Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA DI TEMPAT UMUM

Disusun oleh :

1. Ryanisa Arafi (P1337421020077)


2. Amelia Candra Kusuma (P1337421020078)
3. Khikmah Maulidya Nurul Azmi (P1337421020079)
4. Fatia Rahma (P1337421020080)
5. Niken Puji Astuti (P1337421020081)

Kelas : 1B
Kelompok :5

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia
Tahun Pelajaran 2020/2021

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG


D3 KEPERAWATAN TEGAL
Jl. Dewi Sartika No. 1 Rt 01/Rw 01 Debong Kulon, Kota Tegal
KATA PENGANTAR

Alhamduillah Segala Puji bagi Allah Dzat yang Maha Sempurna. Atas Rahmat Allah yang
Maha Kuasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Bahasa Indonesia dari Bapak Agus
Riyanto,M.Pd dengan judul “Kesalahan Penggunaan Bahasa di Tempat Umun” yang bersumber
dari media social (internet) dan observasi yang dinggap valid untuk dijadikan sebagai rujukan.

Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang telah memberikan
dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal,
semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih
baik lagi. Meskipun penulis berharap isi dari makalahini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang.

Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini
dapat lebih baik lagi. Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua
pembaca.

Tegal, 23 Oktober 2020

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dewasa ini, banyak sekali masyarakat bahkan pelajar yang masih rancu dalam
menempatkan kata dalam kalimat. Disadari atau tidak, penggunaan kata sering sekali tidak tepat
dalam penggunaannya. Disamping itu kerancuan pun kerap membingungkan masyarakat dalam
penggunaan bahasa baku. Masyarakat/pelajar sering kali tidak memperhatikan apakah
tulisannya sesuai aturan atau tidak. yang terpenting tujuan dan maksud mereka tersampaikan.
Selain itu ketidak pahaman penggunaan tanda baca, menyebabkan banyak tulisan-tulisan di
spanduk, papan nama, selembaran, dan mading. Banyak ditemui kata yang tidak baku dan juga
ditemukan kesalahan dalam penulisan tanda baca yang tidak sesuai dengan ejaan yang
disempurnakan. Hal itulah yang menyebabkan dalam sebuah tulisan kerap tidak sesuai dengan
EYD ataupun bahasa baku.
Sebagai bahasa baku, terdapat standar tertentu yang harus dipenuhi dalam penggunaan
ragam bahasa. Standar tersebut meliputi penggunaan tata bahasa dan ejaan bahasa Indonesia
yang disempurnakan. Tata bahasa Indonesia yang baku salah satunya meliputi penggunaan kata,
dan EYD yang sesuai dengan kaidah baku. Kaidah tata bahasa Indonesia yang baku adalah
kaidah tata bahasa Indonesia sesuai dengan aturan berbahasa yang ditetapkan oleh Pusat Bahasa
Indonesia. Sementara itu, kaidah ejaan bahasa Indonesia yang baku adalah kaidah ejaan bahasa
Indonesia yang disempurnakan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa yang dimaksud dengan bahasa?
b. Apa yang dimaksud dengan ejaan?
c. Apa yang dimaksud dengan pengertian, jenis, dan contoh tanda baca?
d. Apa yang dimaksud unsur asing dalam Bahasa Indonesia?
e. Apa saja kesalahan berbahasa atau penulisan yang ada di tempat umum?

1.1 Tujuan Makalah


a. Dapat mengetahui pengertian bahasa
b. Dapat mengetahui pengertian ejaan
c. Dapat memahami pengertian, jenis, dan contoh tanda baca
d. Dapat mengetahui unsur asing dalam Bahasa Indonesia
e. Dapat mengetahui contoh kesalahan berbahasa atau penulisan yang ada di tempat umum
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahasa


Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Bagi
bangsa Indonesia, bahasa Indonesia sangatlah penting karena bahasa sebagai ciri Negara
Indonesia sekaligus sebagai alat komunikasi seluruh rakyat Indonesia yang memiliki begitu
banyak perbedaan suku, kultur, serta bahasa daerah.
Bahasa Indonesia dinyatakan sebagai bahasa resmi negara dalam pasal 36 Undang-Undang
Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 bersumber dari bahasa yang diikrarkan
dalam Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928. Hal tersebut tercantum dalam pasal 25 ayat
(1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan. Bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tersebut berfungsi sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai
suku bangsa, serta sarana komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah. Bahasa Indonesia
sebagai bahasa resmi negara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berfungsi sebagai
bahasa resmi kenegaraan, pengantar pendidikan, komunikasi tingkat nasional, pengembangan
kebudayaan nasional, transaksi dan dokumentasi niaga, serta sarana pengembangan dan dan
pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media massa.
Pasal 36 ayat (3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009 tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan mengatur bahwa bahasa
Indonesia wajib digunakan untuk nama bangunan atau gedung, jalan, apartemen atau
permukiman, perkantoran, kompleks perdagangan, merek dagang, lembaga usaha, lembaga
pendidikan, organisasi yang didirikan atau dimiliki oleh warga negara Indonesia atau badan
hukum Indonesia. Selanjutnya, pada pasal 37 ayat (1) diatur bahwa bahasa Indonesia wajib
digunakan dalam informasi tentang produk barang atau jasa produksi dalam negeri atau luar
negeri yang beredar di Indonesia, ayat (2) diatur bahwa informasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilengkapi dengan bahasa daerah atau bahasa asing sesuai dengan keperluan.
Pasal 38 ayat (1) dalam undang-undang tersebut diatur bahwa bahasa Indonesia wajib
digunakan dalam rambu umum, penunjuk jalan, fasilitas umum, spanduk, dan alat informasi
lainnya yang merupakan pelayanan umum. Selanjutnya, pada ayat (2) pasal tersebut diatur
bahwa penggunaan bahasa Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disertai
bahasa daerah atau bahasa asing jika dipandang perlu. Ketentuan lebih lanjut mengenai
penggunaan bahasa Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam undang-undang diatur dalam
Peraturan Presiden.

2.2 Pengertian Ejaan


Ejaan adalah seperangkat aturan atau kaidah pelambangan bunyi bahasa, pemisahan,
penggabungan, dan penulisannya dalam suatu bahasa. Ejaan mengatur keseluruhan cara
menuliskan bahasadengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai sarananya.
Ejaan merupakan kaidah yang harus dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan
keseragaman bentuk, terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan bentuk akan berimplikasi pada
ketepatandan kejelasan makna. Ejaan ibarat merupakan rambu lalu lintas yang harus dipatuhi
oleh setiap pengemudi. Jika pengemudi mematuhi rambu lalu lintas itu, terciptalah lalu lintas
yang tertib, teratur, dan tidak semrawut. Seperti itulah bentuk hubungan antara pemakai bahasa
dan ejaan (Finoza, 2001:13).
Ejaan yang berlaku sekarang dinamakan Ejaan yang Disempurnakan (EYD). EYD yang
resmi mulai diberlakukan pada tanggal 16 Agustus 1972 merupakan upaya penyempurnaan
ejaan yang sudah dipakai selama 25 tahun sebelumnya yang dikenal dengan nama Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi. Sebelum Ejaan Soewandi, telah ada ejaan yang merupakan
ejaan pertama bahasa Indonesia, yaitu Ejaan Van Ophuysen.
Ruang lingkup Ejaan yang Disempurnakan (EYD) mencakup lima aspek, yaitu (1)
pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur serapan, dan (5)
pemakaian tanda baca (Finoza, 2001:15).
1) Pemakain huruf membicarakan bagian-bagian dasar dari suatu bahasa, yaitu abjad,
vokal, konsonan, pemenggalan, dan nama diri.
2) Pemakaian huruf membicarakan beberapa perubahan huruf dari ejaan yang
sebelumnya, meliputi huruf kapital dan huruf miring.
3) Penulisan kata membicarakan bidang morfologi dengan segala bentuk dan jenisnya,
yaitu kata dasar, kata turunan, kata ulang, gabungan kata, kata ganti kau, ku, mu, dan
nya, kata depan di, ke, dan dari, kata sandang si dan sang, pertikel, singkatan dan
akronim, angka dan lambing bilangan.
4) Penulisan unsur serapan membicarakan kaidah cara penulisan unsur serapan,
terutama kosakata yang berasal dari bahasa asing.

2.1 Tanda Baca


A. Pengertian Tanda Baca
Tanda baca merupakan simbol yang tidak berhubungan dengan fonem (suara) atau
kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan memiliki peran untuk menunjukkan struktur
dan organisasi suatu tulisan, intonasi serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan.
B. Jenis-Jenis Tanda Baca
1. Tanda Titik (.)
a. Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Saya tidak pernah membolos kuliah.
b. Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagian, ikhtisar, atau
daftar.
Misalnya:
1) III. Departemen Dalam Negeri
A. Direktorat Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat Jenderal Agraria
2) 1. Patokan Umum
1.1 Isi Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1 Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya:
Saputra S. Ibrahim
George W. Bush
d. Tanda titik dipakai dalam daftar pustaka di antara nama penulis, judul tulisan
yangtidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit.
Misalnya:
Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, dan Anton Siregar, Merari.
1920. Azab dan Sengsara. Weltevreden: Balai Poestaka.
e. Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2)
nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa titik)
f. Tanda titik tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun di dalam
akronim yang sudah diterima oleh masyarakat.
Misalnya:
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat)
SMA (Sekolah Menengah Atas)
PT (Perseroan Terbatas)
WHO (World Health Organization)
UUD (Undang-Undang Dasar)
SIM (Surat Izin Mengemudi)
Bappenas (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional)
g. Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya yang
menunjukkan jumlah.
Misalnya:
- Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
- Siswa yang lulus masuk perguruan tinggi negeri 12.000 orang.
- Penduduk Jakarta lebih dari 11.000.000 orang.
2. Tanda Miring (/)
a. Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat, nomor pada alamat, dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim atau tahun ajaran.
Misalnya:
- No. 5/PK/2020
- Jalan Nanas III/12
- Tahun Ajaran 2020/2021
b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata “atau”, “tiap”, dan “ataupun.”
Misalnya:
- dikirimkan lewat darat/laut → ‘dikirimkan lewat darat atau lewat.laut’
- harganya Rp1.500,00/lembar → ‘harganya Rp1.500,00 tiap lembar’
- tindakan penipuan dan/atau penganiayaan → ‘tindakan penipuan dan
penganiayaan, tindakan penipuan, ataupun tindakan penganiayaan’
c. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
- Laki-laki/Perempuan
- 120 km/jam
3. Tanda Koma (,)
a. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya:
- Saya membeli tas, sepatu, dan jaket.
- Surat biasa, surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
b. Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
(i) Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Pakuan, Bogor.
(ii) Sdr. Anwar, Jalan Pisang Batu 1, Bogor
(iii) Surabaya, 10 Mei 1960
(iv) Kuala Lumpur, Malaysia.
c. Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sultan Takdir. 1949. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia.
Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
d. Tanda koma dipakai di antara namaorang dan gelar akademik yang mengikutinya
untuk membedakannya darisingkatan nama diri, keluarga atau marga.
Misalnya:
- Ratulangi, S.E.
- Ny. Khadijah, M.A.

4. Tanda Kurung (())


a. Tanda kurung dipakai untuk mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
- Anak itu tidak memiliki KTP (kartu tanda penduduk).
- Doni tidak membawa SIM (surat izin mengemudi)
b. Tanda kurung dipakai untuk mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan
bagian utama kalimat.
Misalnya:
- Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali)
ditulis pada tahun 1962.
- Keterangan itu (lihat Tabel 10) menunjukkan arus perkembangan baru pasar
dalam negeri.
c. Tanda kurung dipakai untuk mengapit huruf atau kata yang kehadirannya didalam
teksdapat dihilangkan.
Misalnya:
- Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
- Pejalan kaki itu berasal dari (Kota) Tegal.
d. Tanda kurung dipakai untuk mengapit angka atau huruf yang memerinci urutan
keterangan.
Misalnya:
- Faktor produksi menyangkut masalah (a) bahan baku, (b) biaya produksi, dan
(c) tenaga kerja.
- Dia harus melengkapi berkas lamarannya dengan melampirkan (1) akta
kelahiran, (2) ijazah terakhir, dan (3) surat keterangan kesehatan.

2.4 Unsur Asing dalam Bahasa Indonesia


Penggunaan unsur-unsur asing dalam bahasa Indonesia, baik dalam wacana atau
kalimat sangat berkaitan dengan sikap bahasa. Sikap bahasa seperti itu merupakan sikap
bahasa yang kurang positif, kurang bangga terhadap bahasa Indonesia, dan sebenarnya tidak
perlu terjadi. Sebagai bangsa Indonesia, kita harus bangga terhadap bahasa Indonesia. Oleh
karena itu, agar tidak mengurangi nilai kebakuan bahasa Indonesia yang digunakan, unsur-
unsur bahasa asing tidak perlu digunakan dalam pemakaian bahasa Indonesia. Langkah yang
dapat dilakukan untuk mengatasi persoalan itu ialah dengan mencarikan
padanannya dalam bahasa Indonesia atau menyerap unsur asing itu sesuai dengan kaidah
yang berlaku, seperti yang diatur dalam buku Pedoman Umum Pembentukan Istilah dan
Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Kata-kata dalam bahasa Inggris
yang telah memiliki padanan dalam bahasa Indonesia tidak perlu digunakan dalam
pemakaian bahasa Indonesia. Sebagai contoh, dapat dilihat pada kata-kata berikut ini.
workshop ‘sanggar kerja’
upgrading ‘penataran’
approach ‘pendekatan’
misunderstanding ‘salah pengertian’
problem solving ‘pemecahan masalah’
job-description ‘uraian tugas’
Unsur bahasa asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia harus memertajam daya
ungkap bahasa Indonesia dan harus memungkinkan orang menyatakan makna konsep atau
gagasan secara tepat. Penyerapan unsur bahasa asing itu harus dilakukan dengan selektif,
yaitu kata serapan yang dapat mengisi kerumpangan konsep dalam khazanah bahasa
Indonesia. Di samping itu, kata tersebut memang diperlukan dalam bahasa Indonesia untuk
kepentingan pemerkayaan daya ungkap bahasa Indonesia mengiringi perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi Indonesia modern. Berikut ini beberapa contoh kata tentang hal
itu, seperti kata condominium diserap ke dalam bahasa Indonesia dengan penyesuaian ejaan
menjadi kondominium. Demikian pula dengan penyerapan kata konsesi, staf, golf,
manajemen, dan dokumen. Kata-kata itu diserap ke dalam bahasa Indonesia melalui
penyesuaian ejaan.

2.5 Kesalahan Berbahasa atau Penulisan yang ada di Tempat Umum


Penutur asli ataupun orang yang sedang dalam proses belajar bahasa dapat membuat
kesalahan dalam berbahasa. Akan tetapi, kesalahan tersebut tidak sama sifat dan
penyebabnya. Corder dalam Anang (2006:68) membedakan atas tiga macam kesalahan
berbahasa yang dilakukan oleh penutur asli, yaitu (1) lapse, (2) error, (3) mistake. Yang
dimaksud dengan lapse adalah suatu jenis kesalahan bahasa yang terjadi karena seorang
pembicara berganti cara mengatakan suatu kalimat diucapkan selengkapnya dan kesalahan
karena tidak disengaja (slip of the tongue atau slip of the pen). Yang dimaksud dengan error
adalah suatu jenis kesalahan yang disebabkan oleh pelanggaran terhadap aturan tata bahasa
karena seorang pembicara mungkin memiliki aturan tata bahasa yang berbeda. Sementara,
yang dimaksud dengan mistake adalah suatu jenis kesalahan yang terjadi karena
pembicara/penulis tidak tepat menggunakan kata atau ungkapan pada situasi yang cocok.
Kesalahan berbahasa yang dibuat seseorang yang sedang dalam proses belajar bahasa kedua
disebut juga error.
Kesalahan berbahasa seseorang muncul karena beberapa faktor dan bentuknya pun
bermacammacam. Taylor dalam Anang (2006:68) membedakan lima golongan kesalahan
berbahasa, yaitu (1) generalisasi berlebihan, penerapan tata bahasa pada situasi yang tidak
tepat, (2) transfer, pemindahan unsur-unsur bahasa pertama ke dalam bahasa kedua, (3)
terjemahan, kesalahan yang mengubah jawaban yang dikehendaki, (4) kesalahan yang tidak
diketahui sebabnya, dan (5) kesalahan yang tidak perlu dipertimbangkan.
Pada masa kebangkitan kembali minat terhadap anakes mulailah terjadi perubahan
drastis terhadap landasan teori dan daerah cakupannya. Kalau dahulu kesalahan itu
dipandang dari kacamata guru yang mengukur penampilan siswa dengan norma bahasa yang
dipelajari, kini hal itu dipandang dari kesamaan strategi yang digunakan anak-anak belajar
bahasa ibunya dan cara siswa mempelajari B2. Di samping perubahan konsep terebut, para
pakar anakes membuka lapangan penelitian baru yang menarik untuk diteliti. Lapangan baru
atau cakupan baru itu dikenal dengan istilah “interlanguage” (Tarigan, 1988:75).
Dalam kehidupan sehari-hari, kita mengenal istilah kesalahan dan kekeliruan. Istilah
kesalahan (error) dan kekeliruan (mistake) dalam pengajaran bahasa dibedakan yakni
penyimpangan dalam pemakaian bahasa. Kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi,
artinya siswa belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakan. Kesalahan
biasanya terjadi secara konsisten, secara sistematis. Sebaliknya, kekeliruan pada umumnya
disebabkan oleh faktor performansi. Kekeliruan itu bersifat acak, artinya dapat terjadi pada
setiap tataran linguistik (Tarigan, 1988:75).
Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan di atas, penulis memandang bahwa
kesalahan dalam berbahasa terjadi karena adanya suatu aturan atau kaidah bahasa yang
diabaikan, baik disengaja maupun tidak disengaja oleh pemakai bahasa dalam pemakaian
suatu bahasa.
Pelanggaran terhadap sistem bahasa, baik disengaja ataupun tidak disengaja,
menyebabkan timbulnya kesalahan berbahasa yang menghambat kelancaran komunikasi
yang diharapkan. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan Dulay, Burt, dan Krashen
(1982) yang dikutip Sarwiji Suwandi (2008, hlm. 165) “error is a part of a conversation that
deviates from some selected norm of nature language performance”. Kesalahan berbahasa
adalah terjadinya penyimpangan kaidah dalam tindak berbahasa, baik lisan maupun tertulis.
Berbicara mengenai kesalahan berbahasa dapat didefi nisikan dari beberapa ahli bahasa yang
tentunya memiliki pengertian yang berbeda pula. Pendapat pertama datang dari Purwadi
(2000, hlm. 3), ia menyatakan bahwa kesalahan (error) terjadi karena faktor kompetensi
pemakai bahasa. Dalam hal ini pemakai bahasa memang belum menguasai, belum tahu,
belum memahami kaidah bahasayang digunakannya. Karena itu, kesalahan berbahasa dapat
dikatakan bersifat sistemik, yakni karena pemakai bahasa tidak menguasai sistem bahasa
yang sedang berlaku. Pengertian kesalahan berbahasa dibahas juga oleh S. Piet Corder
( dalam Henry Guntur Tarigan dan Djago Tarigan, 1990, hlm. 77). Menurut Corder yang
dimaksud dengan kesalahan berbahasa adalah pelanggaran terhadap kode berbahasa.
Pelanggaran ini bukan hanya bersifat fi sik, melainkan juga merupakan tanda kurang
sempurnanya pengetahuan dan penguasaan terhadap kode. Kesalahan itu biasanya
ditentukan berdasarkan ukuran keberterimaan. Apakah bahasa (ujaran atau tulisan) si
pembelajar bahasa itu berterima atau tidak bagi penutur asli atau pengajarnya. Jadi, jika
pembelajar bahasa Indonesia membuat kesalahan, maka ukuran yang digunakan adalah
apakah kata atau kalimat yang digunakan pembelajar benar atau salah menurut penutur asli
bahasa Indonesia. Jika kata atau kalimat yang digunakan pembelajar bahasa tadi salah,
dikatakan pembelajar bahasa membuat kesalahan.

Berikut ini contoh-contoh kesalahan berbahasa atau penulisan yang ada di tempat umum :

Nama geografi, khususnya nama kota/ wilayah di Indonesia, ada yang ditulis dalam
dua bentuk: ada yang dipisah dan ada pula yang dirangkai. Pada prinsipnya nama
geografi ditulis dalam satu kata atau serangkai, kecuali (1) yang terdiri atas tiga unsur atau
lebih dan (2) yang berupa arah mata angin. Dengan demikian, nama wilayah geografi
yang hanya terdiri atas dua unsur ditulis serangkai (Buku Praktis Bahasa Indonesia 2).
Jadi, penulisan Muara Tebo dan Muara Tabir tersebut perlu diperbaiki menjadi Muaratebo
dan Muaratabir.

Kesalahan yang terdapat pada gambar di atas adalah pada kata apotik. Dalam
penulisan bahasa Indonesia, kata apotik merupakan kata yang tidak baku. Namun,
karena kita tinggal dan berkewarganegaraan Indonesia sebaiknya kita memang
menjunjung tinggi bahasa Indonesia, salah satunya dengan cara menggunakan bahasa
Indonesia yang sesuai dengan aturan yang berlaku. Aturan tersebut menyangkut kata baku
dan tidak baku. Jadi seharusnya penulisan apotik menggunakan kata yang baku, yaitu
apotek.
Kata apotek dalam KBBI (2008, hlm. 82) berarti toko tempat meramu dan
menjual obat berdasarkan resep dokter serta memperdagangkan barang medis; rumah obat.
Jadi penulisan kata apotik adalah salah sehingga kalimat tersebut dapat diperbaiki
menjadi Apotek Abila Farma.
Kesalahan penulisan pada papan nama ini adalah pada penulisan kata “dharma”.
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia pada bagian pemakaian huruf, jenis
gabungan huruf konsonan yang melambangkan satu bunyi konsonan di antaranya
adalah kh, ng, ny, dan sy. Jadi, gabungan konsonan dh tidak termasuk dalam Pedoman
Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penulisan kata “dharma” pada papan
nama tersebut tidak benar. Penulisan yang benar adalah “darma”.

Kesalahan yang terdapat pada gambar di atas adalah pada penulisan ke-49.
Kata bilangan tingkat yang diletakkan sesudah Kabupaten Bungo (Kabupaten Bungo
Ke-49) dapat menimbulkan kesan bahwa Kabupaten Bungo seolah-olah berjumlah
49 atau mungkin lebih. Kesan itu dapat menimbulkan pengertian bahwa yang sedang
berulang tahun adalah Kabupaten Bungo yang ke-49 bukan Kabupaten Bungo yang
ke-15, ke-20, atau yang lain. Padahal kita mengetahui bahwa hanya ada satu
Kabupaten Bungo. Untuk menghindari kemungkinan terjadinya salah tafsirsemacam
itu, susunan Kabupaten Bungo Ke-49 harus diubah. Pengubahan itu dilakukan dengan
memindahkan kata bilangan tingkat ke-49 ke posisi sebelum Kabupaten Bungo
sehingga susunannya menjadi Selamat Hari Ulang Tahun Ke-49 Kabupaten Bungo.
Kata dirgahayu diserap dari bahasa Sansekerta dirgahayuh; dirgahayusa yang
berarti ”umur panjang” atau ’berumur panjang’. Kata dirgahayu sering digunakan untuk
menyatakan ungkapan selamat berulang tahun. Penggunaan ”Dirgahayu Ke-69 Tentara
Nasional Indonesia”, berdasarkan makna dirgahayu, jelas tidak logis.Ketidaklogisan
terjadi karena berumur panjang dinyatakan dengan Ke-69. Jadi, ungkapan yang tepat
adalah ”Dirgahayu Tentara Nasional Indonesia” dan apabila akan menggunakan
angka ke-69 sebaiknya kata dirgahayu diganti dengan kata HUT menjadi HUT Ke-69 Tentara
Nasional Indonesia.

Kesalahan yang terdapat pada gambar adalah kata mie. Dalam penulisan bahasa
Indonesia, kata mie merupakan kata tidak baku. Namun, karena kita tinggal dan
berkewarganegaraan Indonesia, sebaiknya kita menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai
dengan aturan yang berlaku. Aturan tersebut menyangkut kata baku dan tidak baku. Jadi
seharusnya penulisan mie menggunakan kata baku yakni mi. Dalam KBBI kata mi berarti
bahan makanan dari tepung terigu, bentuknya seperti tali, biasanya dimasak dengan cara
digoreng atau direbus, diberi daging, udang, sayuran, bumbu, dan sebagainya. Jadi penulisan
kata mie adalah salah sehingga kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi Mi Ayam Leo.

Perbaikan: Mi Ayam Leo


Kesalahan yang terdapat pada gambar adalah kata Fotocopy . Dalam penulisan
bahasa Indonesia, kata mie merupakan kata tidak baku. Namun, karena kita tinggal dan
berkewarganegaraan Indonesia, sebaiknya kita menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai
dengan aturan yang berlaku. Aturan tersebut menyangkut kata baku dan tidak baku. Jadi
seharusnya penulisan Fotocopy menggunakan kata baku yakni Fotokopi . Dalam KBBI kata
fotokopi berarti hasil reproduksi (penggandaan) fotografis terhadap barang cetakan (tulisan).
Jadi penulisan kata Fotocopy adalah salah sehingga kalimat tersebut dapat diperbaiki
menjadi Syafira Fotokopi .

Perbaikan: Syafira Fotokopi

Kesalahan yang terdapat pada papan nama tersebut adalah kesalahan pada bentuk
penulisan kata mas. Dalam KBBI, kata mas memiliki arti kata sapaan untuk saudara tua laki-
laki atau laki-laki yang dianggap lebih tua. Sedangkan kata emas memiliki arti logam mulia
berwarna kuning yang dapat ditempa dan dibentuk, biasa dibuat perhiasan seperti cincin dan
kalung. Untuk menghindari keambiguan, kata emas lebih benar digunakan daripada kata
mas.

Pembetulan: Toko Emas Srikandi


Kesalahan yang terdapat pada gambar di atas adalah pada kata “Special” yang
merupakan unsur bahasa asing, karena kita merupakan warga Negara Indonesia, oleh sebab
itu kata “Special” lebih baik diganti penggunaanya sesuai dengan bahasa Indonesia yaitu
Spesial.

Kesalahan yang terdapat pada gambar di atas adalah pada penulisan UD dimana
diikuti tanda baca titik. Menurut pedoman EYD singkatan nama resmi lembaga pemerintah
dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas
gabungan huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik,
jadi pembetulan kata pada gambar di atas adalah UD Doa Ibu.

Kesalahan yang terdapat pada gambar di atas adalah pada penulisan CV yang diikuti
tanda baca titik, sesuai dengan penjelasan contoh sebelumnya,seharusnya penulisan yang
benar adalah CV Sumber Pangan.
.

Kesalahan yang terdapat pada gambar di atas adalah pada penulisan PT yang diikuti
tanda titik, hal ini merupakan kesalahan karena termasuk badan atau suatu organisasi, jadi
penulisan yang benar adalah PT Bank Perkreditan Rakyat.

Kesalahan yang terdapat pada gambar di atas adalah pada penulisan Mushola,
dikarenakan merupakan bentuk tidak baku, penulisan kata yang benarsesuai kaidah KBBI
adalah Musala Baitul Huda.

Kesalahan tersebut ditandai dengan lingkaran merah dan garis bawah seperti yang
terlihat pada gambar. Kesalahan pertama yaitu adalah pada penggunaan tanda baca, yakni
pengunaan tanda titik (.). Penggunaan tanda baca pada kain rentang tersebut terdapat pada
point (i) mengenai tanda titik (.) tidak dipakai dalam singkatan nama resmi lembaga
pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi maupun
di dalam akronim yang sudah diterima oleh masyarakat. Kesalahan yang kedua adalah
pemakaian kata baku, kesalahan tersebut terletak pada kata ijin. Kata ijin adalah kata yang
tidak baku, seharusnya diganti dengan kata izin (baku).
KANTOR BERSAMA
URUSAN STNK. BBNKB. PKB. DAN SWDKLLJ
PROPINSI JAWA TENGAH
JL. SULTAN AGUNG NO. 7 TEGAL TELP. 321242
Kesalahan yang terdapat pada papan nama instansi tersebut adalah kesalahan penggunaan
tanda titik. Tanda titik pada informasi di atas sebaiknya diganti dengan tanda koma. Dengan
demikian, penulisan yang benar pada papan nama tersebut adalah sebagai berikut.
KANTOR BERSAMA
URUSAN STNK, BBNKB, PKB, DAN SWDKLLJ
PROVINSI JAWA TENGAH
JL. SULTAN AGUNG NO. 7 TEGAL TELP. 321242

ALHAMDULILLAH TELAH BEROPERASI


PT. BANK MUAMALAT INDONESIA
KANTOR KAS WUA-WUA
Kesalahan yang terdapat pada kain rentang tersebut adalah kesalahan penulisan singkatan
PT. Dalam kaidah ejaan diatur bahwa singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan
ketatanegaraan, badan usaha atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas
huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Dengan
demikian, penulisan yang benar pada kain rentang tersebut adalah sebagai berikut.
ALHAMDULILLAH TELAH BEROPERASI
PT BANK MUAMALAT INDONESIA
KANTOR KAS WUA-WUA
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Begitu banyak kesalahan yang seringkali kita lakukan tentang penggunaan bahasa,
ejaan, kata serapan dan tanda baca baik disengaja maupun tidak disengaja. Maka dengan
dibuatnya makalah ini penyusun berharap kita dapat mengurangi kesalahan-kesalahan
yang kita lakukan.
Bangsa Indonesia memang banyak sekali mengambil kata-kata asing ataupun kata
daerah Salah satu bentuk perkembangan bahasa Indonesia adalah berupa penyerapan
kata ke dalam bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa-bahasa asing pemberi
pengaruh. Begitu juga dengan penggunaan tanda-tanda baca. Karena dengan salahnya
penggunaan tanda baca, maka akan menimbulkan makna ganda dalam kalimat tersebut.
Sudah selayaknya jika semua masyarakat negara Indonesia mempunyai sikap positif
terhadap penggunaan bahasa persatuan dan kesatuan. Dalam berkomunikasi
menggunakan bahasa Indonesia baik tulisan maupun lisan, harus mempertimbangkan
tepat tidaknya ragam bahasa yang digunakan. Kita sebagai warga negara Indonesia harus
mempunyai sikap seperti itu karena siapa lagi yang harus menghargai dan menerapkan
bahasa Indonesia dan PUEBI selain warga negaranya. Kita sebagai bangsa Indonesia
juga harus bersyukur, bangga, dan beruntung karena memiliki bahasa Indonesia sebagai
bahasa nasional dan bahasa Negara. Menggunakan bahasa baku yang baik dan benar
sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia memang sudah seharusnya
diterapkan, karena hal itu akan menunjukan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia.

3.2 Saran
Penulis berharap agar Pemerintah melakukan sosialisasi kepada masyarakat sesuai
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2009, tentang Bendera, Bahasa,
Lambang Negara, dan Lagu Kebangsaan, yang di dalamnya memuat aturan atau
ketentuan tentang penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar di tempat umum.
Selain itu, pemerintah juga diharapkan untuk melakukan upaya penertiban
penggunaan bahasa Indonesia di tempat umum.
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono (2016). Kesalahan Penggunaan Bahasa pada Penulisan Papan Nama dan Spanduk di
Provinsi Jambi. Mlangun Jurnal Ilmiah Kebahasaan & Kesastraan, 12 (2).

Sukmawati, N., & Iswary, E. (2013). Penggunaan Bahasa Indonesia pada Informasi Layanan Umum
dan Layanan Niaga di Kota Kenari. Jurnal Bahasa dan Sastra, 2(1), 1-16.

Wikipedia. 2020. https://id.wikipedia.org/wiki/Tanda_baca

Unknown. 2017. http://capslock07.blogspot.com/2017/05/analisis-kesalahan-tanda-baca.html

Kuliah, Tugas. 2015. https://tugaskuliah15.blogspot.com/2015/10/makalah-kesalahan-penggunaan-


kata-tanda.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai