Anda di halaman 1dari 85

I

ILMU BADÎ’

TUJUAN

Setelah mengikuti proses pembelajaran diharapkan


peserta didik mengetahui: 1) hakikat ilmu badî’ dan ruang
lingkupnya; 2) kaitan ilmu badî’ dengan ilmu ma’ânî dan
bayân, 3) muhassinât  ma’nawiyyah (keindahan keindahan
makna). 4) muhassinât lafzhiyyah (keindahan-keindahan
lapal)

BAHASAN

A. Definisi Ilmu Badī‘


1) Badī‘ menurut Etimologi
Kata badī‘ berasal dari bahasa Arab yang terambil
dari kata bada‘a – yabda‘u – bad‘an, artinya
menciptakan sesuatu yang belum ada. Kemudian muncul
kata al-badī‘ semakna dengan al-‘ajīb, artinya sangat
indah /mengagumkan.
2). Badī‘ menurut Terminologi
Devinisi ilmu Badī secara terminologi yang
diberikan oleh para pakar balaghah beragam, antara lain:
a) Sayid Ahmad al Hasyimi
1
‫ ُد ْال َكالَ َم‬888ْ‫وْ هُ َو ْال َمزَ ايَا التِى ت َِزي‬888ُ‫ ِه ْال ُوج‬888ِ‫رفُ ب‬888ْ
َ ‫ِع ْل ٌم يُع‬
‫ ِه‬8 ِ‫ َد ُمطاَبَقَت‬8‫ا ً بَ ْع‬8 ‫ُحسْنا ً َو طَالَ َوةً َو تَ ْكسُوْ هُ بَها َ ًء َو َروْ نَق‬
‫ح َدالَلَتِ ِه َعلَى ْال ُمرا ِد‬
1 َ
ِ ْ‫ضى ْالحا َ ِل َو ُو ضُو‬ َ َ‫بِ ُم ْقت‬
Suatu ilmu yang dengannya diketahui segi-segi
(beberapa metode dancara-cara yang ditetapkan
untuk menghiasi kalimat dan memperindahnya) dan
keistimewaan-keistimewaan yang dapat membuat
kalimat semakin indah, bagusdan menghiasinya
dengan kebaikan dan keindahan setelah kalimat
tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi dan telah
jelas makna yang dikehendaki

b)Imam Akhdhari:
8‫ح‬ ُ ‫ ِة َو ُو‬8َ‫ ِة ْال ُمطَاب‬8َ‫ َد ِرعَاي‬8ْ‫ي ِْن ْال َكالَ ِم بَع‬8‫وْ هُ تَحْ ِس‬8ُ‫ ِه ُوج‬8ِ‫ َرفُ ب‬8ْ‫ِع ْل ٌم يُع‬
ِ ْ‫و‬8‫ض‬
‫ال َدالَلَ ِة‬
ilmu badî’ adalah ilmu untuk mengetahui cara
membentuk kalam yang baik sesudah memelihara
muthâbaqah dan kejelasan dalâlah-nya.

Dari berbagai sumber pada dasarnya esensinya


sama, bahwa: ilmu badī‘ adalah ilmu yang mempelajari
tentang keindahan lafaz dan makna ketika dirangkai dan
disusun dalam suatu kalimat.
B. Peletak Dasar Ilmu Badī‘

Sayid Ahmad al Hasyimi, Jawahir al Balaghah, (Bairut,


1

Maktabah al ‘Ashriyah, 1999), 298.


Peletak dasar ilmu badî’ adalah Abdullah Ibn al-Mu’taz
(247H - 296H) Kemudian setelah beliau, ada Ja'far bin
Qudamah yang merupakan salah satu begawan para penulis
dari Baghdad (319H). beliau mengarang kitab (Naqdu
Qudamah) yang menyebutkan di dalamnya 31 macam
Muhassinat, sebagai penyempurna dari apa yang telah
disebutkan oleh Abdullah Ibnul Mu'taz.

Kemudian datang masa Abu Hilal al-Askary (395H)


yang mengumpulkan 37 macam Badi '. Lalu Ibnu Rastiq Al-
Qoirowany yang mengumpulkan hampir 27 macam Badi
'dalam kitabnya bernama (Al-Umdah). Setelah itu
Syarafuddin At-Tifasyi yang berasal dari Afrika dan belajar
di Mesir yang memiliki beberapa karangan tentang Badi
'. Disusul oleh Abdul Adzim yang terkenal dengan sebutan
Ibnu Abil Ishba 'al-Udwani, seorang penyair arab yang
memiliki bebrapa karangan bagus diantaranya "Badi'ul
Quran" tentang macam macam badi' yang ada di dalam al-
Qur'an. dan beliau mampu menyebutkan 90 macam Badi 'di
dalam al-Qur'an2.

C. Kaitan Ilmu Badî’ dengan Ilmu Ma’ânî dan Bayân

Ketiga disiplin ilmu tersebut (ilmu badî’, ma’ânî dan


bayân), merupakan satu kesatuan dalam ilmu balâghah yang
secara global mempelajari kaidah-kaidah mengenai gaya
2
Dr Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi, Ilmu al-Badi’. (Beirut,
Dar al-Ulmu al-Arabiyah, 1991), 11-18

3
bahasa atau uslub untuk dipergunakan dalam pembicaraan
atau tulisan. Adapun kaitan ilmu badî’ dengan kedua
disiplin ilmu itu adalah sebagai berikut

1) Ilmu bayân adalah suatu sarana untuk mengungkapkan suatu


maknadengan berbagai uslub dengan baik dengan uslûb tasybîh,
majâz, atau kinâyah ,atau membahas tentang cara-cara menyusun
redaksi yang bermacam-macam untuk suatu pengertian.

2) Ilmu ma’ânî adalah ilmu yang membahas tentang cara


penyusunan kalimat agar sesuai dengan tuntutan keadaan atau ilmu
yang membantu pengungkapan suatu kalimat agar cocok dengan
situasi, kondisi dan tingkat orang yang diajak bicara (mukhâthab).

3) ilmu badî’ menitikberatkan pembahasannya dalam segi-segi


keindahan kata baik secara lapal maupun makna. Kalau ma’ânî dan
bayân membahas materi dan isinya maka badî’ membahas dari
aspek sifatnya.

D. Aspek-aspek Ilmu Badī‘


Ilmu badī‘ mengkaji tentang keindahan bahasa yang
mencakup dua aspek, yaitu Pertama, aspek makna
(muhassinât ma’nawiyyah) dan kedua, aspek lafaz
(muhassinât Lafzhiyyah) Masing-masing dari kedua aspek
bahasa ini mempunyai bahasan tersendiri sebagaimana akan
dibahas satu persatu di bawah ini.
a) aspek makna (muhassinât ma’nawiyyah)
1) Ath-Thibāq (antitesis) ada yang menyebut
Muthābāqāh (‫ )ا ْل ُمطاَبَقَة‬dan at-Tadlād (‫)التضاَد‬
‫الطباق هو الجمع بين الشيئ وض ّده في الكالم‬
Ath-Thibāq adalah mengungkapkan suatu lafaz dengan
anonim (lawan katanya) dalam suatu kalimat.
Bentuk-bentuk Ath-Thibāq
a) Dua kata dari satu jenis:
1) sama sama isim, Contoh:
 (QS. Al-Kahfi: 18)
‫َوتَحْ َسبُهُ ْم أَيْقاَظا ً َوهُ ْم ُرقُوْ ٌد‬
dan kamu mengira mereka itu bangun, Padahal
mereka tidur

Muthābāqāh-nya antara kata , ً ‫أَيْقاَظا‬, dan ‘


‫ ’ ُرقُوْ ٌد‬sama-sama kalimat isim (kata benda)
 Sabda Nabi SAW,
‫نائمة‬ ‫لعين‬ ‫ساهرة‬ ‫عين‬ ‫المال‬ ‫خير‬
Harta yang paling baik adalah sumber mata air
yang senantiasa mengalir untuk orang yang tidur
pulas.
Muthābāqāh-nya antara kata ‘ ‫اهرة‬88‫ ’س‬dan ‘
‫ ’نائمة‬sama-sama kalimat isim (kata benda)
 (QS, al-Hadid: 3)
‫ر َوالظّا َ ِه ُر َو ْالبا َ ِطنُ َوه َُو بِ ُكلِّ َشي ٍْئ َعلِ ْي ٌم‬8ُ ‫هُ َو ْاالَ َّو ُل َواآْل ِخ‬
Dialah yang Awal dan yang akhir yang Zhahir dan
yang Bathin dan Dia Maha mengetahui segala
sesuatu.
2) Sama-sama kalimat fi’il (kata kerja) contoh:
 syi’ir karya Abi Shakhar al-Hudzly
5
‫والذي أمره األمر‬ ‫أحيا‬ ‫و‬ ‫أمات‬  # ‫والذي‬ ‫أضحك‬ ‫و‬ ‫أبكى‬ ‫أما والذي‬
Ingatlah, demi Dzat Yang membuat tangis dan
tawa, Yang mematikan dan menghidupkan, dan
yang perintah-Nya harus dituruti
Muthābāqāh-nya antara kata ‘ ‫ ’أبكى‬dan
‘ ‫حك‬8888‫ ’أض‬serta ‘ ‫ات‬8888‫ ’أم‬dan ‘ ‫ ’أحيا‬masing-
masing sama-sama fi’il
 (QS, al-A’la: 13)
ُ ْ‫ثُ َّم الَ يَ ُمو‬
‫ت فِيْها َ َوالَ يَحْ يَى‬
kemudian Dia tidak akan mati di dalamnya dan
tidak (pula) hidup.
3) Sama-sama kalimat huruf (kata sandang), contoh
(QS, al-Baqarah: 286)
ْ َ‫ت َو َعلَيْها َ ما َ ا ْك َسب‬
‫ت‬ ْ َ‫لَها َ ما َ َك َسب‬
ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari
kejahatan) yang dikerjakannya.
Muthābāqāh-nya antara hurf jar lam dan ‘ala
Contoh lain, seperti kata Majnun laila (orang
yang tergila-gila sama laila)

‫ليا‬ ‫وال‬ ‫علي‬ ‫ وأخرج منه ال‬# ‫على أنني راض بأن أحمل الهوى‬
Sesungguhnya aku tetap rela menanggung gejolak
nafsu, padahal aku bisa keluar darinya. Bagiku, nafu
itu tidak merugikan dan tidak menguntungkan.

b) Dua kata yang berbeda jenisnya,


 (isim dan fi’il) contoh, (QS, al-‘An’am: 122)
ُ‫أَ َو َم ْن كاَنَ َميْتا ً فَاَحْ يَيْناَه‬
dan apakah orang yang sudah mati kemudian dia
Kami hidupkan
 (fi’il dengan isin), contoh (QS, ar-Ra’du: 33)
‫َو َم ْن يُضْ لِ ِل هللاُ فَما َ لَهُ ِم ْن ها َ ٍد‬

Dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah,


maka baginya tidak ada seorangpun yang akan
memberi petunjuk.

Ath-thibāq terbagi menjadi tiga macam, yaitu:


1), Thibā al-Ijāb (‫اب‬88‫اق اإليج‬88‫)طب‬, yaitu pengungkapan
suatu lafaz dengan anonimnya dalam suatu kalimat dan
keduanya disusun dari kalimat yang tidak didahului nafy
atau nahy, atau tidak memiliki fitur / tanda yang
menunjukkan adanya perbedaan positif dan negatif
Contoh:
‫هَلْ يَ ْست َِوى البَ ِخ ْي ُل َوال َك ِر ْي ُم‬
Apakah sama orang yang bakhil (kikir) dengan orang yang
pemurah?
Contoh lain,

‫الم‬888‫ ع‬ ‫واء‬888‫فليس س‬   # ‫اس عنا و عنهم‬888‫لي ٳن جهلت الن‬888‫س‬


‫جهول‬ ‫و‬
Tanyakanlah kepada manusia tentang diriku dan tentang
mereka bila kamu tidak tahu. Maka tidaklah sama orang
alim dengan orang bodoh.

7
Contoh lain sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an:
(QS. al-Kahfi [18]: 18)

‫د‬8ٌ ْ‫َوتَحْ َسبُهُ ْم أَيْقاَظا ً َوهُ ْم ُرقُو‬


Dan kamu mengira mereka itu bangun padahal mereka
tidur
Contoh lain sabda Rasulullah:
‫خَ ْي ُر ْال َما ِل َعي ٌْن َسا ِه َرةٌ لِ َعي ٍْن نَائِ َم ٍة‬
Sebaik-baik harta benda adalah mata air yang mengalir
bagi mata yang tertidur
Dari contoh di atas bentuk pertama ditemukan beberapa
lafaz yang disebutkan dengan anonimnya (lawan katanya)
dalam suatu kalimat: lafaz ‫ البخيل‬dengan ‫ريم‬88‫الك‬, lafaz ‫أيقاظا‬
dengan ‫رقود‬, lafaz ‫ ساهرة‬dengan ‫نائمة‬.
2), Thibā al-Salb (‫)طباق السلب‬, yaitu pengungkapan suatu
lafaz dengan anonimnya dalam suatu kalimat sekalipun
keduanya terbentuk dari susunan lafaz fi‘il yang sama tetapi
salah satu dari kedua fi‘il didahului nafy atau nahy, atau
dengan kata lain memiliki fitur / tanda yang menunjukkan
adanya perbedaan positif dan negatifnya
Contoh: (QS. an-Nisā’ [4]: 108)

َ‫وْ ن‬88ُ‫ َو َم َعهُ ْم إِ ْذ يُبَيِّت‬8 ُ‫س َوالَ يَ ْست َْخفُوْ نَ ِمنَ هللاِ َوه‬ ِ َ ‫يَ ْست َْخفُوْ نَ ِمنَ النا‬
ً ‫ضى ِمنَ ْالقَوْ ِل َوكاَنَ هللاُ بِما َ يَ ْع َملُوْ نَ ُم ِحيْطا‬ َ ْ‫ما َ الَيَر‬
Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak
bersembunyi dari Allah, padahal Allah beserta mereka,
ketika pada suatu malam mereka menetapkan keputusan
rahasia yang Allah tidak ridhai. Dan adalah Allah Maha
meliputi (ilmu-Nya) terhadap apa yang mereka kerjakan.
Contoh lain: (QS. Az Zumar [39]: 9)
‫ َذ َّك ُر أُولُو‬8َ‫ا َ يَت‬8‫وْ نَ إِنَّم‬88‫ الَّ ِذ ْينَ يَ ْعلَ ُموْ نَ َوالَّ ِذ ْينَ الَيَ ْعلَ ُم‬8‫قُلْ هَلْ يَ ْست َِوى‬
ِ َ ‫االَ ْلبا‬
‫ب‬
Katakanlah: ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui?’
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.
Contoh lain terdapat dalam firman Allah: (QS. ar-Rūm
[30]: 7)

َ‫يَ ْعلَ ُموْ نَ ظا َ ِهراً ِمنَ ْال َحيَو ِة ال ُد ْنيا َ َوهُ ْم َع ِن اآْل ِخ َر ِة هُ ْم غاَفِلُوْ ن‬
Mereka Hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan
dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah
lalai.
Dari contoh-contoh di atas, bentuk kedua ditemukan
beberapa lafaz yang disebutkan dengan anonimnya (lawan
katanya) di mana keduanya terbentuk dari susunan lafaz fi‘il
yang sama tetapi fi‘il yang satunya tidak didahului nafy atau
nahy dan yang satunya lagi didahului nafy atau nahy:
yaitulafaz َ‫ست َْخفُوْ ن‬
ْ َ‫ ي‬dengan ‫ال يَ ْست َْخفُوْ ن‬, lafaz ‫ يعلمون‬dengan
‫ال يعلمون‬, lafaz ‫ ال يعلمون‬dengan ‫يعلمون‬.
Sedangkan contoh amar dan nahi, seperti firman Allah
dalam surat al-Ma’idah ayat 44,
ْ ‫س َو‬
‫اخشوْ نِى‬ َ َ ‫فَالَ ت َْخ َش ُواالنا‬
9
janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah
kepada-Ku.

3), Ihām al-tadād ( ‫ ) إِيْها َ ُم التَضا َ ِد‬yaitu: mendatangkan


lafaz yang seolah-olah ia mengandung dua makna yang
berlawanan padahal sebenarnya tidak

Contoh, syi’ir karya Di’bal ibn ‘Ali al-Khuza’i

‫ ِه‬8 ‫يْبُ بِ َر ْأ ِس‬8 ‫ ِحكَ ْال َم ِش‬8 ‫ض‬


َ # ٍ 8‫ ْل ُم ِم ْن َر ُج‬8 ‫ا َ َس‬8 ‫الَ تَ ْع َجبِي ي‬
‫ل‬8
‫فَبَ َكى‬
Hai salma! Janganlah kau mengagumi lelaki yang uban di
kepalanya tertawa lali ia menangis

Kata ‘‫ك‬ َ ’ dan ‘َ‫ ’ ب َكى‬pada syi’ir di atas seolah olah


َ ‫ض ِح‬
berlawanan padahal tidak, sebab yang dimaksud dengan
ِ ‫يْبُ بِ َر ْأ‬88‫ك ْال َم ِش‬
kata ‘‫ ِه‬88‫س‬ َ ‫ ِح‬88‫ض‬
َ ’ adalah munculnya uban di
3
kepala

2) Mura’ah an-Nadzir (‫ير‬88‫اة النظ‬88‫)مراع‬ /at-Tanasub (


‫ )التناسب‬/al-I’tilaf (‫ )االئتالف‬/ at-Taufiq (‫)التوفيق‬
Badi’ Mura’ah an-Nadzir ialah
ٍ ‫َوهُ َو أَ ْن يَجْ َم َع بَ ْينَ ْاثنَ ْي ِن فِى ْال َكالَ ِم َج ْم َع تَنا َ ُس‬
‫ب الَ َج ْم َع تَضا َ ٍد‬
mengumpulkan dua kata yang serasi dalam kalimat, yang
keserasiannya bukan bersifat anonim (perlawanan)
Contoh, (QS. Ar-Rahman: 5)
‫ال َش ْمسُ َو ْالقَ َم ُر بِ ُحسْبا َ ِن‬
3
Dr Ahmad Hasan al-Maraghi, Ilmu al-Badi..., 69
matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.
matahari dan bulan dua kata yang sangat serasi disebut
dalam untaian ayat di atas.

Contoh lain seperti perkataan orang yang memuji al-


Mahlabi (perdana mentri Mu’izzud-Daulah al-Buwaihi)
ِ ‫ َع ْيبِ ُّي التَوْ فِي‬888‫ ِد ُش‬888‫ما َ ِع ْيلِ ُّي ْال َو ْع‬888‫ر إِ ْس‬8ُ ‫ َو ِز ْي‬888‫ا َ ْال‬888‫أَ ْنتَ أَيُّه‬
‫وْ فِ ُّي‬888‫ يُوْ ُس‬,‫ق‬888ْ
ِ ُ‫ ُم َح َّم ِديُّ ْال ُخل‬,‫ْال َع ْف ِو‬
‫ق‬

Anda wahai sang perdana mentri! Bagai Nabi Isma’il dalam


berjanji, Nabi Syu’aib dalam memberikan bantuan, Nabi
Yusuf dalam mema’afkan, Nabi Muhammad dalam berakhlak.

Keserasian dan keselarasan yang memberikan nilai


keindahan pada syi’ir di atas adalah:
a) Penyebutan nama Isma’il, Syu’aib, Yusuf, dan
Muhammad. Pasangan kata yang serasi karena
semuanya adalah nama-nama Nabi.
b) Penyebutan (‫ الخلق‬,‫ العفو‬,8‫ التوفيق‬,‫ )الوعد‬semuanya
berupa pasangan kata-kata yang serasi karena
semuanya berarti akhlak.
Contohnya lagi, ucapan Usaid ibn ‘Anqa’ al-Fazazi,

ِ ‫ ِّد ِه‬8 َ‫َوفِى خ‬


‫ ِه‬8 ‫ َوفِى َوجْ ِه‬8‫ع َْرى‬8 ‫الش‬ ْ َ‫ا َ ُعلِق‬8 ‫أ َ َّن الثَ َري‬88‫َك‬
‫ ِه‬8 ِ‫ت فِى َجبِ ْين‬
‫ْالبَ ْد ُر‬
Seolah-olah bintang kejora itu digantung di pelipisnya,
bintang gemini di pipinya, dan rembulan di wajahnya

11
Keserasian syi’ir di atas terletak pada penyebutan kata:
kejora, gemini, dan rembulan. Semuanya merupakan nama-
nama planet di tata surya.

Termasuk kategori badi’ Mura’ah an-Nadzir adalah


badi’ tasyabuh al-Athraf (‫ف‬ ْ
ِ َ‫االطرا‬ ُ‫)تَشاَبُه‬, yaitu mengakhiri
kalimat dengan kata yang maknanya serasi dan selaras
dengan awalnya. Contoh (QS. al-‘An’am: 103)
‫ك ْاالَبْصا َ َر َوه َُو اللَ ِطيْفُ ْالخَ بِ ْي ُر‬
ُ ‫ر َوهُ َو يُ ْد ِر‬8ُ َ ‫الَتُ ْد ُر ُكهُ ْاالَبْصا‬
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia
dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang
Maha Halus lagi Maha mengetahui.

ِ َ‫ ’الل‬yang berarti zat yang Maha Halus


Kata ‘ ُ‫ف‬88ْ‫طي‬
maknaya serasi/selaras dengan kata ‘ ‫ر‬8ُ َ ‫ ’الَتُ ْد ُر ُكهُ ْاالَبْصا‬yang
berarti Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata

Begitu pula kata ‘‫ ’ ْالخَ بِ ْي ُر‬yang artinya Maha mengetahui


ْ ‫ك ا‬
sangat serasi dan selaras dengan kata ‘ ‫البْصا َ َر‬ ُ ‫’ َوهُ َو يُ ْد ِر‬
yang artinya Dia dapat melihat segala yang kelihatan

Dan lagi juga dikategorikan badi’ mura’ah an-Nadzir,


yaitu badi’ iham at-Tanasub (‫ب‬ ِ 888‫ا َ ُم التَنا َ ُس‬888‫ )إِيْه‬yakni
mengumpulkan dua kata yang seolah-olah maknanya serasi
padahal sesungguhnya tidak, Contoh (QS. Ar-Rahman: 5-6)
‫ال َش ْمسُ َو ْالقَ َم ُر بِ ُحسْبا َ ِن َوالنَجْ ُم َوال َش َج ُر يَ ْسجُداَ ِن‬
matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.dan
tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan Kedua-duanya
tunduk kepada nya.

Kata ‘َ‫ ’النَجْ ُم‬sekilas berarti bintang, padahal bukan,


melainkan tumbuh-tumbuhan yang tidak memiliki batang,
َ ‫ ’ال‬dan ‘َ‫’ ْالقَ َم ُر‬, badi’
sehingga tidak serasi dengan kata ‘ ُ‫ش ْمس‬
semacam ini disebut iham at-Tanasub (‫ب‬ِ ‫)إِيْها َ ُم التَنا َ ُس‬
3. al-‘Aks (‫ )العكس‬juga disebut at-Tabdil (‫)التبديل‬
Membalik kata-kata, yang semula di awal pada kalimat
pertama, kemudian ditaruh di belakang pada kalimat kedua.
Badi’ al-‘Aks ini dalam penerapannya, bisa terjadi dengan
beberapa cara, antara lain.
a) Terjadi pada idlofah. Contoh,
ِ َ‫ت ْالعاَدا‬
‫ت‬ ُ َ‫ت الساَداَت ساَدا‬
ُ َ‫عاَدا‬
Kebiasaan orang orang yang mulia, adalah mulia-
mulianya kebiasaan
b) Terjadi pada kata-kata yang berhubungan dengan
kalimat fi’il. Contoh (QS, Yunus: 31)
‫ت َوي ُْخ ِر ُج ْال َميِِّتَ ِمنَ ْال َحيِّى‬
ِ ِّ‫َو َم ْن ي ُْخ ِر ُج ْال ََحيَّى ِمنَ ْال َمي‬
dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang
mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup
c) Terjadi pada jumlah. Contoh, (QS, al-Baqarah: 187)
‫ه َُّن لِباَسٌ لَ ُك ْم َوأَ ْنتُ ْم لِباَسٌ لَه َُّن‬
mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah
pakaian bagi mereka.

Contoh lain seperti kata penya’ir yang


menggambarkan malam,
13
ُ ‫ َع‬8‫واَلُه َُّن َم‬88‫ فِ ِط‬#
‫ر‬8ِ ْ‫رُو‬8 ‫الس‬ ‫واَ ٌل‬88‫وْ ِم ِط‬88‫ َع ْالهُ ُم‬88‫ا َ ُره َُّن َم‬8 ‫فَقِص‬
‫قِصا َ ٌر‬
Pendeknya waktu malam kalau disertai dengan rasa
sedih akan menjadi panjang, dan panjangnya malam
kalau disertai dengan rasa senang akan menkadi
pendek.

4. irshad (8‫ )االرصاد‬juga disebut at-Tashim (‫)التسهيم‬


Yaitu membuat lapal sebelum akhir faqrah/bait, yang
menunjukan akhir faqrah/bait. Contoh (QS, al- 'Ankabuut:
40)
ْ َ‫َوما َ كاَنَ هللاُ لِي‬
َ‫م َولَ ِك ْن كاَنُوْ ا أَ ْنفُ َسهُ ْم يَ ِظلِ ُموْ ن‬8ُْ‫ظلِ َمه‬
dan Allah sekali-kali tidak hendak Menganiaya mereka, akan
tetapi merekalah yang Menganiaya diri mereka sendiri.
ْ َ‫ ’ َوماَكاَنَ هللاُ لِي‬yang artinya dan Allah sekali-
Lapal ‘‫ظلِ َمهُ ْم‬
kali tidak hendak Menganiaya mereka, disebutkan untuk
menunjukan adanya kalimat akhir dalam faqrah/bait, yaitu ‘
ْ َ‫هُ ْم ي‬8 ‫اَنُوْ ا أَ ْنفُ َس‬8 ‫ ’ َولَ ِك ْن ك‬yang artinya tetapi merekalah
َ‫وْ ن‬88‫ظلِ ُم‬
yang Menganiaya diri mereka sendiri.
Contoh lain, (QS, Yunus: 19)
ْ 8َ‫َوما َ كاَنَ النَاَسُ إِالَّ أُ َّمةً َوا ِح َدةً ف‬
ْ َ‫بَق‬8‫ ةٌ َس‬8‫وْ الَ َكلِ َم‬88َ‫ َول‬8‫اختَلَفُوْ ا‬8
‫ت ِم ْن‬
َ‫ض َي بَ ْينَهُ ْم فِيْما َ فِ ْي ِه يَ ْختَلِفُوْ ن‬
ِ ُ‫ك لَق‬
َ ِّ‫َرب‬
manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka
berselisih kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah
ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di
antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu.
5. al-Musyakalah (‫)المشاكلة‬
Yaitu menyebutkan sesuatu dengan kalimat lain karena
bersamaan kejadiannya, baik secara nyata maupun hanya
perkiraan.

a) Contoh kejadiannya bersamaan secara nyata seperti


syi’ir karya Abi ar-Raqa’miq Ahmad Muhammad al-
Anthaqi
ْ ‫ت‬
ً ‫اطبَ ُخوْ ا لِى ُجبَّةً َوقَ ِميْصا‬ ُ ‫ قُ ْل‬# َ َ‫قاَلُوْ ا ا ْقت َِرحْ َشيْئا ً نُ ِج ْد ل‬
ُ‫ك طَبْخَ ه‬
Mereka berkata, mintalah sesuatu, maka kami akan
memasakannya yang enak buat kamu. Maka aku
menjawab masaklah (jahitkan) jubah dan gamis buat
aku.

Contoh lain (QS, al-Ma’idah: 116)

َ ‫تَ ْعلَ ُم ما َ فِى نَ ْف ِسى َوالَ أَ ْعلَ ُم ما َ فِى نَ ْف ِس‬


‫ك‬
Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku
tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau.

َ ‫ َد‬8888‫ا َ ِع ْن‬8888‫ ’م‬kemudian diganti


Asalnya ‘‫ك‬ dengan
ungkapan ِ ‫ا َ فِى نَ ْف‬88888‫ ’م‬karena
‘ َ‫ك‬88888‫س‬ kejadiannya
ِ ‫’ما َ فِى نَ ْف‬
bersamaan dengan ungkapan ‘‫سى‬

b) Contoh kejadiannya diperkirakan bersamaan seperti


firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 138.
ِ ِ‫ص ْب َغةَ هللاِ َو َم ْن أَحْ َسنُ ِمنَ هللا‬
َ‫ص ْب َغةً َونَحْ نُ لَهُ عاَبِ ُدوْ ن‬ ِ

15
celupan Allah. dan siapakah yang lebih baik celupannya
dari pada Allah? dan hanya kepada-Nya-lah Kami
menyembah.
Kalimat ‘ِ‫ص ْب َغةَ هللا‬
ِ ’ kedudukannya menjadi mashdar
mu’akkid dari lapal ‘ِ‫ا َ بِاهلل‬8888ّ‫ ’آ َمن‬dalam ayat
sebelumnya, maksud dari celupan Allah adalah
penyucian Allah, sebab iman itu menyucikan jiwa,
sebagaimana tradisi orang orang nashrani yang
menyelup anaknya di dalam air berwarna kuning
yang disebut pembabtisan, yang diyakini dapat
menyucikan jiwanya.
6) al-Muzawajah (‫)المزاوجة‬
a) Secara etimologi
al-Muzawajah (‫ )المزاوجة‬sinonim dengan al-
Muqaranah (‫ )المقارنة‬dan al-Musyabahah (‫ )المشابهة‬yang
berarti berpasangan, perbandingan atau persamaan4

b) Secara terminilogi.
al-Muzawajah ialah memasangkan dua makna yang
sama-sama terdiri dari syarat dan jaza’. Contoh syi’ir karya
al-Buhturi
5
‫ ُد ُموْ ُعهَا‬ ‫ت‬ َ ‫فَفَا‬ ‫ ْالقُرْ بَى‬ ‫ت‬
ْ ‫ض‬ ْ ‫تَ َذ َّك َر‬   8‫ ِد َما ُؤهَا‬ ‫ت‬ َ َ‫قَف‬ ً ‫يَوْ ما‬ ‫ت‬
ْ ‫اض‬ ْ َ‫احْ تَ َرب‬ ‫اِ َذا‬
Apabila penunggang kuda itu berperang, maka
mengalirlah darahnya, dan apabila ia mengingat
keluarganya maka mengalirlah air matanya.

Dr. As-Syahat Muhammad Abd ar-Rahman Abu sitit, Dirasat


4

Manhajiyah fi Ilm al-Balaghah, (‘Aman, Dar, al-Fikri, 1983), 97


5
Ibid, 98
Dua jumlah yang terdiri dari syarat dan jaza’ pada
syi’ir di atas dirangkai dalam untaian syi’ir oleh al-Buhturi.
Yaitu:
a) Jika berperang mengalirlah darahnya.
b) Jika teringat keluarga mengalirlah air mata.

Contoh lain (QS, al-A’raf: 175)


َ ُ‫ ه‬8‫َوا ْت ُل َعلَ ْي ِه ْم نَبَأ َ الَّ ِذى آتَيْناَهُ آياَتِنا َ فَا ْن َسلَخَ ِم ْنها َ فَأ َ ْتبَ َع‬
ُ‫يْطاَن‬8 ‫الش‬
َ‫فَكاَنَ ِمنَ ْالغا َ ِو ْين‬
Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah
Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan
tentang isi Al Kitab), kemudian Dia melepaskan diri dari
pada ayat-ayat itu, lalu Dia diikuti oleh syaitan (sampai
Dia tergoda), Maka jadilah Dia Termasuk orang-orang
yang sesat.

Dalam ayat di atas terdapat unsur al-Muzawajah, yaitu


penggabungan antara melepaskan diri dari ayat-ayat Allah
dan diikuti syaitan, kemudian menuturkan konsekuensinya
yaitu ketersesatan6.

Contoh lain,

َ‫غَراَ ُمها‬
7
‫ازداَ َد ِمنِّى‬ ُ ْ‫ نَظَر‬# َ ‫د ِمنِّى َجماَلُها‬8َ َ‫ازدا‬
ْ َ‫ت لَها َ ف‬ ْ َ‫َت ف‬
ْ ‫إِذاَ ما َ بَد‬
Ketika nampak, bagiku kecantikannya semakin bertambah,
dan ketika aku memandangnya, maka rasa rinduku semakin
menggelora.

6
Ibid, 99
7
Ibid, 98
17
Syi’ir di atas mengandung badi’ al-Muzawajah,
yaitu menggabungkan dua jumlah yang sama-sama
terdiri dari syarat dan jaza’, yakni:

a). Jika menampakkan diri kecantikannya


semakin bertambah.
b) Jika aku memandang, rasa rindu semakin
bertambah8,
7) ar-Ruju’ (8‫)الرجوع‬
Badi’ ar-Ruju’ adalah meralat kalimat yang telah
disebutkan karena adanya faidah. Contoh, syi’ir karya
Zuhair berikut ini,
‫ وغي ََّرها األروا ُح والديـ ُم‬،‫ بلى‬# ‫ التي لم يُ ْعفِها القِ َد ُم‬8‫قف بالديار‬
Berhentilah di kampung-kampung yang belum dirusak oleh
telapak kaki, memang ya tapi ia sudah berubah oleh angin
dan hujan.
Kata ‘‫ ’بلى‬dalam syi’ir bertujuan untuk meralat
informasi yang telah disampaikan bahwa kampung-
kampung itu masih utuh belum dirusak oleh telapak kaki,
padahal kenyataanya kampung tersebut sudah berubah oleh
angin dan air hujan. Tujuannya memperlihatkan ratapan dan
kebingungan9.
8) al-Muqabalah (‫)المقابلة‬

Kata ‘‫ ’ المقابلة‬merupakan mashdar dari kata ‘ ‫’ قابل‬


Wazan kata ini adalah ‘‫ ’ مفاعلة‬yang biasanya bermakna ‘
‫اركة‬88‫’ مش‬. Dalam terminology ilmu balâghah muqâbalah
adalah,
8
Ibid, 98
9
Abd al-Muta’ali as-Sha’idi, Bughyah al-Idlah,28
‫ؤتى بما يقابل ذلك على‬888‫ثر ثم ي‬888‫وافقين أو أك‬888‫نين مت‬888‫ؤتى بمع‬888‫أن ي‬
‫الترتيب‬
Muqabalah adalah mengemukakan dua makna yang sesuai
atau lebih kemudian mengemukakan perbandingannya
dengan cara tertib.

Atau dengan kata lain Muqabalah mengungkapkan dua


lafaz atau lebih dalam suatu kalimat lalu diiringi (diikuti)
dua lafaz lain yang merupakan anonim (lawan kata) dari
dua lafaz pertama yang disebutkan secara beriringan.
Brtikut ini contoh-contoh muqâbalah:

1) Firman Allah swt dalam Alquran (Q.S. Al-A’raf :


157):
َ ِ‫ت َوي ُِحرِّ ُم َعلَ ْي ِه ُم ْالخَباَئ‬
‫ث‬ ِ َ ‫َويُ ِحلُّ لَهُ ُم الطَيِّبا‬
Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan
mengharamkan bagimereka yang buruk 

Lafaz ُّ‫ ي ُِحل‬dan ‫ الطَّيِّبَات‬adalah anonim (lawan kata)


dari lafaz ‫ ي َُحرِّ ُم‬dan ‫الخبائث‬.
2) Seorang penyair bertutur:

8‫ و أقبح الكفر واإلفالس‬# ‫دنيا إذا اجتمعا‬888888‫دين وال‬888888‫ما أحسن ال‬


‫بالرجل‬

19
Alangkah indahnya agama dan dunia, bila keduanya
terpadu, Alangkah buruknya kekufuran dan kemiskinan,
bila ada pada diri seseorang.”

3) (QS, at-Taubah: 82)

ً‫فَ ْليَضْ َح ُكوْ ا قَلِ ْيالً َو ْليَ ْب ُكوْ ا َكثِيْرا‬

Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis


banyak,

4) sya'ir al-Buhtury:
ً‫ َوإِ َذا َسالَ ُموْ ا أَع َُّزوْ ا َذلِ ْيال‬# ِ ‫ أَ َذلُّوْ ا ع‬8‫فَإِ َذا َحا َربُوْ ا‬
‫َز ْي ًزا‬
Jika berperang, mereka membuat orang-orang yang
dulunya mulia menjadi hina dina # Jika berdamai
mereka membuat orang-orang yang dulunya hina dina
menjadi mulia.

Lafaz ‫ أَ َذلُّوْ ا‬,8‫اربُوْ ا‬


َ ‫ َح‬dan ‫َز ْي ًزا‬ ِ ‫ ع‬adalah anonim (lawan
kata) dari lafaz ‫َزوْ ا‬ ُّ ‫ أَع‬,‫ َسالَ ُموْ ا‬dan ً‫َذلِ ْيال‬
5) (QS. al-Baqarah: 185)
‫ي ُِر ْي ُد هللاُ بِ ُك ُم ْاليُ ْس َر َوالَ ي ُِر ْي ُد بِ ُك ُم ْال ُع ْس َر‬
Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak
menghendaki kesukaran bagimu

Lafaz ‫ يريد‬dan ‫ اليسرى‬adalah anonim (lawan kata)


dari lafaz ‫ ال يريد‬dan ‫العسر‬
9) At-Tauriyah (‫)التورية‬
a) Secara etimologi.
Secara etimologi tauriyah bermakna menyembunyikan
sesuatu dan menampakkan yang lain. Kata ini berbentuk
masdar dari akar kata ( ‫ ) ورى‬Dalam bahasa Arab biasa
terucap‘ ‫َوْر َّي ًة‬ َ ‫( َورَّي ُْت ْالخَ َب‬saya menutupi berita itu dan
ِ ‫ر ت‬888
menampakkan lainnya).

b) Secara terminologi para pakar balaghah memberikan devinisi


beragam, antara lain:
1) As-Sayid Ahmad al-Hasyimi, dalam kitab Jawahir al-
Balaghah
َ ‫ َدهُما‬8‫ا َ ِن أَ َح‬8‫هُ َم ْعنَي‬8َ‫ِه َي أَ ْن يَ ْذ ُك َر ْال ُمتَ َكلِّ ُم لَ ْفظا ً ُم ْف َرداً ل‬
‫راَ ُد‬88‫و ْال ُم‬8 َ 8ُ‫ ٌد خَ فِ ٌّي ه‬8 ‫قَ ِريْبٌ ظا َ ِه ٌر َغ ْي ُر ُمراَ ٍد َواآلخَ ُر بَ ِع ْي‬
‫ َوهَّ ُم‬88َ‫ب فَيَت‬ ِ َ‫ال َم ْعنَى ْالق‬88
ِ ‫ر ْي‬88 ْ ِ‫هُ ب‬88‫ َع ْن‬8‫ ٍة َولَ ِكنَّهُ َو َّرى‬88َ‫بِقَ ِر ْين‬
َ‫ْس َك َذلِك‬ َ ‫السَّا ِم ُع ال َّو ِل َو ْهلَ ٍة أَنَّهُ ُمراَ ٌد َولَي‬
Tauriyah ialah Seseorang yang berbicara
menyebutkan lafaz yang tunggal, yang
mempunyaidua macam arti. Yang pertama arti yang
dekat dan jelas tetapi tidak dimaksudkan, dan yang
lain makna yang jauh dan samar, tetapi
yangdimaksudkan dengan ada tanda-tanda, namun
orang yang berbicara tadimenutupinya dengan
makna yang dekat. Dengan demikian pendengar
menjadisalah sangka sejak semulanya bahwa makna
yang dekat itulah yang dikehendaki, padahal tidak

21
2) Dr. Mahmud Hasan al-Maraghi dalam kitab ilmu
al-Badi’
ِ 8َ‫ا َ ِن َم ْعنًى ق‬8‫هُ َم ْعنَي‬8َ‫ظٌ ل‬88‫هُ َو أَ ْن ي ُْذ َك َر لَ ْف‬
‫ ٌد‬8‫ريْبٌ َو َم ْعنًى بَ ِع ْي‬8
‫ ٍة‬8 َ‫اَداً َعلِى قَ ِر ْين‬8 ‫َويَ ُكوْ نُ ْال َم ْعنَى ْال َم ْقصُوْ ُد هُ َو ْالبَ ِع ْي ُد إِ ْعتِم‬
‫خَ فِيَّ ٍة‬
Tauriyah ialah menyebut lafal yang memiliki dua
makna: makna dekat dan makna jauh, dan makna
yang dimaksud adalah yang jauh berdasarkan
indikator yang samar

Pengertian tauriyah berdasarkan definisi di atas adalah


penyebutan sesuatu kata yang bersifat polisemi, yaitu jenis
kata yang memiliki dua makna (ambigu).  pertama makna
denotatif (yang dekat dan jelas), namun makna itu tidak
dimaksudkan. kedua konotatif (makna yang jauh dan
samar), namun makna itulah yang dimaksudkan.

Transfer pengambilan makna dari makna awal kepada


makna kedua, dari yang dekat dan jelas kepada makna yang
jauh dan samar karena adanya qarinah (indikator), bahwa
kata tersebut harus dimaknai seperti itu. Qarinah yang
menuntut kata tersebut dimaknai seperti itu adalah
konteknya.

Tauriyah terbagi menjadi empat macam10, yaitu :

a) Tauriyah Mujarradah

10
Sayid Ahmad al Hasyimi, Jawahir al Balaghah, (Bairut,
Maktabah al ‘Ashriyah, 1999), 300
Tauriyah mujarradah ialah tauriyah yang tidak dibarengi
dengan sesuatu yang sesuai dengan dua macam arti,

Contoh 1.

kisah Nabi Ibrahim ketika beliau dalam perjalanan


dengan istrinya Siti Hajar. Di tengah perjalanan keduanya di
tangkap oleh (Abimelekh) penguasa yang sangat kejam dan
bengis. Untuk menyelamatkan istrinya dari kebengisan sang
penguasa, Nabi Ibrahim menjawab dengan menggunakan
uslūb at-tauriyah ketika di introgasi oleh sang penguasa,
“Siapa perempuan ini?” Nabi Ibrahim menjawab, ‫هذه أختي‬
(Dia adalah saudariku).

Kata ‫ أختي‬dalam konteks kalimat ini mengandung at-


tauriyah yang mempunyai dua makna: pertama, makna
dekat yang mudah dipahami, yaitu saudariku ‫أختي في النسب‬
sedangkan makna kedua, yaitu saudariku seagama (istriku)
‫تي في هللا‬88‫ أخ‬. Tetapi yang dimaksudkan oleh lafaz tersebut
adalah makna jauh atau makna kedua. Kata tersebut sengaja
diucapkan Nabi Ibrahim untuk menjaga identitas istrinya.
Seandainya beliau menjawab Siti Hajar adalah istrinya bisa
jadi dia akan dibunuh.

Contoh 2,

Dalam Alquran surat al-An’am ayat 60 Allah swt


berfirman:

23
‫م بِالنَها َ ِر‬8ُْ‫م بِاللَ ْي ِل َويَ ْعلَ ُم ما َ َج َرحْ ت‬8ْ ‫َوهُ َو الَّ ِذى يَتَ َوفَّي ُك‬
Dan Dialah yang mewafatkan (menidurkan) kamu di malam
hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada
siang hari

Kata ‘‫ح‬َ ‫ ’ َج َر‬pada ayat di atas memiliki dua makna 1)


melukai (makna dekat) 2) melakukan pekerjaan (makna
jauh) dan ini makna yang dikehendaki.

Pada kedua contoh kalimat di atas terdapat ungkapan


tauriyah yaitu kata (‫ )أُ ْختِي‬dan (‫م‬8ْ ُ‫ج َرحْ ت‬
َ ) Pada kedua contoh di
atas tidak terdapat kata-kata yang sesuai dan munasabah untuk
keduanya, sehingga dinamakan tauriyah mujarradah

b) Tauriyah Murasysyahah

Tauriyah murasyahah ialah suatu tauriyah yang setelah


itu dibarengi dengan ungkapan yang sesuai dengan makna yang
dekat. Tauriyah ini dinamakan murasyahah karena dengan
menyertakan ungkapan yang sesuai dengan makna dekat menjadi
lebih kuat. Sebab makna yang dekat tidak dikehendaki, jadi
seolah-olah makna yang dekat itu lemah, apabila sesuatu
yang sesuai dengannya disebutkan, maka ia menjadi kuat. Contoh,
(QS, al-Dzâriyat:47)

‫َوال َس َمآ َء بَنَيْناَها َ بِأ َ ْي ٍد‬


Dan langit itu Kami bangun dengan tangan (kekuasaan)
Kami.

Pada ayat di atas terdapat ungkapan tauriyah, yaitu pada kata (َ ‫بِأ‬
‫ ٍد‬8‫) ْي‬. Kata tersebut mengandung kemungkinan diartikan dengan
tangan, yaitu diberimakna anggota tubuh, dan itulah makna yang
dekat. Sedangkan makna jauhnya adalah kekuasaan. Dalam pada itu
disebutkan juga ungkapan yang sesuai dengan makna yang dekat itu
dari segi untuk menguatkan, yaitu kata (َ ‫)بَنَيْناَها‬. Namun demikian,
pada ayat di atas ungkapan tauriyah mengandung kemungkinan
makna yang jauh yang dikehendaki.

c) Tauriyah Mubayyanah

Tauriyah Mubayyanah adalah salah satu jenis tauriyah


yang disebutkan padanya ungkapan yang sesuai untuk makna yang
jauh. Dinamakan mubayyanah karena ungkapan tersebut
dimunculkan untuk menjelaskan makna yang ditutupinya. Sebelum
itu makna yang dimaksudkan masih samar, sehingga
setelah disebutkan kelaziman makna yang dikehendaki menjadi
jelas.Contoh,

‫ون فى‬8888‫دى غص‬8888‫ وظلمت من فق‬# 8‫ مطوقا‬8‫الهموم‬8888‫يا من رانى ب‬


‫شجون‬

25
Hai orang yang melihat aku dikelilingi kesedihan, ketika
aku tidak ada ranting ranting itu berlindung pada dahan
yang rindang cabangnya berbelit belit.

Kata syujuun pada syi’ir di atas bersifat ambigu, karena


memiliki dua makna, yaitu kesedihan (makna dekat dan
mudah di tangkap) karena adanya kata al-humuum, dan
makna dahan yang rindang (makna jauh yang dikehendaki
oleh penya’ir)

d).Tauriyah Muhayyaah 

Tauriyah Muhayyaah  ialah tauriyah yang tidak terwujud


kecuali dengan lafaz sebelum atau sesudahnya. Jadi Muhayyaah
terbagi menjadi dua bagian :

1) Sesuatu yang dipersiapkan dengan lafaz yang terletak


sebelumnya.Contoh,

‫رض من ذالك‬88‫أظهرت ذاك الف‬88‫ف‬ ‫نة‬88‫ماتك س‬88‫رت فينا من س‬88‫وأظه‬


ِ ‫الن ْد‬
‫ب‬

Anda tampakkan di tengah kita, Tabiat aslimu Anda


tampakkan pemberian itu perlu, Dari yang cepat
tunaikan

Kata ‘‫ ’الن ْدب‬pada syi’ir di atas mempunyai dua


makna 1) anjuran (makna dekat) 2) cepat
menunaikan (makna jauh) dan ini makna yang
dimaksud, akan tetai makna yang jauh ini tidak
tampak jelas karena ditutupi dengan kata ‘ ُ‫’ ْالفَرْ ض‬
sebelumnya.

2) Sesuatu yang dipersiapkan dengan lafaz yang terletak


sesudahnya.Contoh,

‫أنه كان يحرك الشمال باليمين‬


Sesungguhnya ia menggerakkan baju lapang yang
menyelubungi seluruh badan dengan tangan kanan.”

Kata ‘‫ ’الشمال‬pada contoh di atas memiliki dua


makna yaitu: 1) tangan kiri (makna dekat) 2)
baju longgar yang menyelubungi seluruh tubuh
(makna jauh) dan ini makna yang dikehandaki,
akan tetapi makna ini tidak kelihatan jelas karena
tertutupi oleh kata sesudahnya yaitu ‘‫ ’اليمين‬yang
berarti tangan kanan

Contoh-contoh lain dari Tauriyah Muhayyaah:

1. Sirajudin Al-Warraq berkata :

‫ لقاء الموت عندهم األديب‬# ‫أصون أديم وجهي عن أناس‬

‫ به لهم حبيب‬8‫ ولو وافى‬# ‫ورب الشعر عندهم بغيض‬

27
Aku memelihara kulit mukaku dari banyak
orang Bertemu mati menurut mereka adalah
sesuatu yang beradabPengarang menurut mereka
adalah orang yang dibencimeski yang datang
membawa kepada mereka itu adalah orang yang
dicintai

Penjelasan: Kata “habiib” pada contoh


pertama memiliki dua makna; pertama adalah
orang yang dicintai. Inilah makna yang dekat
dan mudah dipahami oleh hati pendengar
karena berhadapan dengan kata “baghiidh”
makna kedua adalah nama Abu Tamam
penyair yaitu Habib bin Aus. Ini makna yang
jauh, namun justru makna ini yang
dikehendaki penyair dan untuk itu dengan
sangat halus ia menutupi maksudnya itu
dengan makna yang dekat.

2. Nashiruddin Al-Hammami berkata :

8‫ بها يعوق‬8‫وال قصور‬ # ‫أبيات شعرك كالقصور‬

‫ رقيق‬8‫حر ومعناها‬ # ‫ومن العجائب لفظها‬


Bait-bait syi’irmu bagaikan istana, tiada kelalaian
yang menghalanginya, di antara keajaiban-
keajaiban ,lafaznya bebas, maknanya terkekang.

Penjelasan: kata raqiiq pada syi’it di atas


memiliki dua makna, yaitu budak (makna
dekat) yang langsung bisa ditangkap dengan
akal karena ada kata hurrun sebelumnya, dan
makna terkekang (makna jauh), yang
dikehendaki oleh penyair

3. Ibnu Nubatah berkata :

‫فألجل ذايجلو الصدى‬ # ‫ يشبه مبردا‬8‫والنهر‬


Sungai itu menyerupai kikir dan oleh karenanya
bertebaranlah ‘kotoran besi’.”

4. Ibnu al-Zhahir berkata :

‫ كم بلغت عني تحيه‬# 8‫شكرا لنسمة أرضكم‬

‫ د يث الهوى فهي الذكية‬# ‫الغرو إن حفظت أحا‬


Terima kasih kepada angin bumimu yang sering
menyampaikan penghormatan kepadaku. Maka
tidak aneh bila ia mampu menjaga keinginan hawa
nafsunya, sebab ia ‘cerdas’

10) Al-Jam'u

Al-Jam'u adalah mengumpulkan antara dua sesuatu/hal 


atau lebih dalam satu hukum. Sebagaimana contoh-contoh
berikut ini:

1) Contoh gabungan dua perkara dalam satu hukum:


a) firman Allah SWT dalam surat al-Kahfi ayat 46
َ ‫ْالما َ ُل َو ْالبَنُوْ نَ ِز ْينَةُ ْال َحيا َ ِة ال ُد ْنيا‬
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia
29
Jika kita perhatikan firman Allah SWT di atas maka kita
akan temukan dua kata atau dua hal yaitu Al-Maal (harta)
dan Al-Banuun ( anak-anak ) yang dikumpulkan ke dalam
satu hukum yaitu perhiasan dunia.

b).firman Allah SWT dalam surat ar-Rahmaan ayat:5


‫ال َش ْمسُ َو ْالقَ َم ُر بِ ُحسْبا َ ِن‬

Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.

Jika kita perhatikan firman Allah SWT di atas maka kita


akan temukan dua kata atau dua hal yaitu As-Syamsu
(matahari) dan Al-Qomaru (bulan) yang dikumpulkan
dalam satu hukum yaitu beredar menurut perhitungannya.

c). firman Allah SWT dalam surat ar-Rahmaan ayat:6

‫ر يَ ْسجُداَ ِن‬8ُ ‫َوالنَجْ ُم َوال َش َج‬


Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan Keduanya
tunduk kepada -Nya.

Jika kita perhatikan firman Allah SWT di atas maka kita


akan temukan dua kata atau dua hal yaitu An-
Najmu (tumbuh-tumbuhan) dan  As-Syajaru (pohon-pohon)
yang dikumpulkan dalam satu hukum yaitu tunduk kepada
Allah SWT.
2). Contoh gabungan lebih dari dua perkara dalam satu hukum.
a) firman Allah dalam surat al-Ma’idah ayat 90

ُ‫اَب‬888‫ر َواأْل َ ْنص‬8ُ 888‫ ُر َو ْال َمي ِْس‬888‫ا َ ْالخَ ْم‬888‫وْ ا إِنَّم‬888ُ‫ا َ الَّ ِذ ْينَ آ َمن‬888‫يآيُّه‬
‫م ِرجْ سٌ ِم ْن َع َم ِل ال َشيْطا َ ِن‬8ُ َ‫َواأْل َ ْزال‬
Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum)
khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi
nasib dengan panah, adalah Termasuk perbuatan syaitan.

Dalam ayat di atas kita jumpai lima perkara yaitu


(meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
dan mengundi nasib dengan panah) dalam satu hukum yaitu
Termasuk perbuatan syaitan

b).Syi’ir karya Abi al-‘Atahiyah Isma’il ibn al-Qasim11

َّ َ‫ َم ْف َس َدةٌ لِ ْل َمرْ ِء أ‬# َ‫ب َو ْالفَراَ َغ َو ْال ِج َّدة‬


‫ي َم ْف َس َد ٍة‬ َ َ ‫إِ َّن ال َشبا‬
Sesungguhnya masa muda, penganguran, dan kekayaan,
adalah merusakkan seseorang dengan sangat merusak

Ada tiga perkara dalam syi’ir tadi yaitu masa muda,


penganguran, dan kekayaan yang masuk dalam satu hukum
yakni dapat merusak seseorang

11
Abd al-Muta’ali as-Sha’idi, Bughyah al-Idlah,37
31
c) Syi’ir karya Muhammad ibn Wahiib12
‫ق َو ْالقَ َم ُر‬
َ َ ‫ُحى َوأَبُو إِسْحا‬ ُ ‫ثَالَثَةٌ تُ ْش ِر‬
َ ‫ َش ْمسُ الض‬# َ ‫ق ال ُد ْنيا َ بِبَ ْه َجتِها‬
Ada tiga perkara yang kecantikanya menyinari dunia,
mata hari waktu dluha, Abi Ishaq, dan rembulan.

11) At-Tafriq.

a) Secara etimologi At-Tafriq berarti memisahkan

b) Secara terminologi at-Tafriq adalah

‫أن يفرّق بين أمرين من نوع واحد في اختالف حكمها‬


Membedakan dua hal yang sejenis karena berbeda hukumnya

Maksudnya mutakallim sengaja menyebut dua hal yang


sejenis, kemudian mengungkapkan perbedaan dan
pemisahan di antara keduanya, untuk tujuan memuji,
mencela, menisbatkan, dll. Contohnya sbb:

a) syi’ir karya al-Qathwaath13.

‫ َكنَواَ ِل االَ ِمي ِْر يَوْ َم َسخا َ ِء‬# ‫ما َ نَواَ ُل ْالغَما َ ِم َو ْقتَ ال َربِي ِْع‬
ْ َ‫َونَواَ ُل ْالغَما َ ِم ق‬
‫ط َرةُ ما َ ٍء‬ # ‫فَنَواَ ُل االَ ِميْر ِ بَ ْد َرةُ َعي ٍْن‬

12
Ibid, 37
13
Dr. Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi, ilm al-Badi’, 95
Pemberian awan di musim semi, tidaklah seperti pemberian
raja di waktu murah hati, pemebrian raja Adalah sepuluh
ribu dirham, pemebrian awan setetes air hujan

Pada bait pertama penya’ir menyebukan dua perkara


yang sejenis, yakni pemebrian raja dan pemeberian awan.
Kemudian pada bait ke dua penyair memaparkan perbedaan
dua pemberian tadi, yakni

 pemberian raja sekantong harta


 pemberian awan setetes air.

b) QS, Fathir: 12)


ْ 8‫ ْالبَحْ راَ ِن هَذاَ َع‬8‫َوما َ يَ ْست َِوى‬
ٌ َ‫را‬88ُ‫ذبٌ ف‬8
َ‫ذا‬88َ‫راَبُهُ َوه‬8‫آئِ ٌغ َش‬8‫ت َس‬
‫ِم ْل ٌح أُجا َ ٌج‬
dan tiada sama (antara) dua laut; yang ini tawar, segar,
sedap diminum dan yang lain asin lagi pahit.

Dalam ayat di atas mula-mula disebutkan dua perkara


yang sejenis, yakni dua laut, kemudian pada kalimat
berikutnya diuraikan perbedaannya.
12) at-Taqsim (‫التقسيم‬ )=(mengklasifikasikan)
Devinisi at-Taqsim yang deberikan para ahli badi’
berbeda-beda, antara lain:
a) Dr. Abd. al-Qodir Husain dalam kitab Fan al-Badi’
ً ‫ر َشيْئا‬8ُ ‫هُ َو اِ ْستِفا َ ُء ْال ُمتَ َكلِّ ِم أَ ْقسا َ َم ال َشي ِْئ الَيُغا َ ِد‬
Membagi sesuatu secara lengkap tanpa ada yang
ketinggalan.
33
b) Dr. Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi dalama kitab
Ilm al-Badi’
َ‫ ِه َوال‬8ِ‫ع أَجْ زاَئ‬8 ِ 8َ‫هُ َو أَ ْن تُقَ ِّس َم ْال َكالَ َم قِ ْس َمةً ُم ْست َِويَّةً تَحْ ت‬
ِ 8‫وى َعلَى َج ِم ْي‬8
‫يَ ْخ ُر ُج ِم ْنهُ ِج ْنسٌ ِم ْن أَجْ نا َ ِس ِه‬
Membagi kalam secara sempurna mencakup seluruh
bagian-bagiannya tidak ada yang keluar satu jenispun
dari semua jenis-jenisnya.
Perkara-perkara yang dibagi (diklasifikasikan) ada tiga
macam:
a) berjumlah dua perkara. Contoh (QS, ar-Ra’du: 12)
‫ب الثِقا َ َل‬
َ َ ‫ئ ال َسحا‬ َ ْ‫هُ َو الَّ ِذى ي ُِر ْي ُك ُم ْالبَر‬
8ُ ‫ َوطَ َمعا ً َويُ ْن ِش‬8ً‫ق خَ وْ فا‬
Dia-lah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu
untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia
Mengadakan awan mendung.

Pada ayat di atas Allah menyebutkan dua perkara dari


konsekuensi diperlihatkanya kilat, 1) ketakutan disambar
petir 2) berharap turunnya hujan, tidak ada konsekuensi
yang ketiga
b) berjumlah tiga perkara. Contoh (QS, al-Waqi’ah: 7-
10)
‫ ِة‬88َ‫حاَبُ ْال َم ْي َمن‬88‫ص‬ ْ َ‫ ِة َمآأ‬88َ‫حاَبُ ْال َم ْي َمن‬88‫ص‬ ْ َ ‫ةً فَأ‬88َ‫ا ً ثَالَث‬88‫و ُك ْنتُ ْم أَ ْزواَج‬
َ‫َوأَصْ حاَبُ ْال َم ْشئَ َم ِة َمآ أَصْ حاَبُ ْال َم ْشئَ َم ِة َوال َسابقُوْ نَ الساَبِقُوْ ن‬
dan kamu menjadi tiga golongan. Yaitu golongan kanan.
Alangkah mulianya golongan kanan itu. dan golongan
kiri. Alangkah sengsaranya golongan kiri itu. dan
orang-orang yang beriman paling dahulu,
Dalam ayat di atas Allah membagi golongan manusia
menjadi tiga, tidak ada golongan yang lainnya, yaitu:
1) ash-Habul maimanah (golongan kanan) yakni
golongan yang masih beruntung atau golongan
tengah-tengah.
2) Ash-Habul Masy’amah (golongan kiri) atau golongan
orang yang menganiaya dirinya sendiri.
3) As-Sabiquun (golongan yang cepat dan cekatan dalam
menjalankan kebaikan)14
c) berjumlah empat. Contoh (QS, as-Syura: 49-50)
ِّ ‫ر أَوْ ي‬8َ ْ‫ ُذ ُكو‬8‫آ ُء ال‬8‫ا ً َويَهَبُ لِ َم ْن يَ َش‬8‫يَهَبُ لَ َم ْن يَ َشآ ُء إِناَث‬
ً ‫ا‬8‫زَو ُجهُ ْم ُذ ْكراَن‬8ُ
‫ر‬8ٌ ‫َوإِناَثا ً َويَجْ َع ُل َم ْن يَ َشآ ُء َعقِيْما ً إِنَّهُ َعلِ ْي ٌم قَ ِد ْي‬
Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa
yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki
kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia
menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan
(kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia
menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki.
Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.

Ada empat jenis anugerah yang diberikan oleh Allah


kepada suami sitri, yaitu
1) diberi anak laki-laki saja
2) diberi anak perempuan saja
3) diberi anak laki-laki dan perempuan
4) tidak diberi anak sama sekali alias mandul

14
Dr. Abd. al-Qodir Husain. Fan al-Badi’ (Beirut, Dar as-Syuruq,
1983 ), 86

35
Dalam hal pengklasifikasian terhadap obyek, badi’
taqsim terbagi menjadi tiga, antara lain:
a) Menyebutkan pembagian perkara secara lengkap.
Contoh ucapan Zuhair bin Abi Salma yang ia ucapkan pada
Perdamaian yang terjadi antara Qois dan Dzibyan15:

‫ عن علم ما في غد عمي‬8‫ولكنني‬   #   ‫وأعلم علم اليوم واألمس قبله‬


Dan Saya mengetahui pengetahuan hari ini dan
kemarin, sebelum hari ini, dan Tetapi saya tidak tahu
akan pengetahuan dihari besok

Pada syair ini terkandung bahwa ilmu itu terbagi menjadi


tiga: Ilmu hari ini, ilmu hari kemarin dan ilmu hari yang
akan datang. Inilah yang dikatakan Taqsim yang
menyempurnakan pembagiannya.

a) Menyebutkan dua hal atau lebih dan kembali pada


masing-masing hal itu disertahi dengan penjelasan. Contoh
(QS, al-Haaqqah: 4-6)
‫ا َ ٌد‬8 ‫ ا َ ع‬8‫ بِالطا َ ِغيَ ِة َوأَ ّم‬8‫ت ثَ ُموْ ُد َوعا َ ٌد بَ ْالقا َ ِر َع ِة فَأ َ ّما َ ثَ ُموْ ُد فَأ ُ ْهلِ ُكوْ ا‬ْ َ‫َك ّذب‬
ُ
‫ر عاَتِيَ ِة‬8ٍ ‫ص‬ َ ْ‫صر‬ َ ‫ْح‬ ٍ ‫فَأ ْهلِ ُكوْ ا بِ ِري‬
kaum Tsamud dan 'Aad telah mendustakan hari kiamat
Adapun kaum Tsamud, Maka mereka telah dibinasakan
dengan kejadian yang luar biasa Adapun kaum 'Aad

15
Dr. Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi, ilm al-Badi’ (Beirut, Dar
al-‘Ulum al-‘Arabiyah, 1983), 93
Maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang
sangat dingin lagi Amat kencang,

Pada ayat di atas pertama kali Allah menyebutkan dua


kaum yang mendustakan hari kiamat yaitu Tsamud dan
‘Aad, kemudian masing-masing dijelaskan pada ayat
berikutnya, yaitu
1) Kaum Tsamud dibinasakan dengan kejadian yang luar
biasa
2) Kaum ‘Aad dibinasakan dengan angin yang sangat
dingin dan amat kencang.
Contoh lain, ucapan Al-Multamis Jarir bin Abdul
Masih16:

8‫إال األذالن عير الحي والوتد‬    #   ‫وال يقيم على ضيم يراد به‬
‫وذا يشج فال يرثي له أحد‬    #   ‫هذا على الخسف مربوط برمته‬
Tidak akan bermukim di kedholiman yang diperintahkan
padanya kecuali Dua Makhluk yang Hina yaitu Keledai
perumahan dan pasak. Ini (keledai perumahan) diikat
dengan talinya dan hina, dan yang ini (pasak)
ditancapkan, lalu tidak satu orangpun yang
menyayanginya.

Penyair menuturkan kata "keledai dan pasak" lalu


kembali dengan menyatakan sesuatu yang berhubungan

16
Sayid Ahmad ak-Hasyimi, Jawahir al-Balaghah (Beirut, Maktabah
al-‘Ashriyah,TT), 312
37
pada kata yang pertama yaitu: "diikat dan hina" lalu pada
kata yang kedua yaitu "ditancapkan”
c) Menyebutkan keadaan sesuatu, kemudian disandari
penjelasan yang layak dan serasi.
Contoh (QS, al-Ma’idah: 54)
ْ ‫هُ أَ ِذلَّ ٍة َعلَى ْال ُم‬8َ‫وْ ٍم ي ُِحبُّهُ ْم َوي ُِحبُّوْ ن‬8َ‫أْتِى هللاُ بِق‬8َ‫وْ فَ ي‬8‫فَ َس‬
‫ َّز ٍة‬8‫ؤ ِمنِ ْينَ أَ ِع‬8
‫َعلَى ْالكاَفِ ِر ْينَ يُجا َ ِه ُدوْ نَ فِى َسبِي ِْل هللاِ َوالَ يَخاَفُوْ نَ لَوْ َمةَ الَ ئِ ٍم‬
Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang
Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya,
yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang
mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang
kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela.

Pada ayat di atas mula-mula Allah menyebutkan keadaan


kaum yang akan didatangkan, yaitu kaum yang dicintai
Allah dan mereka juga mencintai allah. Kemudian kalimat
berikutnya menuturkan sifat sifat yang layak dan serasi bagi
kaum yang dicintai dan mencintai Allah
Contoh lain, Seperti Abu Toyyib Al-Mutanabbi:

‫ كأنهم من طول ما إلتثموا مرد‬ #   ‫سأطلب حقي بالقنا ومشايخ‬


‫كثير إذا شدوا قليل إذا عدوا‬    #  ‫ثقال إذا لقوا خفاف إذا دعوا‬
Saya akan mencari hakku dengan tombak dan orang-
orang yang sudah tua., Karena lamanya memakai cadar
(ketika perang) Seolah-olah mereka itu para pemuda,
yang terlihat Berat alias perkasa (dihadapan Musuh)
ketika berperang, yang ringan dan cepat tanggap ketika
diajak, yang kelihat banyak ketika menyerang, yang
sedikit ketika dihitung. Berat alias perkasa (dihadapan
Musuh) ketika berperang, yang ringan dan cepat
tanggap ketika diajak, yang kelihat banyak ketika
menyerang, yang sedikit ketika dihitung

Pada bait pertama penya’ir menyebutkan keadaan orang-


orang yang sudah tua tapi dikira anak-anak yang masih
muda karena tertutup cadar, kemudian bait ke dua
menjelaskan keadaan yang menjadikan mereka dikira anak-
anak muda, yakni Berat alias perkasa (dihadapan Musuh)
ketika berperang, yang ringan dan cepat tanggap ketika
diajak, yang kelihatan banyak ketika menyerang, dan yang
sedikit ketika dihitung17

13) al-Jam’u ma’a at-Tafriq (‫)الجمع مع التفريق‬


Yaitu menghimpun dua perkara dalam satu hukum
karena ada kesamaan, lalu memisahkan antara dua entry
poinya (titik masuknya) karena dianggap berbeda
hukumnya (tidak ada kesamaan).
Contoh 1,
َ ‫ كاَلنا َ ِء فِى َحرِّها‬8‫ َوقَ ْلبِى‬# َ ‫ضوْ ئِها‬
َ ‫ك كاَلنا َ ِر فِى‬
8َ ُ‫فَ َوجْ ه‬
Wajahmu bersinar bagaikan api, dan hatiku juga panas
bagaikan api.

17
Dr. Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi, ilm al-Badi’ (Beirut,
Dar al-‘Ulum al-‘Arabiyah, 1983), 93
39
Syi’ir di atas karya Muhammad ibn Muhammad ibn
‘Abdul-Jalil yang lebih populer dengan nama
Rasyiduddin al-Wathwaath18, di dalam syi’irnya ini
beliau memasukan dua unsur badi’ yaitu al-Jam’u
disertai at-Tafriq, unsur jam’u-nya terletak pada
pengumpulan wajah dan hati dalam satu hukum yaitu
sama-sama seperti api. Sedangkan unsur tafriq-nya
dipisahkan antara wajah dan hati karena adanya
perbedaan yaitu wajah sama dengan api karena sinarnya,
sementara hati karena panasnya.
Contoh 2, (QS, al-Isra’: 12)
‫ا َ ِر‬8‫ةَ النَه‬8َ‫ا َ أَي‬8‫ل َو َج َع ْلن‬8
ِ 8‫ةَ الَّ ْي‬8َ‫ أَي‬8َ‫ا‬8‫ر أَيَتَي ِْن فَ َم َحوْ ن‬8َ َ ‫َو َج َع ْلنا َ الَّ ْي َل َوالنَها‬
ً‫ْص َرة‬ ِ ‫ُمب‬
Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda,
lalu Kami hapuskan tanda malam dan Kami jadikan
tanda siang itu terang,

Dalam ayat di atas terdapat dua unsur badi’ (al-Jam’u


dan at-Tafriq), jam’u-nya malam dan siang dikumpulkan
dalam satu hukum yaitu sama-sama menjadi ayat (tanda
kekuasaan Allah). Tafriq-nya sifat ke ayatan-nya berbeda
kalau malam di hapus (gelap), kalau siang dimunculkan
berupa terang19

14) al-Jam’u ma’a at-Tqsiim (‫)الجمع مع التقسيم‬

18
Abd al-Muta’ali as-Sha’idi, Bughyah al-Idlah,... 39

19
Dr. Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi, ilm al-Badi’...96
Yaitu menghimpun atat mengabungkan beberapa perkara
dalam satu hukum kemudian membagi menjadi beberapa
devisi atau sebaliknya
a) Contoh-contoh menghimpun kemudian membagi
antara lain:
 (QS, faathir: 32)
ْ َ‫ب الَّ ِذ ْين‬
‫ ِه‬8‫اَلِ ٌم لِنَ ْف ِس‬8‫ا َ فَ ِم ْنهُ ْم ظ‬8‫طَفَيْنا َ ِم ْن ِعبا َ ِدن‬8‫اص‬ َ َ ‫ا‬8‫ ْال ِكت‬8َ‫ا‬8‫ثُ َّم أَوْ َر ْثن‬
ِ َ‫ق بِ ْال َخيْرا‬
‫ت‬ ٌ ِ‫ص ٌد َو ِم ْنهُ ْم ساَب‬ ِ َ‫م ُم ْقت‬8ُْ‫َو ِم ْنه‬
kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang
Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara
mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri dan di
antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka
ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan

Unsur jam’u-nya al-qur’an diwariskan kepada hamba-


hamba Allah yang pilihan, unsur taqsim-nya membagi
hamba hamba pilihan tersebut menjadi beberapa devisi
1. Hamba yang menganiaya dirinya
2. Hamba pertengahan (muqtasid)
3. Hamba yang bergegas berbuat kebaikan20

 Syi’ir karya Abi at-Thayib21


ُ‫ ْلباَن‬8‫الص‬
َ ‫م َو‬8ُ ْ‫رُو‬8‫ ِه ال‬8َ‫قِى ب‬8‫ت َْش‬ ِ َ ‫ا‬8‫ا َ َم َعلَى أَرْ ب‬8‫َحتَّى أَق‬
# َ‫نَة‬8‫ض خَرْ َش‬
‫َوالبِيَ ُع‬
َ ‫ا‬8‫ار م‬8 ِ ‫ َوالنَ ْه‬# ‫ ُدوْ ا‬8َ‫ا َ َول‬8‫ ُل م‬8‫وْ ا َو ْالقَ ْت‬88‫ا َ نَ َك ُح‬8‫ب ِْي م‬8‫للس‬
ِ 8َ‫وْ ا والن‬88‫ا َ َج َم ُع‬8‫ب م‬ َ
‫زَر ُعوْ ا‬
َ
Sehingga saifud-daulah singgah di sekitar kota
kharsyanah, roma, salib-salib, dan gereja-gereja
20
Dr. Abd. al-Qodir Husain. Fan al-Badi’....78
21
Abd al-Muta’ali as-Sha’idi, Bughyah al-Idlah,... 39
41
semuanya hancur, istri-istrinya ditawan. anak-anaknya
dibunuh, hartanya dirampok, dan tanamannya dibakar.
Unsur jam’u-nya menghimpun kota roma, salim, dan
gereja-gereja dalam satu hukum kehancuran. Unsur taqsim-
nya membagi kehancuran roma menjadi beberapa devisi,
yaitu:
1. istri-istrinya ditawan
2. anak-anaknya dibunuh
3. hartanya dirampok
4. tanamannya dibakar.

 Syi’ir karya Ibnu Jabir22


ِ ‫ج َوذاَ لِ ْل َجي‬
َ‫ْش ِح ْين‬ ٍ َ‫را‬88ِ‫ذاَ ل‬88َ‫ ه‬# َ ‫ا‬8 ‫ْالما َ ُل َو ْالما َ ُء فِى َكفَّ ْي ِه قَ ْد َج َري‬
‫ظَ َمى‬
Harta dan air di kedua telapak tangannya selalu mengalir,
yang ini (harta) mengalir kepada si fakir yang berharap, dan
yang ini (air) mengalir kepada tentara ketika dahaga.

Unsur jam’u-nya mengumpulkan harta dan air sama-


sama mengalir dalam telapak tangan, sedangkan unsur
taqsim-nya membagi harta dan air menjadi dua devisi yaitu:
1. (harta) mengalir kepada si fakir yang berharap,
2. dan (air) mengalir kepada tentara yang sedang dahaga

b) Contoh membagi kemudian menghimpun dalam satu


hukum, seperti syi’ir karya Hasan ibn Tsabit23
‫ النَ ْف َع فِى أَ ْشيا َ ِع ِه ْم نَفَعُوْ ا‬8‫ أَوْ حا َ َولُوْ ا‬# ‫ ضّرُّ وْ ا َع ُد َّوهُ ْم‬8‫م إِذاَ حا َ َربُوْ ا‬8ٌ ْ‫قَو‬
ُ ‫ َشرُّ ها َ ْالبِ َد‬-‫ق – فا َ ْعلَ ْم‬
‫ع‬ َ ِ‫ إِ َّن ْالخَ الَئ‬# ‫ك ِم ْنهُ ْم َغ ْي ُر ُمحْ َدثَ ٍة‬َ ‫َس ِجيَّةُ تِ ْل‬

22
Dr. Abd. al-Qodir Husain. Fan al-Badi’....78
23
Dr. Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi, ilm al-Badi’...96
Mereka adalah kaum, ketika berperang membahayakan
musuh-musuhnya, atau ketika berusaha keberuntungan
mereka menguntungkan pengikut-pengikutnya. Perangai
mereka seperti itu bukanlah hal yang baru, sesungguhnya
seburuk buruk perbuatan makhluk adalah membuat bid’ah
(hal-hal yang baru)
Unsur taqsim-nya membagi perangai kaum menjadi dua
bagian yaitu:
1. ketika berperang membahayakan musuh-musuhnya
2. ketika berusaha keberuntungan mereka
menguntungkan pengikut-pengikutnya.
Unsur jam’u-nya adalah bahwa prilaku seperti itu
bukanlah perangai baru bagi mereka.

15) al-Jam’u ma’a at-Taqsim wa at-Tafriq (


‫ا‬menghimpun, membagi sekaligus memisah) (‫الجمع‬
‫)مع التقسيم والتفريق‬
Contoh (QS, Huud: 105-108)
ِ ْ‫يَوْ َم يَأ‬
‫قُوْ ا‬8 ‫د فَأ َ َّما الَّ ِذ ْينَ َش‬8ٌ ‫م َشقِ ٌّي َو َس ِع ْي‬8ُْ‫ت الَ تَ َكلَّ ُم نَ ْفسٌ إِالَّ بِإِ ْذنِ ِه فَ ِم ْنه‬
‫ت‬ ُ َ‫ َموا‬8 ‫الس‬ َ ‫ت‬ ِ ‫اَدَا َم‬8 ‫ا َ م‬8‫ق خاَلِ ِد ْينَ فِيْه‬ ٌ ‫ر َو َش ِه ْي‬8ٌ ‫فَفِى النا َ ِر لَهُ ْم فِسْها َ َزفِ ْي‬
َ‫ ا َ الَّ ِذ ْين‬88‫ ُد َوأَ ّم‬88ْ‫ا َ ي ُِري‬88‫آ َء َربُّكَ إِ َّن َربَّكَ فَعَّا ٌل لِم‬88‫ا َ َش‬88‫َواالَرْ ضُ إِالَّ م‬
َ ‫ا‬8 ‫ت َواالَرْ ضُ إِالَّ م‬ ُ َ‫ت ال َس َموا‬ ِ ‫ فَفِى ْال َجنَّ ِة خاَلِ ِد ْينَ فِيْها َ ماَداَ َم‬8‫س ُِع ُدوْ ا‬
‫ك َعطَآ ًء َغ ْي َر َمجْ ُذوْ ٍذ‬ َ ُّ‫َشآ َء َرب‬
di kala datang hari itu, tidak ada seorangun yang
berbicara, melainkan dengan izin-Nya; Maka di antara
mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia.
Adapun orang-orang yang celaka, Maka (tempatnya) di
dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan
43
menarik nafas (dengan merintih), mereka kekal di
dalamnya selama ada langit dan bumi kecuali jika
Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya
Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia
kehendaki. Adapun orang-orang yang berbahagia, Maka
tempatnya di dalam syurga, mereka kekal di dalamnya
selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu
menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang tiada
putus-putusnya.
Unsur jam’u-nya (‫ =)يَوْ َم يَأْتِى الَ تَ َكلَّ ُم نَ ْفسٌ إِالَّ بِإ ِ ْذنِ ِه‬di kala
datang hari itu, tidak ada seorangun yang berbicara,
melainkan dengan izin-Nya 24
َ ‫ = )فَ ِم ْنهُ ْم َشقِ ٌّي َو‬Maka di antara
Unsur tafriq-nya (‫س ِع ْي ٌد‬
mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia

Sedangkan unsur taqsimnya adalah:


َ‫ ِد ْين‬8ِ‫ق خاَل‬ ٌ ‫ر َو َش ِه ْي‬8ٌ ‫فَأ َ َّما الَّ ِذ ْينَ َشقُوْ ا فَفِى النا َ ِر لَهُ ْم فِسْها َ زَ فِ ْي‬ )1
َ‫ت َواالَرْ ضُ إِالَّ ما َ َشآ َء َربُّكَ إِ َّن َربَّك‬ ُ َ‫ت ال َس َموا‬ ِ ‫فِيْها َ ماَدَا َم‬
‫فَعَّا ٌل لِما َ ي ُِر ْي ُد‬
ِ ‫ فَفِى ْال َجنَّ ِة خاَلِ ِد ْينَ فِيْها َ ماَداَ َم‬8‫َوأَ ّما َ الَّ ِذ ْينَ س ُِع ُدوْ ا‬
‫ت‬ )2
‫ذ‬8ٍ ْ‫ت َواالَرْ ضُ إِالَّ ما َ َشآ َء َربُّكَ َعطَآ ًء َغي َْر َمجْ ُذو‬ ُ َ‫ال َس َموا‬

1. Adapun orang-orang yang celaka, Maka (tempatnya)


di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan
dan menarik nafas (dengan merintih), mereka kekal
di dalamnya selama ada langit dan bumi kecuali jika
Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya

24
ٌ‫نَ ْفس‬
isim nakirah. Setiap isim nakirah dalam rangkaian kalimat
negatif menunjukan arti umum (general)
Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia
kehendaki.
2. Adapun orang-orang yang berbahagia, Maka
tempatnya di dalam syurga, mereka kekal di
dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika
Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia
yang tiada putus-putusnya.

Contoh lain syi’ir karya Ibnu Syaraf al-Qairawani25


‫َوهَذاَ لَهُ فَ ٌّن‬ ‫ فَهَذاَ لَهُ فّ ٌّن‬# ‫ت َج ْم ٌع بِباَبِ ِه‬ ِ َ ‫لِ ُم ْختَلِفِى ْالحاَجا‬
8ِ ِ‫ب ْال ُع ْتبَى َولِ ْلخاَئ‬ ْ
ُ‫ف االَ ْمن‬ ِ ِ‫ َولِ ْل ُم ْذن‬# ‫م ْال ِغنَى‬8ِ‫فَلِ ْلخا َ ِم ِل ْال َع ْليا َ َولِ ْل ُم ْع ِد‬
Orang- orang dengan berbagai kepentingan berkumpul di
depan pintu rumahnya, yang ini punya kepentingan dan yang
ini juga punya kepentingan yang berbeda. Maka keluhuran
milik orang yang tidak punya nama, kekayan milik orang
yang tidak punya apa-apa, cacian bagi orang yang berdosa,
dan kesentosaan milik orang yang takut

Unsur jam’u-nya Orang- orang dengan berbagai


kepentingan berkumpul di depan pintu rumahnya
Unsur tafriq-nya yang ini punya kepentingan dan yang
ini juga punya kepentingan yang berbeda
Unsur taqsim-nya adalah:
1. Maka keluhuran milik orang yang tidak punya nama,
2. kekayan milik orang yang tidak punya apa-apa,
3. cacian bagi orang yang berdosa,
4. kesentosaan milik orang yang takut
16) al-Laff wa an-Nasyr (8‫)اللف والنشر‬
a) Etimologi

25
Dr. Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi, ilm al-Badi’...97
45
Secara etimologi al-laff berarti melipat, menggulung,
mengumpulkan, atau menggabungkan. Sedangkan an-nasyr
berarti membentangkan, mengibarkan, menyiarkan, atau
mengexpos.
b) Terminologi
Badi’ al-Laff wa an-Nasyr terdiri dari dua kata: al-laff
dan an-Nasyr.
Al-laff adalah menuturkan sesuatu yang banyak secara
terinci (detail) atau ijmal (general), sedangkan an-Nasyr
adalah menyebutkan pasangan masing-masing perkara
tersebut tanpa menentukannya karena percaya bahwa sami’
(audien) dapat memasangkan sendiri (nyambung) sebab
adanya qarinah (indokator) lafdziyah ataupun ma’nawiyah.
Contoh,
8ً‫ر بَها َ ًء َو َشجا َ َعةً َوجُوْ دا‬8ٌ ْ‫هُ َو َش ْمسٌ َوأَ َس ٌد َوبَح‬
Dia itu matahari, singa, dan samudera, dalam hal
keindahannya, keberaniannya, dan kedermawanannya
Pada contoh di atas unsur laff-nya adalah penyebutan
kata matahari, singa, dan samudera. Sedangkan unsur
nasyar-nya adalah menyebutkan kata: 1 keindahannya yang
merupakan pasangan kata matahari. 2. Keberaniannya yang
merupakan pasangan kata singa. 3. Kedermawanannya yang
merupakan pasangan kata samudera.
Dengan memperhatikan unsur laff-nya (penyebutan
perkara yang banya), ada yang terinci dan ada yang disebut
secara ijmal (general), maka badi’ al-Laff wa an-Nasyr ini
terbagi menjadi beberapa bagian.
a) laff-nya disebut secara terinci (detail), yang memiliki
tiga kemungkinan pada nasyar-nya, yaitu:
1) nasyar-nya (pasangannya) disebut secara berurutan
sesuai dengan laff-nya. Contoh, (QS, al-Qashash: 73)
‫ ِم ْن‬8‫وْ ا‬88‫ ِه َولِتَ ْبتَ ُغ‬8‫ ُكنُوْ ا فِ ْي‬8‫ر لِت َْس‬8َ َ ‫ا‬8‫َو ِم ْن َرحْ َمتِ ِه َج َع َل لَ ُك ُم الَّي َْل َوالنَه‬
‫فِضْ لِ ِه‬
dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan
siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan
supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada
siang hari)

Pada contoh di atas, laff-nya disebut secara rinci yaitu


penciptaan malam dan siang sebagai rahmat Allah,
sedangkan nasyar-nya disebut secara tertib
disesuaikan dengan laff-nya, yakni ungkapan:
a) supaya kamu beristirahat yang menjadi
pasangannya kata malam
b) supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-
Nya yang merupakan pasangan kata siang26.

Contoh lain syi’ir karya Ibn ar-Rumi27


ِ َ ‫ا‬888‫ فِى ْالحا َ ِدث‬# ‫م‬8ْ ‫يُوْ فُ ُك‬888‫م َو ُس‬8ْ ‫وْ هُ ُك‬888ُ‫آراَ ُؤ ُك ْم َو ُوج‬
َ‫ت إِذا‬
‫َد َحوْ نَ نُجُوْ ٌم‬
‫د َُجى‬888‫ تَجْ لُو ال‬# ‫اَبِ ْي ُح‬888‫دَى َو َمص‬888ُ‫اَلِ ُم لِ ْله‬888‫ا َ َمع‬888‫فِيْه‬
‫م‬8ٌ ْ‫ت ُرجُو‬ ُ َ ‫َواالُ ْخ َريا‬
Pendapat kalian, wajah kalian, dan pedang kalian di
berbagai insiden saat alam sudah mulai gelap bagai
bintang, padanya bagai tengara (rambu-rambu)
jalan, bagai pelita di waktu gelap gulita, dan yang
26
Abd al-Muta’ali as-Sha’idi, Bughyah al-Idlah,... 35
27
Ibid, 35
47
terakhir (pedang-pedang kalian) bagai bintang-
bintang meteor

Laff-nya adalah penyebutan pendapat, wajah dan


pedang, nasyar-nya penyebutan pasangannya yang
diurutkan sesuai laff-nya, yaitu:
a) bagai tengara (rambu-rambu) jalan merupakan
pasangan pendapat
b) bagai pelita pasangan kata wajah
c) bagai bintang-bintang metior pasangan kata
pedang
2) nasyar-nya (pasangannya) tidak disebut secara
berurutan sesuai dengan laff-nya melainkan terbalik.
Contoh, syi’ir karya Abi al-Futyaan Muhammad ibn
Sulthan yang lebih populer dengan sebuutan Ibn
hayuus28
ً ‫ َوغَزاَ ٌل لَحْ ظا ً َوقَ ّدأً َو ِر ْدفا‬# ‫ف َو ُغصْ ٌن‬
ٌ ‫َك ْيفَ أَ ْسلُو َو أَ ْنتَ ِح ْق‬
Bagaimana aku bisa terhibur (tenang), sementara
kamu bagai tumpukan pasir, dahan, dan mejangan,
dalam hal lirikan matanya, perawakannya, dan
pantatnya.

Laff-nya: penyebutan kata tumpukan pasir, dahan, dan


menjangan. Sedangkan nasyar-nya sebagai berikut,

a) kata lirikan yang merupakan pasangan menjangan


b) kata perawakan yang merupakan pasangan dahan.

28
Ibid, 35
c) kata pantat merupakan pasangan kata tumpukan
pasir.

Sehingga syi’ir di atas kalau diterjemah dengan


bahasa bebas artinya sebagai berikut,
“bagaimana aku bisa tahan untuk tidak mencintaimu,
padahal pantatmu bagai tumpukan pasir (besar dan
bulat) perawakanmu bagai ranting, dan pandangan
matamu bagai menjangan”

3) Nasyar-nya campur aduk, contoh,


‫أَ ْنتَ َش ْمسٌ َوأَ َس ٌد َوبَحْ ٌر َشجا َ َعةً َوجُوْ داً َو بَها َ ًء‬
Anda bagaikan matahari, singa, dan samudera, dalam
hal, keberaniannya, kedermawanannya, dan keindahannya
Laff-nya adalah penyebutan kata matahari, singa, dan
samudera. Sedangkan nasyar-nya, penyebutan:
a) keberanian yang menjadi pasangan kata singa
b) kedermawan yang menjadi pasangan samudera
c) keindahan yang menjadi pasangan matahari

kalau kita perhatikan, susunan kata-kata pada nasyar-


nya tidak beraturan jika disejajarkan dengan pasangan
masing-masing yang ada pada laff-nya
b) laff dan nasyar-nya disebut secara mujmal (general).
Contoh, (QS, al-Baqarah: 111)
8‫َوقاَلُوْ ا لَ ْن يَ ْد ُخ َل ْال َجنَّةَ إِالَّ َم ْن كاَنَ هُوْ داً أَوْ نَصا َ َرى‬
Dan mereka (Yahudi dan Nasrani) berkata: "Sekali-kali
tidak akan masuk surga kecuali orang-orang (yang
beragama) Yahudi atau Nasrani".

49
Laff-nya kalimat ‘‫ ’قاَلُوْ ا‬dituturkan secara ijmal, sebab
ِ َ‫اَل‬88‫وْ ُد َوق‬88ُ‫ت ْاليَه‬
asalnya ‘8‫ا َ َرى‬88‫ت النَص‬ ِ َ‫اَل‬88‫’ َوق‬. Dan juga
nasyar-nya disebut secara ijmal, yaitu ungkapan ‘‫لَ ْن‬
8‫ ’يَ ْد ُخ َل ْال َجنَّةَ إِالَّ َم ْن كاَنَ هُوْ داً أَوْ نَصا َ َرى‬sebab asalnya:
َ ‫لَ ْن يَ ْد ُخ َل ْال‬
a) ً‫جنَّةَ إِالَّ َم ْن كاَنَ هُوْ دا‬
b) 8‫جنَّةَ إِالَّ َم ْن كاَنَ نَصا َ َرى‬ َ ‫لَ ْن يَ ْد ُخ َل ْال‬
17) al-Istikhdâm (8‫ستِ ْخداَم‬
ْ ‫)اال‬
Al-Istikhdam ialah menyebutkan suatu Lafazh yang
mempunyai makna dua, sedangkan yang dikehendaki
adalah salah satunya. Setelah itu diulangi oleh kata ganti
(dhamîr) yang kembali kepadanya atau dengan isim isyarah
dengan makna yang lain, atau diulangi dengan dua isim
dhamîr, sedangkan yang dikehendaki oleh dhamîr yang
kedua bukan yang dikehendaki oleh dhamîr yang pertama.

Dari definisi di atas kita bisa mengambil makna bahwa


badi’ istikhdâm memiliki dua pengertian

a) menyebutkan suatu Lafazh yang bemakna dua. Makna


yang satu dijelaskan oleh Lafazh itu sendiri, sedangkan
makna yang lainnya dapat kita tangkap dari adanya dhamîr
yang mesti dikembalikan kepada makna lainnya.

b) menyebutkan suatu lafazd mempunyai dua makna,


yang satu difahamkan dengan sebab adanya suatu dhamîr,
sedang yang satu lagi dengan dhamîr yang lain.
Contoh istikhdam dengan pengertian pertama

1) Firman Allah: (QS, al-Baqarah:185)

‫فمن شهد منكم الشهرفليصمه‬


Maka barang siapa di antara kamu melihat bulan, maka
hendaklah ia berpuasa di bulan itu.

Kata ‫هر‬888‫ الش‬mempunyai dua makna. makna pertama


adalah penanggalan atau bulan tsabit. dan yang kedua
artinya sebulan penuh bulan Ramadan.

Pada ayat di atas diungkapkan kata ‫ ’ ‘الشهر‬dengan arti


penanggalan atau bulan sabit. Kemudian setelah itu diulangi
oleh dhamîr ‘ ‫ ’ ه‬pada ungkapan ‘ ‫ فليصمه‬. Dhamîr ‘ ‫ ’ ه‬pada
ungkapan tersebut kembali ke ‘ ‫ ’الشهر‬akan tetapi dengan
makna bulan Ramadan.

Pada contoh ayat di atas terjadi pengungkapan suatu kata


yang mempunyai dua makna, kemudian diulangi oleh
dhamîr yang kembali kepada kata tersebut. Sedangkan
makna kata yang disebut tersebut berbeda dengan makna
dhamîr yang kembali kepadanya. Model uslûb ini
dinamakan uslûb istikhdâm.

2) Firman Allah (QS, al-Mu’minuun: 12-13)

51
ْ ُ‫َولَقَ ْد خَ لَ ْقنا َ ا ِال ْنساَنَ ِم ْن ُسالَلَ ٍة ِم ْن ِط ْي ٍن ثُ َّم َج َع ْلنا َ هُ ن‬
‫طفَةً فِى‬
‫قَراَ ٍر َم ِكي ٍْن‬
dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
(Adam) dari suatu saripati (berasal) dari tanah. kemudian
Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam
tempat yang kokoh (rahim).

Kata ‘‫ ’االنسان‬pada ayat di atas berarti Nabi Adam, dan


dlamir hu (ُ‫ )ه‬pada kalimat ‘ُ‫ج َع ْلناَه‬
َ ’ kemabili pada lapal ‘
‫ ’االنسان‬tapi dengan arti anak putu adam29.

3) Dalam sebuah syi’ir karya Mu’awiyah ibn Malik ibn


Ja’far30 dikatakan,

‫ رعيناه وإن كانوا غضابا‬# 8‫إذا نزل السماء بأرض قوم‬


Bila langit telah turun, di permukaan bumi suatu kaum maka
kita menggembalakan padanya walaupun mereka bersikap
marah

Pada syi’ir di atas penyair bermaksud dengan ucapannya


‫ السماء ء‬dengan arti hujan, dan dengan dhamîr yang kembali
pada lafazh itu bermaksud dengan arti rumput yang tumbuh

29
Dr. Abd. al-Qodir Husain. Fan al-Badi’....70
30
Ibid, 34
karena hujan. Kedua-duanya adalah majâz bagi lafazh .
‫النبات‬

4) Ungkapan sang penyair :

‫ ونورهامن ضيا خد يه مكتسب‬# ‫وللغزالة شئ من تلفته‬


Si kijang betina punya suatu dari tolehan yang dicintai
cahaya matahari yang naik itu hasil sorotan kedua
pipinya.

Pada syi’ir di atas penyair berkehendak dengan


mengemukakan lafazh ‫ الغزالة‬artinya yang telah sama-sama
diketahui, yaitu kijang betina. Sedangkan dengan dhamîr
yang kembali kepadanya lafazh ‫ نورها‬ia berkehendak pada
arti matahari yang sedang naik.

Contoh istikhdam dengan pengertian ke dua

1) Dalam sebuah syi’ir karya al-Bukhturi31 dikatakan,

‫ وضلوعى‬8‫ شبوه بين جوانحى‬# ‫فسقى الغضى والساكنيه وإن همو‬


Lalu hujan itu menyiram “Al-ghadha” dan para
penghuninya, sekalipun mereka menyalakannya di antara
dada dan tulang rusukku
31
Ibid, 34
53
Pada syi’ir di atas terdapat kata alghodlo. kata ini
mempunyai dua makna yaitu berarti nama kampung dan
nama kayu bakar yang sering dipergunakan untuk memasak.

َ ‫قَى ْالغ‬88‫( ’فَ َس‬menyiram al-


Pada kalimat ‘‫ا َ ِكنِ ْي ِه‬88‫ى َوالس‬88‫َض‬
ghadha dan penghuninya)” difahami bahwa makna al-
ghadha pada ungkapan tersebut bermakna kampung.
Kemudian setelah itu terdapat ungkapan ‫بوه‬88‫( ش‬sekalipun
mereka menyalakannya). Kata ‘ ‫ ’ ه‬pada ungkapan tersebut
merupakan dhamîr yang kembali kepada ‘ .’‫الغضى‬

Kata ‘ ‫ ’ الغضى‬yang bermakna nama suatu kampung


diulangi oleh dhamîr yang kembali kepada lafazh tersebut
dengan makna kayu bakar dinamakan uslûb istikhdâm..

Menurut para ahli badi’ uslub istikhdam ini lebih tinggi


tingkatannya, lebih indah, dan lebih menyentuh persaan dari
pada uslub auriyah

Dan lagi sering terlihat kerancuan (iltibas) antara badi’


tauriyah dengan istikhdam, perbedaanya adalah:

1. tauriyah : menyebut lapal yang memiliki dua makna


yang dipakai makna salah satunya (makna yang jauh )
sedangkan makna yang lain (makna yang dekat)
dibuang
2. istikhdam : menyebut lapal yang memiliki dua makna
dua-duanya dipakai32.
18) at-Tajriid (‫)التجريد‬
a) Secara etimologi
Badi’ at-Tajriid secara etimologi berarti
menghilangkan sesuatu dari sesuatu yang lain33,
َ ‫ ْيفَ ع َْن‬8 ‫الس‬
darinya terdapat ungkapan ‘‫ ِد ِه‬8‫غ ْم‬ َ ‫ت‬ ُ ‫ َر ْد‬8‫’ َج‬
(aku mengeluarkan pedang dari rangkanya), dan juga
ungkapan ‘‫ ِه‬8 ِ‫ُل ع َْن ثِياَب‬
َ ‫الرج‬
َ ‫ت‬ ُ ‫( ’ َج َر ْد‬aku melucuti laki
laki dari pakaiannya), terdapat pula sabda Nabi
Muhammad SAW. tentang seseorang yang dieksusi
dengan hukum had karena meminum arak “َ‫الَ َم َّد َوال‬
‫ َد‬88ْ‫( ”تَجْ ري‬jangan dibentangkan di atas tanah, dan
jangan dilucuti pakaiannya)34
b) Secara terminologi terdapat dua versi.
1) Versi pertama at-Tajrid adalah,
ً‫ ة‬8‫ا َ ُمباَلَ َغ‬8‫هُ فِيْه‬8ُ‫ ُر ِم ْثل‬8َ‫صفَ ٍة أَ ْم ٌر أَخ‬
ِ ‫َوهُ َو أَ ْن تُ ْنزَ َع ِم ْن أَ ْم ِر ِذى‬
35
‫لِ َكماَلِها َ فِ ْي ِه‬
Yaitu dari perkara yang yang memiliki sifat,
dikeluarkanya perkara lain yang sepadan sifatnya,
tujuabya untuk memaksimalkan kesempurnaan sifat yang
ada padanya

32
Dr. Abd. al-Qodir Husain. Fan al-Badi’....71
33
Sayid Ahmad al Hasyimi, Jawahir al Balaghah, (Bairut,
ِ ‫)إِزاَلَةُ ال َشي ِْئ ع َْن َغي‬
Maktabah al ‘Ashriyah, 1999), 308 (‫ْر ِه‬
34
Sayid Yahya ibn Hamzah ibn Ali ibn Ibrahim al-‘Alawi al-
Yamani, at-Thiraaz juz 3, (Meshir, Mathba’ah al-Muqtathif, 1914), 73-
74
35
Syuruh at-Talkhiish Juz 4 (Beirut, dar al-Hadi, 1992), 348
55
Maksudnya untuk memaksimalkan kesempurnan sifat
suatu perkara dikeluarkanah perkara lain yang
sepadan sifatnya, sehingga menjadi perkara yang
kuadra, gunanya untuk memberikan kesan bahwa
perkara itu sesuatu yang amat istimewa Contoh,

َ ‫لِى ِم ْن َز ْي ٍد‬
8ٌ ‫ص ِد ْي‬
‫ق َح ِم ْي ٌم‬
Bagiku pada diri zaid bukan teman biasa, melainkan
teman (istimewa)

Contoh di atas kalau dijelaskan sebagaimana devinisi


at-tajrid, maksudnya adalah bagiku zaid itu teman
akrab, dan darinya keluar teman akrab yang lain,
sehingga keakraban pertemanan zaid dengan aku,
sangat istimewa melebihi teman akrab biasa, atau
mungkin boleh dibilang bagiku zaid itu teman kuadrat
wallahu a’lam,

c) Pembagian badi’ at-tajrid versi pertama ada lima,

1) dengan perantara )‫ ِم ْن (التجريدية‬yang masuk pada


ُ َ‫( ’ ْال ُم ْنتِز‬sumber pengeluaran). Contoh,
‘ُ‫ع ِم ْنه‬
َ َ ‫ا‬88‫ َد ْال ِغض‬88‫ َرى ِم ْنهُ ْم االُ ْس‬88َ‫ت‬
‫ا َ ِء‬88‫ر ِم ْنهُ ْم فى ِاللِق‬8ُ 88ُ‫ َوتَ ْنظ‬# 8‫طَوْ ا‬88‫ب إِذاَ َس‬
36 ً
8‫بُ ُدوْ را‬
Ketika menyerang, kamu melihat dari mereka singa yang
marah. Ketika bertemu, kamu melihat darinya bulan
purnama

Syi’ir ini memnggambarkan sifat yang sangat


pemberani dan sangat ramah pada suatu kaum, saking
beraninya sehingga keluar darinya singa yang sedang
marah, dan saking ramahnya sehingga keluar darinya
bulan purnama.

2) dengan huruf ‘)‫اَءْ ’ (التجريدية‬8 ‫ ب‬yang masuk pada ‘


ُ َ‫( ’ ْال ُم ْنتِز‬sumber pengeluaran). Contoh,
ُ‫ع ِم ْنه‬

‫لَئِ ْن َسأ َ ْلتَ َزيْداً لَتَسْأَلَ َّن بِ ِه ْالبَحْ َر‬


Jika kamu meminta zaid, tentu kamu meminta
bersamanya lautan.

Contoh di atas mendiskripsikan sifat kedermawanan


zaid sehingga jika diminta keluar pada dirinya sifat
laut
Sayid Ahmad al Hasyimi, Jawahir al Balaghah, (Bairut,
36

Maktabah al ‘Ashriyah, 1999),308


57
3) dengan ‘)‫حبَة‬َ َ ‫ باَءْ ’ ( ْال ُمصا‬yang masuk pada ‘‫زَ ْع‬88ِ‫’ ْال ُم ْنت‬
(kata yang dikeluarkan). Contoh,

ِ ‫ ُل ْالفَنِي‬88‫ت َْلئِ ٍم ِم ْث‬88‫ بِ ُم ْس‬# ‫وغَى‬88


‫ق‬88ْ َ ‫خ ْال‬
ِ ‫ا َ ِر‬88‫ ُدوْ بِى إِلَى ص‬88ْ‫وْ ها َ َء تَع‬88‫َو َش‬
37
‫ْال ُمرْ َح ِل‬
Banyak kuda yang buruk rupa melompat bersama
saya, kepada orang yang minta tolong di medan
perang, sera memakai rompi, seperti kuda pejantan
yang dilepas dari kandangnya (karena dimulyakan)

Pada syi’ir di atas penyair menggambarkan


kesigapannya dan ketangkasannya di medan perang
sehingga leluar dari dalam dirinya orang yang siap
berperang38.

ُ ‫( ’ ْال ُم ْنتِ َز‬sumber


4) dengan ‘‫ ’فِى‬yang masuk pada ‘ُ‫ع ِم ْنه‬
pengeluaran). Contoh, (QS, Fushshilat: 28)

‫لَهُ ْم فِيْها َ داَ ُر ْال ُخ ْل ِد‬


mereka mendapat tempat tinggal yang kekal di
dalamnya

37
Syuruh at-Talkhiish Juz 4 (Beirut, dar al-Hadi, 1992), 350
38
Ibid, 351
Neraka Jahannam itu sesungguhnya tempat tinggal
yang kekal, tapi dalam ayat di atas di gambarkan di
dalam neraka Jahannam terdapat tempat tinggal lain
yang kekal, yang disediakan untuk orang-orang kafir,
maksudnya kurang lebih, kekekalan jahannam itu
kuadrat . Tujuannya untuk menggambarkan
kedahsyatan siksa nerakan jahannam agar mereka
lebih takut.

5) dengan tanpa perantara huruf. Contoh, syi’ir karya


Qatadah ibn Maslamah al-Hanafi al-Himasi39

ِ َ‫ تَحْ ِو ى ْالغَناَئِ َم أَوْ يَ ُموْ ت‬# ‫ْت َالَ رْ َحلَ َّن بَغ َْز َو ٍة‬
‫كر ْي ٌم‬ ُ ‫فِلَئِ ْن بَقِي‬

Jika aku masih hidup, sungguh pasti aku berperang


yang dapat mengumpulkan ghanimah, kecuali orang
yang mulia ini mati

Yang dimaksud orang mulia pada syi’ir di atas adalah


penya’ir sendiri. Dan untuk memuji kemulyaannya,
penya’ir mengeluarkan dari dirinya orang yang
mulia40.

39
Abd al-Muta’ali as-Sha’idi, Bughyah al-Idlah juz 4,... 45
40
Syuruh at-Talkhiish Juz 4 (Beirut, dar al-Hadi, 1992), 352
59
Ada yang mengatakan bahwa contoh syi’ir di atas
termasuk kategori uslub iltifat, sekalipun iltifat tapi
juga tidak menafikan uslub at-Tajid41

2) Devinisi badi’ at-Tajrid versi ke dua adalah,

ً ‫ا‬8‫ ُدهُ ِخطاَب‬8‫ركَ َوأَ ْنتَ تُ ِر ْي‬8 ْ


ِ 8‫ا ً لِ َغ ْي‬8‫ا َ ِه ُرهُ ِخطاَب‬8‫وْ نُ ظ‬88‫هُ َو أَ ْن تَأتِ َي بِ َكالَ ٍم يَ ُك‬
42
َ ‫لِنَ ْف ِس‬
‫ك‬
At-Tajrid adalah kamu mendatangkan kalam yang
lahiriyahnya mengkhithabi orang lain, akan tetapi
yang kamu maksudkan diri kamu sendiri,

Contoh,
43
ِ‫الدَفاَتِر‬ ‫ بِقَوْ لِكَ َع ّما َ فِى بُطُوْ ِن‬# ‫َوإِنَّكَ أَ ْعيَيْتَ ْال َمسا َ ِم َع َوالنُهَى‬
Anda membuat lelah pendengaran dan pikiran, dengan
perkataanmu tentang semua isi buku

19) Mubâlaghah

a) Pengertian Mubâlaghah
Salah satu aspek Badi ' lainnya dalam uslûb bahasa
Arab adalah Badi '  mubâlaghah . Istilah ini dalam bahasa

Ibid, 352
41

Sayid Yahya ibn Hamzah ibn Ali ibn Ibrahim al-‘Alawi al-
42

Yamani, at-Thiraaz juz 3, (Meshir, Mathba’ah al-Muqtathif, 1914), 73


43
Dr. Abd. al-Qodir Husain. Fan al-Badi’....79
Indonesia biasa disebut gaya bahasa  hiperbol .  Kata 
mubâlaghah  secara leksikal berarti melebihkan, Sedangkan
dalam khazanah ilmu badi 'mubâlaghah didefinisikan sbb,
44 ً ‫ف يُ ْدعَى بُلُوْ ُغهُ قَ ْدراً ي َُرى ُم ْمتَنَعا ً أَوْ ناَئِيا‬
ٌ ْ‫ْال ُمباَلَ َغةُ َوص‬
Mubâlaghah adalah ekspresi ungkapan yang mengambarkan
sesuatu hal secara berlebihan yang tidak mungkin (tidak
sesuai dengan kenyataan).

1.    Majas hiperbola
Majas Hiperbola yaitu majas atau gaya bahasa yang
bertujuan untuk melebih-lebihkan. Contoh kalimat yang
menggunakan majas hiperbola diantaranya:
 Cita-cita Budi setinggi langit, sehingga dia sangat
disiplin dalam belajar di sekolah.
 Bu Ani terkejut setengah mati, mendengar rumahnya
kebakaran
 Cintaku kepadamu sedalam samudera dan seluas
jagad raya. 
Kalimat di atas bersifat melebih-lebihkan, yaitu terletak
pada: setinggi langit, setengah mati, sedalam samudera,
seluas jagad raya.
b) Pembagian badi’ Mubâlaghah
Imam Sakaki, seorang ulama balaghah (stylistika)
terkemuka, membagi Mubalaghah menjadi tiga bagian:
yaitu tabligh, ighrâq , dan ghuluw .
44
Abdul Qodir Hamid, Terjemah Jauharul Maknun, (Surabaya,
Al-Hidayah, tt), 208
61
1) Tabligh
Tabligh adalah salah satu jenis ungkapan mubâlaghah
Dinamakan Tabligh  ketika suatu ungkapan itu mungkin
terjadi baik secara logika maupun realita.

Contoh 1) syi’ir karya Umru’ al-Qais

َ ‫ا ً فَلَ ْم يُ ْن‬88‫ ِدراَك‬# ‫ ٍة‬88‫ْج‬


‫ا َ ٍء‬88‫جْ بِم‬88‫ض‬ َ ‫وْ ٍر َونَع‬88َ‫داَ ًء بَ ْينَ ث‬88‫دَى ِع‬88َ‫فَعل‬
45
َ ‫فَ ْليُ ْغ‬
ْ ‫سل‬

Kuda itu berpaling terus menerus antara banteng jantan


dan banteng betina berkali-kali ... namun tidak
sedikitpun meneteskan keringat, makanya dimandikan.
               
Alkisah, kuda Amrul Qais mampu menghalau dua
banteng sekaligus, yaitu banteng jantan dan banteng
betina. Kudanya meloncat ke sana ke mari dan berlari gesit
mengejar kedua banteng itu tanpa mengeluarkan setetespun
keringat apalagi takut. Amrul Qais, yang berada di atas
kudanya, dengan mudah membidikkan panah tepat pada
kedua hewan buas tersebut.
Seekor kuda mampu mengalahkan banteng dengan
mudah sangat jarang terjadi. Terlebih lagi banteng itu
ternyata lari kocar-kacir dan dibinasakan dengan mudah,
tanpa susah payah atau berkeringat.

45
Syuruh at-Talkhiish Juz 4 (Beirut, dar al-Hadi, 1992), 359
Contoh 2) (QS . An-Nur: 40)46

‫ ِه‬8ِ‫وْ ٌج فِى فَوْ ق‬88‫ ِه َم‬8ِ‫وْ ٌج فِى فَوْ ق‬88‫اَهُ َم‬8‫ِّي يَ ْغش‬ ٍ ‫ ٍر لُج‬8ْ‫ت فِى بَح‬ ٍ ‫ا‬88‫أَوْ َكظُلُ َم‬
َ ‫ْض إِ َذآ أَ ْخ َر َج يَ َدهُ لَ ْم يَ َك ْد يَراَها‬ ٌ َ ‫َسحاَبٌ ظُلُما‬
َ ْ‫ت بَ ْعضُها َ فَو‬
ٍ ‫ق بَع‬

Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang


diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di
atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih,
apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat
melihatnya ... 
           
Kalau saja kalimat tersebut cukup pada " seperti gelap
gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak " 
maka kalimat tersebut sebenarnya sempurna. Namun
ternyata kalimat tersebut ditambahkan lagi dengan kata-kata
lainnya: "pada ombak ada ombak, dan pada gelombang
tersebut terdapat awan yang gelapnya berlipat-lipat ..." dan
begitu seterusnya. Sifat laut yang luas dan dalam ditambah
lagi dengan kegelapan yang menyelimutinya terkesan
terlalu berlebihan ( ifrath ). Namun demikian, ternyata sains
modern baru membuktikan kebenarannya belum lama
ini. "Jangankan melihat keindahan alam laut dengan hewan-
hewan dan karang-karang yang laksana mutiara, melihat
tangannya sendiri saja tak mampu", begitu ungkap al-
Quran. Jadi, kendatipun menurut kebiasaan hanya
"mendekati kemungkinan", namun logika pun ternyata
membenarkan. 

46
Sayid Ahmad al Hasyimi, Jawahir al Balaghah,.... 312
63
Menurut imam Sakaki, peristiwa yang diceritakan Umru’
al-Qais atau fakta laut yang diungkap dalam al-Quran
adalah logis dan bisa saja terjadi dalam tradisi kita.

2)   Ighrâq
Bila suatu ungkapan menggambarkan sesuatu yang
secara logika mungkin terjadi tapi menurut realita tidak
mungkin terjadi disebut ighrâq .
Contoh 1) syi’ir karya ‘Umair ibn al-Aiham at-Taghlabi47
ُ ‫ َونُ ْتبِ ُعهُ ْال َكراَ َمةَ َحي‬# َ ‫َونُ ْك ِر ُم جا َ َرنا َ ما َ داَ َم فِيْنا‬
َ‫ْث ماَال‬
Kami akan memulyakan tetangga kami selama ia masih
berada di tempat kami dan kami akan mengikutinya
dengan penghormatan dimanapun dia pergi.

Memuliakan tetangga dengan memberinya pelayanan


terbaik tentu saja perbuatan mulia. Hal itu dimungkinkan
jika misalnya sang tetangga datang ke tempat kita untuk
bertamu, sedang sowan atau kunjungan biasa, dengan
memberinya minuman atau yang dibutuhkan.Ini biasa. Tapi
kalau pulangnya pun kita layani terus, atau bahkan di
sepanjang perjalanan misalnya ... ini luar biasa!
Ekspresi penghormatan terhadap tamu seperti dalam
syair tersebut di luar kebiasaan. Namun demikian logika
mengungkap bahwa penghormatan adalah kata sifat
(abstrak), dan itu artinya kita juga bisa
melakukannya. Dengan kata lain, kita masih bisa terus
memuliakannya sekalipun mereka sudah tidak berada di
47
Abd al-Muta’ali as-Sha’idi, Bughyah al-Idlah juz 4,... 48
hadapan kita. Misalnya tetap menjaga silaturahmi jarak
jauh, tidak membicarakan keburukannya, SMS, telpon, dan
lain-lain. Karenanya, syair itu disebut Mubalaghah
Igraq. Sebagaimana saran, igraq artinya "berlimpah".
Contoh 2) (QS. Al-A'raf: 40)48.

‫ َع ْنها َ الَ تُفَتَّ ُح لَهُ ْم أَبْواَبُ ال َس َمآ ِء‬8‫إِ َّن الَّ ِذ ْينَ َك َّذبُوْ ا بِأَياَتِنا َ َوا ْستَ ْكبَرُوْ ا‬
َ‫ذاَلِك‬888‫ا َ ِط َو َك‬888‫ ِّم ْال ِخي‬888‫ ُل فِى َس‬888‫ ْد ُخلُوْ نَ ْال َجنَّةَ َحتَّى يَلِ َج ْال َج َم‬888َ‫َوالَ ي‬
َ‫نَجْ ِزى ْال ُمجْ ِر ِم ْين‬
Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat
kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali
tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan
tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke
lubang jarum.Demikianlah kami memberi pembalasan
kepada orang-orang yang berbuat kejahatan . 

Orang-orang yang mendustai ayat-ayat Allah dan orang-


orang yang sombong, balasannya adalah: amalnya tidak
diterima, doanya tidak dikabulkan (pintu langit tertutup
untuk mereka), dan tentu saja mereka tidak akan masuk
surga. Sampai kapan? Sampai unta bisa masuk ke lubang
jarum!
Mungkinkah unta masuk lubang jarum? Tak
mungkin. Tali tambang saja tak akan bisa masuk ke lubang
jarum, terlebih lagi binatang sebesar unta! Begitupula
orang-orang yang sombong itu (kaum musyrikin), jangan
harap bisa masuk surga.

48
Dr. Abd. al-Qodir Husain. Fan al-Badi’....83
65
Secara tak sadar kita kadang jumpai ungkapan seperti itu
dalam kehidupan kita: "sampai tujuh turunan, tak akan
kumaafkan kau!". Mungkin hanya sebatas ekspresi
kemarahan atau memang sungguh-sungguh tidak akan
memaafkan lagi. 
Terlepas dari benar-tidaknya ungkapan bahasa Indonesia
tersebut, masuknya unta ke dalam lubang jarum menurut
kebiasaan rasanya sangat mustahil. Tapi menurut akal tidak,
sebab qudrat dan iradat Allah dapat merubah segalanya
menjadi 'biasa'. Jika memang Allah berkehendak Allah akan
memperluas lubang jarum itu sehingga unta pun bisa
masuk.
Menurut imam Sakaki, kedua jenis mubalaghah ini bisa
diterima . Bagaimana halnya dengan mubalaghah tipe
ketiga?

3)    Ghuluw
Sedangkan apabila suatu ungkapan menggambarkan
sesuatu baik secara logika maupun realita tidak mungkin
terjadi dinamakan ghuluw .Contoh syi’ir karya al-Hasan ibn
Hani’ yang lebih popiler dengan panggilan Abu nawa ia
memuji temannya49

‫ لَتَخاَفُكَ النُطَفُ الَّتِى لَ ْم تُ ْخلَ ْق‬# ُ‫َوأَ َخ ْفتَ أَ ْه َل ال ِشرْ كَ َحتَّى أَنَّه‬
Kau bikin takut orang-orang musyrik, sampai-sampai
embrio mereka yang belum tercipta pun takut
kepadamu. 

49
Dr. Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi, ilm al-Badi’...86
Abu Nawas memuji temannya yang jago
berkelahi. Setiapkali bersengketa, ia pasti menang. Tiapkali
berperang di medan pertempuran, dia juga selalu
unggul. Kata Abu Nawas, "jangankan orang-orang kafir itu,
(maaf) air mani yang belum 'jadi' pun ngeri melihatmu
". Abu Nawas sadar bahwa ungkapannya yang jenaka itu
hanya hiperbola belaka, dan tak bisa diterima tradisi
maupun rasio.

Menurut para pakar balaghah, badi’ mubalaghah yang


kategori satu ( Tabligh ) dan kategori kedua ( ighrâq )
masih bisa dipandang sebagai  suatu bentuk keindahan
( muhassinât )  imajinasi, sedangkan kategori ketiga
( ghuluw ) dinilai  berlebihan dan justru kehilangan 
keindahannya, karenanya kategori ketiga (ghuluw) ini para
pakar balaghah membaginya menjadi dua bagian:

a) ghuluw mardud (ditolak) dan wajib dihindari.


Yaitu apabila sampai menggiring pembuatnya ke dalam
jurang kekufuran, meremehkan kekuasaan Allah, atau
memuji makhluk dengan pujian yang hanya layak bagi
Allah. Seperti ucapan Abu Nawas yang memuji Harun ar-
Rasyid beriku ini.

َ‫ َو َسعْتَ بَهَ َج ِم ْي َع ْالعاَلَ ِم ْين‬# ‫فَالَ يَتَ َع َّذ َر َّن َعلَ ْيكَ َع ْف ٌو‬
Maka tidaklah sulit bagimu untuk memberikan ampunan,
karena ampunanmu meliputi seluruh alam.

67
Ungkapan ampunanmu meliputi seluruh alam oleh Abu
Nawas digunakan untuk memuji Harun ar-Rasyid
padahal ungkapan tersebut hanyalah layak digunakan
untuk memuji Allah SWT, ghuluw yang seperti inilah
ditolak oleh para ahli balaghah.

Para penya’ir yang sangat populer dengan karya-


karyanya yang bernuansa al-ghuluw al-mardud antara
lain: 1) Abu Nawas, al-Mutanabbi, ibn Hani’ al-andalusi,
dan Abu al-‘Ala’ al-Mi’ri

b) Ghuluw maqbul (diterima)

Ibn Qudamah dan imam Sakaki mengoreksi: bahwa


tidak semua mubalaghah ghuluw ini ditolak mentah-
mentah. Buktinya dalam al-Quran terdapat banyak
mubalaghah ghuluw, tapi ada beberapa syarat yang harus
terpenuhi, anatara lain:
1) Kemasukan kata yang mendekatkan kepada
kebenaran, seperti kata ( ‫ يَكا َ ُد‬- ‫) كا َ َد‬. Contoh (QS,
an-Nuur: 35)
‫ض ْي ُء َولَوْ لَ ْم تَ ْم َس ْسهُ نا َ ٌر‬
ِ ُ‫يَكا َ ُد زَ ْيتُها َ ي‬
yang minyaknya (saja) Hampir-hampir menerangi,
walaupun tidak disentuh api.

Ungkapan minyak bisa menyala tanpa disentuh api,


sesuatu yang tidak rasional, namun setelah kemasukan
kata hampir-hampir, sesuatu yang tadinya tidak
rasional berubah mendekati kenyataan50
2) Kemasukan kata law ( ْ‫و‬88َ‫)ل‬. Contoh syi’ir karya al-
Mutanabbi51,
ً‫ث اإللَهُ َرسُوْ ال‬ ِ َ ‫ فِى النا‬# ً ‫اللَ ِه ُمقَسَّما‬
َ ‫س ما َ بَ َع‬ ْ ‫ك بِا‬ َ ‫لَوْ كاَنَ ِع ْل ُم‬
ِ ‫ قُرْ آنَ َوالتَوْ راَةَ َو‬# ‫ك فِ ْي ِه ْم ما َ أَ ْنزَ َل ال‬
‫اإل ْن ِجي َْل‬ َ ُ‫أَوْ كاَنَ لَ ْفظ‬
Andaikata ilmumu tentang tuhan, dapat dibagi-bagi
ke seluruh umat manusia, maka tuhan tidak akan
menutus seorang rasul. Atau andaikata omonganmu
didengar oleh seluruh umat manusia, maka tuhan
tidak akan menurunkan al-Quran, at-Taurat, dan injil
3) Ada unsur imajinasi yang kuat. Contoh, syi’ir karya
al-Qadli al-Arjani yang mengambarkan malam yang
panjang, dan ia tidak bisa tidur52
‫داَبِى إِلَ ْي ِه َّن‬888‫ت بِأ َ ْه‬ ُ ‫ ِّم َر‬888‫يُ َخيَّ ُل لِى أَ ْن ُس‬
ْ ‫ َّد‬888‫ َو ُش‬# ‫د َُجى‬888‫هُبُ فِى ال‬888‫الش‬
‫أَجْ فاَنِى‬
Terbayang olehku untuk memaku meteor di malam
hari, dan mengikat kelopak mataku padanya
dengan bulu mataku
4) Ungkapan yang hanya berkelakar53. Contoh,
ِ ْ‫ب غَداً إِ َّن هَذاَ ِمنَ ْالعُج‬
‫ب‬ ِ # ْ‫ت َعلَى ال ُشر‬ ِ ‫أَ ْس َك ُر بِاِآلَ ْم‬
ُ ‫س إِ ْن َعزَ ْم‬
Kemarin aku pasti mabuk, andaikata aku berniat
minum arak besuk, ini adalah sesuatu yang aneh
Munculnya akibat sebelum adanya sebab adalah
sesuatu yang muhal, yakni mabuk sebelum minum
arak, namun ungkapan tersebut hanyalah kelakar
belaka (guyonan dalam bahasa jawa)

50
Dr. Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi, ilm al-Badi’....86
51
Dr. Abd. al-Qodir Husain. Fan al-Badi’....88
52
Dr. Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi, ilm al-Badi’...87
53
Ibid,87
69
5) Disertai perangkat tasybih54. Contoh (QS, al-
Mursalaat: 32-33)
‫ص ْف ٌر‬ ٌ َ‫إِنَّها َ تَرْ ِمى بِ َش َر ٍر كا َ ْلقَصْ ِر َكأَنَّهُ ِجماَل‬
ُ ‫ت‬
Sesungguhnya neraka itu melontarkan bunga api
sebesar dan setinggi istana. seolah-olah ia iringan unta
yang kuning.

20) at-Tafri’ (‫)التفريع‬

‫ق لَهُ أَخَ ُر‬


ٍ َّ‫ق أَ ْم ٍر ُح ْك ٌم بَ ْع َد إِ ْثباَتِ ِه لِ ُمتَ َعل‬
ِ َّ‫هُ َو أَ ْن ي ُْثبَتَ لِ ُمتَ َعل‬
At-Tafri’ adalah menetapkan hukum bagi sesuatu yang
terkait dengan suatu perkara, setelah menetapkan
hukum tersebut bagi sesuatu lain yang terkait dengan
perkara tersebut.

Agar dapat memahami devinisi badi’ at-Tafri’, ada tiga


kata kunci yang harus dicermati, yaitu:

1. Dua muta’allaq (dua perkara terkait)


2. Satu amrun ( ‫ ) أَ ْم ٌر‬yakni satu perkara
3. Satu hukum
Kalau kita membuat ungkapan ‘ ‫ح َواَبُوْ َز ْي ٍد‬
َ ‫ُغالَ ُم َز ْي ٍد فَ ِر‬
‫ ’ فَ ِر َح‬yang artinya pelayan zaid bergembira dan ayah zaid
bergembira, dua muta’allaq-nya adalah pelayan dan ayah,
amru-nya adalah zaid, dan hukumnya adalah bergembira.
kemudian ungkapan di atas disusun agar menjadi badi’
tafri’ dengan menetapkan hukum bagi salah satu

54
Dr. Abd. al-Qodir Husain. Fan al-Badi’.....87
muta’allaqnya zaid terlebih dahulu, kemudian disusul
menetapkan hukum bagi muta’allaq-nya zaid yang lain.
Contoh ‘ ‫ح‬ ِ 8َ‫ ’ ُغالَ ُم زَ ْي ٍد فَ ِر َح َكما َ أَبُوْ هُ ف‬yang artinya pelayan
َ ‫ر‬8
zaid bergembira sebagaimana ayahnya bergembira, contoh
ini menggambarkan bahwa ayah zaid bergembira terlebih
dahulu, kemudian diikuti pelayannya juga bergembira

Contoh lain, syi’ir karya al-Kumait ibn Zaid al-Asadi


yang memuji bani Hasyim55
ِ ‫م تَ ْشفِى ِمنَ ْال َك ْل‬8ْ ‫ َكما َ ِدما َ ُؤ ُك‬# ٌ‫أَحْ الَ ُم ُك ْم لِ َسقا َ ِم ْال َجه ِْل شاَفِيَّة‬
‫ب‬
Akal kamu dapat menyembuhkan penyakit kebodohan,
sebagaimana darah kamu dapat menyembuhkan
penyakit rabies (akibat gigitan anjing gila)

Ada mitos di kalangan masyarakat arab waktu itu bahwa


tidak ada obat yang paling mujarrab untuk menyembuhkan
penyakit rabiyes selain meminum darah para raja. Syi’ir di
atas merupakan kinayah dari ungkapan bahwa mereka itu
(kaum bani Hasyim) adalah para raja sebagaimana mereka
itu para ulama’56

Dua muta’allaq pada syi’ir di atas adalah akal dan darah,


amru-nya (perekaranya) adalah kamu, dan hukumnya
adalah menyembuhkan (obat). Sehingga kalau di tarji’-kan,
maknanya menetapkan hukum (dapat menyembuhkan) bagi
akal yang terkait dengan kamu setelah menetapkan terlebih
dahulu hukum menyembuhkan bagi darah yang terkait
dengan kamu

55
Abd al-Muta’ali as-Sha’idi, Bughyah al-Idlah juz 4,...57
56
Ibid, 57
71
20) Husnu at-Ta’lil
a ) Secara etimologi, Husnu at-Ta’lil terdiri dari dua
kata, husnu yang berarti bagus, dan at-ta’lil yang berarti
membuat alasan. Sehingga kalau digabungkan memiliki arti
memuat alasan yang bagus.
b) Secara terminologi, para pakar balaghah memberikan
definisi beragam, antara lain:
1) Abd. Al-Muta’ali as-Sha’idi.
57
ّ ِ‫َحقِ ْيق‬
ٍ‫ي‬ ٍ ْ‫هُ َو أَ ْن يَ َّدعَى لِ َوص‬
ٍ ‫ف ِعلَّةٌ ُمنا َ ِسبَةٌ لَهُ بِإِ ْعتِبا َ ٍر لَ ِطي‬
‫ْف َغي ِْر‬
Menetapkan alasan yang layak bagi suatu sifat dengan
pertimbangan yang halus yang tidak riil (tidak sesuai
dengan fakta)
2) Sayid Ahmad al Hasyimi,
‫ ِة‬88َ‫ي ِْئ ْال َم ْعرُوْ ف‬88‫الش‬ ِ ْ‫احةً أَو‬
َ َ‫ ْمنا ً عَلَّة‬88‫ض‬ َ ‫ َر‬88‫ص‬ َ ُ‫ر االَ ِديْب‬88 َ ‫و أَ ْن يُ ْن ِك‬88َُ ‫ه‬
َ ‫ بِ ِعلَّ ٍة أَ ِد ْيبَ ٍة طَ ِر ْيفَ ٍة تُنا َ ِسبُ ْالغ ََر‬8‫َويَأْتِى‬
‫ض الَّ ِذى يَرْ ِمى إِل ْي ِه‬
58 َ

Husnu at-ta’lil adalah penyangkalan seorang sastrawan


secara terang-terangan atau tersembunyi terhadap
alasan yang dikenal umum bagi suatu peristiwa, dan
sehubungan dengan itu dia mendatangkan alasan lain
yang bernilai sastra dan lembut yang sesuai dengan
tujuan yang ingin di capainya

Pada prinsipnya badi’ Husnu at-Ta’lil itu adalah


membuat argumentasi yang tidak riil bagi suatu kejadian
dengan cara yang halus, sehingga tidak tampak kalau
argumentasi itu sesungguhnya fiktif tidak realistis. Untuk
dapat memahami badi’ Husnu at-Ta’lil kata kuncinya
57
Syuruh at-Talkhiish Juz 4 (Beirut, dar al-Hadi, 1992),273
58
Sayid Ahmad al Hasyimi, Jawahir al Balaghah,.... 306
adalah antara kejadian dan argumentasi itu tidak ada
relevansinya.

Contoh syi’ir karya Imam Tarmuji (penulis buku ini),


ِ َ‫آ ُك ُل ال ُر َّز ِالَجْ ِل ْالفَال‬
‫ لَوْ لَ ْم ي ُْؤكَلْ ما َ فَلَ َح‬# ‫ح‬
Aku makan nasi karena kasihan para petani, kalau tidak
dimakan dia tidak beruntung (usahanya sia-sia)

Pada umumnya orang makan alasannya karena lapar, tapi


penyai’ir di atas membuat alasan lain yaitu karena kasihan
kepada para petani, kalau tidak dimakan usahanya menanam
padi sia sia.

Dengan mempertimbangkan sifatnya/kejadiannya badi’


Husnu at-Ta’lil ini terbagi menjadi empat bagian yaitu:
a) Sifatnya/kejadiannya permanen, dan tidak punya
alasan yang jelas, kemudian penyair membuat argumen
yang fiktif59. Contoh, syi’ir karya Abu at-Thayib al-
Mutanabbi60

‫الرحْ ضا َ ُء‬
َ َ ‫صبِ ْيبُها‬ ِ ‫ ُح َّم‬# َ ‫ك ناَئِلَكَ ال َسحاَبُ َوإِنَّما‬
َ َ‫ت بِ ِه ف‬ ِ ْ‫لَ ْم يَح‬
Awan itu tidak bisa menyamai pemberianmu,
bahwasanya ia meriang karena menyaksikan
pemberianmu, kemudian ia berkeringat lalu
menumphkan hujan.
Awan menurunkan hujan itu sifat permanen tidak ada
alasan kenapa turun hujan, namun penya’ir membuat alasan

59
Dr. As-Syahat Muhammad Abd ar-Rahman Abu satit, Dirasat
Manhajiyah fi ilm al-Badi’ (mesir, Bibllotheca Alexandrina,1994), 150
60
Ibid, 375
73
karena ia iri tidak bisa menyerupai/menyaingi pemberian
al-mamduh (orang yang dipuji oleh penya’ir dalam
syi’irnya), lalu awan itu gerah, berkeringat, kemudian turun
hujan.
Contoh lain, syi’ir karya Abu al-A’la al-Ma’arri61,
ْ َ‫ َولَ ِكنَّها َ فِى َوجْ ِه ِه أَثَ ُر الل‬# ً‫َوما َ ُك ْلفَةُ ْالبَ ْد ِر ْال ُمنِي ِْر قَ ِد ْي َمة‬
‫ط ِم‬
Bintik-bintik hitam pada bulan purnama yang bercahaya
itu bukan ada sejak dulu, akan tetapi pada muka bulan
itu ada bekas tamparan.

Abu’ al-A’la al-Ma’arri meratap dan berlebihan


menyatakan bahwa kesedihan terhadap orang yang diratapi
itu mencakup banyak peristiwa alam. Oleh karena itu ia
menyatakan bahwa bintik bintik hitam yang terlihat
dipermukaan bulan itu tidaklah muncul karena faktor alam,
melainkan karena bekas tamparan (oleh bulan sendiri)
karena sedih ditinggalkan oleh orang yang diratapi itu.
Padahal bintik-bintik hitam pada bulan itu kejadian yang
permanen.

b) Sifatnya permanen, biasanya punya alasan yang jelas


tapi tidak disebutkan. Kamudian penya’ir membuat alasan
yang fiktif62
Contoh syi’ir karya Abu Thayib al-Mutanabbi yang
memuji Badr ibn ‘Amar63
ُ‫ُو ال ِذئاَب‬8ْ ‫ يَتَّقِى إِ ْخالَفَ ما َ تَرْ ج‬# ‫ما َ بِ ِه قَ ْت ُل أَعا َ ِد ْي ِه َولَ ِك ْن‬
61
Sayid Ahmad al Hasyimi, Jawahir al Balaghah,.... 306
62
Dr. As-Syahat Muhammad Abd ar-Rahman Abu satit, Dirasat
Manhajiyah fi ilm al-Badi’ ...,152
63
Abd al-Muta’ali as-Sha’idi, Bughyah al-Idlah juz 4,...54
Tidak ada modus kenapa ia membunuh musuh-
musuhnya, melainkan tidak ingin mengecewakan
harapan srigala-srigala itu.

Pada umumnya (sekalipun tidak pernah disebutkan)


orang membunuh musuh-musuhnya karena mereka
dianggap berbahaya, tapi penyair di atas memberikan alasan
lain bahwa Badr ibn ‘Amar membunuh musuh-musuhnya
karena ingin memberi makan srigala. Dalam hal ini penya’ir
ingin memuji keberanian Badr ibn ‘Amar yang tidak tajut
menghadapi musuh-musuhnya.
Contoh lain syi’ir karya al-Mughirah ibn Habna at-
Tamimi ia terkena penyakit sopak (belang),

ُ َ‫ بَل‬8‫إِ َّن اللّهَا ِم ْي َم فِي أَ ْق َرابِهَا‬


‫ق‬ # ً‫صـــة‬
َ َ‫ي َم ْنق‬
َّ ِ‫الَ تَحْ َسبَ َّن بَيَاضًا ف‬
Jangan mengira warna putih padaku sebagai
kekurangan Sesungguhnya kuda-kuda pacuan perutnya
berwarna putih

Al-Mughirah bin Habna, penyair Islam dari Bani Tamim,


yang gugur syahid di Khurasan dengan syi’irnya di atas
menggambarkan bahwa ia tetap percaya diri dengan
penyakit sopaknya, dia tidak menganggapnya sebagai aib
dan dia membuktikan dengan alasan yang halus sekalipun
tidak realistis. Padahal pada umumnya (sekalipun tidak
disebutkan) penyakit sopak (belang) dianggap ‘aib

75
c) sifatnya tidak permanen, tapi dijadikan permanen, dan
hal itu dimungkinkan. Contoh syi’ir karya Muslim ibn al-
Walid64,
ِ ْ‫ نَجَّى ِحذاَرُكَ إِ ْنساَنِي ِمنَ ْالغَر‬# ُ‫َت فِيْنا َ إِسا َ َءتُه‬
‫ق‬ ْ ‫يا َ واَ ِشيا ً َح ُسن‬
Wahai si tikang fitnah! Bagiku kejahatan tukang fitnah
itu baik, sebab (bisa menjauhi kamu), dengan menjauhi
kamu maka seseorang bisa menyelamatkan kedua
matanya dari tenggelam di air mata.

Menganggap baik keburukan tukang fitnah adalah sifat


yang tidak tetap (permanen), akan tetapi penyai’ir
mencoba membuat argumen yang fiktif agar menjadi
permanen yaitu bahwasanya keburukan tukang fitnah itu
justru kebaikan bagi yang lain, karena keburukan itu
justru malah menjadikan orang lain menghindar darinya,
dengan menghindarinya maka seseorang tidak akan
menangis karena terkena fitnahnya. Dan hal semacam ini
mungkin terjadi

d) sifat yang tidak permanen, tapi di kehendaki untuk di


jadikan permanen, dan hal ini tidak mungkin. Contoh syi’ir
berbahasa faris yang sudah diterjemahkan kedalam bahasa
Arab yaitu,
ٍ ‫ لَما َ َرأَ يْتَ َعلَيْها َ ِع ْق َد ُم ْنت َِط‬# ُ‫لَوْ لَ ْم تَ ُك ْن نِيَّةُ ْال َجوْ زاَ ِء ِخ ْد َمتَه‬
‫ق‬
Andaikata bintang gemini itu tidak berniat melayani
kepadanya, tentu kamu tidak akan melihat ia (bintang
gemini) mengikatkan sabuk.

Disekitar bintang gemini itu banyak planet-planet yang


oleh masyarakat disebutnya sebagai sabuk bintang gemini.
64
Syuruh at-Talkhiish Juz 4 (Beirut, dar al-Hadi, 1992),378
Penyai’ir mencoba membuat argumen yang fiktif dengan
mengkalim bahwa bintang gemini itu memakai sabuk
karena ingin melayani mamduh (orang yang dipuji penya’ir
dalam syi’ir di atas), niat bintang gemini ingin melayani
mamduh tersebut bukan sifat yang tetap (baku) tetapi
penya’ir ingin menjadikan permanen, dan hal ini tidak
mungkin.
Kalau kita mencermati, syi’ir di atas itu ambigu, sebab
kalau niat bintang gemini ingin melayani mamduh dijadikan
alasan kenapa ia mengikatkan sabuk, maka syi’ir ini lebih
pas sebagai contoh badi’ husnu at-ta’lil bagian pertama,
yakni Sifatnya/kejadiannya permanen, dan tidak punya
alasan yang jelas, kemudian penyair membuat argumen
yang fiktif65. Tapi begitulah penulis mendapati di dalam
kitab-kitab balaghah syi’ir ini dijadikan contoh husnu at-
ta’lil bagian ke empat Wallahu a’lam
Dalam hal ini, penulis membuat contoh karya penulis
sendiri yang isya Allah lebih pas,
ْ‫ب ْالعُصْ فُوْ ر‬
ِ ْ ‫ ِالَجْ ِل نُ ْقصا َ ِن ُذ نُو‬# ْ‫ع أَ ْن تَبُوْ ر‬
8َ ْ‫َو َج َع َل هللاُ ال ُزرُو‬
Allah menjadikan tanaman petani rusak (pusa) karena
ingin mengurangi dosa-dosa burung emprit (yang suka
mencuri padi)
Dalam syi’ir disebutkan bahwa Allah merusak tanaman
padi, ini merupakan sifat yang tidak tetap (permanen), dan
agar kelihatan tetap dibutkan argumen yang fikitif yakni
untuk mengurangi dosa-dosa burung emprit, tapi hal ini
sesuatu yang tidak mungkin.a
21) al-Madzhab al-Kalami (‫) ْال َم ْذهَبُ ْال َكالَ ِمى‬

65
Abd al-Muta’ali as-Sha’idi, Bughyah al-Idlah juz 4,...56
77
a) Secara leksikal al-madzhab berarti faham atau
doktrin, dan al-kalam berarti teologi (‘aqidah)
b) Secara terminologi badi’ al-Madzhab al-Kalami
adalah,
66
ِ ‫ب َعلَى طَ ِر ْيقَ ِة أَ ْه ِل ْال َكالَم‬ ْ ‫إِيْراَ ُد ُح َّج ٍة لِ ْل َم‬
ِ ْ‫طلُو‬
Yaitu mendatangkan hujjah (argumen) bagi makna
yang dicari dengan mengikuti cara cara para pakar
teologi (‘Aqidah)

Pada prinsipnya badi’ al-Madzhab al-


Kalami ini mendatangkan hujjah (argumen) yang obyeknya
persoalan akidah dengan pendekatan atau mengandung
unsur ilmu logika67 (mantiq). Dalam dunia filsafat kita
mengenal aliran al-Madzhab al-Kalami, yakni aliran
rasionalisme-tektualisme, Yaitu aliran yang menjadikan
rasio sebagai landasan pembenarnya lalu mengkaitkannya
dengan teks-teks agama, bukan sebaliknya.
Sebagaimana kita tahu dalam logika kita mengenal
istilah Silogisme, yaitu suatu proses penarikan kesimpulan
secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi
(pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Contoh,

-Semua santri krempyang rajin membaca (disebut


premis mayor)

-Zaid santri krempyang (disebut premis minor)

66
Syuruh at-Talkhiish Juz 4 (Beirut, dar al-Hadi, 1992)369
67
Definisi logika sangat sederhana yaitu ilmu yg memberikan
prinsip-prinsip yang harus diikuti agar dapat berfikir valid menurut
aturan atau dengan kata lain Logika adalah ilmu pengetahuan
dan kecakapan untuk berpikir lurus ( tepat )
+Zaid rajin membaca buku (disebut konklusi/simpulan)

Hubungan antara premis dan konklusi disebut 


konsekuensi. dan proses seperti inilah yang disebut menalar
yang dalam bahasa filsafatnya dinamakan logika.

Badi’ al-Madzhab al-Kalami tidak berbeda jauh dengan


silogisme, yakni sebuah teks agama yang di dalamnya ada
unsur logika,

Contoh 1 (QS, al-Anbiyaa': 22),


        
    

Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain


Allah, tentulah keduanya itu telah Rusak binasa. Maka
Maha suci Allah yang mempunyai 'Arsy daripada apa
yang mereka sifatkan.

Premis mayornya: andaikata di langit dan di bumi ada


tuhan selain Allah tentu akan hancur
binasa

Premis minornya: kenyataannya bumi dan langit tidak


hancur.

Konklusinya : di bumi dan di langit tidak ada tugan


selain Allah.

Contoh 2, (QS, al-An’am:76)


         
      
79
ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang
(lalu) Dia berkata: "Inilah Tuhanku", tetapi tatkala
bintang itu tenggelam Dia berkata: "Saya tidak suka
kepada yang tenggelam."

Premis mayornya: Tuhan itu tidak tenggelam/surup


(hanya sebuah keyakinantidak
disebutkan)

Premis minornya : bintang itu tenggelam/surup

Konklusinya : bintang itu bukan tuhan.

Contoh 3, (QS, al-A’raf: 40)


        

dan tidak (pula) mereka (orang-orang kafir) masuk


surga, hingga unta masuk ke lubang jarum

Premis mayornya: orang-orang kafir tidak akan


masuk surga, hingga unta masuk
ke lubang jarum

Premis minornya : kenyataan tidak ada unta yang


dapat masuk ke lubang jarum

Konklusinya : orang-orang kafir tidak akan


masuk surga selamanya.

Contoh 4, Sabda Nabi SAW,

َ َ‫لَوْ تَ ْعلَ ُموْ نَ ما َ أَ ْعلَ ُم ل‬


ً‫ض ِح ْكتُ ْم قَلِ ْيالً َولَبَ َك ْيتُ ْم َكثِيْرا‬
Seandainya kalian mengetahui apa yang aku ketahui,
tentu kalian sedikit tertawa dan banyak menangis.

Premis mayornya: andaikata kita mengetahui apa-apa


yang di ketahui oleh nabi, tentu
kita akan sedikit tertawa dan
banyak menangis

Premis minornya : kenyataannya kita banyak tertawa


dan hampir tidak pernah menangus

Konklusinya : kita tidak mengetahui apa-apa


yang diketahui oleh baginda Nabi
SAW.

Teks-teks yang mengandung unsur penalaran (logika)


seperti contoh-contoh di atas itulah yang dimaksud badi’ al-
madzhab al-kalami,

22) Ta'kîd al-madh bimâ yusybih al-dzamm

a) Secara leksikal uslûb ini bermakna ‘menguatkan


pujian dengan menyerupai celaan

b) Secara terminologi Ta’kîd al-madh bimâ yusybih


aldzamm terbagi dua macam,

pertama dan yang paling utama


68 َ ‫ح بِتَ ْق ِدي ِْر ُد ُخوْ لِها َ فِيْها‬
ٍ ‫صفَةُ َم ْد‬ ِ ‫أَ ْن يُ ْست َْثنَى ِم ْن‬
ِ ‫صفَ ِة َذ ٍّم َم ْنفِيَّ ٍة َع ِن ال َش ْي ِء‬

68
Abd al-Muta’ali as-Sha’idi, Bughyah al-Idlah juz 4,...58
81
Mengecualikan sifat sanjungan dari sifat pencelaan
yang dinafikan dari sesuatu dengan cara
memperkirakan bahwa sifat sanjungan itu masuk
dalam sifat pencelaan.’

Yakni Jenis pertama ini berupa menafyikan suatu sifat


tercela, kemudian setelah itu mendatangkan sifat pujian.
Dalam ungkapan keseharian kita sering mendengar ucapan
seseorang: Dia tidak bodoh, akan tetapi dia seorang yang
cerdas. Ungkapan jenis ini banyak kita temukan dalam
bahasa Arab, baik dalam syi’ir maupun natsar.

Contoh 1, syi’ir karya Ibn ar-Rumi69,

‫ الَ تَقَ ُع ْال ِعيْنُ َعلَى ِش ْب ِه ِه‬# ُ‫ْس لَهُ َعيْبٌ ِس َوى أَنَّه‬
َ ‫لَي‬
Tidak ada cacat padanya, selain mata tidak akan
melihat orang yang serupa dengan dia.

Ungkapan pertama syi’ir di atas beupa peniadaan sifat


tercela pada orang yang disanjung, yang berarti pujian.
Kemudian diikuti ungkapan kedua berupa pengecualian,
yang sekilas bermaksud mencela, padahal sesungguhnya
juga menyanjung. Sehingga sanjungan yang dialamatkan
kepadanya semakin kuat

Contoh 2, (QS, al-Waqi’ah: 25-26)


        


69
Dr. Mahmud Ahmad Hasan al-Maraghi, ilm al-Badi’...99
mereka tidak mendengar di dalamnya Perkataan yang
sia-sia dan tidak pula Perkataan yang menimbulkan
dosa, akan tetapi mereka mendengar Ucapan salam.

Ungkapan pertama pada ayat di atas berbunyi: mereka


tidak mendengar di dalamnya Perkataan yang sia-sia dan
tidak pula Perkataan yang menimbulkan dosa, ini
merupakan penyangkalan sifat tercela, yang berarti memuji
surga Kemudian diikuti perangkat istitsna’ (kecuali) yang
sekilas seolah-seolah mencela70, padahal sesungguhnya itu
juga berupa pujian, sehungga ungkapan kedua bertujuan
untuk memperkuat pujian

ke dua,

ِ َ ‫ح َويُ َعقَّبُ بِأَداَ ِة إِ ْستِ ْثنا َ ٍء تَلِيْها‬


ٍ ‫ ْد‬8‫فَةُ َم‬8‫ص‬
‫ح‬ ِ ‫أَ ْن ي ُْثبَتَ لِ ِش ْي ٍء‬
ٍ ‫صفَةُ َم ْد‬
ُ‫أُ ْخ َرى له‬
71 َ

Menetapkan sifat sanjungan terhadap sesuatu, dan


sesudahnya didatangkan perabot pengecualian yang
diikuti oleh sifat sanjungan lain

Pada prindipnya badi’ ta’kîd al-madh bimâ yusybih


aldzamm jenis kedua ini adalah menetapkan sifat pujian,
kemudian diikuti oleh istitsna dan sifat pujian lainnya
Contoh 1, sabda Nabi SAW72,

70
Karena istitsna’ yg jatuh sesudah manfi, berarti mutsbat, kalau
yang dinafikan (ditiadakan) sifat tercela, yang dimutsbatkan
(ditetapkan) ya sifat tercela
71
Abd al-Muta’ali as-Sha’idi, Bughyah al-Idlah juz 4,...58
72
(Bughyah al-Idlah juz 4,.. 58).(Syuruh at-Talkhiish Juz 4...390)
83
ٍ ‫ب بَ ْي َد أَنِّى ِم ْن قُ َر ْي‬
‫ش‬ ِ ‫ص ُح ْال َع َر‬
َ ‫أَنا َ أَ ْف‬
Aku orang yang paling fasih di antara orang ‘Arab,
hanya saja aku keturunan suku quraisy

Ungkapan ‘Aku orang yang paling fasih di antara


orang ‘Arab’ merupakan sanjungan, kemudian diikuti
ungkapan yang ada perangkat istitsna,-nya, yaitu ‘hanya
saja aku keturunan suku quraisy’ yang juga berupa
sanjungan.
Contoh 2, syi’ir karya an-Nabighah al-Ju’di73,

ً ‫ َج ّواَ ٌد فَما َ يُ ْبقِى ِمنَ ْالما َ ِل باَقِيا‬# ُ‫ت أَ ْخالَقُهُ َغ ْي َر أَنَّه‬


ْ َ‫فَتًى َك ُمل‬

Dialah pemuda yang sempurna akhlaknya, hanya saja


dia sangat dermawan, sampai tidak menyisakan
hartanya.

Ungkapan pertama berupa sanjungan, yaitu “Dialah


pemuda yang sempurna akhlaknya”, kemudian diikuti
ungkapan yang disertai perangkat istitsna’ (pengecualian)
yang juga berupa sanjungan, yaitu ‘hanya saja dia sangat
dermawan, sampai tidak menyisakan hartanya.

Intinya, badi’ ta’kîd al-Madh bimâ yushbih al-


Dzammm merupakan salah satu bentuk dari muhassinât
ma’nawiyyah yang bertujuan untuk memuji (memberikan
pujian). Model pujian dengan cara ini merupakan salah satu
dari beberapa bentuk pengungkapan yang memiliki nilai
balâghah yang sangat tinggi.

73
Dr. Abd. al-Qodir Husain. Fan al-Badi’...94
23) Ta'kîd al-dzamm bimâ yusybih al-madh

B. Al-Muhassinat Al- Lafdziyyah Al-Muhassinat al-


lafdziyyah adalah gaya bahasa yang menjadikan kata-kata
lebih indah dan enak untuk didengar dari segi lafadz atau
artikulasi bunyinya. Misalkan gaya bahasa saja’, iqtibas dan
jinas

85

Anda mungkin juga menyukai