Anda di halaman 1dari 3

TINJAUAN PUSTAKA

Kematian Batang Otak


Gea Pandhita S
SMF Saraf, Rumah Sakit Islam Jakarta Pondok Kopi, Jakarta Timur

Penggunaan ventilator mekanik untuk disusul dengan SK PB IDI No.231/ periode interval observasi 12
menangani henti nafas telah men- PB.A.4/07/90. Dalam fatwa tersebut jam
gubah rangkaian perjalanan gang- dinyatakan bahwa seorang dikatakan d. usia 18 tahun ke atas, periode
guan neurologis terminal. Saat ini mati, bila fungsi pernafasan dan jan- interval observasi berkisar 6
fungsi vital dapat dipertahankan se- tung telah berhenti secara pasti atau jam
cara “buatan”, meskipun fungsi otak irreversible, atau terbukti telah terjadi 5. Penilaian klinis ulang refleks
telah berhenti. Hal tersebut pada akh- kematian batang otak(5,6). batang otak
irnya berimplikasi terhadap definisi ke- 6. Tes apnea
matian secara medis, yang kemudian Diagnosis kematian batang otak 7. Pemeriksaan konfirmatif apabila
memunculkan suatu konsep kematian merupakan diagnosis klinis. Tidak terdapat indikasi
batang otak sebagai penanda kema- diperlukan pemeriksaan lain apabila 8. Persiapan akomodasi yang sesuai
tian(1). pemeriksaan klinis (termasuk pemer- 9. Sertifikasi kematian batang otak
iksaan refleks batang otak dan tes 10. Penghentian penyokong kardiore-
Seorang dokter harus memahami apnea) dapat dilaksanakan secara ad- spirasi
benar konsep kematian batang otak, ekuat. Apabila temuan klinis yang ses-
karena hal ini di antaranya dapat ber- uai dengan kriteria kematian batang Evaluasi kasus koma
makna tidak perlunya lagi life support otak atau pemeriksaan konfirmatif Penentuan kematian batang otak
(penyokong kehidupan) atau sebagai yang mendukung diagnosis kematian memerlukan identifikasi kasus koma
suatu syarat mutlak diperkenankan- batang otak tidak dapat diperoleh, ireversibel beserta penyebab koma
nya donor organ untuk transplantasi. diagnosis kematian batang otak tidak yang paling mungkin. Cedera kepala
Konsep kematian batang otak akan dapat ditegakkan(3). berat, perdarahan intraserebral hiper-
menimbulkan implikasi yang sangat tensif, perdarahan subarachnoid, jejas
kompleks, baik dari aspek bioetik, for- Langkah penetapan kematian otak hipoksik-iskemik, dan kegagalan
mulasi sosial, filosofi kultural dan re- batang otak hepatik fulminan adalah merupakan
ligius, maupun aspek hukum(2). Langkah-langkah penetapan kematian penyebab potensial hilangnya fungsi
batang otak meliputi hal-hal berikut:(1,3) otak yang bersifat ireversibel(3).
Definisi
Kematian batang otak didefinisikan 1. Evaluasi kasus koma Dokter perlu menilai tingkat dan re-
sebagai hilangnya seluruh fungsi otak, 2. Memberikan penjelasan kepada versibilitas koma, serta potensi ber-
termasuk fungsi batang otak, secara keluarga mengenai kondisi terkini bagai kerusakan organ. Dokter juga
ireversibel. Tiga tanda utama mani- pasien harus menyingkirkan berbagai fak-
festasi kematian batang otak adalah 3. Penilaian klinis awal refleks batang tor perancu, seperti intoksikasi obat,
koma dalam, hilangnya seluruh refleks otak blokade neuromuskular, hipotermia,
batang otak, dan apnea(3,4). 4. Periode interval observasi atau kelainan metabolik lain yang
a. sampai dengan usia 2 bulan, dapat menyebabkan koma namun
Seorang pasien yang telah ditetap- periode interval observasi 48 masih berpotensi reversible.
kan mengalami kematian batang otak jam
berarti secara klinis dan legal-formal b. usia lebih dari 2 bulan sampai Koma dalam: tidak adanya respon
telah meninggal dunia. Hal ini ditu- dengan 1 tahun, periode in- motorik serebral terhadap rangsang
angkan dalam pernyataan IDI ten- terval observasi 24 jam nyeri di seluruh ekstremitas (nail-bed
tang Mati dalam SK PB IDI No.336/PB c. usia lebih dari 1 tahun sampai pressure) dan penekanan di supraor-
IDI/a.4 tertanggal 15 Maret 1988 yang dengan kurang dari 18 tahun, bital(1,3).

| JULI - AGUSTUS 2010 329

CDK ed_178_a.indd 329 20/06/2010 21:46:54


TINJAUAN PUSTAKA

Penilaian klinis refleks


batang otak
Penentuan kematian batang otak me-
merlukan penilaian fungsi otak oleh
minimal dua orang klinisi dengan inter-
val waktu pemeriksaan beberapa jam.
Tiga temuan penting pada kematian
batang otak adalah koma dalam, hilan-
Gambar 1. Rangsang nyeri
gnya seluruh refleks batang otak, dan Dokter memastikan bahwa tidak terdapat respon motorik dan mata tidak membuka, ketika stimulus nyeri
apnea. Pemeriksaan apnea (tes apnea) diberikan pada kuku jari atau saraf supraorbital.
secara khas dilakukan setelah evaluasi
refleks batang otak yang kedua(3).

Hilangnya refleks batang


otak: (1,3)
Pupil:
a. Tidak terdapat respon terhadap
cahaya / refleks cahaya negatif
b. Ukuran: midposisi (4 mm) sampai
dilatasi (9 mm)
Gerakan bola mata /gerakan okular:
a. Refleks okulosefalik negatif (pen-
gujian dilakukan hanya apabila
Gambar 2. Pemeriksaan refleks batang otak
secara nyata tidak terdapat retak Penilaian klinis terhadap refleks batang otak dikerjakan secara menyeluruh. Nervus cranialis yang diperik-
atau ketidakstabilan vertebrae sa ditunjukkan dengan angka romawi; garis panah utuh menunjukkan jaras aferen; garis panah terputus
cervical atau basis kranii) menunjukkan jaras eferen. Hilangnya respon menyeringai atau mata tidak membuka terhadap rangsang
tekanan dalam pada kedua condyles setinggi temporomandibular joint (aferen n. V dan eferen n. VII), hilan-
b. Tidak terdapat penyimpangan / gnya refleks kornea terhadap rangsang sentuhan tepi kornea mata (n. V dan n. VII), hilangnya refleks cahaya
deviasi gerakan bola mata terha- (n. II dan n. III), hilangnya respon oculovestibular ke arah sisi stimulus dingin oleh air es (n. VIII dan n. III dan
n. VI), hilangnya refleks batuk terhadap rangsangan pengisapan yang dalam pada trachea (n. IX dan n. X).
dap irigasi 50 ml air dingin di setiap
telinga (membrana timpani harus
tetap utuh; pengamatan 1 menit b. Euvolemia (balans cairan positif lebih atau sama dengan nilai dasar
setelah suntikan, dengan interval dalam 6 jam sebelumnya) normal), hasil tes apnea dinyatakan
tiap telinga minimal 5 menit) c. PaCO2 normal (PaCO2 arterial ≥ 40 positif (mendukung kemungkinan
Respon motorik facial dan sensorik fa- mmHg) klinis kematian batang otak)
cial: d. PaO2 normal (pre-oksigenasi arte- f. Apabila terdapat gerakan pernafa-
a. Refleks kornea negatif rial PaO2 arterial ≥ 200 mmHg) san, tes apnea dinyatakan negatif
b. Jaw reflex negatif (optional) (tidak mendukung kemungkinan
c. Tidak terdapat respon menyerin- Setelah syarat-syarat tersebut terpe- klinis kematian batang otak)
gai terhadap rangsang tekanan nuhi, dokter melakukan tes apnea den- g. Hubungkan ventilator selama tes
dalam pada kuku, supraorbita, gan langkah-langkah sebagai berikut: (1,3) apnea apabila tekanan darah sis-
atau temporomandibular joint a. Pasang pulse-oxymeter dan pu- tolik turun sampai < 90 mmHg
Refleks trakea dan faring: tuskan hubungan ventilator (atau lebih rendah dari batas nilai
a. Tidak terdapat respon terhadap b. Berikan oksigen 100%, 6 L/menit normal sesuai usia pada pasien
rangsangan di faring bagian pos- ke dalam trakea (tempatkan kanul < 18 tahun), atau pulse-oxymeter
terior setinggi carina) mengindikasikan adanya desatu-
b. Tidak terdapat respon terhadap c. Amati dengan seksama adanya rasi oksigen yang bermakna, atau
pengisapan trakeobronkial / tra- gerakan pernafasan (gerakan terjadi aritmia kardial.
cheobronchial suctioning dinding dada atau abdomen yang
menghasilkan volume tidal ad- i. Segera ambil sampel darah arte-
Tes apnea ekuat) rial dan periksa analisis gas darah.
Secara umum, tes apnea dilakukan d. Ukur PaO2, PaCO2, dan pH setelah ii. Apabila PaCO2 ≥ 60 mmHg atau
setelah pemeriksaan refleks batang kira-kira 8 menit, kemudian venti- peningkatan PaCO2 ≥ 20 mmHg di
otak yang kedua dilakukan. Tes apnea lator disambungkan kembali atas nilai dasar normal, tes apnea
dapat dilakukan apabila kondisi pra- e. Apabila tidak terdapat gera- dinyatakan positif.
syarat terpenuhi, yaitu: (1,3) kan pernafasan, dan PaCO2 ≥ 60 iii. Apabila PaCO2 < 60 mmHg atau
a. Suhu tubuh ≥ 36,5 °C atau 97,7 °F mmHg (atau peningkatan PaCO2 peningkatan PaCO2 < 20 mHg

330 | JULI - AGUSTUS 2010

CDK ed_178_a.indd 330 20/06/2010 21:46:55


TINJAUAN PUSTAKA

tic resonance, dan radionuclide):


kematian batang otak ditegakkan
apabila tidak terdapat pengisian
intraserebral (intracerebral filling)
setinggi bifurkasio karotis atau sir-
kulus Willis
b. Elektroensefalografi: kematian
batang otak ditegakkan apabila
tidak terdapat aktivitas elektrik
setidaknya selama 30 menit
c. Nuclear brain scanning: kematian
batang otak ditegakkan apabila
Gambar 3. Tes apnea tidak terdapat ambilan (uptake)
Diskoneksi ventilator dan penggunaan oksigenasi apneik difusi (apneic diffusion oxygenation) memerlukan isotop pada parenkim otak dan/
syarat tertentu. Suhu tubuh harus ≥ 36.5 °C, tekanan darah sistolik harus ≥ 90 mmHg, dan balans cairan harus
positif selama enam jam. Setelah pre-oksigenasi (fraksi oksigen insprasi harus 1.0 selama 10 menit), tingkat
atau jaringan vaskular, bergan-
ventilasi harus dikurangi. Ventilator harus diputus apabila PaO2 arterial mencapai ≥ 200 mmHg, atau apabila tung teknik isotop (hollow skull
PaCO2 arterial mencapai ≥ 40 mmHg. Pipa oksigen harus berada pada carina (menghantarkan oksigen 6 phenomenon)
liter per menit). Dokter harus mengamati dinding dada dan abdomen untuk mengamati adanya gerakan
pernafasan selama 8-10 menit, dan harus mengawasi pasien terhadap adanya perubahan fungsi vital. Apa- d. Somatosensory evoked po-
bila PaO2 arterial ≥ 60 mmHg, atau terdapat peningkatan > 20 mmHg dari nilai dasar yang normal, maka tes tentials: kematian batang otak
apnea dinyatakan positif.
ditegakkan apabila tidak terdapat
respon N20-P22 bilateral pada
di atas nilai dasar normal, hasil d. Tekanan darah normal tanpa du- stimulasi nervus medianus
pemeriksaan belum dapat dipas- kungan farmakologis, atau pe- e. Transcranial doppler ultrasonog-
tikan dan perlu dilakukan tes kon- ningkatan mendadak tekanan raphy: kematian batang otak
firmasi darah ditegakkan oleh adanya puncak
e. Tidak adanya diabetes insipidus sistolik kecil (small systolic peaks)
Faktor perancu f. Refleks tendon dalam, refleks ab- pada awal sistolik tanpa aliran
Kondisi-kondisi berikut dapat mem- dominal superfisial, respon fleksi diastolik (diastolic flow) atau re-
pengaruhi diagnosis klinis mati batang tripel verberating flow, mengindikasi-
otak, sehingga hasil diagnosis tidak di- g. Refleks Babinski kan adanya resistensi yang sangat
pastikan hanya berdasarkan pada ala- tinggi (very high vascular resis-
san klinis. Pada keadaan ini pemerik- tance) terkait peningkatan tekan-
saan konfirmatif direkomendasikan: (3,4) Pemeriksaan konfirmatif apa- an intrakranial yang besar
a. Trauma spinal servikal berat atau bila terdapat indikasi
trauma fasial berat Diagnosis mati batang otak merupa-
b. Kelainan pupil sebelumnya kan diagnosis klinis. Tidak diperlukan Daftar Pustaka
c. Level toksis beberapa obat seda- pemeriksaan lain apabila pemeriksaan 1. Wijdicks. Current Concepts, The Diagnosis of
tif, aminoglikosida, antidepresan klinis (termasuk pemeriksaan refleks Brain Death, N Engl J Med. 2001; 344 (16).
trisiklik, antikolinergik, obat anti- batang otak dan tes apnea) dapat 2. Brock DW. The role of the public in public
epilepsi, agen kemoterapi, atau dilaksanakan secara adekuat. Pada policy on the definition of death, in: Youngner
agen blokade neuromuskular beberapa pasien dengan kondisi SJ, Arnold RM, Schapiro R, eds. The definition
d. Sleep apnea atau penyakit paru tertentu seperti cedera servikal atau of death: contemporary controversies, Johns
berat yang mengakibatkan retensi kranium, instabilitas kardiovaskular, Hopkins University Press, Baltimore, 1999
kronis CO2 atau faktor lain yang menyulitkan pe- 3. New York State Department of Health. Guide-
meriksaan klinis untuk menegakkan lines for Determining Brain Death, Depart-
Manifestasi berikut terkadang tampak diagnosis mati batang otak, perlu di- ment of Health, New York, 2005
dan tidak boleh diinterpretasikan se- lakukan tes konfirmatif(1,3,4). 4. Quality Standards Subcommittee of the
bagai bukti fungsi batang otak(3,4): American Academy of Neurology,. Practice
a. Gerakan spontan ekstremitas se- Pemilihan tes konfirmatif sangat ter- parameters for determining brain death
lain dari respon fleksi atau eksten- gantung pada pertimbangan praktis, in adults (summary statement). Neurology
si patologis mencakup ketersediaan, kemanfaa- 1995;45(5):1012-4
b. Gerakan mirip bernafas (elevasi dan tan, dan kerugian yang mungkin ter- 5. Pernyataan Ikatan Dokter Indonesia tentang
aduksi bahu, lengkungan pung- jadi. Beberapa tes konfirmatif yang Mati. SK PB IDI No.336/PB IDI/a.4, 15 Maret
gung, ekspansi interkosta tanpa vo- biasa dilakukan antara lain: (1,3,4) 1988
lume tidal yang bermakna) a. Angiography (conventional, com- 6. Pernyataan Ikatan Dokter Indonesia tentang
c. Berkeringat, kemerahan, takikardi puterized tomographic, magne- Mati. SK PB IDI No.231/PB.A.4/07/90

| JULI - AGUSTUS 2010 331

CDK ed_178_a.indd 331 20/06/2010 21:46:55

Anda mungkin juga menyukai