Anda di halaman 1dari 16

Nama : Zidan Ramadhan Kurnia Putra

NIM : 1203050185
Kelas : Ilmu Hukum D
Mata Kuliah : Ilmu Tauhid
No.Absen : 46

Resume Materi 7-12

Resume 7 : Thoriqoh dan Wushul Kepada Allah


Thariqah atau Tarekat secara makna berarti jalan, maksudnya adalah salah satu jalan
menuju kepada ridha Allah atau salah satu jalan menuju wushul (sampai kepada Tuhan). Jadi,
thariqah merupakan sebuah aliran ajaran dalam pendekatan terhadap Tuhan. Rutinitas yang
ditekankan dalam Tarekat ini biasanya adalah memperbanyak dzikir kepada Allah. Lewat
thariqah ini, umumnya orang berharap agar selalu mendapat ridha dari Allah Swt, atau bahkan
bisa sampai derajat Wushul. Meskipun sebenarnya thariqah bukanlah jalan satu-satunya Wushul
kepada Allah. Wushul adalah derajat tertinggi (sampai kepada Tuhan). Untuk mencapai derajat
wushul ini, orang bisa mencoba lewat bermacam-macam jalan. Hanya saja memang kebanyakan
orang menganggap thariqah adalah satu-satunya jalan paling mudah atau jalan pintas menuju
wushul. Seperti halnya thariqah, ibadah lain sebetulnya juga bisa mengantar sampai ke derajat
wushul. Ada dua ibadah yang setan dan jin sangat sungguh-sungguh dalam usaha menggagalkan
atau menggoda, yaitu shalat dan dzikir. Karena shalat dan dzikir merupkan dua ibadah yang
besar kemungkinannya bisa diharapkan akan membawa keselamatan, bahkan bisa mencapai
derajat wushul. Sehingga di dalam shalat dan dzikir orang akan merasakan kesulitan untuk dapat
selalu mengingat Tuhan ketika setan menggoda.

Dalam kitabnya Jami’ah Al-maqhosid, Hadratusyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari


menjelaskan cara Wushul Kepada Allah sebagaimana berikut:

Taubat (meninggalkan) dari segala hal yang haram dan yang makruh

-Mencari ilmu sesuai kebutuhan

-Melanggengkan diri dalam keadaan suci


-Melanggengkan diri untuk melakukan sholat fardhu di awal waktu dengan berjamaah

-Melanggengkan diri untuk melakukan sholat sunnah rawatib

-Melanggengkan diri untuk melaksanakan sholat dhuha sebanyak delapan rakaat

-Melanggengkan diri untuk melakukan sholat sunnah sebanyak enam rokaat diantara Magrib dan
Isya

-Melakukan sholat malam dan Sholat witir

-Puasa sunnah di hari Senin dan Kamis

-Puasa sunnah tiga hari dalam ayyamuk biid(pertengahan bulan Hijriyah, ketika bulan purnama)

-Puasa di hari-hari mulia

-Membaca Al Quran dengan penuh penghayatan

-Memperbanyak Istighfar

-Memperbanyak sholawat kepada Nabi Muhammad SAW.

-Melanggengkan diri untuk membaca dzkir-dzikir yang disunnahkan di pagi hari dan sore hari.

Allahuma bika nusbihu wa bika numsi wa bika nuhyi wabika namutu wa ilaikan nusur shobahan
wal masir masyaan, asabahna waasbaha milku lillahi walhamdu lillahi wal kibriyau wal
adhomatu lillahi wal kholqu lillahi wal amru, wal lailu wannaharu ma wa ma sakana fihima
lillahi. Allahumma ma asbaha bii min ni’matin aw biahadin min kholqika faminka wahdaka la
syarika laka, falakal hamdu walakas syukru. ( dibaca3x)

Allahumma inni asbahtu asyhaduka wa asyahadu hamlata ‘arsyika wa malaikatika wa jami’i


kholkiak, innaka anta allahu la ilah illa anata wahdaka la syarika laka wa inna muhammadan
‘abduka wa rusuluka (dibaca 4X)

Roditubillahi rabba wa bil islami dinan wabisayyidina muhammadin nabiyya warosulla (dibaca
3x)

Amanar rosulu bima unzila ilaihi mir robbihi wal mu’mina kullun amana billahi wa malaikatuhu
wa kutubihi wa rusuulihi la nuaffariqu baina ahadim min rusulihi wa qolu sami’na wa atho’na
ghufronaka robbana wa ilaikal mashiru la yukallifullaahu nafsan illa wus’aha laha ma kasabat
wa’ alaiha maktasabat robbana la taukhidna in nashina au akhho’na robbana wa la tahmil a’laina
ishron kama hamaltahu a’lladzina min qoblina robbana wa la tuhammilna ma la thoqota lana bihi
wa’fu anna waghfir lana warhamna anta maulana fanshurna ala qoumil kafirin, fain tawallau
faqul hasbiyallahu la ilaha illa huwa ‘alaihi tawakkaltu wa huwa robbul arsyil ‘adhim (dibaca 7
x).

Fa subhanallahi hina tumsunabwa hina tusbihun wa lahul hamdu…. hingga firman Allah
“tuhrojuna”.

Surat yasin

‘Audzu billahis sami’il ‘alimi minas syaithonir rojim (dibaca 3x)

Lau anzalna hadzal qur’ana ala jabalin laroaitahum li sajidin..hingga akhir surat.

Surat Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas (dibaca 3x)

‘Audzu bi kalimatillahit tammati min ghodobihi wa ‘iqobihi wa syarri ‘ibadihi wa min


hamazatis syathini wa an yadhurruni (dibaca 3x)

Astagfirullahal adhim alladzi la ilaha illa huwal hayyul qoyyumu wa atubu ilaihi (dibaca 3x).
Resume 8 : Alhadiyat, Wahadiyyat, dan Ahad Bagi Allah

1. Alhadiyat

Martabat Tertinggi Ketuhanan. Tuhan digambarkan sebagai Dzat yang tidak bisa disebut
dengan apa pun. Inilah Tuhan Sejati bagi manusia, tidak pandang bangsa dan agama. Dalam
Islam sering disebut dengan keadaan Kunhi Dzat atau Dzat semata. Para sufi Jawa yang banyak
dipengaruh oleh filsafat Hindu menyebutkan dengan istilah Aku. Pada keadaan ini, tidak ada
sesuatu selain Dzat Tuhan. Kosong hampa. Sunyi-senyap. Tidak ada sifat, nama, atau perbuatan.
Maka Ibn ‘Arabi pernah melontarkan gagasan kesatuan semua agama. Hal ini bisa diterima jika
dipandang dalam keadaan ini, yakni keadaan Aku semata.

2. Wahadiyyat

Martabat Ahadiyat, Tuhan adalah Dzat Suci yang berdiri sendiri. Tak ada yang lain selain
Diri-Nya. Dia rindu untuk dikenal, namun siapa yang akan mengenal-Nya karena tidak ada yang
lain selain Diri-Nya. Tuhan berkehendak menciptakan makhluk agar Diri-Nya dikenal oleh
makhluk tersebut. Inilah proses awal penciptaan. Tuhan hendak menciptakan makhluk. Untuk
menciptakan sesuatu pastilah menggunakan bahan. Bahan tersebut diambil dari-Nya sendiri.
Logis, karena tidak ada bahan lain selain Diri-Nya. Tidak tersisa ruang sedikit pun untuk selain
Diri-Nya,maka otamatis Tuhan mengambil bahan dari Diri-Nya sendiri. Sebenarnya pencipaan
ini lebih bersifat maknawi, Dia tidak pernah membuat sesuatu yang baru, namun hanya
menampakkan Diri dengan penampakan lain atau tajalli.Tuhan menurunkan kualitas Diri-Nya,
dari Dzat Mutlak yang teramat Suci menjadi dua sebagaimana dibayangkan akal. Tidak seperti
itu sama sekali. Penurunan ini hanya sekedar ungkapan yang bermakna simbolis. Sama halnya
dengan air laut yang menampakan diri dengan penampakan lain berupa gelombang.Sebenarnya
tidak ada bedanya antara air laut dan gelombang, keduannya adalah satu juga.

inilah martabat Tuhan yang kedua yakni Martabat Wahdat. Dia sudah melakukan proses
pencipaan pertama. Ciptaan pertama-Nya ini berupa Nur Muhammad atau Cahaya Muhammad.
Ranggawarsita menyebutnya sebagai Syajaratul Yakin atau Pohon Keyakinan. Ibnu ‘Arabi
menjabarkannya sebagai Asyajaratul Kaun atau Pohon Kejadian. Cahaya ini memiliki nama agar
mudah dikenali. Orang-orang Islam menyebut-Nya dengan sebutan Allah. Di berfirman : “Allah
adalah Cahaya bagi langit dan bumi.” Nur Muhammad bukan Tuhan tapi juga bukan makhluk. Ia
ada di tengah-tengah antara keduannya. Namun dalam Martabat Wahidiyat ini, Nur MUhammad
lebih bersifat ketuhanan. Allah yang di sembah orang-orang hakikatnya adalah Tuhan yang
sudah menurunkan Diri, bukan Tuhan Sejati. Tuhan Sejati itu adalah Dzat Mutlak atau Aku.

3. Ahad Bagi Allah


Ahad menjadi salah satu sifat Allah SWT yang masuk dalam Asmaul Husna. Sifat tersebut
memiliki arti Yang Maha Esa atau Allah Maha Esa. Ahad bermakna bahwa Allah SWT Maha
Esa dalam berbagai hal. Artinya, tidak ada makhluk yang memiliki sifat seperti Allah SWT
karena ia Maha Esa atau disebut pula Yang Maha Tunggal. Tidak hanya pada Asmaul Husna, Al
Ahad juga disebut dalam firman Allah SWT yakni surat Al Ikhlas. Surat tersebut menjadi bagian
firman yang mulia karena di dalamnya terdapat penjelasan khusus mengenai keesaan Allah
SWT. Al Ahad dalam surat Al Ikhlas menjelaskan bahwa Allah SWT tidak beranak dan
diperanakkan, seperti yang berbunyi sebagai berikut.

َّ ‫﴾ هَّللا ُ ال‬١﴿ ‫قُلْ هُ َو هَّللا ُ أَ َح ٌد‬


‫﴾ لَ ْم‬٢﴿ ‫ص َم ُد‬

‫﴾ َولَ ْم يَ ُك ْن لَهُ ُكفُ ًوا أَ َح ٌد‬٣﴿ ‫يَلِ ْد َولَ ْم يُولَ ْد‬

Artinya: Katakanlah, “Dia-lah Allâh, Yang Maha Esa. Allâh adalah Rabb yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,dan tidak ada
seorangpun yang setara dengan Dia.” (Al-Ikhlash 112:1-4)

Al Ahad menjadi penegasan bahwa Allah SWT adalah tunggal dan tidak ada Tuhan selain
diri-Nya yang pantas disembah. Selain itu, sifat tersebut dapat diartikan bahwa Allah SWT
melakukan penciptaan makhluknya tanpa bantuan dan hanya seorang diri. Al Ahad juga
menerangkan bahwa tidak ada yang setara dengan Allah SWT. Salah satu bagian dari Asmaul
Husna tersebut dapat menjadi refleksi umat Islam untuk melihat kembali makna Allah SWT
Yang Maha Esa.
Resume 9 : Tahalliy, Takholliy, dan Tajalliy Sebagai Perwujudan Insyani

Dalam rangkaian metode pembersihan hati, para sufi menetapkan dengan tiga tahap :
Takhalli, Tahalli, dan Tajalli. Takhalli, sebagai tahap pertama dalam mengurus hati, adalah
membersihkan hati dari keterikatan pada dunia. Hati, sebagai langkah pertama, harus
dikosongkan. Ia disyaratkan terbebas dari kecintaan terhadap dunia, anak, istri, harta dan segala
keinginan duniawi. Dunia dan isinya, oleh para sufi, dipandang rendah. Ia bukan hakekat tujuan
manusia. Manakala kita meninggalkan dunia ini, harta akan sirna dan lenyap. Hati yang sibuk
pada dunia, saat ditinggalkannya, akan dihinggapi kesedihan, kekecewaan, kepedihan dan
penderitaan. Untuk melepaskan diri dari segala bentuk kesedihan, lanjut para saleh sufi, seorang
manusia harus terlebih dulu melepaskan hatinya dari kecintaan pada dunia.

Tahalli, sebagai tahap kedua berikutnya, adalah upaya pengisian hati yang telah dikosongkan
dengan isi yang lain, yaitu Allah (swt). Pada tahap ini, hati harus selalu disibukkan dengan dzikir
dan mengingat Allah. Dengan mengingat Allah, melepas selain-Nya, akan mendatangkan
kedamaian. Tidak ada yang ditakutkan selain lepasnya Allah dari dalam hatinya. Hilangnya
dunia, bagi hati yang telah tahalli, tidak akan mengecewakan. Waktunya sibuk hanya untuk
Allah, bersenandung dalam dzikir. Pada saat tahalli, lantaran kesibukan dengan mengingat dan
berdzikir kepada Allah dalam hatinya, anggota tubuh lainnya tergerak dengan sendirinya ikut
bersenandung dzikir. Lidahnya basah dengan lafadz kebesaran Allah yang tidak henti-hentinya
didengungkan setiap saat. Tangannya berdzikir untuk kebesaran Tuhannya dalam berbuat. Begitu
pula, mata, kaki, dan anggota tubuh yang lain. Pada tahap ini, hati akan merasai ketenangan.
Kegelisahannya bukan lagi pada dunia yang menipu. Kesedihannya bukan pada anak dan istri
yang tidak akan menyertai kita saat maut menjemput. Kepedihannya bukan pada syahwat badani
yang seringkali memperosokkan pada kebinatangan. Tapi hanya kepada Allah. Hatinya sedih
jika tidak mengingat Allah dalam setiap detik.

Setelah tahap pengosongan dan pengisian, sebagai tahap ketiga adalah Tajalli. Yaitu, tahapan
dimana kebahagian sejati telah datang. Ia lenyap dalam wilayah Jalla Jalaluh, Allah subhanahu
wataala. Ia lebur bersama Allah dalam kenikmatan yang tidak bisa dilukiskan. Ia bahagia dalam
keridhoan-Nya. Pada tahap ini, para sufi menyebutnya sebagai ma’rifah, orang yang sempurna
sebagai manusia luhur. Syekh Abdul Qadir Jaelani menyebutnya sebagai insan kamil, manusia
sempurna. Ia bukan lagi hewan, tapi seorang malaikat yang berbadan manusia. Rohaninya telah
mencapai ketinggian kebahagiaan. Tradisi sufi menyebut orang yang telah masuk pada tahap
ketiga ini sebagai waliyullah, kekasih Allah. Orang-orang yang telah memasuki tahapan Tajalli
ini, ia telah mencapai derajat tertinggi kerohanian manusia. Derajat ini pernah dilalui oleh Hasan
Basri, Imam Junaidi al-Baghdadi, Sirri Singkiti, Imam Ghazali, Rabiah al-Adawiyyah, Maruf al-
Karkhi, Imam Qusyairi, Ibrahim Ad-ham, Abu Nasr Sarraj, Abu Bakar Kalabadhi, Abu Talib
Makki, Sayyid Ali Hujweri, Syekh Abdul Qadir Jaelani, dan lain sebagainya. Tahap inilah
hakekat hidup dapat ditemui, yaitu kebahagiaan sejati.
Resume 10 : Potensi Insani Sebagai Penerima ajaran Tauhid Berdasarkan Logika, Etik,
dan estetik

Nilai insani adalah nilai yang tumbuh danberkembang atas kesepakatan manusia yang
akan terus berkembang ke arah yang lebih maju dan lebih tinggi. Nilai ini bersumber dari ra‟yu,
adat istiadat dan kenyataan alam. Sedangkan nilai bila ditinjau dari orientasinya dikategorikan
kedalam empat bentuk nilai yaitu:

A. Nilai etis Nilai etis adalah nilai yang mendasari orientasinya pada ukuran baik dan buruk.

B. Nilai Pragmatis Nilai Pragmatis adalah nilai yang mendasari orientasinya pada berhasil atau
gagalnya.

C. Nilai Efek Sensorik Nilai efek sensorik adalah nilai yang mendasari orientasinya pada hal
yang menyenangkan atau menyedihkan.

D. Nilai Religius Nilai religius adalah nilai yang mendasari orientasinya pada dosa dan pahala,
halal dan haramnya.

Nilai – nilai yang mendominasi jika ditinjau dari segala sudut pandang, yaitu antara lain :

A. Tauhid Sebagai Prinsip Pertama Etika Tauhid menegaskan bahwa Tuhan Maha Esa
menciptakan manusia dalam bentuk terbaik utuk menyembah dan mengabdi kepada-Nya.
Tauhid juga menegaskan bahwa tujuan ini termasuk kekhalifahan manusia di muka bumi
dengan membebaninya (takli>f) tanpa batasan karena kewajibannya mencakup seluruh
alam semesta. Berkat ini, manusia mengemban kosmis dibawah naungan Ilahiah yang
mendorong kepada moral. Hal tersebutlah yang membedakan antara humanisme Islam
dengan humanisme yang lainnya, seperti peradaban Yunani yang mengembangkan
humanisme dengan berlandaskan pada naturalisme yang berlebihan sehingga mereka
menedawakan manusia bahkan tidak tersinggung ketika dewadewanya digambarkan
sebagai penipu bahkan pezina.

B. Tauhid Sebagai Prinsip Pertama Estetika Dalam hal ini, tauhid berarti menyingkirkan
Tuhan dari segenap bidang alam, karena segala yang diciptakan adalah makhluk,
nontransenden, tunduk kepada hukum ruang dan waktu. Tauhid menegaskan bahwa tak
ada yang menyeruapai-Nya. jelas secara definisi Dia tak tergambarkan, karena Tuhan
bukanlah lembaga estetis apapun yang mungkin.

Maksud tauhid disini bukan menentang kreativitas seni dan kenikmatan keindahan,
sebaliknya tauhid memberkati keindahan dan mengangkatnya, namun Tauhid melihat bahwa
keindahan mutlak hanya dalam Tuhan dan dalam kehendak atau firman-Nya. Begitu juga

tauhid, cenderung meciptakan seni baru yang selaras dengan pandangannya. Berawal dari premis
bahwa tak ada Tuhan selain Allah, seniman Muslim yakin di dunia ini tidak ada yang mampu
mengekspresikan Allah, karena melukiskan Tuhan dalam figur alam adalah satu hal, dan
melukiskan ketidakterlukisnya Tuhan merupakan hal lain. Karena Tuhan Mahasuci dan tidak
dapat dilukiskan secara visual, dan inilah tujuan estetis tertinggi yang mungkin bagi manusia.
Resume 11 : Paradigma Baru Menuju Kesatuan Tauhidullah dalam Penciptaan dan
Integrasi

Mengembangkan urgensi pengembangan tauhid dalam menintegrasikan nilai


Kartanegara mengawali adanya dikotomi ilmu umum dan ilmu Agama. Selanjutya beliau
menjelaskan dampak yang luas dan serius dari adanya dikotomi ilmu tersebut terhadap
pengembangan berbagai disiplin diantaranya:

A. menyangkut status keilmuan. Orang Barat mengatakan bahwa ilmu agama belum bisa disebut
ilmiah karena suatu ilmu baru dikatakan ilmiah apabila objek-objeknya empiris. Sedangkan ilmu
agama tidak bisa lepas dari hal-hal yang ghoib, bahkan meletakkan kepercayaan kepada yang
Ghoib sebagai intinya. Hal ini ternyata banyak polemik dalam sistem pendidikan di Indonesia.
Di sekolah-sekolah umum masih mengenal pemisahan-pemisahan yang sangat signifikan antara
ilmu umum dengan ilmu agama yang seakan-akan hanya ilmu umum yang profan dan netral jika
dilihat dari sudut pandang agama.

B. adanya kesenjangan antara sumber ilmu umum dengan ilmu agama. Dikatakan valid jika
informasi yang diperoleh dari indrawi karena menurut mereka satu- satunya sumber empirik
adalah pengalaman yang nyata. Akal dan indrawi sifatnya spekulatif maka perlu dikontrol
dengan positifistik. Adanya intuisi merupakan pengalaman yang menganggap adanya halusinasi
bahkan ilusi belaka. Kebenaran yang mendukung dalam otoritas sumber yang dipakai untuk
mencapai kebenaran dalam ilmu agama adalah al Qur’an dan Hadits. Pengetahuan yang
didasarkan pada hati (intuisi ) di pandang sebagai sumber yang diperoleh dari cahaya Ilahi
Robbi.

C. Objek ilmu yang sah dalam disiplin ilmu adalah menuntut objek-objek yang bisa diamati dan
dapat diobservasi oleh indra. Maka ilmu yang mempelajari objek-objek yang tidak bisa
diobservasi (objek non fisik) tidak dapat dikatakan ilmiah karena ilmu tersebut derajat
keilmiahannya belum tercapai. Disatu sisi pendukung ilmu agama memandang bahwa ilmu
agama melihat objek non fisik seperti Tuhan, Malaikat yang merupakan suatu kemulyaan yang
sangat penting.

D. adanya disintegrasi tatanan ilmu umum dengan ilmu agama. Kecendrungan dalam
menfokuskan cabang-cabang ilmu pengetahuan seperti ilmu fisika dan sains yang lainnya dalam
ilmu agama dikesampingkan yang menimbulkan asumsi bahwa ilmu agama fardu ain sedangkan
ilmu umu fardu kifayah.

E. Metodologi ilmiah, menggunakan metode observasi atau eksperimen yaitu pengalaman


indrawi yang ketat shingga tidak lagi mempercayai metode rasional atau logis yang di pandang
apriori, apalagi metode intuitif yang sering dianggap sebagai subyektif bahkan halusinatif.
Campur tangan Tuhan baik terhadap benda mati atau benda hidup yang dilenyapkan sama sekali.
Metode seperti ini sangat bertentangan dengan kaum agamawan yang mendasarkan kebenaran
agamanya adalah otoritas wahyu.

F. belum adanya integrasi antara pengalaman dengan intuisi sehingga pengalaman melegitimasi
yang riil dari manusia dan belum bisa di wujudkan melalui sains dan pengalaman indrawi yang
benar-benar objektif. Maka pengalaman intelektual, mistik, intuitif dan religius merupakan
subyektifitas yang semena-mena. Sedangkan pengalaman mistik dan religius merupakan
pengalaman yang sangat tinggi sehingga tak jarang mengabaikan pengalaman indrawi dan
rasional.

G. Paradigma tauhid menjabarkan bahwa “nature and live “nature and live are a whole and
integrated system which make God as the center ““ dan paradigma ini termasuk paradigma
metafisik. Paradigma ini diangkat dalam kajian ta’lim pd surat al Alaq, hasil analisisnya bayany-
wahdy-tarbawi,

-Kajian Paradigma Tauhid dari Konsep Ta’lim

1.Kajian bayani frase alladhi khalaqo dapat berkedudukan sebagai Illat (alasan)

2.Warabbuka alkrom merupakan jawab (akibat) dari seruan belajar kedua

3.Pada dasarnya Rabb membelajarkan (ta’lim) manusia melalui saran atau sumber belajar, tidak
bersifat langsung.
4.Iqra’ pertama mengungkapkan urgensi belajar dengan bertumpu pada eksistensi Rabb sebagai
satu satunya khaliq dan pada eksistensi manusia memiliki ketergantungan.

-Tauhid Sebagai Paradigma Pengembangan Ilmu dan Pembelajaran

1. Paradigma Tauhid berpandangan bahwa alam dan kehidupan merupakan sistem yang
menyeluruh dan integral, yang menempatkan Tuhan sebagai satu-satunya sentral (the ultimate
reality). Yang dimaksud dengan satu-satunya sentral adalah al Khaliq al Ghany (satu-satunya
pencipta yang tak bergantung), sedangkan alam dan kehidupan adalah al makhluk al faqir
(makhluk yang bergantung).

2. Pembahasan paradigma tauhid menjelaskan bahwa alam dan kehidupan merupakan satu sistem
yang holistik dan integral yang menempatkan Tuhan sebagai satu-satunya sentral. Bagi orang
beriman tidak ada keraguan untuk memaknai sentral tersebut. Muladhi menawarkan sebuah
konsep rekontruksi pengembangan ilmu dengan prinsip integrasi. Ini muncul karena ada
kekwatiran serius tentang sistem ekonomi yang semakin krosnis dan adanya dikotomi antara
ilmu dan agama.

Paradigma Tauhid adalah upaya untuk menemukan urgensinya bagi pengembangan Ilmu
Pengetahuan dengan sistem pembelajaran dalam pendidikan Islam. Paradigma ini menghendaki
agar seluruh entetitas antara Bumi dan Langit, entetitas Empirik dan Ghaib, terintegrasi secara
seimbang dalm pengembangan teori dan praktek pembelajaran.
Resume 12 : Aliran-aliran Ilmu Kalam Beserta Corak Pemikirannya

1. Aliran Khawarij

Khawarij adalah suatu nama yang mungkin diberikan oleh kalangan lapangan di sana karena
tidak mau menerima arbitrase dalam pertempuran siffin yang terjadi wantara Ali dan Mu‟awiyah
dalam upaya penyelesaian persengketaan antara keduanya tentang masalah khalifah.

Doktrin-doktrin Khawarij

-Khalifah harus dipilih bebas seluruh umat Islam

-Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab

-Dapat dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan menjalankan syariat
Islam. Ia dijatuhkan bahkan dibunuh apabila melakukan kedzaliman

-Khalifah sebelum Ali adalah sah, tetapi setelah tahun ke tujuh Ustman dianggap menyeleweng.
Dan khalifah Ali adalah sah tetapi setelah terjadi arbitrase (tahkim), ia dianggap menyeleweng.

-Muawiyah dan Amr bin Ash serta Abu Musa Al-Asy‟ari juga dianggap menyeleweng dan telah
menjadi kafir.

-Pasukan perang jamal yang melawan Ali kafir.

-Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim sehingga harus dibunuh dan seseorang
muslim dianggap kafir apabila ia tidak mau membunuh muslim lainnya yang telah dianggap
kafir.

-Setiap Muslim harus berhijrah dan bergabung dengan golongan mereka.

-Seseorang harus menghindar dari pemimpin yang menyeleweng. ( Orang yang baik harus
masuk surga dan orang yang jahat masuk ke neraka).

-Qur‟an adalah makhluk ( Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari tuhan.
2. Aliran Syiah

Syiah dalam bahasa Arab artinya ialah pihak, puak, golongan, kelompok atau pengikut sahabat
atau penolong. Pengertian itu kemudian bergeser mempunyai pengertian tertentu. Setiap kali
orang menyebut syiah, maka asosiasi pikiran orang tertuju kepada syiah-ali, yaitu kelompok
masya
Doktrin-doktrin Syiah
-Kepala negara diangkat dengan persetujuan rakyat melalui lembaga ahl al-hall wa al-‘aqd.
-Kepala negara atau imam berkuasa seumur hidup, bahkan mereka meyakini kekuasaan imam
mereka ketika ghaibdan baru pada akhir jaman kembali kepada mereka.
-Kepala negara (imam) sebagai pemegang kekuasaan agama dan politik berdasarkan petunjuk
Allah dan wasiat Nabi.
-Kepala negara memegang otoritas sangat tinggrakat yang amat memihak Ali dan dan
memuliakannya beserta keturunannya.

3.Aliran Jabbariyah
Kata Jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa dan mengharuskannya
melaksanakan sesuatu atau secara harfiah dari lafadz aljabr yang berarti paksaan. Kalau
dikatakan Allah mempunyai sifat Aljabbar (dalam bentuk mubalaghah), itu artinya Allah Maha
Memaksa
Doktrin-doktrin jabbariyah
-Manusia mengerjakan perbuatan dalam keadaan terpaksa
-Kalam Tuhan adalah makhluk
-Tuhan tidak dapat dilihat di akhirat
-Surga Neraka tidak kekal

4.Aliran Qaddariyah
Qadariyah berasal dari kata “qodara” yang artinya memutuskan dan kemampuan dan
memiliki kekuatan, sedangkan sebagai aliran dalam ilmu kalam. Qadariyah adalah nama yang
dipakai untuk salah satu aliran yang memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan
manusia dalam menghasilkan perbuatan-perbuatannya. Dalam paham Qadariyah manusia
dipandang mempunyai Qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan
berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk kepada Qadar atau pada Tuhan.
Doktrin-doktrin Aliran Qadariyah
-Manusia memiliki kebebasan untuk menentukan tindakannya sendiri
-Dalam memahami takdir aliran Qadariyah terlalu Liberal
-Aliran Qadariyah mengukur keadilan Allah dengan barometer keadilan manusia
-Paham ini tidak percaya jika ada takdir dari Allah.

5.Aliran Mu’tazillah
Kata mu‟tazilah berasal dari kata I‟tazala dengan makna yang berarti menjauhkan atau
memisahkan diri dari sesuatu. Kata ini kemudian menjadi nama sebuah aliran di dalam ilmu
kalam yang para sarjana menyebutnya sebagai Mu‟tazillah berdasarkan peristiwa yang terjadi
pada Washil ibn Atha (80 H/699 M- 131 H/748 M) dan Amr ibn Ubayd dengan al-Hasan al-
Bashri.
Doktrin-doktrin Aliran Mu’tazillah
-Kekuasaan Kepala Negara tidak terbatas Waktunya
-Akal yang menetukan perlu tidaknya dibentu negara.

6.Aliran Asy’ariyyah
Asy‟ariyah adalah nama aliran di dalam islam, nama lain dari aliran ini adalah Ahlu
Sunnah wal Jamaah.28 Aliran Asy‟ariyyah adalah aliran teologi yang dinisbahkan kepada
pendirinya, yaitu Abu al-Hasan Ali ibn Islmail alAsy‟ari. Ia dilahirkan di Bashrah, besar dan wafat
di Baghdad (260-324 H).
Doktrin-doktrin Aliran Asy’riyah
-Tuhan dan Sifat-sifatnya
-Kebebasan dalam berkehendak
-Akal dan Wahyu dan Kriteria baik dan buruk.

7. Aliran Maturidiyyah
Nama Maturidiyyah diambil dari nama tokoh pertama yang tampil mengajukan
pemikiran sendiri. Nama lengkapnya adalah Abu Mansur Muhammad Ibn Mahmud al-Maturidi.
Beliau lahir di Samarkand pada pertengahan kedua abad kesembilan Masehi kedua abad ke-9 M
dan meninggal tahun 944 M.
Doktrin-Doktrin Aliran Maturidiyah
-Orang Mukmin melakukan dosa besar tetap Mukmin
-Janji dan ancaman tuhan tidak boleh tidak mesti berlaku kelak.

8. Aliran Murji’ah
Murjiah berasal dari bahasa Arab irja artinya penundaan atau penangguhan. Karena
sekte yang berkembang pada masa awal islam yang dapat diistilahkan sebagai “orang-orang
yang diam”. Mereka meyakini bahwa dosa besar merupakan imbangan atau pelanggaran
terhadap keimanan dan bahwa hukuman atau dosa tidak berlaku selamanya.
Doktrin-doktrin Aliran Murji’ah
-Orang Islam yang percaya pada Tuhan dan kemudian menyatakan kekufuran secara lisan
tidaklah menjadi kafir, karena kufur dan iman letaknya di hatiku
-Menurut murjiah ekstrem ini, iman adalah mengetahui Tuhan dan Kufur tidak tahu pada
Tuhan. Sejalan dengan itu shalat bukan merupakan ibadat bagi mereka, karena yang disebut
ibadat adalah iman kepadanya, dalam arti mengetahui Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai