Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Agregat Remaja (Merokok)
Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Agregat Remaja (Merokok)
Disusun Oleh :
KELOMPOK 3
I WAYAN RESMIANA
203221091
I GUSTI AYU VINA WIRATIH 203221092
NI PUTU JULIARTINI 203221093
PANDE WAYAN WIJAYANTI 203221094
LUH PUTU DIAH KUSUMA DEWI 203221095
DEWA GDE SUDIASTA 203221096
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang widhi Wasa karena kami dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Dalam Penulisan makalah ini kami merasa masih banyak kekurangan, baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki. Untuk itu kritik dan
saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Dalam penyusunan makalah ini saya menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak-
pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.Semoga makalah ini bermanfaat
bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun
penulis harapkan demi mencapai kesempurnaan makalah berikutnya.
Sekian penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu.Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa melancarkan segala usaha kita.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................4
C. Tujuan Penulisan..............................................................................4
1. Tujuan Umum............................................................................4
2. Tujuan Khusus...........................................................................4
iii
C. KONSEP DASAR KELUARGA.....................................................21
1. Pengertian.............................................................................21
2. Jenis / tipe keluarga..............................................................22
3. Tahapan perkembangan dan tugas perkembangan
keluarga................................................................................25
4. Struktur keluarga..................................................................30
5. Peran dan Fungsi keluarga...................................................31
6. Stressor dan koping..............................................................34
7. Pemeriksaan kesehatan........................................................34
8. Harapan keluarga.................................................................34
A. Pengkajian keperawatan...................................................................73
B. Diagnose keperawatan.....................................................................73
C. Perencanaan keperawatan................................................................94
D. Pelaksanaan keperawatan.................................................................104
E. Evaluasi keperawatan.......................................................................108
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN................................................................................110
B. SARAN............................................................................................111
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................113
LAMPIRAN.................................................................................................114
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja merupakan periode ketika individu menjadi matur secara fisik
maupun psikologis dan memperoleh identitas personal. Di akhir periode kritis
perkembangan ini, individu harus siap memasuki dunia dewasa dan
mengemban berbagai tanggung jawab. Periode remaja sering kali dibagi
kedalam tiga tahap ; remaja awal, berlangsung dari usa 12 hingga 13; remaja
menengah, dari usia 14 hingga 16 tahun; remaja akhir, dari usia 17 hingga 18
atau 20 tahun. (Dona wong.dkk, 2008)
1
menurunkan kandungan oksigen dalam darah. Sangat jelas kenapa orang yang
sudah memulai merokok selalu ingin merokok kembali, itu karena rokok
membuat seseorang jadi ketergantungan(dependensi) dan ketagihan(adiksi).
Mengkonsumsi rokok juga merupakan salah satu factor resiko utama
terjadinya gangguan system pernafasan diantaranya penyakit paru kronik,
bronchitis kronis, TBC, kanker paru, emfisema dll, adapun gangguan system
lain yaitu system kardiovaskuler : jantung coroner, stroke dll. (Kemenkes RI,
2013)
Menurut data WHO tahun 2010, Indonesia merupakan Negara ketiga dengan
jumlah perokok terbesar di dunia setelah Cina dan India. Peningkatan
konsumsi rokok berdampak pada makin tingginya beban penyakit akibat
rokok dan bertambahnya angka kematian akibat rokok. Tahun 2030
diperkirakan angka kematian perokok di dunia akan mencapai 10 juta jiwa
dan 70% di antaranya berasal dari Negara berkembang.(Kemenkes RI, 2017)
Adapun prevalensi perokok remaja usia 15-19 tahun di DKI Jakarta pada
tahun 2007 adalah sebanyak 39,9% dan pada tahun 2010 sebanyak 46,7%
sedangkan pada tahun 2013 adalah sebanyak 50% dari hasil prevalensi tiap
tahun bisa disimpulkan bahwa setiap tahunnya perokok pada usia remaja terus
mengalami peningkatan. (Riskesdas, 2013)
2
Upaya pemerintah dalam menyikapi pencegahan dan pengawasan peredaran
rokok diantaranya melakukan upaya advokasi, promotif dan preventif.
Adapun upaya advokasi yang dilakukan pemerintah adalah dengan.
penyebarluasan strategi perluasan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dalam
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam Negeri Nomor
88/Menkes/PB/I/2011, nomor 7 tahun 2011 disepakati bahwa salah satu
tatanan kawasan tanpa rokok adalah tempat proses belajar mengajar, tempat
anak bermain, dan tempat-tempat umum yang dapat diakses oleh masyarakat
umum, termasuk anak-anak. Dalam upaya promotif Kemenkes juga
menyelenggarakan peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) setiap
tahun dengan berbagai variasi acara/event anti merokok yang diminati oleh
generasi muda. Selain itu, tengah dikembangkan dan dikumandangkan
Gerakan Sekolah Sehat Tanpa Asap Rokok bersama Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS). Dalam upaya preventif diadakan pelembagaan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dalam Pembangunan Kesehatan. Indikator
keberhasilan PHBS mencakup tidak merokok di dalam rumah tangga, tempat
kerja, dan di tempat-tempat umum. (Kemenkes RI, 2012)
Penanganan pada masalah remaja perokok tidak lepas dari peran perawat
keluarga. Beberapa peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan
keluarga yang merokok adalah perawat sebagai pendidik (promotif) dengan
memberikan pengetahuan kepada keluarga tentang pengertian, penyebab,
dampak dan cara merawat remaja perokok. Perawat sebagai pelaksana
(kuratif) memberikan asuhan keperawatan secara profesional kepada keluarga
yang merokok. Perawat sebagai konsultan (preventif) dapat menjadi tempat
konsultasi terhadap masalah atau tindakan keperawatan yang tepat untuk
diberikan kepada seorang perokok. Kemudian perawat sebagai advokat
(rehabilitatif) dapat membantu keluarga mengambil keputusan dalam
menangani masalah remaja perokok. (Asmadi, 2008)
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Konsep Dasar Remaja?
2. Bagaimana Konsep Kasar Rokok?
3. Bagaimana Konsep Dasar Keluarga?
4. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada keluarga dengan anak remaja?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu membuat asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan masalah
kesehatan yang terjadi pada keluarga dengan anak remaja.
2. Tujuan Khusus
Mampu:
a. Menjelaskan konsep dasar remaja
b. Menjelaskan konsep dasar rokok
c. Menjelaskan konsep dasar keluarga
d. Menjelaskan asuhan keperawatan pada keluarga dengan anak
remaja
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
Batasan usia remaja Indonesia usia 11-24 tahun dan belum menikah
(Sarwono, 2011). Menurut Hurlock (2011), masa remaja dimulai dengan
masa remaja awal (12-24 tahun), kemudian dilanjutkan dengan masa
remaja tengah (15-17 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun).
2. Tahapan Remaja
Menurut Sarwono (2011) dan Hurlock (2011) ada tiga tahap
perkembangan remaja, yaitu :
a. Remaja awal (early adolescence) usia 11-13 tahun
Seorang remaja pada tahap ini masih heran akan perubahan
perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Remaja mengembangkan
pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah
terangsang secara erotis. Pada tahap ini remaja awal sulit untuk
mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa. Remaja ingin bebas dan
mulai berfikir abstrak.
5
b. Remaja Madya (middle adolescence) 14-16 tahun
Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Remaja
merasa senang jika banyak teman yang menyukainya. Ada
kecendrungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan
menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama pada
dirinya. Remaja cendrung berada dalam kondisi kebingungan karena
ia tidak tahu harus memilih yang mana. Pada fase remaja madya ini
mulai timbul keinginan untuk berkencan dengan lawan jenis dan
berkhayal tentang aktivitas seksual sehingga remaja mulai mencoba
aktivitas-aktivitas seksual yang mereka inginkan.
1) Kegelisahan.
Sesuai dengan masa perkembangannya, remaja mempunyai banyak
angan-angan, dan keinginan yang ingin diwujudkan di masa depan.
6
Hal ini menyebabkan remaja mempunyai anganangan yang sangat
tinggi, namun kemampuan yang dimiliki remaja belum memadai
sehingga remaja diliputi oleh perasaan gelisah.
2) Pertentangan
Pada umumnya, remaja sering mengalami kebingungan karena
sering mengalami pertentangan antara diri sendiri dan orang tua.
Pertentangan yang sering terjadi ini akan menimbulkan
kebingungan dalam diri remaja tersebut.
3) Mengkhayal
Keinginan dan angan-angan remaja tidak tersalurkan, akibatnya
remaja akan mengkhayal, mencari kepuasan, bahkan menyalurkan
khayalan mereka melalui dunia fantasi. Tidak semua khayalan
remaja bersifat negatif. Bersifat positif, misalnya menimbulkan
ide-ide tertentu yang dapat direalisasikan.
4) Akitivitas berkelompok
Adanya bermacam-macam larangan dari orangtua akan
mengakibatkan kekecewaan pada remaja bahkan mematahkan
semangat para remaja. Kebanyakan remaja mencari jalan keluar
dari kesulitan yang dihadapi dengan berkumpul bersama teman
sebaya. Mereka akan melakukan suatu kegiatan secara
berkelompok sehingga berbagai kendala dapat mereka atasi
bersama.
7
cenderung ingin berpetualang, menjelajahi segala sesuatu, dan
ingin mencoba semua hal yang belum pernah dialami sebelumnya.
4. Perkembangan remaja
a) Perkembangan fisik
Perubahan fisik terjadi dengan cepat pada remaja. Kematangan
seksual sering terjadi seiring dengan perkembangan seksual secara
primer dan sekunder. Perubahan secara primer berupa perubahan
fisik dan hormon penting untuk reproduksi, perubahan sekunder
antara lakilaki dan perempuan berbeda (Potter & Perry, 2009).
Pada anak laki-laki tumbuhnya kumis dan jenggot, jakun dan suara
membesar. Puncak kematangan seksual anak laki-laki adalah dalam
kemampuan ejakulasi, pada masa ini remaja sudah dapat
menghasilkan sperma. Ejakulasi ini biasanya terjadi pada saat tidur
dan diawali dengan mimpi basah (Sarwono, 2011).
b) Perkembangan emosi
Perkembangan emosi sangat berhubungan dengan perkembangan
hormon, dapat ditandai dengan emosi yang sangat labil. Remaja
8
belum bisa mengendalikan emosi yang dirasakannya dengan
sepenuhnya (Sarwono, 2011).
c) Perkembangan kognitif
Remaja mengembangkan kemampuannya dalam menyelesaikan
masalah dengan tindakan yang logis. Remaja dapat berfikir abstrak
dan menghadapi masalah yang sulit secara efektif. Jika terlibat
dalam masalah, remaja dapat mempertimbangkan beragam
penyebab dan solusi yang sangat banyak (Potter & Perry, 2009).
d) Perkembangan psikososial
Perkembangan psikososial ditandai dengan terikatnya remaja pada
kelompok sebaya. Pada masa ini, remaja mulai tertarik dengan
lawan jenis. Minat sosialnya bertambah dan penampilannya
menjadi lebih penting dibandingkan sebelumnya. Perubahan fisik
yang terjadi seperti berat badan dan proporsi tubuh dapat
menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan seperti, malu dan
tidak percaya diri (Potter& Perry, 2009).
5. Resiko kesehatan
Resiko kesehatan yang dialami oleh remaja :
a. Kecelakaan
Kecelakaan menjadi penyebab utama kematian pada remaja.
Kecelakaan kendaraan bermotor mengakibatkan 74% kematian yang
tidak disengaja pada anak usia 10-19 tahun. (Hockenberry dan
Wilson,2007)
b. Pembunuhan
Pembunuhan merupakan penyebab kematian kedua pada kelompok
usia 15-24 tahun. Kepemilikan senjata akan meningkatkan resiko
9
pembunuhan dan bunuh diri bagi remaja, oleh karena itu tanyakan
mengenai keberadaan senjata api di rumah saat melakukan konseling
keluarga (Hockenberry dan Wilson,2007)
c. Bunuh diri
Bunuh diri merupakan penyebab kematian ketiga pada remaja berusia
13-19 tahun. Pada penelitian terbaru national center for health
statistics, sekitar seperlima siswa sekolah menengah atas pernah
mempertimbangkan untuk bunuh diri dalam 12 bulan terakhir.
(santrock,2007)
d. Penyalahgunaan obat
Penyalahgunaan obat-obattan merupakan masalah bagi semua pihak
yang berhubungan dengan remaja. Remaja percaya bahwa subtansi
tersebut dapat memberikan kenyamanan dan meningkatkan performa
dirinya. Statiska terkini memperlihatkan bahwa pada akhir sekolah
SMA, 85% remaja telah mengonsumsi alcohol, 65% telah mencoba
merokok, dan 49% telah pernah mencoba marijuana. (Hockenberry
dan Wilson,2007)
Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120
mm (bervariasi tergantung negera) dengan diameter sekitar 10 mm yang
berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah
satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat
mulut pada ujung lainnya. (Aula, 2010).
Rokok adalah pintu gerbang bagi narkoba. Bahkan rokok itu sendiri
sebenarnya termasuk ke dalam definisi narkoba. Di dalam pengertian
narkoba termuat 3 kelompok zat adiktif yaitu narkotika, psikotropika dan
bahan adiktif lainnya. Rokok bersama dengan alcohol termasuk ke dalam
kelompok yang terakhir. Nikotin yang merupakan salah satu komponen
dari rokok merupakan zat psikotropika stimulant. Jadi sesungguhnya
rokok itu adalah narkoba yang harus dijauhkan untuk melindungi generasi.
(Irjen Polisi Ali Djohardi Wirogioto, 2017
2. Komponen rokok
Sudiono (2007) menyebutkan kandungan didalam rokok tidak hanya
tembakau, tetapi terdapat bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh.
Kandungan utama dalam rokok yaitu nikotin, tar, dan karbonmonoksida.
Nikotin merupakan bahan yang dapat menyebabkan adiksi atau
ketergantungan. Nikotin merupakan racun dan bila digunakan dalam dosis
besar dapat mematikan arena efek paralisis yang ditimbulkannya pada
11
otot pernafasan. Nikotin meningkatkan denyut jantung dan menyebabkan
vasokontraksi pembuluh darah sehingga mengganggu sirkulasi darah.
Denyut jantung istirahat pada perokok muda meningkat 2-3 detik/ menit.
Kandungan yang terdapat dalam rokok selain nikotin adalah tar, yang
terdiri dari 4.000 bahan kimia yang mana 60 bahan kimia diantaranya
bersifat karsinogenik. Tembakau yang dibakar akan mengeluarkan tar dan
zat beracun lainnya. Zat-zat tersebut menempel pada sepanjang saluran
nafas perokok dan pada saat yang sama akan mengurangi kekenyalan
alveolus (kantung udara dan paru-paru). Hal ini akan menyebabkan hanya
sejumlah kecil udara yang dapat dihirup dan sedikit oksigen yang terserap
ke dalam peredaran darah.
Gas karbon monoksida yang umum dikenal sebagai asap yang keluar dari
knalpot kendaraan bermotor. Karbon monoksida dalam tubuh akan
mengurangi kemampuan darah untuk menyerap oksigen dari paru-paru.
Hal ini terjadi karena sel darah merah sebagai pengangkut oksigen lebih
mudah berikatan dengan karbon monoksida disbanding dengan oksigen.
Lebih banyak menghisap rokok, lebih banyak karbon monoksida terserap
dalam peredaran darah. Karbon monoksida dari asap yang dihirup oleh
perokok itu sendiri hal tersebut mengkontribusi penumpukan di dinding
pembuluh darah dan pencetus proses atherosclerosis.
12
Asetilena, merupakan merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga
merupakan hidrokarbon alkuna yang paling sederhana. Ammonia, dapat
ditemukan dimana-mana, tetapi sangat beracun dalam kombinasi dengan
unsur-unsur tertentu. Formaldehida, cairan yang sangat beracun yang
digunakan untuk mengawetkan mayat. Hydrogen sianida, racun yang
digunakan sebagai fumigant untuk membunuh semut. Zat ini juga
digunakan sebagai zat pembuat plastic dari pestisida. Arsenic, bahan yang
terdapat dalam racun tikus. Karbon monoksida, bahan kimia beracun yang
ditemukan dalam asap buangan mobil dan motor (Wangolds, 2013).
3. Klasifikasi
Rokok menurut jenisnya ada beberapa jenis diantaranya bahan
pembungkus rokok, bahan baku atau bahan isi rokok, proses pembuatan
rokok, dan penggunaan filter pada rokok
a. Rokok berdasarkan bahan pembungkus
1) Klobot : rokok yang bahan pembungkusnya berupa jagung
2) Kawung : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren
3) Sigaret : rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas
4) Cerutu : rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun
tembakau
b. Rokok berdasarkan bahan baku
1) Rokok putih : rokok yang bahan baku atau isinya hanya daun
tembakau yang diberi saus untuk mendapatkan efek rasa dan
aroma tertentu
13
3) Rokok klembak : rokok yang bahan baku atau isinya berupa daun
tembakau, cengkeh, dan kemenyan yang diberi saus agar
mendapat efek rasa dan aroma tertentu
14
e. Dilihat dari komposisinya :
1) Bidis : tembakau yang digulung dengan daun tembuni kering dan
diikat dengan benang. Tar dan karbon monoksidanya lebih tinggi
daripada rokok buatan pabrik biasanya ditemukan di Asia
Tenggara dan India.
2) Cigar : dari fermentasi tembakau yang diasapi, digulung dengan
daun tembakau. Ada berbagai jenis yang berbeda dari setiap
Negara, yang terkenal dari Havana, Kuba.
3) Kretek : campuran tembakau dengan cengkeh atau aroma cengkeh
berefek mati rasa dan sakit saluran pernafasan. Jenis ini paling
berkembang dan banyak di Indonesia.
4) Tembakau langsung ke mulut atau tembakau kunyah juga biasa
digunakan di Asia Tenggara dan India. Bahkan 56% perempuan
India menggunakan jenis kunyah. Adalagi jenis yang diletakkan
antara pipi dan gusi, dan tembakau kering diisap dengan hidung
dan mulut.
5) Shisha atau hubbly bubbly : jenis tembakau dari buah-buahan atau
rasa buah-buahan yang disedot dengan pipa dari tabung. Biasanya
digunakan di Afrika Utara, Timur Tengah, dan beberapa tempat di
asia. Di Indonesia, shisha sedang menjamur seperti dikafe-kafe.
15
pertimbangan emosional lebih dominan dibandingkan dengan
pertimbangan-pertimbangan rasional bagi perokok (Komasari & Alvin,
2000).
b. Pengaruh teman
Hedman et al (2007) menyebutkan bahwa salah satu factor resiko
pencetus remaja untuk merokok adalah memiliki teman yang juga
sebagai perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% diantaranya
memiliki satu atau lebih sahabat yang perokok, begitu pula dengan
remaja bukan perokok.
c. Factor kepribadian
Salah satu sifat kepribadian yang mempengaruhi remaja mengonsumsi
rokok dan obat-obat, yaitu sifat konformitus sisoal. Individu yang
memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas social lebih mudah
menjadi pengguna rokok dan obat-obatan dibandingkan dengan
individu yang memiliki skor rendah.
d. Pengaruh iklan
Remaja tertarik untuk mengikuti perilaku seperti pada iklan rokok,
baik dari media cetak ataupun media elektronik. Hasil penelitian
16
Mulyadi (2007) juga menyebutkan mengenai factor-faktor yang
mempengaruhi perilaku merokok. Factor-faktor ini dikategorikan
menjadi 6 (enam) yaitu : keinginan mencoba rasa rokok, sebagai
fashion (gaya), meyukai rasa rokok. Ketidakpedulian terhadap bahaya
rokok, merokok memberikan kepuasan, dan lingkungan social.
Menurut leventhal & clearly ( dalam komasari & Alvin,2000) terdapat
4 tahap dalam perilaku merokok sehingga menjadi perokok, yaitu :
a. Tahap preparatory
Seseorang mendapatkan gambaran yang menyenangkan mengenai
merokok dengan cara mendengar, melihat, atau dari hasil bacaan.
Hal-hal ini menimbulkan minat untuk merokok.
b. Tahap intiation
Tahap perintisan merokok yaitu tahap apakah seseorang akan
meneruskan ataukah tidak terhadap perilaku merokok.
c. Tahap becoming a smoker
Apabila seseorang telah mengkonsumsi rokok sebanyak 4 batang
per hari maka mempunyai kecenderungan menjadi perokok.
d. Tahap maintenance of smoking
Tahap ini merokok sudah menjadi salah satu bagian dari cara
pengaturan diri (selfregulating). Merokok dilakukan untuk
memperoleh efek fisiologis yang menyenangkan.
17
5. Dampak negative rokok
Sudah banyak diteliti dan telah terbukti bahwa kandungan dalam rokok
membahayakan kesehatan seseoang baik asap yang dihisap langsung saat
merokok maupun yanh kelur dari ujung rokok, sama-sama mengandung
bahan kimia beracun, seperti nikotin, tar, nitrous oxide, fomic acid, caron
monoksida, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut apabila beri nteraksi dan
berakumulasi secara kronis dalam waktu yang lama dapat menimbulkan
penyakit kanker paru,bir, kerongkongan, usus, penyakit jantung dan
penyakit paru kronis.
Nikotin adalah salah satu zat beracun yang bersifat adiktif yang berperan
besar dalam menimbulkan gangguan tubuh. Nikotin dapat meningkatkan
denyut jantung dan tekanan darah. Nikotin dapat mengaktivasi trombosit
dan meningkatkan asam lemak, mencetuskan aterosklerosis, penyempitan
pembuluh coroner. Penyempitan arteri coroner dapat menimbulkan
serangan jantung. Sumbatan pembuluh darah juga dapat terjadi di tempat
lain. Apabila sumbatan terjadi di pembuluh darah ginjal, menyebabkan
terjadinya hipertensi dan gagal ginjal. Apabila penyumbatan terjadi di otak
bisa menyebabkan terjadinya stroke.
6. Penatalaksanaan
Ada dua metode yang selama ini dikembangkan para ahli dalam dunia
rokok untuk menghentikan kecanduan terhadap rokok (Syafiie, 2009).
Metode tersebut yaitu :
a. Metode yang mengandalkan perubahan prilaku
Perokok berubah tanpa bantuan obat-obatan, terdiri dari :
1) Metode Cold Turkey
Perokok hanya perlu berhenti merokok. Metode ini tidak
menggunakan perencanaan yang panjang. Perokok cukup
menentukan kapan dia akan melakukannya.
2) Teori perilaku kognitif
Perokok hanya akan merubah prilaku buruk merokok kalau dia
tahu bahwa merokok itu buruk.
3) Pengondisian berbalik
Teknik ini sangat unik, yaitu memasangkan sebuah stimulasi
negative dengan prilaku yang ingin dirubah.
19
b. Metode yang mengandalkan terapi dan obat-obatan
1) Terapi penggantian nikotin
Nikotin yang biasanya didapat dari rokok diganti sumbernya
dengan nikotin yang didapat dari kulit (susuk nikotin), mukosa
hidung (nikotin sedot hidung), dan mukosa mulut (permen karet
nikotin).
2) Pemberian obat-obatan
Obat yang digunakan untuk membantu keberhasilan berhenti
merokok antara lain :
a) Varenklin
Varenklin menghalangi nikotin menempel pada reseptor
dan mengurangi rasa nikmat yang ditimbulkan dari rokok.
Efektivitas obat ini sudah teruji dalam studi terhadap 2.000
perokok. Dosis yang digunakan untuk terapi adalah 1 mg,
diberikan 2 kali sehari, efek samping yang ditimbulkan
adalah mual, sakit kepala, insomnia dan mimpi buruk,
namun hanya terjadi pada kurang dari 10 % (Larasaty,
2009).
b) Bupropion
Obat ini memiliki efek poten untuk berhenti merokok,
bahkan melebihi khasiat varenklin. Efek samping
bupropion tersering adalah insomnia, mulut kering, mual
dan dapat menyebabkan kejang dengan resiko 1:1.000,
maka tidak boleh digunakan pada pasien dengan riwayat
epilepsy (Suryadjaja, 2013).
c) Klonidin
Klonidin efektif menurunkan gejala putus obat pada pasien
yang berhenti merokok atau berhenti minum alcohol. Efek
samping utama klonidin adalah mulut kering dan sedasi.
Klonidin berguna bagi pasien yang memiliki kontraindikasi
dengan farmakoterapi lainnya.
20
3) Metode hipnotis
Perokok diberi intervensi oleh penghipnitis bahwa merokok itu
buruk dan dia harus berhenti, maka pada saat dia sadar kembali,
besar kemungkinan dia akan berhenti, sekalipun dia tidak tahu
siapa yang menyuruhnya berhenti.
21
2. Jenis/tipe keluarga
Tipe keluarga menurut Friedman, Bowden, & Jones tahun 2003 (dalam
Susanto, 2012)
a. Tradisional
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak tinggal dalam satu
rumah.
2) The dyad family
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup
bersama dalam satu rumah.
3) Keluarga usila
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri yang sudah tua dengan
anak sudah memisahkan diri.
4) The childless family
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk
mendapatkan anak terlambat waktunya yang disebabkan karena
mengejar karir/ pendidikan yang terjadi pada wanita.
5) The extended family
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam
satu rumah seperti nuclear family disertai paman, tante, orangtua
(kakeknenek), keponakan.
6) The single-parent family
Keluarga yang terdiri dari satu orangtua (ayah atau ibu) dengan
anak, hal ini terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian
atau karena ditinggalkan (menyalahi hukum pernikahan).
7) Commuter family
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu
kota tersebut sebagai tempat tinggal dan orangtua yang bekerja
diluar kota bisa berkumpul pada anggota keluarga pada saat
“weekends” atau pada waktuwaktu tertentu.
8) Multigenerational family
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang
tinggal bersama dalam satu rumah.
22
9) Kin-network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling
berdekatan dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan
yang sama. Contoh : dapur, kamar mandi, televise, telepon, dan
lain-lain.
10) Blended family
Duda atau janda (karena perceraian) yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari hasil perkawinan atau dari perkawinan
sebelumnya.
11) The single adult living alone/single-adult family
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena
pilihannya atau perpisahan (separasi) seperti: perceraian atau
ditinggal mati.
b. Non Tradisional
1) The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orangtua (terutama ibu) dengan anak
dari hubungan tanpa nikah.
2) The stepparent family
Keluarga dengan orangtua tiri.
3) Commune family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber
dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama; sosialisasi anak
dengan melalui aktivitas kelompok/membesarkan anak bersama.
4) The nonmarital heterosexual cohabiting family
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa
melalui pernikahan.
5) Gay and lesbian families
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagaimana “marital partners‟.
23
6) Cohabitating family
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu.
7) Group-marriage family
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga
bersama, yang saling merasa menikah satu dengan yang lainnya,
berbagi sesuatu termasuk sexual dan membesarkan anak.
8) Group nework family
Keluarga inti yang dibatasi oleh aturan/nilai-nilai, hidup
berdekatan satu sama lain dan saling menggunakan barang-barang
rumah tangga bersama, pelayanan, dan bertanggung jawab
membesarkan anak.
9) Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan
keluarga/saudara di dalam waktu sementara, pada saat orangtua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang aslinya.
10) Homeless family
Keluarga yang berbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang
permanen karena krisis personal yang dihubungkan dengan
keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11) Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai
perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam
kehidupannya.
24
3. Tahapan Perkembangan dan Tugas Perkembangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurun waktu tertentu
yang dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda
dengan keluarga dengan remaja. Menurut Rodgers (Friedman, 1998),
meskipun setiap keluarga melalui tahap perkembangannya secara unik,
namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama. Tiap
tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga agar dapat
melalui tahap tersebut dengan sukses. Tahap-tahap perkembangan
keluarga yang paling banyak digunakan untuk keluarga inti dengan dua
orang tua adalah delapan tahap siklus kehidupan keluarga dari Duvall
(1977):
a. Tahap I Pasangan Baru (Keluarga Baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami)
dan wanita (istri) membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah
dan meninggalkan keluarga masing-masing dan yang berakhir ketika
lahirnya anak pertama. Dua orang yang membentuk keluarga perlu
mempersiapkan kehidupan keluarga yang baru karena keduanya
membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi dalam kehidupan sehari-
hari. Tugas perkembangan pada tahap pasangan baru adalah:
25
anak yang diinginkan dengan mempertimbangkan kemampuan
yang dimiliki (fungsi perawatan anak secara fisik, psikologis
maupun sosial dan fungsi ekonomi) (diadaptasi dari Tantut (2012),
Andarmoyo (2012)).
b. Tahap II keluarga “Child-bearing” (Kelahiran Anak Pertama)
Dimulai dari lahirnya anak pertama sampai dengan anak berusia 30
bulan atau 2,5 tahun. Kehadiran bayi pertama ini akan menimbulkan
suatu perubahan yang besar dalam kehidupan rumah tangga. Kelahiran
anak pertama merupakan pengalaman keluarga yang sangat penting
dan sering merupakan krisis keluarga. Masalah-masalah yang lazim
ditemukan pada tahap ini adalah:
1) Suami merasa diabaikan
2) Terdapat peningkatan perselisihan dan argument antara suami dan
istri
26
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan,
Hubungan yang kokoh dan bergairah sangat penting bagi stabilitas
dan moral keluarga. (diadaptasi dari Tantut (2012), Andarmoyo
(2012))
c. Tahap III keluarga dengan anak Prasekolah
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun. Pada tahap ini kesibukan akan bertambah
sehingga menuntut perhatian yang lebih banyak dari orangtua.
Orangtua adalah arsitek keluarga sehingga orangtua harus merancang
dan mengarahkan perkembangan keluarga agar dapat semakin
memperkokoh kemitraan dan perkawinan mereka (dalam Tantut
(2012), Andarmoyo (2012)). Tugas perkembangan pada tahap
prasekolah:
Tahap ini dimulai saat anak berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah
dasar dan berakhir pada usia 12 tahun. Keluarga perlu membantu
meletakan dasar penyesuaian diri anak dengan teman sebaya. Tugas
perkembangan pada tahap anak usia sekolah adalah:
27
1) Membantu sosialisasi anak : tetanga, sekolah dan lingkungan,
kegiatan mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya
intelektual, menyediakan aktivitas untuk anak dan membantu
sosialisasi anak keluar rumah merupakan kegiatan yang harus
dilakukan oleh orangtua.
2) Mempertahankan keintiman pasangan, saat ini hubungan
perkawinan sering mengalami penurunan.orantua lebih fokus pada
karir dan pendidikan anak.
3) Memenuhi kebutuhan fisik anggota keluarga, keluarga perlu
menyediakan kebutuhan gizi bagi anggota keluarganya. Keluarga
perlu pula menyediakan kebutuhan anak akan kesehatan terutama
kesehatan kulit dan gigi. (diadaptasi dari Tantut (2012),
Andarmoyo (2012))
e. Tahap V keluarga dengan Remaja
Tahap ini dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir
pada 6-7 tahun kemudian. Tahap ini merupakan tahap yang paling
sulit, karena orangtua melepas otoritasnya dan membimbing anak
untuk bertanggung jawab. Seringkali muncul konflik antara orangtua
dan remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk melakukan
aktivitasnya sementara orangtua mempunyai hak untuk mengontrol.
Tugas perkembangan pada tahap remaja adalah:
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
orangtua harus mempercayai anak agar mandiri secara prematur,
dengan mengabaikan kebutuhan ketergantungannya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga, pada
masa ini anak telah lebih bertanggung jawab terhadap diri sendiri
sehingga pasangan suami istri akan lebih banyak waktu untuk
dapat meniti karir atau menciptakan kesenangan perkawinan.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka
28
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga, meskipun peraturan dalam keluarga perlu diubah, etika
dan standar moral keluarga perlu dipertahankan oleh orangtua,
sementara remaja mencari nilai dan keyakinan mereka sendiri
(dalam Tantut, (2012) & Andarmoyo, (2012))
f. Tahap VI keluarga dengan dewasa awal
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir saat anak terakhir meninggalkan rumah. Keluarga
menyiapkan/ membantu anak tertua dalam melepaskan diri untuk
membentuk keluarga sendiri dan tetap membantu anak terakhir/yang
lebih kecil untuk mandiri. Tugas perkembangan pada tahap dewasa
awal adalah:
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
Tahap ini dimulai saat anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan. Atau pada saat
orangtua berusia 45-55 tahun dan berakhir 16-18 tahun kemudian.
Tugas perkembangan pada tahap usia pertengahan adalah:
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan sebaya dan anak-anak
3) Memperkokoh hubungan perkawinan (dalam Tantut, 2012 dan
andarmoyo, 2012)
29
h. Tahap VIII keluarga Lansia
Tahap ini merupakan tahap terakhir dimana, dimulai ketika salah satu
atau ke dua pasangan pensiun, sampai salah satu pasangan meninggal
dan berakhir ketika ke dua pasangan meninggal. Proses lanjut usia dan
pensiun merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena berbagai
stressor dan kehilangan yang harus dialami keluarga. Dengan
memenuhi tugas perkembangan pada fase ini diharapkan orangtua
mampu beradaptasi menghadapi stressor tersebut.
4. Stuktur Keluarga
Struktur keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri bermacam-macam.
Diantaranya adalah:
a. Patrilineal
Adalah keluarga sedarah terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah
30
b. Matrilineal
Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan ini disusun melalui jalur
garis ibu
c. Matrilokal
Adalah epasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
istri
d. Patrilokal
Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah
suami
e. Keluarga kawin
Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena
adanya hubungan dengan suami istri
31
kesehatan dalam upaya meningkatkan tingkat derajat kesehatan yang
optimal.
Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing. Antara lain:
a. Ayah
Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran sebagai pencari
nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa aman bagi setiap anggota
keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial
tertentu.
b. Ibu
Ibu sebagai pengurus rumah rangga, pengasuh dan pendidik anak-
anak, pelindung keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat
kelompok sosial tertentu.
c. Anak
Anak berperan sebagai perilaku psikososial sesuai dengan
perkembangan fisik, mental, dan spiritual.
32
b. Fungsi sosialisasi
Fungsi sosialisasi tercermin dalam melakukan pembinaan sosialisasi
pada anak, membentuk nilai dan orma yang diyakini anak,
memberikan batasan perilaku yang boleh dan tidak boleh pada anak,
meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. Bagaimana keluarga produktif
terhadap sosial dan bagaimanakeluarga memperkenalkan anak dengan
dunia luar dengan belajar disipli, mengenal budaya dan norma melalui
hubugan interaksi dalam keluarga sehingga mampu berperan dalam
masyarakat.
c. Fungsi reproduksi
Fungsi reproduksi menjelaskan tentang bagaimana rencana keluarga
memiliki dan upaya pengendalian jumlah anggota keluarga. Perlu juga
diuraikan bagaimana keluarga menjelaskan kepada anggota keluarga
tentang pendidikan seks yang dini dan benar kepada anggota
keluarganya
d. Fungsi pemeliharaan kesehatan
Fungsi pemeliharaan kesehatan keluarga merupakan fungsi keluaraga
dalam melindungi keamanan dan kesehatan seluruh anggota keluarga
seta menjami pemenuhan kebutuhan perkembangan fisik, mental dan
spiritual, dengan cara memelihara dan merawat anggota keluarga serta
mengenali kondisi sakit tiap anggota keluarga.
e. Fungsi ekonomi
Fungsi ekonomi, untuk memenuhi kebutuhan keluarga seperti sandang,
pangan dan kebutuhan lainnya melalui keefektifan sumber dana
keluarga. Mencari sumber penghasilan guna memenuhi kebutuhan
keluarga, pengaturan penghasilan keluarga, menabung untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.
33
6. Stressor dan koping
Stressor jangka pendek adalah stressor yang dialami keluarga dan
memerlukan waktu penyesuaian lebih kurang 6 bulan. Stressor jangka
panjang adalah stressor yang dialami keluarga dan memerlukan waktu
penyelesaian lebih dari 6 bulan. Kemampuan keluarga berespon terhadap
stressor menjelaskan bagaimana keluarga berespon terhadap stressor yang
ada. Strategi koping yang digunakan menjelaskan tentang strategi koping
(mekanisme pembelaan) terhadap stressor yang ada. Disfungsi strategi
adaptasi menjelaskan tentang perilaku keluarga yang adaptif ketika
mempunyai masalah.
7. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga yang dilakukan
tidak berbeda jauh dengan pemeriksaan pada klien di klinik (rumah sakit)
meliputi pengkajian kebutuhan dasar individu, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang yang perlu.
8. Harapan keluarga
Perlu dikaji bagaimana harapan keluarga terhadap perawat (petugas
kesehatan) untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang
terjadi.
34
Pengkajian keperawatan bersifat dinamis, interaktif dan fleksibel. Data
dikumpulkan secara sistematis dan terus-menerus dengan menggunakan
alat pengkajian. Pengkajian keperawatan keluarga dapat menggunakan
metode observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik. (Maglaya,2009).
35
e. Struktur keluarga : struktur keluarga mencakup struktur peran, nilai
(value), komunikasi, kekuatan. Komponen sruktur keluarga ini akan
menjawab pertanyaan tentang siapa anggota keluarga, bagaimana
hubungan diantara anggota keluarga.
f. Riwayat dan tahap perkembagan keluarga. Variable perkembangan
keluarga ini akan menjawab tahap perkembangan keluarga, tugas
perkembangan keluarga.
g. Fungsi keluarga. Fungsi keluarga terdiri dati aspek instrumental dan
ekspresi. Aspek instrumental fungsi keluarga adalah aktivitas hidup
sehari-hari seperti makan, tidur, pemeluharaan kesehatan. Aspek
ekspresi fungsi keluarga adalah fungsi emosi, komunikasi, pemecahan
masalah, keyakinan dan lain-lain. Pengkajian variable fungsi keluarga
menvakup kemampuan keluarga dalam melakukan tugas kesehatan
keluarga, meliputi kemampuan mengenal masalah kesehatan,
mengambil keputusan mengenai tindakan keperawatan yang tepat,
merawat anggota keluarga yang sakit, memelihara lingkungan rumah
yang sehat dan menggunakan fasilitas/ pelayanan kesehatan di
masyarakat.
36
a. Model pengkajian
1) Model pengkajian model Friedman
Asumsi yang mendasarinya adalah keluarga sebagai sistem sosial,
merupakan kelompok kecil dari masyarakat. Friedman memberikan
batasan 6 kategori dalam memberikan pertanyaan-pertanyaan saat
melakukan pengkajian:
a) Data pengenalan keluarga
b) Riwayat dan tahapan perkembangan keluarga
c) Data lingkungan
d) Struktur keluarga
e) Fungsi keluarga
f) Koping keluarga
2) Pengkajian keluarga model Calgary
Pengkajian model Calgary mengembangkan konsep dan teori
sistem, komunikasi dan konsep perubahan. Teori sistem
memberikan kerangka kerja bahwa keluarga sebagai bagian dari
suprasistem dan terdiri dari beberapa subsistem. Komunikasi
merupakan teori bagaimana individu melakukan interaksi secara
berkelanjutan. Konsep perubahan menjadikan kerangka kerja bahwa
perubahan satu anggota keluarga akan mempengaruhi kesehatan
anggota keluarga yang lainnya
a) Tahapan-tahapan pengkajian
Untuk mempermudah perawat keluarga saat melakukan
pengkajian, dipergunakan istilah penjajakan.
Pengkajian Penjajakan I
Data-data yang dikumpulkan pada penjajakan I antara lain :
a) Data umum
b) Riwayat dan tahapan perkembangan
c) Lingkungan
d) Struktur keluarga
37
e) Fungsi keluarga
f) Stress dan koping keluarga
g) Harapan keluarga
h) Data tambahan keluarga
i) Pemeriksaan fisik
Dari hasil penggumpulan data tersebut maka akan dapat
diidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi keluarga.
Pengkajian Penjajakan II
Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan II diantaranya
pengumpulan data-data yang berkaitan dengan ketidak mampuan
keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan sehingga dapat
ditegakkan diagnosa keperawatan keluarga.
Adapun ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah
diantaranya:
a) Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
b) Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan
c) Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga
d) Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
e) Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan keluarga adalah keputusan klinis mengenai
individu, keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses
pengumpulan data dan analisa cermat dan sistematis, memberikan dasar
untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab
melaksanakannya. Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil
pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan
keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga
38
dan koping keluarga, baik yang bersifat actual, resiko maupun sejahtera
dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk
melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan
berdasarkan kemampuan dan sumber daya keluarga.
3) Mengembangkan standart
5) Kehamilan dan KB
39
1) Rumah yang meliputi ventilasi, penerangan, kebersihan,
kontruksi, luas rumah dan sebagainya
2) Sumber air minum
3) Jamban keluarga
1) Sifat-sifat keluarga
Data Objektif :
40
b. Perumusan masalah
Perumusan masalah keperawatan keluarga dapat diarahkan kepada
sasaran individu dan atau keluarga. Komponen diagnosis keperawatan
keluarga meliputi problem, etiologi dan sign/simpton.
1) Masalah (Problem)
Tujuan penulisan pernyatan masalah adalah menjelaskan status
kesehatan atau masalah kesehatan secara jelas dan sesingkat
mungkin.
a) Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
Masalah ini memberikan gambaran berupa tanda dan gejala
yang jelas mendukung bahwa benar-benar terjadi.
b) Resiko (ancaman kesehatan)
Masalah ini sudah ditunjang dengan data yang akan mengarah
pada timbulnya masalah kesehatan bila tidak segera ditangani.
c) Potensial/sejahtera
Status kesehatan berada pada kondisi sehat dan ingin
meningkat lebih optimal.
d) Sindrom
Diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa aktual dan
resiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu
kejadian/ situasi tertentu.
2) Penyebab (Etiologi)
41
d) Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan
kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
e) Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan
lembaga kesehatan (pemanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada)
3) Tanda (Sign)
Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subyektif dan objektif
yang diperoleh perawat dari keluarga yang mendukung masalah
dan penyebab. Tanda dan gejala dihubungkan dengan kata-kata “
yang dimanifestasikan dengan”.
c. Prioritas masalah
Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan keluarga
yang ditemukan dihitung dengan menggunakan skala prioritas (skala
Baylon dan Maglaya) sebagi berikut :
a) Tentukan skor untuk tiap kriteria
b) Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot
x bobot
42
3. Perencaaan Keperawatan keluarga
Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi atau intervensi
keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi atau
mengatasi masalah kesehatan klien yang telah diidentifikasi dan
divalidasi pada tahap perumusan diagnosis keperawatan. Perencanaan
disusun dengan penekanan pada partisipasi klien, keluarga dan koordinasi
dengan tim kesehatan lain. Perencanaan mencakup penentuan prioritas
masalah, tujuan, dan rencana tindakan. Tahapan penyusunan perencanaan
keperawatan keluarga adalah sebagai berikut :
a. Menetapkan prioritas masalah
Menetapkan prioritas masalah/ diagnosis keperawatan keluarga adalah
dengan menggunakan skala menyusun prioritas dari Maglaya (2009).
43
4. Potensial 1
44
c) Jumlah anggota keluarga terlalu bessar dan tidak sesuai
dengan kemampuan sumber daya keluarga
d) Resiko terjadi kecelakaan (lingkungan rumah tidak aman)
e) Kekurangan atau kelebihan gizi dari masing-masing
anggota keluarga
f) Keadaan yang menimbulkan stress, antara lain: Hubungan
keluarga tidak harmonis, Hubungan orang tua dan anak
yang tegang, Orang tua yang tidak dewasa
g) Sanitasi lingkungan yang buruk, diantaranya: Ventilasi
kurang baik, Sumber air minum tidak memenuhi syarat ,
Polusi udara , Tempat pembuangan sampah yang tidak
sesuai syarat , Tempat pembuangan tinja yang mencemari
sumber air minum , kebisingan
h) Kebiasaan yang merugikan kesehatan, seperti: Merokok,
Minum minuman keras , Makan obat tanpa resep, Makan
daging mentah , Hygiene perseorangan jelek
i) Kurang / tidak sehat
Yaitu kegagalan dalam memantapkan kesehatan, seperti
keadaan sakit (sesudah atau sebelum didiagnosa) dan gagal
dalam pertumbuhan dan perkembangan yang tidak sesuai
dengan pertumbuhan normal.
j) Situasi krisis (keadaan sejahtera)
b. Kriteria II, yaitu kemungkinan masalah dapat diubah
1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untung
menangani masalah
2) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan, dan tenaga
3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan,dan waktu
4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi
dalam masyarakat dan songkongan masyarakat
45
c. Kriteria III, yaitu potensial masalah dapat dicegah, faktor-faktor
yang perlu diperhatikan adalah:
1) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan
penyakit/masalah
46
Perencanaan asuhan keperawatan keluarga dengan NANDA/ICNP,NOC,NIC
66
8. Detak jantung Keluarga mampu Keluarga mampu
tidak teratur memutuskan tindakan memutuskan :
9. Perokok dan keyakinan keluarga Memperkuat atau
Hasil pemeriksaan : untuk meningkatkan atau meningkatkan kognitif
1. TD : 160/100 memperbaiki kesehatan : yang diinginkan atau
mmHg mengubah kognitif yang
2. BB diatas batas 1606 Berpartisispasi dalam tidak diinginkan
normal memutuskan perawatan
(obesitas) kesehatan 5250 Dukungan membuat
3. Malas 1700 Keyakinan kesehatan keputusan
beraktivitas 2202 Berpartisipasi dalam 5310 Membangun harapan
4. Kolesterol : memutuskan perawatan 5270 Dukungan emosi
>240 kesehatan
5. EKG : Nampak 2605 Kesiapan caregiver
aritmia dalam perawatan di
6. Peningkatan 2609 rumah
kolesterol Partisipasi keluarga
dalam perawatan
professional
67
0005 Keluarga mampu Keluarga mampu
0002 merawat/ membantu merawat keluarga dalam
0003 melaksanakan ADL membantu melaksanakan
2006 Intoleransi aktivitas 0180 ADL
2004 Pemeliharaan energy 0200 Manajemen energy
1627 Istirahat 7690 Peningkatan kegiatan
1617 Status kesehatan 7710 olahraga
1622 personal : kesehatan fisik Intervensi data lab
Kualitas hidup Dukungan dokter/ tenaga
Perilaku menurunkan kesehatan lainnya, mis.
berat badan 4360 Ahli gizi
Manajemen diri : 1400 Modifikasi perilaku
penyakit arteri coroner Manajemen nyeri
Perilaku keputusan : Diet
yang dianjurkan
Keluarga mampu Keluarga mampu
memodifikasi lingkungan memodifikasi
untuk mencegah, lingkungan untuk
mengurangi, atau mengembalikan fungsi
68
mengontrol ancaman psikososial dan
kesehatan memfasilitasi perubahan
1929 Control resiko gangguan 4350 gaya hidup
1906 lipid 4490 Manajemen perilaku
Control resiko Bantuan untuk berhenti
1931 penggunaan tembakau 4360 merokok
1928 Control resiko stroke 4360 Modifikasi perilaku
Control resiko hipertensi Modifikasi perilaku
6485 lingkungan
Manajemen lingkungan
Keluarga mampu Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan
1806 Pengetahuan tentang 7910 Konsultasi
sumber-sumber 8100 Rujukan
kesehatan perilaku 7400 Bantuan system
1603 mencari kesehatan
Pelayanan kesehatan
2605 partisifasi keluarga
69
dalam
Perawatan keluarga
70
4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi pada asuhan kepeawatan keluarga dapat dilakukan pada
individu dalam keluarga dan pada anggota keluarga lainnya. Implemengasi
yang ditujukan pada individu meliputi :
1) Tindakan keperawatan langsung
2) Tindakan kolaboratif dan pengobatan dasar
3) Tindakan observasi
4) Tindakan pendidikan kesehatan
Implementasi yang ditujukan pada keluarga meliputi :
1) Meningkatkan kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah
dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,
mengidentifikasi kebutuhan dan haraoan tentang kesehatan,
mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.
2) Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat
untuk individu dengan cara mengidentifikasi konsekuensi jika tidak
melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki
keluarga, mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.
3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang
sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan
alat dan fasilitas yang ada di rumah, mengawasi keluarga melakukan
perawatan.
4) Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat
,ingkungan menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber
yang dapat digunakan keluarga, melakukan perubahan lingkungan
keluarga seoptimal mungkin.
5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada dengan cara mengenalkan fasilitas yang ada dilingkungan
keluarga, membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang
ada.
71
5. Evaluasi Keperawatan
Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, penilaian dan
evaluasi diperlukan untuk melihat keberhasilan. Bila tidak tahu atau belum
ada hasil, perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan
keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan
keluarga, untuk itu dapat dilaksanakan secara bertaap sesuai dengan waktu
dan kesediaan klien/ keluarga. Tahapan evaluasi dapat dilakukan selama
proses asuhan keperawatan dan pada akhir pemberian asuhan. Perawat
bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan klien dan
keluarga terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Kegiatan evaluasi meliputi menkaji kemajuan
status kesehatan individu dalam konteks keluarga, membandingkan respon
individu dan keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil
kemajuan maslah serta kemajuan pencapaian tujuan keperawatan.
72
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Keperawatan
1. Data Umum
a. Nama KK : Tn.B
b. Usia : 46 tahun
c. Pendidikan : SMA
d. Pekerjaan : karyawan
e. Alamat : kelurahan Sesetan Denpasar
f. Komposisi anggota keluarga :
N Nama Jenis Hub. Umur Pendi Pekerja Status
o (inisial) Kelamin dengan KK dikan an Imuni
sasi
1 Ny. S Perempu Istri 41 tahun SMA Karyaw Lengkap
an an
73
3 An. R Laki – Anak 14 tahun SMP Pelajar Lengkap
laki
Genogram
Tn.I Tn.M
42 th
38 th Tn.N Tn.F Tn.A
Tn.B
37 th 36 th 29 th
46 th Ny.S
41 th
An.S An.R
18 th (PRK) 14
keterangan :
: laki-laki : meninggal
: perempuan : klien
PRK : perokok
74
g. Tipe Keluarga
Tipe Keluarga Tn.B adalah Nuclear Family atau keluarga
inti, dimana di dalam rumah hanya ada Tn.B, Ny.S, kedua
anaknya. Kedua anaknya bernama An.S dan An.R.
h. Suku
Tn.B berasal dari daerah Jawa Timur dan Ny.S berasal dari
daerah jawa tengah dan dalam berkomunikasi sehari-hari
menggunakan bahasa Indonesia. Pola hidup keluarga Tn.B
khususnya An.S sering merokok. Mayoritas penduduk di
lingkungan keluarga Tn.B pendatang dari mana saja. Dan tidak
ada budaya yang bertentangan dengan kesehatan.
i. Agama
Agama keluarga Tn.B adalah islam dan tidak ada satupun
ketentuan islam yang bertentangan dengan kesehatan
j. Status social ekonomi keluarga
Sumber penghasilan keluarga Tn.B berasal dari Tn.B
sebagai karyawan, Ny.S sebagai karyawan pabrik dan anak
pertamanya yaitu An.S yang bekerja sebagai security dengan
penghasilan kurang lebih semuanya Rp ± 5.000.000. Dari uang
tersebut digunakan untuk membayar keperluan bulanannya
seperti biaya kontrakan, air, listrik dan juga digunakan untuk
sekolah An.R dan juga digunakan untuk biaya sehari-hari
keluarga Tn.B. dengan pendapatan itu Tn.B mengatakan bahwa
pas-pasan untuk kebutuhan perbulannya.
75
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga Tn.B saat ini adalah tahap
perkembangan anak usia remaja akhir karena anak pertama
Tn.B berumur 18 tahun.
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan
tanggung jawab mengingat remaja yang sudah
bertambah dewasa dan meningkat otonominya
Pada tugas perkembangan ini telah terpenuhi, karena
Tn.B dan Ny.S sudah memberikan kepercayaan kepada
An.S yang sudah belajar mandiri mencari rezeki dan
tanggung jawab dengan pekerjaannya sekarang sebagai
security
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
Hubungan yang intim pada keluarga Tn.B dan Ny.S
terjalin dengan baik, Ny.S suka memasak sebelum
berangkat kerja untuk anak dan suaminya, selalu makan
bersama jika pagi hari dan malam hari, jika ada waktu
senggang suka menonton televisi bersama dan pergi
berlibur jika waktu libur panjang.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
1) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan
orang tua. Hindari perdebatan, permusuhan dan
kecurigaan.
Komunikasi An.S jarang berbicara secara terbuka
kepada orang tua nya melainkan kepada teman sebaya,
karena orang tua nya terlalu sibuk bekerja.
2) Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh
kembang keluarga
Pada perubahan system peran dan peratuan di keluarga
system peran pada keluarga Tn.B baik, Tn.B sebagai
ayah, kepala keluarga dan bekerja mencari nafkah, Ny.S
sebagai ibu, dan membantu mencari nafkah, An.S
76
sebagai anak dan membantu mencari nafkah, An.R
sebagai anak dan pelajar. Tetapi pada peraturan di
keluarga tidak baik,Tn.B dan Ny.S membuat peraturan
tidak boleh pulang malam lebih dari jam 11, peraturan
tersebut tidak berjalan dengan baik karena anak selalu
melanggar peraturan, dan tidak mendengarkan nasihat
orangtua.
3. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Pola komunikasi dalam keluarga Tn.B adalah pola
komunikasi tertutup yaitu setiap anggota keluarga bila
memiliki masalah pribadi anak enggan bercerita kepada orang
tuanya, tetapi komunikasi ayah dan ibu baik, jika ada suatu
masalah diceritakan kepada keluarga. Dalam pengambilan
keputusan biasanya selalu dibicarakan secara musyawarah
dengan anggota keluarga yang lain, Pola interaksi biasanya
yang paling sering di lakukan adalah di pagi hari saat sarapan
77
atau malam hari saat sedang menonton televisi, gambaran pola
interaksi antara ayah dan ibu baik, antara ibu dan anak kurang
baik, antara ayah dan anak kurang baik, antara anak dengan
anak baik, masalah dalam berinteraksi adalah tidak terbukanya
anak kepada orang tua karena orang tua terlalu sibuk dengan
pekerjaannya dan anak suka bercerita dengan teman sebaya
nya.
b. Struktur keluarga
Di dalam pengambilan keputusan di keluarga menggunakan
metode musyawarah, dan yang mengambil keputusan adalah
kepala keluarga atau Tn.B, anggota keluarga lain yang di
percaya oleh kepala keluarga adalah Ibu, Secara keseluruhan
hubungan keluarga Tn.B saling harmonis karena menghormati
dan menghargai satu sama lain.
c. Struktur nilai
Suku Tn.B adalah Madura dan suku Ny.S adalah Jawa,
budaya yang dominan adalah Madura, tidak ada nilai-nilai
tertentu yang dianut keluarga bertentangan dengan kesehatan,
dan tidak ada kegiatan agama yang bertentangan dengan
kesehatan, kesehatan merupakan hal yang penting bagi
keluarga.
d. Struktur peran
Tn.B berperan sebagai suami dari Ny.S, ayah dari 2 orang
anak dan sekaligus berperan sebagai kepala keluarga.
Ny.S berperan sebagai istri dari Tn.B , ibu dari 2 orang anak
dan sebagai ibu rumah tangga.
Anak Pertama yaitu An.S berperan sebagai kakak tertua yang
sudah berkerja dan pencari nafkah.
Anak Kedua yaitu An.R berperan sebagai anak dan sedang
menuntut ilmu di bangku SMP kelas 1.
78
4. Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Respon anggota keluarga bila ada salah satu anggota
keluarga yang sakit maka anggota keluarga yang lain akan
merasakan sedih dan bila ada anggota keluarga yang
medapatkan perhargaan maka anggota keluarga yang lain akan
ikut merasakan senang. Dan apabila ada satu anggota keluarga
yang kehilangan maka anggota keluarga yang lain merasakan
sedih.
b. Fungsi Sosialisasi
Anggota keluarga Tn.B tidak ada yang mengikuti
organisasi masyarakat. Meskipun begitu keluarga Tn.B tetap
menjalani interaksi dan hubungan yang baik dengan tetangga.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga Tn.B dan Ny.S ikut keluarga berencana karena
dua anak saja cukup agar dapat memantau perkembangan dan
pertumbuhan anak, Ny.S menggunakan akseptor yaitu suntik,
karena jika memakai pil takut lupa dan jika memakai yang lain
merasa takut jadi Ny.S memilih suntik,suntik dilakukan di
puskesmas terdekat, lamanya ± 2 tahun dan tidak ada masalah
dalam masalah seksual.
d. Fungsi ekonomi
Setiap anggota keluarga sudah bekerja dan mendapat
penghasilan. Tn.B sendiri bekerja sebagai karyawan, Ny.S pun
bekerja sebagai karyawan pabrik dan An.S bekerja sebagai
security , bila digabungkan pendapatan keluarga sebulan
kurang lebih Rp.5.000.000 dan pengeluaran rutin tiap bulan
adalah kebutuhan sehari-hari, membayar sekolah, membayar
kontrakan ,dll, dan dengan pendapatan segitu Tn.B mengatakan
bahwa pas-pasan untuk kebutuhan perbulannya. Yang
mengelola keuangan keluarga adalah Ny.S
79
e. Fungsi pemeliharaan kesehatan
1) Perilaku keluarga dalam penanggulangan sakit
Kebiasaan keluarga Tn.B berobat jika anggota keluarga
yang sakit selalu membawa ke puskesmas di lingkungan tempat
tinggalnya.
80
sekitar dan melakukan olahraga, biasanya olahraga jogging di
hari minggu.
6. Kesehatan Lingkungan
a. Karakteristik Rumah ( termasuk denah rumah )
Keluarga Tn.S tinggal di daerah Sesetan dimana
lingkungannya sangat padat penduduk, rumah yang ditinggali
keluarga Tn.S adalah kontrakan dengan ukuran 3 x 5 meter
Dinding rumahnya terbuat dari tembok dan atapnya terbuat dari
genteng dan asbes, kontrakan keluarga Tn.S berlantai 2 dimana
terdapat 1 jendela, 1 pintu, 2 kamar tidur, 1 dapur, 1 kamar
81
mandi. Ventilasi ada kira-kira < 10 % luas lantai, cahaya yang
masuk pada siang hari tidak ada, penerangan menggunakan
listrik, lantai rumah dari ubin Secara keseluruhan kondisi
rumah keluarga Tn.B rapih dan bersih. Tidak ada halaman
rumah, tidak ada ruang tamu, , kamar utama itu merupakan
tempat menonton televisi dan bersih, kamar mandi bersih.
Suasana kontrakan keluarga Tn.B nyaman terkadang bising.
Pengelolaan sampah rumah dan sampah dapur biasanya di
bawah kontrakan ada tempat sampah yang biasa di angkut oleh
petugas sampah.
Sumber air dari PAM dan untuk minum tidak dari situ
tetapi membeli di warung, air tidak berbau dan tidak ada
pengendapan.
Jamban di rumah ada berupa jamban cemplung, jarak
penampungan air dari sumber air > 10 meter
Pembuangan air limbah ada di bawah kontrakan dan
tampak baik.
82
U DENAH RUMAH
tangga Ruang
Dapur tv
Kamar tidur
S
Kamar Kamar
mandi tidur
83
e. System pendukung keluarga
Bila keluarga Tn.B ketika mendapat musibah dibantu oleh
tetangga. Keluarga Tn.B mendapatkan bantuan dari pemerintah
berupa BPJS yang diterima oleh keluarga Tn.B dalam
memenuhi kebutuhan kesehatan.
84
an-anemis an-anemis an-anemis va an-
Sclera an- Sclera an- Sclera an- anemis
ikterik ikterik ikterik Sclera an-
ikterik
4. Hidung Bersih , Bersih, tidak Bersih, Bersih,
tidak ada ada benjolan tidak ada tidak ada
benjolan benjolan benjolan
5. Telinga Bersih, Bersih, tidak Bersih, Bersih,
tidak ada ada cairan tidak ada tidak ada
cairan yang yang keluar cairan yang cairan
keluar dari dari telinga keluar dari yang
telinga dan dan tidak telinga dan keluar dari
tidak berdenging tidak telinga
berdenging berdenging dan tidak
berdengin
g
6. Mulut Bersih tidak Bersih tidak Bersih tidak Bersih
ada ada stomatitis ada tidak ada
stomatitis stomatitis stomatitis
7. Gigi Bersih, Bersih, Gigi tampak Bersih,
tidak tidak kuning, tidak
terdapat terdapat tidak terdapat
caries caries terdapat caries
caries
85
simetris, tidak ada otot simetris, simetris,
tidak ada bantu nafas, tidak ada tidak ada
otot bantu suara nafas otot bantu otot bantu
nafas, suara vesikuler nafas, suara nafas,
nafas nafas suara
vesikuler vesikuler nafas
vesikuler
10. Abdomen Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
distensi distensi distensi distensi
abdomen abdomen abdomen abdomen
11. Ektermitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
keluhan dan keluhan dan keluhan dan keluhan
gangguan gangguan gangguan dan
pergerakan pergerakan pergerakan gangguan
pergeraka
n
12. Tanda-tanda 120/70 120/70 120/80 110/70
Vital mmHg mmHg mmHg mmHg
13. Kesimpulan Tn.B dari Ny.S dari An.S dari An.R dari
hasil hasil hasil hasil
pemeriksaa pemeriksaan pemeriksaa pemeriksa
n keadaan keadaan n keadaan an
umum, umum, umum, keadaan
kepala, kepala, mata, kepala, umum,
mata, hidung, mata, kepala,
hidung, teling, mulut, hidung, mata,
teling, gigi, leher, teling, hidung,
mulut, gigi, dada dan mulut, teling,
leher, dada paru-paru, leher, dada mulut,
dan paru- abdomen, dan paru- gigi, leher,
paru, ekstermitas paru, dada dan
abdomen, semuanya abdomen, paru-paru,
86
ekstermitas, baik, ekstermitas, abdomen,
tanda-tanda tanda-tanda ekstermita
vital vital s, tanda-
semuanya semuanya tanda vital
baik baik hanya semuanya
gigi kuning baik
karena
sering
merokok
87
1. Kemampuan keluarga mengenal masalah
An.S mengatakan “Rokok adalah tembakau, didalam rokok terdapat
zat nikotin dan tar, saya merokok karena ingin mencoba, saya merokok
sejak kelas 2 SMP dan merokok sehari habis 10 batang dan biasanya
merokok sebelum dan sesudah makan atau sedang menonton televisi,
jika terlalu banyak merokok saya suka merasa sesak”
2. Kemampuan keluarga mengambil keputusan
Ny.S mengatakan “akibat lanjut dari rokok kalau tidak segera
dihentikan bisa penyakit jantung, darah tinggi, kalau melihat An.S
merokok langsung saya marahi.”
3. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
Ny.S mengatakan “sudah saya suruh untuk An.S berhenti merokok”
4. Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan
Ny.S mengatakan “rumah selalu tertutup, jendela tidak pernah dibuka,
cahaya matahari juga tidak masuk ke rumah”
5. Kemampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan
Ny.S mengatakan “ada puskesmas tapi tetapi jarang dimanfaatkan”
88
B. Format Analisa Data Kesehatan
Keluarga Nama Keluarga : Tn.B
No. Data Fokus Masalah Diagnose
Kesehatan Keperawatan
1. Data Subjektif : Perokok Perilaku
1. An.S mengatakan “Rokok kesehatan
adalah tembakau, didalam cenderung
rokok terdapat zat nikotin dan beresiko pada
tar, saya merokok karena ingin keluarga Tn.B
mencoba, saya merokok sejak khususnya
kelas 2 SMP dan merokok An.S
sehari habis 10 batang dan
biasanya merokok sebelum
dan sesudah makan atau
sedang menonton televisi, jika
terlalu banyak merokok saya
suka merasa sesak”
2. Ny.S mengatakan “akibat
lanjut dari rokok kalau tidak
segera dihentikan bisa
penyakit jantung, darah tinggi,
kalau melihat An.S merokok
langsung saya marahi.”
3. Ny.S mengatakan “sudah saya
suruh untuk An.S berhenti
merokok”
4. Ny.S mengatakan “rumah
selalu tertutup, jendela tidak
pernah dibuka, cahaya
matahari juga tidak masuk ke
rumah”
5. Ny.S mengatakan “ada
puskesmas tapi tetapi jarang
dimanfaatkan”
89
Data Objektif :
90
C. Skoring Masalah Keperawatan
Masalah Keperawatan Keluarga : Perilaku kesehatan cenderung
beresiko pada keluarga Tn.B khususnya An.S
91
merokok di
lingkungan dekat
tempat tinggal
3. Potensial Masalah 1 1/3 x 1 = 1/3 Masalah berheti
Untuk Dicegah merokok sulit
Skala : dicegah karena
Tinggi =3 proses berhenti
Cukup =2 merokok harus
Rendah =1 secara bertahap ,
merokok sudah 4
tahun yang
menyebabkan sangat
ketergantungan
terhadap rokok, tapi
sekarang mulai
mengurangi dosis
merokok setiap
harinya
4. Menonjolnya Masalah 1 2/2 x 2= 2 Keluarga melihat
Skala : masalah merokok
Segera ditangani adalah masalah yang
=2 sangat berbahaya dan
Masalah ada tapi tidak harus segera
perlu ditangani, keluarga
=1 melihat masalah
Masalah tidak sebagai masalah
dirasakan yang serius
=0
Total 5 1/3
92
D. Prioritas Diagnosa Keperawatan
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN SKOR
1. Perilaku kesehatan cenderung beresiko pada keluarga Tn.B 5 1/3
khususnya An.S
93
Rencana Tindakan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.B
b. Diskusikan dengan
keluarga tentang bahaya
rokok
c. Beri kesempatan pada
keluarga untuk
menerima kondisinya
d. `Beri pujian atas
perilaku yang benar
94
1.2 komposisi Respon Menyebutkan komposisi a. Jelaskan pada keluarga
verbal rokok : komposisi rokok dengan
Tar : kumpulan dari menggunakan leaflet
beribu-ribu bahan kimia b. Bimbingan keluarga untuk
dalam komponen padat mengulangi apa yang telah
asap rokokdan bersifat dijelaskan
karsinogenik c. Beri pujian atas perilaku
Nikotin : bahan yang yang benar
bersifat toksik
Ammonia : pembersih
lantai
Arsenic : obat kapur semut
Butane : bahan baku korek
api
Acetone : penghapus cat
Metanole : bahan bakar
roket
Naphthalene : bahan kapur
barus
Cadmium : bahan
95
accumulator mobil
Ckarbonmonoksida : gas
beracun
Vinyil chloride : bahan
plastic
96
Setelah 45 menit
kunjungan rumah
keluarga dapat :
2. Mengambil
keputusan untuk
tindakan segera
untuk mengatasi
masalah remaja
merokok Respon Menyebutkan akibat dari a. Jelaskan pada keluarga
2.1 Menyebutkan verbal merokok, bila tidak segera tentang akibat lanjut dari
Akibat di atasi dapat merokok
merokok jika menyebabkan penyakit : b. Motivasi keluarga untuk
tidak segera 1. Kanker memutuskan mengatasi
berhenti 2. Hepatitis kebiasaan merokok pada
3. Diabetes An.S
4. Gangguan c. Berikan motivasi/ dukungan
pernafasan keluarga memilih alternative
5. Gangguan pada d. Beri pujian atas pilihan yang
kesehatan Rahim tepat
6. Penyakit ginjal
97
7. Penyakit paru-
paru
8. Serangan jantung
9. stroke
Setelah 45 menit
kunjungan rumah,
98
3. Keluarga dapat
melakukan
perawatan pada
anggota keluarga
dengan kebiasaan
merokok Psikomotor Minimal 5 dari 9 a. Jelaskan pada keluarga cara
3.1 Menjelaskan perawatan perokok: perawatan pada perokok
cara a. Pantau dosis rokok b. Motivasi keluarga untuk
penatalaksanaa yang dihabiskan mendemonstrasikan ulang
an berhenti b. Biasakan dengan c. Beri pujian pada keluarga
merokok kesibukan tanpa setelah mampu melakukan
mengingat rokok tindakan sesuai yang telah
c. Bila merokok hindari didemostrasikan
anggota keluarga d. Evaluasi apa yang telah
yang lain dilakukan keluarga
d. Buka jendela/ pintu e. Ulangi penjelasan jika ada
lebar-lebar bila pagi hal-hal yang terlupakan
hari
e. Makan yang sehat
f. Terapi hipnotis :
99
Perokok diberi
intervensi oleh
penghipnitis bahwa
merokok itu buruk
dan dia harus
berhenti, maka pada
saat dia sadar
kembali, besar
kemungkinan dia
akan berhenti,
sekalipun dia tidak
tahu siapa yang
menyuruhnya
berhenti.
Setelah 45 menit
kunjungan rumah,
keluarga dapat:
4. Memodifikasi
lingkungan yang
100
aman dan tenang:
4.1 Menjelaskan
lingkungan Respon Menyebutkan cara Diskusikan dengan keluarga cara
yang aman dan verbal memelihara lingkungan memelihara lingkungan yang
tenang bagi yang aman: aman dan tenang:
perokok a. Ventilasi udara dan a. Motivasi keluarga untuk
penerangan sinar memodifikasi lingkungan
matahari pagi b. Lakukan kunjungan yang
b. Menghindari asap tidak direncanakan untuk
rokok mengevaluasi kemampuan
keluarga dalam memelihara
lingkungan yang aman
c. Beri pujian atas hal yang
positif
101
Setelah 45 menit
kunjungan rumah,
keluarga dapat:
5. Memanfaatkan
fasilitas kesehatan
untuk mengatasi Menyebutkan fasilitas
kebiasaan merokok kesehatan yang dapat
5.1 Menjelaskan Respon digunakan: Dengan menggunakan lembar
fasilitas verbal a. Fasilitas yang dapat balik dan leaflet:
kesehatan yang digunakan: a. Gali pengetahuan keluarga
dapat puskesmas tentang fasilitas kesehatan
digunakan dan b. Manfaat: dan manfaat pelayanan
manfaatnya Memberikan kesehatan
5.2 Memanfaatkan informasi tentang b. Diskusikan dengan keluarga
fasilitas rokok dan cara tentang fasilitas kesehatan
kesehatan penanggulangannya dan manfaat pelayanan
c. Keluarga kesehatan
mengunjungi fasilitas c. Beri kesehatan pada
kesehatan secara rutin keluarga untuk memilih
d. Motivasi keluarga untuk
102
memanfaatkan fasilitas
kesehatan secara rutin ke
pelayanan kesehatan
e. Beri pujian atas perilaku
yang benar
103
Tindakan Keperawatan
No. Tanggal Dx Tindakan keperawatan Paraf
1. 1.1 1. Menggali pengetahuan keluarga tentang nurse
1 Desember
2020 rokok
Ds : An.S mengatakan ” Rokok adalah
tembakau, bahan baku rokok nikotin
Penyebab seseorang merokok karena
penasaran ingin mencoba”
Do : An.S Tampak terbata – bata saat
menjawab
2. Memberi motivasi keluarga untuk
mengemukakan pendapatnya tentang
rokok
Ds: An.S mengatakan ”bingung
mengungkapkannya”
Do: An.S tampak mendengarkan
3. Mendiskusikan bersama keluarga
mengenai pengertian dan penyebab
perokok serta komposisi rokok.
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “setuju”
Do : keluarga Tn. B tampak
memperhatikan dan mendengarkan
4. Menanyakan kembali pada keluarga
tentang pengertian dan penyebab merokok
serta komposisi rokok
Ds : An.S mengatakan “rokok merupakan
zat adiktif yang berdampak negative bagi
kesehatan. komponen utama rokok yaitu
nikotin suatu zat yang berbahaya penyebab
kecanduan, tar zat yang menyebabkan
penyakit kanker, dan CO yang dapat
menurunkan kandungan oksigen dalam
darah, penyebab seseorang merokok
berawal dari ingin mencoba, mengikuti
104
teman.”
Do : An.S tampak lebih lancar menjawab
daripada sbelumnya
5. Memberikan reinforcement positif atas
usaha yang dilakukan keluarga
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “terima
kasih”
Do : keluarga tampak senang
1.2 1. Menjelaskan pada keluarga akibat lanjut nurse
dari perokok
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “saya
baru tahu akibat- akibat tersebut”
Do : keluarga tampak memperhatikan dan
mendengarkan dengan baik
2. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan
kembali akibat lanjut dari perokok yang
tidak diobati
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “merokok
bisa membuat seseorang jadi
ketergantungan dan ketagihan, bisa
terkena penyakit paru kronik, bronchitis
kronis, TBC, kanker paru, emfisema,
jantung, hipertensi
Do : An.S tampak senang dapat
mengulang kembali
3. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban keluarga yang tepat
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “terima
kasih”
Do : keluarga tampak senang
2. 1.3 1. Mendiskusikan dengan keluaraga tentang nurse
2 Desember
2020 cara berhenti merokok
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “setuju”
Do : keluarga Tn. B tampak
memperhatikan dan mendengarkan
105
2. Memotivasi keluarga untuk menyebutkan
cara berhenti merokok
Ds : An.S mengatakan “” tekatkan niat
yang bulat untuk berhenti merokok,
mendapatkan dukungan dari orang-orang
terdekat untuk berhenti merokok, menunda
perasaan ingin merokok dan menvari
kesibukan lain, mengurangi dosis rokok
yang dikonsumsi”
Do : An.S tampak senang dan
bersemangat
3. Mendemonstrasikan pada keluarga cara
melakukan terapi SEFT
Ds : -
Do : keluarga Tn. B tampak
memperhatikan
4. Memberikan kesempatan pada keluarga
untuk mencoba melakukan terapi seft
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “mau
mencoba terapi tersebut”
Do : Keluarga Tn. B melakukan terapi
SEFT
106
3. 1.4 1. Menjelaskan lingkungan yang dapat nurse
3 Desember
2020 mencegah merokok
Ds : -
Do : keluarga Tn. B tampak
memperhatikan dengan serius
2. Memotifasi keluarga untuk mengulangi
penjelasan yang diberikan
Ds : An.S mengatakan “Menciptakan
lingkungan yang tenang, jauh dari orang-
orang perokok, Pencahayaan yang cukup
dan Ventilasi yang baik”
Do : An.S tampak lancar menjawab
3. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban keluarga yang tepat
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “terima
kasih”
Do : keluarga tampak senang
1.5 1. Menginformasikan mengenai pengobatan nurse
dan pendidikan kesehatan yang dapat
diperoleh keluarga di balai pengobatan
Ds : -
Do : keluarga Tn. B tampak
memperhatikan dengan serius
2. Memotifasi keluarga untuk mengulangi
penjelasan yang diberikan
Ds : An.S mengatakan “Mendapatkan
pelayanan kesehatan Mendapatkan
pendidikan kesehatan tentang bahaya
merokok dan cara berhenti merokok”
Do : An.S tampak lancar menjawab
3. Memberikan reinforcement positif atas
jawaban keluarga yang tepat
Ds : keluarga Tn. B mengatakan “terima
kasih”
Do : keluarga tampak senang
107
E. Evaluasi Keperawatan
N Tanggal Dx Evaluasi (SOAP) Paraf
o
1 1 Desember 2020 1 S : An.S mengatakan “saya nurse
merokok setiap hari dari SMP
kelas 2 dan kira-kira merokok
>10 batang per hari”
O:
1. Keadaan umum An.S
baik
2. Td : 120/70 mmhg, N :
86x/menit,
S : 36,7’c, RR :
20x/menit
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
108
20x/menit
A : Masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi
109
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Setelah penulis membahas asuhan keperawatan dengan perbandingan antara
teori dan kasus dilapangan, kemudian penulis dapat mengambil kesimpulan
dan saran sebagai berikut: ROKOK adalah zat adiktif yang berdampak
negative bagi kesehatan anak. Karena rokok dapat menyebabkan ketagihan
dan ketergantungan.
110
Evaluasi yang dilakukan berdasarkan SOAP yang dilakukan setiap hari
sampai tanggal 3 Desember 2020. Evaluasi yang diperoleh adalah maslah
teratasi sebagian. Tindak lanjut dari penulis menyarankan kepada keluarga
Tn.S selalu menjaga kesehatan pada seluruh anggota keluarga serta
melakukan terapi SEFT, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas
kesehatan.
B. SARAN
Penulis memberikan saran kepada beberapa pihak terkait, diharapkan dapat
membantu dalam memberikan asuhan keperawatan pada keluarga Tn.B
khususnya An.S dengan masalah remaja perokok dan saran tersebut yaitu:
1. Puskesmas
Diharapkan dalam meningkatkan mutu pelayanan kesehatan hendaknya
dapat membantu masyarakat untuk memberikan pendidikan kesehatan
terutama dalam melakukan modifikasi lingkungan di wilayah Utan
panjang. Hal ini dapat didukung dengan adanya kegiatan penyuluhan rutin
setiap bulan, melakukan kegiatan Dor to Dor untuk memantau kondisi
lingkungan rumah.
2. Profesi perawat
Diharapkn dalam melakukan asuhan keperawatan hendaknya perawat
setelah melakukan penyuluhan ataupun tindakan lainnya memberikan
leaflet atau bacaan tertulis sehingga bisa dibaca kembali oleh keluarga
serta dapat bermanfaat untuk keluarga yang tidak hadir saat dilakukan
tindakan.
3. Institusi pendidikan
Diharapkan dapat melengkapi buku sebagai referensi yang berkaitan
dengan Konsep Rokok, asuhan keperawatan keluarga dengan masalah
remaja perokok, sehingga dapat mempermudah mahasiswa dalam
menyusun karya tulis ilmiah.
4. Klien dan keluarga
Diharapkan dapat menjaga pola hidup sehat dan menjaga lingkungan tetap
bersih guna mencegah terjadinya pencemaran asap rokok. Serta mampu
111
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terjangkau dan ekonomis seperti
puskesmas .
112
Daftar Pustaka
Wong, D.L dkk. (2008). Buku ajar keperawatan pediatrik. Volume 2. Jakarta : EGC.
113
Lampiran
BAHAYA ROKOK
KELOMPOK 3
I WAYAN RESMIANA
203221091
I GUSTI AYU VINA WIRATIH 203221092
NI PUTU JULIARTINI 203221093
PANDE WAYAN WIJAYANTI 203221094
LUH PUTU DIAH KUSUMA DEWI 203221095
DEWA GDE SUDIASTA 203221096
114
SATUAN ACARA PENYULUHAN
BAHAYA MEROKOK
A. Tujuan
Tujuan Umum :
Setelah dilakukan pendidikan kesehatan selama 45 menit tentang bahaya
merokok diharapkan bapak/ ibu mampu memahami tentang bahaya merokok
dan mampu menanggulangi anggota keluarga yang merokok.
Tujuan Khusus :
Setelah mendapatkan pendidikan kesehatan selama 45 menit diharapkan
keluarga dapat :
1. Menyebutkan kembali pengertian rokok
2. Menyebutkan kembali penyebab remaja merokok
3. Menyebutkan komponen rokok
4. Menyebutkan kembali komplikasi merokok
5. Menyebutkan cara penatalaksanaan berhenti perokok
115
B. MATERI
Pengertian rokok
Komponen rokok
Penyebab remaja merokok
Komplikasi merokok
Cara berhenti merokok
C. Kegiatan Penyuluhan
1. Ceramah (penjelasan)
2. Diskusi
3. Tanya jawab
116
pendapat
3. Memberikan
penguatan
4. Menjawab
pertanyaan yang
diajukan oleh
peserta penyuluh
10 Evaluasi 1. Memberikan Peserta penyuluhan
Menit kesempatan kepada mengajukan
peserta penyuluhan pertanyaan
untuk bertanya Penyuluh menjawab
2. Memberikan pertanyaan.
kesempatan kepada
penyuluh untuk
menjawab
pertanyaan yang
dilontarkan
5 Menit Penutup 1. Menyimpulkan Bersama-sama
materi menyimpulkan
2. Melakukan tindak Menjawab salam
lanjut
3. Memberi salam
F. Evaluasi
Prosedur : tanya jawab
Bentuk pertanyaan : lisan
117
Jumlah soal : 5
1. Keluarga mampu menjelaskan kembali apa itu rokok ?
2. Keluarga mampu menjelaskan komponen rokok ?
3. Keluraga mampu menjelaskan penyebab remaja merokok ?
4. Keluarga mampu menjelaskan komplikasi merokok ?
5. Keluarga mengerti tentang cara penatalaksanaan berhenti merokok ?
118
Materi Penyuluhan
A. Pengertian
Rokok adalah dibungkusnya rajangan dari tembakau dalam gulungan kertas
yang kemudian diberi nama cigarette, juga disuguhkan teknik lain berupa
gulungan daun tembakau baik yang besar atau cingar mapupun yang kecil
atau cigarillo.
Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia beracun dan bahan-bahan yang
dapat menimbulkan kanker (karsinogen). Bahkan bahan berbahaya dan racun
dalam rokok tidak hanya mengakibatkan gangguan kesehatan pada orang yang
merokok, namun juga kepada orang-orang di sekitarnya yang tidak merokok
yang sebagian besar adalah bayi, anak-anak dan ibu-ibu yang terpaksa
menjadi perokok pasif oleh karena ayah atau suami mereka merokok di
rumah. Padahal perokok pasif mempunyai risiko lebih tinggi untuk menderita
kanker paru-paru dan penyakit jantung ishkemia. Sedangkan pada janin, bayi
dan anak-anak mempunyai risiko yang lebih besar untuk menderita kejadian
berat badan lahir rendah, bronchitis dan pneumonia, infeksi rongga telinga
dan asma
B. Komponen
Kandungan yang terdapat dalam rokok selain nikotin adalah tar, yang terdiri
dari 4.000 bahan kimia yang mana 60 bahan kimia diantaranya bersifat
karsinogenik. Tembakau yang dibakar akan mengeluarkan tar dan zat beracun
119
lainnya. Zat-zat tersebut menempel pada sepanjang saluran nafas perokok dan
pada saat yang sama akan mengurangi kekenyalan alveolus (kantung udara
dan paru-paru). Hal ini akan menyebabkan hanya sejumlah kecil udara yang
dapat dihirup dan sedikit oksigen yang terserap ke dalam peredaran darah.
Gas karbon monoksida yang umum dikenal sebagai asap yang keluar dari
knalpot kendaraan bermotor. Karbon monoksida dalam tubuh akan
mengurangi kemampuan darah untuk menyerap oksigen dari paru-paru. Hal
ini terjadi karena sel darah merah sebagai pengangkut oksigen lebih mudah
berikatan dengan karbon monoksida disbanding dengan oksigen. Lebih
banyak menghisap rokok, lebih banyak karbon monoksida terserap dalam
peredaran darah. Karbon monoksida dari asap yang dihirup oleh perokok itu
sendiri hal tersebut mengkontribusi penumpukan di dinding pembuluh darah
dan pencetus proses atherosclerosis.
Selain tiga kandungan utama rokok tersebut, rokok juga mengandung bahan
kimia lain. Rokok juga mengandung sianida, senyawa kimia yang
mengandung kelompok cyano. Benzene, juga dikenal sebagai bensol, senyawa
kimia organic yang mudah terbakar dan berwarna. Cadmium, sebuah logam
yang sangat beracun dan radioaktif. Methanol (alcohol kayu), alcohol yang
paling sederhana yang juga dikenal sebagai metil alcohol yang paling
sederhana yang juga dikenal sebagai metil alcohol. Asetilena, merupakan
merupakan senyawa kimia tak jenuh yang juga merupakan hidrokarbon
alkuna yang paling sederhana. Ammonia, dapat ditemukan dimana-mana,
tetapi sangat beracun dalam kombinasi dengan unsur-unsur tertentu.
Formaldehida, cairan yang sangat beracun yang digunakan untuk
mengawetkan mayat. Hydrogen sianida, racun yang digunakan sebagai
fumigant untuk membunuh semut. Zat ini juga digunakan sebagai zat pembuat
plastic dari pestisida. Arsenic, bahan yang terdapat dalam racun tikus. Karbon
monoksida, bahan kimia beracun yang ditemukan dalam asap buangan mobil
dan motor (Wangolds, 2013).
120
C. Etiologi
Perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari. Proses belajar dimulai dari
sejak masa anak-anak, sedangkan proses menjadi perokok pada masa remaja.
Proses belajar atau sosialisasi tampaknya dapat dilakukan melalui tranmisi
dan generasi sebelumnya yaitu tranmisi vertical yaitu lingkungan keluarga,
lebih spesifik sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja.
Sosialisasi yang lain melalui transmisi horizontal melalui lingkungan teman
sebaya. Namun demikian, yang paling besar memberikan kontribusi adalah
kepuasan-kepuasan yang diperoleh setelah merokok atau rokok memberikan
kontribusi yang positif. Pertimbangan-pertimbangan emosional lebih dominan
Dr. H.M. Asrorun Ni,am Sholeh,M.A (2017) meyebutkan bahwa ada 4 faktor
yang memiliki peran besar dalam perilaku merokok dan berada sangat dekat
dengan perokok yaitu :
a. Pengaruh orang tua
Perilaku orang tua dalam merokok, akan berpengaruh pada anak. Sebab,
anak akan memiliki kecenderungan untuk mengikuti perilaku yang
dicontohkan oleh orang tua.
b. Pengaruh teman
Hedman et al (2007) menyebutkan bahwa salah satu factor resiko
pencetus remaja untuk merokok adalah memiliki teman yang juga
sebagai perokok. Diantara remaja perokok terdapat 87% diantaranya
memiliki satu atau lebih sahabat yang perokok, begitu pula dengan
remaja bukan perokok.
c. Factor kepribadian
Salah satu sifat kepribadian yang mempengaruhi remaja mengonsumsi
rokok dan obat-obat, yaitu sifat konformitus sisoal. Individu yang
memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas social lebih mudah
menjadi pengguna rokok dan obat-obatan dibandingkan dengan individu
yang memiliki skor rendah.
121
d. Pengaruh iklan
Remaja tertarik untuk mengikuti perilaku seperti pada iklan rokok, baik
dari media cetak ataupun media elektronik.
D. Komplikasi
Sudah banyak diteliti dan telah terbukti bahwa kandungan dalam rokok
membahayakan kesehatan seseoang baik asap yang dihisap langsung saat
merokok maupun yanh kelur dari ujung rokok, sama-sama mengandung bahan
kimia beracun, seperti nikotin, tar, nitrous oxide, fomic acid, caron
monoksida, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut apabila beri nteraksi dan
berakumulasi secara kronis dalam waktu yang lama dapat menimbulkan
penyakit kanker paru,bir, kerongkongan, usus, penyakit jantung dan penyakit
paru kronis.
Nikotin adalah salah satu zat beracun yang bersifat adiktif yang berperan
besar dalam menimbulkan gangguan tubuh. Nikotin dapat meningkatkan
denyut jantung dan tekanan darah. Nikotin dapat mengaktivasi trombosit dan
meningkatkan asam lemak, mencetuskan aterosklerosis, penyempitan
pembuluh coroner. Penyempitan arteri coroner dapat menimbulkan serangan
jantung. Sumbatan pembuluh darah juga dapat terjadi di tempat lain. Apabila
sumbatan terjadi di pembuluh darah ginjal, menyebabkan terjadinya hipertensi
dan gagal ginjal. Apabila penyumbatan terjadi di otak bisa menyebabkan
terjadinya stroke.
122
Telah ditetapkan bahwa asap rokok mengandung lebih dari 40 macam
karsinogen. Kemungkinan kanker paru pada perokok 22 kali lebih besar dari
123
pada non perokok. Kanker hidung, lidah, mulut, kelenjar ludah2 kali lebih
besar dari non perokok. Kanker pharynk 6-7 kali lebih besar, kerongkongan
12 kali lebih besar, eshophagus 8-10 kali lebih besar, ginjal 5 kali lebih besar
dari non perokok (Depkes, 2009).
E. Penatalaksanaan
Ada dua metode yang selama ini dikembangkan para ahli dalam dunia rokok
untuk menghentikan kecanduan terhadap rokok (Syafiie, 2009). Metode
tersebut yaitu :
1. Metode yang mengandalkan perubahan prilaku
Perokok berubah tanpa bantuan obat-obatan, terdiri dari :
124
a. Metode Cold Turkey
Perokok hanya perlu berhenti merokok. Metode ini tidak
menggunakan perencanaan yang panjang. Perokok cukup
menentukan kapan dia akan melakukannya.
1) Teori perilaku kognitif
Perokok hanya akan merubah prilaku buruk merokok kalau dia
tahu bahwa merokok itu buruk.
2) Pengondisian berbalik
Teknik ini sangat unik, yaitu memasangkan sebuah stimulasi
negative dengan prilaku yang ingin dirubah.
b. Metode yang mengandalkan terapi dan obat-obatan
1) Terapi penggantian nikotin
Nikotin yang biasanya didapat dari rokok diganti sumbernya
dengan nikotin yang didapat dari kulit (susuk nikotin), mukosa
hidung (nikotin sedot hidung), dan mukosa mulut (permen karet
nikotin).
2) Pemberian obat-obatan
Obat yang digunakan untuk membantu keberhasilan berhenti
merokok antara lain :
a) Varenklin
Varenklin menghalangi nikotin menempel pada
reseptor dan mengurangi rasa nikmat yang ditimbulkan
dari rokok. Efektivitas obat ini sudah teruji dalam studi
terhadap 2.000 perokok. Dosis yang digunakan untuk
terapi adalah 1 mg, diberikan 2 kali sehari, efek
samping yang ditimbulkan adalah mual, sakit kepala,
insomnia dan mimpi buruk, namun hanya terjadi pada
kurang dari 10 % (Larasaty, 2009).
125
b) Bupropion
Obat ini memiliki efek poten untuk berhenti merokok,
bahkan melebihi khasiat varenklin. Efek samping
bupropion tersering adalah insomnia, mulut kering,
mual dan dapat menyebabkan kejang dengan resiko
1:1.000, maka tidak boleh digunakan pada pasien
dengan riwayat epilepsy (Suryadjaja, 2013).
c) Klonidin
Klonidin efektif menurunkan gejala putus obat pada
pasien yang berhenti merokok atau berhenti minum
alcohol. Efek samping utama klonidin adalah mulut
kering dan sedasi. Klonidin berguna bagi pasien yang
memiliki kontraindikasi dengan farmakoterapi lainnya.
c. Metode hipnotis
Perokok diberi intervensi oleh penghipnitis bahwa merokok itu buruk
dan dia harus berhenti, maka pada saat dia sadar kembali, besar
kemungkinan dia akan berhenti, sekalipun dia tidak tahu siapa yang
menyuruhnya berhenti.
126
127
128
LAMPIRAN 2
DENAH LOKASI
129
KETERANGAN:
: PENYAJI :PINTUMASUK
: AUDIEN
130
131