Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.

1, Juni 2016

Hubungan Antara Identitas Organisasi dan Perilaku


Kerja Inovatif di Industri Kreatif: Studi pada
Karyawan Perusahaan X

The Relationship Between Organizational Identity and


Innovative Work Behavior in Creative Industry: A Study
Among Emplyees of X Company
Hanan Maria Hatta1 & Endang Parahyanti2
Fakultas Psikologi, Universitas Indonesia, Depok, Indonesia
E-mail: hnnmariah@gmail.com

KATA KUNCI Identitas organisasi, inovatif, industri kreatif


KEYWORDS Organizational Identity, Innovative Work Behavior, Creative
Industry

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara identitas


organisasi dan perilaku kerja inovatif pada perusahaan X.
Penelitian ini didasarkan pada pesatnya perkembangan dari
industri kreatif. Pendekatan yang sesuai dalam menghadapi hal
tersebut adalah pendekatan inovatif yang dapat memicu
diterapkannya perilaku kerja inovatif dalam organisasi. Salah satu
hal yang dapat memiliki hubungan dengan perilaku kerja inovatif
adalah identitas organisasi. Identitas organisasi sendiri memiliki
peranan penting dalam memandu perilaku kayawan yang
diharapkan muncul. Terdapat total 401 karyawan perusahaan X
yang berpartisipasi dalam penelitian ini. Perusahaan X merupakan
perusahaan yang memiliki nilai inovatif dan bergerak dalam bidang
industri kreatif dengan sub-kelompok penerbitan dan percetakan.
Terdapat dua alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Innovative Work Behavior Scale (Janssen, 2000) dan
Organizational Identity Scale (Etikariena, 2015). Dengan
menggunakan teknik analisis pearson product moment correlation,
hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ditemukan adanya
hubungan yang signifikan antara identitas organisasi dan perilaku
kerja inovatif (r=0,063, p > 0,05).

ABSTRACT This research was conducted to see the relationship between


organizational identity and innovative work behavior in X
Company. It was based on the rapid development of creative
industry. One of the approaches to deal with that condition is
innovation, which can leads innovative work behavior in
organization. One of the factors that can have a correlation with
innovative work behavior is organizational identity. Organizational
identity itself has a significant role to guide employee’s behaviors.
There were 401 employees of X Company that has participated in
this research. X Company is an organization that has innovative

85
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

value and runs in creative industry area, specifically printing and


publishing sub-sector. There were two instruments used in this
research, innovative work behavior scale (Janssen, 2000) and
organizational identity scale (Etikariena, 2015). Using pearson
product moment correlation to analyze the data, the result shows us
that there were no significant correlation found among
organizational identity and innovative work behavior (r= 0,063, p
>0,05).

PENDAHULUAN Oster (dalam Moon, 2014) mengatakan


Pada saat ini, terdapat tuntutan bahwa inovasi dan efisiensi merupakan
untuk mencapai tingkat perkembangan hal yang penting jika suatu organisasi
ekonomi sesuai target dan juga ingin bertahan. Selain dapat membuat
memenuhi kriteria akan adanya organisasi bertahan dalam jangka
perkembangan yang berkelanjutan panjang, inovasi juga berpengaruh
(Moore, 2014). Salah satu pendekatan terhadap kesuksesan organisasi (Neal,
untuk mencapai tuntutan tersebut adalah dalam Leong & Rasli, 2013). Dikatakan
dengan keberadaan industri kreatif yang pula oleh Peters dan Waterman (dalam
memiliki kesempatan pertumbuhan Kheng, June, & Mahmood, 2013) bahwa
tinggi, terutama untuk negara inovasi sering kali digunakan oleh
berkembang (UNCTAD, 2010). Darwis organisasi sebagai suatu cara agar
(2013) menyatakan bahwa sebagai salah organisasi dapat bekerja dengan sukses,
satu aktivitas ekonomi yang efektif, dan kompetitif dalam lingkungan
merefleksikan potensi dan produktivitas bisnis yang dinamis. Ketika inovasi
dari sumber daya lokal, industri kreatif dilakukan dalam organisasi, maka hal
juga dinyatakan memiliki peran penting tersebut dapat dikatakan sebagai perilaku
dalam membentuk nilai-nilai tambah kerja inovatif (Waenink, 2012). Perilaku
melalui eksistensi dari produk atau jasa kerja inovatif didefinisikan sebagai
kreatif. perilaku individu yang bertujuan untuk
Data dari Kemenparekraf (2014) menginisiasikan atau memperkenalkan
menunjukkan bahwa industri kreatif di dengan sengaja suatu ide, proses, produk
Indonesia mengalami rata-rata atau prosedur yang baru dan berguna
pertumbuhan sebesar 12,2% setiap (Jong & Hartog, 2008).
tahunnya. Sebagai industri yang Perilaku kerja inovatif
memiliki perkembangan pesat, industri dipengaruhi oleh beberapa faktor.
kreatif pun menjadi salah satu industri Dinyatakan oleh Dhalla (2007) bahwa
dengan daya saing tinggi dalam skala nilai dan kepercayaan organisasi
nasional juga skala internasional merupakan hal krusial dalam membentuk
(Darwis, 2013). Miron, Erez, dan Naveh, sikap, minat, dan motivasi karyawan
(dalam Schermuly, Meyer, & Dammer, terhadap inovasi. Hal tersebut tidak akan
2013) mengatakan bahwa untuk dapat dapat muncul dengan baik jika karyawan
mempertahankan tingkat kompetitif tidak paham dan tidak dapat
dalam lingkungan bisnis global, suatu mempersepsikan dengan baik nilai utama
organisasi perlu terus menerus bagi organisasi tempat mereka bekerja.
mengembangkan produk dan jasa Pemahaman dan persepsi karyawan
inovatif. tersebut dapat dibentuk melalui identitas
Produk dan jasa inovatif sendiri organisasi. Jika karyawan paham bahwa
dapat tercipta dengan adanya inovasi. nilai ataupun karakteristik inovasi

86
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

merupakan yang utama (central) dan pekerjaannya sehari-hari. Penelitian


bersifat kontinu atau telah berlangsung sebelumnya sendiri belum ada yang
secara terus menerus (continuity), maka mengaitkan identitas organisasi dan
perilaku kerja inovatif akan menjadi hal perilaku kerja inovatif pada konteks
yang normal dilakukan dalam keseharian industri kreatif. Penelitian ini dilakukan
di organisasi (Gawer & Phillips, 2013). pada perusahaan X yang memiliki
Ashforth dan Mael (1996) karakteristik inovasi dan termasuk dalam
menyatakan bahwa istilah identitas bidang industri kreatif dengan sub-sektor
organisasi sendiri mengacu pada penerbitan dan percetakan.
karakteristik organisasi yang utama
(central), telah berlangsung lama Perilaku Kerja Inovatif
(continuity), dan karakteristik organisasi Definisi perilaku kerja inovatif
yang berbeda dengan organisasi lainnya terus berkembang dari masa ke masa.
(disctinctive). Identitas organisasi West dan Farr (1989) menyatakan bahwa
didefinisikan sebagai persepsi individu perilaku kerja inovatif adalah suatu
yang tergabung dalam organisasi usaha yang dilakukan dengan sengaja
tersebut terhadap karakteristik organisasi dalam mengenalkan dan
(Albert & Whetten, dalam Dhalla, 2007). mengaplikasikan ide, proses, produk,
Identitas organisasi tersebut dapat maupun prosedur yang baru ataupun
menjadi suatu panduan bagi karyawan adaptasi dalam peran kerja kelompok
dalam menginterpretasi suatu peristiwa atau organisasi yang secara signifikan di
dan pada akhirnya juga akan desain untuk memberikan manfaat pada
berpengaruh pada tindakan yang akan performa kerja kelompok, organisasi,
diambil oleh karyawan (Dhalla, 2007). maupun lingkungan dengan skala yang
Bentuk panduan dalam interpretasi ini lebih luas. Selanjutnya, Scott dan Bruce
dapat menjelaskan pertanyaan seperti (1994) menyatakan bahwa perilaku kerja
‘Apa maksud dan cerita dibalik adanya inovatif merupakan suatu rangkaian
suatu kegiatan’ dalam konteks pekerjaan proses dengan banyak tahapan. Scott dan
sehari-hari, dan kemudian seringkali Bruce (1994) menekankan pada
dilanjutkan dengan pertanyaan ‘Apa pentingnya implementasi ide pada
yang sebaiknya dilakukan menghadapi tahapan perilaku kerja inovatif. Definisi
kegiatan tersebut’ (Weick, Sutcliffe, & yang dinyatakan oleh West dan Farr
Obstfeld, 2005). Dengan kata lain, ketika (1989) serta Scott dan Bruce (1994)
karyawan mempersepsikan dan paham kemudian diadaptasi oleh Janssen
bahwa organisasi tempat dia bekerja (2000), sehingga perilaku kerja inovatif
membutuhkan adanya perilaku inovasi didefinisikan sebagai perilaku dengan
agar organisasi dapat terus bertahan dan banyak tahapan (idea generation, idea
tetap kompetitif, maka ia pun akan promotion, idea realization), yang
menjadikan pemahaman mereka sebagai dilakukan dengan sengaja dan bertujuan
panduan mengenai perilaku yang tepat untuk memberikan manfaat pada
untuk ditunjukkan. Dalam penelitian ini, kelompok maupun organisasi.
konteks perilaku yang menjadi fokus Pada tahap generasi ide (idea
utama adalah perilaku kerja inovatif. generation), individu mulai mengenali
Populasi yang akan diambil oleh adanya suatu masalah dan melakukan
peneliti adalah organisasi yang bergerak pengembangan atas ide maupun solusi
pada industri kreatif. Hal ini dikarenakan baru atau adaptasi dari yang telah ada
industri kreatif secara jelas menerapkan sebelumnya. Hal-hal yang biasanya
karakteristik inovasi dalam lingkup memicu adanya proses generasi ide ini

87
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

adalah adanya masalah pekerjaan yang Identitas Organisasi


di anggap ada oleh individu, adanya Konsep identitas organisasi pada
inkongruensi, diskontinu, dan tren yang awalnya dicetuskan oleh Albert dan
sedang berjalan (Scott dan Bruce, 1994). Whetten pada tahun 1985. Albert dan
Pada tahap idea promotion, individu Whetten (dalam Witting, 2006)
berusaha mencari pihak yang dapat menyatakan dalam sebuah kalimat ‘How
mendukung individu tersebut untuk do we see ourselves’. Kalimat lain yang
merealisasikan ide yang ia miliki juga dinyatakan oleh Albert dan Whetten
(Janssen, 2000). Sedangkan pada tahap (1985 dalam Gioia, Schultz, & Corley,
idea realization, individu akan 2000) sehubungan dengan identitas
merealisasikan ide yang ia miliki dengan organisasi adalah ‘who we are as an
cara memproduksi suatu protoipe atau organization’. Albert dan Whetten
model yang dapat disentuh atau (dalam Witting, 2006) mendefinisikan
dirasakan (Kanter, 1988; Scott & Bruce, identitas organisasi sebagai suatu hal
1994; Janssen, 2000). yang dipersepsikan karyawan sebagai
Terdapat banyak faktor yang karakter organisasi yang bersifat utama
memengaruhi perilaku kerja inovatif. (centrality), kontinuitas (continuity), dan
Jong dan Hartog (2008) menyatakan berbeda (distinctive) dari karakter
bahwa terdapat tiga faktor yang organisasi lain. Gioia, Schultz, & Corley
memengaruhi perilaku kerja inovatif, (2000) menambahkan bahwa identitas
yaitu tipe pemimpin partisipatif organisasi merupakan pemahaman
(Rickards & Moger, 2006), motivasi kolektif dari karyawan organisasi
intrinsik (Amablie, 1983), serta kontak mengenai ketiga karakter yang telah
dengan pihak luar organisasi (Kimberly disebutkan sebelumnya. Albert dan
& Evanisko, 1981; Kanter, 1988). Selain Whetten (dalam Ashforth & Mael, 1996)
faktor tersebut, Dörner (2012) membagi juga menyatakan bahwa identitas
faktor-faktor yang memengaruhi organisasi merupakan sumber dari
perilaku kerja inovatif menjadi dua stabilitas dan dasar dari tindakan yang
bagian, yaitu faktor organisasi dan faktor dapat diambil oleh karyawan.
individual. Faktor yang termasuk dalam Berdasarkan berbagai definsi
faktor individual adalah kecenderungan tersebut, definisi yang digunakan dalam
untuk berinovasi, ketertarikan intrinsik, penelitian ini merupakan definisi yang
dan orientasi untuk keahlian. Sedangkan diajukan oleh Gioia, Schultz, dan Corley
faktor organisasi yang berpengaruh (2000) yang merupakan adaptasi dari
terhadap perilaku kerja inovatif adalah definisi yang dinyatakan oleh Albert dan
perilaku atasan, tipe pemimpin Whetten (1985). Oleh karena itu, definisi
transformasional dan leader member identitas organisasi yang digunakan
exchange, budaya organisasi, iklim adalah suatu hal yang dipersepsikan
organisasi, dukungan terhadap inovasi karyawan sebagai karakter organisasi
dan job autonomy, tantangan pekerjaan, yang bersifat utama (centrality),
dan task and goal interdependence. kontinuitas (continuity), dan berbeda
Identitas organisasi pun dapat (distinctive) dari karakter organisasi lain,
dikategorikan sebagai salah satu faktor dan persepsi karyawan yang ada
organisasi yang memengaruhi perilaku merupakan pemahaman kolektif
kerja inovatif dikarenakan persepsi yang karyawan.
dimiliki karyawan terhadap identitas Ketiga karakteristik identitas
organisasi berkaitan erat dengan organisasi yang ada yaitu centrality,
karakteristik yang ada di organisasi. continuity, dan distinctive secara lebih

88
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

lanjut dipaparkan oleh Ashforth dan Gustafson, & Sarason, dalam Witting,
Mael (1996). Centrality mengacu pada 2006). Lin (2004) menyatakan bahwa
konsepsi utama yang memiliki identitas organisasi menjadi suatu hal
kecenderungan untuk dapat berelaborasi yang penting karena hal tersebut dapat
dan berhubungan dengan kognisi, memengaruhi tindakan, interpretasi, dan
perilaku, dan juga afeksi. Dapat pengambilan keputusan bagi organisasi
dikatakan bahwa yang dimaksud akan serta anggotanya. Ditambahkan pula
karakter utama merujuk pada suatu oleh Lin (2004) bahwa identitas akan
sistem yang konsisten secara internal. menjadi suatu panduan dalam
Sistem ini terdiri dari kepercayaan, nilai, menjelaskan emosi yang dimiliki
dan juga norma yang akan mengarahkan anggota organisasi dalam menghadapi
agar tindakan-tindakan yang diambil isu-isu organisasi yang ada. Barney dan
karyawan organisasi sesuai dengan misi Stewart (dalam Witting, 2006)
organisasi. Karakteristik continuity menyatakan bahwa identitas organisasi
merujuk pada kontinuitas dan stabilitas. dapat berperan dalam pengambilan
kontinuitas ini menjadikan organisasi keputusan oleh organisasi dikarenakan
mendapatkan suatu gambaran akan mereka melihat identitas organisasi
koherensi pada masa lalu dan sebagai suatu alat yang memfasilitasi
membangun suatu arahan yang jelas organisasi dalam membentuk suatu
pada masa depan. Identitas yang bersifat konsep dan juga memfasilitasi organisasi
kontinuitas ini merupakan hal yang dalam implementasi tindakan strategis
penting bagi kesuksesan jangka panjang organisasi.
(Albert & Whetten, dalam Gioia,
Schultz, & Corley, 2000). Karakteristik Industri Kreatif
terakhir adalah karakteristik distinctive. Berdasarkan Kementerian
Karakteristik tersebut merujuk pada hal Perdagangan Indonesia, industri kreatif
yang membedakan atau suatu hal yang didefinisikan sebagai industri yang
menjadi perbandingan dengan organisasi berasal dari pemanfaatan kreativitas,
lain. Adanya karakteristik yang keterampilan, serta bakat individu untuk
membedakan suatu organisasi dengan menciptakan kesejahteraan serta
organisasi lain menjadi suatu hal yang lapangan pekerjaan melalui penciptaan
kritikal karena karyawan akan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya
menjustifikasi hal ini dengan eksistensi cipta individu tersebu (dalam Parman,
organisasi mereka, hingga pada akhirnya Subagiyo, Chairi, Erwidodo, Kresnarini,
hal ini akan memengaruhi identifikasi & Suseno, 2008). Industri kreatif
karyawan pada organisasi nya (Martin, diklasifikasikan kedalam 14 bidang oleh
Feldman, Hatch, & Sitkin, dalam kementerian perdagangan Indonesia
Ashforth & Mael, 1996). Dinyatakan (dalam Parman dkk., 2008), yaitu
pula oleh Abrams dan Hogg (dalam periklanan, arsitektur, pasar barang seni,
Whetten, 2006) bahwa karakteristik kerajinan tangan, desain, fesyen, video-
pembeda dari organisasi akan film-dan fotografi, permainan interaktif,
berpengaruh terhadap harga diri yang musik, seni pertunjukkan, penerbitan dan
tinggi. percetakan, teknologi, televisi dan radio,
Identitas organisasi memiliki serta riset dan pengembangan.
banyak dampak positif. Pada level Ditambahkan oleh Utami dan Lantu
organisasi, identitas organisasi dapat (2012) bahwa sejak tahun 2011, kuliner
berperan dalam meningkatkan efektivitas menjadi salah satu bidang yang termasuk
dan performa organisasi (Stimpert, dalam ranah industri kreatif.

89
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

Dinamika Hubungan Identitas memunculkan perilaku yang diharapkan


Organisasi dan Perilaku Kerja oleh organisasi. Dalam konteks ini, maka
Inovatif peneliti menduga bahwa identitas
Inovasi merupakan hal yang organisasi dapat memandu karyawan
penting jika suatu organisasi ingin untuk memunculkan perilaku kerja
bertahan dalam jangka panjang (Oster, inovatif yang dapat membawa banyak
dalam Moon, 2014), tetap dapat keunggulan positif bagi organisasi.
kompetitif pada kompetitor lainnya
dalam lingkungan bisnis yang dinamis METODE PENELITIAN
(Peters & Waterman, dalam Kheng, Berdasarkan aplikasi penelitian,
June, & Mahmood, 2013), juga penelitian ini termasuk dalam penelitian
meningkatkan performa (Binnewies & terapan dikarenakan informasi yang
Gromer, dalam Shalley, Zhou, & didapatkan bisa bemanfaat dan
Oldham, 2004). Ketika inovasi ini diaplikasikan untuk meningkatkan
dilakukan dalam lingkup organisasi, perilaku kerja inovatif. Berdasarkan
maka hal tersebut dikatakan sebagai tujuan penelitian, penelitian ini termasuk
perilaku kerja inovatif (Waenink, 2012). ke dalam tipe penelitian korelasional
Melihat perilaku kerja inovatif karena menguji hubungan antar variabel
merupakan salah satu hal yang krusial penelitian yaitu identitas organisasi dan
agar organisasi dapat bertahan, penting perilaku kerja inovatif. Sedangkan
untuk meninjau faktor-faktor yang berdasarkan tipe informasi, penelitian ini
memiliki hubungan maupun pengaruh termasuk penelitian kuantitatif yang
terhadap perilaku kerja inovatif. didasarkan pada mengukur variabel
Terdapat faktor identitas organisasi yang untuk mendapatkan skor berbentuk
dapat digolongkan sebagai salah satu numerik.
faktor organisasi. Identitas organisasi ini Dari segi desain penelitian,
menekankan pada persepsi yang dimiliki penelitian ini termasuk dalam cross-
oleh anggota organisasi terhadap nilai sectional study design dikarenakan
ataupun karakteristik organisasi. Ketika peneliti hanya melakukan kontak dengan
nilai-nilai ataupun karakteristik responden sebanyak satu kali, yaitu
organisasi tersebut tidak dapat dipahami ketika mengambil data. Penelitian ini
dan dipersepsikan dengan baik oleh juga termasuk dalam retrospective study
karyawan organisasi, maka nilai-nilai design dikarenakan penelitian ini melihat
ataupun karakteristik tersebut tidak dapat suatu fenomena, situasi, masalah,
diterapkan dengan baik oleh karyawan ataupun isu yang telah terjadi.
organisasi (Dhalla, 2007). Ketika Sedangkan dari sifat penelitian,
karyawan memiliki identitas organisasi penelitian ini termasuk dalam penelitian
yang baik, dalam arti dapat paham dan non- eksperimental dikarenakan penelitia
memiliki persepsi yang baik akan tidak memberikan manipulasi apapun
karakteristik organisasi, maka hal dalam penelitian.
tersebut dapat menjadi suatu panduan Responden penelitian merupakan
bagi karyawan organisasi mengenai karyawan tetap dengan masa kerja
perilaku apa yang kemudian tepat untuk minimal 1 tahun, dari perusahaan X yang
dimunculkan agar sesuai dengan nilai bergerak dalam industri kreatif dengan
dan karakteristik tersebut. subsektor penerbitan dan percetkan, serta
Berdasarkan hal tersebut, menerapkan nilai inovatif pada
identitas organisasi merupakan hal yang kesehariannya. Dari total 538 responden
penting dalam memandu karyawan nya

90
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

yang berpartisipasi, terdapat 401 data adalah responden laki-laki, 78% nya
responden yang dapat diolah. memiliki rentang usia 25 hingga 44
Terdapat variabel data kontrol tahun, 71% memiliki jenjang pendidikan
dalam penelitian ini, yaitu status minimum S1, 53% responden telah
karyawan, masa bekerja, jenjang bekerja selama lebih dari sepuluh tahun,
pendidikan, level jabatan, jenis kelamin, 65% responden memiliki jabatan pada
usia responden, dan departemen tempat level staff, dan 34% responden berasal
responden bekerja. dari departemen bisnis.
Instrumen penelitian yang Variabel penelitian diukur
digunakan berbentuk kuesioner dan telah melalui enam skala likert type. Pada
diuji coba reliabilitas dengan teknik variabel perilaku kerja inovatif, terdapat
cronbach alpha. Instrumen penelitian total sembilan item sehingga range nilai
perilaku kerja inovatif menggunakan alat yang mungkin dimiliki partisipan adalah
ukur Janssen (2000) yang terdapat total 9 sembilan hingga 54. Berdasarkan hasil
item favorable (a= .936) dengan 3 item olah data, didapatkan rata-rata skor total
pada masing-masing dimensi. Skala responden sebesar 29.71 (SD=9.557).
likert type yang digunakan memiliki 6 Sedangkan pada variabel identitas
rentang jawaban yaitu dari “belum organisasi, rentang skor yang didapatkan
pernah sama sekali” hingga “selalu adalah delapan hingga 48. Berdasarkan
menampilkan”. Sedangkan untuk hasil olah data, didapatkan rata- rata skor
instrumen penelitian identitas organisasi total responden sebesar 30.83
menggunakan alat ukur Etikariena (SD=5.544).
(2015) yang diadaptasi dan Berdasarkan analisis data
dikembangkan dari Aaker (1997, dalam korelasi menggunakan pearson product
Witting, 2006). Terdapat total 8 item (a= moment, tidak ditemukan adanya
.749) dengan masing-masing 3 item hubungan yang signifikan antara variabel
untuk karakteristik centrality dan identitas organisasi dan perilaku kerja
distinctiveness, serta 2 item untuk inovatif (r= .063; p>.05). Hal ini
karakteristik continuity. Skala likert type menunjukkan bahwa H1 ditolak dan H0
yang digunakan memiliki 6 rentang diterima.
jawaban yaitu dari “tidak sesuai” hingga Walaupun identitas organisasi
“sangat sesuai”. merupakan variabel unidimensional,
Setelah proses pengambilan data peneliti juga berusaha melihat
selesai, dilakukan input data ke program karakteristik identitas organisasi apa
pengolahan data SPSS (Statistical yang memiliki hubungan paling kuat
Package for Social Science). Teknik dengan perilaku kerja inovatif.
analisis yang digunakan adalah pearson Berdasarkan uji statistik, tidak
product moment untuk melihat hubungan ditemukan adanya hubungan yang
antar variabel, independent sample t-test signifikan antara karakteristik centrality
untuk melihat perbedaan rata-rata pada dan perilaku kerja inovatif (r= .024;
dua kelompok, dan one way analysis of p>.05), begitu pula hubungan antara
variance untuk melihat perbedaan rata- karakteristik continuity dan perilaku
rata pada dua kelompok atau lebih. kerja inovatif (r= -.012; p>.05), dan
hubungan antara karakteristik
ANALISA DAN HASIL distinctiveness dan perilaku kerja
Berdasarkan analisis deskriptif, inovatif (r= .073; p>.05).
didapatkan gambaran bahwa dari Peneliti juga melihat perbedaan
sejumlah 401 responden penelitian, 61% rata-rata kelompok mengenai perilaku

91
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

kerja inovatif berdasarkan data seperti nya belum memahami lebih


demografis responden. Berdasarkan dalam inovasi seperti apa yang dimaksud
analisis data independent sample t-test oleh perusahaan X.
dan one way analysis of variance, Raymond (dalam Gawer &
terdapat empat kelompok yang memiliki Phillips, 2013) menyatakan bahwa agar
perbedaan rata- rata kelompok yang karyawan paham dengan nilai dan
signifikan. Keempat kelompok tersebut karakteristik utama perusahaan, perlu
adalah jenis kelamin (t= 4.806; p<.05), adanya advokasi mengenai nilai dan
pendidikan (t= 5.582; p<.05), jabatan (t= karakteristik organisasi tersebut. Adanya
.032; p<.05), dan departemen (t= 2.810; advokasi ini juga perlu untuk
p<.05). ditindaklanjuti dengan diterapkannya
nilai dan karakteristik tersebut pada
DISKUSI lingkup pekerjaan sehari-hari, sehingga
Berdasarkan analisis data, nilai dan karakteristik yang ada semakin
didapatkan kesimpulan bahwa identitas dimaknai oleh karyawan (Chesbrough,
organisasi tidak memiliki hubungan dalam Gawer & Phillips, 2013). Ketika
dengan perilaku kerja inovatif. nilai dan karakteristik tersebut telah
Chochlakis dan Pseirdis (dalam Arif, dipahami dan dipersepsi dengan baik
Zubair, & Manzoor, 2005) menyatakan oleh karyawan, maka nilai dan
bahwa faktor yang lebih memengaruhi karakteristik tersebut dapat menjadi
perilaku kerja inovatif adalah faktor panduan bagi tingkah laku yang tepat
internal individu dan juga faktor untuk dimunculkan karyawan (Gioia,
karakteristik pekerjaan. Hal inilah yang Schultz, & Corley, 2000).
dapat menjadi salah satu alasan mengapa Tercantumnya inovasi sebagai
identitas organisasi yang termasuk dalam nilai dan atau karakteristik utama bagi
faktor organisasi tidak memiliki perusahaan X menandakan bahwa
hubungan yang signifikan terhadap perusahaan X berusaha untuk
perilaku kerja inovatif. menggunakan identitas organisasi
Gioia, Schultz, dan Corley (2000) sebagai salah satu strategi perusahaan
menyatakan bahwa identitas organisasi agar dapat bertahan dalam jangka
dapat menjadi suatu panduan bagi panjang. Sesuai dengan pernyataan
tingkah laku yang tepat untuk Hoholm dan Strønen (2011) yang
dimunculkan karyawan. Akan tetapi, menyatakan bahwa identitas organisasi
karyawan perusahaan X sepertinya memiliki peranan penting dalam
belum memiliki persepsi yang sesuai, memengaruhi strategi perusahaan.
bahwa inovasi menjadi salah satu Namun seperti yang telah dipaparkan
karakteristik utama bagi perusahaan X. pada paragraf sebelumnya, karyawan
Hal ini menyebabkan karyawan pada perusahaan X tidak menganggap inovasi
perusahaan X tidak menjadikan identitas sebagai salah satu strategi perusahaan
organisasi yang ada sebagai salah satu yang dapat menjadikan perusahaan X
faktor yang berhubungan maupun lebih kompetitif dan memiliki eksistensi
memiliki pengaruh terhadap perilaku jangka panjang.
kerja inovatif. Berdasarkan hasil data Dikatakan oleh Ellonen,
informal yang diperoleh peneliti, Blomquist, dan Puumalainen (dalam
didapatkan hasil bahwa karyawan X Hoholm & Strønen, 2011) bahwa adanya
mengetahui dan menyebutkan inovasi kepercayaan terhadap organisasi
sebagai salah satu karakteristik utama (manajemen) dan juga institusi (sistem
perusahaan X, namun karyawan X organisasi, praktik sumber daya

92
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

manusia) memiliki pengaruh yang positif centrality tidak memiliki hubungan


terhadap inovasi organisasi. Ketika dengan perilaku kerja inovatif.
karyawan memiliki persepsi, dan Karakteristik kedua adalah
percaya bahwa perusahaan tidak continuity. Witting (2006) menemukan
mendukung adanya perilaku kerja adanya korelasi negatif antara
inovatif, maka karyawan pun tidak akan karakteristik continuity dan perilaku
menunjukkan perilaku kerja inovatif. kerja inovatif. Witting (2006)
Faktor dukungan terhadap inovasi menyatakan bahwa adanya discontinuity
sendiri menjadi salah satu faktor yang pada karakteristik organisasi justru
memengaruhi perilaku kerja inovatif memiliki hubungan positif terhadap
(Dörner, 2012; Oukes, 2010). Pada kasus perilaku karyawan yang dapat
perusahaan X, karyawan perusahaan X mendukung tercapainya tujuan
menyadari bahwa inovasi merupakan hal organisasi. Hal ini sejalan dengan apa
yang penting agar perusahaan X dapat yang dinyatakan oleh Gioia, Schultz, dan
bertahan dalam menghadapi ketatnya Corley (2000) bahwa identitas organisasi
persaingan pada masa ini, namun, dapat bersifat discontinuity, yaitu
mereka menganggap bahwa perusahaan organisasi harus dapat mengorganisir
X tidak memberikan dukungan yang stabilitas dan perubahan tersebut sebagai
optimal pada karyawannya ketika respon organisasi terhadap lingkungan
karyawan mencoba untuk menampilkan yang terus berubah. Menanggapi hal ini,
perilaku kerja inovatif. Hal ini kemudian Whetten (dalam Gioia, Schultz, &
memengaruhi persepsi dan kepercayaan Corley, 2000) menyatakan bahwa ketika
karyawan akan apakah inovasi benar- nilai atau karakteristik dari identitas ini
benar menjadi suatu hal yang esensial berubah, maka perubahan yang ada tidak
bagi perusahaan X. akan terjadi secara signifikan dan tetap
Witting (2006) melakukan akan mengacu pada nilai atau
penelitian yang mengukur masing- karakteristik awal.
masing karakteristik dari identitas Pada karakteristik distinctive,
organisasi terhadap beberapa variabel Witting (2006) tidak menemukan
seperti identifikasi organisasi, perilaku, korelasi apapun dengan dependen
sikap, dan pengetahuan karyawan akan variabel yang ada. Begitu pula pada
organisasi. Berdasarkan hasil penelitian penelitian ini yang tidak menemukan
tersebut, ditemukan bahwa karakteristik adanya korelasi signifikan antara
centrality berkorelasi positif dengan karakteristik distinctive dengan perilaku
pengetahuan karyawan akan organisasi kerja inovatif. Peneliti menduga bahwa
dan sikap mereka terhadap hal tersebut. hal ini dikarenakan karyawan tidak
Semakin suatu karyawan menjadikan karakteristik distinctive
mempersepsikan dengan baik nilai utama sebagai panduan mereka dalam
dari organisasi, semakin mereka menunjukkan perilaku kerja inovatif.
mengetahui tujuan utama dari organisasi Karyawan akan lebih menunjukkan
dan semakin positif sikap yang mereka perilaku kerja inovatif dikarenakan
tunjukkan terhadap organisasi tersebut. adanya faktor lain yang berperan, tidak
Karakteristik centrality hanya terbatas peduli suatu karakter organisasi yang
memengaruhi pengetahuan karyawan berbeda dari organisasi lain
dan sikap, namun tidak memengaruhi dipersepsikan secara baik atau tidak.
perilaku karyawan. Hal ini sesuai dengan Dari sisi struktur jabatan sendiri,
penelitian ini, khususnya karakteristik perusahaan X termasuk dalam
perusahaan yang memiliki banyak

93
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

tingkatan struktur jabatan. Dikatakan perusahaan sedang, masing- masing


oleh Harris (2002) bahwa organisasi departemen yang ada justru cenderung
dengan struktur yang datar, yaitu memiliki kesamaan lingkup pekerjaan
karyawan pada organisasi yang tidak yang sama.
memiliki banyak struktur jabatan Pada penelitian ini, peneliti juga
memiliki kecenderungan untuk lebih melakukan teknik analisa dengan
memunculkan perilaku kerja inovatif. menghitung perbedaan rata-rata pada
Hal ini dikarenakan struktur jabatan kelompok berdasarkan enam aspek
yang datar lebih memungkinkan demografis. Aspek pertama yang
karyawan memiliki kebebasan yang memiliki perbedaan rata-rata kelompok
lebih dalam memunculkan perilaku kerja yang signifikan pada perilaku kerja
inovatif. Kebebasan disini berarti bahwa inovatif adalah jenis kelamin. Hal ini
karyawan tidak perlu meminta banyak sesuai dengan penelitian Janssen (2000)
persetujuan dari atasan berdasarkan yang mengatakan bahwa terdapat
struktur jabatan yang ada ketika perbedaan rata-rata kelompok yang
karyawan ingin memunculkan perilaku signifikan pada perilaku kerja inovatif
kerja inovatif. Oleh karena itu, dapat berdasarkan jenis kelamin. Namun, hasil
dikatakan bahwa perusahaan X yang penelitian ini tidak sejalan dengan hasil
memiliki banyak tingkatan struktur penelitian Arif, Zubair, dan Manzoor
menjadi salah satu hal yang (2012) yang menyatakan bahwa
memengaruhi perilaku kerja inovatif ditemukan indeks rata-rata kelompok
yang dimunculkan karyawan perusahaan yang lebih tinggi pada jenis kelamin
X. perempuan akan perilaku kerja inovatif.
Faktor lain yang juga memiliki Aspek berikutnya adalah tingkat
pengaruh terhadap perilaku kerja inovatif pendidikan. Berdasarkan hasil analisis
adalah ukuran organisasi (Zerfass & statistik, responden dengan tingkat
Huch, dalam Arif, Zubair, & Manzoor, pendidikan magister memiliki rata-rata
2012). Sebagai perusahaan yang kelompok paling tinggi dibandingkan
termasuk dalam bidang penerbitan dan responden dengan tingkat pendidikan
percetakkan, perusahaan X tergolong lainnya. Hal ini sejalan dengan penelitian
memiliki ukuran organisasi yang sedang. yang dilakukan oleh Janssen (2000),
Penelitian yang dilakukan oleh Nafees Hammond, dkk. (2011), dan Oukes
(dalam Arif, Zubair, Manzoor, 2012) (2010) yang menyatakan bahwa semakin
mengindikasikan bahwa terdapat tinggi tingkat pendidikan responden,
perbedaan yang signifikan antara maka semakin tinggi pula
perilaku kerja inovatif yang muncul pada kecenderungan seseorang untuk
organisasi dengan ukuran sedang dan menampilkan perilaku kerja inovatif. Hal
kecil. Organisasi yang berukuran sedang ini mungkin dikarenakan orang dengan
akan lebih sering memunculkan perilaku tingkat pendidikan yang lebih tinggi
kerja inovatif dibandingkan organisasi akan dapat lebih mudah melihat peluang
yang berukuran kecil (Nafees, dalam yang mana ia dapat menerapkan suatu
Arid, Zubair, & Manzoor, 2012). Hal ini inovasi baru pada peluang tersebut.
dikarenakan ukuran perusahaan yang Aspek jabatan responden juga
sedang maupun besar akan lebih memiliki perbedaan rata-rata kelompok
memiliki banyak potensi-potensi untuk yang signifikan. Adanya korelasi yang
dikembangkan secara inovatif. Namun signifikan antara tingkat jabatan dengan
pada perusahaan X, walaupun perilaku kerja inovatif sesuai dengan
perusahaan X tergolong dalam ukuran penelitian yang dilakukan oleh Scott dan

94
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

Bruce (1994), namun, terdapat inovatif berdasarkan data demografis


perbedaan hasil arah korelasi yang ada responden, yaitu: jenis kelamin,
pada Scott dan Bruce (1994) dan pada pendidikan, jabatan dan departemen
penelitian ini. Penelitian ini memiliki tempat bekerja.
arah dan signifikansi korelasi yang
positif, sedangkan penelitian Scott dan SARAN
Bruce (1994) menunjukkan adanya Pada penelitian selanjutnya,
korelasi negatif pada tahapan karir dapat diteliti kembali mengenai
dengan perilaku kerja inovatif. . Hasil hubungan identitas organsisasi dan
yang positif antara jabatan dan perilaku perilaku kerja inovatif. Hal ini
kerja inovatif pada penelitian ini dikarenakan penelitian mengenai
mungkin dikarenakan jabatan managerial hubungan kedua variabel ini masih
lebih memiliki kebebasan dalam sangat sedikit. Gawer dan Philips (2013)
menunjukkan perilaku kerja inovatif meneliti kedua hubungan variabel ini
dibandingkan karyawan dengan level pada perusahaan Intel, sementara
jabatan non- managerial, sehingga pada penelitian ini dilakukan pada konteks
akhirnya mereka lebih memiliki industri kreatif. Kedua penelitian ini pun
kecenderungan lebih besar dalam menunjukkan hasil yang berbeda. Oleh
menampilkan perilaku kerja inovatif. karena itu, penelitian selanjutnya dapat
Aspek terakhir yang memiliki meneliti mengenai hubungan kedua
perbedaan rata-rata secara signifikan variabel ini dalam konteks perusahaan
pada perilaku kerja inovatif adalah yang berbeda, sehingga didapatkan hasil
departemen. Departemen yang memiliki penelitian yang lebih beragam. Selain
rata-rata skor total perilaku kerja inovatif itu, penelitian berikutnya juga dapat
yang paling tinggi adalah media services. mengkontrol variabel budaya organisasi
Hal ini mungkin dikarenakan terutama budaya kekeluargaan. Sehingga
departemen media services merupakan diduga hubungan identitas organisasi dan
departemen yang paling harus perilaku kerja inovatif dapat semakin
beradaptasi dengan kemajuan media kuat ketika budaya organisasi terutama
terutama media digital yang terus budaya kekeluargaan dikontrol.
berkembang. Seiring dengan pernyataan Dari segi metodologis, peneliti
Carmeli dan Atwater (dalam Jafri, 2010) menyarankan untuk turut menyertakan
bahwa kecepatan perubahan dalam metode wawancara ataupun diskusi
bidang teknologi serta meningkatnya kelompok untuk mendapatkan data yang
persaingan dalam era globalisasi pada lebih komprehensif. Hal ini khususnya
organisasi menuntut karyawannya untuk berkaitan dengan variabel identitas
selalu dapat menciptakan ide baru serta organisasi. Dengan menggunakan
memikirkan cara dan strategi yang metode wawancara ataupun diskusi
berbeda agar dapat memperoleh kelompok yang bersifat kualitatif,
keunggulan kompetitif diantara pasar jawaban responden mengenai
yang ada. karakteristik organisasi yang dianggap
utama, telah berlangsung secara terus
SIMPULAN menerus, dan berbeda dari organisasi
Hasil penelitian menunjukkan lain dapat lebih diperoleh secara lebih
tidak terdapat hubungan yang signifikan dalam. Selain itu, agar didapatkan
antara identitas organisasi dan perilaku informasi lebih mendalam mengenai
kerja inovatif. Sementara itu, terdapat karakteristik sampel yang memiliki
perbedaan rata-rata perilaku kerja perbedaan rata-rata kelompok paling

95
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

signifikan, penelitian selanjutnya yang ada. Ketika nilai tersebut telah


diharapkan dapat melakukan analisis dimaknai dan dipersepsi dengan baik
post-hoc pada perhitungan analisis data. oleh karyawan, maka karyawan pun akan
Dari segi praktis, peneliti lebih mudah menerapkan nilai-nilai
memiliki beberapa saran terkait tersebut dalam pekerjaan mereka sehari-
penelitian ini. Melihat bahwa perilaku hari. Berdasarkan hal tersebut, salah satu
kerja inovatif merupakan hal yang cara yang dapat dilakukan adalah adanya
penting agar suatu organisasi dapat program orientasi pada karyawan baru
bertahan (Moon, 2014), organisasi perlu yang mengenalkan karakteristik
untuk mulai merencanakan bentuk organisasi dan memperkuat karakteristik
intervensi yang dapat meningkatkan tersebut dengan menerapkannya dalam
perilaku kerja inovatif. Rancangan kegiatan sehari- hari.
intervensi dapat dibuat dengan fokus
mempertimbangkan faktor-faktor yang DAFTAR PUSTAKA
memengaruhi perilaku kerja inovatif. Arif, S., Zubair, A., & Manzoor, Y.
Perusahaan X juga sebaiknya tidak (2012). Innovative Work
memaksakan perilaku kerja inovatif Behavior and Communication
sebagai salah satu aspek yang dinilai Climate among Employees of
dalam performa penilaian kinerja. Hal ini Advertising Agencies. National
dikarenakan perilaku kerja inovatif Institute of Psychology Quaid-i-
merupakan suatu peran kerja yang Azam, 65-72.
bersifat tambahan, yang tidak secara Ashforth, B., & Mael, F. (1996).
eksplisit disebutkan dalam lingkup Organizational Identity and
pekerjaan dan juga tidak berhubungan Strategy as a Context Individual.
dengan sistem reward (Katz, dalam Advances in Strategic
Janssen, 2000). Management, 13, 19-44.
Sebagaimana yang telah Darwis, Y. (2013). The Urgency of
dipaparkan bahwa identitas organisasi Communication Media (E-
dapat menjadi suatu panduan agar Commerce) in Indonesia’s
karyawan tahu perilaku apa yang tepat Creative Industry as an Effort to
untuk ditunjukkan dalam organisasi Increase International Business
(Gioia, Schultz, & Corley, 2000), Competition: A Case Study of the
perusahaan X perlu untuk mulai Fashion Industry.
merencanakan suatu hal yang dapat De Jong, J. P. J., & Hartog, D. N. D.
membuat karyawan paham dan memiliki (2008). Innovative work behavior
persepsi yang tepat akan karakteristik Measurement and validation.
organisasi yang dianggap utama, Scientific Analysis of
berlangsung secara terus-menerus, dan Entrepreneurship and SMEs, 1-
berbeda dari organisasi lain. Raymond 27.
(dalam Gawer & Phillips, 2013) Dhalla, R. (2007). The Construction of
menyatakan bahwa pada awalnya, perlu Organizational Identity: Keys
dilakukan advokasi mengenai nilai-nilai contributing External and Intra-
organisasi. Menanggapi hal ini, Organizational Factor. Corporate
Chesbrough (dalam Gawer & Phillips, Reputation Review, 10(4), 245-
2013) menyatakan bahwa penting untuk 260.
sering melakukan aktivitas yang dapat Dörner, N. (2012). Innovative work
memfasilitasi karyawan untuk lebih behavior: the roles of employee
paham dan lebih memaknai nilai-nilai expectations And effects

96
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

on job performance. University Kanter, R. (1988), When a thousand


of St.Gallen, Dissertation no. flowers bloom: structural,
4007. collective, and social conditions
Etikariena, A. (Not Published). for innovation in organizations,
(Disertasi). Peran Memori in Staw, B.M. and Cummings,
Organisasi, Identitas Organisasi, L.L. (Eds). Research in
dan Kesiapan Karyawan Organizational Behavior, 10,
Berinovasi Terhadap Perilaku 169-211.
kerja inovatif. Universitas Kheng, Y, K., June, S., & Mahmood, R.
Indonesia, Depok. (2013). The determinants of
Gawer, A., & Phillips, N. (2013). innovative work behavior in the
Institutional Work as Logics knowledge intensive business
Shift: The Case of Intel’s services sector in Malaysia.
Transformation to Platform Asian Social Science, 9 (15), 47-
Leader. United Kingdom: Sage 58.
Publications. Leong, C., & Rasli, A., (2013). The
Gioia, D., Schultz, M., & Corley, K. G. Relationship Between Innovative
(2000), “Organizational Identity, Work Behavior on Work Role
Image and Adaptive Instability”. Performance: An Empirical
Academy of Management Study. Social and Behavioral
Review. 25 (1), 63-81. Sciences, 129, 592-600.
Harris, T.E. (2002). Applied Lin, Y. (2004). Organizational Identity
Organizational Communication: and Its Implication on
Principles and Pragmatics for Organizational Development.
Future Practice (2nd ed.). United University of Minnesota, USA.
States of America: Lawrence Oukes, T. (2010). Innovative Work
Erlbaum Associates, Inc. Behavior: A Case Study at a Tire
Hammond, M.M., Farr, J.L., Neff, N.L., Manufacturer. University of
Schwall, A.R., & Zhao, X. Twente, Netherland.
(2011). Predictors of individual Moore, I. (2014). Culture and Creative
level of innovation at work: A Industries Concept – a Historical
meta analysis. Psychology of Perspective. Social and
Aesthetics, Creativity, and the Behavioral Sciences, 110, 738-
Arts, 5(1), 90-103. 746.
Hoholm, T., & Strønen, F. (2011). Moon, T. (2014). Mentoring the
Innovation, Strategy, and Next Generation for Innovation
Identity: A Case Study From the in Today’s Organization.
Food Industry. European Journal Journal of Strategic Leadership,
of Innovation Management, 5(1), 23-35.
14(3), 345-363. Parman, A., Subagiyo, Chairi, B.,
Janssen, O. (2000). Job demands, Erwidodo, Kresnarini, H, I., &
perception of effort-reward Suseno, E. (2008).
fairness and innovative work Pengembangan Ekonomi Kreatif
behavior. Journal of Indonesia 2025. Indonesia :
Occupational and Departemen Perdagangan
Organizational Psychology, Republik Indonesia. Diakses dari
73(3), 287-302. http://dgi-indonesia.com/wp-
content/uploads/2009/05/buku-1-

97
Jurnal Psikogenesis, Volume 4, No.1, Juni 2016

rencana-pengembangan- Utami, L. D., & Lantu, D. C. (2014).


ekonomi-kreatif-indonesia- Development competitiveness
2009.pdf model for small medium
Schermuly, C., Meyer B., & Dammer, L. enterprises among the creative
(2013). Leader-Member industry in bandung. Social and
Exchange and Innovative Behavioral Sciences, 115, 305-
Behavior. Journal of Personnel 323.
Psychology, 12(3), 132-142. Waenink, E. (2012). Creating innovation
Scott, S.G., & Bruce, R.A. (1994). in employees, the effect of
Determinants of innovative competences on innovative work
behavior: A path model of behavior and the moderating role
individual innovation in the of human resources practices.
workplace. Academy of (Master’s Thesis). Universiteit
Management Journal, 37 (3), Twente, Enschede.
580- 607. Weick, K., Sutcliffe, K., & Obstfeld, D.,
Shalley, C.E., Zhou, J., & Oldham, G.R. (2005). Organizing and the
(2004). The effects of personal Process of Sensemaking.
and and contextual characteristics Organization Science, 16(4),
on creativity: Where should we 409-421.
go from here. Journal of West, M.A., & Farr, J.L. (1989).
Management, 30(6), 933-958. Innovation at work:
Tim Studi Ekonomi Kreatif, Psychological Perspectives.
Kemenparekraf (2014). Artikel Social Behavior, 4, 15-30.
[on-line]. Diakses 15 Maret 2015 Whetten, D. (2006). Albert and
dari Whetten: Strengthening the
http://program.indonesiakreatif.n Concept of Organizational
et/research/kontribusi-ekonomi- Identity. Journal of Management
kreatif- indonesia/ Inquiry, 15(3), 219-234.
United Nation Confrence on Trade and Witting, M. (2006). Relations Between
Development. (2010). Creative Organizational Identity,
Economy Report 2010. Diakses Identification, and Organizational
pada 2 April 2015 dari Objectives: An Empirical Study
http://unctad.org/en/Docs/ditctab in Municipalities. Universiteit
20103_en.pdf Twente, Enschede.

98

Anda mungkin juga menyukai