DOSEN PEMBIMBING
DISUSUN OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alla SWT. karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Pembangunan dan Permasalahan Kemiskinan Struktural dan Kultural
dengan baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Dan juga kami berterima
kasih pada dosen mata kuliah Ilmu Sosial Dasar Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur’an
Al-Lathifiyyah yang telah memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan tentang Ilmu Sosial Dasar, yang menurut kami dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Sudah sepatutnya kita sebagai anak bangsa berbangga atas prestasi yang
telah ditorehkan negeri tercinta ini. Dengan segala bentuk kerja keras, akhirnya
Indonesia menempatkan diri sebagai salah satu negara miskin didunia.
Prestasi itupun membuahkan hasil dengan adanya penghargaan berupa aliran dana
segar dan semakin memantapkan posisinya dalam daftar negara penghutang.
Sungguh ironis, namun itulah yang terjadi. Fenomena kemiskinan ini akan
semakin tampak nyata dan bentuk pengorbanannya berupa ratapan tangisan anak
bangsa dan peluh para buruh yang terkapar.
Saya mencoba mengambil intisari dari Al – Qur’an surat Ar Raa’d ayat 11,
“…Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.…”
Terdapat refleksi sosiologis dari ayat tersebut yaitu 1) Konsep perubahan
masyarakat (taghyir), yang menurut M. Quraisy Syihab ditafsirkan sebagai proses
perubahan yang memosisikan manusia menjadi pelaku perubahan baik secara
individu maupun bagian dari komunitas atau masyarakat. Berdasarkan
pembentukan katanya, subjek pada ayat tersebut adalah Qaum yakni sekelompok
manusia yang berkumpul dan terdiri dari berbagai jenis golongan, suku, bahasa,
yang disatukan oleh ikatan tertentu dan mempunyai tujuan yang sama. Inilah yang
mendasari terbentuknya faham kebangsaan Dengan kata lain, perubahan ini
mengarah pada gerakan sosial yang mampu menggerakkan masyarakat (massa)
menuju sebuah tata nilai ideal. 2) Konsep potensi diri. Berdasarkan tafsir Asy-
Sya’rawi, Nafs (potensi diri manusia) sebagai penggerak tingkah laku manusia.
Dalam nafs terdapat dua dimensi yaitu kebaikan dan keburukan.
Maka dari itu kualitasnya dapat meningkat atau menurun. Nafs dalam diri
manusia menjadi wadah dari berbagai potensi, menjadi penentu posisi dan peran
manusia dalam bidang sosial, ekonomi, politik, keilmuan dsb. Kualitas nafs
berimplikasi pada kualitas SDM. Atas dasar itulah, salah satu aspek dalam
masyarakat yang menjadi fokus utama pengembangan adalah nafas.
BAB III
PENUTUP
3. 1 Kesimpulan
3.2 Saran
Tak ada gading yang tak retak. Kritik dan saran yang bersifat konstruktif kami
harapkan dari pembaca sebagai bahan pertimbangan untuk pembuatan makalah
selanjutnya yang lebih baik.