Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH DASAR-DASAR DEMOGRAFI DAN KESLING

“Pengaruh Kebudayaan Terhadap Kesehatan ”

Oleh :

Kelompok 17

Kelas 2.C

Luthfiyyah Aprilla Wardana : 173110252

Zakiatu Annisa : 173110273

Dosen Pembimbing:

Hj. Murniati Mucthtar, SKM.M.BIOMED

PROGRAM STUDI DIII KEPEWATAN PADANG

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

TAHUN 2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Pengaruh Kebudayaan Terhadap
Kesehatan” dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam penyusunan makalah ini mungkin ada
hambatan, namun berkat bantuan serta dukungan dari teman-teman dan bimbingan dari dosen
pembimbing. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
            Makalah ini, diharapkan dapat membantu proses pembelajaran dan dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak, atas
bantuan serta dukungan dan doa nya.
            Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca makalah ini dan
dapat mengetahui tentang profesi keperawatan. Kami mohon maaf apabila makalah ini
mempunyai banyak kekurangan, karena keterbatasan penulis yang masih dalam tahap
pembelajaran. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun, sangat
diharapkan oleh kami dalam pembuatan makalah selanjutnya. Semoga makalah sederhana ini
bermanfaat bagi pembaca maupun kami.

Padang, 3Agustus 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………....i

DAFTAR ISI……………………………………………………………….................ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………………………..1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………2

1.3 Tujuan Penulisan……………………………………………………………….….2

1.4 Manfaat Penulisan………………………………………………………………....2

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian kesehatan dan kebudayaan ………………………………………….3

2.2 Pengaruh kebudayaan terhadap bidang kesehatan………………………….......5

2.3 Hubungan budaya dan kesehatan………………………………………………..8

2.4 Perubahan kebudayaan mempengaruhi kesehatan…………………………......10

2.5 Perkembangan nilai budaya individu dengan kesehatan masyarakat………….11

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..........15

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………16

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak membawa perubahan


terhadap kehidupan manusia baik perubahan dalam hal pola hidup maupun tatanan sosial
termasuk dalam bidang kesehatan dan sering berhubungan langsung dengan norma dan budaya
yang dianut oleh masyarakat yang tinggal atau menetap pada tempat tertentu.

Pengaruh sosial budaya dalam masyarakat sangat berperan penting dalam mencapai
derajat kesehatan yang setinggi – tingginya, perkembangan sosial budaya ini merupakan tanda
bahwa masyarakat tersebut telah mengalami perubahan dalam proses berfikir.

Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam
mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Permasalahan-permasalahan kesehatan
masih banyak terjadi. Beberapa diantaranya adalah: penyakit-penyakit seperti DBD, flu burung,
dan sebagainya yang semakin menyebar luas, kasus-kasus gizi buruk yang semakin marak,
prioritas kesehatan rendah, serta tingkat pencemaran lingkungan yang semakin tinggi.
sebenarnya individu yang menjadi faktor penentu dalam menentukan status kesehatan. Dengan
kata lain, merubah pola hidup ataupun kebudayaan tentang kesehatan yang biasa kita lakukan
dan mengikuti perubahan zaman.

Hubungan antara budaya dan kesehatan sangat erat karena kebudayaan atau kultur dapat
membentuk kebiasaan dan respon terhadap kesehatan dan penyakit dalam segala masyarakat
tanpa memandang tingkatannya. Oleh karena itu sebagai salah satu bagian dari tenaga kesehatan
harus mampu membuat masyarakat mengerti tentang proses terjadinya suatu penyakit dan
bagaimana pula cara penanganannya.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kesehatan dan Budaya ?


2. Bagaimana pengaruh kebudayaan terhadap bidang kesehatan ?
3. Bagaimana hubungan budaya dan kesehatan ?
4. Bagaimana perubahan budaya mempengaruhi kesehatan ?
5. Bagaimana perkembangan nilai individu dengan kesehatan masyarakat ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kesehatan dan Budaya.


2. Untuk mengetahui pengaruh kebudayaan terhadap bidang kesehatan.
3. Untuk mengetahui hubungan budaya dan kesehatan
4. Untuk mengetahui perubahan budaya mempengaruhi kesehatan
5. Untuk mengetahui perkembangan nilai individu dengan kesehatan masyarakat

1.4 Manfaat Penulisan

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai bagaimana pengaruh kebudayaan


terhadap bidang kesehatan.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesehatan dan Kebudayaan

A. Pengertian Kesehatan

1. Menurut UU No.23 1992

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap
orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

2. Menurut UU NO.9 1960

Yang dimaksud dengan kesehatan ialah keadaan yang meliputi kesehatan badan, rohani, dan
sosial bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan kelemahan.

3. Menurut WHO (World Health Organisation)

Kesehatan adalah keadaan yang sempurna dari fisik, mental dan sosial serta tidak cacat dan
bebas dari penyakit.

4. Menurut Perkins (1938)

Sehat adalah keadaan yang seimbang dan dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh dan
berbagai faktor yang mempengaruhinya.

5. Menurut MUI (Majelis Ulama Indonesia)

Kesehatan adalah sebagai ketahanan jasmani, ruhaniyah, dan sosial yang dimiliki manusia
sebagai karunia Allah yang wajib disyukuri dengan mengamalkan tuntunanNya dan memelihara
serta mengembangkannya.

6. Menurut White (1977)

6
Kesehatan adalah keadaan dimana seseorang pada waktu diperiksa tidak mempunyai keluhan
apapun ataupun tidak terdapat tanda – tanda suatu penyakit dan kelainan.

7. Menurut Neuman (1982)


Sehat adalah suatu keseimbangan biopsiko sosio culture dan spiritual pada tiga garis
pertahanan klien yaitu fleksibel, normal dan resisten.

B. Pengertian Budaya

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata
Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau
bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Pengertian budaya lainnya :

1. Menurut Croydon (1973 : 4)

Budaya adalah suatu system pola terpadu yang sebagian besar berada di bawah ambang
batas kesadaran namun semua yang mengatur perilaku manusia seperti senar dimanipulasi dari
control boneka gerakannya.

2. Nostrand (1989 : 51)

Budaya merupakan sikap dan kepercayaan cara berfikir, berperilaku, dan mengingat
bersama oleh anggota komunitas.

3. Richard Brisling (1990 : 11)

Kebudayaan sebagai mengacu pada cita – cita bersama secara luas nilai pembentukan dan
penggunaan kategori asumsi tentang kehidupan dan kegiatan goal directed yang menjadi sadar
tidak sadar diterima sebagai “banar” dan “benar” oleh orang – orang yang mengidentifikasi diri
mereka sebagai anggota masyarakat.

4. Raymond Williams (1961 : 16)

7
Budaya adalah seluruh kehidupan materi intelektual dan spiritual.

5. Dr. K. Kupper

Kebudayaan merupakan sistem gagasan yang menjadi pedoman dan pengarah bagi
manusia dalam bersikap dan berprilaku baik secara individu maupun kelompok.

6. Dr. Moh. Hatta

Kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa.

7. Sutan Takdir Alisyahbana

Kebudayaan merupakan manifestasi dari cara berfikir.

8. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia

Budaya adalah Pikiran, akal budi atau hasil.

Kebudayaan atau disebut juga kultur merupakan keseluruhan cara hidup manusia sebagai
warisan sosial yang diperoleh individu dari kelompoknya. Pengetahuan tentang suatu
kebudayaan tertentu dapat digunakan untuk meramalkan berbagai kepercayaan dan perilaku
anggotanya. Untuk itu petugas kesehatan perlu mempelajari kebudayaan sebagai upaya
mengetahui perilaku masyarakat di kebudayaan tersebut sehingga dapat turut berperan serta
memperbaiki status kesehatan di masyarakat tersebut.

Manusia memiliki kemampuan untuk mengolah potensi diri ( akal pikiran ) interaksi dan
mengolah lingkungan. Dalam mengolah diri, manusia melahirkan ilmu keyakinan diri.
Berinteraksi melahirkan ilmu dan keyakinan diri. Sedangkan mengolah lingkungan selain
melahirkan organisasi juga melahirkan alat dan teknologi.

Keseluruhan dari kemampuan pengolahan manusia itu, baik secara individual maupun
kolectif disebut budaya. Dengan kata lain dimana ada manusia di sana ada masyarakat dan
dimana ada masyarakat dan disana ada kebudayaan oleh karena itu manusia adalah mahkluk
budaya.

2.2 Pengaruh Kebudayaan Terhadap Bidang Kesehatan

8
Menurut G.M foster(1973)Aspek budaya yang dapat mempengaruhi kesehatan seseorang
antaa lain adalah:

A. Pengaruh Tradisi

Pengaruh tradisi adalah pengaruh yang telah lama dilakukan dan sudah menjadi bagian dari
kehidupan suatu kelompok masyarakat. Ada beberapa tradisi di dalam masyarakat yang dapat
berpengaruh negatif terhadap kesehatan masyarakat.

Misalnya Seorang ibu yang baru saja melahirkan mendapat pantangan untuk memakan telur,
daging, dan sebagainya. Ibu tersebut hanya diperbolehkan memakan nasi dan garam serta kecap
saja dengan alasan gatal – gatal dan alasan lain, hal ini sudah dilakukan turun temurun dan
membudaya di lingkungan masyarakat tersebut. Seharusnya adalah ibu yang baru melahirkan
memakan makanan bergizi agar mempercepat proses penyembuhan jaringan dalam tubuh ibu
tersebut. Karena hal tersebut sudah merupakan kebiasaan pada msyarakat setempat sehingga ibu
yang melahirkan melaksanakan anjuran tersebut.

Di pedesaan masyarakat jawa, ibu nifas tidak boleh makan yang amis-amis (misalnya : Ikan)
karena menurut kepercayaan akan membuat jahitan perineum sulit sembuh dan darah nifas tidak
berhenti. Menurut ilmu gizi hal tersebut tidak dibenarkan karena justru ikan harus dikonsumsi
karena mengandung protein sehingga mempercepat pemulihan ibu nifas. Disinilah peran petugas
kesehatan untuk meluruskan anggapan tersebut.

Di daerah Langkat, Sumatera Utara ada kebudayaan yang melarang ibu nifas untuk
melakukan mobilisasi selama satu minggu sejak persalinan. Ibu nifas harus bedrest total selama
seminggu karena dianggap masih lemah dan belum mampu beraktivitas sehungga harus istirahat
di tempat tidur. Mereka juga menganggap bahwa dengan ilmu pengetahuan saat ini bahwa
dengan beraktivitas maka proses penyembuhan setelah persalinan akan terhambat. Hal ini
bertentangan dengan ilmu pengetahuan saat ini bahwa ibu nifas harus melakukan mobilisasi dini agar
cepat pulih kondisinya. Dengan mengetahui kebudayaan di daerah tersebut, petugas kesehatan dapat
masuk perlahan-lahan untuk memberi pengertian yang benar kepada masyarakat.

B. Pengaruh Fatalistis

9
Pengaruh fatalistis adalah pengaruh yang mampu membuat seseorang bersikap putus asa
apabila menghadapi suatu masalah Sikap fatalistis ini juga mempengaruhi perilaku kesehatan.
Contonya : beberapa anggota masyarakat dikalangan kelompok tertentu (fanatik) yang beraga
islam percaya bahwa anak adalah titipan Tuhan, dan sakit atau mati adalah takdir, sehingga
masyarakat kurang berusaha untuk segera mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya.

C. Sikap Etnosentris
Sikap etnosentris adalah sikap yang memandang kebudayaan sendiri yang paling baik jika
dibandingkan dengan kebudayaan pihak lain. Masyarakat tentu memiliki budaya dan ilmu
kesehatan juga memiliki budaya.

Misalnya : pada masyarakat tertentu seorang anak yang sedang luka dilarang memakan telur
karna alasan telur dapat membuat luka tersebut infeksi gatal – gatal dan lama sembuh, itu adalah
budaya yang salah dan tidak sesuai dengan budaya kesehatan yang mengharuskan anak tersebut
memakan telur agar mempercepat penyembuhan jaringan.

D. Pengaruh perasaan bangga pada statusnya

Pengaruh perasaan bangga pada statusnya misalnya dalam upaya perbaikan gizi disuatu
daerah pedesaan tertentu menolak untuk makan daun singkong, walaupun mereka tahu
kandungan vitaminnya tinggi. Setelah diselidiki ternyata masyarakat beranggapan daun singkong
hanya pantas untuk makanan kambing dan mereka menolaknya karna status mereka tidak dapat
disamakan dengan kambing.

E. Pengaruh Norma

Contonya dalam hal upaya untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak
mengalami hambatan karna ada norma yang melarang hubungan antara dokter yang memberikan
pelayanan dengan ibu hamil sebagai pengguna pelayanan.

F. Pengaruh Nilai

Nilai yang berlaku didalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. Contonya :
masyarakat memandang lebih bergengsi beras putih daripada beras merah, padahal mereka
mengetahui bahwa vitamin B1 lebih tinggi diberas daripada beras putih.

10
Di sisi lain ada kebudayaan yang sejalan dengan aspek kesehatan. Dalam arti kebudayaan
yang berlaku tersebut tidak bertentangan bahkan saling mendukung dengan aspek kesehatan.
Dalam hal ini petugas kesehatan harus mendukung kebudayaan tersebut. Tetapi kadangkala
rasionalisasinya tidak tepat sehingga peran petugas kesehatan adalah meluruskan anggapan
tersebut. Sebagai contoh, ada kebudayaan yang menganjurkan ibu hamil minum air kacang hijau
agar rambut bayinya lebat. Kacang hijau sangat baik bagi kesehatan karena banyak mengandung
vitamin B yang berguna bagi metabolisme tubuh. Petugas kesehatan mendukung kebiasaan
minum air kacang hijau tetapi meluruskan anggapan bahwa bukan membuat rambut bayi lebat
tetapi karena memang air kacang hujau banyak vitaminnya. Ada juag kebudayaan yang
menganjurkan ibu menyusui untuk amakan jagung goring (di Jawa disebut “marning”) untuk
melancarkan air susu. Hal ini tidak bertentangan dengan kesehatan. Bila ibu makan jagung
goring maka dia akan mudah haus. Karena haus dia akan minum banyak. Banyak minum inilah
yang dapat melancarkan air susu.

Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap
perilaku kesehatan.

Kebiasaan yang ditanamkan sejak kecil akan berpengaruh terhadap kebiasaan pada seseorang
ketika ia dewasa. Misalnya manusia biasa makan nasi sejak kecil akan sulit diubah kebiasaan
makannya setelah dewasa.

2.3 Hubungan Budaya dan Kesehatan

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J Herskovits dan


Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat
ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu
adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun
temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic.
Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu
pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi
segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi cirri khas suatu masyarakat Menurut
Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya

11
terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-
kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo
Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta
masyarakat.

Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang
mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistemide atau gagasan yang
terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia
sebagai makhluk yang berbudaya,berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya
pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.

Mengacu pada esensi budaya, nilai budaya sehat merupakan bagian yang tak terpisahkan
akan keberadaanya sebagai upaya mewujudkan hidup sehat dan merupakan bagian budaya yang
ditemukan secara universal. Dari budaya pula, hidp sehat dapat ditelusuri melalui keomponen
pemahaman tentang sehat, sakit, derita akibat penyakit, cacat dan kematian, nilai yang
dilaksanakan dan dipercaya serta diyakini itu, sesuai dengan pemahaman masyarakat sesuai
dengan kebudyaan dan teknologi yang masyarakat miliki.

Pemahaman terhadap keadaan sehat dan keadaan sakit tentunya berbeda di setiap
masyarakat tergantung dari kebudayaan yang mereka miliki. Pada masa lalu, ketika pengetahuan
tentang kesehatan masih belum berkembang, kebudayaan memaksa masyarakat untuk
menempuh cara “trial and error” guna menyembuhkan segala jenis penyakit, meskipun resiko
untuk mati masih terlalu besar bagi pasien. Kemudian perpaduan antara pengalaman empirical
dengan konsep kesehatan ditambah juga dengan konsep budaya dalam hal kepercayaan
merupakan konsep sehat tradisional secara kuratif (Rusli Ngatimin,2005)

Sebagai contoh pengaruh kebudayaan terhadap masalah kesehatan adalah penggunaan kunyit
dan “tude bombang” sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit kuning (hepatitis) di kalangan
masyarakat Indonesia. Masyarakat menganggap bahwa warna penyakit pasti akan sesuai dengan
warna obat yang telah disediakan oleh alam. Contoh yang lainnya adalah pengklaiman “poppo”

12
sebagai penyebab kematian pasien yang menderita diare akut. Kemudian contoh lainnya adalah
ditemukannya system drainase pada tahun 3000 SM di kebudayaan bangsa Cretans, dan bangsa
Minoans. Ini menunjukkan bahwa kebudayaan dan pengetahuan serta teknologi sangat
berpengaruh terhadap kesehatan

Salah satu faktor yang menentukan kondisi kesehatan masyarakat adalah perilaku masyarakat
itu sendiri. Dimana proses terbentuknya perilaku ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah
satunya faktor sosial budaya, bila faktor tersebut telah tertanam dan terintegrasi dalam kehidupan
dan kegiatan masyarakat ada kecenderungan untuk mengubah perilaku yang telah terbentuk
tersebut sulit untuk dilakukan. Untuk itu, untuk mengatasi dan memahami suatu masalah
kesehatan diperlukan pengetahuan yang memadai mengenai budaya dasar dan budaya suatu
daerah. Sehingga dalam mensosialisasikan kesehatan pada masyarakat luas dapat lebih terarah
yang impilikasinya adalah naiknya kesehatan dalam masyarakat.

Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat merupakan suatu tanda bahwa masyarakat
dalam suatu daerahtersebut telah mengalami suatu perubahan dalam proses berfikir. Perubahan
sosial dan budaya bisa memberikan dampak positif dan negarif.

Hubungan budaya dan kesehatan sangatlah erat, salah satu contohnya suatu masyarakat desa
yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi mereka.
Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respon kesehatan dan penyakit dalam
segala masyarakat tanpa ,memandang tingkatannya. Karena itulah penting bagi tenaga kesehatan
untuk tidak hanya mempromosikan kesehatan, tapi juga membuat mereka mengerti tentang
proses terjadinya suatu penyakit dan bagaimana meluruskan keyakinan atau budaya yang di anut
hubungannya dengan kesehatan.

2.4 Perubahan Budaya Mempengaruhi Kesehatan

Ada tiga alur tingkatan pengaruh budaya terhadap kesehatan. Pengaruh ini dari urutan
atas ke bawah menunjukkan peningkatan kompleksitas dan pengaruhnya bersifat semakin tidak
langsung pada kesehatan.

13
Pada alur paling atas terlihat bagaimana perubahan pada kondisi mendasar lingkungan
fisik contonya : suhu ekstrim atau tingkat radiasi ultraviolet yang dapat mempengaruhi biologi
manusia dan kesehatan secara langsung. Misalnya sejenis kanker kulit.

Alur dua tingkatan lain yaitu ditengah dan bawah mengilustrasikan proses – proses
dengan kompleksitas lebih tinggi termasuk hubungan antara kondisi lingkungan fungsi – fungsi
ekosistem dan kodisi sosial ekonomi.

Alur tengah dan bawah menunjukkan tidak mudahnya menemukan korelasi langsung
antara perubahan lingkungan dan kondisi kesehatan. Akan tetapi dapat ditarik benang merah
bahwa perubahan – perubahan lingkungan ini secara langsung atau tidak langsung bertanggung
jawab atas faktor – faktor penyangga utama kesehatan dan kehidupan manusia, seperti : Produksi
bahan makanan, air bersih, keamanan fisik.

Para praktisi kesehatan dan lingkungan pun akan menemukan banyak domain
permasalahan baru, menambah deretan permasalahan pemunculan toksi ekologi lokal, sirkulasi
lokal penyebab infeksi sampai kepengaruh lingkungan dalam skala besar yang bekerja pada
gangguan kondisi ekologi dan proses penyangga kehidupan ini. Jelaslah bahwa resiko terbesar
dari dampak perubahan budaya atas kesehatan dialami mereka yang paling rentan lokasi
geografisnya atau paling rentan tingkat sumber daya sosial dan ekonominya.

2.5 Perkembangan Nilai Budaya Individu dengan Kesehatan Masyarakat

A. Kebudayaan di antara Masyarakat

Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki kebudayaan (sub-kultur), yaitu sebuah


kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari
kebudayaan induknya. Munculnya subkultur disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena
perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas, estetik, agama, pekerjaan, pandangan politik dan gender.

Ada beberapa cara yang dilakukan masyarakat ketika berhadapan dengan imigran dan
kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan asli. Cara yang dipilih masyarakat tergantung
pada seberapa besar perbedaan kebudayaan induk dengan kebudayaan minoritas, seberapa
banyak imigran yang datang, watak dari penduduk asli, keefektifan dan keintensifan komunikasi
antar budaya, dan tipe pemerintahan yang berkuasa.

14
a. Monokulturalisme : Pemerintah mengusahakan terjadinya asimilasi kebudayaan
sehingga masyarakat yang berbeda kebudayaan menjadi satu dan saling bekerja sama.
b. Letikultur (kebudayaan inti) : Sebuah model yang dikembangkan oleh Bassam Tibi di
Jerman. Dalam Letikultur, kelompok minoritas dapat menjaga dan mengembangkan
kebudayaan sendiri, tanpa bertentangan dengan kebudayaan induk yang ada dalam
masyarakat asli.
c. Melting pot : Kebudayaan imigran / asing berbaur dan bergabung dengan kebudayaan
asli tanpa campur tangan pemerintah.
d. Multikulturalisme : Sebuah kebijakan yang mengharuskan imigran dan kelompok
minoritas untuk menjaga kebudayaan mereka masing-masing dan berinteraksi secara
damai dengan kebudayaan induk.

B. Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan

Untuk menganalisis secara ilmiah tentang gejala-gejala dan kejadian sosial budaya di
masyarakat sebagai proses-proses yang sedang berjalan atau bergeser kita memerlukan beberapa
konsep. Konsep- konsep tersebut sangat perlu untuk menganalisa proses pergeseran masyarakat
dan kebudayaan serta dalam sebuah penelitian antropologi dan sosiologi yang disebut dinamik
sosial (social dynamic). Konsep-konsep penting tersebut antara lain internalisasi
(internalization), sosialisasi (socialization), dan enkulturasi (enculturation). Kemudian ada juga
evolusi kebudayaan ( cultural evolution) yang mengamati perkembangan kebudayaan manusia
dari bentuk yang sederhana hingga bentuk yang semakin lama semakin kompleks. Proses lain
adalah proses belajar unsur-unsur kebudayaan asing oleh warga suatu masyarakat, yaitu proses
akulturasi (acculturation) dan asimilasi (assimilation). Akhirnya ada proses pembaharuan atau
inovasi (innovation), yang berhubungan erat dengan penemuan baru (discovery dan invention).

C. Proses Belajar Kebudayaan Sendiri

a. Proses Internalisasi

Manusia mempunyai diri dalam gen-nya untuk mengembangkan berbagia macam


perasaan, hasrat, nafsu, serta emosi kepribadiannya.

b. Proses Sosialisasi

15
Proses ini bersangkutan dengan proses belajar kebudayaan dalam hubungan dengan
sistem sosial.

c. Proses Enkulturasi

Dalam proses ini seorang individu mempelajari dan menyesuaikan alam pikiran serta
sikapnya dengan adat istiadat, sistem norma, serta peratuaran-peraturan yang hidup dalam
kebudayaannya. Kata enkulturasi dalam bahasa Indonesia juga berarti “pembudayaan”.

d. Proses Evolusi Sosial

1) Proses Microscopic dan Macroscopic dalam Evolusi Sosial

Proses sosial dari suatu masyarakat dan kebudayaan dapat dianalisa oleh seorang peneliti
seolah-olah dari dekat secara detail (microscopic), atau dapat juga dipandang dari jauh hanya
dengan memperhatikan perubahan-perubahan yang besar saja (macroscopic).

2) Proses-Proses Berulang dalam Evolusi Sosial Budaya

Proses ini mengenai suatu aktivitas dalam sebuah lingkungan atau suatu adat dimana
aktivitas yang dilakukan terus berulang.

3) Proses Mengarah daKebudayaan dalam Evokusi Kebudayaan

Dengan mengambil jangka perubahan besar yang seolah bersifat menentukan arah (directional)
dari sejarah perkembangan masuarakat dan kebudayaan yang bersangkutan.

e. Akulturasi dan Pembauran atau Asimilasi

1) Akulturasi

Proses sosial yang timbul bila suatu kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu
dihadapkan dengan unsure-unsur dari suatu kebudayaan asing dengan demikian rupa, sehingga
unsure-unsur kebudayaan asing tersebut lambat laun diteima dan diolah ke dalam kebudayaan
sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.

2) Asimilasi

16
Proses social yang timbul bila ada golongan-golongan manusia dengan latar kebudayaan
yang berbeda-beda.

f. Pembaruan (Innovasi)

1) Inovasi adalah suatu proses pembaruan

17
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Menurut UU No.23 1992 Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia.

Pengaruh Kebudayaan Terhadap Bidang Kesehatan dipengaruhi oleh : pengaruh Tradisi


dan pengaruh Fatalistis, Sikap Etnosentris, Pengaruh perasaan bangga pada statusnya, Pengaruh
nilai dan Pengaruh norma

Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap
perilaku kesehatan.Resiko terbesar dari dampak perubahan budaya atas kesehatan dialami
mereka yang paling rentan lokasi geografisnya atau paling rentan tingkat sumber daya sosial dan
ekonominya.

Hubungan budaya dan kesehatan sangatlah erat, salah satu contohnya suatu masyarakat
desa yang sederhana dapat bertahan dengan cara pengobatan tertentu sesuai dengan tradisi
mereka. Kebudayaan atau kultur dapat membentuk kebiasaan dan respon kesehatan dan penyakit
dalam segala masyarakat tanpa ,memandang tingkatannya

18
DAFTAR PUSTAKA

Soemirat Slamet, Juli.2009. Kesehatan Lingkungan. Bandung : Gadjah Mada University Press.

Nugraheni, Hermien dkk.2018. Kesehatan Masyarakat Dalam Determinan Sosial


Budaya.Yogyakarta : CV. Budi Utama.

Prof. Dr. dr. H.M. Rusli Nagtimin, MPH. dari Hippo Crates sampai Winslow dan pengembangan
ilmu kesehatan masyarakat selanjutnya. Makassar 2005

Notoatmodjo, 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Jakarta, Rineka Cipta

Koentjaraningrat, 1996, Pengantar Anthropologi

Foster,G,M, traditional societes in technological change,1973.Loentjaraningrat,pengantar


anthropologi,1996

http://kesehatankeluarga.net/pengaruh-taraf-budaya-terhadap-kesehatan-198.html

http://kesehatankeluarga.net/pengaruh-kemajuan-pengetahuan-terhadap-kesehatan-202.html

http://arnalucky.blogspot.com/2014/11/pengaruh-budaya-terhadap-kesehatan.html?m=1

https://edoc.site/queue/pengaruh-sosial-budaya-terhadap-kesehatan-masyarakat-pdf-free.html

http://macrofag.blogspot.com/2013/02/pengaruh-nilai-sosial-budaya-terhadap_27.html?m=1

19

Anda mungkin juga menyukai