Anda di halaman 1dari 20

PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN

“FAKTOR-FAKTOR YANG MENENTUKAN DALAM


PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 3

1. MITA FATIMA MERNISSI (P07120317057)


2. NI NYOMAN WINDIANTARI (P07120317061)
3. NI MADE WIIWIK ARYANTI (P07120317060)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN MATARAM JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MATARAM

TAHUN 2020

KATA PENGANTAR

i
Puji syukur kami panjatkan kehadapa Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya kami telah berhasil menyusun makalah yang berjudul
“Faktor-faktor yang menentukan dalam perkembangan kepribadian” yang
merupakan tugas mata kuliah Pengembangan Kepribadian.
Makalah ini menghimpun materi dari berbagai sumber seperti yang
tertera di daftar pustaka. Dengan adanya makalah ini semoga dapat menambah
referensi bagi semua teman-teman, dan penulisan makalah ini menggunakan
bahasa yang sederhana dan mudah di mengerti. Dan dengan adanya makalah ini
semoga dapat mempermudah teman-teman untuk memahami materi tentang
faktor-faktor yang menentukan dalam perkembangan kepribadian dalam mata
kuliah Pengembangan Kepribadian.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan , untuk itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
tercapainya suatu kesempurnaan dalam makalah ini.

Mataram, 21 November 2020

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

COVER.............................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian kepribadian..........................................................................3
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian....................................4
C. Faktor internal yang mempengaruhi kepribadian.................................4
D. Faktor eksternal yang mempengaruhi kepribadian...............................7
E. Pengaruh kepribadian guru terhadap proses pembelajaran...................11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................16
B. Saran ............................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kepribadian (personality) merupakan kajian psikologi yang lahir
berdasarkan pemikiran, kajian atau temuan-temuan (hasil praktek penanganan
kasus) para ahli. Objek kajian kepribadian adalah “human behavior”, perilaku
manusia, yang pembahasannya terkait dengan apa, mengapa, dan bagaimana
perilaku tersebut. (Agus, 2001, hal. 1)
Kepribadian merupakan kombinasi dari pikiran, emosi, dan perilaku
yang membuat seseorang unik berbeda satu sama lain dan juga bagaimana
seseorang melihat diri sendiri. Karakter kepribadian secara mencolok
membedakan diri seseorang dengan diri orang lain. Sedangkan gangguan
kepribadian merupakan istilah umum untuk suatu jenis penyakit dimana cara
berpikir, memahami situasi dan berhubungan dengan orang lain tidak
berfungsi dalam beberapa kasus kemungkinan penderita tidak menyadari
bahwa mereka memiliki gangguan kepribadian karena cara berpikir dan
prilaku tampak alami bagi si penderita harus ditindak lanjuti dan diberi solusi
dan penenganan oleh psikiater atau psikolog.
Menurut Jung dikutip dari bukunya (Alwisol, 2011), kepribadian
adalah mencakup keseluruhan fikiran, perasaan dan tingkah laku, kesadaran
dan ketidaksadaran. Kepribadian menurut GW.Allport adalah suatu organisasi
yang diamis dari sistem psikofisis individu yang menentukan tingkah laku dan
pemikiran individu secara khas. Menurut Koentjaranigrat kepribadian adalah
beberapa cir watak yang diperlihatkan seseorang secara lahir,konsisten dan
konsukuen. Menurut Yinger kepribadian adalah keseluruhan tingkah laku
dari seseorang dengansuatu sistem kecendrungan tertentu yang berinteraksi
dengan serangkaian situasi (Kuswara, 1991, hal. 11).
Perkembangan kepribadian individu dipengaruhi oleh berbagai faktor
diantaranya adalah faktor hereditas dan lingkungan. Ada faktor internal dan

1
faktor eksternal yang mempengaruhi kepribadian. Oleh karena itu, di dalam
makalah ini akan di bahas mengenai faktor-faktor tersebut.

B. Rumusan Masalah :
1. Apakah yang dimaksud dengan kepribadian?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian?
3. Mengapa kepribadian guru berpengaruh terhadap proses pembelajaran?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kepribadian.
2. Untuk mengetahui faktor faktor yang memepenagruhi kepribadian.
3. Untuk mengetahui pengaruh kepribadian terhadap proses pembelajaran.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepribadian

Kepribadian dapat diartikan sebagai sifat hakiki yang ada di balik sikap yang
di tampilkan seseorang. Sifat ini merupakan sifat yang melekat pada diri
seseorang. Sifat tersebut dapat di lihat dari sesuatu yang di tampilkannya. Dengan
tampilan tersebut maka seseorang dapat dinilai apakah dia berkepribadian baik
atau tidak. Seseorang yang dengan spontan dan selalu menampilkan suatu sifat
tertentu tanpa pengaruh dari luar dirinya ataupun motivasi tertentu, maka dapat
dikatakan bahwa sifat yang ditampilkan tersebut merupakan kepribadiannya.

Mengenai kepribadian, secara umum pakar kejiwaan berpendapat bahwa


kepribadian merupakan suatu mekanisme yang mengendalikan dan mengarahkan
sikap dan prilaku seseorang (Daradjat, 1995, hal. 62). Apabila kepribadian
seseorang kuat, maka sikapnya akan semakin tegas,tidak mudah terpengaruh oleh
bujukan-bujukan dan faktor-faktor yang datang dari luar,serta ia mampu dan mau
bertanggung jawab atas ucapan dan perbuatannya. Namun apabila kepribadiannya
lemah,maka dia akan mudah terombang-ambing oleh berbagai pengaruh yang
datang dari luar.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa kepribadian


meliputi segala corak perilaku dan sifat yang khas dan dapat diperkirakan pada
diri seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap
rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu merupakan satu kesatuan
fungsional yang khas bagi individu itu.

3
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepribadian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri seseorang dapat dikatakan
sama dengan faktor-faktor yang mempengaruhi dan mengatur perkembangan
kepribadian (Singgih, 2008, hal. 190). Secara garis besar ada dua faktor utama
yang mempengaruhi perkembangan kepribadian, yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
1. Faktor Internal

Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri orang itu sendiri.
Faktor internal merupakan faktor pembawaan (hereditas) ialah segala sesuatu
yang telah dibawa oleh seseorang sejak lahir, baik yang bersifat psikis maupun
yang bersifat fisik. Lebih lanjut dapat dikemukakan, bahwa fungsi hereditas
dalam kaitannya dengan perkembangan kepribadian adalah (1) sebagai sumber
bahan mentah kepribadian seperti fisik, intelegensi dan temperamen; (2)
membatasi perkembangan kepribadian dan mempengaruhi keunikan
kepribadian.

Faktor pembawaan maksudnya faktor yang berupa bawaan sejak lahir dan
merupakan pengaruh keturunan dari salah satu sifat yang dimiliki dari salah satu
kedua orang tuanya. Oleh karena itu kita sering mendengar istilah „buah jatuh
tidak akan jauh dari pohonnya”.

Dalam kaitan ini Cattel dkk., mengemukakan bahwa “kemampuan belajar dan
penyesuaian diri individu dibatasi oleh sifatsifat yang inheren dalam organisme
individu itu sendiri”.Jadi faktor internal yang berkaitan dengan hereditas
menyangkut terhadap perkembangan sikap, bakat, kemampuan, minat, afektif,
kebutuhan dan motivasi.

a. Sikap (attitude)
Sikap adalah sesuatu yang berhubungan dengan objek. Reaksi atau proses
seseorang yang masih tertutup terhadap sesuatu stimulus atau obyek.

4
Menurut Notoatmojo (1993), menyatakan bahwa definisi sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertindak.
b. Bakat
Bakat kepribadian mempunyai segi jasmaniah yang sering disebut
tempramen.Tempramen adalah disposisi yang erat hubungannya dengan
faktor-faktor biologis dan fisiologis,oleh karena itu sedikit sekali yang
mengalami modifikasi.
c. Kemampuan
Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam
tugas dalam suatu pekerjaan. Kemampuan untuk belajar akan terealisasi
menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih.
d. Minat
Minat adalah sumber motivasi yang mendorong orang untuk melakukan
apa yang mereka inginkan.
e. Afektif
Afektif adalah rana yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Rana efektif
mencakup watak prilaku seperti perasaan,minat,sikap, emosi, dan nilai.
f. Kebutuhan
Kebutuhan adalah sesuatu yang harus dipenuhi untuk kelangsungan hidup.
g. Motivasi
Motivasi adalah suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang
melakukan perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu.
Untuk mengetahui bagaimana pengaruh hereditas terhadap kepribadian,
telah banyak para ahli yang melakukan penelitian dengan menggunakan
metode-metode tertentu. Dalam kaitan ini, Pervin (1970) mengemukakan
penelitian-penelitian tersebut.
a) Metode Sejarah (Riwayat) Keluarga
Galton (1870) telah mencoba meneliti kegeniusan yang
dikaitkan dengan sejarah keluarga. Temuan penelitiannya
manunjukkan bahwa kegeniusan itu berkaitan erat dengan keluarga.

5
Temuan ini bukti yang mendukung teori hereditas tentang kegeniusan
individu.
b) Metode Selektivitas Keturunan
Tryon (1940) menggunakan pendekatan ini dengan memilih
tikus-tikus yang pintar, cerdas “bright”, dengan yang bodoh “dull”.
Ketika tikus-tikus dari kedua kelompok tersebut dikawinkan, ternyata
keturunannya mempunyai tingkat kecerdasan yang berdistribusi
normal.
c) Keragaman Konstitusi (Postur) Tubuh
Hippocrates menyakini bahwa temperamen manusia dapat
dijelaskan bardasarkan cairan-cairan tubuhnya. Kretsvhmer telah
mengklasifikasikan postur tubuh individu pada tiga tipe utama, dan
satu tipe campuran. Pengklasifikasian ini didasarkan pada
penelitiannya terhadap 260 orang yang dirawatnya. Berikut ini adalah
tipe pengklasifian tubuh menurut Kretschmer.
1) Tipe Piknis (Stenis): pendek, gemuk, perut besar, dada dan
bahunya bulat.
2) Tipe Asthenis (Leptoshom): tinggi dan ramping, perut kecil, dan
bahu sempit.
3) Tipe Atletis: postur tubuhnya harmonis (tegap, bahu lebar, perut
kuat, otot kuat).
4) Tipe Displastis: tipe penyimpangan dari tiga bentuk di atas.

Tipe-tipe ini berkaitan dengan: (1) gangguan mental, seperti tipe


piknis berhubungan dengan manik depresif, dan asthenis; (2)
karaktritis individu yang normal, seperti tipe piknis mempunyai sifat-
sifat bersahabat dan tenang, sedangkan asthenis bersifat serius, tenang
dan senang menyendiri.

6
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri manusia,yang
mempengaruhi kepribadian diantaranya sosial, budaya, dan sekolah.
a. Sosial
Sosial yang dimaksud di sini adalah masyarakat, yakni
manusiamanusia lain disekitar individu yang bersangkutan. Keluarga
dipandang sebagai penentu utama dalam pembentukan kepribadian
seseorang. Alasannya adalah (1) keluarga merupakan kelompok sosial
pertama yang menjadi pusat identifikasi anak, (2) anak banyak
menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga dan (3) para anggota
keluarga merupakan “significant people” bagi pembentukan
kepribadian anak.
Keluarga menjadi pusat internalisasi nilai-nilai atau norma-norma
kepribadian (Purbiatmadi & Supriyanto, 2010, hal. 60). Hal ini berarti
bahwa orang tua menjadi sumber pembelajaran utama dan pertama bagi
anak. Proses pembelajaran ini memberi pengaruh pada pembentukan
watak, karakter atau kepribadian anak. Semakin besar seorang anak
maka pengaruh yang diterima dari lingkungan sosial makin besar dan
meluas. Ini dapat diartikan bahwa faktor sosial mempunyai pengaruh
terhadap perkembangan dan pembentukan kepribadian.
Adapun yang berkaitan dengan sosial adanya sosialisasi. Sosialisasi
adalah sebuah usaha yang dilakukan untuk mengubah suatu milik
individu menjadi milik orang ramai (milik negara) atau bisa juga
disebut sebagai proses belajar seseorang sebagai anggota masyarakat
dalam mengenal dan menghayati kebudayaan di lingkungannya atau
sebuah usaha untuk memasyarakatkan sesuatu sehingga menjadi
dikenal, dipahami, dihayati oleh khalayak umum atau masyarakat luas.
Introspeksi berarti proses pengamatan terhadap diri sendiri dan
pengungkapan pemikiran dalam yang disadari, keinginan, dan sensasi.
Proses tersebut berupa proses mental yang disadari dan biasanya

7
dengan maksud tertentu dengan berlandaskan pada pikiran dan
perasaannya.

b. Kebudayaan
Definisi kebudayaan dalam Antropologi dibuat seorang ahli
bernama Ralph Linton yang memberikan definisi kebudayaan yang
berbeda dengan pengertian kebudayaan dalam kehidupan sehari-hari:
“kebudayaan adalah seluruh cara kehidupan dari masyarakat dan tidak
hanya mengenai sebagian tata cara kehidupan saja yang dianggap lebih
tinggi dan lebih diinginkan”. Jadi, kebudayaan menunjuk pada berbagai
aspek kehidupan. Istilah ini meliputi caracara berlaku, kepercayan-
kepercayaan dan sikap-sikap, dan juga hasil dari kegiatan manusia yang
khas untuk suatu masyarakat atau kelompok penduduk tertentu
(Siregar, 2002).
Sehubungan dengan pentingnya kebudayaan sebagai faktor penentu
kepribadian, muncul pertanyaan: Bagaimana tipe dasar kepribadian
masyarakat itu terjadi? Dalam hal ini Linton (1945) mengemukakan
tiga prinsip untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tiga prinsip tersebut
adalah (1) pengalaman kehidupan dalam awal keluarga, (2) pola asuh
orang tua terhadap anak, dan (3) pengalaman awal kehidupan anak
dalam masyarakat.
Pengalaman adalah kejadian yang pernah dialami (dijalani, dirasai,
ditanggung, dsb) baik yang sudah lama atau baru saja terjadi.
Pengalaman bisa berupa yang terpenting dari pengalaman adalah
hikmah atau pelajaran yang bisa diambil.
Perkembangan dan pembentukan kepribadian pada diri
masingmasing orang tidak dapat dipisahkan dari kebudayaan
masyarakat di mana seseorang itu dibesarkan. Beberapa aspek
kebudayaan yang sangat mempengaruhi perkembangan dan
pembentukan kepribadian antara lain:

8
1) Nilai-nilai (Values)
Di dalam setiap kebudayaan terdapat nilai-nilai hidup
yang dijunjung tinggi oleh manusia-manusia yang hidup
dalam kebudayaan itu. Untuk dapat diterima sebagai
anggota suatu masyarakat, kita harus memiliki kepribadian
yang selaras dengan kebudayaan yang berlaku di
masyarakat itu.
2) Adat dan Tradisi
Adat dan tradisi yang berlaku disuatu daerah, di
samping menentukan nilai-nilai yang harus ditaati oleh
anggotaanggotanya, juga menentukan pula cara-cara
bertindak dan bertingkah laku yang akan berdampak pada
kepribadian seseorang.
3) Pengetahuan dan Keterampilan
Tinggi rendahnya pengetahuan dan keterampilan
seseorang atau suatu masyarakat mencerminkan pula tinggi
rendahnya kebudayaan masyarakat itu. Makin tinggi
kebudayaan suatu masyarakat makin berkembang pula sikap
hidup dan cara-cara kehidupannya.
4) Bahasa
Di samping faktor-faktor kebudayaan yang telah
diuraikan di atas, bahasa merupakan salah satu faktor yang
turut menentukan ciri-ciri khas dari suatu kebudayaan.
Betapa erat hubungan bahasa dengan kepribadian manusia
yang memiliki bahasa itu. Karena bahasa merupakan alat
komunikasi dan alat berpikir yang dapat menunukkan
bagaimana seseorang itu bersikap, bertindak dan bereaksi
serta bergaul dengan orang lain.

9
5) Milik Kebendaan (material possessions)
Semakin maju kebudayaan suatu masyarakat/bangsa,
makin maju dan modern pula alat-alat yang dipergunakan
bagi keperluan hidupnya. Hal itu semua sangat
mempengaruhi kepribadian manusia yang memiliki
kebudayaan itu.

c. Sekolah
Lingkungan sekolah dapat mempengaruhi kepribadian
seseorang. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi di antaranya
sebagai berikut:
1) Iklim emosional kelas.
2) Sikap dan prilaku guru.
3) Disiplin.
4) Prestasi belajar.
5) Penerimaan teman sebaya.

Menurut Barlow (1985), berpendapat bahwa belajar adalah


suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung
secara progresif. Belajar adalah proses dari yang tidah tahu menjadi
tahu dan proses dari yang tahu menjadi semakin tahu. Proses
belajar-mengajar merupakan suatu proses yang mengandung
serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal-
timbal yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan tertentu.

Dalam bukunya Gunarsa (2008: 178), pandangan mengenai dua


faktor yakni faktor keturunan (internal) dan faktor lingkungan (eksternal
sangat dipengaruhi oleh aliran-aliran filsafat pada waktu itu untuk mencari
jawaban, faktor mana yang lebih banyak peranannya dalam
mempengaruhi perkembangan kepribadian anak. Pertikaian antara kedua

10
faktor ini menjadi berlarut-larut tanpa kesudahan. Suatu makalah klasik
yang dikemukakan oleh A. Anastasi agaknya bisa diterima oleh banyak
ahli. Bahwa kedua faktor tersebut mempengaruhi perkembangan
kepribadian seseorang tidak usah diragukan lagi, dan pula tidak ada
gunanya untuk mengetahui mana yang lebih, mana yang kurang sebab
yang lebih penting ialah mengetahui bagaimana hubungan antara kedua
faktor dalam mempengaruhi kepribadian.

C. Pengaruh Kepribadian Guru terhadap Proses Pembelajaran


Seorang guru penting memiliki sikap yang dapat mempribadi sehingga
dia dapat dibedakan dengan guru yang lain. Kepribadian seorang guru sangat
mempengaruhi kegairahan belajar peserta didik. Oleh karena itu,guru harus
mengenal sifat-sifat yang harus dimilikinya fleksibelitas kognitif (keluwesan
ranah cipta) merupakan kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan
secara simultan dan memadai dalam situasi tertentu. Guru yang fleksibel
ditandai dengan keterbukaan berpikir dan beradaptasi.

Orang tua anak didik untuk mendidik anak mereka,sejak mereka


menyekolahkan anak mereka ke sekolah. Oleh karena itu guru harus
melaksankan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Apabila guru tidak bisa
menjalankan dengan baik maka kepercyaan orang tua akan hilang.

Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Setiap


tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian
seseorang, selama hal tersebut dilakukan dengan penuh kesadaran. Setiap
perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri dan
kepribadian seseorang. Begitu naik kepribadian seseorang maka akan naik
pula wibawa orang tersebut.

Kepribadian akan turut menentukan apakah para guru dapat disebut


sebagai pendidik yang baik atau sebaliknya, justru menjadi perusak anak
didiknya. Sikap dan citra negatif seorang guru dan berbagai penyebabnya

11
seharusnya dihindari jauh-jauh agar tidak mencemarkan nama baik guru. Kini,
nama baik guru sedang berada pada posisi yang tidak menguntungkan,
terperosok jatuh. Para guru harus mencari jalan keluar atau solusi bagaimana
cara meningkatnya kembali sehingga guru menjadi semakin wibawa, dan
terasa sangat dibutuhkan anak didik dan masyarakat luas. Jangan sebaliknya.

Guru sebagai teladan bagi murid-muridnya harus memiliki sikap dan


kepribadian utuh yang dapat dijadikan tokoh panutan idola dalam seluruh segi
kehidupannya. Karenya guru harus selalu berusaha memilih dan melakukan
perbuatan yang positif agar dapat mengngkat citra baik dan kewibawaannya,
terutama di depan murid-muridnya. Disamping itu guru juga harus
mengimplementasikan nilai-nilai tinggi terutama yang diambilkan dari ajaran
agama, misalnya jujur dalam perbuatan dan perkataan, tidak munafik. Sekali
saja guru didapati berbohong, apalagi langsung kepada muridnya, niscaya hal
tersebut akan menghancurkan nama baik dan kewibawaan seorang guru, yang
pada gilirannya akan berakibat fatal dalam melanjutkan tugas proses belajar
mengajar.

Guru yang demikian niscaya akan selalu memberikan pengarahan


kepada anak didiknya untuk berjiwa baik juga. Hampir sulit ditemukan
munculnya guru yang memiliki keinginan buruk terhadap muridnya. Dalam
menggerakkan murid, guru juga dianggap sebagai partner yang siap melayani,
membimbing dana mengarahkan murid, bukan sebaliknya justru
menjerumuskannya. Djamarah dalam bukunya “Guru dan anak didik dalam
interaksi edukatif” menggambarkan bahwa: Guru adalah pahlawan tanpa
pamrih, pahlawan tanpa tanda jasa, pahlawan ilmu, pahlawan kebaikan,
pahlawan pendidikan, makhluk serba bisa atau dengan julukan lain seperti
artis, kawa, warga negara yang baik, pembangun manusia, pioneer,
terpercaya, dan sebagainya”.

12
Lebih lanjut Djamarah mengisahkan bahwa guru memiliki atribut yang
lengkap dengan kebaikan, ia adalah uswatun hasanah walau tidak sesempurna
Rasul. Betapa hebat profesi guru, dan tidak dapat ditemukaan dalam berbagai
profesi lainnya. Karenanya berbagai bentuk pengabdian ini hendaknya
dilanjutkan dengan penuh keikhlasan, dengan motivasi kerja untuk membina
jiwa dan watak anak didik, bukan sekedar untuk mencari uang.

Guru yang professional adalah guru yang siap untuk memberikan


bimbingan nurani dan akhlak yang tinggi kepada muridnya. Karena
pendidikan dana bimbingan yang diberikan bersumber dari ketulusan hati,
maka guru benar-benar siap sebagai spiritual partner bagi muridnya. Guru
yang ideal sangat merasa gembira bersama dengan muridnya, ia selalu
berinteraksi dengan muridnya, ia merasa happy dapat memberikan obat bagi
muridnya yang sedang bersedih hati, murung, berkelahi, malas belajar. Guru
professional akan selalu memikirkan bagaimana memacu perkembangan anak
didiknya agar tidak mengalami kendala yang biasa mengganggu.

Guru Profesional dalam masyarakat yang semakin maju, demokratis


dan terbuka menuntut suatu interaksi antara pendidik dan peserta didik secara
professional. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh guru professional, yaitu guru
yang memiliki karakteristik profesionalisme. Guru professional adalah guru
yang memiliki keahlian,tanggung jawab, dan rasa kesejawatan yang didukung
oleh etika profesi yang kuat. Untuk itu ia harus telah memiliki kualifikasi
kompetensi yang memadai: kompetensi intelektual,sosial, spiritual, pribadi
dan moral (Surya, 2003, hal. 28).

Dedi Supriadi (1999:98) mengutip jurnal Education Leadership edisi


Maret 1993 mengenai lima hal yang harus diraih guru agar menjadi
professional. Kelima hal tersebut adalah :

1. Guru mempunyai komitmen pada siswa dan proses belajarnya. Ini berarti
bahwa komitmen tertinggi guru adalah kepada kepentingan siswanya.

13
2. Guru meguasai secara mendalam bahan mata pelajaran yang diajarkannya
serta cara mengajarkannya kepada para siswa.
3. Guru bertanggung jawab memantau hasil belajar siswa melalui berbagai
teknik evaluasi, mulai cara pengamatan dalam perilaku siswa sampai tes
hasil belajar.
4. Guru mampu berpikir sistematis tentang apa yang dilakukannya, dan
belajar dari pengalamannya. Artinya , harus selalu ada waktu bagi guru
guna mengadakan refleksi dan koreksi terhadap apa yang ada yang telah
dilakukannya. Untuk bisa belajar dari pengalaman, ia harus tahu mana yang
bebar dan salah,serta baik buruk dampaknya pada proses belajar siswa.
5. Guru seyogyanya merupakan bagian dari masyarakat belajar dalam
lingkungan profesinya.

Kemuliaan hati seorang guru diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari.


Guru secara nyata dapat berbagi dengan anak didiknya. Guru tidak akan
merasa lelah dan tidak mungkin mengembangkan sifat iri hati, munafik,
sukamunggunjing, menyudap, malas, marah-marah dan berlaku kasar
terhadap orang lain, apalagi terhadap anak didiknya.

Guru sebagai pendidik dan murid sebagai anak didik dpat saja
dipisahkan kedudukannya, akan tetapi mereka tidak dapat dipisahkan dalam
mengembangkan diri murid dalam mencapai cita-citanya. Disinilah
kemanfaatan guru bagi orang lain atau murid benar-benar dituntut, seperti
hadits Nabi: “Khoirunnaasi anfa’uhum linnaas”, artinya adalah sebaikbaiknya
manusia adalah yang paling besar memberikan manfaat bagi orang lain. (Al-
Hadits)

Profesi guru tidak dapat dipisahkan dari ikatan kemasyarakatan,


budaya, dan agama. Sebagai sistem organisasi, pribadi guru tidak terlepas dari
proses dinamika lingkungannya. Guru mampu mencapai kepribadian yang
sehat dan matang. Kondisi ini dicapai melalui sebuah proses pengalaman dan

14
perasaan integritas fisik, psikologis, spiritual, rasa dengan lingkungannya.
Menurut Capra (2000:322) integritas dan keseimbangan ini mulai pudar dalam
kebudayaan manusia.

Sebagai organisme, guru mengalami proses „menjadi‟ yang


berlangsung dari waktu ke waktu. Ia menjadi lebih matang kepribadiannya
karena ditempa oleh sejumlah tantangan yang dihadapi serta peluang-peluang
yang didapatkan dalam hidupnya. Sebaliknya, tantangan-tantangan yang
muncul justru menjadikan kepribadian gur semakin tidak stabil, tidak
memiliki keutuhan atau kematangan.

Guru juga memiliki kapasitas diri (self) yang berfungsi mengatur


dinamika pertumbuhan pada batas-batas toleransi kemampuan dirinya.
Kapasitas diri membentuk self concept yakni pandangan atau sikap individu
terhadap dirinya sendiri. Metcalfe menyatakan bahwa konsep diri dibentuk
oleh dua komponen, yaitu komponen kognitif dan komponen afektif
(Pujijogyanti, 1993, hal. 3).

Komponen kognitif merupakan pengetahuan individu tentang keadaan


dirinya, sedangkan komponen afektif merupakan penilaian individu terhadap
dirinya.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kepribadian meliputi segala corak perilaku dan sifat yang khas dan
dapat diperkirakan pada diri seseorang, yang digunakan untuk bereaksi dan
menyesuaikan diri terhadap rangsangan, sehingga corak tingkah lakunya itu
merupakan satu kesatuan fungsional yang khas bagi individu itu.
Secara garis besar ada dua faktor utama yang mempengaruhi
perkembangan kepribadian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal yang mempengaruhi perkembangan kepribadian, yaitu : Sikap,
(attitude), bakat, kemampuan, minat, afektif, kebutuhan, motivasi. Sedangkan
faktor eksternal yang mempengaruhi perkembangan kepribadian, yaitu :
sosial, kebudayaan, dan sekolah.

Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Setiap


tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian
seseorang, selama hal tersebut dilakukan dengan penuh kesadaran. Setiap
perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri dan
kepribadian seseorang. Begitu naik kepribadian seseorang maka akan naik
pula wibawa orang tersebut.

B. Saran

Dengan disusunnya makalah ini, kami mengharapkan kepada


semua pembaca agar pembaca dapat memberikan kritik dan saran pada
penulis untuk kemajuan makalah yang selanjutnya dan umumnya untuk
lebih meningkatkan pengetahuan para pembaca.

16
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/40542948/FAKTOR_FAKTOR_YANG_MEMPENGAR
UHI_KEPRIBADIAN (Diakses pada 21 November 2020, pukul 14.30 WITA).

Shal, Alinda. Apa itu kepribadian sertafaktor pengaruhnya, 2014.


http:www.apapengertianahli.com/2014/09 (Diakses pada 20 November 2020, pukul
14.00 WITA).

Http://berbagi123ilmu.blogspot.com/2016/09/makalah-faktor-faktor-yang
mempengaruhi.html?m=1 (Diakses pada 20 November 2020, pukul 14.20 WITA).

17

Anda mungkin juga menyukai