukuran partikelnya dengan cara pengayakan. Pengayak
dibuat dari kawat logam atau bahan lain yang cocok dengan penampang
melintang yang sama diseluruh bagian. Jenis pengayak dinyatakan
dengan nomor yang menunjukan jumlah lubang ke tiap 2.54 cm dihitung
searah dengan panjang kawat. Derajat halus serbuk dinyatakan dengan
nomor pengayak, jika derajat halus suatu serbuk dinyatakan dengan satu
nomor, dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak
dengan nomor tersebut. Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan dua
nomor dimaksudkan bahwa semua serbuk dapat melalui pengayak dengan
nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak dengan
nomor tertinggi.
Kencur merupakan bahan alamiah kering berupa rimpang
(Rhizoma) dan tanaman kencur (Kaempferia Galanga L.) yang digunakan
untuk obat dan belum mengalami pengolahan apapun. Tanaman ini sudah
berkembang di pulau Jawa dan diluar Jawa seperti Sumatera Barat,
Sumatra Utara, Kalimantan Selatan. Sampai saat ini karakteristik utama
yang dapat dibedakan kencur adalah daun dan rimpangnya dan kencur
berdaun sempit dengan ukuran rimpang lebih kecil (Syukur dan Hernani,
2001).
Tanaman Kencur memiliki klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Sub Kingdom: Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida

4
Sub Kelas : Commelinadae
Ordo : Zingiberales
Family : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia Galanga L
IV. ALAT & BAHAN
4.1 Alat
a. Pisau
b. Oven
c. Loyang
d. Timbangan
4.2 Bahan
a. Kencur
b. Aqua dest

V. PROSEDUR
Pembuatan simplisia
Disiapkan kencur, kemudian lakukan sortasi basah, pilihlah kencur
dengan kualitas yang baik, pisahkan dari pengotor-pengotor yang
terdapat dalam kencur tersebut. Setelah sudah pasti bersih dari
pengotor dan pemilihan kencur yang baik dilakukan pencucian
simplisia dengan digunakan air mengalir.
Ditiriskan simplisia kemudian dilakukan penimbangan basah. Catat
hasil penimbangan. Kemudian setelah itu rajang kencur secara
horizontal dengan ukuran 2-3 cm dan setelah itu dilakukan proses
pengeringan pada oven pada suhu 40⁰-50⁰ C.
Dilakukan penimbangan hasil pengeringan tersebut. Catat dan
tuliskan hasil susut, berat kencur hasil pengeringan dan sebelum
pengeringan. Simpan kencur dalam wadah/plastik yang tertutup agar
kualitas hasil pengeringan kencur terjaga dan tetap baik.

5
VI. DATA PENGAMATAN

Nama lain : Kencur


Tanaman asal : Kaempferia galanga L
Keluarga : Zingiberaceae
1. Sortasi basah
Jumlah simplisia basah =532,47 gram
2. Pencucian
Sumber air : air yang mengalir
3. Pengeringan
Cara pengeringan = dikeringkan menggunakan alat oven suhu 40◦C
Lama pengeringan 2-3 hari
Hasil Pengeringan :

4. Sortasi kering
Jumlah simplisia kering = 80,90 gram
Susut penyusutan simplisia = 532,47 gram – 80,90 gram
= 451,57 gram

6
VII. PEMBAHASAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan yaitu pembuatan simplisia


kencur harus memiliki ketelitian yang teliti, sebab jika terdapat kesalahan
dalam pembuatan simplisia maka akan menurunkan senyawa aktif yang ada
didalam simplisia tersebut.
Proses pembuatan simplisia dimulai dengan pengumpulan bahan baku,
kondisi senyawa aktif falam suatu simplisia berbeda-beda tergantung bagian
tanaman yang digunakan, umur tanaman yang digunakan, waktu panen,
lingkungan tempat tumbuh. Untuk kencur sendiri bagian yang digunakan
adalah rimpang untuk dijadikan simplisia karena pada rimpang kencur
terdapat kandungan minyak atsiri dan alkaloid yang berfungsi sebagai
stimulant dalam tubuh. Jenis tanah yang baik untuk budidaya tanaman kencur
yaitu tanah yang memiliki stuktur remah dan kaya akan humus, selain itu jenis
tanah lempung berpasir dan berliat juga cukup bagus. Daerah yang cocok
untuk menanam kencur adalah daerah yang memiliki ketinggian 50 sampai
1000 meter diatas permukaan laut dengan curah hujan antara 2500 sampai
4000 mm/tahun. (Materi Pertanian, 2019).
Dilakukan proses sortasi basah untuk memisahkan kotoran-kotoran atau
bahan-bahan asing dari bahan simplisia, contohnya tanah, kerikil, rumput, atau
bahan yang memang tidak baik untuk dijadikan simplisia. Tanah mengandung
bermacam-macam mikroba, bahkan pupuk atau zat-zat lain yang digunakan
untuk proses tanaman bahan juga banyak mengandung mikroba sehingga
dengan sortasi basah ini untuk meminimalisir kontaminasi bahan yang akan
dijadikan simplisia dengan zat lain di proses awal.
Dilanjutkan dengan pencucian, tentunya untuk menghilangkan tanah dan
pengotoran lainnya yang melekat pada simplisia. Pencucian dilakukan dengan
digunakan air bersih dan air yang mengalir. Harus dengan air yang mengalir
agar kotoran yang telah lepas dari bahan tidak melekat Kembali pada bahan
jika air yang digunakan untuk proses pencucian dengan air yang berada pada

7
wadah. Menurut Frazie (1978) pencucian sayur-sayuran satu kali dapat
menghilangkan 25% dari jumkah mikroba awal, jika dilakukan pencucian
sebanyak tiga kali jumlah mikroba yang tertinggal hanya 42% dari mikroba
awal. Pencucian ini tidak dapat menghilangkan bahan dari semua mikroba.
Karena mikroba terdapat dalam permukaan bahan maka diminimalisir untuk
pembersihan menggunakan air mengalir.
Selanjutnya dilakukan proses perajangan setelah pencucian, perajangan
dilakukan untuk mempermudah pada proses pengeringan, pengepakan dan
penggilingan. Perajangan dilakukan dengan irisan tipis sekitar 2-3cm untuk
kencur, semakin tipis maka akan mempengaruhi cepatnya proses pengeringan
karena semakin cepat penguapan air. Namun jiga bahan dirajang terlalu tipis
akan mengakibatkan berkurang atau hilangnya zat berkhasiat yang terkandung
dalam bahan. Pada kencur zat khasiat dari minyak atsiri akan berkurang. Ini
akan mempengaruhi komposisi bau dan rasa yang diinginkan serta keefektifan
khasiat dari simplisia tersebut. Cara pengirisan/perjangan yang berbeda dapat
mempengaruhi penurunan kadar minyak atsiri dan total fenol. Pengirisan
secara melintang (slices) menunjukan persentasi penurunan kadar minyak
atsiri lebih besar dibandingkan dengan pengirisan membujur (split).Ukuran
tiap perajangan juga diusahakan agar sama karena untuk memudahkan proses
pengeringan yang rata.
Tahapan selanjutnya adalah proses pengeringan, tujuan pengeringan untuk
mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak sehingga dapat disimpan
dalam waktu yang cukup lama. Pengeringan bahan merupakan salah satu
pengawetan yang banyak dilakukan karena tidak memerlukan biaya tinggi.
Pengeringan dimaksudkan untuk mengurangi jumlah air dalam bahan agar
menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menyebabkan
kerusakan. Lebih lanjut disebutkan pengeringan juga dapat menghemat
volume bahan sehingga meningkatkan efisiensi dalam transportasi.
Pengeringan juga dapat mengakibatkan tidak bekerjanya enzim dalam bahan
karena tidak cukup air. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar
tertentu dapat menjadi media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.
Enzim tertentu dalam sel, masih dapat bekerja, menguraikan senyawa aktif

8
sesaat setelah sel mati dan selama bahan simplisia tersebut masing
mengandung kadar air tertentu. Pada tumbuhan yang masih hidup
pertumbuhan kapang dan reaksi enzimatik yang merusak itu tidak terjadi
karena adanya keseimbangan antara proses metabolism dalam tumbuhan,
keseimbangan hilang Ketika sel pada tumbuhan mati.Sebelum tahun 1950,
bahan simplisia dilakukan proses stabilisasi dengan direndam pada etanol 70%
atau dengan mangaliri uap panas. Dari hasil penelitian selanjutnya diketahui
bahwa reaksi enzimatik tidak berlangsung bila kadar air dalam simplisia
kurang dari 10%. Pengeringan simplisia dilakukan dengan menggunakan sinar
matahari langsung atau menggunakan suatu alat pengering. Hal ini perlu
diperhatikan, pengeringan menggunakan alat pengering jauh lebih efektif
dibanding dengan sinar matahari langsung karena kelembaban udara, aliran
udara,waktu pengeringan, luas permukaan bahan, suhu pada proses
pengeringan di alat pengering bisa diatur dan konstan. Sedangkan jika dengan
matahari langsung bisa terpapar zat lain atau mikroba lain yang berada di
eksternal pada proses pengeringan dilakukan. Suhu yang digunakan pada
proses pengeringan simplisia pada suhu 40-50◦C, karena pada suhu itu
mikroba dan jamur tidak akan tumbuh, jika terlalu panas maka akan
mengakibatkan terjadinya “Face Hardening” yakni bagian luar bahan sudah
kering sedangkan bagian dalam masih basah. Jika suhu di set kurang dari suhu
yang dipersyaratkan proses pengeringan lebih lama dan akan mengurangi
jumlah zat/khasiat minyak atsiri yang ada didalamnya, selain itu
memungkinkan mikroba dan jamur tumbuh pada suhu dibawah itu. Selain itu
jika suhu terlalu tinggi dan bahan aktif dalam simplisia tidak tahan panas atau
mudah menguap akan mempengaruhu kualitas dari simplisia tersebut. Dan
proses pengeringan ini akan mempengaruhi hasil LOD/ kadar air yang
terkandung dalam simplisia, memungkinkan jika suhu terlalu rendah kadar air
yang dipersyaratkan tidak akan tercapai. Proses pengeringan menggunakan
alat pengering dibandinkan dengan sinar matahari langsung adalah keefektifan
waktu pengerjaan.

9
VIII. KESIMPULAN
Pada praktikum kali ini tentang pembuatan simplisia kencur meliputi
pengumpulan bahan, sortasi basah, pencucian, perajangan hingga proses
pengeringan pada oven selama 3 hari dengan suhu 40◦C sehingga didapatkan
hasil penimbangan awal simplisia adalah 523,47 gram dan hasil penimbanga
setelah proses pengeringan adalah 80,90 gram. Untuk mengetahui khasiatnya
pada praktikum selanjutnya akan ditentukan kadar air pada simplisia.

IX. DAFTAR PUSTAKA


BPOM, 2014.Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2014 Tentang Persyaratan
Mutu Obat Tradisional. Jakarta : BPOM
Depkes RI.1994. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 661/Menkes/SK/VII/1994 Tentang Persyaratan Obat
Tradisional. Jakarta: Depkes
Depkes RI.2000.Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta
Depkes RI.1985. Cara Pembuatan Simplisia. Depkes: Jakarta
Menkes.2009.Keputusan Menteri Kesehatan RI No 261 Tentang
Farmakope Herbal. Edisi 1.Jakarta:Menkes
Herawati, Nuraida dan Sumarto.2012.Cara Produksi Simplisia Yang
Baik.Bogor: Seafast Center
Syukur, C dan Hernani. 2001.Budidaya Tanaman Obat Komersial.
Jakarta:Penebar Swadaya.
Dosen pertanian.2019.Tanaman Kencur, Klasifikasi Ciri Morfologi,
Manfaat dan Cara Budidaya. https://dosenpertanian.com/tanaman-
kencur/ (diakses 17 April 2020)

10
11

Anda mungkin juga menyukai