Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN READING JURNAL

PRATIK KLINIK KEBIDANAN

Dosen Pembimbing : Fayakun Nur Rohmam, S.ST., MPH

Disusun oleh :

Puteri Salma Permatasari

1810105056

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Prodi D3 Kebidanan Fakultas Ilmu Kesehatan

2020/2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kita tetap dalam keadaan iman dan Islam.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi muhammad SAW, para
sahabat dan para tabiin yang senantasa istiqomah di jalan-Nya. Berkah rahmat dan
pertolongan Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Klinik Kebidanan
Dasar “Reading List Jurnal bayi muda sakit dengan diare”

Selain itu, penulis juga berharap agar laporan ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang Pemasangan Infus. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepa dapara
dosen khususnya pembimbing Praktik klinik kebidanan Dasar ibu Frayakun Nur Rohmah,S.
ST., MPH

Penulis mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini. Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
laporan ini.

Yogyakarta , 19 Desember 2020

penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
PENDAHULUAN.....................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG...............................................................................................................1
BAB II.....................................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................................................2
A. Telaah Jurnal.............................................................................................................................2
B. Pembahasan Jurnal....................................................................................................................4
BAB III....................................................................................................................................................7
SIMPULAN DAN SARAN.........................................................................................................................7
A. Simpulan....................................................................................................................................7
B. Saran..........................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Manajemen Terpadu Bayi Muda (MTBM) merupakan suatu pendekatan yang
terpadu dalam tatalaksana bayi umur 1 hari-2 bulan, baik yang sehat maupun yang
sakit, baik yang datang ke fasilitas rawat jalan maupun yang dikunjungi oleh tenaga
kesehatan pada saat kunjungan neonatal. Pada Permenkes RI Nomor 70 Tahun 2013
tentang penyelenggaran manajemen terpadu balita sakit berbasis masyarakat,
disebutkan bahwa bayi muda usia 0-2 bulan harus mendapatkan 4 macam pelayanan
yang termasuk dalam MTBS-M :1) Perawatan esensi bayi baru lahir, 2) Pengenalan
tanda bahaya bayi barul lahir dan persiapan rujukan bila memang diperlukan, 3)
Penatalaksanaan bayi berat lahir rendah, 4) Penatalaksanaan infeksi bayi baru lahir.

Tanda dan gejala adanya penyakit atau gangguan pada bayi baru lahir dan bayi
muda sering tidak spesifik. Tanda ini bisa dijumpai pada saat atau sesudah bayi lahir,
saat bayi baru lahir datang atau saat perawatan di rumah sakit. Berikut adalah
beberapa tanda yang dikategorikan bahaya jika ditemukan pada bayi baru lahir
ataupun bayi muda ialah tidak bisa menyuusu, kejang, mengantuk atau tidak sadar,
frekuensi napas <20 kali/menit, frekuensi napas > 60 kali/menit, merintih dan terlihat
tarikan dada bawah ke dalam yang kuat, dan sianosis sentral.

Pada kasus dalam video bayi Gema umur 45 hari dengan berat badan 3
kilogram serta tinggi badan 48 cm mengalami diare selama 4 hari. Hasil pemeriksaan
didapatkan pernapasan bayi 42 kali/menit dan terdapat tarikan dinding dada ke dalam
disertai suara merintih. Bidan mengukur suhu badan bayi 37 Celcius. Dari hasil
pemeriksaan bayi Gema diklasifikasikan kedalam diare dehidrasi ringan/sedang
dikarenakan cubitan kulit perut kembali lambat.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Jurnal
Penulis,tahun,judu Waktu, Tujuan Metode Responden/subyek Hasil penelitian
l penelitian tempat penelitian penelitian penelitian dan
penelitian jumlah sampel
Artike Putri Aulia 16 Maret- Untuk Observasiona Semua anak umur Responden yang memiliki anak
l Arza,2017, Faktor- 16 Mei mengetahui l dengan 0-24 bulan yang di menderita diare pada penelitian ini
Jurnal Faktor Yang 2017 di faktor apa saja pendekatan rawat di Rumah disebabkan karena kurangnya
1 Berhubungan Rumah yang cross Sakit Islam “Ibnu pengetahuan ibu tentang prilaku
Dengan Kejadian sakit mempengaruhi sectional Sina” Yarsi Sumbar praktek pemberian ASI yang benar
Diare Pada Anak “Ibnu diare pada Payakumbuh yaitu serta prilaku pemberian Makanan
Umur 0-24 Bulan Sina” bayi sebanyak 60 orang. Pendamping ASI (MP-ASI) yang
Sumatra kurang tepat, serta pola asuh orang
Barat tua yang memberikan semua
makanan yang diinginkan anak dan
juga pola makan anak yang kurang
diperhatikan
Artike Maretha Antya Puskesma Menentukan Rancangan Sampel berjumlah Istribusi kejadian diare pada bayi di
l Tamimi, 2016, s hubungan cross 82 ibu dan bayi wilayah kerja Puskesmas Nanggalo

2
Jurnal Hubungan Nanggalo antara sectional yang dipilih dengan Kota Padang adalah 19.5% dan
2 Pemberian ASI Kota pemberian teknik Purposive distribusi pemberian ASI eksklusif
Eklusif dengan Padang ASI eksklusif Sampling. Data adalah 46.3%. Hasil uji statistik t
Kejadian Diare dengan dikumpulkan independen menunjukkan bahwa
pada Bayi di kejadian diare melalui wawancara tidak terdapat perbedaan yang
Wilayah Puskesmas pada bayi di kepada responden bermakna antara usia kejadian diare
Naggalo Padang wilayah kerja dengan pertama kali antara bayi dengan ASI
Puskesmas menggunakan eksklusif dan tidak ASI eksklusif
Nanggalo kuesioner. (p= 0.593)
Kota padang

3
B. Pembahasan Jurnal
Dari hasil jurnal 1, kejadian diare terbanyak menyerang kelompok usia
6-24 bulan, hal ini disebabkan karena ibu sudah mulai memberikan bayinya
makanan tambahan di luar ASI dimana resiko ikut sertanya kuman pada
makanan tambahan tinggi. Menurut Wargina (2013), pemberian makanan
pendamping ASI (MP-ASI) dini dapat menimbulkan terjadinya diare yang
disebabkan karbohidrat konsentrasi yang tinggi dalam makanan tambahan.
Pengetahuan, sikap, perilaku pemberian ASI, perilaku pemberian MP-ASI ibu
juga berpengaruh terhadap kejadian diare pada bayi. Hal ini dipengaruhi oleh
kurangnya pengetahuan keluarga terutama ibu dalam melakukan perawatan
diare di rumah. Faktor lain yang dapat berhubungan dengan peningkatan
pengetahuan yaitu faktor tersedianya sumber informasi.

Berdasarakan hasil penelitian penulis pada jurnal 1, responden pada


penelitian tersebut mengungkapkan alasan mengapa anaknya terserang diare
karena memberikan MP-ASI pada bayi di usia , 6 bulan, disamping itu
kurangnya ibu memperhatikan kebersihan dot botol tempat susu bayi, serta
kebiasaan dan pola makan anak yang tidak sesuai menyebabkan anak menjadi
rentan terserang penyakit.

Dari hasil jurnal 2, tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara usia
kejadian diare pertama kali pada bayi dengan ASI Eklusif dan tidak ASI
eklusif dan terdapat hubungan bermakna antara pemberian ASI eksklusif
dengan kejadian diare pada bayi.

Diare terutama sering terjadi pada negara berkembang. Penyebabnya


adalah karena sanitasi dan kebersihan yang tidak memadai, termasuk
kurangnya air bersih yang aman untuk diminum, serta kurangnya kepedulian
akan gizi dan kesehatan secara menyeluruh.3 Resiko diare pada anak juga
dipengaruhi oleh pola pemberian ASI, dimana anak yang diberikan ASI
eksklusif memiliki resiko lebih rendah terkena infeksi gastrointestinal
dibanding anak yang hanya mendapat ASI selama 3-4 bulan

4
Berikut ini adalah langkah penanganan diare pada bayi dengan memberikan
makanan serta minuman yang tepat:

1. Memberikan ASI dan cairan elektrolit

Diare pada bayi berusia di bawah 6 bulan dapat diatasi dengan


pemberian ASI lebih sering, terutama saat ia muntah dan mencret. Pada bayi
berusia di atas 6 bulan, ASI boleh dilanjutkan sambil diselingi
pemberian minuman rehidrasi, seperti oralit atau pedialit, setiap kali ia BAB
dan muntah.

ASI mengandung pembentuk kekebalan tubuh yang dapat membantu Si Kecil


melawan infeksi. Oleh karena itu, ASI penting diberikan saat Si Kecil diare.

Namun ingat, berikanlah ASI atau minuman rehidrasi kepada bayi sedikit-
sedikit tapi sering, untuk mencegahnya mengalami mual dan muntah.

2. Memilih makanan untuk diare

Mengatasi diare pada bayi juga dapat dilakukan dengan memberikan beberapa
makanan di bawah ini. Akan tetapi, pemberian makanan hanya boleh
dilakukan pada bayi berusia 6 bulan atau lebih.

Berikut beberapa jenis makanan pendamping ASI yang dapat diberikan saat
bayi diare, yaitu:

 Nasi putih atau bubur.


 Daging ayam.
 Telur.
 Buah-buahan, seperti pisang, semangka, dan melon.
 Sayuran, seperti wortel dan kentang.
 Sereal.

Selama diare, berikan makanan-makanan di atas dalam porsi kecil namun


sering. Pastikan sayuran atau daging yang Anda sajikan telah dimasak hingga
matang dan buah-buahan telah dicuci bersih.

5
Hindari pula menyajikan makanan yang mudah menyebabkan kembung,
seperti brokoli, paprika, kacang polong, beri, buncis, jagung, dan sayur-
sayuran hijau. Jenis makanan tersebut dapat memperburuk diare pada bayi.

3. Memberikan probiotik

Probiotik adalah bakteri baik yang berfungsi untuk menjaga saluran cerna
tetap sehat. Bakteri baik ini dapat membantu melawan bakteri patogen
penyebab diare dan memperkuat daya tahan tubuh bayi. Karena itulah,
probiotik termasuk dalam golongan makanan untuk mengatasi diare pada bayi.

Probiotik bisa diperoleh melalui suplemen probiotik, susu formula, atau


makanan yang mengandung probiotik, seperti yoghurt.

Meski demikian, tidak semua bayi bisa mengonsumsi probiotik untuk


diarenya. Bayi baru boleh diberikan probiotik ketika ia sudah mendapatkan
MPASI atau ketika ia sudah berusia di atas 6 bulan. (alodokter.com)

6
BAB III

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Hasil dari kedua jurnal yang dibahas menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi
diare pada bayi adalah adanya asupan nutrisi kurang tepat yang diberikan oleh ibu. Hal
ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan ibu terhadap pentingnya pemberian ASI
Eklusif pada bayi.

B. Saran

Sebagai bidan yang bertanggung jawab dalam memberikan edukasi kepada ibu
terkait pentingnya ASI Eklusif kepada ibu sangat diutamakan. Antusias ibu dalam
mendapatkan pengetahuan tersebut harus ditingkatkan. Bidan melakukan promosi
kesehatan dan penyuluhan kepada ibu.

7
DAFTAR PUSTAKA

(Antya Tamimi, Jurnalis, & Sulastri, 2016)(Meliyanti, 2016)

Antya Tamimi, M., Jurnalis, Y. D., & Sulastri, D. (2016). Hubungan Pemberian ASI
Eksklusif dengan Kejadian Diare pada Bayi di Wilayah Puskesmas Nanggalo Padang.
Jurnal Kesehatan Andalas, 5(1), 149–153. https://doi.org/10.25077/jka.v5i1.460

Meliyanti, F. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare Pada Balita.
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(2), 09-16.
https://doi.org/10.30604/jika.v1i2.15

8
9
10
11

Anda mungkin juga menyukai