Anda di halaman 1dari 32

TUGAS MATA KULIAH

FINANCIAL MANAGEMENT AND CAPITAL MARKET


“ANALISIS KASUS PRIMUS AUTOMOTION DIVISION, 2002”

Nama Dosen: Dr. Drs.Ec. Andry Irwanto, MBA, Ak, CA, CMA

Oleh:
RICHARD ANDREW (8312419003)
MOSES DICKY (8312419001)
FRANSISKUS MARLON REU (8312419005)

MAGISTER AKUNTANSI
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA
SURABAYA
I.Poin-Poin Penting
II. Teori
Berdasarkan Lukas Setia Atmaja (2008:329), mengatakan bahwa Untuk memperoleh aktiva tetap, ada 2 cara:

(1) membeli, dan (2) leasing. Sebelum 1950an leasing identik dengan bisnis real estate. Saat ini berbagai

macam aktiva tetap dapat diperoleh dengan cara leasing. Pada dasarnya leasing dibagi menjadi 2 jenis: (1)

operating lease dan (2) financial lease.

Operating lease atau disebut juga service lease umumnya menyediakan pendanaan sekaligus perawatan aktiva

tetap. Pemilikan aktiva disebut lessor””, sedangkan pengguna disebut “lesse”.

Lessor menyediakan aktiva untuk lesse yang membayar “lease payment”.

Ciri-ciri Operating Lease:

1. Tidak teramortisasi secara penuh (not fully amortized), artinya total lease payment lebih kecil dari

biaya pengadaan aktiva.

2. Usia Kontrak lease lebih pendek dari usia ekonomis aktiva yang diperkirakan

3. Lessor mengharapkan keuntungan dari me-leasing aktivanya beberapa kali.

4. Ada klausul “cancellation”atau dapat dibatalkan. Klausul ini memberi hak kepada lesse untuk

membatalkan kontrak lease sebelum jatuh tempo.

Financial lease atau sering disebut “capital lease”berbeda dari operating lease dalam hal

1. Tidak menyediakan jasa perawatan

2. Tidak dapat dibatalkan

3. Dan Teramortiasasi secara penuh (fully amortized), yang artinya total lease payment sama dengan biaya

pengadaan aktiva plus keuntungan lessor.


Efek Leasing Pada Laporan Keuangan

Pada kondisi tertentu, aktiva maupun hutang pada leasing tidak tercata pada neraca, dengan kata lain

leasing adalah pendanaan yang öff-balance sheet”.Misalkan perusahaan P dan L memiliki neraca yang sama

sebagai berikut:

Aktiva Lancar 100 Hutang 100

Aktiva Tetap 100 Modal Sendiri 100

200 200

Hutang/Aktiva= 50%

Andaikan kedua perusahaan membeli mesin seharga 200

P meminjam 200 untuk membeli mesin tersebut sedangkan L meleasing mesin tersebut. Karena leasing bersifat

off-balance sheet, neraca K tidak berubah, sedangkan neraca L Menjadi:

Aktiva Lancar 100 Hutang 300

Aktiva Tetap 300 Modal Sendiri 100

400 400

Hutang/ Aktiva =300/400=75%

Rasio hutang P menjadi lebih tinggi (buruk dibandingkan hutang L)

Kapan suatu lease termasuk kategori “harus muncul di neraca”? Jika lease tersebut adalah financial atau capital

lease.

Ciri-ciri financial lease adalah:

-Pada saat kontrak lease berakhir, kepemilikan aktiva lease berpindah dari lessor ke lesse

-Lesse dapat membeli aktiva pada harga yang lebih rendah dari harga pasar ketika kontrak lease berakhir

-Usia kontrak lease >=75% usia ekonomis aktiva yang diperkirakan

-Present value lease payment >=90% dari nilai awal aktiva


Jika satu atau lebih ciri diatas ada, maka lease tersebut harus muncul di neraca. Jika tidak ada satupun ciri

diatas, lease termasuk öff balance sheet”operating lease tidak muncul di neraca, namun tetap dilaporkan dalam

catatan kaki pada neraca.

Keputusan Membeli VS Leasing: Analisis NPV

Dari sudut pandang lease, keputusan untuk membeli dengan dana dari hutang atau leasing suatu aktiva diambil

setelah melakukan analisis sebagai berikut:


Langkah 1

Menghitung NPV Aktiva- perlukah aktiva dibeli? Seperti telah dibaha pada bab penganggaran modal.

Keputusan untuk menerima atau menolak suatu proyek ditentukan untuk menerima atau menolak suatu proyek

ditentukan untuk menerima atau menolak suatu proyek ditentukan oleh NPV (Net Present Value) proyek

tersebut. Jika NPV>= 0. Proyek dapat diterima. NPV dihitung dengan mempresent value-kan seluruh arus kas

masuk kemudian diselisihkan dengan present value arus kas keluar. Pada perhitungan NPV, kita gunakan biaya

modal sebagai tingkat diskonto.

Langkah 2

Menghitung NAL (Net Advantage to leasing)

NAL adalah penghematan biaya yang timbul karena kita memilih alternatif leasing daripada membeli aktiva.
Dimana:

Ot = Operating Cash Outflow pada waktu t yang terjadi hanya jika aktiva dibeli (tidak leasing), Biasanya terdiri

atas biaya perawatan dan asuransi yang pada kontrak lease akan dibayar oleh lessor.

Rt= Leasing Payment tahunan pada waktu t

T= Tingkat pajak pada penghasilan perusahaan

Dt= Biaya depresiasi aktiva pada waktu t

Vn= Nilai sisa setelah pajak (salvage value after tax) pada waktu n

COF= Harga perolehan aktiva, yang tidak dibayar lesse, jika ia melakukan leasing.

Rb= Biaya hutang setelah pajak rb=kd (1-T)

Dimana kd= biaya hutang sebelum pajak.

Catatan:

Pada rumusnya diatas Vn (Salvage Value after tax) diskonto menggunakan rb atau after tax cost of debt karena

Vn dianggap cukup pasti.Bila nilai Vn dianggap relatif tidak pasti, sebaiknya didiskonto menggunakan k (cost

of capital) yang lebih besar daripada nilai rb

Perhatikan bahwa NAL sebenarnya merupakan selisih antara benefit dan cost dari leasing dibanding alternatif

membeli aktiva.

Benefit dari leasing:

-Tidak ada biaya perawatan/operasi (Ot)

-Tidak ada pengeluaran untuk memperoleh aktiva (COF)

-Ada penghematan pajak akibat membayar lease payment (Rt.T)


Cost dari leasing

-Tidak ada biaya operasi maka tidak ada penghematan pajak (-Ot.T)

-Membayar Lease Payment (-Rt)

-Tidak ada biaya depresiasi (karena tidak memiliki aktiva)sehingga tidal ada penghematan pajak (-Dt.T)

-Tidak ada nilai sisa aktiva (karena tidak memiliki aktiva) sebesar Vn.

Jika benefit>cost, maka NAL positif sehingga lebih mengutungkan jika leasing dibanding alternatif membeli

dengan menggunakan dana dari hutang

Langkah 3: Membuat Keputusan

Jelas bahwa jika NPV (A)>=0 Serta NAL>0, Aktiva dapat diperoleh melalui leasing jika NPV(A)>=0 naum

NAL<0 aktiva diperoleh dengan cara membeli. Bagaimana jika NPV (A)<0? Jangan buru-buru menolak aktiva

tersebut sebab dengan leasing akan timbul NAL. Jika NPV (A)+NAL>=0 maka aktiva dapat diterima tapi harus

diperoleh dengan cara leasing. Jika NPV (A)+NAL<0, tidak ada harapan lagi, aktiva atau proyek harus ditolak.

Sepanjang tingkat diskonto yang digunakan dalam analisis NAL adalah after tax cost of debt, memperhitungkan

arus kas dari berhutang, yakni:

1. Penerimaan pinjaman

2. Biaya bunga

3. Penghematan pajak dari biaya bunga, dan

4. Pengembangan pokok pinjaman akan memberikan hasil NAL yang sama dengan kalau kita tidak

memperhitungkan arus kas dari berhutang.


Dengan Kata lain:

“Analisis membeli aktiva dengan dana dari hutang dana analisis membeli aktiva dengan dana dari

modal sendiri memberikan hasil yang sama sepanjang tingkat diskonto yang digunakan dalam

analisis NAL adalah after tax cost of debt.”

` Arus kas diskonto sebesar After tax cost of debt karena arus kas seperti lease payment,

depresiasi, harga beli, biaya perawatan, nilai sisa dianggap arus kas yang cukup pasti, karena tingkat

kepastian tinggi maka risiko menjadi rendah sehingga kita harus menggunakan tingkat diskonto yang

rendah. Jika nilai (residual value) dianggap tidak pasti, nilai sisa (Vn) harus disdikonto dengan biaya

modal (k atau WACC) sebagai tingkat diskonto.

Analisis IRR Pada Leasing

Selain pendekatan NPV atau NAL, keputusan beli vs leasing dapat dianalisis menggunakan pendekatan IRR.

IRR pada analisis leasing menunjukkan besarnya biaya leasing setelah pajak (after tax cost of lease).

EFEK Leasing Pada Penganggaran Modal

Pada analisis penganggaran modal, suatu proyek yang NPVnya negatif harus ditolak. Namun dengan adanya

alternatif leasing (tidak harus membeli aktiva tetap), NPV yang negatif dapat berubah menjadi positif.

Mengapa? Kita telah mempelajari bahwa leasing dapat memberikan suatu keuntungan nyata dibanding

alternatif membeli aktiva tetap. Keuntungan ini ditunjukkan oleh nilai NAL (Net Advantage to Leasing) yang

positif. Dengan adanya alternatif leasing, NPV Proyek harus direvisi dengan ditambahi NAL. Jika setelah

direvisi NPV proyek menjadi >=0, Proyek dapat diterima dengan catatan harus melease aktiva tetap.

Pendekatan ini mengamsumsikan bahwa seluruh proyek bisa didanai dengan menggunakan leasing,

contoh:proyek membeli mesin cetak foto, membeli mesin cetak, membeli bus dsb.
Bila seluruh proyek bisa didanai melalui leasing

NPV Revisi= NPV menggunakan WACC+NAL

Jika seluruh unsur hutang pada modal proyek bisa digantikan oleh lease:
Evaluasi Oleh Lessor

Leasing perlu dianalisis juga dari pihak lessor. Lessor biasanya perusahaan leasing, bank atau perusahaan

(misalnya, IBM). Lessor perlu mengetahui tingkat keuntungan modal yang diinvestasikan pada lease. Analisis

oleh lessor meliputi:

1. Menentukan arus kas keluar bersih

2. Menentukan arus kas masuk (lease payment dikurangi pajak penghasilan) dan biaya perawatan yang

ditanggung lessor

3. Memperkirakan nilai sisa setelah pajak dari aktiva yang dilease

4. Menentukan apakah tingkat keuntungan pada lease lebih besar dari biaya modal lessor, atau apakah

NPV Lease positif.

Mengapa Peiusahaan memilih Leasing

1. Fleksibilitas

Sebagian besar armada penerbangan diperoleh dengan cara leasing. Dengan leasing armada penerbangan

dapat dengan mudah mengubah rute penerbangan (misal dari jarak pendek ke jarak jauh). Jika mereka

membeli pesawat, misalnya untuk jarak pendek, mereka akan kesulitan menjual pesawat tersebut untuk

membeli pesawat yang dapat terbang jarak jauh. Pada contoh ini leasing menyediakan freksibilitas

operasional

2. Menghindari aktiva yang cepat ketinggalan jaman

Aktiva-aktiva berteknologi tinggi biasanya cepat ketinggalan jaman (misalnya, komputer, handphone).

Untuk menghindari risiko aktiva ketinggalan jaman, perusahaan dapat melakukan leasing karena dengan

leasing perusahaan dapat menggunakan aktiva tersebut untuk jangka pendek. Apakah lessor pasti rugi?

Memang bagi pemilik aktiva, lessor menanggung risiko akibat perubahan teknologi yang pesat. Namun
selain menikmati lease payment yang lumayan, lessor dapat menemukan pihak yang membutuhkan aktiva

yang sedikit ketinggalan jaman tesebut sehingga dapat menjualnya dengan lebuh mahal. Contoh, komputer

dengan processor 386 yang sudah out of date dapat dijual ke persewaan komputer untuk mahasiswa yang

hanya memerlukan program pengolahan kata yang sederhana

3. Cocok untuk perusahaan yang permintaan terhadap produk atau jasanya sangat tidak menentu

Untuk perusahaan semacam ini, klaususl “cancellation”pada leasing sangat bermanfaat. Saat permintaan

terhadap produk atau jasa menurun drastis dan perusahaan memutuskan untuk menghentikan produksi, ia

dapat membatalkan leasing aktivanya.

4. Lessor menyediakan jasa perawatan aktiva

Tidak semua perusahaan mampu merawat aktivanya dengan baik. Misalnya Bank yang memiliki cukup

banyak mobil harus mengeluarkan biaya cukup banyak untuk perawatannya. Terkadang tidak hanya

masalah biaya, tapi juga kerepotan yang timbul dari perawatan aktiva tersebut

5. Perbedaan-perbedaan yang membuat leasing menarik bagi lessor dan lesse

Misalnya, perbedaan situasi pajak yang dihadapi lessor dan lesse

6. Keuntungan öff balance sheet”

Lease bertipe operating lease tidak muncul dineraca. Hal ini menguntungkan lesse karena rasio

hutangnya tidak memburuk. Namun informasi tentang operating lesse tetap muncul sebagai catatan

kaku pada neraca sehingga keuntungan ini dapat dipertanyakan jika ternyata pembaca neraca yang

cukup kritis
7. Pendanaan yang lebih longgar

Berhutang biasanya lebih rumit prosedurnya dan menimbulkan “Covenant”(aturan-aturan) dari kreditor.

Oleh karena itu, leasing dianggap alternatif pendanaan yang lebih longgar serta cepat

8. Kemudahaan memperoleh kredit

Bagi perusahaan dengan rating yang kurang baik, berhutang adalah alternatif yang kurang

menguntungkan karena ia akan dikenai bunga yang relatif tinggi. Untuk perusahaan semacam ini,

leasing merupakan alternatif yang menarik

9. Penghematan kas

Leasing menghindarkan perusahaan dari pengeluaran kas yang besar untuk membeli aktiva tetap

(tentunya kita harus mengasumsikan bahwa perusahaan tidak meminjam untuk membeli aktiva)

10. Biaya leasing

Alasan terakhir namun biasanya menduduki ranking tertinggi adalah biaya leasing, perusahaan tertarik

pada leasing karena biaya pendanaan lease (IRR lease) lebih


III. Gambaran Umum dan Identifikasi Masalah (Pembahasan) beserta Supporting Data

Primus Automation Division

Merupakan perusahaan global yang menghasilkan produk-produk inovatif berupa automation system products

and service yang beroperasi di negara-negara: United States, Europe, and Asia.

Produk yang dihasilkan berupa:

1. Programmable controllers

2. Numerical controllers

3. Industrial Computers

4. Manufactruing software

5. Factory-automation systems

6. Data Communication networks

Primus Automation Division Background

Sasaran perusahaan adalah: memelihara kinmerja perusahaan sebagai pemimpin pasar dengan meningkatkan

sales 15%/tahun dengan pencapaian target pada net income dan working capital turnover

Kondisi yang dihadapi adalah:

1. Pertumbuhan ekonomi yang melambat

2. Meningkatnya persaingan

3. Aliansi yang bersifat cross continental

4. Muncul produk baru

5. Bergesernya transaksi dari pola penjualan menjadi leasing


Avantjet

Pabrik pembuat corporate-jet aircraft untuk melakukan cost reduction dan mempercepat company’s production

line. Avantet membutuhkan automation system.

Beberapa catatan penting dalam meningkatkan kinerja:

1. Mempunyai permasalahan perimbangan asset dan hutang yang high leveraged

2. CEO mempunyai kebijakan untuk tidak mengeluarkan CAPEX yang akan berpengaruh negatif terhadap

laporan laba rugi dan neraca

.
Permasalahan Finansial yang dihadapi Avanjet

Beberapa alternatif yang akan dilakukan Avanjet untuk pengadaan automation system

adalah :

1. Melalui pinjaman

2. Pengadaan melalui “conditional sale” dimana kepemilikan akan berpindah pada saat

pembayaran final

3. System sewa peralatan :

a. Capital Lease

b. Operating Lease

Pembahasan Kasus

Diketahui :
1. Jangka waktu 5 tahun
2. After tax of debt = discount rate
3. Perbandingan tax rate 34% dengan tax rate terendah 0%
4. Perbandingan Cost of debt 9.5% dan 13%
ANALISIS PERMINTAAN PASAR (AVANTJET)

Kondisi internal Avanjet sebagai perusahaan sasaran utama Primus, sedang mengalami

penurunan. Terlihat dalam laporan keuangan Avantjet bahwa kondisi persaingan yang semakin ketat

menjadikan peningkatan penjualan tidak sekencang tahun sebelumnya. Dalam kondisi ini, laba juga

cenderung menurun akibat biaya produksi yang semakin tinggi. Net profit margin pada 2000 diangka

2.01%, kini pada 2001 turun diangka 1.75%. Disisi lain, rasio hutang Avantjet masih tinggi berkisar

diangka 86% pada 2001. Sehingga, jika investasi yang dilakukan Avantjet didanai dari hutang, akan

memperbesar resiko kebangkrutan perusahaan.

Exhibit 1
AvantJet Statement of Income
($000)
2001 2000 1999

Sales $ 576,327 $ 575,477 $ 432,522


Other income 9,985 6,976 9,677

Gross income 586,312 582,453 442,199

Cost of goods sold 425,076 423,443 325,016


Selling, general, & admin. 43,624 36,215 35,632
Research & development 13,773 12,873 9,064
Interest 84,062 87,259 27,002

Total expenses 566,535 559,790 396,714

Income before taxes 19,777 22,662 45,485


Taxes 9,690 11,105 22,288

Net income $ 10,087 $ 11,557 $ 23,197


Financial Ratio 2001 2000
Liquidity
Current Ratio 1.63 1.60
Acivity Ratio
Inventory Turnover 1.37 1.31
Average Collection Period (day) 23.61 23.34
Total Asset Turnover 0.54 0.52
Debt Ratio
Debt Ratio 86% 88%
Profitabilitas
Gross Profit Margin 27.50% 27.30%
Net profit Margin 1.75% 2.01%

ANALISIS PROPOSAL PENGADAAN SISTEM AUTOMASI

Untuk membuat proposal pengadaan sistem automasi kepada Avantjet, primus harus

menyiapkan opsi-opsi sebagai bahan pertimbangan, mana yang paling menguntungkan dari sisi

Avantjet namun tidak merugikan Primus. Dalam analisis ini, primus akan memilih alternatif opsi

yang mana akan menarik dimata Avantjet namun tergolong paling menguntungkan dari sisi Primus

jika dibandingkan dengan opsi lain. Berikut proposal pengadaan sistem automasi terdiri dari

beberapa opsi yang akan dipilih untuk diajukan Primus kepada Avantjet:

Exhibit 3

Terms Under Hypothetical Buy-and-Borrow


and Leasing Strategies
   
Loan (“Buy-and-Borrow”)  
5-year term loan  
Payment in arrears  
   
Equipment cost $715,000
Cash down payment $0
Loan amount $715,000
   
Lease Annual
payments
5-year net lease (in advance)
   
Leasing option #1 $155,040
Leasing option #2 $160,003
Leasing option #3 $162,350
Leasing option #4 $164,760
   
Both Methods  
Guaranteed residual value: 11.2729%
(required by Primus Equipment Finance Division)  
   
Investment tax credit 0%
Depreciation 5-year MACRS

Sedangkan proposal pengadaan sistem automasi dari kompetitor adalah sebagai berikut:

Purchase Price Quoted Annual Lease Expenses


System Manufacturer
if Avanjet were to buy and Resd'l Value for 5 year
Faulhaber Gmbh $ 759,000.00 $ 170000, 15% residual value
Honshu Heavy Industries $ 737,000.00 $ 163000, 24% residual value
Primus Automation Division $ 715,000.00 -

Dari data tersebut, Primus perlu menimbang nilai investasi yang paling menguntungkan dari

sisi Avantjet agar sasaran utamanya tersebut tertarik untuk memilih Primus menjadi vendornya. Oleh

karena itu, perlu adanya perhitungan yang membandingkan NPV dan IRR antara masing-masing opsi

dan berbagai situasi tarif pajak dan biaya hutang, sehingga akan terlihat pada situasi mana dan opsi

mana yang paling menarik untuk diajukan kepada Avantjet. Berikut telah dilampirkan hasil

perhitungan exhibit 6 yang berisi tentang NPV dan IRR dari opsi buy and borrow, opsi 1-4, dan

perhitungan investasi milik kompetitor yaitu Faulhaber dan Honshu. Biasanya, semakin tinggi NPV

dan IRR akan lebih baik. Namun dalam kasus ini berbeda, semakin kecil IRR dan NPV dari nilai

investasi, Avantje akan menilai lebih menarik karena tingkat biaya yang harus dibayar oleh Avantjet

akan lebih rendah dibanding investasi ber-IRR tinggi.

Dengan demikian, dapat dilihat dalam tabel exhibit 6 bahwa pada kondisi tarif pajak 34% dan

biaya hutang 9.5%, dari nilai investasi pada opsi 2 merupakan pilihan terbaik karena memiliki nilai

investasi yang sama dengan opsi buy and borrow dan kompetitor. Karena Avantjet cenderung

memiliki rasio hutang yang tinggi, maka jika Primus mengajukan proposal dengan opsi 2 pada kondisi

A, maka Avantjet memiliki kecenderungan akan memilih lease dan meninggalkan hutang. Dengan
begitu, primus akan tetap menjadi vendor Avantjet dengan nilai NPV dan IRR yang cukup tinggi

dibanding jika ia mengajukan proposal dengan opsi 1.

Pada kondisi tarif pajak 34% dan biaya hutang 13%, nilai investasi yang paling

menguntungkan Avantjet adalah opsi 3 karena lebih menarik dengan NPV $457.515 dan IRR 6.72%

dibandingkan opsi milik kompetitor Faulhaber dengan NPV $479.073 dan IRR 7.13%. Pada Kondisi

tarif pajak 0% dan biaya hutang 9.5%, nilai investasi terbaik terdapat pada opsi 1 dengan nilai NPV $

651.863 dan IRR 8.61% dibanding buy and borrow dengan NPV $ 663.800 dan IRR 9.5%. dan pada

kondisi tarif pajak 0% dan biaya hutang 13%, nilai investasi terbaik pada opsi 3 dengan NPV $

645.255 dan IRR 10.91% dibanding kompetitornya Faulhaber dengan NPV $697.207 dan IRR

11.42%.
Lowest - Cost
Scenario Competitive
Alternative
A 34% tax rate Borrow and Buy
9.5% Cost of Debt 6,27%
B 34% tax rate Faulhaber
9.5% Cost of Debt 7,13%
C 0% tax rate Borrow and Buy
9.5% Cost of Debt 9,50%
D 0% tax rate Faulhaber
13% Cost of Debt 11,42%

Tabel 1
Quoted annual Lease Expense and
Purchase Price of Guaranteed Residual Value for 5-Year
System Manufacturer System if Avantjet Operating lease
were to buy
Value Residual value

Faulhaber Gmbh 759.000 170.000 15%


Honsu Heavy Industries 737.000 163.000 24%
Primus Automation Division 715.000 Not Previousely Quoted

Dari tabel 1 diketahui harga beli Faulhaber Gmbh paling tinggi sebesar 759.000 sedangkan Primus

Automation Division paling rendah sebesar 715.000. Namun yang menjadi pertanyaan mengapa

Promus Not Previousely quoted baik value maupun residual value sedangkan Honsu Heavy memiliki

nilai residual yang sangat tinggi.


Tabel 2
Income Tax Depreciation Rate Scedules
Year Percentage
1 20,00%
2 32,00%
3 19,20%
4 11,52%
5 11,52%

Dari tabel 2 dapat dilihat untuk skedule depresiasi pajak penghasilan terus mengalami penurunan

namun di tahun kedua mengalami kenaikan sebesar 32% dan puncaknya ditahun ke4 dan 5 menurun

hingga 11,52%
Exhibit 1

Exhibit 1
($000)

2001 2000 1999

Sales $576.327 $ 575.477 $ 432.522


Other income 9.985 6.976 9.677

Gross income 586.312 582.453 442.199

Cost of goods sold 425.076 423.443 325.016


Selling, general, & admin. 43.624 36.215 35.632
Research & development 13.773 12.873 9.064
Interest 84.062 87.259 27.002

Total expenses 566.535 559.790 396.714

Income before taxes 19.777 22.662 45.485


Taxes 9.690 11.105 22.288

Net income $ 10.087 $ 11.557 $ 23.197

Source: Company records.

Exhibit 2
Exhibit 2
AvantJet Balance Sheet
($000)

2001 2000
Assets

Current assets:
Cash and temporary investments $19.918 $27.263

Accounts receivable 37.791 37.307

Inventories 310.180 323.101

Prepaid expenses 13.928 13.362


Total current assets 381.817 401.033

Property, plant, and equipment:

Land 2.245 2.245

Buildings 30.654 30.229

Machinery and equipment 26.932 21.244

Furniture and fixtures 1.683 1.520

Construction in progress 1.668 885

63.182 56.123

Less accumulated depreciation 12.634 8.267

Net property, plant, and equipment 50.548 47.856

Other assets 640.369 648.339

Total assets $1.072.734 $1.097.228

Liabilities and Stockholders' Equity

Current liabilities:
Long-term debt $ 592 $ 563

Accounts payable 42.355 38.760

Notes payable 4.750 5.764


Accrued compensation, interest,

and other liabilities 39.627 43.855

Deposits and progress payments 146.964 160.946

Total current liabilities 234.288 249.888

Long-term notes payable to banks 646.633 671.225

Deferred income taxes 42.661 41.498


689.294 712.723
Common stockholders' equity:

Common stock 3.385 3.027

Capital in excess of par value 74.081 69.770

Retained earnings 72.017 62.156

Less common stock in treasury (331) (336)

Total stockholders' equity 149.152 134.617

Total Liabilities and Stockholders' Equity $1.072.734 $1.097.228

Source: Company records.

Pemasalahan finansial yang dihadapi Avanjet

-Avantjet mempunyai ration hutang yang besar sedang net profit menurun

-Pembelian dengan hutang akan memperburuk kondisi keuangan

Financial Ratio
Financial Ratio 2001 2000
Liquidity
Current Ratio 1,63 1,60

Activity Ratio
Inventory Turnover 1,37 1,31
Average Collection Period
(Day) 23,61 23,30
Total Assets Turnover 0,55 0,53

Debt Ratio
Debt Ratio 86% 88%

Profitability
Gross Profit Margin 27,50% 27,30%

Net Profit Margin 1,72% 1,98%


Exhibit 3
Terms Under Hypothetical Buy-and-Borrow
and Leasing Strategies

Loan (“Buy-and-Borrow”)
5-year term loan
Payment in arrears

Equipment cost $715.000


Cash down payment $0
Loan amount $715.000

Annual
Lease payments
5-year net lease (in advance)

Leasing option #1 $155.040


Leasing option #2 $160.003
Leasing option #3 $162.350
Leasing option #4 $164.760

Both Methods
Guaranteed residual value: 11,2729%
(required by Primus Equipment Finance Division)

Investment tax credit 0%


Depreciation 5-year MACRS

Exhibit 4

Tax Rate 34% Equipment Cost 715000

Pre Tax Interest 9,50% Disc Rate 6,27%


Perhitungan NPV

Interest Residual Loan Lease Cash Outflow


Principal Depreciation Depreciation
Year Payment Depreciation CF After Cash
Payment Rate Before Tax Rp 155.040 Rp 160.003 Rp 162.350 Rp 164.760
After Tax Tax Saving Tax Outflow
0 0 Rp 102.326 Rp 105.602 Rp 107.151 Rp 108.742
1 Rp 44.831 Rp 118.287 20,00% Rp 143.000 Rp 48.620 Rp 114.498 Rp 102.326 Rp 105.602 Rp 107.151 Rp 108.742
2 Rp 37.414 Rp 129.524 32,00% Rp 228.800 Rp 77.792 Rp 89.146 Rp 102.326 Rp 105.602 Rp 107.151 Rp 108.742
3 Rp 29.293 Rp 141.829 19,20% Rp 137.280 Rp 46.675 Rp 124.447 Rp 102.326 Rp 105.602 Rp 107.151 Rp 108.742
4 Rp 20.400 Rp 155.303 11,52% Rp 82.368 Rp 28.005 Rp 147.698 Rp 102.326 Rp 105.602 Rp 107.151 Rp 108.742
5 Rp 10.663 Rp 170.057 11,52% Rp 82.368 Rp 28.005 Rp 67.199 Rp 85.515

Jmlh Rp 142.601 Rp 715.000 Rp 673.816 Rp 229.097 Rp 67.199 Rp 561.304 Rp 409.306 Rp 422.408 Rp 428.604 Rp 434.966
NPV $469.273,82 $454.716,97 $469.272,96 $476.156,48 $483.224,77

Keterangan:
Interest After Tax: Interest After Tax (Loan Amortization Schedule)
Principal Payment: Principal Reduction (Loan Amortization Schedule)
Depr. Rate: Dari Soal Table 2
Dep. Before tax: Eq.Cost * Depr. Rate
Depr. Tax Saving Depr. Before Tax * Tax Rate
Lease Cash Outflow: Annual Payment (Exhibit 3) * (1-34%)
Perhitungan IRR

Option 1
Tax Forgone
Lease Lease
Savings Residual Initial
Pay Payment-
Year Assc Value Purchase
After Incremental
With After price Save
Tax Cashflow
Deprec. Tax
0 -102.326 715.000 612.674
1 -102.326 -48.620 -150.946
2 -102.326 -77.792 -180.118
3 -102.326 -46.675 -149.002
4 -102.326 -28.005 -130.332
5 0 -28.005 -67.199 -95.204
Sum -511.632 -229.097 -67.199 715.000 -92.928
IRR 5,32%

Option 2
Tax Forgone
Lease Lease
Savings Residual Initial
Pay Payment-
Year Assc Value Purchase
After Incremental
With After price Save
Tax Cashflow
Deprec. Tax
0 -105.602 715.000 609.398
1 -105.602 -48.620 -154.222
2 -105.602 -77.792 -183.394
3 -105.602 -46.675 -152.277
4 -105.602 -28.005 -133.607
5 0 -28.005 -67.199 -95.204
Sum -528.010 -229.097 -67.199 715.000 -109.306
IRR 6,27%
Option 3
Tax Forgone
Lease Lease
Savings Residual Initial
Pay Payment-
Year Assc Value Purchaseprice
After Incremental
With After Save
Tax Cashflow
Deprec. Tax
0 -107.151 715.000 607.849
1 -107.151 -48.620 -155.771
2 -107.151 -77.792 -184.943
3 -107.151 -46.675 -153.826
4 -107.151 -28.005 -135.156
5 0 -28.005 -67.199 -95.204
Sum -535.755 -229.097 -67.199 715.000 -117.051
IRR 6,72%

Option 4
Forgone
Lease Tax Lease
Residual Initial
Pay Savings Payment-
Year Value Purchasepric
After Assc With Incremental
After e Save
Tax Deprec. Cashflow
Tax
0 -108.742 715.000 606.258
1 -108.742 -48.620 -157.362
2 -108.742 -77.792 -186.534
3 -108.742 -46.675 -155.417
4 -108.742 -28.005 -136.747
5 0 -28.005 -67.199 -95.204
Sum -543.708 -229.097 -67.199 715.000 -125.004
IRR 7,19%
Exhibit 6

Scenario A B C D
Effective tax rate 34,0% 34,0% 0,0% 0,0%
Pretax cost of debt 9,5% 13,0% 9,5% 13,0%
After-tax cost of debt 6,27% 8,58% 9,50% 13,00%

NPV of loan (“borrow-and-


buy”) $469.274 $484.546 $663.800 $671.253
IRR of loan (“borrow-and-
buy”) 6,27% 8,58% 9,50% 13,00%

Leasing option #1
NPV of leasing option #1 $454.717 436.915 430.229 613.958
IRR of lease 5,32% 5,32%
Lease advantage over
borrowing $14.557 $47.631 $233.571 $57.295

Leasing option #2
NPV of leasing option #2 $469.273 450.901 $444.002 $633.612
IRR of lease 6,27% 6,27%
Lease advantage over
borrowing $0 $33.645 $219.798 $37.641

Leasing option #3
NPV of leasing option #3 $476.156 $457.515 $450.514 $642.906
IRR of lease 6,72% 6,72%
Lease advantage over
borrowing ($6.883) 27.031 213.286 28.347

Leasing option #4
NPV of leasing option #4 $483.225 $464.306 $457.202 $652.450
IRR of lease 7,19% 7,19%
Lease advantage over
borrowing ($13.951) 20.240 206.598 18.803
Analisis Kompetitor

Scenario A B C D
Effective tax rate 34.0% 34.0% 0.0% 0.0%
Pretax cost of debt 9.5% 13.0% 9.5% 13.0%
After-tax cost of debt 6.27% 8.58% 9.50% 13.00%

NPV of loan (“borrow-and-buy”) $469,274 $484,546 $663,800 $671,253


IRR of loan (“borrow-and-buy”) 6.27% 8.58% 9.50% 13.00%
Faulhaber Gmbh
NPV of loan 484,376 501,993 686,679 697,207
NPV of lease 498,593 479,073 714,762 675,660
IRR of lease 7.13% 7.13% 11.42% 11.42%
Lease advantage over borrowing (14,218) 22,920 (28,082) 21,547

Honshu Heavy Industries


NPV of loan 438,036 458,436 624,641 640,997
NPV of lease 478,063 459,346 685,330 647,839
IRR of lease 7.13% 8.64% 13.48% 13.48%
Lease advantage over borrowing (40,027) (911) (60,689) (6,842)
IV. Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

1. Dari keempat option yang akan diambil, untuk tax rate 34% dan pretax interest 9.5%

berdasarkan perhitungan hanya pada opsi 4 dengan leasing payment sebesar $164.760

yang memberikan IRR diatas discount rate yaitu sebesar 7.19%.

2. Dari sisi Avanjet pada tax rate 34% dan pretax interest 9.5% untuk lease payment dibawah

$160.003 atau berdasarkan pada opsi 2 akan lebih menguntungkan dibandingkan jika

Avanjet melakukan buy and borrow yaitu dengan selisih NPV = 0 dan IRR = After tax

interest yaitu sebesar 6.27%.

Rekomendasi

Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, Primus sebaiknya mengambil opsi leasing nomor

3 karena nilai IRR lebih besar dari cost of debt sehingga akan memberikan keuntungan bagi

Avanjet dalam pengadaan barang menggunakan skema leasing.

Anda mungkin juga menyukai