Disusun oleh:
NIDA RIZQI AMALIA
2013020038
Pembimbing:
dr. Jaenudin, Sp.OG
2013020038
Pembimbing
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT karena atas nikmat-Nya
saya dapat menyelesaikan dan mempresentasikan laporan kasus ujian Ilmu
Obstetri dan Ginekologi ini dengan judul: G2P1A0, 30 Tahun, Hamil 39 Minggu
1 Hari J1HIU Preskep Puka dengan Ketuban Pecah Dini dan Kala II Lama
Laporan kasus ini disusun untuk memenuhi sebagian tugas dan syarat
mengikuti ujian akhir Kepaniteraan Klinik di bagian Ilmu Obstetri dan Ginekologi
RSUD dr. Soeselo Slawi. Dalam kesempatan ini, saya mengucapkan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan dan
penyelesaian laporan kasus ini, terutama kepada:
1. dr. Jaenudin., Sp.OG, selaku pembimbing dalam laporan kasus ini.
2. dr. H. Zufrial Arief, Sp.OG dan dr. Ratna Trisiyani, Sp.OG, selaku
konsulen.
Penyusun
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 5
BAB II LAPORAN KASUS 7
2.1 Anamnesis 7
2.2 Pemeriksaan Fisik 10
2.3 Pemeriksaan Penunjang 13
2.4 Resume 13
2.5 Diagnosis .15
2.6 Tatalaksana 15
2.7 Prognosis 15
2.8 Follow up 16
BAB III TINJAUAN PUSTAKA 23
3.1 Persalinan Normal 23
3.2 Ketuban Pecah Dini 29
3.3 Persalinan Kala II Lama 38
3.4 Ekstraksi Vakum 45
BAB IV ANALISIS KASUS 49
BAB V KESIMPULAN 52
DAFTAR PUSTAKA 54
BAB I
PENDAHULUAN
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tahun 2015 tercatat sekitar 305 kasus
per 100.000 kelahiran hidup, angka tersebut masih belum mencapai target
program Millenium Development Goals (MDG’s) yang berakhir pada tahun 2015
yaitu AKI sebesar 102 kasus per 100.000 kelahiran hidup (Bappenas, 2013).
Sustainable Development Goals (SDG’s) atau AGENDA 2030 sebagai program
lanjutan dari MDG’s, memberikan target baru berupa penurunan AKI hingga
mencapai 70 kasus per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2030 (Badan Pusat
Statistik, 2014). Dari beberapa penyebab kematian ibu, peringkat pertama masih
diduduki oleh etiologi yang berupa perdarahan dengan persentase mencapai
30,3% (Kemenkes RI, 2013).
Menurut Departemen Kesehatan RI tahun 2010, angka kematian ibu di
Indonesia sebesar 307 per 1000 kelahiran hidup atau setiap jam terdapat 2 orang
ibu bersalin meninggal karena berbagai sebab. Salah satu penyebab langsung
kematian ibu adalah karena infeksi sebesar 20-25% dalam 100.000 kelahiran
hidup dan Ketuban Pecah Dini (KPD) merupakan penyebab paling sering
menimbulkan infeksi pada saat mendekati persalinan. Prevalensi KPD berkisar
antara 3-18% dari seluruh kehamilan, saat kehamilan aterm 8-10% ibu mengalami
KPD. KPD diduga dapat berulang pada kehamilan berikutnya dan berkaitan
dengan risiko morbiditas serta mortalitas ibu maupun janin. (Balitbang Kemenkes
RI, 2012).
Berbagai usaha telah dilakukan untuk menekan terjadinya komplikasi selama
hamil, melahirkan, dan nifas. Namun beberapa komplikasi terkadang bisa terjadi
meskipun telah diantisipasi sebelumnya, komplikasi tersebut paling sering terjadi
pada saat persalinan. Komplikasi persalinan merupakan keadaan yang
mengancam jiwa ibu atau janin karena gangguan langsung saat persalinan.
Komplikasi persalinan tersebut dilatarbelakangi oleh adanya 5 faktor yang
mempengaruhi, yaitu: (1) Perilaku masyarakat, khususnya perilaku ibu, umur ibu,
jarak antara 2 kelahiran, pengawasan dan pemeriksaan antenatal (ANC),
kesehatan ibu dan keengganan menyusui bayi, (2) Faktor sosial ekonomi:
pendidikan dan keadaan ekonomi ibu, (3) Faktor lingkungan: pemukiman dan
kesehatan lingkungan,
(4) Faktor pelayanan: cakupan pelayanan, sistem rujukan dan fasilitas rumah
sakit rujukan, (5) Faktor bayi: berat badan lahir, masa kehamilan, kesehatan bayi
(Yulianti, 2012).
Persalinan dengan kala II memanjang (prolonged second stage of labor) atau
disebut juga kala II lama adalah suatu persalinan dengan his yang adekuat namun
tidak menunjukkan kemajuan pada penurunan bagian terendah janin pada
persalinan kala II dengan batasan waktu maksimal 2 jam untuk nulipara dan 1 jam
untuk multipara, serta 3 jam untuk nulipara dan 2 jam untuk multipara bila pasien
menggunakan analgesia epidural. Persalinan kala II memanjang menjadi salah
satu penyebab kematian ibu karena pada partus lama akan dapat menyebabkan
infeksi, kehabisan tenaga, dehidrasi pada ibu, dan dapat terjadi perdarahan post
partum yang sangat membahayakan keselamatan ibu (Amiruddin, 2011).
BAB II LAPORAN
KASUS
PASIEN
2.1 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di Ruang Bersalin/VK RSUD dr.
Soeselo Slawi pada tanggal 09 November 2020 pukul 10.30 WIB.
a. Keluhan Utama
Pasien dirujuk dari Puskesmas Jatinegara karena mengeluh air
ketuban sudah mengalir sejak pukul 03.00 WIB berwarna bening
kekuningan dan tidak berbau.
.
b. Keluhan Tambahan
Pasien merasakan kencang-kencang teratur sejak pukul 06.00 WIB
(09/11/2020).
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Ruang Bersalin/VK RSUD dr. Soeselo Slawi pada
hari Senin, 09 November 2020, pukul 10.30 WIB kiriman dari
Puskesmas Jatinegara dengan diagnosis rujukan G2P1A0, 30 tahun,
hamil 39 minggu 1 hari janin satu hidup intrauterin, presentasi kepala,
punggung kanan dengan ketuban pecah dini 7 jam yang lalu. Pasien
datang dengan keluhan air ketuban mengalir sejak pukul 03.00 WIB
dengan cairan berwarna bening kekuningan dan tidak berbau, mengalir
terus menerus seperti orang berkemih. Pasein mengatakan kencang-
kencang teratur sejak pukul 06.00 WIB. Gerak janin dirasakan aktif.
Selama pemeriksaan antenatal care (ANC) tidak ada kelainan yang
terlihat. Keluhan seperti nyeri ulu hati, gangguan penglihatan, mual,
muntah, kelemahan pada anggota tubuh dan demam disangkal oleh
pasien. Buang Air Kecil (BAK) dan Buang Air Besar (BAB) lancar.
d. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal mempunyai riwayat hipertensi, diabetes mellitus
(DM), asma, tuberkulosis (TB), penyakit jantung, ginjal, alergi, kelainan
bawaan, epilepsi, trauma dan hamil kembar disangkal. Pasien mengakui
ini merupakan kehamilan yang kedua setelah setahun menikah. Riwayat
penyakit ginekologi, seperti infeksi virus, servisitis kronis,
endometriosis, myoma, kista ovarium, operasi kandungan, kanker, polip
serviks disangkal oleh pasien.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien menyatakan memiliki riwayat hipertensi dari ibunya,
sedangkan riwayat DM, asma, TB, alergi (makanan, cuaca, obat- obatan),
penyakit jantung, hamil kembar, dan epilepsi dalam keluarga pasien
disangkal.
f. Riwayat Menstruasi
Pasien menarche pada usia 15 tahun, lama menstruasi 7 hari dan
teratur. Jumlah darah selama menstruasi sekitar 35 cc dan pasien
mengganti pembalut 3 kali dalam sehari, dismenorhea disangkal. Hari
pertama haid terakhir pasien jatuh pada tanggal 8 Februari 2020.
g. Riwayat Pernikahan
Pasien menikah pertama kali pada usia 21 tahun. Pernikahan sudah
berjalan 9 tahun.
h. Riwayat Obstetri
Kehamilan ini merupakan kehamilan kedua bagi pasien dengan satu
kali pernikahan. Anak pertama pasien berjenis kelamin laki-laki lahir
pada tahun 2012, usia kehamilan 38 minggu persalinan spontan dengan
KPD, berat saat lahir 2600 gram dibantu oleh bidan.
i. Riwayat Kontrasepsi
Pasien menggunakan kontrasepsi suntik. Pasien tidak merasakan
efek samping berlebih saat menggunakan kontrasepsi.
j. Riwayat ANC
Selama kehamilan pasien memeriksakan kandungannya sebanyak
2.4 RESUME
Pasien datang ke Ruang Bersalin/VK RSUD dr. Soeselo Slawi pada hari
Senin, 9 November 2020 pukul 10.30 WIB. Pasien merupakan rujukan dari
Puskesmas Jatinegara dengan diagnosis rujukan G2P1A0, 30 tahun, hamil 39
minggu 1 hari J1HIU preskep puka dengan ketuban pecah dini dan kala II
lama. Pasien datang dengan keluhan air ketuban mengalir sejak pukul 03.00
WIB.
dengan cairan berwarna bening kekuningan dan tidak berbau, mengalir terus
menerus seperti orang berkemih. Keluhan seperti nyeri ulu hati, gangguan
penglihatan, kejang, mual, muntah, kelemahan pada anggota tubuh dan
demam disangkal oleh pasien. Selama pemeriksaan ANC tidak ada kelainan
yang terlihat.
Pasien mengatakan hanya mengeluh mual dan muntah selama kehamilan
dan melakukan aktivitas seperti biasanya. BAK dan BAB lancar. Pasien
mempunyai riwayat penyakit keluarga yaitu hipertensi dari ibunya. Riwayat
DM, asma, TB, penyakit jantung, ginjal, alergi, kelainan bawaan, epilepsi,
trauma dan hamil kembar juga disangkal. Pasien mengakui ini adalah
kehamilan yang kedua pertama setelah sembilan tahun pernikahan. Riwayat
penyakit ginekologi disangkal oleh pasien.
Puskesmas Jatinegara telah memberikan tindakan memasang infus RL 20
tpm sebelum dirujuk ke Ruang Bersalin/VK RSUD dr. Soeselo. Pada
anamnesis pasien mengatakan HPHT tanggal 8 Februari 2020, maka
berdasarkan HPHT, usia kehamilan pasien adalah 39 minggu 1 hari dan HPL
jatuh pada tanggal 15 November 2020. Selama kehamilan pasien
memeriksakan kandungannya sebanyak delapan kali di puskesmas dan sekali
di dokter spesialis kandungan. Pasien mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2
kali.
Pasien tampak baik dengan kesadaran composmentis. Tekanan darah
120/80 mmHg, nadi 98 kali/menit, pernafasan 20 kali/menit, dan suhu 36,5 oC.
Berat badan pasien 64 kg dan tinggi badan 150 cm. Pada pemeriksaan fisik
generalis dalam batas normal. Pemeriksaan obstetrik didapatkan TFU 32 cm,
presentasi kepala, punggung kanan, bagian terbawah sudah masuk PAP.
Taksiran berat janin 3.255 gram, DJJ 144 kali/menit teratur, his 2x10’x20’’.
Pada pemeriksaan vaginal toucher ditemukan dilatasi serviks 1 cm,
penurunan kepala Hodge I, konsistensi portio tebal lunak, posisi serviks
anterior, dan KK (+).
Pada pemeriksaan laboratorium 9 November 2020, hasil pelaporan pukul
10.45 WIB didapatkan hasil hemoglobin dalam batas normal (11,1 g/dL) dan
peningkatan leukosit (16,3 x 103/uL). Golongan darah O dan rhesus positif.
Pada pemeriksaan imunologi darah didapatkan HbsAg non reaktif.
2.5 DIAGNOSIS
- Diagnosis
G2P1A0, 30 tahun, hamil 39 minggu 1 hari janin satu hidup intrauterin
Presentasi kepala, punggung kanan ketuban pecah dini sejak 7 jam yang
lalu dan kala II lama
- Diagnosis Akhir
P2A0, 30 tahun, post partum spontan
2.6 PENATALAKSANAAN
Non medikamentosa :
1. Observasi keadaan umum, tanda vital, his, DJJ, pengeluaran pervaginam,
dan tanda ruptur uteri imminens
2. Pemeriksaan laboratorium darah dan urine
3. Motivasi pasien untuk posisi tidur miring kiri
4. Edukasi cara mengejan yang benar saat his timbul
Medikamentosa :
1. Infus RL 500 cc 20 tpm
2. Oksigen nasal kanul 3 lpm
3. Eritromisin 4 x 250 mg
2.7 PROGNOSIS
Ad Vitam : Dubia ad Bonam
Ad Fungtionam : Dubia ad Bonam
Ad Sanationam : Dubia ad
Bonam
2.8 FOLLOW UP
Ruang Bersalin, 9 November 2020 pukul 10.30
WIB
S Pasien datang rujukan dari Puskesmas Jatinegara dengan keluhan air
ketuban mengalir sejak pukul 03.00 WIB dengan cairan berwarna
bening kekuningan dan tidak berbau.
O Kesadaran : Compos mentis
TD : 120/80 mmHg RR : 20
x/menit HR : 98 x/menit
T : 36,5ºC
TFU : 32 cm DJJ : 144
x/menit HIS : 2x10’x25’’
VT : 2 cm, portio teraba tebal lunak, kepala HI, posisi servix anterior,
KK (+)
DC (-), Infus RL (+) dari Puskesmas Jatinegara
A G2P1A0, 30 tahun, hamil 39 minggu 1 hari J1HIU preskep puka
dengan ketuban pecah dini sejak 7 jam yang lalu
P ● Pengawasan KU, TTV, DJJ, his, PPV
● Motivasi pasien miring kiri
A
G2P1A0, 30 tahun, hamil 39 minggu J1HIU preskep puka dengan
ketuban pecah dini sejak 8 jam yang lalu
P ● Infus RL 20 tpm
● Pengawasan KU, TTV, DJJ, dan his
● Motivasi pasien mengatur nafas
Manajemen Kala
IV
J Wak TD Na Suhu TFU Kontrak VU PPV
o
a tu di ( C) si
m
k
e
-
1 17.0 120/ 92 36,5 2 jari keras koso -+
0 80 di ng 10
baw cc
ah
pusa
t
17.1 120/ 90 2 jari keras koso -+
5 80 di ng 10
baw cc
ah
pusa
t
O Kesadaran : composmentis
TD : 120/80 mmHg RR : 18 x/menit
HR : 85 x/menit T : 36,5ºC
TFU : 2 jari dibawah pusat PPV : Lokhea rubra
A P2A0, 30 tahun, Post partum spontan
P ● Melanjutkan terapi oral
● Pengawasan KU, TTV, PPV, ASI, BAK, BAB
● Rawat jalan
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Ketuban pecah dini saat aterm disebut juga dengan aterm premature
rupture of the membran, namun apabila terjadi sebelum umur kehamilan
37 minggu disebut dengan preterm prematur rupture of the membran
(PPROM) dan apabila lebih dari 12 jam maka disebut dengan prolonged
PROM (Manuaba, 2016).
3.2.2 Etiologi
Secara teoritis, pecahnya selaput ketuban disebabkan karena hilangnya
elastisitas yang terjadi pada daerah tepi robekan selaput ketuban.
Hilangnya elastisitas selaput ketuban ini sangat erat dengan jaringan
kolagen. Kolagen pada selaput terdapat pada amnion di daerah lapisan
kompakta, fibroblas serta pada korion di daerah lapisan retikuler atau
trofoblas, dimana sebagian besar jaringan kolagen terdapat pada lapisan
penunjang (epitel amnion sampai epitel basal korion). Sintesis maupun
degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi
interleukin-1 dan prostaglandin (Medina et al., 2010).
a. Infeksi
Infeksi pada selaput ketuban (korioamnionitis lokal) dapat melemahkan
selaput ketuban di daerah tersebut. Bakteri yang terikat pada membran
melepaskan substrat seperti protease yang menyebabkan melemahnya
membran. Penelitian menyebutkan bahwa matriks metaloproteinase
merupakan enzim spesifik yang terlibat dalam pecahnya ketuban karena
infeksi (Manuaba, 2016).
b. Defisiensi vitamin C
Vitamin C diperlukan untuk pembentukan dan pemeliharaan jaringan
kolagen. Selaput ketuban akan mempunyai elastisitas yang berbeda
tergantung kadar vitamin C dalam darah ibu (Manuaba, 2016).
c. Faktor selaput ketuban
Pecahnya ketuban dapat terjadi akibat peregangan uterus yang berlebihan
atau terjadi peningkatan tekanan yang mendadak di dalam cavum amnion
(Manuaba, 2016).
d. Usia dan paritas
Semakin tinggi paritas ibu, akan semakin mudah terjadi infeksi cairan
amnion akibat rusaknya struktur serviks akibat persalinan sebelumnya
(Manuaba, 2016).
e. Tingkat sosio-ekonomi
Sosio-ekonomi yang rendah, status gizi yang kurang akan meningkatkan
insidensi ketuban pecah dini, disertai dengan jumlah persalinan yang banyak
dan jarak kelahiran yang dekat (Manuaba, 2016).
f. Faktor lain
Serviks inkompetem, ketegangan uterus yang berlebihan (kehamilan ganda,
hidramnion), kelainan letak dalam uterus (letak sungsang, letak lintang),
panggul sempit (Manuaba, 2016).
3.2.4 Patofisiologi
Kekuatan selaput ketuban ditentukan oleh keseimbangan sintesa dan
degradasi matriks ekstraseluler. Bila terjadi perubahan di dalam selaput
ketuban, seperti penurunan kandungan kolagen, perubahan sruktur kolagen
dan peningkatan aktivitas kolagenolitik maka KPD dapat terjadi (Bergehella,
2010).
Degradasi kolagen yang terjadi diperantarai oleh Matriks
Metalloproteinase (MMP) dan dihambat oleh Penghambat Matriks
Metalloproteinase (TIMP) serta penghambat protease. MMP merupakan
suatu grup enzim yang dapat memecah komponen matriks ekstraseluler.
Keutuhan selaput ketuban terjadi karena kombinasi dari aktivitas MMP yang
rendah dan konsentrasi TIMP yang relatif lebih tinggi. Mikroorganisme yang
menginfeksi host dapat membentuk enzim protease disertai respon
imflamasi dari host sehingga mempengaruhi keseimbangan MMP dan TIMP
3.2.6 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan umum
1. Berikan antibiotik (ampisilin 4x500 mg atau eritromisin 4x250 mg)
2. Rujuk ke fasilitas yang memadai
b. Penatalaksanaan khusus
Di RS rujukan, lakukan tatalaksana sesuai dengan usia kehamilan:
1. Usia kehamilan >34 minggu : lakukan induksi persalinan dengan
oksitosin bila tidak ada kontraindikasi
2. Usia kehamilan 24-33 minggu :
a) Apabila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan kematian janin,
lakukan persalinan segera
b) Berikan dexamethason 6 mg IM/12 jam selama 48 jam atau
betametason 12 mg IM/24 jam selama 48 jam
c) Lakukan pemeriksaan berkala untuk menilai kondisi ibu dan janin
3. Usia kehamilan <24 minggu
a) Pertimbangan dilakukan dengan melihat risiko ibu dan janin
b) Lakukan konseling pada pasien. Terminasi kehamilan mungkin
menjadi pilihan.
(Prawihardjo, 2013).
3.2.7 Komplikasi
Berbagai komplikasi yang dapat terjadi terkait dengan KPD meliputi
(Cunningham, 2006) (Manuaba, 2016) :
a. Komplikasi Maternal
Infeksi sering terjadi pada pasien dengan KPD. Bukti keseluruhan
korioamnionitis berkisar dari 4,2% hingga 10,5%. Diagnosis korioamnionitis
secara klinis ditandai dengan adanya demam 38 ° C dan minimal 2 dari
kondisi berikut : takikardia pada ibu, takikardia pada janin, nyeri tekan
uterus, cairan ketuban berbau busuk, atau darah ibu mengalami leukositosis.
Rongga ketuban umumnya steril. Invasi mikroba dari rongga ketuban
mengacu pada hasil kultur mikroorganime cairan ketuban yang positif,
terlepas dari ada atau tidaknya tanda atau gejala klinis infeksi.
Pasien dengan KPD memiliki kejadian solusio plasenta sekitar 6%.
Solusio plasenta biasanya terjadi pada kondisi oligohidroamnion lama dan
berat. Data sebuah analisis retrospektif yang didapatkan dari semua pasien
dengan KPD berkepanjangan menunjukkan risiko terjadinya solusio plasenta
selama kehamilan sebesar 4%. Alasan tingginya insiden solusio plasenta pada
pasien dengan KPD adalah penurunan progresif luas permukaan intrauterin
yang menyebabkan terlepasnya plasenta.
Prolaps tali pusat yang dikaitkan dengan keadaan malpresentasi serta
terjadinya partus kering juga merupakan komplikasi maternal yang dapat
terjadi pada KPD.
b. Komplikasi Neonatal
Kematian neonatal setelah mengalami KPD aterm dikaitkan dengan
infeksi yang terjadi, sedangkan kematian pada KPD preterm banyak
disebabkan oleh sindrom gangguan pernapasan. KPD berkepanjangan
meningkatkan risiko infeksi pada neonatal sekitar 1,3% dan sepsis sebesar
8,7%. Infeksi dapat bermanifestasi sebagai septikemia, meningitis,
pneumonia, sepsis dan konjungtivitis. Insiden keseluruhan dari kematian
perinatal dilaporkan dalam literatur berkisar dari 2,6 hingga 11%.
Ketika KPD dikelola secara konservatif, sebagian besar pasien
mengalami oligohidramnion derajat ringan hingga berat seiring dengan
kebocoran cairan ketuban yang terus menerus. Sedikitnya cairan ketuban
akan membuat rahim memberikan tekanan terus-menerus kepada janin
sehingga tumbuh kembang janin menjadi abnormal seperti terjadinya
kelainan bentuk tulang.
3.2.8 Prognosis
Prognosis ketuban pecah dini ditentukan oleh cara penatalaksanaan dan
komplikasi-komplikasi dari kehamilan (Mochtar, 2011). Prognosis untuk janin
tergantung pada :
a. Maturitas janin: bayi yang beratnya di bawah 2500 gram mempunyai
prognosis yang lebih jelek dibanding bayi lebih besar.
b. Presentasi : presentasi bokong menunjukkan prognosis yang jelek,
khususnya jika bayinya premature.
c. Infeksi intrauterin meningkatkan mortalitas janin.
d. Semakin lama kehamilan berlangsung dengan ketuban pecah, semakin
tinggi insiden infeksi.
3.3.1 Pengertian
Kas Teo
us ri
Diagnosis: Ketuban Pecah Dini
● Pecahnya selaput ketuban secara
Pasien Ny. SS, G2P1A0, 30 tahun,
spontan sebelum adanya tanda-tanda
hamil 39 minggu 1 hari J1HIU,
persalinan/inpartu. Pecahnya selaput
preskep, puka, dengan ketuban pecah
ketuban dapat terjadi kapan saja baik
dini sejak 7 jam yang lalu dan kala II
pada kehamilan aterm maupun
lama
preterm.
● Pada pasien ini mengatakan air
ketuban mengalir sejak pukul 03.00
WIB (9/11/20), saat itu pasien belum
Pemeriksaan fisik :
merasakan adanya kencang-kencang.
Kesadaran : Compos
Kala II Lama
mentis TD : 120/80
● Kala II lama adalah ketika serviks
mmHg
mencapai dilatasi penuh, jangka
RR : 20
waktu terjadi kelahiran berlangsung
x/menit HR :
lebih dari 2 jam pada primigravida
98 x/menit
dan 1 jam pada multigravida (tidak
T : 36,5ºC
menggunakan anesthesia).
TFU : 32 cm
DJJ : 144 ● Partus lama adalah partus yang
berlangsung lebih dari 18 jam. Pada
x/menit HIS :
partus lama umumnya ibu dalam
2x10’x20’’
keadaan lelah, demikian pula keadaan
uterus dan janin.
● Pada pasien ini didapatkan tanda kala
VT : II dari jam 15.30 WIB, namun
- Pembukaan serviks : 1 cm- 10 cm
penurunan kepala masih di Hodge II
- Penurunan kepala : Hodge I- Hodge
dan tidak ada kemajuan. Pada pasien
III
ini kala II sudah melebihi batas waktu
- Konsistensi serviks : tebal lunak-
tipis lunak normal yaitu selama 1 jam pada
multigravida.
- Posisi serviks : anterior
- KK (-)
Tatalaksana Awal: ● Observasi pengawasan
1. Infus RL 500 cc 20 tpm Dilakukan 10 pengawasan kala I (TTV,