Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENGENDALIAN PENYAKIT PASCA PANEN

PENYAKIT BUSUK UMBI BAWANG MERAH

Disusun Oleh:

Annisa Nugraheni A.D (H0711014)

JURUSAN AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2014
I. PENDAHULUAN

Pasca panen adalah semua kegiatan yang di lakukan terhadap suatu komoditi
sejak komoditi tersebut di panen sampai penggunaan akhir, baik untuk konsumsi
maupun untuk maksud lain. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi pemanenan,
pemasaran, pemilihan, dan penyimpanan. Beberapa produk pertanian seperti, buah-
buahan dan sayur-sayuran merupakan produk yang tergolong perishable (mudah
rusak). Patogen merupakan salah satu penyebab timbulnya penyakit pascapanen, dan
berakibat rusaknya produk dan menimbulkan kerugian secara ekonomi karena produk
tersebut tidak dapat dipasarkan. Jenis kerugian yang ditimbulkan beragam yaitu dapat
berupa kerugian kantitas dan kualitas.

Beberapa penyakit yang muncul setelah panen, termasuk selama


pengangkutan dan penyimpanan disebabkan terutama oleh bakteri, jamur virus dan
oleh penyebab non patogen. Patogen-patogen tersebut dapat bekerja sendiri sendiri
atau bersama sama, sedang penyakit non patogen atau fisiologi disebab kan oleh
bahan bahan itu sendiri atau disebabkan aktivitas metabolisme dari jaringan-jaringan
bahan yang disimpan, dan juga disebabkan oleh fluktuasi dari keadaan luar.
II. PEMBAHASAN

A. Arti Penting Penyakit Busuk Umbi Bawang Merah


Penyakit yang muncul pada tanaman dari saat benih di tanam sampai panen
disebut penyakit sebelum panen atau pre harvest disease, sedang penyakit yang
muncul dari saat panen sampai hasil panen dikonsumsi disebut pasca panen atau
post harvest disease. Menurut Tukidjo (1985), periode waktu yang meliputi dari
benih ditanam sampai penanaman di sebut fase I dan penyakit yang terdapat
pada periode ini sebut penyakit fase I atau field disease, sedang periode waktu
yang meliputi penanaman sampai hasil tanaman di kosumsi disebut fase II, dan
penyakit pada periode ini disebut penyakit fase II (post harvest disease).
Produk hasil pertanian, terutama pada buah dan sayuran rentan terkena
penyakit, seperti pada bawang merah. Padahal, bawang merah merupakan salah
satu komoditas sayuran bernilai ekonomi tinggi yang sedikit memberikan
sumbangan dalam peningkatan kesejahteraan petani. Penanganan pasca panen
pada bawang merah yang tidak tepat dapat memicu terjadinya penyakit. Penyakit
busuk umbi pada bawang merah setelah panen, dapat menyebabkan kerugian
yang besar. Sebab, serangan pathogen penyebab penyakit pada umbi bawang
merah dapat menurunkan hasil yang berakibat pada penurunan harga. Pathogen
penyebab penyakit busuk umbi pada bawang merah yaitu Erwinia carotovora.
B. Gejala Penyakit
Penyakit busuk umbi bawang merah disebabkan oleh bakteri Erwinia
carotovora. Erwinia carotovora hidup soliterr atau berkelompok dalam pasangan
atau rantai. Sel bakteri berbentuk batang, dengan ukuran (1,5 – 2,0) x(0,6 ¬0,9)
micron, umumnya membentuk rangkaian sel-sel seperti rantai, tidak mempunyai
kapsul dan tidak berspora. Bakteri bergerak dengan menggunakan flagella yang
terdapat di sekeliling sel bakteri. Bakteri ini termasuk jenis fakultatif anaerob.
Kingdom : Bakteria
Phylum : Protobacteria
Class : Gammaproteobacteria
Order : Enterobacterialles
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Erwinia
Speceis : Erwinia carotovora
Erwinia carotovora memproduksi banyak enzim ekstra selluler seperti
pectik yang mendegradasi pectin, cellulose yang mendegradasi cellulase,
hemicellulases, arabanases, cyanoses dan protease sebagai bakteri mesofilik.
Erwinia carotovora menghabiskan hidupnya pada temperatur berkisar 27–30°C.
Suhu optimal untuk perkembangan bakteri 27°C. Pada kondisi suhu rendah dan
kelembaban rendah bakteri terhambat pertumbuhannya. Bakteri ini merupakan
bakteri yang bergram negative. Erwinia carotovora mampu bertahan hidup
antara lima sampai sepuluh menit dan dapat terbawa udara sejauh satu mil.
Umbi yang terserang bakteri tersebut menjadi busuk lunak dengan bau yang khas. Gejala
awal serangan pada umbi bawang merah, terdapat bercak-bercak berair yang kemudian membesar
dan berwarna coklat. Serangan lebih lanjut pada umbi bawang merah yang terinfeksi menjadi
lunak, berlendir dan menghasilkan bau yang khas. Bakteri Erwinia carotovora mampu
menghasilkan enzim pektolitik yang mampu melunakkan jaringan dan setelah jaringan tersebut
lunak baru infeksi dilakukannya. Jadi, jenis mikroorganisme ini bisa menginfeksi tanpa melalui
luka, namun infeksi akan sangat jauh lebih memudahkan bila ada pelukaan pada umbi bawang
merah. Umbi bawang merah yang sudah terinfeksi oleh baktei ini menjadi berlendir.

Gejala Infeksi di Awal


Gejala Infeksi yang Sudah Parah

Gambar Bakteri Erwiniq carotovora

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Penyakit Busuk Umbi Bawang Merah


Infeksi yang terjadi saat paska panen akan semakin tinggi bilamana, selain adanya jalan
infeksi, keadaan lingkungan mendukung bagi perkembangan patogen, sedangkan kondisi tersebut
merupakan kondisi yang memungkinkan bagi perubahan metabolisme komoditi panenan seperti
pemasakan dan senesen. Perubahan komponen nutrisi (pati, gula, vitamin dan pigmen) dapat
memacu proses infeksi patogen dan kemudian perkembangan penyakit pada komoditi panenan.
Kerusakan fisik dapat terjadi pada seluruh tahapan dari kegiatan sebelum panen, selanjutnya
pemanenan, penanganan, grading, pengemasan, transportasi, penyimpanan, dan akhirnya sampai
ke tangan konsumen. Kerusakan yang umum terjadi adalah memar, terpotong, adanya tusukan-
tusukan, bagian yang pecah, lecet dan abrasi. Kerusakan dapat pula ditunjukkan oleh dihasilkannya
stress metabolat (seperti getah), terjadinya perubahan warna coklat dari jaringan rusak,
menginduksi produksi gas etilen yang memacu proses kemunduran produk. Kerusakan fisik juga
memacu kerusakan baik fisiologis maupun patologis (serangan mikroorganisme pembusuk).
Kerusakan pada umbi bawang merah mempermudah infenksi dari bakteri Erwinia carotovora.
Pemilihan waktu panen yang tepat juga mempengaruhi perkembangan penyakit busuk
umbi. Pemanenan yang dilakukan ketika kondisi tanah masih lembab dapat menyebabkan bakteri
yang terdapat ditanah ikut terbawa umbi yang dipanen hingga ke tempat penyimpanan.
Perkembangannya di tempat penyimpanan dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban relative di
udara. Suhu lingkungan dan kelembaaban relatif yang tinggi merupakan kondisi lingkungan yang
mendukung terjadinya pembusukan pada pada umbi bawang merah setelah pemanenan. Hal ini
disebaabkan karena bakteri Erwinia carotovora dapat tumbuh dengan baik pada kisaran suhu 27
– 300C. Tingkat keasaman juga ikut mempengaruhi perkembangan penyakit. pH diatas 4,5 akan
mempermudah terjadinya infeksi dan perkembangan busuk umbi pada bawang merah.
D. Pengendalian Penyakit Busuk Umbi Bawang Merah
Pengendalian penyakit pada umbi bawang merah ini dapat dilakaukan dengan pemanenan
pada saat kondisi tanaman kering, sudah tidak terdapat embun pada sekitar pertanaman bawang
merah. pemanena sebaiknya dilakukan pada pagi hari, saat cuaca sedang cerah dan tidak saat
kondisi tanah sedang basah.hal ini dimaksudkan agar bakteri yang terdapat di sekitar tanaman
bawang merah tidak ikut terbawa ketempat penyimpanan. Pemanenan dilakukan dengan hati-hati
agar tidak terjadi kerusakan mekanik pada umbi. Tidak hanya saat pemanenan, ketika
pengangkutan dan kegiatan lainnya setelah pasca panen juga harus dilakukan denga hati-hati.
Sehingga, tidak berpotensi menimbulkan luka yang dapat menjadi jalan masuknya bakteri untuk
menginfeksi umbi.
Baawang merah yang tela dipanen, sebaiknya langsung dikeringkan sebelum masuk ke
ruang penyimpanan. Pada ruang penyimpanan, pengaturan suhu dan kelembaban pada ruang
penyimpanaan merupakan salah satu teknik pengendalian yang dapat digunakan. Penggunaan
suhu yang tinggi dapat menekan perkembnagan bakteri Erwinia carotovora. Pemeberian suhu
tinggi dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan udara panas pada suhu sekitar 37 – 400 C
setelah umbi dipanen. Kelembaban pada ruang simpan yang tinggi sangat kondusif bagi bakteri,
sehingga ruang simpan harus selalu rendah.
III. KESIMPULAN
Penyakit pasca panen merpaka penyakit yang terjadi pada fase II, yaitu mulai produk tersebut
dipananen hingga prduk sampai kek konsumen. Penyakit pasca panen sering terjadi pada produk-
produk hortikultura seperti bawang merah. padahal, bawng merah memiliki nilai ekonomi yang tinggi,
sehingga perlu adanya penanganan yang baik agar kualitas bawang merah masih tetap terjaga. Salah satu
penyakit pasca panen yang terjadi pada bawang lerah lepas panen adalah busuk umbipada bawang
merah. busuk umbi tersebut disebabkan oleh bakteri Erwinia carotovora. Bakteri ini berbentuk batang
dan hidup secara berkoloni. Erwinia carotovora mampu bertahan hidup antara lima sampai
sepuluh menit dan dapat terbawa udara sejauh satu mil.
Gejala yang ditimbulkan oleh infeksi bakteri Erwinia carotovora yaitu umbi bawang merah
akan menjadi busuk lunak dan mengeluarkan bau yang khas. Umbi yang melunak tersebut disebabkan
oleh enzim yang dikeluarkan bakteri tersebut. Bakteri ini dapat berkembang dengan optimal pada
kisaran suhu 27 – 30 0C. apabila kelembaban pada ruang penyimpanan tinggi, akan semakin
memepermudah infeksi. Selain itu adanya luka pada umbi, pemanenan yang tidak tepat, serta pH yang
berada diatas 4,5 akan mempermudah infeksinya. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan melakukan
pemanenan tepat waktu, disimpan pada kelembaban udara yang rendah, menyemprotkan udara panas
pada suhu sekitar 37 – 400 C setelah umbi dipanen.
DAFTAR PUSTAKA
Budi S dan Bambang C 2005. Bawang Merah, Intensifikasi Budidaya.
Jakarta:Kanisius.
Rananada, Yoga 2012. Penyakit-Penyakit Pasca Panen Tanaman Pangan.
http://yogarananda.wordpress.com. Diakses pada tanggal 15 April 2014.
Rukmana Rahmat 1997. Bawang Merah, Budidaya dan Pengelolaan Pasca Penen.
Yogyakarta: Kanisius.
Santoso, Bambang B 2011. Penyakit Pasca Panen.
http://fp.unram.ac.id/data/2011/02/BAB-7-Penyakitpaskapanen.pdf. Diakses
pada tangga; 14 April 2014.
Soesanto, Loekas 2006. Penyakit Pasca Panen: Sebuah Pengantar. Jakarta: Kanisius.
Utama, I Made S 2010. Penangan Pasca Penen Buah da Sayuran Segar.
http://staff.unud.ac.id. Diakses pada tangal 15 April 2014.
Wibowo, Singgih 1998. Budidaya Bawang Merah dan Bombay. Jakarta: Niaga
Swadaya.

Anda mungkin juga menyukai