Anda di halaman 1dari 50

GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI SAYUR

DAN BUAH SERTA STATUS GIZI MAHASISWA JURUSAN GIZI


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN
JAKARTA II

PROPOSAL TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Diploma III
(tiga) Kesehatan Bidang Gizi

Oleh :

FRISKA MELIYANTARI RIZKY

Nomor Induk Mahasiswa P2.13.41.1.18.022

PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI


JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal tugas akhir dengan judul “Gambaran Pengetahuan Gizi, Pola Konsumsi

Sayur dan Buah Serta Status Gizi Mahasiswa Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan

Kementerian Kesehatan Jakarta II”

Disusun oleh : Friska Meliyantari Rizky

NIM : P2.13.41.1.18.022

Proposal tugas akhir ini layak diseminarkan dihadapan penguji dan telah disetujui

oleh dosen pembimbing utama Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kementrian

Kesehatan Jakarta II.

Jakarta, 8 Januari 2020

Pembimbing Utama

I
DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I...............................................................................................................................1

PENDAHULUAN...........................................................................................................1

A. Latar Belakang.......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..................................................................................................2

C. Tujuan Penelitian...................................................................................................3

1.Tujuan Umum........................................................................................................3

2.Tujuan Khusus.......................................................................................................3

D. Manfaat Hasil Penelitian.......................................................................................4

1. Bagi Peneliti..........................................................................................................4

2. Bagi Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Jakarta II.................................................4

BAB II..............................................................................................................................5

TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................................5

II
A. Landasan Teori........................................................................................5

B. Definisi Pengetahuan...............................................................................6

III
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perilaku penduduk dalam mengonsumsi buah dan sayur diukur

berdasarkan frekuensi dan porsi konsumsi buah dan sayur pada usia 5 tahun

ke atas, dengan menghitung jumlah dari konsumsi dalam seminggu dan

jumlah porsi rata-rata dalam sehari. (Pinrang & Suharyanti, 2015) Secara

nasional prevalensi kurang konsumsi sayur dan buah di provinsi DKI Jakarta

yaitu 95,3% menduduki peringkat terbesar kedua setelah Sulawesi Selatan

yaitu sebesar 95,5% (Riskesdas 2018). Asupan sayur dan buah merupakan

makanan yang dapat menjembatani gambaran status gizi pada remaja.

Remaja merupakan sumber daya manusia yang paling potensial dalam

sebuah negara karena remaja merupakan generasi penerus bangsa. (Aswatini,

Noveria, & Fitranita, 2008).

Perilaku penduduk dalam mengkonsumsi buah dan sayur diukur

berdasarkan frekuensi dan porsi konsumsi buah dan sayur pada ART usia 5

tahun ke atas, dengan menghitung jumlah hari konsumsi dalam seminggu

dan jumlah porsi rata-rata dalam sehari. Instrumen yang digunakan untuk

mengumpulkan data konsumsi sayur dan buah adalah instrumen STEP wise

dari World Health Organization (WHO). (Ayu, 2015) Penduduk

dikategorikan ‘cukup’ konsumsi sayur dan buah apabila mengonsumsi sayur

1
dan atau buah (kombinasi sayur dan buah) minimal 5 porsi per hari selama 7

hari dalam seminggu. Dikategorikan ’kurang’ apabila konsumsi sayur dan

buah kurang dari ketentuan di atas. Hal ini sudah sesuai dengan anjuran

WHO dalam pedoman Gizi Seimbang. (Margareta & Purwidiani, 2014)

Kebiasaan makan yang salah dan pengetahuan gizi yang rendah

menjadi penyebab timbulnya masalah gizi dan perubahan pola makan pada

remaja. Di Jakarta Selatan ada sekitar 10,98% penduduk usia 5 tahun ke atas

tidak mengonsumsi sayur dan buah. Untuk yang mengonsumsi sayur dan

buah 1-2 porsi terdapat 70,69%, kemudian yang mengonsumsi sayur dan

buah 3-4 porsi terdapat 16,10%, lalu untuk yang mengonsumsi ≥5 porsi

terdapat sebanyak 2,24%. (Florence Grace, 2017)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi rumusan

masalah adalah “Bagaimana gambaran pengetahuan gizi, pola konsumsi sayur

dan buah serta status gizi Mahasiswa Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan

Jakarta II” ?

2
C. Tujuan Penelitian

1.Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui

pengetahuan gizi, pola konsumsi sayur dan buah serta status gizi

mahasiswa Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Jakarta II tahun 2021.

2.Tujuan Khusus

a. Menilai pengetahuan gizi mahasiswa jurusan gizi Politeknik

Kesehatan Jakarta II.

b. Menilai pola konsumsi sayur mahasiswa jurusan gizi Politeknik

Kesehatan Jakarta II.

c. Menilai pola makan buah mahasiswa Jurusan gizi Politeknik

Kesehatan Jakarta II.

d. Menilai frekuensi konsumsi sayur mahasiswa Jurusan Gizi

Politeknik Kesehatan Jakarta II.

e. Menilai frekuensi konsumsi buah mahasiswa Jurusan Gizi

Politeknik Kesehatan Jakarta II.

3
D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Bagi Peneliti

Sebagai penerapan ilmu yang telah diperoleh dari perkuliahan dan

dapat menambah wawasan serta memperluas ilmu pengetahuan dalam

bidang penelitian kesehatan.

2. Bagi Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Jakarta II

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah

kepustakaan yang ada dan berguna bagi penelitian selanjutnya juga dapat

memperluas kerjasama antara kampus dengan pihak institusi luar.

3. Bagi Mahasiswa Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Jakarta 2

Memberikan gambaran pada mahasiswa jurusan gizi mengenai

pola makan sayur dan buah, agar dapat mengantisipasi atau menerapkan

pada dirinya sendiri dan juga menjadi penerapan ilmu kedepannya untuk

menjadi calon ahli gizi.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

Kurangnya konsumsi sayur dan buah dapat menimbulkan berbagai

penyakit dikemudian hari yaitu penyakit kronik seperti penyakit jantung

dan diabetes. Membiasakan pola makan yang sehat pada remaja menjadi

penting sebagai upaya untuk mencegah munculnya masalah-masalah

kesehatan pada masa dewasa dan tua nanti. Dimana pengetahuan gizi juga

akan mempengaruhi status gizi. Salah satu contohnya akan terjadi obesitas

jika pengetahuan gizi kurang dan pola konsumsi pangan yang buruk

(Lestari, 2014).

Salah satu penyebab timbulnya masalah gizi dan perubahan pola

makan pada remaja adalah pengetahuan gizi yang kurang dan bisa terlihat

pada kebiasaan makan yang salah. Salah satu faktor yang mempengaruhi

pengetahuan dan praktek gizi yakni gaya hidup (life style) di era

globalisasi saat ini dimana dunia teknologi semakin canggih yang

terkadang membuat terlena dan mengabaikan kesehatannya. (Pratomo,

2001).

5
B. Definisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu

Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,

2003).

1) Tingkat Pengetahuan

Dalam Notoatmodjo (2005) dinyatakan bahwa pengetahuan

memiliki enam tingkatan, yaitu:

a. Tahu (know, C1)

Tahu diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya:

tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, dan

sebagainya. Ukuran bahwa orang tahu sesuatu dapat

menggunakan kata kerja: memilih, melingkari, menyebutkan,

mengidentifikasi, menanamkan, mendaftar, memasangkan,

menyebutkan, meringkas, mengingat, melaporkan, memilih,

dan menyatakan.

b. Memahami (comprehension, C2)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut

6
harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang

diketahui tersebut. Misalnya, orang yang memahami cara

pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan sekeda

menyebutkan 3 M (mengubur, menguras, dan menutup), tetapi

harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras, dan

sebagainya tempat-tempat penampungan air tersebut.

Pengukuran tingkat ini dapat menggunakan kata kerja:

mendeskripsikan, mendiskusikan, membedakan, mengestimasi,

menjelaskan,

c. Aplikasi (application, C3)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami

objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan

prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya,

orang yang telah paham metodologi penelitian, ia akan mudah

membuat proposalpenelitian dimana saja, dan sebagainya. Kata

kerja yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat ini adalah

menerapkan, memperagakan, menggambarkan, menafsirkan,

mengubah, menyusun, merevisi, memecahkan, dan

menggunakan.

d. Analisis (analysis, C4)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan

dan/atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara

7
komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau

objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu

sudah sampai tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah

dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan,

membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek

tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk Aedes

Agepty dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow

chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya. Kata kerja

yang dapat dipergunakan untuk mengukur tingkat ini adalah

menganalisis, menata,menghitung, mengklasifikasi,

membandingkan, menyimpulkan, memperlawankan,

menetapkan, memilih, dan mendiskriminasi.

e. Sintesis (synthesis, C5)

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk

merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis

dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan

kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun

formulasi baru dari formulasi - formulasi yang telah ada.

Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau

kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar,

dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.

Kata kerja yang dapat digunakan pada tingkat ini adalah

8
mengkategorikan, menggabungkan, mengumpulkan,

mengkorelasikan, mendesain, merencanakan, menghasilkan,

memadukan, mereorganisasi, merevisi, dan merangkum.

f. Evaluasi (evaluation, C6)

Mengevaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang

untuk melakukanjustifikasi atau penilaian terhadap suatu objek

tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau normanorma yang berlaku

di masyarakat. Misalnya, seorang ibu dapat menilai atau

menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak,

seseorang dapat menilai manfaat ikut KB, dan sebagainya.

Pengukuran tingkat ini dapat menggunakan kata kerja menaksir,

mengkaji, menyimpulkan, mengkritik, mendebat,

mempertahankan, menimbang, dan membenarkan.

2) Pengetahuan Gizi

Pengetahuan gizi merupakan pengetahuan tentang

makanan dan zat gizi, sumber-sumber zat gizi pada makanan,

makanan yang aman dikonsumsi sehingga tidak menimbulkan

penyakit dan cara mengolah makanan yang baik agar zat gizi

dalam makanan tidak hilang serta bagaimana hidup sehat

(Notoatmodjo, 2003).

9
1. Pola Konsumsi

Pola asupan makan / konsumsi makan dapat dilihat

berdasarkan hasil analisis kuisioner food frequency dan food recall 1

hari dimana didapatkan informasi berupa jenis, jumlah, dan frekuensi

dari bahan makanan yang di konsumsi responden. Gambaran pola

asupan makan dapat menjadi ciri khas untuk suatu kelompok

masyarakat tertentu juga menjadi salah satu indikator penting untuk

melihat tercukupinya kebutuhan gizi. Jenis makanan mewakili variasi

bahan makanan yang jika dimakan, dicerna, dan diserap tubuh akan

menghasilkan paling sedikit satu macam nutrien. Frekuensi makanan

menunjukkan jumlah berapa kali makanan tersebut di konsumsi.

Makanan pokok mengandung karbohidrat yang sering dikonsumsi

dan telah menjadi bagian dari budaya makan berbagai etnik di

Indonesia sejak lama. Berdasarkan hasil penelitian, seluruh remaja

mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Nasi dikonsumsi

dengan frekuensi lebih dari 1x setiap harinya.

Pedoman umum gizi seimbang menganjurkan untuk

membiasakan mengkonsumsi lauk pauk yang tinggi protein baik yang

berasal dari protein hewani, dan protein nabati. Hasil Riskesdas 2018,

tingkat konsumsi sayur dan buah di wilayah DKI Jakarta tergolong

cukup tinggi yaitu sekitar 95,5%.

Pola konsumsi pangan merupakan susunan jenis dan jumlah

pangan yang dikonsumsi seseorang atau kelompok orang pada waktu

10
tertentu. Pola konsumsi makan dapat memberika gambaran mengenai

macam dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh

satu orang dan merupakan ciri khas untuk suatu kelompok orang pada

waktu tertentu.

1) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi

a) Faktor Ekonomi

Ekonomi memiliki peran besar dalam mempengaruhi pola

konsumsi masyarakat. Apabila seseorang memiliki ekonomi

kategori menengah ke atas maka akan meningkatkan peluang

untuk membeli pangan yang memiliki kuantitas dan kualitas

yang unggul atau lebih baik. Begitupun sebaliknya, jika

seseorang mengalami penurunan pendapatan ataupun ekonomi

kategori menengah kebawah maka akan menyebabkan

menurunnya daya beli pangan, baik secara kuantitas maupun

kualitasnya.

b) Faktor Sosial Budaya

Disuatu wilayah ataupun tempat, pastinya akan memiliki

kebudayaan dan adat istiadat masing-masing. Kebudayaan

suatu masyarakat mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk

mempengaruhi sesorang dalam memilih dan mengolah pangan

yang akan dikonsumsi. Budaya akan mempengaruhi seseorang

dalam menentukan apa yang akan di konsumsi, bagaimana cara

pengolahannya, persiapannya, serta penyajiannya.

11
c) Agama

Dalam konteks agama, halal dan haram suatu makanan

sangatlah mempengaruhi pemiliha bahan makanan yang akan

dikonsumsi. Karena apabila seseorang melanggar dengan

mengonsumsi makanan yang haram, maka akan mendapatkan

ganjaran sesuai dengan norma agama kepercayaan masing-

masing. Selain itu, di Indonesia memiliki berbagai macam

agama yang berbeda-beda, maka dari itu toleransi dan saling

menghargai sangat perlu ditanamkan.

d) Pendidikan

Pendidikan akan berkaitan dengan pengetahuan, hal itu

dapat mempengaruhi pemilihan bahan makanan dan pemenuhan

kebutuhan gizi. Prinsip seseorang yang memiliki pendidikan

rendah biasanya tidak memperhatikan bahan ataupun makanan

apa yang ia konsumsi apakah dapat memeberikan manfaat bagi

tubuh, melainkan berpegang prinsip yang penting

mengenyangkan.

e) Lingkungan

Lingkungan memiliki pengaruh yang cukup besar yaitu

terhadap perilaku makan. Terutama di dalam keluarga,

kebiasaan makan dalam keluarga sangat berpengaruh besar

terhadap pola makan seseorang. Selain dari keluarga, juga

adanya pengaruh dari media elektronik maupun media cetak.

12
2). Cara Mengukur Pola Konsumsi

Metode frekuensi makanan atau yang biasa disebut Food

Frequency Questionare (FFQ) merupakan salah satu metode yang

tepat dalam menentukan pola konsumsi (Gibson, 1990). Tujuan

menggunakan metode frekuensi makanan yaitu untuk memperoleh

gambaran pola konsumsi makanan atau bahan makanan secara

kuantitatif. Food Frequency Questionare (FFQ) terdapat dua jenis

yaitu FFQ Murni dan Semi FFQ. Perbedaan dari FFQ Murni dan

Semi FFQ yaitu jika FFQ Murni tidak ada kuantitas (porsi),

sedangkan Semi FFQ ada kuantitasnya (porsi). (Gibson, 1990).

2. Sayur dan Buah

1. Definisi

Sayur merupakan bahan makanan yang berasal dari

tumbuh-tumbuhan (bahan makanan nabati) sebagai sumber

vitamin, mineral, dan serat yang sangat ideal untuk menjaga

kebugaran dan penanggulangan penyakit. Bagian tumbuhan yang

dapat dimakan dan dijadikan sayur adalah daun, batang, bunga,

dan buah muda sehingga dapat dikatakan bahwa semua bagian

tumbuhan dapat dijadikan sayur. Dalam hidangan orang Indonesia,

sayur mayor adalah sebagai makanan pokok pemberi serat dalam

hidangan serta pembasah karena umunya dimasak

(Dwiyantiningsih, 2018).

13
Buah merupakan organ pada pertumbuhan bunga yang

merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah (ovarium).

Buah-buahan merupakan sebagai sumber vitamin, mineral, dan

serat yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Selain itu, buah

merupakan santapan terakhir dalam suatu acara makan atau dapat

dimakan kapan saja untuk mendapatkan rasa manis. Buah biasanya

di makan mentah, tetapi dapat juga diolah dan diawetkan (Santoso,

2004).

2. Kandungan dan Manfaat Sayuran

Sayuran dikenal sebagai bahan pangan yang mempunya

banyak khasiat bagi kehidupan manusia. sayur juga mempunya

fungsi yang sama bagi tubuh yaitu sebagai penyedia vitamin dan

mineral. Di dalam sayuran hijau dan kuning juga terdapat

karotenoid yaitu bila kita hanya sedikit mengonsumsi karotenoid

maka risiko terserang kanker paru-paru semakin tinggi.

Kandungan antioksidan yang banyak terdapat dalam sayuran juga

sangat penting dalam melawan radikal bebas dan zat-zat

karsinogenik (Gusti, 2004)

Sayuran merupakan sumber vitamin A, vitamin C, asam

folat, magnesium, kalium, dan serat, serta tidak mengandung

lemak dan kolesterol. Sayuran daun yang berwarna hijau dan

sayuran yang berwarna jingga seperti wortel dan tomat

14
mengandung lebih banyak provitamin A berupa betakaroten

daripada sayuran yang tidak berwarna. Sayuran yang kaya akan

kalsium, zat besi, asam folat serta vitamin C biasanya sayuran

hijau seperti bayam, kangkung, daun singkong, daun kacang, daun

pepaya dan daun katuk. Semakin hijau warna daun, maka semakin

banyak zat-zat gizi (Almatsier, 2004).

3. Kandungan dan Manfaat Buah

Selain sayuran, buahpun juga menjadi kebutuhan yang

penting untuk tubuh kita. Karena buah merupakn sumber vitamin

dan mineral, tetapi pada jenis buah-buahan tersebut juga

menghasilkan cukup banyak energi. Pada umumnya, buah pencuci

mulut memberikan rasa manis dan kadang-kadang memberikan

rasa asam. Rasa manis ini berasal dari sukrosa, glikosa, maltosa,

atau fruktosa (Wirakusumah, 2005).

Dengan mengonsumsi buah, tubuh akan dibersihkan dari

racun makanan, dengan kata lain, buah dapat mencegah kanker,

diabetes, wasir, dan juga anemia (Winarto, 2004). Kandungan

serat pada buah sangan berpengaruh pada kesehatan fisik dan

fisiologisnya. Kemampuan air dan ketahanan terhadap fermentasi

oleh bakteri sehingga serat sangat dibutuhkan oleh tubuh. Secara

keseluruhan, buah merupakan sumber vitamin A, vitamin C,

15
kalium dan serat. Buah tidak mengandung natrium lemak (kecuali

alpukat) dan kolesterol (Jahari, 2001).

4. Manfaat Sayur dan Buah Terhadap Tubuh Berdasarkan Warna

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Daruwati pada tahun

2017 ada keterkaitan antara konsumsi sayur dengan kejadian

kegemukan, dan sejalan bahwa sayur berkaitan secara signifikan

dengan perubahan berat badan. Ditandai dengan uji statistik ada

hubungan konsumsi sayur dengan obesitas menunjukkan (p =

0,005 dan OR : 7,273). Dengan penelitian ini dapat diketahui

bahwa kurangnya konsumsi sayur memiliki risiko obesitas 7x.

(Nirmala, 2018) Selain itu, berdasarkan uji statistik ada hubungan

konsumsi sayur dengan obesitas, menunjukkan (p = 0,000 dan

OR : 13,458). Dengan penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa

kurangnya konsumsi buah memiliki risiko obesitas 13x. (Hermina

& S, 2016)

Warna pada sayur dan buah yang berbeda merupakan

informasi kandungan nutrisinya. Untuk warna sayur dan buah

yang merah tua hamper mendekati ungu, umumnya mengandung

anthocyanin yang merupakan jenis antioksidan yang mampu

menghambat terbentuknya gumpalan dalam pembuluh darah,

16
sehingga risiko penyakit jantung dan stroke berkurang. (Ayu,

2010).

Sayur dan buah yang berwarna hijau juga sangat banyak,

biasanya mengandung zat penting yang disebut isothiocynate,

sulfuraphone, dan indole. Zat-zat ini mampu merangsang enzim-

enzim di liver (hati) yang mampu melawan kanker. Beberapa

contoh sayur dan buah berwarna hijau, yaitu bayam, kangkung,

kiwi, dan lain-lain (Adnamadia, 2013).

Selain sayur dan buah yang berwarna hijau, juga terdapat

sayur dan buah yang berwarna kuning atau orange yang

mengandung beta karoten. Berdasarkan penelitian kandungan beta

karoten dalam sayur dan buah dapat meningkatkan sistem imun,

penglihatan dan masalah lainnya yang umum dialami setelah usia

bertambah. Contoh sayur dan buah yang berwarna kuning atau

orange yaitu labu, jeruk, manga, wortel, apricot (Samuel, 2004).

Kemudian juga ada sayur dan buah yang berwarna putih,

meskipun hanya sedikit mengandung antioksidan, namun

kandungan serat dan vitamin c dalam buah dan sayur berwarna

putih relatif tinggi. selain ampuh menjaga kesehatan sistem

pencernaan, sayuran berwarna putih juga dapat meningkatkan

ketahanan tubuh (Ayu, 2010).

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

17
Buah dan sayur memiliki berbagai manfaat bagi tubuh.

Kurang mengonsumsi buah dan sayur dapat mengakibatkan tubuh

mengalami kekurangan zat gizi seperti vitamin, mineral dan serat

sehingga dapat menimbulkan terjadinya berbagai penyakit. Di

Indonesia, berdasarkan pedoman gizi seimbang dianjurkan untuk

mengonsumsi buah dan sayur sebanyak 5-8 porsi dalam sehari.

(Rahayu, 2009)

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi status gizi secara

langsung antara lain pola konsumsi makanan sehari-hari, aktivitas

fisik, dan keadaan kesehatan. Selain itu juga faktor yang

mempengaruhi status gizi secara langsung adalah pendapatan,

pendidikan orang tua dan kebiasaan makannya. (Jelliffe dalam

Anggraeni, 2000)

a) Faktor Langsung

1) Asupan Makanan

Makanan akan mempengaruhi pertumbuhan serta

perkembangan fisik dan mental anak. Semakin bertambah

usia anak semakin bertambah pula kebutuhan makanannya

secara kuantitatif maupun kualitatif. Pengaturan makanan

harus disesuaikan dengan usia, sealin untuk mendapatkan zat

gizi, juga untuk pemeliharaan, pemulihan pertumbuhan,

perkembangan serta aktivitas fisiknya,

2) Penyakit Infeksi

18
Secara umum dengan adanya suatu penyakit dapat

menyebabkan berkurangnya intake pangan diakibatkan oleh

selera makan yang menurun. Penyakit-penyakit infeksi yang

dapat mengganggu yaitu seperti tuberkulosis, sistik, dan

asma.

b) Faktor Tidak Langsung

1) Pendidikan

Pendidikan orang tua merupakan faktor yang

penting dalam tumbuh kembang anaknya. Karena jika

pendidikan orang tua baik maka orang tua dapat menerima

segala informasi dari luar terutama tentang cara mengasuh,

menjaga kesehatan anaknya, pendidikan, dan sebagainya.

2) Pengetahuan Ibu

Sebagai seorang ibu harus dapat menilai hidangan

yang akan disajikan kepada anggota keluarganya. Kurangnya

pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan

dan nilai pangan merupakan masalah yang sudah umum.

Salah satu sebab masalah kurang gizi yaitu kurangnya

pengetahuan gizi atau kemampuan untuk menerapkan

informasi dalam kehidupan sehari-hari (Sitti, 2015).

3) Kesehatan Lingkungan

Lingkungan yang bersih dan sehat sangat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan seseorang.

19
Dalam hal ini peran orang tua juga sangat diperlukan untuk

membantu membentuk kebersihan diri dan sanitasi

lingkungan yang sehat seperti lingkungan dalam keadaan

bersih, rapi dan teratur

4) Sarana Kesehatan

Kesehatan diri harus diperhatikan yaitu dengan

cara apabila seseorang sedang sakit segeralah datang ke

tempat pelayaan kesehatan yang terdekat.

2. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal

dari data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam

cara untuk menemukan suatu populasi saat individu yang memiliki

risiko status gizi kurang maupun gizi lebih (Supariasa, 2002).

a. Penilaian Langsung

a). Klinis

Merupakan pengukuran dengan melihat berbagai

perubahan yang terjadi dan menghubungkan dengan

kejadian/ masalah gizi yang terjadi.

b). Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah

pemeriksaan specimen yang diuji secara laboratorium yang

20
dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh, antara

lain: urin, darah, tinja,dan beberapa jaringan tubuh seperti

otot dan hati (Supariasa, 2012).

Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi

tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang

dikonsumsi dan penggunaan zat gizi di dalam tubuh. Status

gizi dibagi menjadi tiga kategori yaitu status gizi kurang,

gizi normal, dan gizi lebih (Almatsier,2005). Status gizi

seseorang juga sebagian besar dipengaruhi oleh kandungan

zat dan jumlah makanan yang dikonsumsi dalam jangka

waktu tertentu misalnya sehari, seminggu ataupun sebulan.

(Siagian, 2017)

c). Antropometri

Pada umumnya antropometri mengukur dimensi

komposisi tubuh seseorang (Supriasa, 2002). Status gizi

dapat dihitung dengan menggunakan rumus Indeks Massa

Tubuh atau yang biasa disingkat dengan istilah IMT atau

BMI (Body Mass Index). IMT hanya menggambarkan

proporsi ideal tubuh seseorang antara berat badan saat ini

terhadap tinggi badan yang dimilikinya. IMT tidak dapat

menggambarkan tentang proporsi lemak yang terkandung

21
di dalam tubuh seeseorang . Meskipun demikian, IMT

dapat menunjukkan kearah kelebihan berat badan atau

overweight/ obesitas, biasanya seseorang diminta untuk

melakukan pemeriksaan lanjutan (Tarwoto, 2010).

Berikut rumus perhitungan IMT menurut WHO (2007)

Berat Badan(kg)
IMT=
Tinggi Badan x Tinggi Badan( m)

Lalu untuk mengetahui status gizi, dapat menggunakan

indicator yang telah ditetapkan oleh WHO tahun 2007 yang

dibedakan berdasarkan jenis kelamin, berikut ini adalah

tabel interpretasi IMT tersebut :

Tabel 1

Kategori IMT kg/(m)2


Kurus < 18,5

Normal 18,5 – 24,9

BB Lebih 25,0 – 27,0

Obesitas < 27,0

Sumber: Riset Kesehatan Dasar, 2007

Namun menurut Supariasa (2002) pada pengukuran

antropometri ini memiliki suatu keunggulan dan kelemahan,

22
berikut ini beberapa keunggulan dan kelemahan dari pengukuran

ini.

a). Keunggulan Antropometri

1) Prosedur sederhana, aman dan dapat dilakukan dalam

jumlah sampel yang besar.

2) Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli.

3) Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat

dipesan, dan dibuat didaerah setempat.

4) Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di

masa lampau.

5) Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi karena

sudah ada ambang batas yang jelas.

6) Dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode

tertentu.

7) Dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan

terhadap gizi.

b). Kelemahan Antropometri

1) Tidak sensitif.

2) Faktor diluar gizi dapat menurunkan spesifikasi dan

sensitifitas pengukuran.

23
3) Kesalahan terjadi karena pengukuran dapat

mempengaruhi presisi, akurasi, dan validitas

pengukuran.

4) Kesalahan terjadi karena pengukuran, perubahan hasil

pengukuran dan analisa serta asumsi yang keliru.

5) Sumber kesalahan, biasanya berhungan dengan latihan

petugas yang tidak cukup, kesalahan alat atau alat tidak

ditera dan kesulitan pengukuran.

b. Penilaian Tidak Langsung

a). Survey Konsumsi Makanan

Untuk melihat jumlah dan jenis makanan yang

dikonsumsi oleh individu maupun keluarga dan

mengetahui status gizinya maka salah satunya yaitu

dengan cara survey konsumsi makanan. Setelah

dilakukannya survey konsumsi makanan maka akan

didapatkan data kuantitatif,dimana dalam data tersebut

dapat diketahui frekuensi makan dan cara seseorang

maupun keluarga dalam memperoleh pangan seseuai

dengan kebutuhan gizi (Baliwati, 2004).

b). Statistik Vital

Statistik vital digunakan untuk menganalisis bebrapa

data statistik contohnya seperti umur, angka kematian,

kesakitan, dan kematian karena penyebab tertentu serta

data yang lainnya yang berhubungan dengan status gizi.

24
c). Faktor Ekologi

Pengukuran faktor ekologi merupakan faktor yang

dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab

malnutrisi di suatu masyarakat. Malnutrisi tersebut

merupakan masalah dari interaksi antara beberapa faktor

yaitu fisik, biologis dan lingkungan budaya.

Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian i

ni antara lain :

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dina Safari (2019)

menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat p

engetahuan dengan konsumsi sayur yaitu ditandai dengan

siswa yang kurang mengonsumsi sayur lebih bear (100%)

pada siswa pengetahuan rendah dibanding dengan siswa y

ang pengetahuan nya tinggi (86,7%). Dari uji Chi-Square

didapatkan nilai p=0,032 , 0,05. Kemudian dari hasil pene

litian juga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan ya

ng bermakna antara tingkat pengetahuan dengan konsums

i buah, ditandai dengan siswa yang kurang mengonsumsi

buah yang kurang lebih besar 87,9% dan pada siswa yang

memiliki pengetahuan rendah dibanding dengan siswa ya

ng pengetahuannya tinggi (60%). Dari uji Chi-Square did

apatkan nilai p=0,027,0,05 yang diberi arti terdapat hubun

25
gan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan ko

nsumsi buah. (Suryani, Anwar, & Wardani, 2015)

26
3. Kerangka Berpikir

Saat ini konsumsi sayur dan buah masih sangat jauh dari h

arapan. Sementara manfaat dari kedua sumber makanan tersebut

merupakan sumber berbagai vitamin dan mineral yang sangat dib

utuhkan oleh tubuh. Status gizi secara langsung dipengaruhi oleh

pola konsumsi sayur dan buah yang cukup pada setiap individu. J

ika pola konsumsi sayur dan buahnya baik maka status gizi nya a

kan baik pula begitu pula sebaliknya. Secara tidak langsung statu

s gizi juga dipengaruhi oleh pengetahuan gizi. Semakin baik pen

getahuan gizi seseorang semakin baik pul astatus gizi nya karena

lebih mengetahui makanan apa saja yang memiliki manfaat bany

ak untuk tubuh, begitu pula sebaliknya apabila pengetahuan gizi

nya kurang maka akan semakin tidak baik pula status gizi nya kar

ena kurang mengetahui makanan apa saja yang memiliki banyak

manfaat untuk tubuh.

Pengetahuan Pola Konsumsi Status Gizi


Gizi Sayur dan Buah

Variabel Bebas : - Pola Konsumsi Sayur dan Buah


-Pengetahuan Gizi
Variabel Terikat : Status Gizi

27
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Pada penelitian dilakukan pengukuran pengetahuan gizi, pola

makan sayur dan buah serta status gizi mahasiwa jurusan Gizi Poltekkes

Kemenkes Jakarta II. Apabila pola konsumsi sayur dan buahnya baik

maka status gizinya baik begitupun sebaliknya. Semakin baik

pengetahuan gizi maka semakin baik pula status gizi nya, karena lebih

mengetahui makanan apa saja yang memiliki manfaat banyak bagi tubuh.

Begitupun sebaliknya, jika pengetahuan gizi nya kurang mka semakin

tidak baik status gizi nya karena masih kurang mengetahui makanan apa

saja yang memiliki manfaat banyak bagi tubuh. Karena secara tidak

langsung status gizi dapat dipengaruhi oleh pengetahuan gizi, apabila

pengetahuan gizi nya baik maka akan menjaga makanan yang

dikonsumsinya apabila pengetahuan gizinya kurang maka kurang peduli

terhadap makanan yang dikonsumsi apakah memiliki banyak manfaat

bagi tubuhnya.

Manfaat konsumsi sayur dan buah yaitu sebagai sumber vitamin

dan mineral untuk tubuh dimana vitamin dan mineral sangat dibutuhkan

oleh tubuh terutama pada usia remaja yang sedang berada pada kondisi

28
transisi dari remaja menuju dewasa. Secara langsung status gizi

dipengaruhi oleh pola konsumsi sayur dan buah.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes

Jakarta II. Penelitian ini berlangsung pada bulan Januari-Februari

mendatang tahun 2021. Pada mahasiswa jurusan Gizi Poltekkes

Kemenkes Jakarta II semester 4.

C. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data dapat dilakukan dengan wawancara,

pengukuran antropometri, serta pengisian kuesioner oleh responden

penelitian. Adapun jenis data meliputi data primer dan data sekunder.

Namun apabila pandemi masih terjadi maka dibuat plan B yaitu dengan

cara membuat google form kemudian menulis seluruh pertanyaan yang

berkaitan dengan penelitian lalu di bagikan kepada mahasiswa jurusan

gizi tingkat 2 untuk diisi sebagai kuesioner penelitian.

D. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian yang bersifat

deskriptif dengan menggunakan desain penelitian Cross Sectional.

Variabel yang diteliti yaitu analisis pola makan dan kecukupan asupan zat

gizi. Instrument yang digunakan yaitu berupa kuesioner mengenai pola

makan.

29
E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yang digunakan pada penelitian ini adalah Mahasiswi

Gizi Poltekkes Jakarta II Tingkat 2 semester 4 sebanyak 139 orang.

Alasan memilih lokasi adalah sebagai berikut :

a. Terdapat mahasiswa tingkat 2 semester 4

b. Memudahkan peneliti untuk mencari sampel, data dan mengukur

antropometri

Sampel diambil berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi sebagai berikut.

1. Kriteria Inklusi

1) Mahasiswa jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Jakarta II.

2) Bersedia menjadi responden.

3) Sehat jasmani dan rohani.

4) Mahasiswa dapat berkomunikasi dengan baik.

2. Kriteria Eksklusi

1) Mahasiwa yang datanya tidak lengkap.

2) Tidak berada di tempat sewaktu penelitian dilakukan.

3) Sampel tidak digunakan dalam penelitian jika sedang sakit.

30
F. Cara Pengambilan Sampel

Teknik dalam pengambilan sampel menggunakan teknik Simple

Random Sampling yaitu suatu proses pengambilan sampel yang dilakukan

dengan memberikan kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi

untuk menjadi sampel . Langkah-langkah pengambilan sampel dengan

Simple Random Sampling yaitu sebagai berikut:

1. Menetapkan populasi, populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa

tingkat 2 jurusan gizi Poltekkes Kemenkes Jakarta II.

2. Melakukan pendaftaran (pengelompokkan) mahasiswa jurusan Gizi

Poltekkes Jakarta II dengan kriteria yang telah ditetapkan.

3. Membuat list dengan memberi nomor urut populasi yang diurutkan

berdasarkan abjad nama populasi tiap tingkat.

4. Menentukan interval sampel yang diambil dengan rumus :

K=

Keterangan :

K : Interval pengambilan sampel

N : Jumlah populasi

n : Jumlah sampel

5. Selanjutnya dilakukan pemilihan sampel pertama (first number) secara

random, dengan cara menjatuhkan pensil pada list populasi sampel

sambil memejamkan mata, angka awal (first number) diambil dari

angka yang terdekat dengan jatuhnya mata pensil.

31
6. Kemudian sampel berikutnya diambil dari kelipatan hasil perhitungan

interval sampel.

G. Jenis, Cara dan Alat Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer adalah jenis data yang secara langsung diperoleh dari

sampel yang meliputi: data identitas responden, data status gizi

responden, tingkat penetahuan gizi, sikap responden dalam memilih

sayur dan buah.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Poltekkes

Kemenkes Jakarta II. Sumber data sekunder adalah sumber data yang

diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui

media lain yang bersumber dari literature, jurnal ilmiah, koran, buku-

buku serta dokumen perusahaan. (Sugiyono, 2009)

2. Cara Pengumpulan Data

a. Data Primer

Pengumpulan data diperoleh dengan cara:

1) Data responden meliputi nama, kelas, jenis kelamin, tempat

tanggal lahir diperoleh langsung dari responden dengan

menggunakan kuesioner.

2) Tinggi badan, berat badan, dan status gizi diperoleh melalui

pengukuran antropmetri langsung kepada responden.

32
3) Data berat badan diperoleh dengan cara penimbangan berat badan

murid dengan menggunakan timbangan digital dengan ketelitian

0,1 kg.

b. Data Sekunder

Pengumpulan data diperoleh dari pihak Poltekkes Kemenkes

Jakarta II yang meliputi data profil kampus :

1. Alat Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data adalah:

a. Kuesioner

Kuesioner adalah alat ukur yang digunakan untuk

mengetahui tingkat pengetahuan, sikap anak dalam memilih

makanan jajanan.

b. Timbangan Digital dengan Ketelitian 0,1 Kg.

Timbangan Digital adalah alat yang digunakan untuk

menimbang Berat Badan (BB) responden.

c. Microtoise dengan Ketelitian 0,1 cm.

Microtoise adalah alat yang digunakan untuk mengukur

Tinggi Badan (TB) responden.

H. Pengolahan Data dan Analisis Data

Dalam subbab ini akan dibahas mengenai pengolahan data, dan analisis data.

33
1. Pengolahan Data

a. Penyuntingan data (editing)

Memeriksa data dengan cara melihat kembali hasil pengumpulan

data, baik isi maupun wujud alat pengumpul data yakni:

1) Mengecek jumlah lembar kuesioner.

2) Mengecek nama dan kelengkapan identitas responden.

3) Mengecek macam isian data.

b. Pengkodean (coding)

Merupakan upaya mengklarifkasi data dengan pemberian kode

pada data menurut jenisnya, yaitu memberikan kode pada variabel

pengetahuan, sikap dalam memilih makanan jajanan. Kemudian tiap

variabel dikategorikan sesuai jumlah skor / nilai untuk masing-masing

variabel.

1. Pengetahuan gizi dalam memilih makanan jajanan dikategorikan :

1) Kurang, jika jawaban benar 50% pertanyaan

2) Baik, jika jawaban benar > 50% pertanyaan

1. Sikap dalam memilih makanan jajanan dikategorikan :

1) Kurang, jika jawaban benar 50% pertanyaan

2) Baik, jika jawaban benar > 50% pertanyaan

c. Entri Data

Yaitu proses pemasukan data ke dalam program komputer.

Sebelum dianalisis lebih lanjut data yang ada dikelompokkan sesuai

34
dengan jenis datanya. Entri data kuesioner dilakukan dengan

menggunakan program komputer.

d. Cleaning Data

Merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di

entry apakah ada kesalahan atau tidak. Tujuan dilakukan cleaning ini

yaitu untuk mengetahui apakah ada missing data, variasi data, dan

konsistensi data.

2. Analisis Data

a. Analisis Univariat

Analisis Univariat dilakukan dengan membuat tabel dan

distribusi frekuensi masing-masing variabel, yaitu variabel bebas dan

variabel terikat. Analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran

pengetahuan gizi dan pola konsumsi sayur dan buah serta status gizi.

35
b. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat dilakukan dengan membuat tabel silang

antara masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

bebas dengan variabel terikat agar dapat menentukan tingkat

hubungan antara variabel tersebut. Uji statistik yang digunakan dalam

analisis bivariate ini adalah uji Chi Square dengan menggunakan

sistem komputerisasi, yaitu menguji kemaknaan hubungan dengan

tingkat kepercayaan 95%.

X2 = ∑ (0-E)2

Keterangan :

X2  = Nilai pada distribusi frekuensi

∑ = Sigma (jumlah)

0  = Frekuensi Observasi
E = Nilai Harapan

Aturan yang berlaku pada uji Chi Square adalah sebagai berikut:

a. Bila tabel 2 x 2 dijumpai nilai E (harapan) < 5, maka uji yang

digunakan adalah Fisher’s Exact Test.

b. Bila tabel 2x2 tidak ada nilai E < 5, maka uji yang dipakai

sebaiknya Continuity Correction.

36
c. Bila tabel lebih dari 2 x 2, misalnya 3 x 2, 3 x 3 dll maka

menggunakan uji Pearson Chi Squar

Keputusan statistik diambil dengan melihat nilai p pada tingkat

kepercayaan 95% sebagai berikut:

P > 0,05 ( ) dinyatakan tidak ada hubungan antara dua variabel.

P 0,05 ( ) dinyatakan ada hubungan antara dua variabel

37
DAFTAR PUSTAKA

Aswatini, Noveria, M., & Fitranita. (2008). Konsummsi Sayur Dan Buah Di
Masyarakat Dalam Konteks Pemenuhan Gizi Seimbang. Jurnal
Kependudukan Indonesia, Ill(2), 97–119.

Ayu, I., Bagian, I., Fakultas, P., Masyarakat, K., & Hasanuddin, U. (2015).
PERILAKU KONSUMSI SAYUR DAN BUAH ANAK PRASEKOLAH DI
DESA EMBATAU KECAMATAN TIKALA KABUPATEN TORAJA UTARA
Behavior of Vegetable and Fruit Consumption in Preschool Children at
EmbatauVillage, Tikala Subdistrict, NorthToraja Regency. 253–262.

florence grace, A. (2017). Dengan Status Gizi Pada Mahasiswa Tpb. Skripsi.

Han, E. S., & goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A. (2019). 済 無 No


Title No Title. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699.

Hermina, H., & S, P. (2016). Gambaran Konsumsi Sayur dan Buah Penduduk
Indonesia dalam Konteks Gizi Seimbang: Analisis Lanjut Survei Konsumsi
Makanan Individu (SKMI) 2014. Buletin Penelitian Kesehatan, 44(3), 4–10.
https://doi.org/10.22435/bpk.v44i3.5505.205-218

Hermiyanty, Wandira Ayu Bertin, D. S. (2017). Technology Science and


Engineering Journal. Journal of Chemical Information and Modeling, 1(9),
1–58.

Konsumsi, P., Dan, P., Gizi, S., Supir, P., & Rahayu, A. (2009). Enika R.
Siregar : Gambaran Pengetahuan Gizi, Pola Konsumsi Pangan Dan Status
Gizi Pada Supir Angkot Rahayu Medanceria Trayek 104 Di Kota Medan
Tahun 2008, 2009. USU Repository © 2009.

Margareta, D., & Purwidiani, N. (2014). Kajian Tentang Pola Konsumsi Makanan
Utama Masyarakat Desa Gunung Sereng Kecamatan Kwanyar Kabupaten
Bangkalan Madura. E-Journal Boga, 03(3), 86–95.

38
Nirmala, G. (2018). Pengaruh Pendidikan Gizi tentang Sayur terhadap
Pengetahuan, Sikap dan Porsi Konsumsi Sayur Anak di SD Negeri 105349
Paluh Kemiri.

PINRANG, M. K., & SUHARYANTI, S. (2015). Gambaran Pengetahuan Gizi,


Pola Konsumsi Sayur Dan Buah Serta Status Gizi Siswa Sma Negeri 1
Mattirobulu Kecamatan. 64.235.45.155. Retrieved from
http://64.235.45.155/uploaded_files/temporary/DigitalCollection/ODlkMDQ
4MGE1NzE4YTBhYTIxNTlhZjViNzVhNzExZmM2MzhmNTU0Mg==.pdf

Siagian, D. M. (2017). Hubungan Konsumsi Sayur dan Buah dengan Obesitas


pada Anak SD Kelas IV – VI di SD Pantekosta Magelang Tahun 2017.
Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. Retrieved from
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/238/

Suryani, N., Anwar, N., & Wardani, H. (2015). Hubungan Status Ekonomi dengan
Konsumsi Buah, Sayur dan Pengetahuan Terhadap Status Gizi pada Siswa
SMP di Perkotaan dan Pedesaan di Kotamadya Banjar Baru Tahun 2014.
Jurnal Kesehatan Indonesia, 5(3), 6–15.

Wantina, M., Rahayu, L. S., ..., Waloya, T., Rimbawan, R., Andarwulan, N., … ...
(2014). Pengaruh Variasi Konsumsi Pangan terhadap Status Gizi Pelajar
Kelas XI SMA Pangudi Luhur dan SMAN 8 Yogyakarta. Jurnal Gizi Dan
Pangan. Retrieved from
https://www.neliti.com/publications/18858/hubungan-ketahanan-pangan-
tingkat-keluarga-dan-tingkat-kecukupan-zat-gizi-dengan
%0Ahttp://103.10.105.65/index.php/jgizipangan/article/view/9083%0Ahttps:
//dev.jurnal.ugm.ac.id/jkn/article/view/25500%0Ahttps://journ

39
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

GAMBARAN PENGETAHUAN GIZI, POLA KONSUMSI SAYUR DAN


BUAH SERTA STATUS GIZI MAHASISWA JURUSAN GIZI POLITEKNIK
KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II

A. Karakteristik Responden
1. Nama :
2. Usia :
3. Berat Badan :
4. Tinggi Badan :
5. Jenis Kelamin :

B. Pengetahuan Gizi (Berilah tanda check list () pernyataan yang paling te
pat pada kolom disamping)

1. Apakah akibat jika seseorang kurang mengonsumsi sayur dan buah?


a. Mudah sakit, pertumbuhan terhambat, cepat tua
b. Mudah lapar, rambut rontok, tidak bersemangat
c. Mudah lapar, bodoh, cepat tua

2. Apa manfaat dari mengonsumsi sayur dan buah?


a. Untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh
b. Sebagai sumber tenaga, pembangun, dan pengantar
c. Dapat mengenyangkan perut

3. Apa zat gizi yang terkandung dalam sayur dan buah?


a. Karbohidrat
b. Vitamin mineral dan serat
c. Lemak

40
4. Apa manfaat / kegunaan vitamin, mineral, dan serat yang terkandung dal
am sayuran dan buah?
a. Sebagai zat pembangun dan pelindung
b. Mencegah terjadinya penyakit
c. mengenyangkan perut

5. Di bawah ini makanan yang mengandung vitamin C terdapat pada?


a. Bayam, anggur, kangkung
b. Tomat, pepaya, bayam
c. Jeruk, manga, pisang

6. Di bawah ini makanan yang mengandung vitamin A terdapat pada?


a. Kangkung, daun ubi, jeruk
b. Tomat, bayam, wortel
c. Wortel, nanas, taoge

7. Apa manfaat dari vitamin C?


a. Mengandung serat, mencegah kerontokan rambut, kekebalan tub
uh
b. Kekebalan tubuh, mencegah sariawan, menghambat proses penu
aan
c. Menghaluskan kulit, mencerahkan kulit, mencegah kurang nafsu
makan

8. Apa manfaat dari vitamin A?


a. Makanan bergizi, mengandung serat, mencegah sariawan
b. Kekebalan tubuh, anti kanker, mengenyangkan perut
c. Kesehatan mata, pertumbuhan jaringan tubuh, kekebalan tubuh
1.

41
2. Tabel Food Frequency Questioner (FFQ)

Nama Bahan Frekuensi Konsumsi


Makanan Setiap H 7x / min 5-6x / mi 3-4x / mi 1-2x / Tidak Pe
ari ggu nggu nggu minggu rnah

(2-3x)
Makanan Po
kok :

Nasi
Mie
Lain-lain
Lauk- pauk :
Ayam
Daging Sapi
Ikan
Telur
Tempe
Tahu
Lain-lain
Sayuran :
Bayam
Kangkung
Daun Singko
ng
Sawi Putih
Sawi Hijau
Kacang Panj
ang
Terong

42
Wortel
Buncis
Taoge
Labu Siam
Lain-lain
Buah:
Apel
Pepaya
Jeruk
Semangka
Pisang
Mangga
Rambutan
Anggur
Lain-lain

Keterangan :

- Beri tanda () pada kolom yang sesuai


- Kolom lain-lain bisa diisi bahan pangan yang belum tercantum

43
Lampiran 2. Cara Pengukuran Pengetahuan Gizi

Pengetahuan Gizi ditentukan oleh uji proporsi pada rumus :

F
P= x 100 %
N

Keterangan :

P : Persentase

F : Jumlah pertanyaan yang benar

N : Jumlah semua pertanyaan

Kemudian hasil persentase dibagi menjadi beberapa kategori sebagai berikut

Tabel Pedoman Penilaian Pengetahuan Gizi


Kategori Skor
Baik > 75%
Cukup 61-75%
Kurang ≤ 60%

Sumber : Arikunto (2010)

 Contoh perhitungan gizi responden No.12 :


Diketahui F = 15
N = 20

Perhitungan persentase pengetahuan gizi :

15
P= x 100 %
20

= 75%

Kesimpulan : Responden No.12 termasuk kategori cukup berdasarkan tingkat p


engetahuan gizi

44
Lampiran 3. Cara Pengukuran Pola Konsumsi

Responden memberikan ceklis di tiap masing-masing bahan makanan yang dikons


umsi dalam waktu seminggu kemudian diberi nilai menurut tabel berikut :

Tabel Pedoman Penilaian Pola Konsumsi


Kategori Skor Keterangan
A 50 Setiap hari (2-3x)
B 25 7x per minggu
C 15 5 - 6x per minggu
D 10 2 - 4x per minggu
E 1 1 - 2x per minggu
F 0 Tidak Pernah

Sumber: Suhardjo dalam Dewi (2013)

Kemudian skor yang didapatkan dijumlahkan dan dikategorikan menurut tabel ber
ikut :

Tabel Kategori Penilaian Pola Konsumsi


Kategori Skor
Baik 344 – 452
Cukup 236 – 343
Kurang 128 - 235

Sumber : Suhardjo dalam Dewi (2013)

 Contoh perhitungan pola konsumsi responden A


Diketahui : ∑ ¿ 50 + 10 + 1 + 0 + 25 + 10 + 10 + 10 + 10 + 15 + 0 + 1 + 1
0 + 10 + 10 + 10 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 1 + 0 + 15 + 15 + 1 + 25 + 1 +
1 + 1 + 0 = 248

Hasil penjumlahan skor pola konsumsi yang diperoleh adalah 248

Kesimpulan : Responden A termasuk kategori cukup berdasarkan tingkat pola kon


sumsi

45
Lampiran 4. Cara Perhitungan Status Gizi

IMT ditentukan oleh pengukuran berat badan dan tinggi badan dengan rumus seba
gai berikut :

Berat Badan( kg)


IMT =
[ Tinggi Badan ( m ) ] ²
Kemudian hasil dari perhitungan dibagi kategori berdasarkan tabel berikut :

Tabel Pedoman Penulisan Status Gizi


Kategori IMT
Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat < 17,0
Normal Kekurangan berat badan tingkat ringan 17,0 – 18,4
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan 18,5 – 25,0
Kelebihan berat badan tingkat berat 25,1 – 27,0

Sumber : Depkes (2014)

46

Anda mungkin juga menyukai