Laporan Magang
Laporan Magang
PENDAHULUAN
1.2. Tujuan
3.2.1. Pembibitan
Faktor bibit memegang peranan penting dalam upaya peningkatan
produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan
menghasilkan pada 3 – 4 tahun setelah tanam. Faktor genetik bibit akan
mempengaruhi produksi hingga 30%. PT. Inti Indosawit Subur
menggunakan bibit varietas Socfindo, Lonsum, Damimas dan Topaz. Proses
pembibitan dilakukan dengan dua langkah yaitu Pre Nursery dan Main
Nursery.
1. Pre Nusery
- Membuat bedengan seluas 1x10 m, dengan tinggi 10 cm dari permukaan
tanah.
- Tanah yang digunakan untuk pembibitan adalah tanah topsoil ultisol yang
ada dilahan kemudian tanah diayak dimasukkan kedalam babybag.
- Setelah semua polybag terisi tanah, polybag disusun dan diatur di bedengan
dengan rapi dalam satu bedengan terdapat 200 babybag.
- Sebelum kecambah ditanam di polybag, kecambah tanaman sawit diseleksi
dan direndam dengan air untuk menjaga kelembapannya. Pembibitan Pre
Nursery ini berjalan selama 3 bulan. Setelah itu baru masuk ke Main
Nursery.
2. Main Nursery
Diperlukan lahan yang cukup dan lahan tersebut diratakan dan
dibersihkan. Tanah yang akan dimasukkan kedalam polybag terlebih
dahulu diayak seperti pada pembibitan pertama. Selanjutnya adalah
melaksanakan penanaman. Teknik dan proses penanaman merupakan hal
penting karena akan berpengaruh pada efesisensi waktu dan produktivitas
tanaman. Penanaman mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
- Pemancangan
Pemancangan dilakukan untuk menentukan jarak tanam dan
merapikan barisan tanaman. Pemancangan dilakukan dengan mengunakan tali
seling yang panjang dari ujung lahan ke ujung lahan lainnya. Pada tali seling
tersebut diberi tanda untuk setiap jarak tanam yang dipakai.
- Pelangsiran babybag dari Pre Nursery ke Main Nursery
Penglasiran babybag dilakukan dengan menggunakan angkong dan
becak. Pengangkutan berdasarkan plot-plot pada pre nursery agar pada main
nursery tersusun rapi dan sesuai dengan plot.
- Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam yang baik harus mampu menampung akar bibit beserta
media yang terbawa. Pembuatan lubang tanam menggunakan bor yang
cukup besar seukuran dengan besar babybag di prenursery. Hal ini
dilakukan agar bola tanah tidak pecah sehingga akar pun tidak terganggu.
- Penanaman Bibit
Penanaman bibit di lapangan harus dilakukan dengan tepat. Cara penanaman
yang tepat sangat diperlukan agar diperoleh pertumbuhan tanaman yang sehat dan
kokoh dengan harapan produksi yang dicapai akan maksimal. Adapun cara
penanamannya adalah sebagai berikut :
Bibit yang telah diangkut ke lokasi main nursery diletakkan sesuai
dengan plot awal, kemudian disusun di samping polybag besar.
Jumlah tanaman yang ditanam harus sesuai dengan jumlah yang dikirim
dari pre Nursery
Penanaman dilakukan dengan memutar babybag hingga bola tanah terasa
lepas dari babybagnya, kemudian tanaman dibalikkan dan menarik
babybag tersebut hingga babybag dan bola tanah nya terpisah. Kemudian
bola tanah beserta tanamannya dimasukkan kedalam lubang tanam
polybag besar yang sebelumnya telah dipersiapkan. Selanjutnya satukan
bola tanah dengan tanah disekitarnya seperti melakukan pembumbunan.
a. Rawat Piringan
Piringan harus terbebas dari gulma untuk menghindari persaingan
dalam penyerapan unsur hara antara gulma dengan tanaman kelapa sawit,
selain itu untuk mempermudah kegiatan perawatan. Rawat piringan
bertujuan untuk membersihkan gulma yang dapat mengganggu tanaman
serta mempermudah kegiatan dalam pemanenan, pengutipan brondolan serta
pemupukan. Rawat piringan dilakukan secara khemis, yaitu menggunakan
herbisida dengan cara sistemik.
Penyemprotan dilakukan berdasarkan hasil pengamatan terhadap
gulma yang tumbuh di areal piringan pada umumnya gulma berdaun sempit.
Hal yang perlu di pahami dalam melakukan penyemprotan yaitu:
a) Jenis gulma yang mendominasi, untuk menentukan herbisida yang
digunakan.
b) Angka kerapatan gulma (AKG), untuk menentukan kebutuhan
herbisida dan jenis nozzle.
c) Spray Faktor (luasan efektif yang akan disemprot).
d) Kalibrasi alat
Herbisida yang digunakan di PT. Inti Indosawit ini menggunakan
bahan aktif Isopropil Amino Glifosat dengan nama dagang Elang. Selain itu
herbisida yang digunakan adalah herbisida kenren dengan bahan aktifnya
Flourosofir. Dosis yang digunakan yaitu Glifosat 1,5 liter/Ha dan Firoksipir
75 gram/Ha. Alat yang digunakan pada semprot piringan yakni
Mikroherbi/CDA dengan Nozel berwarna hitam dengan floretnya 146
CC/menit. Semprot piringan dilakukan dengan jarak 2,5 – 3 m dari tanaman
kelapa sawit. Semprot piringan menggunakan herbisida ini dilakukan
dengan rotasi 3 bulan sekali.
b. Rawat Gawangan
Rawat gawangan adalah pembersihan gulma kelompok anak kayu di
gawangan yang dianggap merugikan tanaman maupun mengganggu
pekerjaan. Anak kayu yang sering dijumpai di gawangan mati seperti
Clidemia hirta. Rawat gawangan dengan cara khemis menggunakan
herbisida yang berbahan aktif Metil metsulfuron dengan nama dagang
Metsilindo dengan dosis 100 gram/Ha. Perawatan secara khemis dilakukan
dengan rotasi 3 bulan sekali. Cara penyemprotannya yaitu dengan sistem
kontak dimana harus disemprot sampai basah, agar gulma tidak tumbuh
lagi. Alat yang digunakan yakni MHS dengan ukuran Kap 15 Liter, basis
untuk satu orang 13 Kap. Kegiatan semprot berguna untuk memberantas
gulma yang ada di sekitar pokok tananman, dengan tujuan :
a) Meningkatkan efektifitas pemupukan
b) Mempermudah mengutip brondolan yang jatuh
c) Menghilangkan inang alternatif bagi perkembangan hama
c. Kalibrasi Semprot
Kalibrasi semprot sangat penting untuk menge kembali mengetahui
keadaan alat-alat semprot, nozel, serta kecepatan jalan sebelum memulai
penyemprotan, sehingga penggunaan herbisida menjadi efisien dan efektif.
Setiap minggu nozel harus dikalibrasi untuk memastikan flowrate dan
nozel yang apabila tidak sesuai lagi dengan keadaan seharusnya maka
dapat diganti.
Pelaksanaan pengkalibrasian semprot dapat dilakukan dengan
cara :
Mengukur lebar semprotan rata – rata
Mengukur jarak jalan (meter) oleh operator selama 60 detik
Mengukur output semprot atau flowrate (Liter/menit)
x x x x x x x x x x x x x
x x x x X X x x x x x x x
x x x x x x x x x x x x x
x x x x X X x x x x x x x
3.2.1.3. Pemupukan
Pemupukan tanaman menghasilkan bertujuan untuk memenuhi
Ket : X = Sampel Bantu
kebutuhan hara dalam tanaman seperti hara yang hilang karena terangkut
panen, hara tersimpan (immobilisasi) dalam jaringan, hara yang
terdekomposisi (recycling) dari jaringan, menjaga keseimbangan hara di
dalam tanaman serta ketahanan terhadap hama dan penyakit. Hal ini
dilakukan untuk meningkatkan produksi serta menjaga kesuburan tanah
sebagai penunjang produksi. Pemupukan memerlukan perhatian dan
pengawasan yang baik. Untuk menentukan dosis pupuk yang akan
diaplikasikan terlebih dahulu dilakukan pengambilan sampel daun.
Kekurangan unsur hara di dalam tanah dapat diketahui dari analisis
jaringan tanaman. Salah satu bagian tanaman yang dianalisis adalah daun.
Analisis daun atau Leaf Sampling Unit ( LSU ) memiliki tujuan umum
yaitu :
a) Untuk mendiagnosa atau memperkuat diagnose
gejala kekurangan unsur hara tertentu yang tampak pada
pertumbuhan tanaman dilapangan.
b) Untuk mengetahui kekurangan hara sedini mungkin.
c) Untuk mempelajari bagaimana hara dapat diserap
tanaman.
d) Untuk mengetahui interaksi atau antagonisme
diantara unsur hara.
e) Sebagai alat bantu pemahaman fungsi hara dalam
tanaman.
Pada tanaman menghasilkan (TM) sampel daun di ambil dari
pelepah ke-17. Untuk mencapai pelepah ke-17 harus ditentukan terlebih
dahulu pelepah ke-1 karena dalam susunan spiral daun, pelepah ke-17
sejajar dengan pelepah ke-1 (1-9-17-25-33-41). Dari pelepah sampel di
ambil 10 helai anak daun yang terdapat ditengah pelepah (5 helai dari sisi
kanan dan 5 helai dari sisi kiri). Sampel daun yang dianalisa harus dapat
mempresentasikan kondisi hara tanaman dalam satu areal tertentu. Satu
unit sampel daun diambil dari beberapa tanaman sampel pada satu areal
tertentu yang dikenal dengan Leaf Sampling Unit (LSU).
Satu LSU harus seragam dalam beberapa hal antara lain Umur
tanaman, Jenis tanah, Topografi. Luas 1 LSU adalah 20 - 40 ha, dianjurkan
luas 1 LSU tidak boleh kurang dari 10 ha dan tidak boleh lebih dari 50 ha.
Awal pengambilan sampel harus dimulai dari sudut Barat - selatan dari
setiap blok sampel. Ciri-ciri tanaman yang tidak boleh dijadikan sebagai
tanaman sample antara lain : Tanaman TBM dalam TM (sisipan);
Tanaman terserang hama penyakit; Tanaman di pinggir sungai (parit yang
berair permanen); Tanaman di pinggir jalan; Tanaman abnormal.
Pemupukan mencakup dosis, jenis pupuk, cara, waktu dan frekuensi
ditentukan berdasarkan atas analisis tanah, analisis daun dan kebijakan
khusus perusahaan sehingga dosis pupuk antar blok agak bervariasi satu
sama lain. Pupuk yang di gunakan di PT. Inti Indosawit Subur ada pupuk
organik dan anorganik.
a. Pupuk Anorganik
Pupuk Anorganik pupuk tunggal ZA dan MOP.
Pupuk ZA
Pupuk ZA memiliki bahan aktif Amonium Sulfate dengan
kandungan 21 N + 24 S. Pupuk yang dibutuhkan tanaman kelapa
sawit sebanyak 2,25 kg/pokok. Pupuk ZA dilaksanakan 4 kali
dalam setahun. Pupuk ZA diuntil dalam karung dengan berat 11,25
kg, dengan seperti itu karyawan pupuk dapat menabur pupuk 5
pokok dalam satu untilan. Basis perhari untuk karyawan 400 kg
atau ± 36 untilan pupuk ZA.
b. Pupuk Organik
Janjangan Kosong
Janjang Kosong merupakan limbah dari hasil pemipilan buah
sawit dari pabrik pengolahan kelapa sawit (Thresher). Adapun
pengaplikasiaan pupuk organik ini sesuai dengan rekomendasi R&D,
pengaplikasiannya pada titik antar pokok tanaman sawit dengan dosis
370 kg, dengan perkiraan berat satu jangkos adalah 3,7 kg jadi untuk
memupuk satu titik rekomendasi dibutuhkan 100 jangkos. Keuntungan
aplikasi janjangan kosong untuk tanaman kelapa sawit :
a) Sumber bahan organik, hara makro dan mikro
b) Unsur hara tersedia secara perlahan (untuk mengurangi losses)
c) Meningkatkan kesuburan dan memperbaiki struktur tanah
d) Meningkatkan dan menstimulasi aktivitas mikroba tanah seperti
bakteri, jamur, cacing tanah dan serangga
e) Berfungsi sebagai penutup tanah, mempertahankan kelembaban
tanah
f) Memperkecil erosi tanah, aliran dan pencucian hara
g) Menekan pertumbuhan gulma
Tabel 4. Kesetaraan kandungan hara dalam janjangan kosong dengan pupuk anorganik
Presentasi unsur hara dalam janjangan Sebanding dengan
Hara Utama kosong pupuk per Ton
Kisaran Rata-rata janjangan kosong
Nirogen ( N ) 0.32 – 0.43 0.37 8.00 kg Urea
Phospat ( P ) 0.03 – 0.05 0.047 2.90 kg RP
Kalium ( K ) 0.89 – 0.95 0.91 18.30 kg MOP
Magnesium ( Mg ) 0.07 – 0.10 0.08 5.00 kg kieserite
Rasio C/N pada janjang kosong sangat tinggi sehingga proses dekomposisi
dan mineralisasi janjangan kosong di lapangan oleh mikroorganisme menjadi
relative lambat.
3.2.2. Pemanenan
Panen merupakan pekerjaan utama di perkebunan kelapa sawit dan
menjadi sumber pemasukan uang keperusahaan melalui penjualan minyak
CPO (crude palm oil) dan minyak PKO (palm kernel oil). Sistem panen
dengan cara rotasi/pusingan. Rotasi yang dilakukan khususnya di Afdeling
III kebun Muara Bulian sebanyak 10 hari. Jumlah seksi panen untuk tahun
tanam 91 sebanyak 6 seksi dan 6 seksi untuk tahun tanam 1992 s/d 1994.
Berikut seksi dan luas lahan perseksinya :
Untuk tahun tanam 1991 :
Seksi A dengan luas lahan 94 Ha
Seksi B dengan luas lahan 91 Ha
Seksi C dengan luas lahan 82 Ha
Seksi D dengan luas lahan 77 Ha
Seksi E dengan luas lahan 69 Ha
Seksi F dengan luas lahan 77 Ha
Untuk tahun tanam 1992 s/d 1994 :
Seksi A dengan luas lahan 38 Ha
Seksi B dengan luas lahan 44 Ha
Seksi C dengan luas lahan 37 Ha
Seksi D dengan luas lahan 49 Ha
Seksi E dengan luas lahan 27 Ha
Seksi F dengan luas lahan 32 Ha
Pada Afdeling III total luas seluruh blok seksi panen adalah 717
Ha. Pusingan atau rotasi potong buah (panen) perlu dilakukan dengan
benar agar tingkat produksi per hektar tinggi, biaya per kilogram rendah
dan tingkat losses dilapangan rendah. Sumber losses produksi di lapangan
ialah Buah mentah; Buah masak tinggal di pokok (tidak dipanen),
Brondolan tidak dikutip, Buah atau brondolan dicuri, Buah di TPH tidak
diangkut ke PMKS.
a. Timbangan
Pada penimbangan, mobil membawa muatan dari luar di
timbang pada jembatan timbang (WBS). Kapasitas jembatan timbang 50
ton. Setiap mobil yang masuk maupun yang keluar akan di timbang
beratnya untuk mengetahui berat bersih muatan yang di bawa. Buah
yang masuk ke pabrik ada yang dari kebun inti dan dari luar kebun.
b. Loading Ramp
Setelah ditimbang, dilakukan sortasi buah untuk mengetahui
kualitas buah yang akan masuk ke pabrik tersebut. Setelah itu buah
akan masuk ke Loading ramp, kapasitas loading ramp yaitu 160 ton,
memiliki 16 pintu (peron) dengan kapasitas 1 pintu 10 ton. Loading
ramp merupakan suatu bangunan dengan lantai berkisi-kisi pelat besi
berjarak 10 cm dengan kemiringan 45°, loading ramp berfungsi sebagai
tempat penerimaan tandan dan tempat mencurahkan tandan buah ke
dalam lori rebusan. Lantai loading ramp yang berkisi-kisi memudahkan
pasir, batu, sampah dan kotoran lainnya untuk jatuh dan terbuang ke
bawah. Kemudian Setelah masuk ke loading ramp, TBS akan masuk
melalui pintu hidrolik ke dalam lori yang selanjutnya menuju ke
perebusan (sterilizer).
c. Perebusan (Sterilizer)
Perebusan atau sterilisasi merupakan proses merebus tandan
buah di dalam bejana rebusan. Bejana besar dengan menggunakan
injeksi uap (tekanan uap 2,5-3,0 atm) dengan lama rebusan ± 85 menit
pada temperatur 135° - 150°C, tenaga yang di gunakan yaitu berupa
steam uap dari boiler. Proses perebusan menggunakan lori dengan
kapasitas satu lori rebusan sebanyak 4,5 ton, sedangkan untuk satu
rebusan terdapat 6 lori. Bagian atas bejana terdapat pipa tempat keluar
uap, lalu bagian bawahnya terdapat pipa pembuangan air kondensat.
Sementara itu, bagian belakangnya terdapat pipa pembuangan udara.
Lori memiliki dinding dan lantai berlubang-lubang untuk memasukkan
uap panas dan mengurangi kadar air yang terkandung dalam TBS.
Tujuan dari proses perebusan buah kelapa sawit adalah:
a) Menghentikan kerja enzim lipase (katalisator) pengurai minyak
menjadi asam lemak bebas dan gliserin.
b) Mempermudah lepasnya buah dari tangkai tandan.
c) Melunakkan daging buah sehingga mempermudah proses
pemerasan dan penjernihan minyak.
d) Memudahkan pemisahan cangkang dengan inti.
f. Klarifikasi
Minyak kasar yang diperoleh pada proses sebelumnya masih
perlu dilakukan klarifikasi (pemurnian). Pemurniaan minyak atau
klarifikasi merupakan proses memisahkan minyak dari bahan bukan
minyak seperti serat, kotoran, pasir dan air. Minyak hasil press akan
ditampung di dalam bak pengendapan. Berdasarkan perbedaan berat
jenis, bahan bukan minyak akan mengendap dibawah dan minyak
berada dibagian atas. Setelah itu minyak disalurkan menuju ayakan
getar (vibrating screen) dengan kerapatan 20 mesh. Kotoran yang
masih terikut akan tersaring oleh ayakan getar. Kotoran kembali
dialirkan menggunakan conveyor kembali menuju digester. Sementara
itu, minyak yang tersaring dialirkan menuju penampungan minyak
kasar yang berada dibawah ayakan getar.
Setelah itu, minyak dialirkan menuju continuous setling tank
(CST) untuk memisahkan minyak dari kotoran berdasarkan perbedaan
berat jenis. Minyak yang berada di bagian atas dialirkan ke tangki
minyak, lalu minyak tersebut akan dimurnikan ke dalam alat pemurni
(purifier). Di bagian bawah dari continuous setling tank terkumpul
ampas (sludge) yang akan dialirkan ke sludge tank.
Di dalam CST terdapat 25% minyak, 35% sludge, dan 40% air.
Minyak yang terkandung dalam sludge yang di olah ada ± 4 – 6%.
Sludge akan masuk ke sludge tank untuk diambil minyaknya kembali
dengan centrifuge, hasil akhirnya minyaknya akan di alirkan ke crude
oil dan diolah kembali, sedangkan sludge akan dialirkan ke pengolahan
limbah dan biogas.
Setelah dari continuous setling tank minyak menuju clean oil
tank (COT) yang mana pada alat ini terdapat vacum dryer untuk
menyedot air yang masih tercampur dengan minyak, suhu yang dipakai
80° - 85°C. Setelah itu minyak akan masuk ke fload tank dan diatur
pengalirannya menuju blok Stored tank.
g. Kernel / nut
Nut hasil keluaran dari press akan masuk ke ripelmill, alat untuk
memecahkan nut menjadi cangkang dan kernel, setelah itu cangkang
dan kernel akan masuk ke hidro cyclon, dimana nut dan cangkang akan
di pisah. Cangkang akan di pompa ke shell stok, dan kernel akan masuk
ke kernel silo. Di dalam kernel silo, kernel akan di panaskan atau di
open dengan steam (uap boiler) pada suhu 80° – 100°C, setelah itu
kernel akan dipompa ke kernel bunker. Fungsi dari kernel silo adalah
untuk mengopen kernel untuk mengoptimalkan minyak yang akan di
hasilkan dari kernel.
4.1. Hasil
Pengolahan TBS menjadi CPO melalui beberapa stasiun pengolahan
meliputi :
A. Stasiun Penerimaan Buah (Fruit Reception)
Proses penerimaan buah di PT. Inti Indo Sawit Subur (Asian Agri)
secara umum berasal dari TBS kebun inti, TBS plasma, TBS KKPA, TBS
luar, TBS pekarangan, TBS tumpang giling, dan TBS afiliasi/sepupu.
a. Jembatan Timbang (Weight Bridge)
Kapasitas jembatan timbang maksimal 50 ton
Gambar 1. Jembatan Timbang
b. Sortasi (Grading)
Tujuan dari sortasi adalah untuk memperoleh standar mutu tandan
buah segar (TBS) yang sesuai dengan (SOP). Kriteria buah pada sortasi
adalah:
- Buah matang (Ripe), yaitu TBS yang kurang dari 1 brondol per
kilogram janjang.
- Buah mentah (Unripe), yaitu TBS yang warnanya kemerahan dan
membrondol paling sedikit 1 brondolan per kilogram janjang dan paling
banyak 50 %.
- Buah terlalu matang (Over Ripe), yaitu TBS yang membrondol lebih
dari 50%.
- Buah abnormal, yaitu TBS yang gagal berkembang menjadi TBS masak
normal, antara lain: TBS batu dan TBS sakit.
- Janjangan kosong (Empty Bunch), yaitu TBS yang lebih dari 90%
membrondol.
- TBS tangkai panjang, yaitu TBS yang memiliki panjang gagang lebih
dari 2 cm diukur dari potongan yang terdekat dengan sisi permukaan
TBS.
- TBS dimakan tikus, yaitu TBS yang dimakan tikus (terdapat lebih dari
3 brondol dalam satu janjang bekas keratin baru gigitan tikus.
Gambar 2. Sortasi TBS
d. Lori
Lori berfungsi sebagai tempat penampungan buah yang akan direbus,
berkapasitas 4,5 Ton terbuat dari plat besi dengan dinding berlubang diameter ±10
mm agar penetrasi steam dan pembuangan air dalam buah lebih efektif. PT. Inti
Indosawit Subur memiliki 109 buah lori yang akan digunakan pada proses
pengolahan.
Gambar 4. Lori
e. Capstan
Capstan merupakan alat untuk menarik lori yang dilengkapi roll untuk
menggulung tali dengan kecepatan ±20 m/menit.
Gambar 5. Capstan
f. Bollard
Bollard berfungsi sebagai pengarah tarikan lori yang ditarik oleh capstand.
Konstruksinya berbentuk roller dilengkapi bearing.
Gambar 6. Bollard
g. Transfer Carriage
Transfer Carriage berfungsi untuk membawa lori dari loading ramp ke
sterilizer, berkapasitas 3 lori digerakkan dengan pompa hydrolik.
Gambar 8. Sterilizer
Distributing Conveyor
skimmer sludge
180 cm. Untuk lebih jelasnya
crude oil
Sludge
drain
c. Vacuum dryer
Vacuum dryer berfungsi sebagai alat untuk mengurangi kadar air
dalam CPO. Alat ini terdiri dari tabung yang berdiri tegak yang
dihubungkan dengan pipa steam injektor bertekanan -(0,8 – 1,0 bar).
Temperatur minyak di vacuum dryer adalah 80-85ºC. vacuum dryer
dapat dilihat pada gambar 17.
Gambar 17. Vacuum dryer
d. Storage Tank
Storage tank adalah tempat penimbunan CPO sementara sebelum
dikirim ke konsumen. Temperatur storage tank dijaga sekitar 45-55ºC
dengan pemanasan. PT. Inti Indosawit Subur memiliki 3 buah storage
tank, dengan kapasitas masing-masing 2000 Ton dan 500 Ton. Storage
tank dapat dilihat pada gambar 18.
b) Pengorganisasian (Organizing)
Tujuan pengorganisasian adalah membagi tugas kepada setiap petugas
yang memiliki tanggung jawab agar pembagian tugas dapat dilaksanakan
dengan baik dan benar sesuai dengan instruksi kerja yang diberikan. Dengan
pembagian tugas ini, diharapkan setiap anggota organisasi dapat meningkatkan
kemampuan dalam menangani tugas-tugas yang dibebankan.
Krani Produksi merupakan pimpinan dalam proses penerimaan buah dan
mempunyai tanggung jawab yang penuh terhadap kegiatan proses penerimaan
buah yang sedang berlangsung. Tugas utama dari Krani Produksi adalah
membantu Manager Pabrik dan Asisten Operasional dalam mengelola proses
penerimaan buah, mengoptimalkan berapa banyak buah yang diterima setiap
harinya dan membina kesatuan kerja kepada Manager Pabrik dan Asisten
Operasional serta Operator dalam proses penerimaan buah. Adapun realisasi
jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam proses peneriman buah dapat dilihat
pada Lampiran 3.
c) Pergerakan (Actuating)
Pergerakan (actuating) adalah suatu usaha yang dilakukan perusahaan
agar perencanaan yang telah dibuat dapat terlaksana dengan baik dan tujuan
yang diharapkan dapat tercapai. Pergerakan kegiatan di stasiun penerimaan
buah merupakan tanggung jawab yang diberikan kepada Asisten Proses dan
Asisten Operasional dan dibantu oleh Mandor Proses serta Operator yang
bertanggung jawab atas tugas-tugasnya. Sehingga sebelum melaksanakan
kegiatan, Asisten Operasional dan Mandor Sortasi memberikan pengarahan
kepada Operator. Pengarahan diberikan setiap hari pada saat breafing pagi
pukul 06.30-07.00 WIB yang bertujuan untuk mengarahkan karyawan untuk
melaksanakan kerja pada hari itu, melakukan evaluasi tentang hasil kerja hari
sebelumnya, dan mengingatkan kembali tentang keselamatan kerja kepada
Operator agar lebih berhati-hati dalam bekerja. Pekerja pada bagian
menerimaan buah (Operator WBS) dibagi menjadi dua shift kerja dengan jam
kerja satu hari tujuh jam.
d) Pengawasan (Controlling)
Bentuk pengawasan ketika proses penerimaan buah berlangsung yaitu:
Manager Pabrik datang secara tiba-tiba berdasarkan laporan dari Asisten
Operasional. Manager Pabrik hanya memastikan proses penerimaan buah
berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan SOP (Standard Operating
Procedure) PT. Inti Indosawit Subur. Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh
Asisten Operasional kepada mandor adalah langsung menghampiri mandor
ketika memberikan arahan dan bimbingan kepada Operator dan Pembantu
Operator. Apabila ada kekeliruan yang dilakukan oleh mandor dalam
mengarahkan kinerja masing-masing Operator dan Pembantu Operator, maka
Asisten Operasional langsung memberikan teguran kepada mandor sehingga
dapat memberikan arahan dengan lebih baik lagi.
B. Sortasi (Grading)
TBS yang telah ditimbang kemudian dibawa ke lantai sortasi untuk
kemudian di sortasi. Tujuan dari sortasi adalah untuk memperoleh standar
mutu tandan buah segar (TBS) yang sesuai dengan (SOP). Selain itu untuk
meminimalisir sampah (TBS diluar standar, sampah, batu, pasir) yang masuk
ke pabrik. Penerapan fungsi manajemen pada proses sortasi adalah sebagai
berikut:
a. Perencanaan (Planning)
Sebelum melakukan proses sortasi TBS, Asisten Operasional (sortasi
TBS) dan Mandor Sortasi membuat perencanaan dalam proses penyortiran
TBS. Pembuatan perencanaan ini mempertimbangkan beberapa hal yaitu:
kriteria matang panen (KMP) yang ditetapkan oleh PT. Inti Indosawit Subur
yaitu kriteria matang panen I (minimal 10% buah luar memberondol) untuk
buah dari kebun plasma dan buah kebun luar, sedangkan untuk buah dari kebun
inti ditetapkan kriteria matang panen II (25-50% buah luar memberondol)
dalam penyortiran TBS inti, berat janjang rata-rata (komidel) minimal TBS
yang lewat proses penyortiran yaitu 7 kg, dan jumlah tenaga kerja Operator
proses penyortiran yang telah ditentukan oleh SOP PT. Inti Indosawit Subur
yaitu 4 orang per semua shift dalam 1 hari. Dengan demikian perencanaan
yang dibuat yaitu:
1. Memastikan penentuan kriteria buah matang dan buah mentah sesuai
dengan kriteria matang panen yang telah ditentukan PT. Inti Indosawit
Subur yaitu KMP I (buah plasma dan buah luar) dan KMP II (buah
inti).
2. Memastikan berat janjang rata-rata (komidel) minimal TBS
perkilonya yang telah ditentukan oleh PT. Inti Indosawit Subur yaitu 7
kg.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Asisten Operasional penyortiran TBS merupakan pimpinan dalam proses
penyortiran TBS kelapa sawit dan mempunyai tanggung jawab terhadap
kegiatan proses penyortiran. Mandor sortasi bertugas membantu Manager
Pabrik dan Asisten Operasional dalam proses penyortiran TBS kelapa sawit,
serta membina kesatuan kerja kepada Petugas penyortiran TBS sehingga
mencapai target yang baik dalam proses penyortiran TBS kelapa sawit. Petugas
penyortiran TBS bertanggung jawab kepada mandor sortasi dan Asisten
Operasional penyortiran TBS. Tugas utama dari Operator yaitu melakukan
proses penyortiran TBS kelapa sawit yang memperhatikan mutu buah (buah
matang, buah mentah, abnormal, terlalu matang dan janjangan kosong), serta
memperhatikan kriteria matang panen (KMP) yang telah ditentukan oleh PT.
Inti Indosawit Subur Pabrik Muara Bulian.
c. Pergerakan (Actuating)
Pada saat proses penyortiran sedang berlangsung, Asisten mengecek
kualitas buah yang sedang di sortasi oleh Petugas kemudian memberi nilai dan
potongan pada hasil akhirnya. Buah yang berkualitas baik akan mendapatkan
nilai panen yang tinggi dan potongan yang kecil untuk TBS plasma dan luar,
begitu pula sebaliknya. Khusus pada buah yang berasal dari kebun inti, tidak
ada persentase potongan dan hanya nilai panen saja. Apabila terdapat
kesalahan dalam melakukan tugas dan kinerja Petugas, maka Asisten akan
memberikan teguran kepada Operator dan Pembantu Operator.
Kesalahan yang dapat dilakukan oleh Petugas penyortiran TBS dalam
proses penyortiran TBS kelapa sawit di pabrik yaitu tidak memperhatikan
dengan betul buah yang mentah, abnormal, dan terlalu matang. Teguran dan
nasihat ini berfungsi untuk memperbaiki kinerja dari Operator dan Pembantu
Operator sortasi sehingga lebih teliti dan fokus dalam menjalankan
pekerjaannya.
d. Pengawasan (Controlling)
Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh Manager Pabrik yaitu
pengawasan secara mendadak berdasarkan laporan dari Asisten Operasional
guna memastikan proses penyortiran TBS berjalan dengan baik sesuai dengan
SOP PT. Inti Indosawit Subur Pabrik Muara Bulian. Pengawasan yang
dilakukan oleh Asisten Operasional kepada Operator dan Pembantu Operator
yaitu memastikan tugas dan kewajiban dijalankan dengan baik sesuai dengan
tugas yang telah dibebankan kepadanya, apabila ada kesalahan dan kekeliruan
maka Asisten Operasional penyortiran TBS akan memberikan teguran dan
nasihat yang bersifat membangun demi kesempurnaan dalam kinerjanya.
a. Perencanaan (Planning)
Pada proses ini buah yang telah lolos dari penyortiran akan dilakukan
proses selanjutnya. Sebelum melakukan proses penimbunan sementara Asisten
Proses dan Mandor Proses membuat perencanaan dalam proses ini. Pembuatan
perencanaan memperhatikan beberapa hal yaitu: ketersediaan TBS kelapa sawit
pada penimbunan sementara, uji pengecekan operasional mesin-mesin proses
penimbunan sementara, jumlah ketersediaan lori-lori yang dibutuhkan dalam
proses penimbunan yaitu 24 unit lori, dan jumlah tenaga kerja Operator proses
penimbunan sementara setiap harinya yaitu 4 orang per shift yang terdiri dari 1
orang Operator dan 3 orang Pembantu Operator. Dengan demikian
perencanaan yang dibuat oleh Asisten Proses dan Mandor Proses adalah:
1. Memastikan ketersediaan TBS kelapa sawit benar-benar ada pada proses
penimbunan sementara.
2. Memastikan uji kelayakan mesin operasional proses penimbunan
sementara dalam keadaan terawat dengan baik.
3. Memastikan jumlah lori sebanyak 24 unit dalam proses penimbunan
sementara.
4. Memastikan jumlah Operator proses penimbunan sementara 1 orang dan 3
orang Pembantu Operator dalam sehari.
b. Pengorganisasian (Organizing)
Mandor adalah pimpinan dalam proses penimbunan sementara dan
mempunyai tangggung jawab yang penuh dalam proses penimbunan
sementara. Tugas utama dari mandor adalah membantu Manager Pabrik dan
Asisten Proses dalam mengelola proses penimbunan sementara dalam
pencapaian target produksi yang telah ditentukan oleh PT. Inti Indosawit
Subur.
Operator merupakan orang yang bertanggung jawab kepada mandor.
Tugas yang dilakukan oleh Operator sebelum proses penimbunan sementara
dilakukan yaitu: Operator proses penimbunan sementara telah menghitung dan
memastikan jumlah lori buah sebanyak 24 unit, melakukan pengecekkan dan
pengujian terhadap mesin-mesin operasional pada penimbunan sementara
(loading ramp) berjalan dengan baik.
c. Pergerakkan (Actuating)
Pada saat proses belum berlangsung, Mandor Proses memberikan
instruksi kerja kepada Operator dan Pembantu Operator guna menjelaskan dan
mengingatkan kembali instruksi kerja yang harus dilakukan. Asisten Proses
mengamati dan mengawasi ketika Mandor Proses memberikan instruksi kerja
agar tidak terjadi kesalahan instruksi. Operator melakukan uji berkala pada
setiap mesin yang akan digunakan, pengujian berkala yang dilakukan oleh
Operator adalah memeriksa pelumas yang digunakan pada sistem hidrolik
penimbunan sementara (loading ramp). Dengan adanya kesiapan dan
pengujian berkala yang dilakukan, maka ketersediaan mesin-mesin operasional
penimbunan sementara (loading ramp) dapat berjalan dengan baik sesuai
dengan yang diharapkan.
d. Pengawasan (Controlling)
Asisten Proses bertanggung jawab kepada Manager Pabrik dan
membawahi Mandor Proses. Pada saat proses produksi sedang berlangsung,
Asisten Proses memberikan pengawasan langsung terhadap Operator dan
Pembantu Operator yang sedang bekerja. Jika terdapat hal-hal yang tidak
sesuai dengan SOP PT. Inti Indosawit Subur Pabrik Muara Bulian, maka
Asisten Proses memanggil Mandor Proses untuk memberikan pengarahan yang
benar kepada Operator dan Pembantu Operator.
Pada proses ini, Mandor Proses memantau (monitoring) kinerja dari
Operator dan Pembantu Operator dengan memberikan arahan dan bimbingan
secara langsung. Asisten Proses memberikan pengawasan terhadap kinerja
Operator dan Pembantu Operator, apabila terdapat kesalahan maupun kinerja
yang tidak sesuai dengan SOP PT. Inti Indosawit Subur Pabrik Muara Bulian
maka karyawan tersebut akan mendapatkan teguran.
b) Pengorganisasian (Organizing)
Mandor Proses merupakan pimpinan dalam proses perebusan TBS
kelapa sawit, dan mempunyai tangggung jawab yang penuh terhadap
semua proses perebusan TBS kelapa sawit. Mandor Proses memberikan
arahan kepada Operator dan Pembantu Operator mengenai tugas-tugas
yang harus dilaksanakan. Asisten Proses memiliki wewenang dengan
memberikan intruksi kepada mandor mengenai tugas-tugas yang harus
dilakukan. Operator adalah orang yang bertanggung jawab kepada mandor
dan Asisten Proses.
c) Pergerakan (Actuating)
Pergerakan kegiatan di stasiun perebusan merupakan tanggung
jawab yang diberikan kepada Asisten Proses dan dibantu oleh Mandor
Proses serta Operator yang bertanggung jawab atas tugas-tugasnya.
Sehingga sebelum melaksanakan kegiatan, Asisten Proses dan Mandor
Proses memberikan pengarahan kepada Operator. Pengarahan diberikan
setiap hari pada saat breafing pagi pukul 06.30-07.00 WIB yang bertujuan
untuk mengarahkan karyawan untuk melaksanakan kerja pada hari itu,
melakukan evaluasi tentang hasil kerja hari sebelumnya, dan
mengingatkan kembali tentang keselamatan kerja kepada Operator agar
lebih berhati-hati dalam bekerja. Operator dan Pembantu Operator pada
bagian perebusan dibagi menjadi dua shift kerja dengan jam kerja satu hari
tujuh jam.
Operator mengoperasikan mesin-mesin di stasiun rebusan sesuai
dengan instruksi kerja, memastikan/memeriksa tekanan steam yang
digunakan yaitu antara (2,8 - 3,0 kg/cm 2) sesuai dengan SOP PT. Inti
Indosawit Subur dalam proses perebusan, Operator proses juga
memperkirakan waktu yang dibutuhkan dalam proses perebusan yaitu 85
menit sesuai dengan kualitas buah yang ada di lori, selain itu Operator
juga menyediakan/menyiapkan 6 buah lori untuk masing-masing mesin
operasional sterilizer yang tersedia.
d) Pengawasan (Controlling)
Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh Asisten Proses terhadap
kinerja dari Mandor Proses adalah ikut serta hadir pada saat mandor
memberikan pengarahan kepada Operator perebusan, hal ini dimaksudkan
agar tidak terjadi kekeliruan dalam memberikan arahan dan bimbingan
kepada Operator dan Pembantu Operator.
Bentuk pengawasan yang dilakukan oleh Mandor Proses kepada
Operator perebusan yaitu: melakukan pengawasan langsung terhadap
kinerja Operator, sehingga apabila terjadi kesalahan dan pelanggaran yang
dilakukan oleh Operator proses perebusan maka Mandor Proses akan
memberikan teguran dan saran yang bersifat membangun demi kebaikan
dalam melakukan pekerjaan kedepannya.
b) Pengorganisasian (Organizing)
Asisten Proses bertugas memberikan instruksi kepada Mandor
Proses, memberikan sanksi kepada karyawan yang tidak disiplin dengan
berkoordinasi dengan Manager Pabrik, serta mengambil tindakan untuk
pencegahan dan menangani permasalahan di stasiun penebahan
(threshing).
Mandor bertugas melakukan pengawasan secara langsung terhadap
Operator stasiun penebahan (threshing), membantu Asisten memonitor
efektivitas pemisahan berondolan yang tidak terpipil sempurna, serta
melaporkan kepada Asisten setiap permasalahan yang berkaitan dengan
stasiun penebahan (threshing).
Operator bertugas mengoperasikan mesin-mesin di stasiun
penebahan (threshing) sesuai dengan instruksi kerja yang diberikan, dan
berada di tempat selama proses dan melakukan monitor terhadap mesin
dan peralatan di stasiun penebahan (threshing) selama beroperasi.
c) Pergerakkan (Actuating)
Pergerakkan kegiatan di stasiun penebahan (threshing) merupakan
tanggung jawab yang diberikan kepada Asisten Proses dan dibantu oleh
Mandor Proses serta Operator yang bertanggung jawab atas tugas-
tugasnya. Sehingga sebelum melaksanakan kegiatan, Asisten Proses dan
Mandor Proses memberikan pengarahan kepada Operator. Pengarahan
diberikan setiap hari pada saat briefing pagi pukul 06.30-07.00 WIB yang
bertujuan untuk mengarahkan karyawan untuk melaksanakan kerja pada
hari itu, melakukan evaluasi tentang hasil kerja hari sebelumnya, dan
mengingatkan kembali tentang keselamatan kerja kepada Operator agar
lebih berhati-hati dalam bekerja. Operator dan Pembantu Operator pada
bagian penebahan (threshing) dibagi menjadi dua shift kerja dengan jam
kerja satu hari tujuh jam.
d) Pengawasan (Controlling)
Bentuk pengawasan yang dilakukan Asisten Proses terhadap Mandor
Proses dan Operator adalah dengan memberikan teguran dan sanksi,
apabila terdapat permasalahan yang disebabkan oleh lalainya karyawan
dengan berkoordinasi bersama Manager Pabrik sebelumnya. Bentuk
pengawasan mandor kepada Operator dan Pembantu Operator adalah
dengan menitikberatkan terhadap ketelitian, keseriusan, dan kefokusan
dalam menjalankan tugas yang telah dibebankannya. Apabila terjadi
kesalahan dan kelalaian, maka mandor akan memberikan teguran dan
nasihat yang dibutuhkan oleh Operator dan Pembantu Operator proses
penebahan (threshing) dalam melakukan perkerjaan sehari-harinya.
b) Pengorganisasian (Organizing)
Rencana kerja ini kemudian dijalankan oleh Asisten Proses, mandor,
Operator dan Pembantu Operator. Asisten Proses bertugas memberikan
instruksi kepada Mandor Proses, memberikan sanksi kepada karyawan
yang tidak disiplin dengan berkoordinasi dengan Manager Pabrik, serta
mengambil tindakan untuk pencegahan dan menangani permasalahan di
stasiun pengempaan (pressing).
Mandor bertugas membantu Asisten Proses dalam proses
pengempaan (pressing), serta membina kesatuan kerja kepada Operator
sehingga mencapai target yang baik dalam proses pengempaan.
Operator bertugas mengoperasikan mesin-mesin di stasiun
pengempaan (pressing) sesuai dengan instruksi kerja yang diberikan, dan
berada di tempat selama proses dan melakukan monitor terhadap mesin
dan peralatan di stasiun pengempaan (pressing) selama beroperasi.
c) Pergerakan (Actuating)
Pada proses pengempaan sedang berlangsung mandor langsung
memonitoring dari kinerja yang dilakukan oleh Operator proses
pengempaan. Hasil monitoring kemudian dilaporkan kepada Asisten
Proses dan didiskusikan bersama jika terdapat permasalahan dilapangan
agar dapat ditemukan solusinya.
d) Pengawasan (Controlling)
Bentuk pengawasan yang dilakukan pada proses pengempaan yaitu:
pengawasan yang dilakukan oleh Manager Pabrik secara tiba-tiba dan dari
hasil laporan Asisten Proses. Pengawasan yang dilakukan oleh Manager
Pabrik kepada semua karyawan yang ada pada proses pengempaan hanya
memastikan proses pengempaan berjalan dengan baik sesuai dengan SOP
PT. Inti Indosawit Subur Pabrik Muara Bulian.
Pengawasan yang dilakukan Asisten Proses kepada Mandor Proses
yaitu memastikan tugas dan kewajiban dari Mandor Proses dijalankan
dengan baik sesuai dengan tugas yang telah dibebankan kepadanya,
apabila terdapat kesalahan dan kekeliruan maka Asisten Proses akan
memberikan teguran dan sanksi sesuai dengan kesalahan yang dibuat.
b) Pengorganisasian (Organizing)
Rencana kerja ini kemudian dijalankan oleh Asisten Proses, Mandor
Proses, Operator dan Pembantu Operator. Asisten Proses bertugas
membuat perencanaan, melakukan pengawasan terhadap operasional pada
stasiun pemurnian minyak, serta mengambil tindakan untuk pencegahan
dan menangani permasalahan di stasiun pemurnian minyak. Mandor
Proses adalah orang yang bertanggung jawab terhadap kedisiplinan
karyawan dan kelengkapan alat-alat safety.
Operator adalah orang yang bertanggung jawab terhadap kerusakan
mesin/peralatan yang diakibatkan oleh kelalaian, serta bertanggung jawab
terhadap kapasitas mesin-mesin di stasiun pemurnian.
c) Pergerakan (Actuating)
Asisten Proses memiliki tanggung jawab terhadap losses minyak
pada heavy phase dan solid decanter, presentase oil pada sludge
underflow, kualitas CPO produksi, administrasi stasiun pemurnian minyak,
serta terhadap skill dan keterampilan Operator. Pada saat proses pemurnian
minyak berlangsung, Operator mengoperasikan mesin-mesin operasional
pada stasiun pemurnian minyak sesuai dengan instruksi kerja yang
diberikan oleh Mandor Proses. Mandor langsung memonitoring kinerja
yang dilakukan Operator dengan tujuan bahwa Operator bekerja sesuai
dengan SOP PT. Inti Indosawit Subur.
d) Pengawasan (Controlling)
Bentuk pengawasan yang dilakukan Asisten Proses adalah dengan
memberikan sanksi kepada karyawan yang tidak disiplin (indisipliner)
dengan berkoordinasi dengan Manager Pabrik sebelumnya. Bentuk
pengawasan Mandor Proses terhadap Operator adalah dengan memberikan
teguran kepada Operator yang melakukan tindakan tidak disiplin
(indisipliner).
Bentuk pengawasan yang dilakukan Mandor Proses terhadap
Operator proses pemurnian minyak adalah dengan melihat ketelitian,
keseriusan serta kefokusan Operator proses dalam bekerja. Apabila terjadi
kesalahan dan kelalaian, maka Mandor Proses akan memberikan teguran
dan nasihat terhadap tindakan yang dilakukan guna memperbaiki dan
mencegah kesalahan di hari berikutnya.
b) Pengorganisasian (Organizing)
Asisten Operasional bertugas memastikan volume BST (Bulk
Storage Tank) cukup menampung produksi harian CPO (Crude Palm Oil),
melakukan analisa terhadap keamanan penimbunan dan pengiriman CPO
(Crude Palm Oil), kualitas CPO (Crude Palm Oil) produksi pada masing-
masing BST (Bulk Storage Tank), serta memastikan tidak ada tumpahan
atau kebocoran pipa pada proses pengiriman CPO (Crude Palm Oil).
Kepala Tata Usaha (KTU) Pabrik bertugas memonitor pengisian
CPO (Crude Palm Oil) dan memastikan komoditi yang dikirim sesuai
standar yang ditetapkan oleh PT. Inti Indosawit Subur Pabrik Muara
Bulian.
Operator bertugas melakukan sounding CPO (Crude Palm Oil) di
tanki-tanki proses dan BST (Bulk Storage Tank), membuat laporan hasil
sounding, melakukan drain BST sebelum memuat CPO ke dalam truk
pengangkut, melakukan koordinasi dengan security akan jumlah truk CPO
(Crude Palm Oil) yang antri, serta menyiapkan berkas dokumen untuk
diserahkan ke KTU.
c) Pergerakan (Actuating)
Asisten Proses memiliki tanggung jawab terhadap pengiriman CPO
(Crude Palm Oil), terhadap realisasi jadwal kebersihan mesin dan
peralatan serta lokasi kerja stasiun penimbunan dan pengiriman CPO
(Crude Palm Oil), serta terhadap pengaturan pengisian BST (Bulk Storage
Tank) untuk mengantisipasi meluapnya CPO (Crude Palm Oil) dari tanki
BST (Bulk Storage Tank). Kepala Tata Usaha (KTU) bertanggung jawab
terhadap kelancaran pemuatan CPO (Crude Palm Oil), volume pengiriman
CPO (Crude Palm Oil) per hari.
Pada saat proses penimbunan minyak berlangsung, Operator
mengoperasikan mesin-mesin operasional pada stasiun penimbunan dan
pengiriman CPO sesuai dengan instruksi kerja yang diberikan oleh
Mandor. Mandor langsung memonitoring kinerja yang dilakukan Operator
dengan tujuan bahwa Operator bekerja sesuai dengan SOP PT. Inti
Indosawit Subur.
d) Pengawasan (Controlling)
Bentuk pengawasan yang dilakukan Asisten Operasional adalah
memastikan pengiriman CPO tepat waktu. Kemudian memberikan sanksi
kepada karyawan yang tidak disiplin (indisipliner) dengan berkoordinasi
dengan Manager Pabrik sebelumnya. Apabila terjadi kesalahan dan
kelalaian, maka Asisten Operasional akan memberikan teguran dan nasihat
terhadap tindakan yang dilakukan guna memperbaiki dan mencegah
kesalahan di hari berikutnya.
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan kegiatan magang di PT. Inti Indosawit Subur (Asian
Agri Group) Kebun Muara Bulian, pada manajemen proses pengolahan TBS
kelapa sawit menjadi CPO (crude palm oil) dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Proses pengolahan TBS menjadi CPO (crude palm oil) terbagi menjadi
beberapa stasiun yaitu: stasiun penerimaan buah (fruit reception), stasiun
perebusan (sterilizer), stasiun penebahan (threshing), stasiun pengempaan
(pressing), stasiun pemurnian minyak (clarification), dan stasiun penimbunan
dan pengiriman CPO (Despatch CPO).
2. Aspek manajemen pengolahan TBS menjadi CPO (crude palm oil) di PT. Inti
Indosawit Subur menerapkan sistem POAC (Planning, Organization,
Actuating dan Controlling) pada semua stasiun proses pengolahan TBS
kelapa sawit menjadi CPO (crude palm oil). Sistem manajemen perencanaan
(planning) proses pada setiap stasiun sudah berjalan dengan baik, hanya saja
terdapat selisih angka (gap) pada stasiun penerimaan buah (fruit reception).
3. Tidak tercapainya target tonase olah TBS kelapa sawit dikarenakan dua faktor
yaitu; faktor eksternal (penurunan harga TBS kelapa sawit yang
menyebabkan banyaknya buah luar yang tidak masuk, serta rusaknya fasilitas
jalan dikarenakan faktor cuaca) dan faktor internal (angka kerapatan panen
(AKP) buah kebun rendah sehingga produksi buah menurun).
4. Sistem manajemen pengorganisasian (organizing) pada pengolahan TBS
menjadi CPO dikepalai oleh Manager Pabrik yang pelaksanaan tugasnya
dikerahkan kepada Asisten Proses dan dibantu oleh Mandor Proses.
Pengorganisasian sudah berjalan dengan baik karena semua karyawan telah
melaksanakan tugas dengan baik berdasarkan pembagian tugas yang
diberikan dan dibebankan kepadanya.
5. Sistem manajemen pergerakkan (actuating) pada pengolahan TBS menjadi
CPO telah dilakukan sesuai dengan SOP PT. Inti Indosawit Subur (Asian
Agri Group). Sebelum pelaksanaan pengolahan dilakukan, Asisten Proses dan
Mandor Proses memberikan arahan kepada karyawan guna menjelaskan
pembagian tugas dan mengevaluasi hasil kinerja karyawan.
6. Pengawasan (controlling) dilakukan langsung oleh Mandor Proses yang
bertanggung jawab kepada Asisten Proses, dan Asisten Proses bertanggung
jawab kepada Manager Pabrik. Pengawasan pada proses pengolahan
dilakukan dengan menetapkan standar atau target pada setiap stasiun
pengolahan, perusahaan akan memberikan peringatan lisan atau tulisan bagi
karyawan yang melanggar aturan (indisipliner).
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Fricke, Thomas B. 2009. Buku Panduan Pabrik Kelapa Sawit Skala Kecil untuk
Produksi Bahan Baku Bahan Bakar Nabati (BBN). USAID. Indonesia.
GAPKI, 2010. Buku Mengenal Kelapa Sawit dan Beberapa Keunggulannya.
http://archive.mpoc.org.my/References_of_Palm_Oil_Studies_on_Cholestro
l.aspx. (Diakses tanggal 10 September 2015).
Artaya,I Putu. 2010. Kuliah Magang Kerja. http://putuartayasa.blogspot.co.id/
2010/05/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_26.html. (Diakses tanggal
15 September 2015).
Depperind. 2007. Gambaran Sekilas Industri Minyak Kelapa Sawit.
From:www.kemenperin.go.id/.../Paket-Informasi-Komoditi-Minyak-Kelapa
-Sawit. (Diakses tanggal 10 September 2015).
________. 2009. Roadmap Industri Pengolahan CPO.
From:http://agro.kemenperin.go.id/eklaster/file/roadmap/KICSUMUT_1.pd
f. (Diakses 16 September 2015).
G.R.Terry & L.W.Rue. 2012. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
IPB. 2005. Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP).
http://itp.fateta.ipb.ac.id/fthn3/cbt/haccp-apa.php. (Diakses 16 September
2015).
KPDE. 2013. Perkebunan. http://batangharikab.go.id/bat/statis-25-
perkebunan.html. (Diakses 16 September 2015).
Marantika, SM. 2015. Gambaran Umum Perusahaan. repository.uin-
suska.ac.id/.../9%20BAB%20III%20GAMBARAN%20U. (Diakses 16
September 2015).
Riza. 2014. SOP Timbangan di Kebun Kelapa Sawit. https://www.scribd.com/doc
/210959938/Proses-Penimbangan-Di-Pabrik-Kelapa-Sawit. (Diakses 17
September 2015).
Sarumpaet, Pahala. 2011. Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi CPO.
http://www.kompasiana.com/e1g008010/pengolahan-kelapa-sawit-menjadi-
cpo_550b412f8133111578b1e50d. (Diakses 16 September 2015).
Sastrosayono, Selardi. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Jakarta : AgroMedia
Pustaka.
Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya & Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta:
AgroMedia Pustaka.
Yan Fauzi, dkk. 2004. Kelapa Sawit (Budidaya Hasil & Limbah, Analisis Usaha
& Pemasaran). Jakarta : Penebar Swadaya.