Anda di halaman 1dari 69

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Magang adalah proses sistematis yang mengubah tingkah laku dan


bertujuan meningkatkan keterampilan seseorang dalam penguasaan sebuah
pekerjaan dan berkaitan dengan keahlian untuk melaksanakan pekerjaan itu.
Magang memberikan orientasi saat ini dan membantu seseorang untuk mencapai
keahlian tertentu agar berhasil dalam melaksanakan pekerjaannya (Artaya IP,
2010). Magang bertujuan untuk melatih mahasiswa agar terbiasa dengan
lingkungan kerja, sehingga dari magang kerja tersebut mahasiswa dilatih cara
kerja yang baik dan benar. Sebelum mahasiswa memasuki dunia kerja, mahasiswa
bisa memahami betapa sulitnya bekerja dan perlu banyak latihan sebelum
memasuki dunia kerja dan disiplin merupakan salah satu kunci keberhasilan bagi
mahasiswa.
Minyak sawit berasal dari buah pohon kelapa sawit (Elaeis guineensis),
suatu spesies tropis yang berasal dari Afrika Barat, namun kini tumbuh sebagai
hibrida di banyak belahan dunia, termasuk Asia Tenggara dan Amerika Tengah.
Minyak sawit menjadi minyak pangan yang paling banyak diperdagangkan secara
internasional pada tahun 2007 (Fricke, 2009). Minyak yang relatif murah ini
digunakan untuk berbagai tujuan. Permintaan dunia akan minyak sawit telah
melonjak dalam dua dasawarsa terakhir, pertama karena penggunaannya dalam
bahan makanan, sabun, dan produk-produk konsumen lainnya, dan belakangan ini
sebagai bahan baku mentah bahan bakar nabati. Naiknya tingkat kemakmuran di
India dan Cina, kedua negara importir terbesar di dunia, akan menambah
permintaan akan minyak sawit dan minyak sayur yang dapat dimakan lainnya
untuk berbagai kegunaan. Buah sawit adalah sumber bahan baku CPO (Crude
Palm Oil) dan PKO (Palm Kernel Oil). CPO dihasilkan dari daging buah sawit,
sedangkan PKO dihasilkan dari inti buahnya.
PT. Inti Indosawit Subur (Asian Agri Group) merupakan perusahaan
kelapa sawit milik swasta. Sejak didirikan, perkembangan PT. Inti Indosawit
Subur telah berfokus pada pengembangan perkebunan kelapa sawit dan fasilitas
pengolahan. Perusahaan perkebunan meliputi inti dan plasma perkebunan di Riau
dan provinsi Jambi, Indonesia. PT Inti Indosawit Subur Kebun Muara Bulian
mengusahakan tanaman kelapa sawit asal Marihat Jenis Tenera dengan Populasi
per Ha 128 pokok untuk kebun inti dan 138 pokok untuk kebun Plasma. Umur
tanaman sawit pada saat ini adalah ± 24 tahun dengan tahun tanam 1991 dan
1992. Vegetasi lingkungan selain kelapa sawit adalah hutan, kebun rakyat dan
tanaman akasia. Kebun Muara Bulian memiliki areal seluas ±1.870 Ha, meliputi :
Afdeling I : 567 Ha, Afdeling II : 586 Ha, Afdeling III : 717 Ha. PT. Inti
Indosawit Subur juga merupakan salah satu perusahaan swasta di Indonesia, yang
telah berhasil menerapkan sistem plasma. Sama seperti perkebunan lainnya, PT.
Inti Indosawit Subur memiliki salah satu tujuan yaitu menghasilkan produksi yang
maksimal. Pencapaian produksi kelapa sawit yang maksimal tidak terlepas dari
beberapa faktor yaitu: kesesuaian lahan, manajemen pengolahan tandan buah
segar (TBS) terpadu, sarana produksi dan sumberdaya manusia yang efektif.
Tandan buah segar kelapa sawit harus diolah dalam waktu 24-48 jam sejak
dipanen agar tidak mengalami penurunan kualiatas. Jika pengolahan tidak berjalan
secara tepat waktu, maka produknya tidak lagi mememuhi persyaratan kelas
pangan. Bila dibandingkan dengan Malaysia, mengingat cepatnya perluasan lahan
kelapa sawit di Indonesia dalam dua dasawarsa terakhir, investasi dalam
infrastruktur industri khususnya pabrik minyak telah mengalami kesulitan
mengimbangi produksi tandan buah segar. Komposisi asam lemak minyak sawit
terdiri dari sekitar 40% asam oleat (asam lemak tidak jenuh tunggal), 10% asam
linoleat (asam lemak tidak jenuh ganda), 44% asam palmitat (asam lemak jenuh)
dan 4,5% asam stearat (asam lemak jenuh). Jadi secara umum, minyak sawit
mempunyai komposisi asam lemak jenuh dan tidak jenuh dengan proporsi yang
seimbang. Karena kondisi inilah maka minyak sawit tidak menempati posisi yang
spesial (khusus); dan tidak bisa dikategorisasikan sebanyak minyak jenuh atau
pun minyak tidak jenuh (GAPKI, 2010).
Manajemen pengolahan TBS menjadi CPO merupakan pengelolaan
sumberdaya yang secara efektif untuk mencapai proses produksi yang telah
ditetapkan. Aspek-aspek penting yang berkaitan dengan manajemen pengolahan
TBS menjadi CPO antara lain: struktur organisasi dan tanggung jawab mulai dari
proses pengolahan TBS serta hasil akhirnya yaitu CPO, ketersediaan bahan baku
TBS kelapa sawit, tenaga kerja, serta sarana operasional pabrik yang mendukung
dalam proses pengolahan TBS menjadi CPO.
Manajemen pengolahan TBS menjadi CPO perlu dipelajari agar
mendapatkan produksi yang maksimal. Oleh karena itu, pengolahan TBS menjadi
CPO merupakan faktor penting dalam memperoleh kualitas dan kuantitas kelapa
sawit yaitu bentuk akhirnya CPO yang sesuai dengan standar pabrik pengolahan
yang telah ditetapkan. Diperlukan informasi yang tepat dan baik untuk
mengetahui manajemen pengolahan TBS menjadi CPO di PT. Inti Indosawit
Subur. Dari penjelasan tersebut maka penulis menarik judul yang akan diamati
dalam kegiatan magang yaitu “Manajemen Pengolahan TBS Kelapa Sawit
menjadi CPO Di PT. Inti Indosawit Subur (Asian Agri Group) PMKS Muara
Bulian Kabupaten Batang Hari”.

1.2. Tujuan

Adapun tujuan dari praktik magang adalah:


1. Untuk mengetahui proses pengolahan TBS kelapa sawit menjadi CPO di PT.
Inti Indosawit Subur (Asian Agri Group) PMKS Muara Bulian Kabupaten
Batang Hari.
2. Untuk mengetahui penerapan fungsi manajemen pengolahan TBS kelapa sawit
menjadi CPO di PT. Inti Indosawit Subur (Asian Agri Group) PMKS Muara
Bulian Kabupaten Batang Hari.
II. METODE PELAKSANAAN MAGANG

2.1. Waktu dan Tempat


Kegiatan magang ini dilaksanakan pada tanggal 02 Oktober hingga 02
Desember 2015 di PT. Inti Indosawit Subur (Asian Agri Group) PMKS Muara
Bulian, Desa Bulian Jaya Kecamatan Maro Sebo Ilir, Kabupaten Batang Hari,
Provinsi Jambi.

2.2. Metode Pelaksanaan


Kegiatan magang yang dilakukan meliputi kegiatan teknis di lapangan dan
kegiatan manajerial di kantor. Kegiatan-kegiatan tersebut disesuaikan dengan
jadwal yang ditetapkan oleh pihak perusahaan tempat melaksanakan kegiatan
magang. Metode pelaksanaan magang yang dilakukan di PT. Inti Indosawit Subur
(Asian Agri Group) PMKS Muara Bulian, yaitu sebagai berikut :
1. Metode Diskusi
Metode ini dilakukan dengan cara berdiskusi atau tanya jawab secara
langsung dengan pihak terkait yang ada di lapangan, pabrik dan kantor serta
orang-orang yang terlibat langsung dalam pelaksanaan di lokasi magang dan
bertanggung jawab terhadap semua masalah teknis di lokasi magang.
2. Metode Observasi
Metode ini dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk
melihat dan mengamati kegiatan yang berlangsung di lapangan khususnya
pengolahan tandan buah segar (TBS) kelapa sawit menjadi Crude Palm Oil
(CPO).
3. Studi Pustaka
Studi pustaka ini diperoleh dari berbagai literatur yang relevan dengan
kegiatan magang yang dilaksanakan mengenai pengolahan hasil tanaman
kelapa sawit khususnya tentang manajemen pengolahan tandan buah segar
(TBS) kelapa sawit menjadi CPO (Crude Palm Oil). Misalnya seperti buku,
jurnal, dan internet.
III. KEADAAN PERUSAHAAN

3.1. Gambaran Umum Perusahaan


3.1.1. Sejarah Umum Perusahaan
PT. Inti Indosawit Subur pada mulanya beroperasi di Gunung Melayu,
Kabupaten Asahan, Sumatera Utara. Berdasarkan inpres No. 1 tahun 1986 tentang
pembangunan kebun pola PIR-TRANS, PT Inti Indoswait Subur diberi
kesempatan dan kepercayaan oleh pemerintah RI untuk ikut serta dalam
pembangunan kebun pola Pir – Trans tersebut.
Dewan komisaris PT Inti Indosawit Subur dengan komisaris Bapak
Sukanto Tanoto melalui pembangunan kebun pola PIR-Trans diwilayah Riau pada
tahun 1986/1087 dikabupaten Kampar, Kabupaten Indra Giri Hulu dan Kabupaten
Bengkalis untuk ± 12.000 kepala keluarga.
Setelah sukses dengan pembangunan kebun pola Pir – Trans didaerah Riau
tersebut, maka PT. Inti Indosawit Subur mendapat kepercayaan lagi untuk
membangun kebun kelapa sawit pola Pir-Trans diwilayah Jambi tepatnya di
kabupaten Tanjung Jabung dan Kabupaten Batang Hari untuk ± 8000 kepala
keluarga transmigran. Pembangunan kebun kelapa sawit diwilayah Jambi ini
dimulai pada tahun 1989/1990.
Untuk wilayah Kabupaten Batang Hari, PT. Inti Indosawit Subur telah
melaksanakan pengalihan kebun pada tahun 1995/1996 dengan luas 4.640 Ha,
dimana penanamannya dimulai pada tahun 1990 sampai dengan luas kebun inti
2.229 Ha yang penanamannya dilakukan secara bersamaan.
Seiring dengan perkembangan Perusahaan yang begitu cepat, maka tahun
1998 PT. Inti Indosawi Subur bergabung dengan PT. Supra Matra Abadi dan PT
lainnya yang kemudian menjadi satu group besar yang diberi nama “Asian Agri
Abadi Group” yang berkantor pusat dimedan dan telah memiliki perkebunan dan
pabrik pengolahan hasil diwilayah Sumatera, Riau dan Jambi.
PT. Inti Indosawit Subur Kebun Muara Bulian terletak di Kabupaten
Batang Hari yang berjarak ± 50 Km dari Ibukota Kabupaten Batang Hari (Muara
Bulian) dan ±120 Km dari Ibukota Propinsi Jambi.
Kebun Muara Bulian memiliki areal seluas ±1.870 Ha, meliputi : a)
Afdeling I: 567, b) Afdeling II: 586, dan c) Afdeling III : 717 (Untuk lebih
jelasnya lihat peta Lampiran 5)
Kebun Muara Bulian terletak pada ketinggian ± 300 M diatas permukaan
laut, dengan temperature maksimal 320C dan temperature minimal 240C, dengan
kelembaban 80% dan panjang penyinaran 10 jam/hari sebagian besar topografi
lahan yang dimiliki mulai dari yang berbukit hingga daerah dataran memiliki
kemiringan hinggga 450.
Jenis tanah pada areal perkebunan adalah tanah potsolik merah kuning
(PMK) dengan keluas kesesuaian lahan yaitu kelas II/III. Dilihat dari kondisi
tanah, iklim serta topografi lahan pada areal perkebunan, maka dapat dinilai cukup
layak untuk ditanami kelapa sawit dengan syarat harus melakukan perbaikan
kondisi tanah dengan menanam ppenutup tanah, pembuatan parit (drainase) serta
pembuatan teras (tapak kuda).
Letak dan posisi kebun berbatasan dengan :
- Sebelah Utara berbatasan dengan sungai batang hari
- Sebelah Selatan berbatasan dengan PT. IVA (Barito Pasifik)
- Sebelah Barat berbatasan dengan PT. Gatra (Hutan Produksi)
- Sebelah Timur berbatasan dengan Hutan Tanaman Industri milik PT
WKS
PT Inti Indosawit Subur Kebun Muara Bulian mengusahakan tanaman
kelapa sawit asal Marihat Jenis Tenera dengan Populasi per Ha 128 pokok untuk
kebun inti dan 138 pokok untuk kebun Plasma. Umur tanaman sawit pada saat ini
adalah ± 24 tahun dengan tahun tanam 1991 dan 1992. Vegetasi lingkungan selain
kelapa sawit adalah hutan, kebun rakyat dan tanaman akasia.

3.1.2. Struktur Organisasi PT. Inti Indosawit Subur


Organisasi perusahaan merupakan suatu struktur dalam proses dimana
kerja sama dari manusia mengalokasi tugas – tugas pada anggita dan
mengintegrasikan keaktifannya terhaap tujuan bersama. PT. Inti Indosawit Subur
Kebun Muara Bulian dikepalai oleh seorang Senior Menager. Dalam
pelaksanaannya tugas Senior Manager dibantu oleh 2 orang Manager, dalam
beberapa orang staf, pegawai dan karyawan. Untuk lebih jelasnya mengenai
struktur organisasi perusahaan dapat dilihat pada lampiran berikut.
STRUKTUR ORGANISASI PERUSAHAAN PT. INTI INDOSAWIT SUBUR
KEBUN MUARA BULIAN
Adapun tugas-tugas dan tanggung jawab dari masing-masing personil
dalam struktur organisasi PT. Inti Indosawit Subur Kebun Muara Bulian adalah
sebagai berikut:
a. Senior Manager / General Manager
Senior manager bertanggung jawab kepada dewan direksi dan juga
bertugas untuk menilai, mengontrol atau mengawasi kegiatan perusahaan
yang dipimpinnya dan membawahi semua staf, pegawai dan karyawan
baik dikebun maupun pabrik.
b. Manager
Manager bertanggung jawab pada Senior Manager dan bertanggung jawab
atas pelaksanaan pekerja pada unit masing-masing serta membawahi
semua Asisten.
c. Asisten
Asisten bertugas membantu manager dalam menyusun anggaran tahunan
memeriksa dan mensupervisi seluruh kegiatan yang digerakkan disetiap
unit kerja masing-masing serta membimbing, mengarahkan dan memberi
perintah pada mandor untuk segera membuat perbaikan yang diperlukan
bila ditemukan ada penyimpangan.
d. Kepala Tata Usaha (KTU)
KTU membantu Manager dalam menyusun administrasi kantor dan
pengambilan upah / gaji karyawan, membuat pembukuan yang meliputi
pencatatan, pengelompokan dan pengawasan semua transaksi dan
membuat buku besar, account report, progress dan laporan lainnya.
e. Mandor
Mandor bertanggung jawab kepada Asisten dan bertugas membantu
Asisten dalam melaksanakan supervise kelapangan.
f. Krani Divisi
Krani divisi bertugas mengelola laporan yang diterima Asisten laporan
realisasi harian dan realisasi kerja serta memeriksa kembali administrasi
devisi lainnya, mengisi daftar presensi tenaga kerja, laporan harian
kegiatan lapangan, premi pemanen, dan melaksanakan administrasi
kepegawaian sehari-hari, administrasi surat-surat serta komunikasi dengan
unit lainnya.
Adapun tenaga kerja yang ada pada PT. Inti Indosawit Subur Kebun
Muara Bulian terdiri dari beberapa tingkatan yaitu:
a. Staf
Golongan staf terdiri dari Senior Manager, Manager, Asisten Kepala,
Asisten, Kepala Tata Usaha. Untuk merekrut staf maka harus melakukan
training terlebih dahulu, dan berdasarkan evaluasi dari kebun dikirim ke
direksi, baru ke kekantor pusat Medan.
b. Pegawai Bulanan (PB)
Merupakan SKU yang telah diangkat oleh Management karena dianggap
telah bekerja dengan baik dan minimal telah bekerja diatas 1 tahun.
c. Serikat Kerja Umum (SKU)
Merupakan karyawan bulanan yang digaji berdasarkan banyaknya hari
kerja. Pegawai ini diangkat oleh Management
d. Pekerja Harian Lepas (PHL)
Merupakan pekerja yang bekerja berdasarkan banyaknya volume kerja
yang ada dikebun. Pekrja ini diangkat oleh Asisten sesuai dengan
kebutuhan tenaga kerja yang dibutuhkan dan disetujui oleh Management
3.1.3. Ketenagakerjaan di PT. Inti Indosawit Subur
Jumlah karyawan yang ada di PT. Inti Indosawit Subur adalah
sebanyak ..... orang. Jumlah yang ada ini terdiri atas beberapa bagian yaitu
antara lain sebagai berikut:
3.1.4. Fasilitas Kesejahteraan Karyawan
Adapun fasilitas yang disediakan oleh PT. Inti Indosawit Subur
adalah rumah, sekolah, tempat penitipan anak, tempat ibadah, poliklinik,
sarana olahraga, sarana transportasi, jalan, listrik 24 jam, air bersih,
koperasi, dan pos keamanan.
3.2. Kegiatan Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
Kegiatan budidaya tanaman kelapa sawit pada saat magang di PT Inti
Indosawit Subur (IIS) meliputi kegiatan berikut :

3.2.1. Pembibitan
Faktor bibit memegang peranan penting dalam upaya peningkatan
produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan
menghasilkan pada 3 – 4 tahun setelah tanam. Faktor genetik bibit akan
mempengaruhi produksi hingga 30%. PT. Inti Indosawit Subur
menggunakan bibit varietas Socfindo, Lonsum, Damimas dan Topaz. Proses
pembibitan dilakukan dengan dua langkah yaitu Pre Nursery dan Main
Nursery.

1. Pre Nusery
- Membuat bedengan seluas 1x10 m, dengan tinggi 10 cm dari permukaan
tanah.
- Tanah yang digunakan untuk pembibitan adalah tanah topsoil ultisol yang
ada dilahan kemudian tanah diayak dimasukkan kedalam babybag.
- Setelah semua polybag terisi tanah, polybag disusun dan diatur di bedengan
dengan rapi dalam satu bedengan terdapat 200 babybag.
- Sebelum kecambah ditanam di polybag, kecambah tanaman sawit diseleksi
dan direndam dengan air untuk menjaga kelembapannya. Pembibitan Pre
Nursery ini berjalan selama 3 bulan. Setelah itu baru masuk ke Main
Nursery.
2. Main Nursery
Diperlukan lahan yang cukup dan lahan tersebut diratakan dan
dibersihkan. Tanah yang akan dimasukkan kedalam polybag terlebih
dahulu diayak seperti pada pembibitan pertama. Selanjutnya adalah
melaksanakan penanaman. Teknik dan proses penanaman merupakan hal
penting karena akan berpengaruh pada efesisensi waktu dan produktivitas
tanaman. Penanaman mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
- Pemancangan
Pemancangan dilakukan untuk menentukan jarak tanam dan
merapikan barisan tanaman. Pemancangan dilakukan dengan mengunakan tali
seling yang panjang dari ujung lahan ke ujung lahan lainnya. Pada tali seling
tersebut diberi tanda untuk setiap jarak tanam yang dipakai.
- Pelangsiran babybag dari Pre Nursery ke Main Nursery
Penglasiran babybag dilakukan dengan menggunakan angkong dan
becak. Pengangkutan berdasarkan plot-plot pada pre nursery agar pada main
nursery tersusun rapi dan sesuai dengan plot.
- Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam yang baik harus mampu menampung akar bibit beserta
media yang terbawa. Pembuatan lubang tanam menggunakan bor yang
cukup besar seukuran dengan besar babybag di prenursery. Hal ini
dilakukan agar bola tanah tidak pecah sehingga akar pun tidak terganggu.
- Penanaman Bibit
Penanaman bibit di lapangan harus dilakukan dengan tepat. Cara penanaman
yang tepat sangat diperlukan agar diperoleh pertumbuhan tanaman yang sehat dan
kokoh dengan harapan produksi yang dicapai akan maksimal. Adapun cara
penanamannya adalah sebagai berikut :
 Bibit yang telah diangkut ke lokasi main nursery diletakkan sesuai
dengan plot awal, kemudian disusun di samping polybag besar.
 Jumlah tanaman yang ditanam harus sesuai dengan jumlah yang dikirim
dari pre Nursery
 Penanaman dilakukan dengan memutar babybag hingga bola tanah terasa
lepas dari babybagnya, kemudian tanaman dibalikkan dan menarik
babybag tersebut hingga babybag dan bola tanah nya terpisah. Kemudian
bola tanah beserta tanamannya dimasukkan kedalam lubang tanam
polybag besar yang sebelumnya telah dipersiapkan. Selanjutnya satukan
bola tanah dengan tanah disekitarnya seperti melakukan pembumbunan.

3.2.2. Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan


3.2.2.1 Pengendalian Gulma
Gulma merupakan tanaman yang dapat mengganggu tanaman utama
dan keberadaan gulma di sekitar tanaman kelapa sawit itu dapat
mengakibatkan kerugian yang besar. Persaingan yang dapat terjadi antar
tanaman kelapa sawit dengan gulma yaitu persaingan mendapatkan air, sinar
matahari, CO2, tempat tumbuh, dan unsur hara. Selain itu persaiangan antara
gulma dengan tanaman pokok, gulma juga dapat memperlambat aktivitas
perkebunan, seperti pemupukan, panen, serta kegiatan lainnya.
Pengendalian gulma di PT. Inti Indosawit Subur ini diantaranya
dengan secara khemis, penyemprotan dilakukan berdasarkan pada jenis
gulma apa yang akan disemprot, jenis dan dosis herbisida yang digunakan,
jenis tanah dan kerapatan gulma, umur tanaman dan keadaan iklim.
Sedangkan untuk output semprot berkisar 2-7 ha/hk yang dipengaruhi oleh
jenis alat semprot yang digunakan, umur tanaman, topografi, prasarana yang
ada dalam blok (pasar rintis, titi pasar rintis dan lain-lain), kondisi kerapatan
gulma, keterkaitan dengan pekerjaan perawatan lainnya sera
pengorganisasian dan disiplin kerja. (SOP Asian Agri)

a. Rawat Piringan
Piringan harus terbebas dari gulma untuk menghindari persaingan
dalam penyerapan unsur hara antara gulma dengan tanaman kelapa sawit,
selain itu untuk mempermudah kegiatan perawatan. Rawat piringan
bertujuan untuk membersihkan gulma yang dapat mengganggu tanaman
serta mempermudah kegiatan dalam pemanenan, pengutipan brondolan serta
pemupukan. Rawat piringan dilakukan secara khemis, yaitu menggunakan
herbisida dengan cara sistemik.
Penyemprotan dilakukan berdasarkan hasil pengamatan terhadap
gulma yang tumbuh di areal piringan pada umumnya gulma berdaun sempit.
Hal yang perlu di pahami dalam melakukan penyemprotan yaitu:
a) Jenis gulma yang mendominasi, untuk menentukan herbisida yang
digunakan.
b) Angka kerapatan gulma (AKG), untuk menentukan kebutuhan
herbisida dan jenis nozzle.
c) Spray Faktor (luasan efektif yang akan disemprot).
d) Kalibrasi alat
Herbisida yang digunakan di PT. Inti Indosawit ini menggunakan
bahan aktif Isopropil Amino Glifosat dengan nama dagang Elang. Selain itu
herbisida yang digunakan adalah herbisida kenren dengan bahan aktifnya
Flourosofir. Dosis yang digunakan yaitu Glifosat 1,5 liter/Ha dan Firoksipir
75 gram/Ha. Alat yang digunakan pada semprot piringan yakni
Mikroherbi/CDA dengan Nozel berwarna hitam dengan floretnya 146
CC/menit. Semprot piringan dilakukan dengan jarak 2,5 – 3 m dari tanaman
kelapa sawit. Semprot piringan menggunakan herbisida ini dilakukan
dengan rotasi 3 bulan sekali.

b. Rawat Gawangan
Rawat gawangan adalah pembersihan gulma kelompok anak kayu di
gawangan yang dianggap merugikan tanaman maupun mengganggu
pekerjaan. Anak kayu yang sering dijumpai di gawangan mati seperti
Clidemia hirta. Rawat gawangan dengan cara khemis menggunakan
herbisida yang berbahan aktif Metil metsulfuron dengan nama dagang
Metsilindo dengan dosis 100 gram/Ha. Perawatan secara khemis dilakukan
dengan rotasi 3 bulan sekali. Cara penyemprotannya yaitu dengan sistem
kontak dimana harus disemprot sampai basah, agar gulma tidak tumbuh
lagi. Alat yang digunakan yakni MHS dengan ukuran Kap 15 Liter, basis
untuk satu orang 13 Kap. Kegiatan semprot berguna untuk memberantas
gulma yang ada di sekitar pokok tananman, dengan tujuan :
a) Meningkatkan efektifitas pemupukan
b) Mempermudah mengutip brondolan yang jatuh
c) Menghilangkan inang alternatif bagi perkembangan hama
c. Kalibrasi Semprot
Kalibrasi semprot sangat penting untuk menge kembali mengetahui
keadaan alat-alat semprot, nozel, serta kecepatan jalan sebelum memulai
penyemprotan, sehingga penggunaan herbisida menjadi efisien dan efektif.
Setiap minggu nozel harus dikalibrasi untuk memastikan flowrate dan
nozel yang apabila tidak sesuai lagi dengan keadaan seharusnya maka
dapat diganti.
Pelaksanaan pengkalibrasian semprot dapat dilakukan dengan
cara :
 Mengukur lebar semprotan rata – rata
 Mengukur jarak jalan (meter) oleh operator selama 60 detik
 Mengukur output semprot atau flowrate (Liter/menit)

3.2.1.2. Pengendalian Hama dan Penyakit


Pengendalian hama dan penyakit adalah salah satu kegiatan
penting dalam pemeliharaan tanaman kelapa sawit. Sebelum kegiatan
pengendalian, kegiatan yang dilakukan sebelumnya adalah penyensusan
hama dan penyakit, dimana untuk mengetahui intensitas serangan hama
yang terjadi, untuk memudahkan tindakan pencegahan dan pengendalian,
dan juga bertujuan agar tidak terjadi ledakan serangan yang tak terkendali
/ terduga. Sensus hama dilakukan setiap bulannya. Sensus dilakukan
dengan melihat setiap TS (titik sampel).
Intensitas serangan hama, apabila dalam 1 pelepah pada 1 pokok
sudah terdapat lebih dari 10 ulat, maka dikatakan perlu dilakukan
tindakan. Tindakan yang dilakukan berupa fogging. Hama yang biasanya
menyerang adalah ulat bulu dan ulat api seperti Setothosea asigna, Setora
nitens, P. Lipida, Callitera horsefieldii.
Penyensusan dilakukan dengan melihat setiap 10 pokok tanaman
pada setaip baris pokok. Penyensusan ini dibutuhkan 2 HK untuk
melakukan sensus hama. Berikut skema titik sesus :
Titik sampel

x x x x x x x x x x x x x

x x x x X X x x x x x x x

x x x x x x x x x x x x x

x x x x X X x x x x x x x
3.2.1.3. Pemupukan
Pemupukan tanaman menghasilkan bertujuan untuk memenuhi
Ket : X = Sampel Bantu
kebutuhan hara dalam tanaman seperti hara yang hilang karena terangkut
panen, hara tersimpan (immobilisasi) dalam jaringan, hara yang
terdekomposisi (recycling) dari jaringan, menjaga keseimbangan hara di
dalam tanaman serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan produksi serta menjaga kesuburan tanah
sebagai penunjang produksi. Pemupukan memerlukan perhatian dan
pengawasan yang baik. Untuk menentukan dosis pupuk yang akan
diaplikasikan terlebih dahulu dilakukan pengambilan sampel daun.
Kekurangan unsur hara di dalam tanah dapat diketahui dari analisis
jaringan tanaman. Salah satu bagian tanaman yang dianalisis adalah daun.
Analisis daun atau Leaf Sampling Unit ( LSU ) memiliki tujuan umum
yaitu :
a) Untuk mendiagnosa atau memperkuat diagnose
gejala kekurangan unsur hara tertentu yang tampak pada
pertumbuhan tanaman dilapangan.
b) Untuk mengetahui kekurangan hara sedini mungkin.
c) Untuk mempelajari bagaimana hara dapat diserap
tanaman.
d) Untuk mengetahui interaksi atau antagonisme
diantara unsur hara.
e) Sebagai alat bantu pemahaman fungsi hara dalam
tanaman.
Pada tanaman menghasilkan (TM) sampel daun di ambil dari
pelepah ke-17. Untuk mencapai pelepah ke-17 harus ditentukan terlebih
dahulu pelepah ke-1 karena dalam susunan spiral daun, pelepah ke-17
sejajar dengan pelepah ke-1 (1-9-17-25-33-41). Dari pelepah sampel di
ambil 10 helai anak daun yang terdapat ditengah pelepah (5 helai dari sisi
kanan dan 5 helai dari sisi kiri). Sampel daun yang dianalisa harus dapat
mempresentasikan kondisi hara tanaman dalam satu areal tertentu. Satu
unit sampel daun diambil dari beberapa tanaman sampel pada satu areal
tertentu yang dikenal dengan Leaf Sampling Unit (LSU).
Satu LSU harus seragam dalam beberapa hal antara lain Umur
tanaman, Jenis tanah, Topografi. Luas 1 LSU adalah 20 - 40 ha, dianjurkan
luas 1 LSU tidak boleh kurang dari 10 ha dan tidak boleh lebih dari 50 ha.
Awal pengambilan sampel harus dimulai dari sudut Barat - selatan dari
setiap blok sampel. Ciri-ciri tanaman yang tidak boleh dijadikan sebagai
tanaman sample antara lain : Tanaman TBM dalam TM (sisipan);
Tanaman terserang hama penyakit; Tanaman di pinggir sungai (parit yang
berair permanen); Tanaman di pinggir jalan; Tanaman abnormal.
Pemupukan mencakup dosis, jenis pupuk, cara, waktu dan frekuensi
ditentukan berdasarkan atas analisis tanah, analisis daun dan kebijakan
khusus perusahaan sehingga dosis pupuk antar blok agak bervariasi satu
sama lain. Pupuk yang di gunakan di PT. Inti Indosawit Subur ada pupuk
organik dan anorganik.

a. Pupuk Anorganik
Pupuk Anorganik pupuk tunggal ZA dan MOP.
 Pupuk ZA
Pupuk ZA memiliki bahan aktif Amonium Sulfate dengan
kandungan 21 N + 24 S. Pupuk yang dibutuhkan tanaman kelapa
sawit sebanyak 2,25 kg/pokok. Pupuk ZA dilaksanakan 4 kali
dalam setahun. Pupuk ZA diuntil dalam karung dengan berat 11,25
kg, dengan seperti itu karyawan pupuk dapat menabur pupuk 5
pokok dalam satu untilan. Basis perhari untuk karyawan 400 kg
atau ± 36 untilan pupuk ZA.
b. Pupuk Organik
 Janjangan Kosong
Janjang Kosong merupakan limbah dari hasil pemipilan buah
sawit dari pabrik pengolahan kelapa sawit (Thresher). Adapun
pengaplikasiaan pupuk organik ini sesuai dengan rekomendasi R&D,
pengaplikasiannya pada titik antar pokok tanaman sawit dengan dosis
370 kg, dengan perkiraan berat satu jangkos adalah 3,7 kg jadi untuk
memupuk satu titik rekomendasi dibutuhkan 100 jangkos. Keuntungan
aplikasi janjangan kosong untuk tanaman kelapa sawit :
a) Sumber bahan organik, hara makro dan mikro
b) Unsur hara tersedia secara perlahan (untuk mengurangi losses)
c) Meningkatkan kesuburan dan memperbaiki struktur tanah
d) Meningkatkan dan menstimulasi aktivitas mikroba tanah seperti
bakteri, jamur, cacing tanah dan serangga
e) Berfungsi sebagai penutup tanah, mempertahankan kelembaban
tanah
f) Memperkecil erosi tanah, aliran dan pencucian hara
g) Menekan pertumbuhan gulma

Tabel 4. Kesetaraan kandungan hara dalam janjangan kosong dengan pupuk anorganik
Presentasi unsur hara dalam janjangan Sebanding dengan
Hara Utama kosong pupuk per Ton
Kisaran Rata-rata janjangan kosong
Nirogen ( N ) 0.32 – 0.43 0.37 8.00 kg Urea
Phospat ( P ) 0.03 – 0.05 0.047 2.90 kg RP
Kalium ( K ) 0.89 – 0.95 0.91 18.30 kg MOP
Magnesium ( Mg ) 0.07 – 0.10 0.08 5.00 kg kieserite

Rasio C/N pada janjang kosong sangat tinggi sehingga proses dekomposisi
dan mineralisasi janjangan kosong di lapangan oleh mikroorganisme menjadi
relative lambat.

Tabel 5. Dekomposisi janjangan kosong


Unsur Hara T50*
N 205 hari
P 85 hari
K 25 hari
Mg 115 hari
T50* = waktu yang dibutuhkan untuk menguraikan 50% kandungan unsur hara
Dari tabel di atas, unsur kalium yang paling cepat terurai, hanya
membutuhkan waktu selama 25 hari untuk menguraikan 50%
kandungannya di dalam janjangan kosong. Karena itu Janjang Kosong
harus diangkut setiap hari dari PMKS dan harus diaplikasikan paling
lambat 2 hari setelah Janjang Kosong sampai di lapangan, sehingga unsur
hara yang terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan tanaman secara
maksimal.

 Palm Oil Mill Effluent (POME)


POME adalah limbah cair yang mengandung bahan organik tinggi
yang berasal dari pengolahan pabrik minyak kelapa sawit terutama dari
sterilizer condensate, sludge dari klarifikasi dan air buangan hydrocyclone.
Keuntungan dari POME land application :
a) Sebagai sumber kandungan unsur hara yang tinggi dan dapat
digunakan sebagai pengganti pupuk anorganik.
b) Kandungan bahan organik yang tinggi dapat memperbaiki
tekstur dan meningkatkan kesuburan tanah.
c) Sebagai sumber air bagi tanaman terutama pada saat musim
kering.
d) Mengurangi polus yang dapat ditimbulkan jika dibuang ke
badan sungai.
Kandungan unsur hara di dalam POME dan kesetaraannya di
dalam pupuk dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 6. Kesetaraan Nilai Unsur Hara POME dengan Pupuk Anorganik


Kandungan unsur hara Kesetaraan dengan
No Uraian
(%) Pupuk (kg/ton POME)
1 N 0.07 1.52 g Urea / 3.3 kg ZA
2 P 0.02 0.7 kg RP
3 K 0.17 2.8 kg MOP
4 Mg 0.05 1.8 kg kieserite

3.2.2. Pemanenan
Panen merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit dan
menjadi sumber pemasukan uang keperusahaan melalui penjualan minyak
CPO (crude palm oil) dan minyak PKO (palm kernel oil). Sistem panen
dengan cara rotasi/pusingan. Rotasi yang dilakukan khususnya di Afdeling
III kebun Muara Bulian sebanyak 10 hari. Jumlah seksi panen untuk tahun
tanam 91 sebanyak 6 seksi dan 6 seksi untuk tahun tanam 1992 s/d 1994.
Berikut seksi dan luas lahan perseksinya :
Untuk tahun tanam 1991 :
 Seksi A dengan luas lahan 94 Ha
 Seksi B dengan luas lahan 91 Ha
 Seksi C dengan luas lahan 82 Ha
 Seksi D dengan luas lahan 77 Ha
 Seksi E dengan luas lahan 69 Ha
 Seksi F dengan luas lahan 77 Ha
Untuk tahun tanam 1992 s/d 1994 :
 Seksi A dengan luas lahan 38 Ha
 Seksi B dengan luas lahan 44 Ha
 Seksi C dengan luas lahan 37 Ha
 Seksi D dengan luas lahan 49 Ha
 Seksi E dengan luas lahan 27 Ha
 Seksi F dengan luas lahan 32 Ha
Pada Afdeling III total luas seluruh blok seksi panen adalah 717
Ha. Pusingan atau rotasi potong buah (panen) perlu dilakukan dengan
benar agar tingkat produksi per hektar tinggi, biaya per kilogram rendah
dan tingkat losses dilapangan rendah. Sumber losses produksi di lapangan
ialah Buah mentah; Buah masak tinggal di pokok (tidak dipanen),
Brondolan tidak dikutip, Buah atau brondolan dicuri, Buah di TPH tidak
diangkut ke PMKS.

Tahapan dalam kegiatan potong buah (panen)


a. Taksasi Potong Buah
Persiapan yang dilakukan sehari sebelum pemanenan. Taksasi
potong buah dilakukan untuk menentukan AKP (Angka Kerapatan
Panen), dari AKP akan diketahui jumlah janjang yang akan dipanen dan
jumlah tonase yang didapatkan pada saat panen.
Cara menghitung AKP yaitu:
Untuk menghitung taksasi yaitu:

Jumlah Janjang Panen = Sph x Jumlah Ha x AKP

Jumlah Tonase panen = Jumlah janjang panen x BJR

b. Potong Buah (panen)


Lokasi panen yang telah direncanakan oleh setiap mandoran panen
pada H-1 akan di informasikan kepada para pekerja panen pada saat
master pagi. Untuk pekerja panen kategorikan menjadi dua yaitu tunggal
dan gardan. Untuk tunggal artinya dalam 1 ancak panen dikerjakan oleh 1
orang pekerja panen. Sedangkan untuk gardan dalam 1 ancak panen
dikerjakan oleh 2 orang atau lebih (gardan panen biasanya adalah keluarga
dari pekerja panen yang ikut membantu dalam pengerjaan panen), namun
hitungan HK tetap satu. Peralatan panen yang di gunakan mulai dari fiber,
pisau egrek, kapak, gancu, garuk, ember dan angkong.
Mutu potong buah dan mutu buah berhubungan erat dengan mutu
pekerjaan panen, pengawasan, dan pemeriksaan hasil panen. Untuk mutu
potong buah dan mutu buah tertera pada sapta disiplin potong buah. Sapta
disiplin potong buah terdiri dari:
a) Buah matang panen dipanen semua.
b) Buah mentah 0 %
c) Brondolan dikutip seluruhnya
d) Buah disusun rapi di TPH (Tempat Pengumpulan Hasil)
e) Pelepah disusun rapi digawangan mati
f) Pelepah sengkleh tidak ada.
g) Administrasi diisi dengan teliti dan tepat waktu.
Adapun proses potong buah adalah sebagai berikut :
a) Pembagian ancak pemanen
Pembagian ancak berdasarkan jumlah HK dan kemampuan
pemanen. Untuk pekerja panen tunggal minimal terdiri dari 1 ancak
dengan basis 2,5 – 3 Ha. Sementara gardan minimal terdiri dari 2
ancak dengan pelebaran luasan Ha. Biasanya ancak panen yang di
gunakan adalah ancak giring murni perpulau, dimana dapat diterapkan
pada jumlah tukang potong buah berapapun, buah cepat keluar,
distribusi buah mengumpul, memudahkan transport TBS,
kemungkinan ancak tertinggal kecil.
b) Potong pelepah
Pemotongan pelepah diusahakan seminimal mungkin, dimana 1
janjang 1 pelepah (songgo 1). Tidak dibenarkan adanya pelepah
“sengkleh” pada saat potong buah.
c) Potong buah
Kriteria umum untuk tandan buah yang dapat dipanen adalah
berdasarkan jumlah brondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh
ke tanah secara alami atau dengan istilah lain menghasilkan brondolan
dalam jumlah tertentu.
Tabel 7. Kriteria Matang Panen

Kreteria Pedoman Panen Umur tanaman

KMP 1 ≥ 5 Brondolan segar / janjang dipiringan < 10 Tahun

KMP 2 ≥ 10 Brondolan segar / janjang dipiringan > 10 Tahun

d) Menyusun pelepah di gawangan mati


Pelepah yang telah di egrek, dipotong dan disusun rapi di gawangan
mati.
e) Membuat cangkem kodok pada tangkai tandan
Tangkai tandan dibuat cangkem kodok dengan ukuran 2-5 cm, dengan
tujuan (1) mencegah losses minyak pada saat pengolahan buah karena
penyerapan minyak oleh tangkai buah yang terlalu panjang, (2) sebagai
pembeda antara buah inti dan plasma, dan (3) menghindari pencurian
buah inti.
f) Melangsir buah dan brondolan ke TPH
Buah di bawa ke TPH dan di susun, brondolan disusun di atas karung
dan di takar beratnya, dengan takaran ember, 1 ember = 5 kg.
g) Pemberian nomor
Pemberian nomor pemanen pada perwakilan janjang, untuk
mengetahui pemanen dari buah yang di susun di TPH. Berikut Basis
janjang dan premi pemanen :
Tabel 8. Basis Janjang dan Premi
Jumlah Basis Premi
Tahun Jumlah Basis
(Janjang) Premi/Janjang Pokok
tanam (janjang)
hari Jum’at Tinggi
1991 41 29 Rp. 1231 Rp. 150
1992 46 33 Rp. 1080 Rp. 125
1993 46 33 Rp. 1080 Rp. 125
1994 54 39 Rp. 929 Rp. 125

c. Pengangkutan TBS (Tandan Buah Segar)


Dalam kegiatan pengangkutan TBS, hal yang perlu di perhatikan
adalah sarana transportasi yaitu jalan, agar buah sampai tepat waktu untuk
di olah. Jalan adalah urat nadi dari operasional perkebunan, maka semua
jalan di kebun harus dapat dilalui dalam segala cuaca. Buah kelapa sawit
hasil panen harus segera diangkut ke pabrik agar dapat segera diolah. Buah
yang tidak langsung diolah dapat menghasilkan minyak dengan kadar
asam lemak bebas (free fatty acid) yang tinggi. Kadar FFA yang tinggi
mengindikasikan kualitas minyak tidak baik karena pengolahan buah
kelapa sawit harus dilaksanakan dengan segera. Tahapan dalam
pengangkutan TBS yang telah dipanen:
a) Buah yang telah tersusun di TPH dan telah diketok oleh kerani buah
yang dimuat ke dump truck.
b) Kapasitas dump truck sekitar 5-6 ton.
c) Setelah memuat buah disetiap TPH mobil siap untuk berangkat
menuju pabrik pengolahan.
Setiap dump truck membutuhkan tenaga pemuat sebanyak 2 orang
dengan basis 1 orang pemuat 5 ton. Premi lebih basis pemuat Rp.
10500/ton. Buah yang telah dimuat ke dalam dump truck dikirim menuju
pabrik pengolahan dengan menyertai buku keterangan Bon / Nota dari
kerani kirim, setelah sampai di pabrik pengolahan Bon diserahkan ke pos
satpam untuk selanjutnya dicap sebagai bukti bahwa buah boleh untuk
ditimbang. Kemudian, menuju timbangan untuk mengetahui berat kotor
setelah ditimbang mobil menuju sortasi (loading ramp) untuk dibongkar,
setelah dibongkar mobil ditimbang kembali untuk mengetahui berat netto
dari buah yang dikirim ke pabrik.

3.2.3. Kegiatan Pengolahan di Pabrik Minyak Kelapa Sawit


Hasil panen berupa TBS harus segera diolah secepatnya agar minyak
kelapa sawit yang dihasilkan tetap bermutu tinggi. Buah yang tidak
langsung diolah dapat menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak
bebas (FFA) yang tinggi. Kadar FFA yang tinggi mengindikasikan kualitas
minyak tidak baik karena itu buah kelapa sawit harus dilaksanaan paling
lambat 8 - 12 jam setelah panen. Pengolahan tandan buah segar (TBS)
sebagai bahan baku menjadi minyak kasar (CPO) yang bermutu baik adalah
tujuan utama dari pengolahan.
Pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) Taman Raja memiliki kapasitas
produksi 60 ton TBS/jam. Setiap hari kerja, pabrik beroperasi rata-rata lebih
kurang 20 jam, dengan jumlah hari pengolahan 25 hari per bulan. Dengan
demikian TBS olah per hari adalah 1200 ton. Dengan kondisi demikian
maka jumlah TBS olah lebih kurang 30.000 ton per bulan atau 360.000 ton
per tahun. Kebutuhan TBS diperoleh dari kebun inti dan dari luar kebun.
Kegiatan pengolahan hasil di PMKS Muara Bulian memiliki
beberapa tahapan yang di bagi ke dalam beberapa stasiun pengolahan.
Stasiun pengolahan di PMKS Muara Bulian yaitu stasiun penerimaan (pos
keamanan, timbangan, sortasi, loading ramp), stasiun rebusan (sterilizer),
stasiun brondolan (tippler dan threshing, digester dan press), stasiun kernel,
stasiun klarifikasi, stasiun Air limbah dan Water Treatment.

a. Timbangan
Pada penimbangan, mobil membawa muatan dari luar di
timbang pada jembatan timbang (WBS). Kapasitas jembatan timbang 50
ton. Setiap mobil yang masuk maupun yang keluar akan di timbang
beratnya untuk mengetahui berat bersih muatan yang di bawa. Buah
yang masuk ke pabrik ada yang dari kebun inti dan dari luar kebun.

b. Loading Ramp
Setelah ditimbang, dilakukan sortasi buah untuk mengetahui
kualitas buah yang akan masuk ke pabrik tersebut. Setelah itu buah
akan masuk ke Loading ramp, kapasitas loading ramp yaitu 160 ton,
memiliki 16 pintu (peron) dengan kapasitas 1 pintu 10 ton. Loading
ramp merupakan suatu bangunan dengan lantai berkisi-kisi pelat besi
berjarak 10 cm dengan kemiringan 45°, loading ramp berfungsi sebagai
tempat penerimaan tandan dan tempat mencurahkan tandan buah ke
dalam lori rebusan. Lantai loading ramp yang berkisi-kisi memudahkan
pasir, batu, sampah dan kotoran lainnya untuk jatuh dan terbuang ke
bawah. Kemudian Setelah masuk ke loading ramp, TBS akan masuk
melalui pintu hidrolik ke dalam lori yang selanjutnya menuju ke
perebusan (sterilizer).

c. Perebusan (Sterilizer)
Perebusan atau sterilisasi merupakan proses merebus tandan
buah di dalam bejana rebusan. Bejana besar dengan menggunakan
injeksi uap (tekanan uap 2,5-3,0 atm) dengan lama rebusan ± 85 menit
pada temperatur 135° - 150°C, tenaga yang di gunakan yaitu berupa
steam uap dari boiler. Proses perebusan menggunakan lori dengan
kapasitas satu lori rebusan sebanyak 4,5 ton, sedangkan untuk satu
rebusan terdapat 6 lori. Bagian atas bejana terdapat pipa tempat keluar
uap, lalu bagian bawahnya terdapat pipa pembuangan air kondensat.
Sementara itu, bagian belakangnya terdapat pipa pembuangan udara.
Lori memiliki dinding dan lantai berlubang-lubang untuk memasukkan
uap panas dan mengurangi kadar air yang terkandung dalam TBS.
Tujuan dari proses perebusan buah kelapa sawit adalah:
a) Menghentikan kerja enzim lipase (katalisator) pengurai minyak
menjadi asam lemak bebas dan gliserin.
b) Mempermudah lepasnya buah dari tangkai tandan.
c) Melunakkan daging buah sehingga mempermudah proses
pemerasan dan penjernihan minyak.
d) Memudahkan pemisahan cangkang dengan inti.

d. Tippler dan Threshing


Tippler berfungsi sebagai alat penuang buah dari lori masak ke
conveyor yang akan membawa tandan buah ke Threshing. Pada
Threshing buah akan di pisahkan dari tandan, mesin pelepas buah ini
berbentuk drum dengan diameter 2 m dan panjang 3,25 - 4,25 m. Mesin
thresser dapat berputar 25 - 35 putaran per menit, tandan buah akan
terbanting ke dinding sehingga buah terlepas dari tandannya. Tandan
akan terpental ke luar dan buah akan keluar dari mesin melalui kisi-kisi.
Setelah itu, buah jatuh ke uliran yang menuju ke pengadukan (digester).
Sementara itu, tandan kosong dibawa melalui conveyor menuju ke
empty bunch hopper dan selanjutnya dapat diaplikasikan sebagai pupuk
organik di lahan.

e. Digester dan Press


Digester berupa bejana yang dilengkapi pisau pengaduk, prinsip
kerjanya daging buah dilumat untuk memecahkan jaringan sel minyak.
Proses pelumatan dilakukan dalam kondisi panas (90° - 95°C) dengan
bantuan steam (boiler) uap panas selama 15 – 20 menit secara continue,
agar minyak tidak mengental. Pada dasarnya minyak yang terlalu kental
dapat mempersulit pengeluaran minyak (pengempaan). Dari digester
brondolan akan masuk ke press, dimana brondolan akan di press dan
menghasilkan output berupa nut, fibre, dan minyak. Proses digester dan
press bertujuan untuk :
a) Melepaskan minyak dari daging buah dengan jalan
meremasnya.
b) Mempermudah proses pemerasan minyak atau pengempaan
sehingga hasil didapat berupa minyak kasar, air dan masa serat.

f. Klarifikasi
Minyak kasar yang diperoleh pada proses sebelumnya masih
perlu dilakukan klarifikasi (pemurnian). Pemurniaan minyak atau
klarifikasi merupakan proses memisahkan minyak dari bahan bukan
minyak seperti serat, kotoran, pasir dan air. Minyak hasil press akan
ditampung di dalam bak pengendapan. Berdasarkan perbedaan berat
jenis, bahan bukan minyak akan mengendap dibawah dan minyak
berada dibagian atas. Setelah itu minyak disalurkan menuju ayakan
getar (vibrating screen) dengan kerapatan 20 mesh. Kotoran yang
masih terikut akan tersaring oleh ayakan getar. Kotoran kembali
dialirkan menggunakan conveyor kembali menuju digester. Sementara
itu, minyak yang tersaring dialirkan menuju penampungan minyak
kasar yang berada dibawah ayakan getar.
Setelah itu, minyak dialirkan menuju continuous setling tank
(CST) untuk memisahkan minyak dari kotoran berdasarkan perbedaan
berat jenis. Minyak yang berada di bagian atas dialirkan ke tangki
minyak, lalu minyak tersebut akan dimurnikan ke dalam alat pemurni
(purifier). Di bagian bawah dari continuous setling tank terkumpul
ampas (sludge) yang akan dialirkan ke sludge tank.
Di dalam CST terdapat 25% minyak, 35% sludge, dan 40% air.
Minyak yang terkandung dalam sludge yang di olah ada ± 4 – 6%.
Sludge akan masuk ke sludge tank untuk diambil minyaknya kembali
dengan centrifuge, hasil akhirnya minyaknya akan di alirkan ke crude
oil dan diolah kembali, sedangkan sludge akan dialirkan ke pengolahan
limbah dan biogas.
Setelah dari continuous setling tank minyak menuju clean oil
tank (COT) yang mana pada alat ini terdapat vacum dryer untuk
menyedot air yang masih tercampur dengan minyak, suhu yang dipakai
80° - 85°C. Setelah itu minyak akan masuk ke fload tank dan diatur
pengalirannya menuju blok Stored tank.

g. Kernel / nut
Nut hasil keluaran dari press akan masuk ke ripelmill, alat untuk
memecahkan nut menjadi cangkang dan kernel, setelah itu cangkang
dan kernel akan masuk ke hidro cyclon, dimana nut dan cangkang akan
di pisah. Cangkang akan di pompa ke shell stok, dan kernel akan masuk
ke kernel silo. Di dalam kernel silo, kernel akan di panaskan atau di
open dengan steam (uap boiler) pada suhu 80° – 100°C, setelah itu
kernel akan dipompa ke kernel bunker. Fungsi dari kernel silo adalah
untuk mengopen kernel untuk mengoptimalkan minyak yang akan di
hasilkan dari kernel.

h. Pengolahan Air (Water Treatment)


Pengolahan Air (Water Treatment) merupakan stasiun yang
berfungsi untuk mengolah bahan baku air menjadi air yang layak
dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dan juga layak untuk dipakai
sebagai air umpan boiler.
Water treatment adalah pengolahan air pada pabrik kelapa sawit
(PKS), dimana raw material dari waduk, air diolah hingga dapat di
proses untuk digunakan sebagai air boiler dan air untuk konsumsi.
Prinsip utama pada water treatment adalah pemisahan antara air dengan
pencemar, pencemar lain seperti dissolved solid, suspended solid, dan
dissolved oxygen. Pemisahannya adalah pengendapan, penambahan
chemical dan pemisahan gas dengan bejana bertekanan vacuum.
Pengolahan air ini dilakukan dengan dua cara yaitu :
1) Pengolahan air eksternal (External Water Treatment)
Pengolahan air eksternal (External Water Treatment)
merupakan proses pengolahan air pada softener atau demin plant.
Air merupakan hal penting pada pengolahan tandan buah segar.
2) Pengolahan air internal (Internal Water Treatment)
Pengolahan air internal (Internal Water Treatment) adalah
unit pengolahan air lebih lanjut untuk dilakukan penghilangan
kandungan-kandungan gas terlarut seperti: oksigen, karbondioksida,
hydrogen sulphide dan amoniak dengan bantuan zat kimia. Adapun
tujuan dari penghilangan gas-gas tersebut adalah untuk menghindari
korosi pada pipa boiler. Setelah itu air akan mengalami pertukaran
ion kation tank dan anion tank, setelah itu air dinaikkan pada bak
penampung (Demint Tank) untuk dinaikkan temperatur dengan
menggunakan steam. Selanjutnya air dialirkan pada Feed Water
Tank sebagai persediaan umpan boiler, dan untuk mempertahankan
temperatur diperlukan steam.
3.2.4. Kegiatan Pengolahan Limbah Kelapa Sawit
Pengelolaan kelapa sawit menghasilkan limbah yang berasal
dari kondensat rebusan, centrifuge sludge, dan pencucian hidrocyclone
dengan jumlah limbah 60% dari hasil pengolahan TBS. Limbah yang
dihasilkan oleh PMKS berupa limbah padat dan limbah cair. Limbah
padat berupa cangkang, janjangan kosong, serabut, solid dan kerak
Boiler, sedangkan limbah cair berupa air limbah.
a. Air limbah atau POME (Palm Oil Mill Effluent)
Limbah cair yang dihasilkan oleh PMKS bersumber dari air
kondensat, air cucian pabrik, air Hydrocyclone atau Claybath, dan
sebagainya. Limbah cair ini dialirkan ke storage tank dan dijadikan
sebagai bahan baku dalam sistem biogas. Limbah cair setelah
pengolahan biogas atau setelah digester di alirkan ke IPAL yang secara
sequensial melalui tahapan kolam pendingin, kolam asidifikasi, kolam
anaerobik primer. Air limbah dari kolam anaerobik primer
diaplikasikan ke areal kebun.
Air limbah atau POME (Palm Oil Mill Effluent) di kelola
dengan salah satu teknik pengolahan limbah cair yaitu sistem kolam
limbah. Sebelum diaplikasikan ke lapangan, terlebih dahulu air limbah
harus di threatment dalam beberapa kolam, yaitu:

 Kolam pendingin (cooling pond)


Tujuan penampungan limbah di cooling pond adalah untuk
pendinginan air limbah agar mencapai suhu 40°C. Temperatur cairan
limbah keluar dari pabrik umumnya berkisar pada (50°-70°C).
Pendinginan dilakukan dengan 2 cara, yaitu: menara pendingin, yaitu
pendinginan dengan menggunakan menara yang kemudian dibantu dengan
bak. Rata-rata penurunan temperatur limbah sekitar 20⁰C dan selanjutnya
menggunakan cara kolam pendingin, yaitu pendinginan limbah dengan
kolam, pendinginan dengan cara ini dikombinasikan dengan pengutipan
minyak yang terbuang (losses).

 Kolam pengasaman (Aciddification Pond)


Tujuan penampungan di acidification pond adalah untuk terjadinya
proses pengasaman dan pembiakan bakteri anaerob. Setelah melalui proses
ini, pH air limbah yang keluar adalah berkisar 6-8 sehingga proses
selanjutnya dapat berjalan dengan baik.
 Kolam Anaerob Primer (Primary Anaerobic Pond)
Air limbah dialirkan ke primary anaerobic pond untuk penguraian
senyawa kompleks menjadi senyawa sederhana. Proses ini ditandai dengan
terbentuknya gelembung gas methane (CH4) dan CO2 sebagai hasil dari
proses fermentase secara anaerob. BOD air limbah yang diharapkan
setelah proses ini adalah < 5000 ppm. Dari Primary anaerobic pond
sebagian air limbah akan : Dipompakan kembali ke acidification pond,
tujuan pengaliran kembali adalah untuk meningkatkan kecepatan
pembiakan bakteri anaerobic; Dialirkan ke areal kebun untuk land
aplikasi; Dialirkan ke secondary anaerobic pond, tujuan penampungan air
limbah di secondary anaerobic pond adalah untuk penguraian senyawa-
senyawa sederhana menjadi senyawa-senyawa terlarut. Pada proses ini
gelembung-gelembung gas methane dan CO2 sudah berkurang.
Apabila terjadi selisih antara air limbah yang masuk ke kolam
anerobik primer dengan air limbah yang diaplikasikan, maka air limbah
secara overflow masuk ke kolam berikutnya. Dari kolam tersebut
dipompakan lagi ke kolam anaerobik primer pond.
Kolam-kolam yang ada selain kolam di atas adalah Kolam
Anaerob Sekunder (Secondary Anaerobic Pond), kolam aerobic pond dan
Kolam sedimentation pond. Dengan adanya kolam tersebut sebagai retensi
maka air limbah tidak mencemari lingkungan.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Pengolahan TBS menjadi CPO melalui beberapa stasiun pengolahan
meliputi :
A. Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception)
Proses penerimaan buah di PT. Inti Indo Sawit Subur (Asian Agri)
secara umum berasal dari TBS kebun inti, TBS plasma, TBS KKPA, TBS
luar, TBS pekarangan, TBS tumpang giling, dan TBS afiliasi/sepupu.
a. Jembatan Timbang (Weight Bridge)
Kapasitas jembatan timbang maksimal 50 ton
Gambar 1. Jembatan Timbang

b. Sortasi (Grading)
Tujuan dari sortasi adalah untuk memperoleh standar mutu tandan
buah segar (TBS) yang sesuai dengan (SOP). Kriteria buah pada sortasi
adalah:
- Buah matang (Ripe), yaitu TBS yang kurang dari 1 brondol per
kilogram janjang.
- Buah mentah (Unripe), yaitu TBS yang warnanya kemerahan dan
membrondol paling sedikit 1 brondolan per kilogram janjang dan paling
banyak 50 %.
- Buah terlalu matang (Over Ripe), yaitu TBS yang membrondol lebih
dari 50%.
- Buah abnormal, yaitu TBS yang gagal berkembang menjadi TBS masak
normal, antara lain: TBS batu dan TBS sakit.
- Janjangan kosong (Empty Bunch), yaitu TBS yang lebih dari 90%
membrondol.
- TBS tangkai panjang, yaitu TBS yang memiliki panjang gagang lebih
dari 2 cm diukur dari potongan yang terdekat dengan sisi permukaan
TBS.
- TBS dimakan tikus, yaitu TBS yang dimakan tikus (terdapat lebih dari
3 brondol dalam satu janjang bekas keratin baru gigitan tikus.
Gambar 2. Sortasi TBS

c. Penimbunan Buah (Loading Ramp)


PT. Inti Indosawit Subur memiliki 16 pintu (peron) loading ramp
berkapasitas 216 Ton yang digerakkan oleh sistem hidrolik. Loading ramp
merupakan suatu bangunan dengan lantai berkisi-kisi pelat besi bercelah ±10 mm
dengan kemiringan 27° yang bertujuan untuk memudahkan pasir, batu, sampah
dan kotoran lainnya untuk jatuh dan terbuang ke bawah Loading ramp.

Gambar 3. Loading Ramp

d. Lori
Lori berfungsi sebagai tempat penampungan buah yang akan direbus,
berkapasitas 4,5 Ton terbuat dari plat besi dengan dinding berlubang diameter ±10
mm agar penetrasi steam dan pembuangan air dalam buah lebih efektif. PT. Inti
Indosawit Subur memiliki 109 buah lori yang akan digunakan pada proses
pengolahan.

Gambar 4. Lori
e. Capstan
Capstan merupakan alat untuk menarik lori yang dilengkapi roll untuk
menggulung tali dengan kecepatan ±20 m/menit.
Gambar 5. Capstan

f. Bollard
Bollard berfungsi sebagai pengarah tarikan lori yang ditarik oleh capstand.
Konstruksinya berbentuk roller dilengkapi bearing.

Gambar 6. Bollard
g. Transfer Carriage
Transfer Carriage berfungsi untuk membawa lori dari loading ramp ke
sterilizer, berkapasitas 3 lori digerakkan dengan pompa hydrolik.

Gambar 7. Transfer Carriage

B. Stasiun Perebusan (Sterilizer)


PT. Inti Indosawit Subur memiliki 4 buah perebusan (sterilizer)
berkapasitas masing-masing 27 Ton dengan panjang 18 Meter dan diameter
2,7 Meter. Muatan pada masing-masing perebusan (sterilizer) adalah 6 lori
dengan kapasitas lori 4,5 ton. Lama perebusan yaitu 85 menit. Perebusan
(sterilizer) dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Sterilizer

C. Stasiun Penebahan (Threshing)


PT. Inti Indosawit Subur memiliki 2 buah tippler masing-masing
berkapasitas 1 buah lori. Dalam 1 jam output yang dihasilkan dalam proses
penebahan adalah 108 Ton yaitu setara dengan 24 buah lori. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar 9 dan 10.

Gambar 9. Tippler Gambar 10. Thresher Drum


D. Stasiun Pengempaan (Pressing)
Tujuan utama proses pengempaan adalah untuk mengeluarkan minyak
dari buah. Alat utama yang digunakan pada stasiun ini adalah :
a. Distributing conveyor, berfungsi mendistribusikan berondolan ke digester.

Distributing Conveyor

Gambar 11. Distributing conveyor


b. Digester
Digester merupakan alat berbentuk bejana vertikal yang dilengkapi
dengan pisau-pisau pengaduk yang berputar untuk melumatkan buah
sehingga terpisah dari biji. Di dalam digester buah akan di rajang dan
diaduk hingga lumat, diinjeksikan steam agar suhu berkisar 90-95ºC dan
tidak boleh >100ºC.

Gambar 12. Digester


c. Screw press
Screw press berfungsi untuk memisahkan minyak kasar (crude oil)
dari fibre (serat) dan nut (biji) yang terdiri dari silinder yang berlubang-
lubang didalamnya, terdapat dua buah ulir (screw) yang bergerak
berlawanan arah. Tekanan pengempaan diatur oleh dua buah cone yang
berada di ujung pengempaan yang dapat digerakkan maju mundur. Untuk
membantu ekstraksi, ditambahkan air panas dengan suhu 90-95ºC.

Gambar 13. Presser Gambar 14. Screw press

E. Stasiun Pemurnian (Clarification)


Bagan 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Stasiun Pemurnian

Peralatan-peralatan utama pada stasiun pemurnian / klarifikasi adalah :


a. Continuous Settling Tank (CST)
Countinuous settling tank (CST) berfungsi sebagai tempat untuk
mengendapkan kotoran yang masih terdapat dalam minyak. Proses
pengendapan diikuti sentrifusi dan pengadukan. Temperatur tanki di
pertahankan pada 90-95ºC.
Pada bagian atas tanki, terdapat minyak yang jika overflow melalui
skimmer akan mengalir ke oil tank, sedangkan bagian bawahnya yang
merupakan sludge dialirkan
menuju sludge tank. Posisi
skimmer diatur dengan jarak
ketinggian antara permukaan
minyak dan pipa underflow 140-
stirer

skimmer sludge
180 cm. Untuk lebih jelasnya
crude oil

dapat dilihatOil pada gambarOil15.

Sludge

drain

Gambar 15. Continuous Settling Tank (CST)


b. Clean Oil Tank
Clean oil tank adalah tempat penampungan minyak yang berasal
dari continuous settling tank. Pada tanki ini dilakukan pemanasan dengan
dialirkan steam untuk mempertahankan suhu 85-90ºC. Clean oil tank
dapat dilihat pada gambar 16.

Gambar 16. Clean Oil Tank

c. Vacuum dryer
Vacuum dryer berfungsi sebagai alat untuk mengurangi kadar air
dalam CPO. Alat ini terdiri dari tabung yang berdiri tegak yang
dihubungkan dengan pipa steam injektor bertekanan -(0,8 – 1,0 bar).
Temperatur minyak di vacuum dryer adalah 80-85ºC. vacuum dryer
dapat dilihat pada gambar 17.
Gambar 17. Vacuum dryer

d. Storage Tank
Storage tank adalah tempat penimbunan CPO sementara sebelum
dikirim ke konsumen. Temperatur storage tank dijaga sekitar 45-55ºC
dengan pemanasan. PT. Inti Indosawit Subur memiliki 3 buah storage
tank, dengan kapasitas masing-masing 2000 Ton dan 500 Ton. Storage
tank dapat dilihat pada gambar 18.

Gambar 18. Storage tank

e. Vibrating Oil Screen


Vibrating oil screen atau lazim disebut sebagai ayakan getar
berfungsi untuk memisahkan crude oil dengan kotoran atau sampah kasar
seperti fibre halus, cangkang halus dan material lain. Vibrating oil screen
dilengkapi dengan saringan yang disebut mesh dengan ukuran bervariasi
umumnya 30-40 mesh. Vibrating screen dapat dilihat pada gambar 20.
Gambar 20. Vibrating oil screen

f. Hot Water Tank


Hot water tank berfungsi sebagai tanki air panas bersuhu 95 ºC,
rata-rata kapasitas tanki 6 m3. Digunakan di proses pemurnian dan press
sebagai air dilusi. Air panas dialirkan secara gravitasi, dan dilengkapi
dengan pipa overflow untuk mengontrol level air dalam tanki. Hot water
tank dapat dilihat pada gambar 21.

Gambar 21. Hot Water Tank


g. Sludge Buffer Tank
Sludge buffer tank berfungsi sebagai tanki penampung sludge
sementara untuk umpan ke decanter. Kapasitas tanki ± 3 m3 dan
ketebalan plat tanki 6 mm serta dilengkapi dengan overflow yang
menuju ke sludge tank. Sludge buffer tank dapat dilihat pada gambar 21.

Gambar 21. Sludge Buffer Tank

h. Sand Cyclone Desander


Sand cyclone desander merupakan mesin yang mengurangi
presentase kandungan pasir pada sludge. Sand cyclone bekerja dengan
sistem sentrifugal dimana fraksi berat turun ke bawah dan fraksi ringan
kelur dari bagian atas. Sand cyclone desander dapat dilihat pada gambar
22.

Gambar 22. Sand Cyclone Desander


i. Decanter
Decanter berfungsi sebagai alat pengolah sludge untuk
memisahkan light phase, heavy phase dan solid. Alat ini bekerja dengan
putaran tinggi sekitar 3000 rpm dan dengan kapasitas olah decanter
adalah 8 – 25 Ton sludge per jam. Decanter dapat dilihat pada gambar
23.

Gambar 23. Decanter

F. Stasiun Penimbunan dan Pengiriman CPO (Despatch Oil)


Pada stasiun pengiriman CPO, mobil berada dibawah pipa yang
berfungsi sebagai penyalur minyak CPO ke dalam mobil tank pengirim.
Pada bagian atas pipa terdapat kran pengatur minyak yang keluar dan
dioperasikan oleh seorang petugas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar berikut.

Gambar 24. Stasiun Pengiriman CPO (Crude Palm Oil)


4.2. Pembahasan
Hasil panen berupa TBS harus segera diolah secepatnya agar minyak
kelapa sawit yang dihasilkan tetap bermutu tinggi. Pengolahan TBS di pabrik
bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut
berlangsung cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari
pengangkutan TBS atau brondolan dari TPH ke pabrik sampai dihasilkasan
minyak sawit dan hasil sampingannya. Buah yang tidak langsung diolah dapat
menghasilkan minyak dengan kadar asam lemak bebas (FFA) yang tinggi. Kadar
FFA yang tinggi mengindikasikan kualitas minyak tidak baik, karena itu buah
kelapa sawit harus segera diolah paling lambat 8 - 12 jam setelah panen. Pabrik
kelapa sawit (PKS) memiliki kapasitas produksi 60 Ton TBS/jam. setiap hari
kerja, pabrik beroperasi rata-rata lebih kurang 17 jam, dengan jumlah hari
pengolahan 25 hari per bulan. Dengan demikian TBS olah per hari adalah 1000-
1200 Ton. Dengan kondisi demikian maka jumlah TBS olah lebih kurang 25.000
Ton per bulan atau 300.000 Ton per tahun.
Kualitas minyak yang dihasilkan sangat tergantung pada perlakuan TBS
yang dilakukan dilapangan, serta lamanya transportasi juga menentukan kualitas
buah yang dihasilkan. Selain itu buah yang dituang ke lantai dikarenakan pintu
(peron) pada loading ramp penuh juga memperngaruhi kualitas minyak, buah
yang berada di lantai kemudian diangkut menggunakan back-hoe loader dan dapat
menyebabkan rusaknya lapisan buah. Target yang harus dicapai pada proses
pengolahan adalah mengolah bahan baku TBS dengan kriteria matang panen yang
baik, sehingga memperolah hasil produksi CPO yang memenuhi persyaratan mutu
sesuai keinginan pasar dengan harga jual yang tinggi dan biaya pengolahan
seminimal mungkin serta mengendalikan limbah sebagai produk yang bernilai
ekonomis.
Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumberdaya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisiensi
untuk mencapai tujuan tertentu. Sistem manajemen yang diterapkan pada PT. Inti
Indosawit Subur (Asian Agri Group) Pabrik Muara Bulian yaitu POAC (Planning,
Organizing, Actuating, dan Controlling). Didalam perusahaan, manajemen sangat
diperlukan karena manajemen merupakan alat ukur dalam satu perusahaan dalam
mencapai tujuan yang diinginkan perusahaan. Proses pengolahan tandan buah
segar (TBS) menjadi Crude Palm Oil (CPO) di PT. Inti Indosawit Subur Pabrik
Muara Bulian diawali dengan proses perencanaan, pengorganisasian, pergerakan
dan kontrol pada setiap masing-masing stasiunnya.
Pengolahan TBS menjadi CPO melalui beberapa stasiun pengolahan
meliputi :
1. Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception)
Stasiun penerimaan buah memiliki fungsi yaitu: sebagai tempat
penerimaan dan sortasi TBS, sebagai tempat penampungan sementara TBS, dan
sebagai tempat persiapan untuk pengolahan. Stasiun penerimaan merupakan
tahapan awal dari seluruh tahapan proses pengolahan di pabrik minyak kelapa
sawit, melalui stasiun ini dapat kita ketahui mutu TBS yang akan diolah dan
kualitas hasil akhir CPO (Crude Palm Oil). Hal-hal yang harus dipehatikan pada
stasiun penerimaan adalah :
1. Seluruh truk pengangkut TBS harus menyerahkan surat pengantar (SPB) ke
petugas pos keamanan sebelum diizinkan masuk ke pabrik.
2. Seluruh truk pengangkut TBS harus melalui jembatan timbang (masuk dan
keluar) untuk mengetahui berat TBS yang dibawa.
3. Seluruh truk pengangkut TBS harus melakukan proses antrian secara tertib.
4. Sortasi TBS luar dan plasma wajib dilakukan sebelum TBS dimasukkan ke
hopper. Sedangkan sortasi TBS inti dilakukan minimal satu truk per afdeling
per hari.

A. Jembatan Timbang (Weight Bridge)


Pengangkutan TBS dari kebun ke pabrik biasanya menggunakan alat
transportasi darat yaitu truk. Setiap truk yang sampai di pabrik harus ditimbang di
jembatan timbang (weight bridge) pada saat berisi (bruto) dan sesudah dibongkar
(tarra). Selisih timbangan truk saat berisi dan kosong merupakan berat TBS yang
akan diolah. Fungsi jembatan timbang yaitu untuk mengetahui jumlah janjang dan
Tonase TBS yang masuk, mengetahui Tonase produksi CPO dan kernel yang
keluar PMKS, serta menimbang Tonase yang masuk dan keluar yang
berhubungan dengan pabrik dan kebun. Penerapan fungsi manajemen pada
jembatan timbang adalah sebagai berikut:
a) Perencanaan (Planning)
Perencanaan pada stasiun penerimaan buah diawali dengan taksasi
penerimaan buah yang dibuat oleh Asisten Proses dan Krani Pabrik setiap
harinya. Pembuatan taksasi dilakukan sehari sebelum proses pengolahan
dilakukan. PT. Inti Indosawit Subur/ PMKS Muara Bulian mengolah TBS dari
beberapa kebun yaitu; TBS inti, TBS plasma, TBS KKPA, TBS luar, TBS
afiliasi/sepupu, TBS tumpang giling, dan TBS pekarangan.
Proses penerimaan buah disesuaikan dengan kemampuan PT. Inti
Indosawit Subur dalam mengolah TBS yaitu ±1000 Ton/hari. Unsur
manajemen pada proses ini mempertimbangkan beberapa hal yaitu antara lain:
kemampuan PMKS Muara Bulian dalam melakukan proses produksi
pengolahan TBS kelapa sawit 60 Ton/jam, sehingga dalam seharinya PT. Inti
Indosawit Subur mampu melakukan pengolahan TBS sebanyak ±1.000
Ton/harinya. Pada bulan Februari Tahun 2015, taksasi TBS Proses sebesar
18.175 Ton dengan realisasi sebesar 11.371 Ton (lampiran 2). Hal tersebut
menjelaskan bahwa terdapat selisih (gap) antara taksasi dan realisasi pada TBS
Proses yang berasal dari berbagai kebun. Terdapat dua faktor yang
menyebabkan tidak tercapainya target produksi, yaitu faktor eksternal dan
faktor internal. Faktor eksternal yaitu; kurangnya pasokan bahan baku yang
disebabkan oleh persaingan harga pasar dengan pabrik lain yag mengakibatkan
masyarakat tertarik untuk menjual TBS luar/pekarangan ke pabrik yang mau
membeli dengan harga yang lebih tinggi. Sedangkan faktor internal yaitu;
kondisi cuaca di musim penghujan menyebabkan rusaknya akses jalan menuju
pabrik sehingga sulit untuk dilalui oleh mobil pengangkut TBS. Dengan
demikian perencanaan yang dibuat yaitu:
1. Memastikan target penerimaan buah yang diterima sesuai atau lebih besar
dengan tonase yang ditentukan oleh PT. Inti Indosawit Subur.
2. Memastikan jembatan timbang dalam keadaan terawat dan beroperasi
dengan baik.
3. Memastikan jumlah tenaga kerja WB (Jembatan Timbang), yaitu 2 orang
masing-masing 1orang per shift dalam 1 hari.

b) Pengorganisasian (Organizing)
Tujuan pengorganisasian adalah membagi tugas kepada setiap petugas
yang memiliki tanggung jawab agar pembagian tugas dapat dilaksanakan
dengan baik dan benar sesuai dengan instruksi kerja yang diberikan. Dengan
pembagian tugas ini, diharapkan setiap anggota organisasi dapat meningkatkan
kemampuan dalam menangani tugas-tugas yang dibebankan.
Krani Produksi merupakan pimpinan dalam proses penerimaan buah dan
mempunyai tanggung jawab yang penuh terhadap kegiatan proses penerimaan
buah yang sedang berlangsung. Tugas utama dari Krani Produksi adalah
membantu Manager Pabrik dan Asisten Operasional dalam mengelola proses
penerimaan buah, mengoptimalkan berapa banyak buah yang diterima setiap
harinya dan membina kesatuan kerja kepada Manager Pabrik dan Asisten
Operasional serta Operator dalam proses penerimaan buah. Adapun realisasi
jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses peneriman buah dapat dilihat
pada Lampiran 3.

c) Pergerakan (Actuating)
Pergerakan (actuating) adalah suatu usaha yang dilakukan perusahaan
agar perencanaan yang telah dibuat dapat terlaksana dengan baik dan tujuan
yang diharapkan dapat tercapai. Pergerakan kegiatan di stasiun penerimaan
buah merupakan tanggung jawab yang diberikan kepada Asisten Proses dan
Asisten Operasional dan dibantu oleh Mandor Proses serta Operator yang
bertanggung jawab atas tugas-tugasnya. Sehingga sebelum melaksanakan
kegiatan, Asisten Operasional dan Mandor Sortasi memberikan pengarahan
kepada Operator. Pengarahan diberikan setiap hari pada saat breafing pagi
pukul 06.30-07.00 WIB yang bertujuan untuk mengarahkan karyawan untuk
melaksanakan kerja pada hari itu, melakukan evaluasi tentang hasil kerja hari
sebelumnya, dan mengingatkan kembali tentang keselamatan kerja kepada
Operator agar lebih berhati-hati dalam bekerja. Pekerja pada bagian
menerimaan buah (Operator WBS) dibagi menjadi dua shift kerja dengan jam
kerja satu hari tujuh jam.

d) Pengawasan (Controlling)
Bentuk pengawasan ketika proses penerimaan buah berlangsung yaitu:
Manager Pabrik datang secara tiba-tiba berdasarkan laporan dari Asisten
Operasional. Manager Pabrik hanya memastikan proses penerimaan buah
berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan SOP (Standard Operating
Procedure) PT. Inti Indosawit Subur. Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh
Asisten Operasional kepada mandor adalah langsung menghampiri mandor
ketika memberikan arahan dan bimbingan kepada Operator dan Pembantu
Operator. Apabila ada kekeliruan yang dilakukan oleh mandor dalam
mengarahkan kinerja masing-masing Operator dan Pembantu Operator, maka
Asisten Operasional langsung memberikan teguran kepada mandor sehingga
dapat memberikan arahan dengan lebih baik lagi.

B. Sortasi (Grading)
TBS yang telah ditimbang kemudian dibawa ke lantai sortasi untuk
kemudian di sortasi. Tujuan dari sortasi adalah untuk memperoleh standar
mutu tandan buah segar (TBS) yang sesuai dengan (SOP). Selain itu untuk
meminimalisir sampah (TBS diluar standar, sampah, batu, pasir) yang masuk
ke pabrik. Penerapan fungsi manajemen pada proses sortasi adalah sebagai
berikut:

a. Perencanaan (Planning)
Sebelum melakukan proses sortasi TBS, Asisten Operasional (sortasi
TBS) dan Mandor Sortasi membuat perencanaan dalam proses penyortiran
TBS. Pembuatan perencanaan ini mempertimbangkan beberapa hal yaitu:
kriteria matang panen (KMP) yang ditetapkan oleh PT. Inti Indosawit Subur
yaitu kriteria matang panen I (minimal 10% buah luar memberondol) untuk
buah dari kebun plasma dan buah kebun luar, sedangkan untuk buah dari kebun
inti ditetapkan kriteria matang panen II (25-50% buah luar memberondol)
dalam penyortiran TBS inti, berat janjang rata-rata (komidel) minimal TBS
yang lewat proses penyortiran yaitu 7 kg, dan jumlah tenaga kerja Operator
proses penyortiran yang telah ditentukan oleh SOP PT. Inti Indosawit Subur
yaitu 4 orang per semua shift dalam 1 hari. Dengan demikian perencanaan
yang dibuat yaitu:
1. Memastikan penentuan kriteria buah matang dan buah mentah sesuai
dengan kriteria matang panen yang telah ditentukan PT. Inti Indosawit
Subur yaitu KMP I (buah plasma dan buah luar) dan KMP II (buah
inti).
2. Memastikan berat janjang rata-rata (komidel) minimal TBS
perkilonya yang telah ditentukan oleh PT. Inti Indosawit Subur yaitu 7
kg.

b. Pengorganisasian (Organizing)
Asisten Operasional penyortiran TBS merupakan pimpinan dalam proses
penyortiran TBS kelapa sawit dan mempunyai tanggung jawab terhadap
kegiatan proses penyortiran. Mandor sortasi bertugas membantu Manager
Pabrik dan Asisten Operasional dalam proses penyortiran TBS kelapa sawit,
serta membina kesatuan kerja kepada Petugas penyortiran TBS sehingga
mencapai target yang baik dalam proses penyortiran TBS kelapa sawit. Petugas
penyortiran TBS bertanggung jawab kepada mandor sortasi dan Asisten
Operasional penyortiran TBS. Tugas utama dari Operator yaitu melakukan
proses penyortiran TBS kelapa sawit yang memperhatikan mutu buah (buah
matang, buah mentah, abnormal, terlalu matang dan janjangan kosong), serta
memperhatikan kriteria matang panen (KMP) yang telah ditentukan oleh PT.
Inti Indosawit Subur Pabrik Muara Bulian.

c. Pergerakan (Actuating)
Pada saat proses penyortiran sedang berlangsung, Asisten mengecek
kualitas buah yang sedang di sortasi oleh Petugas kemudian memberi nilai dan
potongan pada hasil akhirnya. Buah yang berkualitas baik akan mendapatkan
nilai panen yang tinggi dan potongan yang kecil untuk TBS plasma dan luar,
begitu pula sebaliknya. Khusus pada buah yang berasal dari kebun inti, tidak
ada persentase potongan dan hanya nilai panen saja. Apabila terdapat
kesalahan dalam melakukan tugas dan kinerja Petugas, maka Asisten akan
memberikan teguran kepada Operator dan Pembantu Operator.
Kesalahan yang dapat dilakukan oleh Petugas penyortiran TBS dalam
proses penyortiran TBS kelapa sawit di pabrik yaitu tidak memperhatikan
dengan betul buah yang mentah, abnormal, dan terlalu matang. Teguran dan
nasihat ini berfungsi untuk memperbaiki kinerja dari Operator dan Pembantu
Operator sortasi sehingga lebih teliti dan fokus dalam menjalankan
pekerjaannya.

d. Pengawasan (Controlling)
Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh Manager Pabrik yaitu
pengawasan secara mendadak berdasarkan laporan dari Asisten Operasional
guna memastikan proses penyortiran TBS berjalan dengan baik sesuai dengan
SOP PT. Inti Indosawit Subur Pabrik Muara Bulian. Pengawasan yang
dilakukan oleh Asisten Operasional kepada Operator dan Pembantu Operator
yaitu memastikan tugas dan kewajiban dijalankan dengan baik sesuai dengan
tugas yang telah dibebankan kepadanya, apabila ada kesalahan dan kekeliruan
maka Asisten Operasional penyortiran TBS akan memberikan teguran dan
nasihat yang bersifat membangun demi kesempurnaan dalam kinerjanya.

C. Penimbunan Sementara (Loading Ramp)


Setelah ditimbang, dilakukan sortasi buah untuk mengetahui kualitas
buah yang akan masuk ke pabrik tersebut. Setelah itu buah akan masuk ke
loading ramp. Fungsi loading ramp adalah tempat penampungan tandan buah
segar (TBS) sementara sebelum diisikan ke dalam lori. Terdapat pintu untuk
pengaturan TBS yang akan diisikan ke dalam lori dan buka tutup pintu
dilakukan menggunakan sistem hidrolik. Kemudian Setelah masuk ke
loading ramp, TBS akan masuk melalui pintu hidrolik ke dalam lori yang
selanjutnya menuju ke perebusan (sterilizer). Penerapan manajemen pada
proses penimbunan sementara adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan (Planning)
Pada proses ini buah yang telah lolos dari penyortiran akan dilakukan
proses selanjutnya. Sebelum melakukan proses penimbunan sementara Asisten
Proses dan Mandor Proses membuat perencanaan dalam proses ini. Pembuatan
perencanaan memperhatikan beberapa hal yaitu: ketersediaan TBS kelapa sawit
pada penimbunan sementara, uji pengecekan operasional mesin-mesin proses
penimbunan sementara, jumlah ketersediaan lori-lori yang dibutuhkan dalam
proses penimbunan yaitu 24 unit lori, dan jumlah tenaga kerja Operator proses
penimbunan sementara setiap harinya yaitu 4 orang per shift yang terdiri dari 1
orang Operator dan 3 orang Pembantu Operator. Dengan demikian
perencanaan yang dibuat oleh Asisten Proses dan Mandor Proses adalah:
1. Memastikan ketersediaan TBS kelapa sawit benar-benar ada pada proses
penimbunan sementara.
2. Memastikan uji kelayakan mesin operasional proses penimbunan
sementara dalam keadaan terawat dengan baik.
3. Memastikan jumlah lori sebanyak 24 unit dalam proses penimbunan
sementara.
4. Memastikan jumlah Operator proses penimbunan sementara 1 orang dan 3
orang Pembantu Operator dalam sehari.

b. Pengorganisasian (Organizing)
Mandor adalah pimpinan dalam proses penimbunan sementara dan
mempunyai tangggung jawab yang penuh dalam proses penimbunan
sementara. Tugas utama dari mandor adalah membantu Manager Pabrik dan
Asisten Proses dalam mengelola proses penimbunan sementara dalam
pencapaian target produksi yang telah ditentukan oleh PT. Inti Indosawit
Subur.
Operator merupakan orang yang bertanggung jawab kepada mandor.
Tugas yang dilakukan oleh Operator sebelum proses penimbunan sementara
dilakukan yaitu: Operator proses penimbunan sementara telah menghitung dan
memastikan jumlah lori buah sebanyak 24 unit, melakukan pengecekkan dan
pengujian terhadap mesin-mesin operasional pada penimbunan sementara
(loading ramp) berjalan dengan baik.

c. Pergerakkan (Actuating)
Pada saat proses belum berlangsung, Mandor Proses memberikan
instruksi kerja kepada Operator dan Pembantu Operator guna menjelaskan dan
mengingatkan kembali instruksi kerja yang harus dilakukan. Asisten Proses
mengamati dan mengawasi ketika Mandor Proses memberikan instruksi kerja
agar tidak terjadi kesalahan instruksi. Operator melakukan uji berkala pada
setiap mesin yang akan digunakan, pengujian berkala yang dilakukan oleh
Operator adalah memeriksa pelumas yang digunakan pada sistem hidrolik
penimbunan sementara (loading ramp). Dengan adanya kesiapan dan
pengujian berkala yang dilakukan, maka ketersediaan mesin-mesin operasional
penimbunan sementara (loading ramp) dapat berjalan dengan baik sesuai
dengan yang diharapkan.

d. Pengawasan (Controlling)
Asisten Proses bertanggung jawab kepada Manager Pabrik dan
membawahi Mandor Proses. Pada saat proses produksi sedang berlangsung,
Asisten Proses memberikan pengawasan langsung terhadap Operator dan
Pembantu Operator yang sedang bekerja. Jika terdapat hal-hal yang tidak
sesuai dengan SOP PT. Inti Indosawit Subur Pabrik Muara Bulian, maka
Asisten Proses memanggil Mandor Proses untuk memberikan pengarahan yang
benar kepada Operator dan Pembantu Operator.
Pada proses ini, Mandor Proses memantau (monitoring) kinerja dari
Operator dan Pembantu Operator dengan memberikan arahan dan bimbingan
secara langsung. Asisten Proses memberikan pengawasan terhadap kinerja
Operator dan Pembantu Operator, apabila terdapat kesalahan maupun kinerja
yang tidak sesuai dengan SOP PT. Inti Indosawit Subur Pabrik Muara Bulian
maka karyawan tersebut akan mendapatkan teguran.

2. Stasiun Perebusan (Sterilizer)


Fungsi dari stasiun perebusan adalah untuk menghentikan perkembangan
asam lemak bebas (FFA) dengan menonaktifkan enzim lipase, memudahkan
pelepasan berondolan pada threshing, melunakkan buah terutama mesocarp,
mengkondisikan mesocarp untuk lebih efektif dalam pemecahan sel-sel
minyak, dan memudahkan proses pemisahan kernel dengan cangkang pada
ripple mill.
Terdapat tiga sistem perebusan yaitu single peak, double peak, dan triple
peak. Single peak yaitu sistem perebusan dengan satu puncak dengan
kebutuhan steam ±107 kg/Ton TBS. Double peak yaitu sistem perebusan
dengan dua puncak dengan kebutuhan steam ±207 kg/Ton TBS. Dan triple
peak yaitu sistem perebusan dengan tiga puncak dengan kebutuhan steam ±
276 kg/Ton TBS. Tekanan steam peak pertama yaitu 1,5 kg/cm2, peak kedua
yaitu 2,5 kg/cm2, dan peak ketiga yaitu 3,0 kg/cm2.
Penerapan fungsi manajemen pada proses perebusan adalah sebagai
berikut:
a) Perencanaan (Planning)
Sebelum melakukan proses perebusan Asisten Proses dan mandor
melakukan perencanaan. Pembuatan perencanaan ini memperhatikan
beberapa hal yaitu: ketersediaan lori TBS kelapa sawit, berapa jumlah lori
TBS yang dapat ditampung oleh sterilizer, berapa tekanan steam yang
digunakan dalam perebusan dan berapa lama waktu yang digunakan untuk
proses perebusan. Dengan demikian perencanaan pada proses perebusan
yaitu:
1. Memastikan ketersediaan lori TBS kelapa sawit cukup sehingga
proses perebusan dapat dilakukan secara terus menerus (continuous).
2. Memastikan jumlah lori TBS yang ditampung yaitu 6 lori pada
masing-masing sterilizer, dan jumlah sterilizer ada 4 unit.
3. Memastikan tekanan steam/uap yang digunakan dalam proses
perebusan yaitu antara (2,8-3,0) kg/cm2.
4. Memastikan waktu yang digunakan dalam proses perebusan yaitu 85
menit.

b) Pengorganisasian (Organizing)
Mandor Proses merupakan pimpinan dalam proses perebusan TBS
kelapa sawit, dan mempunyai tangggung jawab yang penuh terhadap
semua proses perebusan TBS kelapa sawit. Mandor Proses memberikan
arahan kepada Operator dan Pembantu Operator mengenai tugas-tugas
yang harus dilaksanakan. Asisten Proses memiliki wewenang dengan
memberikan intruksi kepada mandor mengenai tugas-tugas yang harus
dilakukan. Operator adalah orang yang bertanggung jawab kepada mandor
dan Asisten Proses.

c) Pergerakan (Actuating)
Pergerakan kegiatan di stasiun perebusan merupakan tanggung
jawab yang diberikan kepada Asisten Proses dan dibantu oleh Mandor
Proses serta Operator yang bertanggung jawab atas tugas-tugasnya.
Sehingga sebelum melaksanakan kegiatan, Asisten Proses dan Mandor
Proses memberikan pengarahan kepada Operator. Pengarahan diberikan
setiap hari pada saat breafing pagi pukul 06.30-07.00 WIB yang bertujuan
untuk mengarahkan karyawan untuk melaksanakan kerja pada hari itu,
melakukan evaluasi tentang hasil kerja hari sebelumnya, dan
mengingatkan kembali tentang keselamatan kerja kepada Operator agar
lebih berhati-hati dalam bekerja. Operator dan Pembantu Operator pada
bagian perebusan dibagi menjadi dua shift kerja dengan jam kerja satu hari
tujuh jam.
Operator mengoperasikan mesin-mesin di stasiun rebusan sesuai
dengan instruksi kerja, memastikan/memeriksa tekanan steam yang
digunakan yaitu antara (2,8 - 3,0 kg/cm 2) sesuai dengan SOP PT. Inti
Indosawit Subur dalam proses perebusan, Operator proses juga
memperkirakan waktu yang dibutuhkan dalam proses perebusan yaitu 85
menit sesuai dengan kualitas buah yang ada di lori, selain itu Operator
juga menyediakan/menyiapkan 6 buah lori untuk masing-masing mesin
operasional sterilizer yang tersedia.

d) Pengawasan (Controlling)
Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh Asisten Proses terhadap
kinerja dari Mandor Proses adalah ikut serta hadir pada saat mandor
memberikan pengarahan kepada Operator perebusan, hal ini dimaksudkan
agar tidak terjadi kekeliruan dalam memberikan arahan dan bimbingan
kepada Operator dan Pembantu Operator.
Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh Mandor Proses kepada
Operator perebusan yaitu: melakukan pengawasan langsung terhadap
kinerja Operator, sehingga apabila terjadi kesalahan dan pelanggaran yang
dilakukan oleh Operator proses perebusan maka Mandor Proses akan
memberikan teguran dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan
dalam melakukan pekerjaan kedepannya.

3. Stasiun Penebahan (Threshing)


Stasiun penebahan bertujuan untuk memisahkan/merontokkan
berondolan dari janjang semaksimal mungkin. Hasil rebusan dari sterilizer
dipindahkan dalam tippler melalui transfer carriage dan dituang kedalam bunch
conveyor melalui hopper yang berfungsi sebagai penampung buah rebusan.
Tandan akan masuk ke thresher drum dengan putaran/rotasi 22 rpm dan
tandan buah akan terbanting sehingga lepas dari janjangan. Melalui kisi-kisi
akan masuk dan ditampung oleh fruit elevator dan di distribusikan ke setiap
unit digester oleh distributing conveyor. Selanjutnya tandan kosong terdorong
keluar dan masuk melalui empty bunch conveyor dibawa ke empty bunch
hopper untuk diangkat ke proses selanjutnya.
Penerapan fungsi manajemen pada proses penebahan adalah sebagai
berikut:
a) Perencanaan (Planning)
Pada stasiun penebahan (threshing) terdapat unsur manajemen dalam
pelaksanaannya. Sebelum dilakukan proses penebahan (threshing), Asisten
Proses dan Mandor Proses membuat perencanaan dengan memperhatikan
beberapa hal, yaitu: mesin-mesin operasional berjalan dengan baik dan
lancar, serta jumlah tenaga kerja Operator yang dibutuhkan dalam proses
penebahan. Dengan demikian perencanaan yang dibuat pada proses
penebahan adalah :
1. Memastikan mesin-mesin operasional proses penebahan berjalan
dengan baik dan lancar.
2. Memastikan jumlah tenaga kerja Operator yaitu 4 orang/shift setiap
harinya.
3. Mengecek secara berkala mesin-mesin operasional proses penebahan
yang dilakukan oleh Operator dan Pembantu Operator proses
penebahan.

b) Pengorganisasian (Organizing)
Asisten Proses bertugas memberikan instruksi kepada Mandor
Proses, memberikan sanksi kepada karyawan yang tidak disiplin dengan
berkoordinasi dengan Manager Pabrik, serta mengambil tindakan untuk
pencegahan dan menangani permasalahan di stasiun penebahan
(threshing).
Mandor bertugas melakukan pengawasan secara langsung terhadap
Operator stasiun penebahan (threshing), membantu Asisten memonitor
efektivitas pemisahan berondolan yang tidak terpipil sempurna, serta
melaporkan kepada Asisten setiap permasalahan yang berkaitan dengan
stasiun penebahan (threshing).
Operator bertugas mengoperasikan mesin-mesin di stasiun
penebahan (threshing) sesuai dengan instruksi kerja yang diberikan, dan
berada di tempat selama proses dan melakukan monitor terhadap mesin
dan peralatan di stasiun penebahan (threshing) selama beroperasi.

c) Pergerakkan (Actuating)
Pergerakkan kegiatan di stasiun penebahan (threshing) merupakan
tanggung jawab yang diberikan kepada Asisten Proses dan dibantu oleh
Mandor Proses serta Operator yang bertanggung jawab atas tugas-
tugasnya. Sehingga sebelum melaksanakan kegiatan, Asisten Proses dan
Mandor Proses memberikan pengarahan kepada Operator. Pengarahan
diberikan setiap hari pada saat briefing pagi pukul 06.30-07.00 WIB yang
bertujuan untuk mengarahkan karyawan untuk melaksanakan kerja pada
hari itu, melakukan evaluasi tentang hasil kerja hari sebelumnya, dan
mengingatkan kembali tentang keselamatan kerja kepada Operator agar
lebih berhati-hati dalam bekerja. Operator dan Pembantu Operator pada
bagian penebahan (threshing) dibagi menjadi dua shift kerja dengan jam
kerja satu hari tujuh jam.
d) Pengawasan (Controlling)
Bentuk pengawasan yang dilakukan Asisten Proses terhadap Mandor
Proses dan Operator adalah dengan memberikan teguran dan sanksi,
apabila terdapat permasalahan yang disebabkan oleh lalainya karyawan
dengan berkoordinasi bersama Manager Pabrik sebelumnya. Bentuk
pengawasan mandor kepada Operator dan Pembantu Operator adalah
dengan menitikberatkan terhadap ketelitian, keseriusan, dan kefokusan
dalam menjalankan tugas yang telah dibebankannya. Apabila terjadi
kesalahan dan kelalaian, maka mandor akan memberikan teguran dan
nasihat yang dibutuhkan oleh Operator dan Pembantu Operator proses
penebahan (threshing) dalam melakukan perkerjaan sehari-harinya.

4. Stasiun Pengempaan (Pressing)


Berondolan yang terpisah dari tandan selanjutnya akan diproses
pada stasiun pengempaan. Tujuan utama proses pengempaan adalah untuk
mengeluarkan minyak dari buah. Pada proses pengempaan, buah yang
diangkut dari distributing conveyor akan masuk ke dalam digester, di
dalam digester buah akan di rajang dan diaduk hingga lumat, diinjeksikan
steam agar suhu berkisar 90-95ºC dan tidak boleh >100ºC untuk
menghindari terjadinya emulsi yang dapat menyulitkan pemisahan pada
klarifikasi.
Minyak kasar (crude oil) hasil pengempaan akan jatuh melalui
lubang-lubang cage press dan ditampung ke dalam oil gutter. Dan secara
gravitasi minyak dialirkan ke dalam sand trap tank (STT), sedangkan
ampas dan biji(cake press) akan jatuh di cake breaker conveyor (CBC).
Penerapan fungsi manajemen pada proses pengempaan adah
sebagai berikut:
a) Perencanaan (Planning)
Sebelum dilakukannnya proses pengempaan (pressing), Asisten
Proses dan mandor membuat perencanaan dengan memperhatikan
beberapa hal yaitu : keadaan mesin-mesin operasional berjalan dengan
baik, jumlah tenaga Operator yang dibutuhkan dalam proses pengempaan
(pressing), serta kelayakan mesin-mesin operasional yang ada pada proses
pengempaan. Dengan demikian perencanaan pada proses pengempaan
adalah :
1. Memastikan mesin-mesin operasional proses pengempaan (pressing)
berjalan dengan baik.
2. Memastikan jumlah tenaga kerja Operator proses pengempaan tersedia
2 orang/shift setiap harinya.
3. Memastikan uji kelayakan dan uji berkala pada mesin-mesin
operasional proses pengempaan (pressing).

b) Pengorganisasian (Organizing)
Rencana kerja ini kemudian dijalankan oleh Asisten Proses, mandor,
Operator dan Pembantu Operator. Asisten Proses bertugas memberikan
instruksi kepada Mandor Proses, memberikan sanksi kepada karyawan
yang tidak disiplin dengan berkoordinasi dengan Manager Pabrik, serta
mengambil tindakan untuk pencegahan dan menangani permasalahan di
stasiun pengempaan (pressing).
Mandor bertugas membantu Asisten Proses dalam proses
pengempaan (pressing), serta membina kesatuan kerja kepada Operator
sehingga mencapai target yang baik dalam proses pengempaan.
Operator bertugas mengoperasikan mesin-mesin di stasiun
pengempaan (pressing) sesuai dengan instruksi kerja yang diberikan, dan
berada di tempat selama proses dan melakukan monitor terhadap mesin
dan peralatan di stasiun pengempaan (pressing) selama beroperasi.

c) Pergerakan (Actuating)
Pada proses pengempaan sedang berlangsung mandor langsung
memonitoring dari kinerja yang dilakukan oleh Operator proses
pengempaan. Hasil monitoring kemudian dilaporkan kepada Asisten
Proses dan didiskusikan bersama jika terdapat permasalahan dilapangan
agar dapat ditemukan solusinya.

d) Pengawasan (Controlling)
Bentuk pengawasan yang dilakukan pada proses pengempaan yaitu:
pengawasan yang dilakukan oleh Manager Pabrik secara tiba-tiba dan dari
hasil laporan Asisten Proses. Pengawasan yang dilakukan oleh Manager
Pabrik kepada semua karyawan yang ada pada proses pengempaan hanya
memastikan proses pengempaan berjalan dengan baik sesuai dengan SOP
PT. Inti Indosawit Subur Pabrik Muara Bulian.
Pengawasan yang dilakukan Asisten Proses kepada Mandor Proses
yaitu memastikan tugas dan kewajiban dari Mandor Proses dijalankan
dengan baik sesuai dengan tugas yang telah dibebankan kepadanya,
apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan maka Asisten Proses akan
memberikan teguran dan sanksi sesuai dengan kesalahan yang dibuat.

5. Stasiun Pemurnian Minyak (Clarification)


Stasiun pemurnian / klarifikasi bertujuan untuk melakukan penjernihan
minyak dengan cara mengendapkan minyak kasar hasil press yang masih
mengandung air dan kotoran, melakukan pemisahan minyak dengan air dan zat
padat yang ada pada sludge dengan bantuan decanter, menurunkan kandungan
kotoran dan air dengan bantuan vacuum dryer, mengurangi kandungan pasir
dan mendapatkan CPO (Crude Palm Oil) yang memenuhi standar.
Penerapan fungsi manajemen pada proses pemurnian minyak adalah
sebagai berikut:
a) Perencanaan (Planning)
Manajemen pada proses pemurnian minyak diawali dengan
pembuatan perencanaan yang dilakukan oleh Asisten Proses dan mandor.
Pembuatan perencanaan ini memperhatikan beberapa hal yaitu: kondisi
dari mesin-mesin operasional sangat baik sehingga proses pemurnian
minyak dapat dilakukan, jumlah tenaga kerja Operator yang digunakan
pada proses pemurnian minyak, serta melakukan uji berkala pada setiap
mesin-mesin operasional pengolahan minyak. Dengan demikian
perencanaan yang dibuat pada proses pemurnian minyak adalah:
1. Memastikan mesin-mesin operasional proses pemurnian minyak
berjalan dengan baik.
2. Memastikan jumlah Operator pemurnian minyak berjumlah 2
orang/shift setiap harinya.
3. Memastikan uji kelayakan pada mesin-mesin operasional proses
pemurnian minyak yang dilakukan oleh Operator.
4. Memastikan perawatan pada mesin-mesin operasional proses
pemurnian minyak.

b) Pengorganisasian (Organizing)
Rencana kerja ini kemudian dijalankan oleh Asisten Proses, Mandor
Proses, Operator dan Pembantu Operator. Asisten Proses bertugas
membuat perencanaan, melakukan pengawasan terhadap operasional pada
stasiun pemurnian minyak, serta mengambil tindakan untuk pencegahan
dan menangani permasalahan di stasiun pemurnian minyak. Mandor
Proses adalah orang yang bertanggung jawab terhadap kedisiplinan
karyawan dan kelengkapan alat-alat safety.
Operator adalah orang yang bertanggung jawab terhadap kerusakan
mesin/peralatan yang diakibatkan oleh kelalaian, serta bertanggung jawab
terhadap kapasitas mesin-mesin di stasiun pemurnian.

c) Pergerakan (Actuating)
Asisten Proses memiliki tanggung jawab terhadap losses minyak
pada heavy phase dan solid decanter, presentase oil pada sludge
underflow, kualitas CPO produksi, administrasi stasiun pemurnian minyak,
serta terhadap skill dan keterampilan Operator. Pada saat proses pemurnian
minyak berlangsung, Operator mengoperasikan mesin-mesin operasional
pada stasiun pemurnian minyak sesuai dengan instruksi kerja yang
diberikan oleh Mandor Proses. Mandor langsung memonitoring kinerja
yang dilakukan Operator dengan tujuan bahwa Operator bekerja sesuai
dengan SOP PT. Inti Indosawit Subur.

d) Pengawasan (Controlling)
Bentuk pengawasan yang dilakukan Asisten Proses adalah dengan
memberikan sanksi kepada karyawan yang tidak disiplin (indisipliner)
dengan berkoordinasi dengan Manager Pabrik sebelumnya. Bentuk
pengawasan Mandor Proses terhadap Operator adalah dengan memberikan
teguran kepada Operator yang melakukan tindakan tidak disiplin
(indisipliner).
Bentuk pengawasan yang dilakukan Mandor Proses terhadap
Operator proses pemurnian minyak adalah dengan melihat ketelitian,
keseriusan serta kefokusan Operator proses dalam bekerja. Apabila terjadi
kesalahan dan kelalaian, maka Mandor Proses akan memberikan teguran
dan nasihat terhadap tindakan yang dilakukan guna memperbaiki dan
mencegah kesalahan di hari berikutnya.

6. Stasiun Penimbunan dan Pengiriman CPO (Despatch CPO)


Pada stasiun pengiriman CPO, mobil berada dibawah pipa yang
berfungsi sebagai penyalur minyak CPO ke dalam mobil tank pengirim. Pada
bagian atas pipa terdapat kran pengatur minyak yang keluar dan dioperasikan
oleh seorang petugas.
Penerapan fungsi manajemen pada proses penimbunan dan pengiriman
CPO adalah sebagai berikut:
a) Perencanaan (Planning)
Perencanaan pada stasiun penimbunan dan pengiriman CPO (Crude
Palm Oil) diawali dengan memeriksa ketersediaan CPO (Crude Palm Oil)
dalam BST (Bulk Storage Tank) guna mengetahui jumlah unit truk CPO
(Crude Palm Oil) yang bisa muat dan dikirim oleh PMKS. Selain itu,
Asisten Operasional berkoordinasi dengan Asisten Proses dalam proses
pengiriman CPO (Crude Palm Oil).

b) Pengorganisasian (Organizing)
Asisten Operasional bertugas memastikan volume BST (Bulk
Storage Tank) cukup menampung produksi harian CPO (Crude Palm Oil),
melakukan analisa terhadap keamanan penimbunan dan pengiriman CPO
(Crude Palm Oil), kualitas CPO (Crude Palm Oil) produksi pada masing-
masing BST (Bulk Storage Tank), serta memastikan tidak ada tumpahan
atau kebocoran pipa pada proses pengiriman CPO (Crude Palm Oil).
Kepala Tata Usaha (KTU) Pabrik bertugas memonitor pengisian
CPO (Crude Palm Oil) dan memastikan komoditi yang dikirim sesuai
standar yang ditetapkan oleh PT. Inti Indosawit Subur Pabrik Muara
Bulian.
Operator bertugas melakukan sounding CPO (Crude Palm Oil) di
tanki-tanki proses dan BST (Bulk Storage Tank), membuat laporan hasil
sounding, melakukan drain BST sebelum memuat CPO ke dalam truk
pengangkut, melakukan koordinasi dengan security akan jumlah truk CPO
(Crude Palm Oil) yang antri, serta menyiapkan berkas dokumen untuk
diserahkan ke KTU.

c) Pergerakan (Actuating)
Asisten Proses memiliki tanggung jawab terhadap pengiriman CPO
(Crude Palm Oil), terhadap realisasi jadwal kebersihan mesin dan
peralatan serta lokasi kerja stasiun penimbunan dan pengiriman CPO
(Crude Palm Oil), serta terhadap pengaturan pengisian BST (Bulk Storage
Tank) untuk mengantisipasi meluapnya CPO (Crude Palm Oil) dari tanki
BST (Bulk Storage Tank). Kepala Tata Usaha (KTU) bertanggung jawab
terhadap kelancaran pemuatan CPO (Crude Palm Oil), volume pengiriman
CPO (Crude Palm Oil) per hari.
Pada saat proses penimbunan minyak berlangsung, Operator
mengoperasikan mesin-mesin operasional pada stasiun penimbunan dan
pengiriman CPO sesuai dengan instruksi kerja yang diberikan oleh
Mandor. Mandor langsung memonitoring kinerja yang dilakukan Operator
dengan tujuan bahwa Operator bekerja sesuai dengan SOP PT. Inti
Indosawit Subur.

d) Pengawasan (Controlling)
Bentuk pengawasan yang dilakukan Asisten Operasional adalah
memastikan pengiriman CPO tepat waktu. Kemudian memberikan sanksi
kepada karyawan yang tidak disiplin (indisipliner) dengan berkoordinasi
dengan Manager Pabrik sebelumnya. Apabila terjadi kesalahan dan
kelalaian, maka Asisten Operasional akan memberikan teguran dan nasihat
terhadap tindakan yang dilakukan guna memperbaiki dan mencegah
kesalahan di hari berikutnya.
V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan kegiatan magang di PT. Inti Indosawit Subur (Asian
Agri Group) Kebun Muara Bulian, pada manajemen proses pengolahan TBS
kelapa sawit menjadi CPO (crude palm oil) dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Proses pengolahan TBS menjadi CPO (crude palm oil) terbagi menjadi
beberapa stasiun yaitu: stasiun penerimaan buah (fruit reception), stasiun
perebusan (sterilizer), stasiun penebahan (threshing), stasiun pengempaan
(pressing), stasiun pemurnian minyak (clarification), dan stasiun penimbunan
dan pengiriman CPO (Despatch CPO).
2. Aspek manajemen pengolahan TBS menjadi CPO (crude palm oil) di PT. Inti
Indosawit Subur menerapkan sistem POAC (Planning, Organization,
Actuating dan Controlling) pada semua stasiun proses pengolahan TBS
kelapa sawit menjadi CPO (crude palm oil). Sistem manajemen perencanaan
(planning) proses pada setiap stasiun sudah berjalan dengan baik, hanya saja
terdapat selisih angka (gap) pada stasiun penerimaan buah (fruit reception).
3. Tidak tercapainya target tonase olah TBS kelapa sawit dikarenakan dua faktor
yaitu; faktor eksternal (penurunan harga TBS kelapa sawit yang
menyebabkan banyaknya buah luar yang tidak masuk, serta rusaknya fasilitas
jalan dikarenakan faktor cuaca) dan faktor internal (angka kerapatan panen
(AKP) buah kebun rendah sehingga produksi buah menurun).
4. Sistem manajemen pengorganisasian (organizing) pada pengolahan TBS
menjadi CPO dikepalai oleh Manager Pabrik yang pelaksanaan tugasnya
dikerahkan kepada Asisten Proses dan dibantu oleh Mandor Proses.
Pengorganisasian sudah berjalan dengan baik karena semua karyawan telah
melaksanakan tugas dengan baik berdasarkan pembagian tugas yang
diberikan dan dibebankan kepadanya.
5. Sistem manajemen pergerakkan (actuating) pada pengolahan TBS menjadi
CPO telah dilakukan sesuai dengan SOP PT. Inti Indosawit Subur (Asian
Agri Group). Sebelum pelaksanaan pengolahan dilakukan, Asisten Proses dan
Mandor Proses memberikan arahan kepada karyawan guna menjelaskan
pembagian tugas dan mengevaluasi hasil kinerja karyawan.
6. Pengawasan (controlling) dilakukan langsung oleh Mandor Proses yang
bertanggung jawab kepada Asisten Proses, dan Asisten Proses bertanggung
jawab kepada Manager Pabrik. Pengawasan pada proses pengolahan
dilakukan dengan menetapkan standar atau target pada setiap stasiun
pengolahan, perusahaan akan memberikan peringatan lisan atau tulisan bagi
karyawan yang melanggar aturan (indisipliner).

5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Fricke, Thomas B. 2009. Buku Panduan Pabrik Kelapa Sawit Skala Kecil untuk
Produksi Bahan Baku Bahan Bakar Nabati (BBN). USAID. Indonesia.
GAPKI, 2010. Buku Mengenal Kelapa Sawit dan Beberapa Keunggulannya.
http://archive.mpoc.org.my/References_of_Palm_Oil_Studies_on_Cholestro
l.aspx. (Diakses tanggal 10 September 2015).
Artaya,I Putu. 2010. Kuliah Magang Kerja. http://putuartayasa.blogspot.co.id/
2010/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_26.html. (Diakses tanggal
15 September 2015).
Depperind. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit.
From:www.kemenperin.go.id/.../Paket-Informasi-Komoditi-Minyak-Kelapa
-Sawit. (Diakses tanggal 10 September 2015).
________. 2009. Roadmap Industri Pengolahan CPO.
From:http://agro.kemenperin.go.id/eklaster/file/roadmap/KICSUMUT_1.pd
f. (Diakses 16 September 2015).
G.R.Terry & L.W.Rue. 2012. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
IPB. 2005. Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP).
http://itp.fateta.ipb.ac.id/fthn3/cbt/haccp-apa.php. (Diakses 16 September
2015).
KPDE. 2013. Perkebunan. http://batangharikab.go.id/bat/statis-25-
perkebunan.html. (Diakses 16 September 2015).
Marantika, SM. 2015. Gambaran Umum Perusahaan. repository.uin-
suska.ac.id/.../9%20BAB%20III%20GAMBARAN%20U. (Diakses 16
September 2015).
Riza. 2014. SOP Timbangan di Kebun Kelapa Sawit. https://www.scribd.com/doc
/210959938/Proses-Penimbangan-Di-Pabrik-Kelapa-Sawit. (Diakses 17
September 2015).
Sarumpaet, Pahala. 2011. Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi CPO.
http://www.kompasiana.com/e1g008010/pengolahan-kelapa-sawit-menjadi-
cpo_550b412f8133111578b1e50d. (Diakses 16 September 2015).
Sastrosayono, Selardi. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta : AgroMedia
Pustaka.
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya & Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta:
AgroMedia Pustaka.
Yan Fauzi, dkk. 2004. Kelapa Sawit (Budidaya Hasil & Limbah, Analisis Usaha
& Pemasaran). Jakarta : Penebar Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai