Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Psikologi Dalam Praktik Kebidanan
Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan karunianya, kami
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “Komunikasi Dengan Perempuan Penyandang
Disabilitas Fisik” tepat pada waktunya. Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata
Kuliah Psikologi Dalam Praktik Kebidanan.
Kami selaku penyusun menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada makalah ini,
oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun agar kami dapat
menyelesaikan tugas berikutnya lebih baik lagi. Semoga makalah ini berguna bagi kami
khususnya bagi pembaca.
Penulis
2
ABSTRAK
Penyandang disabilitas adalah orang yang memiliki keterbatasan fisik, mental, intelektual
atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dan sikap
masyarakatnya dapat menemui hambatan yang menyulitkan untuk berpartisipasi penuh dan
efektif berdasarkan kesamaan hak yang tercantum pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011
Tentang Pengesahan Hak-Hak Penyandang Disabilitas. Menurut Undang-Undang Nomor 4
Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, Penyandang Disabilitas dikategorikan menjadi tiga jenis,
yaitu cacat fisik, mental, dan cacat ganda atau cacat fisik dan mental.
Namun, ada saja hambatan atau kendala dalam komunikasi pada perempuan penyandang
disabilitas ini seperti permasalahan komunikasi interpersonal yang rendah. Adapun faktor yang
mempengaruhi komunikasi interpersonal antara lain kurangnya keterbukaan, mempunyai
persepsi diri yang negatif, kurangnya kemampuan komunikasi yang menunjukkan
kesetaraan dan kurang berempati kepada sesama teman. Komunikasi interpersonal yang
rendah dapat ditingkatkan melalui berbagai cara, misalnya dengan meningkatkan
asertivitas, memberikan konseling dan dengan memberikan pelatihan keterbukaan diri.
Media sosial kini sudah sangat berkembang, manfaatnya bisa dirasakan oleh setiap orang
termasuk penyandang disabilitas karena media sosial sangat memungkinkan jika digunakan
untuk bisa berkomuikasi dengn terbuka terutama pada penyampaian mengenai hak-hak
disabilitas.
3
mengalami disabilitas. Kedua, dukungan social dengan memberikan bantuan untuk mengatasi
hambatan yang muncul dari kondisi kedisabilitasan, penyediaan sumberdaya yang
dibutuhkan, penyediaan alat bantu atau melakukan “diskriminasi positif ” untuk mengatasi
hambatan disabilitas tersebut. Ketiga, informasi, misalnya menggunakan format yang cocok
(huruf braille bagi disabilitas netra, atau bahasa isyarat bagi disabilitas rungu) atau bahasa
yang lebih sederhana bagi disabilitas jiwa.
4
DAFTAR ISI
5
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perempuan adalah salah satu komponen pembangunan yang selama ini masih
dianggap belum memberikan kontribusi optimal dalam proses pembangunan yang selama
ini dilaksanakan terutama dalam konteks pembangunan secara fisik. Padahal di sisi lain,
komposisi kaum perempuan berdasarkan jumlah di Indonesia menunjukkan jumlah yang
besar bahkan lebih banyak daripada kaum laki-laki. Pembangunan menuntut peran serta
masyarakat dari semua kalangan dan tidak terkecuali kaum perempuan dan para
penyandang disabilitas. Peran serta mensyarakatkan tumbuh kembangnya pemberdayaan
karena kata kunci dalam peran serta adalah masyarakat dapat berdaya, berupaya dan
berperan serta dalam seluruh aktivitas pembangunan yang dilaksanakan utamanya
pembangunan sumberdaya manusia.
Menurut data dari ILO (International Labour Organization) atau Organisasi Buruh
Internasional (2013), pada negara berkembang termasuk Indonesia terdapat jutaan
perempuan penyandang disabilitas berada pada usia kerja, namun mayoritas tidak
bekerja. Hal tersebut menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat penyandang
6
disabilitas kesulitan untuk memperoleh pekerjaaan baik itu pada instansi swasta maupun
pemerintahan. Selain sulit mendapatkan pekerjaan, penyandang disabilitas yang akhirnya
mendapatkan pekerjaan tidak jarang mendapatkan diskriminasi di tempat kerja.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari disabilitas fisik?
2. Bagaimana proses komunikasi pada perempuan penyandang diabilitas fisik?
3. Apa saja hambatan atau kendala dalam komunikasi pada perempuan penyandang
disabilitas fisik?
4. Bagaimana cara bidan menangani masalah dalam komunikasi pada perempuan
penyandang disabilitas fisik?
5. Apa saja media yang dapat membantu dalam penyampaian komunikasi pada
perempuan penyandang disabilitas fisik?
6. Bagaimana perlakuan bidan terhadap perempuan penyandang disabilitas fisik agar
setara dengan perempuan lainnya?
7. Bagaimana konseling bidan pada perempuan penyandang disabilitas fisik untuk
memberikan motivasi dan memberdayakan perempuan disabilitas fisik?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui apa definisi dari disabilitas fisik
2. Untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi pada perempuan penyandang
diabilitas fisik
3. Untuk mengetahui apa saja hambatan atau kendala dalam komunikasi pada
perempuan penyandang disabilitas fisik
4. Untuk mengetahui bagaimana cara bidan menangani masalah dalam komunikasi
pada perempuan penyandang disabilitas fisik
5. Untuk mengetahui apa saja media yang dapat membantu dalam penyampaian
komunikasi pada perempuan penyandang disabilitas fisik
6. Untuk mengetahui bagaimana perlakuan bidan terhadap perempuan penyandang
disabilitas fisik agar setara dengan perempuan lainnya
7
7. Untuk mengetahui bagaimana konseling bidan pada perempuan penyandang
disabilitas fisik untuk memberikan motivasi dan memberdayakan perempuan
disabilitas fisik
8
BAB II
PEMBAHASAN
Penyandang cacat adalah setiap orang yang mempunyai kelainan fisik dan/atau
mental, yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk
melakukan secara selayaknya, yang terdiri dari:
1. Tuna Netra adalah seseorang yang terhambat mobilitas gerak yang disebabkan oleh
hilang/berkurangnya fungsi penglihatan sebagai akibat dari kelahiran,kecelakaan
maupun penyakit yang terdiri dari:
a. Buta total, tidak dapat melihat sama sekali objek di depannya (hilangnya fungsi
penglihatan). Persepsi cahaya, seseorang yang mampu membedakan adanya
cahaya atau tidak, tetapi tidak dapat menentukan objek atau benda di depannya.
9
b. Memiliki sisa penglihatan (low vision), seseorang yang dapat melihat benda yang
ada di depannya dan tidak dapat melihat jari-jari tangan yang digerakkan dalam
jarak satu meter.
3. Tuna Daksa adalah cacat pada bagian anggota gerak tubuh. Tuna daksa dapat
diartikan sebagai suatu keadaan rusak atau terganggu, sebagai akibat gangguan
bentuk atau hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam fungsinya yang
normal.Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan atau dapat juga
disebabkan oleh pembawaan sifat lahir (Soemantri, 2006). Tuna daksa terdiri dari
dua golongan yaitu:
b. Tuna daksa syaraf, yaitu kelainan yang terjadi pada fungsi anggota tubuh yang
disebabkan gangguan pada susunan syaraf di otak. Otak sebagai pengontrol tubuh
memiliki sejumlah syaraf yang menjadi pengendali mekanisme tubuh, karena itu
jika otak mengalami kelainan, sesuatu akan terjadi pada organisme fisik, emosi
dan mental. Salah satu bentuk terjadi karena gangguan pada fungsi otak dapat
dilihat pada anak cerebral palsy yakni gangguan aspek motorik yang disebabkan
oleh disfungsinya otak
1. Pengertian Komunikasi
10
Komunikasi adalah sebuah bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial. Secara etimologis, kata komunikasi
berasal dari bahasa latin “communicare” yang artinya “menyampaikan”. Menurut asal
katanya tersebut, arti komunikasi adalah proses penyampaian makna dari satu entitas
atau kelompok ke kelompok lainnya melalui penggunaan tanda, simbol, dan aturan
semiotika yang dipahami bersama. Jadi pengertian komunikasi adalah suatu aktivitas
penyampaian informasi, baik itu pesan, ide, dan gagasan, dari satu pihak ke pihak
lainnya yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
b. Secara tidak langsung, yaitu melalui media tertentu, seperti bahasa tubuh, tulisan,
telepon, radio, dan lain sebagainya.
b. Hindari berbicara satu arah melalui orang lain, baik melalui penerjemah atau
pendamping.
11
c. Fokus kepada penyandang disabilitas yang diajak bicara, bukan pada kondisinya.
e. Bahasa tubuh yang ramah. Contohnya usahakan bicara dalam posisi sejajar dan
jangan dengan sengaja membelakanginya.
i. Kursi roda, tongkat, alat bantu dengar, tangan palsu, kaki palsu, dan alat bantu
lainnya merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan. Jadi, jangan menyentuh,
memindahkan, atau melakukan sesuatu pada alat bantu tadi tanpa persetujuan.
12
Sama seperti kita memperlakukan orang lain, terutama yang baru saja dikenal,
kita juga harus memperlakukan penyandang disabilitas dengan santun. Jagalah
ucapan dan tindakan kita agar tidak melukai perasaannya.Memang tidak semua
orang-orang difabel memiliki perasaan yang sensitif.Akan tetapi, jika ingin
memulai pergaulan dengan mereka, jagalah ucapan dan tindakan.Lebih baik
menunjukkan sikap yang ramah dibanding gesture atau sikap yang justru
menunjukkan rasa kasihanmu.
Hambatan individu dimiliki oleh semua orang baik penyandang disabilitas atau
non-disabilitas.Tetapi ada hambatan individu penyandang disabilitas yang secara
13
langsung berkaitan dengan kondisi disabilitasnya. Hambatan ini diperkuat oleh pola
asuh yang tidak tepat dan lingkungan yang tidak mendukung, seperti:
• Disabilitas fisik
Pemikiran tentang kondisi fisik dan kesulitan mobilitas yang tidak dipahami orang
lain menjadi alasan penyandang disabilitas menarik diri karena merasa tidak
diterima oleh lingkungan.
• Disabilitas sensorik
Disabilitas tuli, wicara dan netra merasa mempunyai hambatan untuk menangkap
dan menyampaikan informasi atau berkomunikasi karena metode komunikasi
yang berbeda.
• Disabilitas intelektual
• Tidak mampu menampilkan diri secara pantas (poor grooming and dressing)
14
Hambatan-hambatan di atas, ditambah dengan kurangnya pemahaman masyarakat
pada umumnya akan kebutuhan khusus para penyandang disabilitas, dapat sangat
mengurangi penghargaan orang terhadap penyandang disabilitas sehingga perhatian
yang diberikan pun menjadi sangat berkurang.
• Bagi orangorang tunanetra, format yang aksesibel untuk informasi tertulis adalah
Braille, rekaman audio, tulisan besar (bagi low vision), format elektronik atau
bantuan pembaca.
• Bagi orang tunagrahita, informasi itu akan menjadi lebih aksesibel apabila
disajikan dalam bahasa yang sederhana dan menggunakan bahasa baku.
Agar penyandang disabilitas dapat hidup mandiri dan berpartisipasi secara penuh
dalam semua aspek kehidupansama seperti warga lainnya, negara wajib mengambil
langkah yang tepat untuk memastikan akses bagi penyandang disabilitas ke
lingkungan fisik, transportasi, informasi dan komunikasi, termasuk sistem dan
teknologi informasi dan komunikasi, serta akses ke fasilitas dan jasa pelayanan lain
yang tersedia bagi publik, baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Langkah-
langkah tersebut, yang harus meliputi identifikasi dan penghapusan kendala serta
halangan aksesibilitas, diberlakukan antara lain pada:
a. Gedung-gedung, jalan-jalan, sarana transportasi, dan fasilitas dalam dan luar ruang
lainnya, termasuk sekolah, perumahan, fasilitas medis, dan tempat kerja
15
b. Informasi, komunikasi, dan layanan lainnya, termasuk layanan elektronik dan
layanan gawat darurat.
a. Hambatan arsitektural
1. Disabilitas fisik, yang mencakup mereka yang menggunakan kursi roda, semi-
ambulant, dan mereka yang memiliki hambatan manipulatoris yaitu kesulitan
gerak otot
2. Disabilitas sensoris yang meliputi orang tunanetra dan tunarungu
3. Disabilitas intelektual (tunagrahita).
• Bagi pengguna kursi roda hambatan yang dihadapi oleh para pengguna kursi
roda sebagai akibat dari desain arsitektural saat ini mencakup:
- Tidak cukupnya ruang untuk berbelok, lubang pintu dan koridor yang
terlalu sempit.
16
- Tombol-tombol yang terlalu tinggi letaknya.
17
D. Cara Bidan Menangani Masalah Dalam Komunikasi Pada Perempuan Penyandang
Disabilitas Fisik
1. Sapa dan bicara secara langsung dengan kontak mata, hindari berbicara satu arah
melalui orang lain baik melalui penerjemah atau pendamping.
2. Fokus pada penyandang disabilitas yang diajak bicara bukan pada kondisinya
3. Bicara dengan jelas, mudah dipahami, dan tetap santun.
4. Bahasa tubuh ramah
5. Jangan melihat penyandang disabilitas sebagai orang yang aneh
6. Kenalilah kebutuhan spesifik penyandang disabilitas misalnya disabilitas fisik
membutuhkan kursi roda
7. Jika merasa penyandang disabilitas yang datang membutuhkan bantuan, jangan ragu
untuk menanyakan apakah ia butuh bantuan. Jika penyandang disabilitas menyatakan
butuh bantuan maka tanyakan bagaimana cara penyandang disabilitas ingin dibantu
8. Berikan kemudahan bagi mereka untuk bergerak. Gunakanlah alat bantu agar mereka
dapat bergerak dengan bebas, contohnya seperti kursi roda.
9. Sediakan alat yang dapat mendukung motoriknya seperti untuk memegang dan
melepaskan.
10. Rutinlah untuk mengajak berkomunikasi dan melakukan banyak kegiatan agar dapat
membantu perkembangan diri, berikan dorongan bagi mereka untuk mencoba
melakukan sesuatu sendiri supaya mandiri dan membangun kepercayaan diri.
11. Kursi roda, tongkat, alat bantu dengar, tangan palsu, kaki palsu dan alat bantu
lainnya merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan, jangan memindahkan tanpa
persetujuan
12. Tidak memberikan pertanyaan yang berulang-ulang
Televisi sebagai media audio visual merupakan media yang dianggap paling
efektif dalam menyebarkan nilai-nilai yang konsumtif dan permisif. Bahkan apapun yang
18
diproduksi dan ditayangkan televisi akan selalu menarik bagi setiap penontonnya. Setiap
acara televisi dikelola oleh banyak orang yang ahli dibidangnya masing-masing di stasiun
televisi. Stasiun televisi merupakan lembaga penyiaran atau tempat bekerja yang
melibatkan banyak orang, dan yang mempunyai kemampuan atau keahlian dalam bidang
penyiaran yang berupaya menghasilkan siaran atau karya yang baik. Namun diskriminasi
dan representasi terhadap penyandang disabilitas dalam media televisi berakar dari
struktur media massa yang berpihak kepada kelompok dominan atau penguasa dan
mengabaikan kelompok minoritas yang termarginalkan. Akibatnya, ruang informasi,
wawasan dan pemahaman masyarakat dan pemerintah terhadap persoalan disabilitas
sangat terbatas. Dengan demikian peneliti menilai bahwa televisi cenderung diskriminatif
terhadap isu disabilitas dan kerap menempatkan disabilitas sebagai kelompok yang
“aneh”, menjadi bahan tertawaan, atau kelompok yang harus dibantu dan dikasihani.
Stigma dan stereotipe negatif tersebut salah satunya disebabkan oleh konstruksi sosial
dalam memandang persoalan disabilitas dan kelompok disabilitas di masyarakat.
19
Televisi juga dipandang sebagai hasil temuan dari riset ilmiah dan teknik yang
sifat-sifat inherennya sebagai suatu media elektronik telah mengubah persepsi-persepsi
dasar kita mengenai realitas dan dengan begitu mengubah cara berelasi kita dengan yang
lain dan dengan dunia (Williams, 2009: 4). Televisi sebagai media audio visual yang
mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari khalayak sasaran (penonton) akan
menjadi sangat efektif dengan pesan maupuninformasi yang disampaikan.
Keterjangkauan “kotak ajaib” ini dapat sampai ke semua lapisan masyarakat dengan
memiliki banyak keunggulan jika dibandingkan dengan media lainnya, yakni bersifat
langsung dan intim. Televisi juga didefinisikan Baksin (2006: 16) bahwa: “Televisi
merupakanhasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam
bentuk audio visual gerak. Isi pesan audio visual gerak memiliki kekuatan yang sangat
tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir, dan tindak individu”. Sementara menurut
ensiklopedia Indonesia dalam Parwadi (2004: 28) lebih luas lagi dinyatakan bahwa:
“Televisi adalah sistem pengambilan gambar, penyampaian, dan penyuguhan kembali
gambar melalui tenaga listrik. Gambar tersebut ditangkap dengan kamera televisi, diubah
menjadi sinyal listrik, dan dikirim langsung lewat kabel listrik kepada pesawat
penerima”.
20
komunikasi. Namun dalam faktanya di lapangan, penyandang disabilitas masih kesulitan
untuk dapat memperoleh dalam bidang pendidikan, pekerjaan, politik, olahraga, seni, dan
budaya, apalagi berupa kesehatan.
- Bio artinya wanita adalah makhluk biologis yang memerlukan kebutuhan sesuai
dengan tingkat perkembangannya untuk kelangsungan hidup.
- Psiko artinya wanita mempunyai sisi kejiwaan harus diperhatikan dalam setiap
memberikan pelayanan.
- Sosio artinya wanita adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan orang lain dan
membutuhkan orang lain.
- Kultural artinya wanita adalah makhluk yang berbudaya atau memiliki kebiasaan –
kebiasaan tertentu.
- Spiritual artinya wanita adalah makhluk yang secara fitrah akan selalu membutuhkan
tuhan sebagai sandaran.
- Utuh artinya pandangan kita kepada seorang wanita sebagai makhluk bio – psiko –
sosio – cultural dan spiritual etrsebut harus dipandang secara menyeluruh, tidak bias
21
hanya dipandang dari segi biologisnya saja, atau psikologisnya saja karena sisi
tersebut menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
- Unik artinya wanita adalah makhluk yang berbeda antara satu dengan yang lain, baik
dari segi bio, psiko, sosio, cultural maupun spiritualnya.
Menurut Abdul Rachman Husein, wanita adalah seorang ibu sekaligus pendidik yang
luar biasa. Menurut Abdurrahman Umairah, wanita adalah manusia yang mulia dan
bernilai karena memiliki sifat kemanusiaan yang tinggi. Selain itu bidan harus punya
pandangan bahwa wanita khususnya ibu adalah seorang yang akan melahirkan penerus
generasi keluarga dan bangsa sehingga keberadaan wanita yang sehat jasmani dan rohani
serta social sangat diperlukan. Wanita juga seorang pendidik pertama dan utama dalam
keluarga. Kualitas manusia sangat ditentukan oleh keberadaan/kondisi dari wanita/ibu
dalam keluarga. Para wanita di masyarakat adalah penggerak dan pelopor peningkatan
kesejahteraan keluarga
G. Konseling Bidan Pada Bidan Pada Perempuan Penyandang Disabilitas Fisik Untuk
Memberikan Motivasi Dan Memberdayakan Perempuan Disabilitas Fisik
22
mengubah lingkungan agar sesuai dengan individu melalui pendekatan yang realistis
dan kreatif.
4. Hubungan atau teknik. Artinya dalam konseling yang dipentingkan hubungan atau
teknik, mengingat suatu teknik belum tentu cocok untuk suatu budaya tertentu karena
penggunaanya tergantung pada penerimaan dan keyakinannya.
Berikut adalah beberapa teknik konseling yang dilakukan bidan bagi penyandang
disabilitas fisik :
23
1. Terapi Okupasi untuk individu gangguan intelektual
Problem dan penyelesaian yang dialami oleh individu dengan gangguan intelektual
yaitu:
a. Sensori Motorik
b. Fisik
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengarahkan gerakan fisik antara lain:
naik sepeda statis, naik turun tangga, menarik pulley.
c. Kognitif
d. Intra personal–interpersonal
e. Perawatan diri
f. Prodiktifitas
24
2. Terapi okupsi untuk individu gangguan fisik
Problem dan penyelesaian yang dialami oleh individu dengan gangguan intelektual
yaitu:
a. Motorik
b. Sensoris
c. Kognitif
d. Intrapersonal
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan intrapersonal pada
individu gangguan fisik yaitu: mendengarkan cerita, bernyanyi, bermain drama.
e. Interpersonal
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan interpersonal pada
individu gangguan fisik yaitu: senam irama, berbelanja.
f. Perawatan diri
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek perawatan diri
pada nak gangguan fisik yaitu: makan, memakai baju, minum.
g. Produktifitas
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek produktifitas
pada individu gangguan fisik yaitu: membuat asbak, berkebun, rekreasi.
3. Terapi okupasi untuk individu autistik
25
Problem dan penyelesaian yang dialami oleh individu autistik yaitu:
a. Motorik
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan motorik pada individu
autistik yaitu: bermain bola, mengayuh sepeda statis.
b. Sensorik
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek sensorik pada
individu autistik yaitu: berayun-ayun, berjalan mengikuti garis tengah lurus,
berguling dibalik selimut, bermain scooter board.
c. Kognitif
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengambangkan aspek kognitif pada
individu autistik yaitu: melihat-lihat gambar mobil, memainkan plastisin.
d. Intrapersonal
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek intrapersonal
pada individu autistik yaitu: bermain form board, melukis
e. Interpersonal
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek interpersonal
yaitu: berolahraga, mendengarkan musik.
f. Perawatan Diri
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek perawatan diri
yaitu: membersihkan tempat tidur, menyisir rambut.
g. Produktifitas
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek produktifitas
yaitu: bermain kelereng, menyapu lantai, mempersiapkan makan, mencuci.
h. Leisure (Pengisian Waktu Luang)
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek leisure yaitu:
membuat keset, memelihara burung, memelihara ayam.
4. Terapi okupasi untuk individu hiperaktif
Problem dan penyelesaian yang dialami oleh individu hiperaktif yaitu:
a. Motorik
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek motorik yaitu:
Menangkap / melempar bola, lari haral lintang.
26
b. Sensorik
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek sensorik yaitu:
berjalan mengikuti garis berkelok, meniru tulisan.
c. Kognitif
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek kognitif yaitu:
bermain tebak – tebakan, mewarnai.
d. Intrapersonal
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek intrapersonal
yaitu: membersihkan halaman, bermain ular-ularan.
e. Interpersonal
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek interpersonal
yaitu: membersihkan lingkungan sekolah.
f. Perawatan Diri
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek perawatn diri
yaitu: penggunaan waktu luang dirumah, bermain halma.
g. Produktifitas
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek produktifitas
yaitu: merangkai bunga, permainan berkompetisi.
h. Leisure (Pengisian Waktu Luang)
Kegiatan yang diberikan untuk membantu mengembangkan aspek leisure yaitu:
rekreasi, bermain alat musik.
27
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Difabel atau disabilitas adalah istilah yang meliputi gangguan, keterbatasan
aktivitas, dan pembatasan partisipasi. Gangguan adalah sebuah masalah pada fungsi
tubuh atau strukturnya; suatu pembatasan kegiatan adalah kesulitan yang dihadapi oleh
individu dalam melaksanakan tugas atau tindakan, sedangkan pembatasan partisipasi
merupakan masalah yang dialami oleh individu dalam keterlibatan dalam situasi
kehidupan. Jadi disabilitas adalah sebuah fenomena kompleks, yang mencerminkan
interaksi antara ciri dari tubuh seseorang dan ciri dari masyarakat tempat dia tinggal.
Adapun macam-macam penyandang disabilitas/cacat fisik adalah :
1. Tuna Netra adalah seseorang yang terhambat mobilitas gerak yang disebabkan oleh
hilang/berkurangnya fungsi penglihatan sebagai akibat dari kelahiran,kecelakaan
maupun penyakit yang terdiri dari:
a. Buta total
b. Memiliki sisa penglihatan (low vision)
2. Tuna Rungu/Wicara adalah kecacatan sebagai akibat hilangnya/terganggunya fungsi
pendengaran dan atau fungsi bicara baik disebabkan oleh kelahiran, kecelakaan
maupun penyakit, terdiri dari tuna rungu wicara, tuna rungu, tuna wicara.
3. Tuna Daksa adalah cacat pada bagian anggota gerak tubuh. Tuna daksa dapat
diartikan sebagai suatu keadaan rusak atau terganggu, sebagai akibat gangguan
bentuk atau hambatan pada tulang, otot, dan sendi dalam fungsinya yang
normal.Kondisi ini dapat disebabkan oleh penyakit, kecelakaan atau dapat juga
disebabkan oleh pembawaan sifat lahir (Soemantri, 2006). Tuna daksa terdiri dari
dua golongan yaitu :
a. Tuna daksa ortopedi, lengan
b. Tuna daksa syaraf
Berkomunikasi dengan perempuan penyandang disabilitas fisik dapat dilakukan dengan
dua cara, yaitu :
28
1. Secara langsung, yaitu dengan lisan/verbal sehingga memudahkan kedua belah pihak
untuk saling mengerti.
2. Secara tidak langsung, yaitu melalui media tertentu, seperti bahasa tubuh, tulisan,
telepon, radio, dan lain sebagainya.
29
DAFTAR PUSTAKA
Astuti , Endang Kusuma. 2009. Transaksi Terapeutik Dalam Upaya Pelayanan Medis di
Rumah Sakit. Bandung : PT Citra Aditya Bakti
Effendy, Onong Uchjana. 1998. Ilmu Komunikasi, Teori, dan Praktek. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Mangunsong, Frieda. 2009. Psikologi dan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Jilid
I, LPSP3 UI, Jakarta.
Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Seran Marcel dan Anna Maria. 2010. Dilema Etika dan Hukum Dalam Pelayanan Medis.
Makasar: Mandar Maju.
30
West R. & Turner H.L. 2014. Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi.
Jakarta: Salemba Empat.
31