Makalah Unggas Petelur
Makalah Unggas Petelur
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala
rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun tugas Makalah Budidaya
Makalah ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan
tugas mata kuliah Manajemen Kesehatan Ternak. Makalah ini telah diupayakan agar dapat
sesuai apa yang diharapkan dan dengan terselesainya Makalah ini sekiranya bermanfaat bagi
setiap pembacanya. Makalah ini penulis sajikan sebagai bagian dari proses pembelajaran agar
kiranya kami sebagai mahasiswa dapat memahami betul tentang perlunya sebuah tugas agar
Selesainya makalah ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama berbagai pihak. Oleh
karena itu, kami mengucapkan rasa syukur yang tulus dan ikhlas kepada Tuhan Yang Maha
Esa, serta ucapan terima kasih kepada : Dosen Pembimbing dan Teman teman berkat
Penulis menyadari bahwa Makalah ini jauh dari kesempurnaan dan dengan segala
kerendahan hati kami mohon kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga apa yang
kita harapkan dapat tercapai. Dan merupakan bahan kesempurnaan untuk makalah ini
selanjutnya. Besar harapan penulis, semoga makalah yang penulis buat ini mendapat ridho
PENDAHULUAN
dan tingkat kesadaran masyarakat akan pemenuhan gizi khususnya protein hewani juga turut
olehmasyarakat karena mempunyai rasayang enak dan kandungan zat gizi yangtinggi.Salah
ayam.Daging ayam yang sering dikonsumsi oleh masyarakat diperoleh dari pemotongan
Ayam broiler merupakan salah satu penyumbang terbesar protein hewani asal ternak
dan merupakan komoditas unggulan.Industri ayam broiler berkembang pesat karena daging
ayam menjadi sumber utama menu konsumen.Daging ayam broiler mudah didapatkan baik di
pasar modern maupun tradisional.Produksi daging ayam broiler lebih besar dilakukan oleh
rumah potong ayam modern dan tradisional.Proses penanganan di RPA merupakan kunci
yang menentukan kelayakan daging untuk dikonsumsi. Perusahaan rumah potong ayam
(RPA) atau tempat pendistribusian umumnya sudah memiliki sarana penyimpanan yang
memadai, namun tidak dapat dihindari adanyakontaminasi dan kerusakan selama prosesing
dan distribusi.
standar khusus yang dijadikan acuan.Karkas yang layak konsumsi harus sesuai dengan
standar SNI mulai dari cara penanganan, cara pemotongan karkas, ukuran dan mutu,
persyaratan yang meliputi bahan asal, penyiapan karkas, penglolahan pascapanen, bahan
pembantu, bahan tambahan, mutu produk akhir hingga pengemasan.Untuk itu perlu ada
penerapan manajemen yang baik sejak masih di sektor hulu sampai ke sektor hilir.
1.2 Tujuan
yang terjadi di peternakan ayam niaga pedaging, rumah potong ayam dan pasar yang
berkaitan dengan rendahnya kualitas karkas ayam niaga pedaging serta mencari solusi
pemecahannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Ayam broiler merupakan hasil teknologi yaitu persilangan antara ayam Cornish
dengan Plymouth Rock. Karakteristik ekonomis, pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil
daging, konversi pakan rendah, dipanen cepat karena pertumbuhannya yang cepat, dan
sebagai penghasil daging dengan serat lunak (Murtidjo, 1987). Menurut Northe (1984)
pertambahan berat badan yang ideal 400 gram per minggu untuk jantan dan untuk betina 300
Menurut Suprijatna et al. (2005) Ayam broiler adalah ayam yang mempunyai sifat
tenang, bentuk tubuh besar, pertumbuhan cepat, bulu merapat ke tubuh, kulit putih dan
produksi telur rendah. Dijelaskan lebih lanjut oleh Siregar et al. (1980) bahwa ayam Broiler
dalam klasifikasi ekonomi memiliki sifat-sifat antara lain : ukuran badan besar, penuh daging
yang berlemak, temperamen tenang, pertumbuhan badan cepat serta efisiensi penggunaan
ransum tinggi.
Ayam broiler adalah ayam tipe pedaging yang telah dikembangbiakan secara khusus
untuk pemasaran secara dini. Ayam pedaging ini biasanya dijual dengan bobot rata-rata 1,4
kg tergantung pada efisiensinya perusahaan. Menurut Rasyaf (1992) ayam pedaging adalah
ayam jantan dan ayam betina muda yang berumur dibawah 6 minggu ketika dijual dengan
bobot badan tertentu, mempunyai pertumbuhan yang cepat, serta dada yang lebar dengan
timbunan daging yang banyak. Ayam broiler merupakan jenis ayam jantan atau betina yang
berumur 6 sampai 8 minggu yang dipelihara secara intensif untuk mendapatkan produksi
daging yang optimal. Ayam broiler dipasarkan pada umur 6 sampai 7 minggu untuk
memenuhi kebutuhan konsumen akan permintaan daging. Ayam broiler terutama unggas
yang pertumbuhannya cepat pada fase hidup awal, setelah itu pertumbuhan menurun dan
akhirnya berhenti akibat pertumbuhan jaringan yang membentuk tubuh. Ayam broiler
mempunyai kelebihan dalam pertumbuhan dibandingkan dengan jenis ayam piaraan dalam
klasifikasinya, karena ayam broiler mempunyai kecepatan yang sangat tinggi dalam
pertumbuhannya. Hanya dalam tujuh atau delapan minggu saja, ayam tersebut sudah dapat
dikonsumsi dan dipasarkan padahal ayam jenis lainnya masih sangat kecil, bahkan apabila
ayam broiler dikelola secara intensif sudah dapat diproduksi hasilnya pada umur enam
minggu dengan berat badan mencapai 2 kilogram per ekor (Anonimus, 1994).
Untuk mendapatkan bobot badan yang sesuai dengan yang dikehendaki pada waktu
yang tepat, maka perlu diperhatikan pakan yang tepat. Kandungan energi pakan yang tepat
dengan kebutuhan ayam dapat mempengaruhi konsumsi pakannya, dan ayam jantan
memerlukan energy yang lebih banyak daripada betina, sehingga ayam jantan mengkonsumsi
pakan lebih banyak, (Anggorodi, 1985). Hal-hal yang terus diperhatikan dalam pemeliharaan
ayam broiler antara lain perkandangan, pemilihan bibit, manajemen pakan, sanitasi dan
kesehatan, recording dan pemasaran. Banyak kendala yang akan muncul apabila kebutuhan
ayam tidak terpenuhi, antara lain penyakit yang dapat menimbulkan kematian, dan bila ayam
dipanen lebih dari 8 minggu akan menimbulkan kerugian karena pemberian pakan sudah
Daghir (1998) membagi tiga tipe fase pemeliharaan ayam broiler yaitu fase starter
umur 0 sampai 3 minggu, fase grower 3 sampai 6 minggu dan fase finisher 6 minggu hingga
dipasarkan.
Ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang
kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu
semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia
dengan berbagai kelebihannya. Hanya 5-6 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu
pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta
sekelompok ayam yang dihasilkan oleh perusahaan pembibitan melalui proses pemuliabiakan
untuk tujuan ekonomis tertentu. Contoh strain ayam pedaging antara lain CP 707, Starbro,
2.2. Perkandangan
Kandang yang baik adalah kandang yang dapat memberikan kenyamanan bagi ayam,
mudah dalam tata laksana, dapat memberikan produksi yang optimal, memenuhi persyaratan
kesehatan dan bahan kandang mudah didapat serta murah harganya. Bangunan kandang yang
baik adalah bangunan yang memenuhi persyaratan teknis, sehingga kandang tersebut biasa
berfungsi untuk melindungi ternak terhadap lingkungan yang merugikan, mempermudah tata
Kandang serta peralatan yang ada di dalamnya merupakan sarana pokok untuk
terselenggarakannya pemeliharaan ayam secara intensive, berdaya guna dan berhasil guna.
Ayam akan terus menerus berada di dalam kandang, oleh karena itu kandang harus dirancang
dan ditata agar menyenangkan dan memberikan kebutuhan hidup yang sesuai bagi ayam-
ayam yang berada di dalamnya. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini
adalah pemilihan tempat atau lokasi untuk mendirikan kandang serta konstruksi atau bentuk
kandang itu sendiri. Kandang merupakan modal tetap (investasi) yang cukup besar nilainya,
menerus sedangkan perbaikan tambal sulam tidak banyak membantu (Williamsons dan
Payne, 1993).
Sistem perkandangan yang ideal untuk usaha ternak ayam ras meliputi: persyaratan
penerangan/pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar
mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang, model kandang
disesuaikan dengan umur ayam, untuk anakan sampai umur 2 minggu atau 1 bulan memakai
kandang box, untuk ayam remaja ± 1 bulan sampai 2 atau 3 bulan memakai kandang box
yang dibesarkan dan untuk ayam dewasa bisa dengan kandang postal atapun kandang
bateray. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat,
Kandang ideal terletak di daerah yang jauh dari pemukiman penduduk, mudah dicapai
sarana transportasi, terdapat sumber air, arahnya membujur dari timur ke barat.
Lokasi kandang sebaiknya dekat dengan poultry shop atau toko sarana peternakan.
sehingga energi yang diperoleh dari pakan seluruhnya untuk pertumbuhan, bukan untuk
produksi panas tubuh. Kepadatan kandang yang ideal untuk daerah tropis seperti Indonesia
adalah 8-10 ekor/m2, lebih dari angka tersebut, suhu kandang cepat meningkat terutama siang
hari pada umur dewasa yang menyebabkan konsumsi pakan menurun, ayam cenderung
kanibalisme akibat terlalu padatnya kandang. Hal ini juga bermanfaat untuk kenyamanan
ayam. Kepadatan kandang juga berpengaruh terhadap produksi, performen dan tingkat
Tabel 3. Standar Bobot Badan Ayam Broiler Berdasarkan Jenis Kelamin pada Umur 1 sampai
Jika dilihat dari perbandingan table 2 dan 3 maka dapat dibandingkan perbandingan
antara umur dengan luas kandang yang dibutuhkan sesuai dengan jenis kelamin dan bobot
badan.
Kepadatan tinggi menurunkan berat badan pullet umur 18 minggu (Anderson dan
Adams, 1997), meningkatkan kerusakan dada pada broiler, menimbulkan kanibalisme pada
ayam, yakni ayam saling patuk mematuk sehingga menimbulkan luka pada tubuh ternak
meningkatkan angka kematian, pencapaian berat badan yang rendah dan mengurangi
konsumsi pakan pada broiler, sedangkan konsumsi pakan broiler umur 7 minggu menurun
sebesar 3,7% pada jantan dan 3,9% pada betina ketika kepadatan kandang ditingkatkan dari
10 ekor/m2 menjadi 15 ekor/m2. Kepadatan tinggi yang diasumsikan dengan bobot badan
perluasan lantai mengurangi aktivitas broiler menjadi lebih sedikit berjalan, sebaliknya lebih
Kandang ini tidak terdapat halaman umbaran sehingga dalam pemeliharaan sistem ini
ayam-ayam selalu terkurung sepanjang hari di dalam kandang. Litter yang baik harus dapat
memenuhi beberapa kriteria yakni: memiliki daya serap yang tinggi, lembut sehingga tidak
menyeragamkan temperatur dalam kandang (Prayitno dan Yuwono, 1997). Litter merupakan
sistem kandang pemeliharaan unggas dengan lantai kandang ditutup oleh bahan penutup
lantai seperti, sekam padi, serutan gergaji, dan jerami padi (Rasyaf, 1994). Keuntungan
sistem ini adalah biaya relatif rendah, menghilangkan bau kotoran, jika litter kering maka
pembuangan kotoran lebih mudah dan dapat menahan panas didalam kandang.
2. Cage
Bangunan kandang berbentuk sangkar berderet, menyerupai batere dan alasnya dibuat
berlubang (bercelah). Keuntungan sistem ini adalah tingkat produksi individual dan
mudah. Kelemahannya adalah biaya pembuatan semakin tinggi, ayam dapat kekurangan
3. Panggung
Sistem ini biasanya dibuat diatas kolam ikan. Bahan yang biasa digunakan untuk alas
lantai adalah bambu yang dipasang secara berderet agar ayam tidak terperosok. Kelebihannya
adalah sisa pakan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ikan, penyebaran penyakit relatif
rendah. Kekurangannya jika jarak pemasangan bambu untuk alas terlalu lebar, akan dapat
2.3. Pakan
Ayam broiler sebagai bangsa unggas umumnya tidak dapat membuat makanannya
sendiri. Oleh sebab itu ia harus makan dengan cara mengambil makanan yang layak baginya
agar kebutuhan nutrisinya dapat dipenuhi. Protein, asam amino, energi, vitamin, mineral
harus dipenuhi agar pertumbuhan yang cepat itu dapat terwujud tanpa menunggu fungsi-
fungsi tubuhnya secara normal. Dari semua unsur nutrisi itu kebutuhan energi bagi ayam
Suprijatna et al. (2005) pakan adalah campuran dari berbagai macam bahan organik
maupun anorganik untuk ternak yang berfungsi sebagai pemenuhan kebutuhan zat-zat
makanan dalam proses pertumbuhan. Ransum dapat diartikan sebagai pakan tunggal atau
campuran dari berbagai bahan pakan yang diberikan pada ternak untuk pemenuhan
kebutuhan nutrisi ternak selama 24 jam baik diberikan sekaligus maupun sebagian (Lubis,
1992). Rasyaf (1994) menyatakan ransum adalah kumpulan dari beberapa bahan pakan ternak
Ransum memiliki peran penting dalam kaitannya dengan aspek ekonomi yaitu sebesar
65-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan (Fadilah, 2004). Pemberian ransum
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, pertumbuhan, pemeliharaan panas tubuh
dan produksi (Suprijatna et al. 2005). Pakan yang diberikan harus memberikan zat pakan
(nutrisi) yang dibutuhkan ayam, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral,
sehingga pertambahan berat badan perhari (Average Daily Gain/ADG) tinggi. Pemberian
pakan dengan sistem ad libitum (selalu tersedia/tidak dibatasi). Apabila menggunakan pakan
dari pabrik, maka jenis pakan disesuaikan dengan tingkat pertumbuhan ayam, yang
dibedakan menjadi 2 (dua) tahap. Tahap pertama disebut tahap pembesaran (umur 1 sampai
20 hari), yang harus mengandung kadar protein minimal 23%. Tahap kedua disebut
penggemukan (umur diatas 20 hari), yang memakai pakan berkadar protein 20 %. Jenis pakan
biasanya tertulis pada kemasannya. Efisiensi pakan dinyatakan dalam perhitungan FCR
(Feed Convertion Ratio). Cara menghitungnya adalah, jumlah pakan selama pemeliharaan
Contoh perhitungan :
Diketahui ayam yang dipanen 1000 ekor, berat rata-rata 2 kg, berat pakan selama
yang digunakan dalam proses metabolisme tubuh (Anggorodi, 1985). Blakely dan Blade
(1998) menjelaskan bahwa tingkat konsumsi ransum akan mempengaruhi laju pertumbuhan
dan bobot akhir karena pembentukan bobot, bentuk dan komposisi tubuh pada hakekatnya
adalah akumulasi pakan yang dikonsumsi ke dalam tubuh ternak. Kebutuhan ransum ayam
broiler tergantung pada strain, aktivitas, umur, besar ayam dan temperature( Ichwan , 2003).
Faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan antara lain umur, nutrisi ransum, kesehatan,
bobot badan, suhu dan kelembaban serta kecepatan pertumbuhan (Wahju, 1997).
Pakan pemula (starter) harus diberi setelah ayam memperoleh minum, pada beberapa
hari pertama pakan dapat diberi dengan cara ditaburkan pada katon box DOC atau tempat
pakan untuk anak ayam. Sisa pakan harus dibuang tiap pagi dan jangan dibuang di litter
karena akan membahayakan kesehatan ayam. Pada 2 hari pertama gunakan air hangat
bersuhu 16 sampai 20 0C. Untuk air minum larutkan 50 gram gula dan 2 gram vitamin (dalam
1 liter air minum untuk 12 jam pertama) Perlu juga memakai meter air agar dapat diketahui
dengan pasti berapa banyak air yang digunakan pada 2 minggu pertama tempat minum
Pada ayam broiler fase starter kebutuhan energi adalah 3200 kcal/kg dengan kebutuhan
asam amino methionin 0,38%. Sedangkan pada finisher kebutuhan energi sama tetapi
kebutuhan protein berkurang dan kebutuhan asam amino methionin juga berkurang menjadi
Faktor yang dapat mempengaruhi ransum pada ayam broiler, diantaranya yaitu
temperatur lingkungan, kesehatan ayam, tingkat energi ransum yang diberikan sistem
pemberian makanan pada ayam, jenis kelamin ayam dan genetik ayam (Rasyaf, 1994).
Bentuk fisik ransum yang diberikan pada ayam broiler ada tiga bentuk fisik ransum
yang diberikan yaitu bentuk halus seperti tepung (mesh) yang didalamnya merupakan
campuran berbagai bahan makanan yang telah diramu dalam suatu sistem formula. Ransum
berbentuk butiran lengkap atau pellet yang didasarkan pada sifat ayam broiler yang memang
gemar sekali makanan-makanan butiran dan ransum bentuk butiran pecah atau crumble yang
Menurut Bambang (1995) kualitas pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase yaitu fase
starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu):
a. Kualitas pakan fase starter adalah terdiri dari protein 22-24%, lemak 2,5%, serat kasar
b. Kualitas pakan fase finisher adalah terdiri dari protein 18,1-21,2%; lemak 2,5%, serat
kasar 4,5%, kalsium (Ca) 1%, Phospor (P) 0,7-0,9% dan energy (ME) 2900-3400 Kcal.
Tabel 4. Kebutuhan Nutrisi Pakan Ayam Broiler pada Periode Starter dan Periode
(kkal/ kg)
Kalsium (%) 1,00 0,90
Fosfor (%) 0,45 0,35
Pemeliharaan ayam daging ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran yaitu tingkat
kematian serendah mungkin, kesehatan ternak baik, berat timbangan setiap ekor setinggi
mungkin dan daya alih makanan baik (hemat). Untuk mencapai hal-hal tersebut ada beberapa
hal pokok yang perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya dalam pemeliharaan ayam pedaging
yaitu perkandangan dan peralatan serta persiapannya, pemeliharaan masa awal dan akhir,
pemberian pakan, pencegahan dan pemberantasan penyakit dan pengelolaan (Suyoto, 1983).
Ayam broiler atau ayam daging dipelihara selama kurang lebih 6 sampai 7 minggu.
Ayam ini tidak dimaksudkan untuk produksi telur, tetapi diharapkan dagingnya. Sampai
umur 5 minggu beratnya kira-kira sama dengan ayam telur dewasa yaitu kurang lebih 1,5 kg.
Cara pemeliharaan ayam daging hampir sama dengan ayam telur dari periode starter sampai
peralatan yang akan dipakai didalamnya, baik tempat makanan, tempat minuman,brooder,
alat pelingkan dan lain-lain. Terutama pada kandang lama yang sudah dipakai, sisa-sisa dari
ternak yang lama, baik kotoran, bahan-bahan yang tercecer harus dibersihkan secara tuntas
sehingga tidak ada yang tertinggal, sebab setiap butir sisa dari kawanan ayam yang lama akan
ada kemungkinan akan menularkan sesuatu penyakit kepada kawanan berikutnya. Pembersih
dilakukan dengan air dan bahan pencuci (sabun atau detergen) (Suyoto, 1983).
pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet/terampil saja.
Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai
catatan pada label yang dari poultry shoup. Agar bangunan kandang dapat berguna secara
efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu
dibersihkan dan dijaga/dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera disulam/diperbaiki
kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan
Teknis pemeliharaan ayam broiler yang baik menurut (Anonimus, 2009), yaitu
minggu pertama (hari ke-1 sampai ke-7). DOC dipindahkan ke indukan atau pemanas, segera
diberi air minum hangat yang ditambah gula untuk mengganti energi yang hilang selama
transportasi. Pakan dapat diberikan dengan kebutuhan per ekor 13 gram atau 1,3 kg untuk
100 ekor ayam. Jumlah tersebut adalah kebutuhan minimal, pada prakteknya pemberian tidak
dibatasi. Pakan yang diberikan pada awal pemeliharaan berbentuk butiran-butiran kecil
(crumbles).
Mulai hari ke-2 hingga ayam dipanen sudah diberi air munum. Vaksinasi yang pertama
dilaksanakan pada hari ke-4. Minggu Kedua (hari ke-8 sampai ke-14). Pemeliharaan minggu
kedua masih memerlukan pengawasan seperti minggu pertama, meskipun lebih ringan.
Pemanas sudah bisa dikurangi suhunya. Kebutuhan pakan untuk minggu kedua adalah 33
Minggu Ketiga (hari ke-15 sampai ke-21). Pemanas sudah dapat dimatikan terutama
pada siang hari yang terik. Kebutuhan pakan adalah 48 gram per ekor atau 4,8 kg untuk 100
ekor. Pada akhir minggu (umur 21 hari) dilakukan vaksinasi yang kedua menggunakan
vaksin ND strain Lasotta melalui suntikan atau air minum. Jika menggunakan air minum,
sebaiknya ayam tidak diberi air minum untuk beberapa saat lebih dahulu, agar ayam benar-
benar merasa haus sehingga akan meminum air mengandung vaksin sebanyak-banyaknya.
Minggu Keempat (hari ke-22 sampai ke-28). Pemanas sudah tidak diperlukan lagi
pada siang hari karena bulu ayam sudah lebat. Pada umur 28 hari, dilakukan sampling berat
badan untuk mengontrol tingkat pertumbuhan ayam. Pertumbuhan yang normal mempunyai
berat badan minimal 1,25 kg. Kebutuhan pakan adalah 65 gram per ekor atau 6,5 kg untuk
100 ekor ayam. Kontrol terhadap ayam juga harus ditingkatkan karena pada umur ini ayam
Minggu Kelima (hari ke-29 sampai ke-35). Pada minggu ini, yang perlu diperhatikan
adalah tatalaksana lantai kandang. Karena jumlah kotoran yang dikeluarkan sudah tinggi,
perlu dilakukan pengadukan dan penambahan alas lantai untuk menjaga lantai tetap kering.
Kebutuhan pakan adalah 88 gram per ekor atau 8,8 kg untuk 100 ekor ayam. Pada umur 35
hari juga dilakukan sampling penimbangan ayam. Bobot badan dengan pertumbuhan baik
mencapai 1,8 sampai 2 kg. Dengan bobot tersebut, ayam sudah dapat dipanen. Maka dapat
disimpulkan bahwa kebutuhan pakan hingga berumur 5 minggu adalah 24,7 kg untuk 100
ekor ayam.
Minggu Keenam (hari ke-36 sampai ke-42). Jika ingin diperpanjang untuk
mendapatkan bobot yang lebih tinggi, maka kontrol terhadap ayam dan lantai kandang tetap
harus dilakukan. Pada umur ini dengan pertumbuhan yang baik, ayam sudah mencapai bobot
2,25 kg.
Menurut Bambang (1995) untuk pemberian pakan ayam ras broiler ada 2 (dua) fase
yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu):
a. Kuantitas pakan fase starter adalah terbagi/digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu
minggu pertama (umur 1-7 hari) 17 gram/hari/ekor, minggu kedua (umur 8-14 hari) 43
gram/hari/ekor, minggu ke-3 (umur 15-21 hari) 66 gram/hari/ekor dan minggu ke-4 (umur
22-29 hari) 91 gram/hari/ekor. Jadi jumlah pakan yang dibutuhkan tiap ekor sampai pada
b. Kuantitas pakan fase finisher adalah terbagi/digolongkan dalam empat golongan umur yaitu:
minggu ke-5 (umur 30-36 hari) 111 gram/hari/ekor, minggu ke-6 (umut 37-43 hari) 129
gram/hari/ekor, minggu ke-7 (umur 44-50 hari) 146 gram/hari/ekor dan minggu ke-8 (umur
51-57 hari) 161 gram/hari/ekor. Jadi total jumlah pakan per ekor pada umur 30-57 hari adalah
3.829 gram.
a. Fase starter (umur 1-29 hari), kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu,
yaitu minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor; minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1
liter/hari/100 ekor, minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-4 (22-29
hari) 7,7 liter/hari/ekor. Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu
adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya
diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang
b. Fase finisher (umur 30-57 hari), terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu minggu ke-
5 (30-36 hari) 9,5 liter/hari/100 ekor, minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor,
minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor dan minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1
liter/hari/ekor. Jadi total air minum 30-57 hari sebanyak 333,4 liter/hari/ekor.
a. Untuk anak ayam umur 1 - 6 hari (kutuk), pakan ditabur atau sediakan pada wadah yang mudah
terjangkau, jenis pakan yang dipakai adalah ransum ayam ras starter (pakan komersial).
b. Ayam umur 7 hari s/d 1 bulan dapat diberikan pakan campuran yaitu pakan ayam ras starter
dicampur dengan katul dan dedak halus, dengan perbandingan 1: 1 atau jagung giling dan
c. Ayam umur 2-4 bulan dan seterusnya, diberikan pakan campuran, dedak halus, jagung giling,
dan pakan komersil dengan perbandingan 3:1:1 dan dapat di tambahan gabah, gaplek dan
tepung ikan.
2.5.1. Vaksinasi
Vaksinasi adalah pemasukan bibit penyakit yang dilemahkan ke tubuh ayam untuk
pada umur 4 hari dengan metode tetes mata, dengan vaksin ND strain B1 dan pada umur 21
pembentukan kekebalan. Vaksinasi adalah proses memasukkan vaksin ke dalam tubuh ternak
dengan tujuan supaya ternak tersebut kebal terhadap penyakit yang disebabkan organisme
tersebut. Vaksin ada dua macam, yaitu vaksin aktif dan vaksin inaktif. Vaksin aktif adalah
vaksin yang mikroorganismenya masih aktif atau masih hidup. Biasanya vaksin aktif
berbentuk sediaan kering beku, contoh: MEDIVAC ND LA SOTA, MEDIVAC ND-IB dan
dimatikan. Biasanya berbentuk sediaan emulsi atau suspensi, contoh: MEDIVAC ND-EDS
Pelaksanaan Kegiatan vaksinasi dapat dilakukan dengan cara membagi ayam menjadi
2 kelompok besar dalam sekatan. Ayam kemudian digiring ke dalam 2 sekatan yang
terbentuk. Vaksinasi dilakukan mulai dari pen terakhir hingga pen pertama. Ayam yang telah
dapat diminimalisir.
Pemberian vaksin dapat dilakukan dengan beberapa cara, seperti tetes mata, hidung,
mulut (cekok), atau melalui air minum. Vaksinasi harus dilakukan dengan benar sehingga
tidak menyakiti, unggas dan mempercepat proses vaksinasi, dan tidak meninggalkan sisa
sampah dari peralatan vaksinasi seperti suntikan, sarung tangan, masker maupun sisa vaksin
yang digunakan (botol vaksin). Unggas yang divaksin harus benar- benar dalam keadaan
sehat tidak dalam kondisi sakit maupun stress sehingga akan mendapatkan hasil yang
maksimal dan tidak terjadi kematian dalam proses vaksinasi. Tata cara vaksinasi harus
ditempat yang teduh, bersih, vaksin tidak dalam kondisi sakit maupun stress sehingga tidak
merusak vaksin. Program vaksinasi untuk unggas, harus disesuaikan dengan umur dari
unggas tersebut dan harus berhati-hati dalam memvaksin karena sangat sensitif terhadap
jarum suntik dan dapat menimbulkan stress dan kematian mendadak (Jahja, 2000).
Pertama kali ditemukan oleh Kraneveld di Jakarta (1926). Setahun kemudian, virus
tetelo ditemukan juga di Newcastle (Inggris). Sejak saat itu, penyakit ini dikenal sebagai
newcastle disease (NCD) dan ditemukan di berbagai penjuru dunia. Di India, penyakit ini
dikenal dengan nama aanikhet. Penyakit ini merupakan suatu infeksi viral yang menyebabkan
gangguan pada saraf pernapasan. Disebabkan virus Paramyxo yang bersifat menggumpalkan
a. Velogenik
b. Mesogenic
c. Lentogenik
1. Tipe Velogenik, yaitu Strain yang sangat berbahaya atau disebut dengan Viscerotropic
Velogenic Newcastle Disease (VVND) Tipe Velogenic ini menyebabkan kematian yang luar
2. Tipe Mesogenic, Kematian tipe mesogenic pada anak ayam mencapai 10% tetapi ayam
dewasa jarang mengalami kematian. Pada tingkat ini ayam akan menampakan gejala seperti
3. Tipe Lentogenik, merupakan stadium yang hampir tidak menyebabkan kematian. Hanya saja
dapat menyebabkan produktivitas telur menjadi turun dan kualitas kulit telur menjadi jelek.
Gejala yang tampak tidak terlalu nyata hanya terdapat sedikit gangguan pernapasan.
Virus ini tidak akan bertahan lebih dari 30 hari pada lokasi pemaparan.
Gejala: ayam sering megap-megap, nafsu makan turun, diare dan senang berkumpul
pada tempat yang hangat, ayam sulit bernafas, batuk-batuk, bersin, timbul bunyi ngorok, lesu,
mata ngantuk, Jengger dan kepala kebiruan, kornea menjadi keruh, sayap turun, tinja encer
kehijauan kadang berdarah. Setelah 1 sampai 2 hari muncul gejala (tortikolis) syaraf, yaitu
kaki lumpuh, leher berpuntir dan kepala ayam berputar-putar yang akhirnya mati. Belum ada
obat yang dapat menyembuhkan, maka untuk mengurangi kematian, ayam yang masih sehat
divaksin ulang atau dengan melakukan vaksinasi melalui tetes mata atau hidung pada anak
ayam umur 3-4 hari, umur 3 minggu dan setiap 3 bulan secara teratur, peralatan dan kandang
dijaga supaya tetap bersih. Vaksinasi pertama ayam umur 3-4 hari dengan vaksin Bl, diulangi
setelah 3 minggu dengan vaksin Lasota dan kemudian setiap 3 bulan. Dan dijaga agar lantai
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan yang tercemar virus,
binatang vektor penyakit tetelo, ayam yang mati segera dibakar/dibuang; (2) pisahkan ayam
yang sakit, mencegah tamu masuk areal peternakan tanpa baju yang mensucihamakan/ steril
dengan yodium tintur, atau obat anti infeksi dan cuci hamakan kandang.
Penyakit gumboro (Infectious Bursal Disease / IBD) ini ditemukan tahun 1962 oleh
Cosgrove di daerah Delmarva Amerika Serikat. Penyakit Gumboro merupakan penyakit yang
menyerang sistem kekebalan tubuh yang disebabkan virus golongan Reovirus. Ayam yang
terkena penyakit Gumboro akan menunjukkan gejala seperti hilangnya nafsu makan,
gangguan saraf, merejan, suka bergerak tidak teratur, diare, tubuh gemetar, peradangan
disekitar dubur, bulu di sekitar anus kotor dan lengket serta diakhiri dengan kematian ayam.
Sering menyerang pada umur 36 minggu. Dapat dilakukan adalah pencegahan dengan vaksin
Gumboro. Penyakit Gumboro menyerang kekebalan tubuh ayam, terutama bagian fibrikus
dan thymus. Kedua bagian ini merupakan pertahanan tubuh ayam. Pada kerusakan yang
parah, antibodi ayam tersebut tidak terbentuk. Karena menyerang system kekebalan tubuh,
maka penyakit ini sering disebut sebagai AIDSnya ayam. Penyakit Gumboro sendiri
sebenarnya memang tidak menyebabkan kematian secara langsung pada ayam, tetapi karena
adanya infeksi sekunder yang mengikutinya akan menyebabkan kematian dengan cepat
tidak bekerja sehingga memudahkan kawanan ayam yang diserang oleh virus dan infeksi
sekunder oleh bakteri. penyakit Gumboro merupakan penyakit yang dapat merusak morfologi
dan fungsi organ limfoid primer, terutama bursa fabricius. Rusaknya bursa fabricius akan
sehingga kepekaan terhadap berbagai agen penyakit menjadi meningkat.. Penyakit ini
menyerang bursa fabrisius, khususnya menyerang anak ayam umur 3–6 minggu.
Penularan penyakit Gumboro atau IBD dapat melalui kontak langsung antara ayam
yang muda dengan ayam yang sakit atau terinfeksi pada peternakan yang mempunyai ayam
berbagai umur dapat mengakibatkan infeksi ini terus menyebar dan sangat sulit dikendalikan.
Penularan secara langsung melalui kotoran dan tidak langsung melalui pakan, air minum dan
Peralatan, kandang, air minum dan pakaian petugas yang terkontaminasi Gumboro
dapat juga memperparah kejadian penyakit tersebut. Penyakit Gumboro tidak menular
dengan perantaraan telur dan ayam yanng sudah sembuh tidak menjadi carrier.
Penanggulangan Gumboro ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu vaksinasi,
dan menjaga kebersihan lingkungan kandang. Tips yang dapat digunakan untuk disinfeksi
kandang ayam yang pernah tercemar virus gumboro. Disarankan penggunaan formalin 10 %
(1 bagian formalin 38 % dicampur ke dalam 9 bagian air) atau dengan 0,25% larutan soda api
Pengobatan Gumboro dapat dengan pemberian obat-obat untuk gumboro, juga ada
gallisepticum. Gejala yang nampak adalah ayam sering bersin dan ingus keluar lewat hidung
dan ngorok saat bernapas. Pada ayam muda menyebabkan tubuh lemah, sayap terkulai,
mengantuk dan diare dengan kotoran berwarna hijau, kuning keputih-keputihan. Penularan
melalui pernapasan dan lendir atau melalui perantara seperti alat-alat. Pengobatan dapat
dilakukan dengan obat-obatan yang sesuai. Untuk ayam broiler atau ayam pedaging penyakit
CRD masih menduduki posisi pertama (yang sering menyerang ayam pedaging).
2. CRD 19.36%
3. Korisa 17.97%
7 ND 3.85%
10. AI 2.03%
Jadi kesimpulan dari data di atas bahwa penyakit CRD kompleks sangat berbahaya
pada ayam dewasa tidak sampai menimbulkan kematian yang terlihat secara signifikan.
Apabila sudah terlihat gejala dari penyakit ngorok maka segera mungkin untuk ditangani
karena dikhawatirkan penyakit E.coli akan masuk kedalam tubuh ayam dan menjangkit
secara perlahan dan akan terjadilah penyakit yang sangat berbahaya yang di sebut dengan
CRD komplek.
Dan dalam penggunaan obat, sangat di anjurkan sekali bahwa setiap 4 periode pemeliharaan,
Disebut penyakit berak kapur karena gejala yang mudah terlihat adalah ayam diare
mengeluarkan kotoran berwarna putih dan setelah kering menjadi seperti serbuk kapur.
Kematian dapat terjadi pada hari ke-4 setelah infeksi. Penularan melalui kotoran.
Pengobatan belum dapat memberikan hasil yang memuaskan, yang sebaiknya dilakukan
adalah pencegahan dengan perbaikan sanitasi kandang. Infeksi bibit penyakit mudah
menimbulkan penyakit, jika ayam dalam keadaan lemah atau stres. Kedua hal tersebut
banyak disebabkan oleh kondisi lantai kandang yang kotor, serta cuaca yang jelek. Cuaca
yang mudah menyebabkan ayam lemah dan stres adalah suhu yang terlalu panas, terlalu
dingin atau berubah-ubah secara drastis. Penyakit, terutama yang disebabkan oleh virus sukar
untuk disembuhkan. Untuk itu harus dilakukan sanitasi secara rutin dan ventilasi kandang
yang baik (Anonimus, 2009). Pullorum merupakan penyakit menular pada ayam yang dikenal
dengan nama berak putih atau berak kapur (Bacilary White Diarrhea= BWD). Penyakit ini
menimbulkan mortalitas yang sangat tinggi pada anak ayam umur 1-10 hari. Selain ayam,
penyakit ini juga menyerang unggas lain seperti kalkun, puyuh, merpati, beberapa burung
liar.
Etiologi
Pullorum atau Berak kapur disebabkan oleh bakteri salmonella pullorum dan bakteri
Kejadian penyakit. Di Indonesia penyakit pullorum merupakan penyakit menular yang sering
ditemui. Meskipun segala umur ayam bisa terserang pullorum tapi angka kematian tertinggi
terjadi pada anak ayam yang baru menetas. Angka morbiditas pada anak ayam sering
mencapai lebih dari 40% sedangkan angka mortalitas atau angka kematian dapat mencapai
85%.
Cara penularan
-Secara horizontal terjadi melalui kontak langsung antara unggas secara klinis sakit dengan
ayam karier yang telah sembuh, sedangkan penularan tidak langsung dapat melalui kontak
dengan peralatan, kandang, litter dan pakaian dari pegawai kandang yang terkontaminasi.
Gejala klinis
Suka bergerombol
Diagnosis
Isolasi dan identifikasi salmonella pullorum dapat diambil melalui hati, usus maupun
kuning telur dapat dilakukan pembiakan kedalam medium. Ayam karier yang sudah sembuh
dapat diidentifikasi dengan penggumpalan darah secara cepat (rapid whole blood plate
aglutination test).
Pengobatan
furozolidon, coccilin, neo terramycin, tetra atau mycomas di dada ayam. Obat-obatan ini
hanya efektif untuk pencegahan kematian anak ayam, tapi tidak dapat menghilangkan infeksi
penyakit tersebut. Sebaiknya ayam yang terserang dimusnahkan untuk menghilangkan karier
Pencegahan
Beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan oleh para peternak ayam
adalah :
Pengapuran kandang.
Pembuangan kotoran ayam jauh dari lokasi peternakan.
Ayam yang dibeli dari distributor penetasan atau suplier harus memiliki sertifikat bebas
salmonella pullorum.
Ayam yang terkena penyakit sebaiknya dipisahkan dari kelompoknya, sedangkan ayam yang
parah dimusnahkan.
Gejala: tinja berdarah dan mencret, nafsu makan kurang, sayap terkulasi, bulu kusam
menggigil kedinginan.
Pengendalian: (1) menjaga kebersihan lingkungaan, menjaga litter tetap kering; (2)
dengan Tetra Chloine Capsule diberikan melalui mulut; Noxal, Trisula Zuco tablet dilarutkan
Kholera atau dikenal juga dengan nama fowl cholera, avian pasteurellosis dan avian
bakterial yang umum ditemukan pada peternakan kecil di Asia. Mortalitas dapat mencapai
80% terutama pada musim penghujan. Penyakit ini biasanya menyerang ayam diatas 6
minggu ditandai dengan adanya peningkatan angka kematian yang mendadak dan tidak
terduga. Kholera banyak ditemukan pada ayam yang stress akibat sanitasi yang jelek,
malnutrisi, kandang terlalu padat, dan adanya penyakit lain. Kalkun lebih rentan terhadap
penyakit ini dibandingkan dengan ayam, dan ayam yang tua lebih rentan dibanding yang
masih muda. Mengingat tingkat kerentanan dan pengelolaan peternakan, kasus kholera di
Indonesia lebih banyak ditemukan pada ayam petelur dibandingkan dengan ayam pedaging.
Hal ini terkait dengan masa pemeliharaan ayam pedaging yang cukup pendek, serta kebiasaan
peternak yang akan memanen ayamnya lebih cepat apabila ditemukan kasus penyakit untuk
mencegah kerugian yang besar. Kholera disebabkan oleh Pasteurella multocida, bakteri gram
negatif yang ditemukan oleh Louis Pasteur pada tahun 1880-an. P. multocida sangat rentan
terhadap disinfektan biasa, sinar matahari dan panas. Akan tetapi masih bisa bertahan sekitar
1 bulan di kotoran, 3 bulan di karkas dan antara 2-3 bulan di tanah yang lembab. Infeksi
Kholera dapat masuk ke peternakan melalui burung, tikus, orang atau peralatan yang
pernah kontak dengan penyakit. Penyebaran antar flok dapat disebabkan oleh minuman yang
Pada kasus yang akut, kematian ayam merupakan gejala pertama yang nampak.
Demam, turunnya konsumsi pakan, discharge dari mulut, diare dan gejala pernafasan dapat
pula terlihat. Gejala lain termasuk sianosis dan pembengkakan jengger. Ayam yang bertahan
hidup menjadi kronis atau dapat pula sembuh, sedangkan yang lain bisa mati karena
dehidrasi. Pada kasus lebih lanjut, ayam akan menunjukan gejala penurunan berat badan dan
Pada awal kasus angka kematian berkisar antara 5-15% bahkan bisa lebih tinggi
apabila terjadi bersamaan denga kasus penyakit lain. Angka kematian akan menurun sampai
2-5% ketika kasusnya menjadi kronis. Ayam yang tertular secara kronis dapat mati, tetap
tertular dalam jangka waktu yang panjang atau sembuh. Persentase yang tinggi dari ayam di
dalam flok akan menjadi carriers walaupun terlihat normal atau sehat dan merupakan sumber
utama penularan. Penyebaran P multocida didalam flok terjadi melalui eksresi dari mulut,
hidung, dan konjungtiva unggas yang sakit dan kemudian mengkontaminasi lingkungan.
Selain dari ayam yang selamat dari bentuk akut, kasus kronis ditemukan pada ayam yang
Ayam yang tertular secara kronis akan mengeluarkan agen penyakit sepanjang
hidupnya. P. multocida dapat ditemukan dalam semua jaringan pada unggas yang mati
dengan gejala septicemia, sehingga praktek kanibalisme juga merupakan faktor penyebaran
Diagnosa
Diagnosa positif hanya dapat dilakukan apabila dilakukan isolasi serta identifikasi P.
Multocida di laboratorium. Diagnosa tentatif bisa dilakukan berdasarkan sejarah, gejala klinis
dan patologi anatomi. Walaupun sejarah dan gejala klinis menunjukan kemungkinan
ditemukannya kholera, agen penyebab sebaiknya tetap diisolasi sehinga isolat dapat diuji
Pencegahan
Pencegahan terbaik adalah melalui penerapan biosecuriti yang baik, kontrol rodensia,
dan hygiene peternakan. Selain itu sebagai alat pencegahan, bacterin dapat digunakan pada
umur 8 dan 12 minggu serta vaksin pada umur 6 minggu. Semua langkah dasar dari program
biosekuriti diperlukan untuk mencegah masuknya penyakit. Orang sebagai sumber penularan
yang paling dominan harus dikontrol dengan baik. Hanya orang-orang yang perlu masuk
kandang saja yang bisa masuk kedalam kandang dan inipun harus melalu prosedur pencucian
tangan dengan sabun dan kalau memang memungkinkan untuk selalu memakai pakaian
kandang yang baru dan sepatu boot yang bersih. Program sanitasi yang baik untuk kandang
dan peralatan juga sangat penting, terutama ketika persiapan memasukan unggas baru. Hal
yang paling penting adalah pembersihan dan disinfeksi peralatan pakan dan minum.
Pengawasan yang ketat untuk tiap pemasukan pakan, peralatan kandang dan juga orang
1. Ayam yang sakit dan mati di pisahkan dari ayam yang sehat untuk kemudian di musnahkan
2. Apabila wabah telah terjadi, dilakukan depopulasi, pembersihan dan desinfeksi kandang serta
peralatan kandang
3. Jeda waktu antara ayam tua yang di afkir dan penggantinya
6. Mencegah kontak antara ayam dengan hewan lain dan burung liar
Vaksinasi dapat dilakukan untuk mencegah penyakit ini, akan tetapi perlu diingat
bahwa vaksinasi hanya merupakan alat pencegahan bagi peternakan yang berisiko tinggi
terkena kholera karena berdekatan dengan peternakan tertular. Vaksinasi kholera sendiri
sebenarnya mempunyai risiko, sebagai contoh: vaksin hidup walaupun akan memberikan
pertahanan juga akan menghasilkan efek samping yang tidak diharapkan. Bacterin killed,
akan memberikan hasil tingkat antibodi yang baik, tetapi hanya spesifik untuk strain yang
digunakan.
Pengobatan
efektif apabila dilakukan pada awal-awal kasus sebelum terlalu banyak ayam yang tertular
dan penyakit menjadi kronis. Walaupun pengobatan dapat mengurangi dampak dari wabah,
ayam tertular dapat saja kambuh lagi apabila pengobatan dihentikan. Sehingga pengobatan
perlu diperpanjang dengan penambahan obat ke pakan dan minuman. Perlu diingat bahwa
penggunaan antibiotik atau sulfa harus berdasarkan hasil tes sensitifitas terhadap agen yang
diisolasi dari lokasi kasus. Pengobatan dapat mengurangi angka kematian dan
mempertahankan tingkat produksi. Akan tetepi apabila infeksi kronis sudah ditemukan,
keuntungan pengobatan sangat sulit untuk dapat dilihat. Sulfaquinoxaline sodium dalam
pakan atau air minum biasanya dapat mengontrol angka kematian, begitu pula halnya dengan
Penggunaan tetracycline dosis tinggi dalam pakan (0.04%), air minum atau injeksi
dapat pula bermanfaat untuk pengobatan. Penicillin efektif digunakan untuk infeksi yang
resisten terhadap sulfa. Perlu diperhatikan bahwa pengobatan dengan sulfa akan
menghasilkan residu di daging dan telur. Antibiotik dapat digunakan dengan menggunakan
dengan dosis yang lebih tinggi dan jangka waktu yang cukup panjang untuk menghentikan
wabah. Mengingat adanya efek samping residu yang tidak diharapkan, semua pengobatan
sebaiknya dikonsultasikan dengan dokter hewan yang dapat menilai efektifitas dan keamanan
peternak ayam pedaging (broiler), adanya keluhan mengenai ketidak – seragaman ayam yang
dipeliharanya. Menurut penuturan mereka, pada saat doc tiba kondisinya terlihat seragam,
tetapi setelah ayam mulai menginjak usia di atas 14 hari, baru terlihat adanya ayam yang
terlambat pertumbuhannya.
seperti :
menyebabkan ayamnya tidak seragam seperti karena doc, multistrain dalam satu kandang,
kurang peralatan makan dan minum, kepadatan ayam dalam kandang dan penyakit
atau runting and stunting syndrome, para peternak masih meraba-raba penyebabnya, karena
kejadian di lapangan kadang ada dan kadang tidak ada atau hilang dengan sendirinya.
Sindroma Kekerdilan pada Broiler mempunyai berbagai ragam nama lain seperti :
Malabsorption Syndrome
Stunting Syndrome
Reovirus Malabsorption
Helicopter Disease
Brittle – bone Disease
40% populasi ) yang mengalami laju pertumbuhan yang kurang pada kisaran usia 4-14
hari. Dimana setelah pada awalnya pertumbuhan tertekan, kemudian kembali normal, tetapi
Bila kondisi di atas dialami peternak broiler maka beberapa kerugian sudah nampak di
depan mata seperti : tingginya ayam culling; tingginya FCR; rataan berat badan di bawah
standar; berat badan yang sangat bervariasi, hal mana akan menjadi masalah bila ada kontrak
dengan “slaughter house” / rumah potong ayam; masalah dengan penjualan karena
Penyebab
Beberapa hal yang berasal dari Pembibitan yang dapat menyebabkan doc yang
Telur tetas kecil (telur tetas yang berasal dari usia induk < 35 minggu dan atau biasanya pada
yang tinggi
Beberapa hal yang berasal dari Penetasan / Hatchery yang dapat menyebabkan doc
Tidak dilakukannya grading telur tetas yang akan dimasukkan ke mesin tetas
Bercampurnya telur tetas yang berasal dari usia induk yang sangat jauh berbeda
Terlalu lama proses penanganan di ruang seleksi sehingga doc mengalami stress
Kurang representatifnya alat angkut doc (chick van) dari Hatchery ke Peternak / kandang
pemeliharaan.
seperti :
Cara pemberian, kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan tidak benar
Kandungan yang terdapat pada pakan jika kurang atau berlebihan kadang
menimbulkan pertumbuhan yang kurang baik bagi ayam yang dipelihara misalnya
Gejala sering seperti ayam yang terserang mycotoxicosis, khususnya Aflatoxicosis
Menempatkan ayam pada kondisi lingkungan yang kurang kondusif akan juga
Liingkungan kandang yang terlalu padat populasi ayamnya dan terdiri dari berbagai usia
Ada beberapa penyakit yang dapat memicu timbulnya sindroma kekerdilan, dimana
seperti :
Infeksi Mareks Disease, hal ini dapat terjadi terutama di Asia karena Broiler di Asia tidak
divaksinasi
Infectious Bursal Disease / Gumboro, beberapa negara hanya memakai strain klasik untuk
vaksinasinya
berikut :
Penularan
Penularan secara vertikal dengan suatu percobaan dengan cara inokulasi induk usia 15 bulan,
ternyata pada doc hasil tetasannya (17 – 19 hari post inokulasi) mengandung virus reo
Gejala Klinis
Malas bergerak
Bulu kusam
Bulu primer sayap patah / dislokasi “ Helicopter Birds “ / “ Stress Banding”
Jika diperiksa kotorannya masih utuh / makanan hanya lewat saja.
9) Colibacillosis
Collibacillosis adalah Penyakit infeksius pada unggas yang disebabkan oleh kuman
Echerichia coli yang pathogen / ganas baik secara primer maupun secara sekunder.
Colibacillosis pertama kali ditemukan pada tahun 1894, setelah itu banyak kejadian-kejadian
colibacillosis sehingga memperkaya dan saling melengkapi mengenai penyakit ini baik
Kuman pada umumnya menular secara horizontal, dan secara garis besar dibagi
Dari dalam, yaitu yang berasal dari anak ayam / ayam itu sendiri, seperti kejadian Radang
pencernaan ayam ada ≤ 106 /gr, dimana 10 – 15 % adalah berpotensi menjadi pathogen /
ganas.
Dari luar, yaitu yang berasal dari kontaminan lingkungan sekitar / area kandang dan atau
yang berasal dari bahan sapronak yang tidak bersih misalnya kontaminan berasal dari pakan,
Walaupun penyebabnya sama yaitu infeksi bakteri Escherichia coli, tetapi di lapangan
banyak dikenal berbagai macam penyakit yang merupakan berbagai bentuk manifestasi
4. Panophthalmitis
Pencegahan
Usahakan agar anak ayam yang dipelihara berasal dari pembibitan yang bebas dari penyakit
Jika anak ayam sudah terlanjur masuk di kandang, anak ayam yang sudah terinfeksi dengan
Jalankan selalu prinsip water treatment / pengobatan air secara efektif dan berkesinambungan,
Perhatikan selalu ventilasi, agar ayam selalu mendapat udara yang segar, bersih dan sehat.
Laksanakan biosecurity secara terpadu, agar kondisi farm sesedikit mungkin mengandung
Jaga selalu kekeringan litter kandang agar tidak terlalu kering juga tidak terlalu basah, Untuk
itu perlu diperhatikan selalu kepadatan populasi agar kondisi kekeringan litter mudah untuk
dikendalikan.
Spray ruang kandang setiap hari menggunakan campuran air dengan BIODES-100,
SEPTOCID atau GLUTAMAS sangat berguna disamping untuk menjaga kelembaban juga
Bila ayam selalu terserang infeksi Escherichia coli yang parah pada usia di atas tiga minggu,
tidak ada salahnya lakukan penyuntikan doc pada usia 4 hari pertama dengan antibiotika
secara subkutan bisa dengan memakai GENTIPRA atau HIPRASULFA – TS sesuai dengan
Alternatif vaksinasi inaktif kombinasi O2K1 dan O78K80, dalam pelaksanaannya masih
terjadi pro dan kontra akan efektifitas kegunaannya, karena belum ada hasil yang sangat
nyata.
Hal yang paling penting untuk dilakukan agar serangan infeksi bakteri Escherichia coli tidak
menjadikan ayam peliharaan menjadi menderita adalah dengan cara menciptakan ayam
senyaman mungkin tinggal dalam kandangnya, dengan kata lain jangan sampai ayam
mengalami stress, karena stress merupakan pencetus utama ayam terserang infeksi bakteri ini.
Pengobatan
Apabila setelah diobati dengan berbagai antimikroba tidak terjadi perubahan kearah
diperhatikan benar cara dan dosis pemakaiannya dan dilaksanakan sesuai dengan anjuran dari
Penyakit pilek yang menyerang pada ayam masuk ke dalam kategori penyakit yang
berbahaya dikarenakan penyakit ini dapat menular dengan sangat cepat dan dapat menyerang
ke semua jenis ayam. Ayam yang menderita penyakit pilek pergerakannya berubah menjadi
pasif. Gejala lain yang muncul pada ayam yang terserang pilek adalah nafsu makannya
menghilang, kepalanya bergoyang – goyang dan sering bersin – bersin. Jika kondisi ini
dibiarkan berlarut – larut, kondisi ayam akan semakin parah. Dari lubang hidung dan kedua
matanya akan keluar semacam cairan yang pada akhirnya nanti dapat membuat hidung ayam
tersumbat sehingga membuat ayam menjadi susah bernafas. Penyakit ayam ini disebabkan
oleh bakteri haemophilus galloinarum dan dapat menyebar melalui makanan, minuman dan
udara. Untuk mengatasi penyebaran penyakit pilek ini, peternak ayam harus segera
Pengobatan
Beberapa obat yang dapat digunakan untuk mengobati penyakit pilek pada ayam
adalah neofet, kapsul anti snot dan bubuk coryuit. Dosis pemakaian obat dan cara pemberian
obat harus disesuaikan dengan petunjuk yang ada dikemasan obat. Selain itu, penyakit ini
juga dapat disembuhkan dengan cara menyuntikkan cairan streptomycim berdosis 0,2 cc /
suntikkan / hari. Proses penyuntikkan berlangsung selama 5 hari dengan bagian tubuh ayam
yang disuntik adalah leher bagian belakang. Beberapa jenis obat yang biasa dikonsumsi oleh
manusia ditengarai juga dapat digunakan untuk mengobati ayam yang sedang terserang
penyakit pilek. Mereka adalah refagan dan bodrex. Caranya adalah : satu tablet obat
dilarutkan ke dalam 1 sendok air teh dan kemudian diminumkan kepada ayam.
Pencegahan
membantu mencegah ayam tidak mudah terserang pilek. Vaksinasi (corryta naccin dan
vaksin snot) juga harus dilakukan ketika ayam masih berumur 2 minggu, 1 bulan, 3 bulan dan
11) Hama
Tungau (kutuan)
Gejala: ayam gelisah, sering mematuk-matuk dan mengibas-ngibaskan bulu karena gatal,
Pengendalian: (1) sanitasi lingkungan kandang ayam yang baik; pisahkan ayam yang
sakit dengan yang sehat; (2) dengan menggunakan karbonat sevin dengan konsentrasi 0,15%
yang encerkan dengan air kemudian semprotkan dengan menggunakan karbonat sevin dengan
konsentrasi 0,15% yang encerkan dengan air kemudian semprotkan ketubuh pasien. Dengan
fumigasi atau pengasepan menggunakan insektisida yang mudah menguap seperti Nocotine
2.6. Mortalitas
Mortalitas merupakan angka kematian dalam pemeliharaan ternak. Ada banyak hal
yang berpengaruh terhadap mortalitas dalam pemeliharaan unggas. Misalnya, adalah karena
penyakit, kekurangan pakan, kekurangan minum, temperatur, sanitasi, dan lain sebagainya.
Penyakit didefinisikan sebagai segala penyimpangan gejala dari keadaan kesehatan yang
normal. Tingkat kematian yang disebabkan oleh penyakit tergantung dari jenis penyakit yang
menyerang unggas. Dalam pemeliharaan petelur yang berhasil, tingkat kematian 10 sampai
12% dianggap normal dalam satu tahun produksi. Dalam kelompok pedaging, kematian
maksimum per tahun normalnya adalah sekitar 4%. Setiap kematian yang melebihi angka
tersebut harus dianggap sebagai kondisi yang serius yang harus mendapat perhatian segera
Menurut Sidadolog (2001) ayam dewasa dan merpati mampu bertahan hidup tanpa
makan selama 2 sampai 3 minggu. Kehilangan berat akibat kekurangan pakan (kelaparan)
pada merpati antara 38 sampai 42% dari berat badan semula, sedangkan pada ayam setelah
berpuasa selama 11 hari dan bebas minum, kehilangan berat 25% dari berat semula.
Pemberian pakan yang terkontrol dan teratur dapat menurunkan mortalitas ayam dan daya
hidup bertambah.
Kecukupan air minum pada ayam sangat penting diperhatikan. Ayam lebih baik
mengalami kelaparan daripada kehausan dan kehilangan air. Ayam akan mati apabila
kehilangan air 5 sampai 15% berat hidup. Kematian terjadi pada ayam akibat kekurangan air
dinyatakan sebagai berikut, ayam berumur 8 minggu selama 72 jam, merpati dewasa selama
12 sampai 13 hari, ayam petelur selama 8 sampai 13 hari dan ayam dewasa yang tidak
bertelur sampai 32 hari. Pada periode starter, ayam broiler yang dipelihara pada temperatur
rendah (5 0C) terjadi kematian pada 4 minggu pertama sekitar 18%, karena secara nyata
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menekan angka kematian adalah mengontrol
kesehatan ayam, mengontrol kebersihan tempat pakan dan minum serta kandang, melakukan
vaksinasi secara teratur, memisahkan ayam yang terkena penyakit dengan ayam yang sehat,
dan memberikan pakan dan minum pada waktunya (Siregar et al., 1980).
2.7 Analisis Hubungan
Usaha perunggasan pada saat sekarang dan masa mendatang memiliki prospek yang
cukup baik. Hal ini karena produk unggas memiliki kemampuan produksi yang cepat dan
masal, produk daging dan telur disukai semua lapisan masyarakat dan didukung oleh industri
penunjang secara paripurna diantaranya industry pembibitan, pabrik pakan, obat- obatan dan
peralatan.
Kadarson (1992) merupakan salah satu faktor produksi yang disediakan, diolah dan dikontrol
di dalam suatu perusahaan agrobisnis maupun usaha tani yang masih sederhana.
Berdasarkan arah pemakainnya, modal terbagi menjadi modal investasi dan modal
operasional (Kadarson, 1992). Modal operasional atau modal kerja disebut juga modal lancar
yang dipakai untuk membiayai semua pengeluaran yang menyebabkan perusahaan aktif,
Menurut Rasyaf (1994) biaya ransum merupakan biaya terbesar dari seluruh
komponen biaya produksi unggas umumnya dan ayam broiler khususnya. Biaya ini
tergantung pada harga ransum dan konsumsi ransum secara kuantitatif dan kualitatif
ditentukan secara teknis dan sudah ada standarnya, maka yang pertama harus dilihat dari
digunakan, maka perusahaan akan berusaha mencapai suatu tingkat produksi yang dapat
memberikan laba maksimal, yaitu suatu kondisi dimana marginal costnya adalah sama
Hasil Utama, untuk usaha ternak ayam pedaging, hasil utamanya adalah berupa daging ayam
Hasil Tambahan, usaha ternak ayam broiler (pedaging) adalah berupa tinja atau kotoran
1. Stoving
2. Pemotongan
atau sekitar 2/3 leher terpotong dan ditunggu 1-2 menit. Hal ini agar kualitas daging bagus,
Caranya ayam yang telah dipotong itu dicelupkan ke dalam air panas (51,7- 54,4 0C).
Lama pencelupan ayam broiler adalah 30 detik. Bulu-bulu yang halus dicabut dengan
4. Pengeluaran Jeroan
Bagian bawah dubut dipotong sedikit, seluruh isi perut (hati, usus dan ampela) dikeluarkan.
Isi perut ini dapat dijual atau diikut sertakan pada daging siap dimasak dalam kemasan
terpisah.
5. Pemotongan Karkas
Kaki dan leher ayam dipotong. Tunggir juga dipotong bila tidak disukai. Setelah semua
jeroan sudah dikeluarkan dan karkas telah dicuci bersih, kaki ayam/paha ditekukan dibawah
BAB III
3.1. Kesimpulan
Ayam merupakan salah satu ternak yang potensial di daerah kita,dilihat dari segi
konsumsi masyarakat dan kebutuhan masyarakat akan daging dan telur ayam sangat tinggi
karena hamper setiap hari dikonsumsi,sehingga beternak ayam adalah salah satu peluang
bisnis yang sangat menguntungkan jika kita mau menekuninya dengan sungguh – sungguh.
Beternak ayam juga memerlukan profesionalisme dan dedikasi yang penuh terhadap
peternakan ayamnya, agar hasil yang didapat juga maksimal dan sangat memuaskan. Dalam
arti kita mendapat keuntungan dari sisi ekonomi dan juga kita akan mendapatkan kepuasan
batin dan itu merupakan kebanggaan tersendiri dari diri kita atas usaha yang kita tekuni.
3.2. Saran
Semoiga makalah ini dapat menjadi panduan yang berguna bagi para peternak ayam
DAFTAR PUSTAKA
Cahyono dan Bambang, 1995. Cara Meningkatkan Budidaya Ayam Ras Pedaging (broiler).
Penerbit Pustaka Nusatama: Yogyakarta.
R, 2008. Panduan Mengelola Peternakan Ayam Broiler Komersial. Agromedia pustaka: Jakarta
Priatno, Martono.A, 2004. Membuat Kandanng Ayam. PT. Penebar Swadaya:. Jakarta