ELEKTRONIKA DAYA
VM 044105
Oleh:
Endah Suryawati Ningrum, S.T.,M.T
Aprilely Ajeng Fitriana, S.ST.,M.T
ii
E. LANGKAH PERCOBAAN ........................................................................................ 14
F. DATA PENGUKURAN .............................................................................................. 15
G. PERTANYAAN DAN TUGAS ................................................................................... 15
BAB 5 RANGKAIAN BOOST CONVERTER (BOOST CONVERTER CIRCUIT) ..... 16
A. TUJUAN ....................................................................................................................... 16
B. DASAR TEORI ........................................................................................................... 16
C. RANGKAIAN PERCOBAAN .................................................................................... 18
D. ALAT DAN BAHAN ................................................................................................... 18
E. LANGKAH PERCOBAAN ........................................................................................ 19
F. DATA PENGUKURAN .............................................................................................. 19
G. PERTANYAAN DAN TUGAS ................................................................................... 19
BAB 6 RANGKAIAN BUCK-BOOST CONVERTER (BUCK-BOOST CONVERTER
CIRCUIT) ............................................................................................................................... 21
A. TUJUAN ....................................................................................................................... 21
B. DASAR TEORI ........................................................................................................... 21
C. RANGKAIAN PERCOBAAN .................................................................................... 23
D. ALAT DAN BAHAN ................................................................................................... 23
E. LANGKAH PERCOBAAN ........................................................................................ 24
F. DATA PENGUKURAN .............................................................................................. 24
G. PERTANYAAN DAN TUGAS ................................................................................... 24
BAB 7 INVERTER SATU FASA (SINGLE PHASE INVERTER) .................................. 25
A. TUJUAN ....................................................................................................................... 25
B. DASAR TEORI ........................................................................................................... 25
C. RANGKAIAN PERCOBAAN .................................................................................... 26
D. ALAT DAN BAHAN ................................................................................................... 26
E. LANGKAH PERCOBAAN ........................................................................................ 27
F. DATA PENGUKURAN .............................................................................................. 27
G. PERTANYAAN DAN TUGAS ................................................................................... 28
iii
BAB 1
PENYEARAH TERKONTROL SETENGAH GELOMBANG
(CONTROLLED HALF-WAVE RECTIFIER)
A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja penyearah terkontrol setengah gelombang
2. Mahasiswa dapat memahami karakteristik rangkaian penyearah terkontrol setengah
gelombang dengan beban yang berbeda
B. DASAR TEORI
Rangkaian penyearah merupakan rangkaian yang mengkonversikan tegangan ac
menjadi dc. Gambar 1.1 menunjukkan rangkaian penyearah terkontrol setengah gelombang
yang menggunakan satu thyristor untuk mengontrol tegangan pada beban. Pada setengah
siklus positif dari tegangan sumber, thyristor akan ON jika terminal gate diberikan sinyal
trigger dengan sudut penyalaan α. Sedangkan pada setengah siklus berikutnya, yaitu pada
siklus negatif, thyristor akan OFF. Gambar tegangan keluaran penyearah terkontrol
setengah gelombang ditunjukkan oleh Gambar 1.2.
Gambar 1.2 Tegangan masukan dan keluaran dari rangkaian penyearah terkontrol setengah gelombang
dengan beban R
1
Tegangan rata-rata dari beban ditunjukkan oleh persamaan berikut:
1 π Vm
Vo = ∫ Vm sin(ωt)d(ωt) = (1 + cos α) (1.1)
2π α 2π
Vm merupakan tegangan puncak dari sumber tegangan. 𝛼 adalah sudut penyalaan gate
thyristor. Dari persamaan (1.1), perubahan sudut penyalaan akan mengatur tegangan rata-
rata dari beban.
Tegangan rms pada beban ditunjukkan oleh persamaan berikut:
𝑉𝑚 1 𝛼 𝑠𝑖𝑛(2𝛼)
𝑉𝑟𝑚𝑠 = √ − + (1.2)
2 2 2𝜋 4𝜋
C. RANGKAIAN PERCOBAAN
E. LANGKAH PERCOBAAN
1. Rangkailah SCR Module seperti Gambar 1.3
2. Berikan supply tegangan DC 12V dang tegangan AC 12 V pada Driver Module
3. Hubungkan terminal GATE 1 pada Driver Module dengan salah satu GATE pada SCR
module
4. Atur sudut penyalaan α dengan metuning potensio 10K pada driver modul sesuai dengan
sudut penyalaan yang diminta pada Tabel 1.1. Gunakan CH2 pada oscilloscope untuk
mengetahui besar sudut penyalaan.
5. Gunakan oscilloscop dual input, CH1 untuk mengamati tegangan masukan 𝑣𝑠 dan CH2
untuk mengamati tegangan keluaran 𝑣𝑜
6. Dengan menggunakan oscilloscope, amati perubahan tegangan terhadap perubahan
sudut penyalaan dan gambarlah pada kertas grafik bentuk gelombang keluaran 𝑣𝑜 pada
beban R
7. Ukur pula harga tegangan keluaran dc pada beban R
8. Dari gambar yang dihasilkan oleh langkah no.4, hitung tegangan keluaran rata-rata Vo
dan tegangan rms 𝑉rms pada beban menggunakan persamaan (1.1) dan (1.2)
9. Ulangi langkah no.1 sampai dengan 8 untuk nilai beban dan sudut penyalaan yang
berbeda
2
10. Bandingkan hasil yang diperoleh pada Tabel 1.1 kemudian berilah analisa dan
kesimpulan
F. DATA PENGUKURAN
Tabel 1.1 Pengukuran dan Perhitungan Rangkaian Penyearah Terkontrol Setengah
Gelombang
𝒗𝒔 (𝐕𝐨𝐥𝐭) 𝑹 (𝛀) 𝜶 𝐕𝐨 (Volt) 𝐕𝐫𝐦𝐬 (Volt)
12 10.000 25˚
12 10.000 50˚
12 10.000 75˚
12 10.000 90˚
12 10.000 115˚
12 10.000 140˚
12 10.000 165˚
12 100 25˚
12 100 50˚
12 100 75˚
12 100 90˚
12 100 115˚
12 100 140˚
12 100 165˚
12 10 25˚
12 10 50˚
12 10 75˚
12 10 90˚
12 10 115˚
12 10 140˚
12 10 165˚
c. Efisiensi
𝑃𝑜(𝑑𝑐)
𝜂= × 100%
𝑃𝑜(𝑎𝑐)
3
d. Komponen AC
2 − 𝑉2
𝑉𝑎𝑐 = √𝑉𝑟𝑚𝑠 𝑑𝑐
e. Form Factor
𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)
𝐹𝐹 =
𝑉𝑜(𝑑𝑐)
f. Ripple Factor
2
𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)
𝑅𝐹 = √( ) − 1 = √𝐹𝐹 2 − 1
𝑉𝑜(𝑑𝑐)
h. Power Factor
2
𝑉𝑖(𝑟𝑚𝑠)
⁄
𝑃 𝑅
𝑃𝐹 = =
𝑆 𝑉𝑖(𝑟𝑚𝑠) × 𝐼𝑖(𝑟𝑚𝑠)
4
BAB 2
PENYEARAH TERKONTROL GELOMBANG PENUH
(CONTROLLED FULL-WAVE RECTIFIER)
A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja penyearah terkontrol gelombang penuh
2. Mahasiswa dapat memahami karakteristik rangkaian penyearah terkontrol
gelombang penuh dengan beban yang berbeda
B. DASAR TEORI
Rangkaian penyearah merupakan rangkaian yang mengkonversikan tegangan ac
menjadi dc. Gambar 2.1 menunjukkan rangkaian penyearah terkontrol gelombang yang
menggunakan empat thyristor untuk mengontrol tegangan pada beban. Pada setengah
siklus positif dari tegangan sumber, thyristor 𝑆1 dan 𝑆2 akan ON jika terminal gate
diberikan sinyal trigger dengan sudut penyalaan α. Kemudian pada setengah siklus
berikutnya, yaitu pada siklus negatif, thyristor 𝑆3 dan 𝑆4 akan ON jika terminal gate
diberikan sinyal trigger dengan sudut penyalaan α. Gambar tegangan keluaran
penyearah terkontrol setengah gelombang ditunjukkan oleh Gambar 2.2.
Gambar 2.2 Tegangan masukan dan keluaran dari rangkaian penyearah terkontrol setengah gelombang
dengan beban R
Vm merupakan tegangan puncak dari sumber tegangan. 𝛼 adalah sudut penyalaan gate
thyristor. Dari persamaan (2.1), perubahan sudut penyalaan akan mengatur tegangan
rata-rata dari beban.
Tegangan rms pada beban ditunjukkan oleh persamaan berikut:
5
1 𝛼 𝑠𝑖𝑛(2𝛼)
𝑉rms = 𝑉𝑚 √ − + (2.2)
2 2𝜋 4𝜋
C. RANGKAIAN PERCOBAAN
E. LANGKAH PERCOBAAN
1. Rangkailah SCR Module seperti Gambar 2.3
2. Berikan supply tegangan DC 12V dang tegangan AC 12 V pada Driver Module
3. Hubungkan terminal GATE 1 pada Driver Module dengan GATE pada SCR
module yang berfungsi sebagai 𝑆1 dan 𝑆2 . Kemudian hubungkan GATE 2 pada
Driver Module dengan GATE pada SCR module yang berfungsi sebagai 𝑆3 dan 𝑆4 .
4. Atur sudut penyalaan α dengan metuning potensio 10K pada driver modul sesuai
dengan sudut penyalaan yang diminta pada Tabel 4.1. Gunakan CH2 pada
oscilloscope untuk mengetahui besar sudut penyalaan.
5. Gunakan oscilloscop dual input, CH1 untuk mengamati tegangan masukan 𝑣𝑠 dan
CH2 untuk mengamati tegangan keluaran 𝑣𝑜
6. Dengan menggunakan oscilloscope, amati perubahan tegangan terhadap perubahan
sudut penyalaan dan gambarlah pada kertas grafik bentuk gelombang keluaran 𝑣𝑜
pada beban R
7. Ukur pula harga tegangan keluaran dc pada beban R
8. Dari gambar yang dihasilkan oleh langkah no.4, hitung tegangan keluaran rata-rata
Vo dan tegangan rms 𝑉rms pada beban menggunakan persamaan (2.1) dan (2.2)
9. Ulangi langkah no.1 sampai dengan 8 untuk nilai beban dan sudut penyalaan yang
berbeda
10. Bandingkan hasil yang diperoleh pada Tabel 2.1 kemudian berilah analisa dan
kesimpulan
6
F. DATA PENGUKURAN
Tabel 2.1 Pengukuran dan Perhitungan Rangkaian Penyearah Terkontrol Gelombang Penuh
𝒗𝒔 (𝐕𝐨𝐥𝐭) 𝑹 (𝛀) 𝜶 𝐕𝐨 (Volt) 𝐕𝐫𝐦𝐬 (Volt)
12 10.000 25˚
12 10.000 50˚
12 10.000 75˚
12 10.000 90˚
12 10.000 115˚
12 10.000 140˚
12 10.000 165˚
12 100 25˚
12 100 50˚
12 100 75˚
12 100 90˚
12 100 115˚
12 100 140˚
12 100 165˚
12 10 25˚
12 10 50˚
12 10 75˚
12 10 90˚
12 10 115˚
12 10 140˚
12 10 165˚
c. Efisiensi
𝑃𝑜(𝑑𝑐)
𝜂= × 100%
𝑃𝑜(𝑎𝑐)
d. Komponen AC
2 − 𝑉2
𝑉𝑎𝑐 = √𝑉𝑟𝑚𝑠 𝑑𝑐
7
e. Form Factor
𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)
𝐹𝐹 =
𝑉𝑜(𝑑𝑐)
f. Ripple Factor
2
𝑉𝑜(𝑟𝑚𝑠)
𝑅𝐹 = √( ) − 1 = √𝐹𝐹 2 − 1
𝑉𝑜(𝑑𝑐)
h. Power Factor
2
𝑉𝑖(𝑟𝑚𝑠)
⁄
𝑃 𝑅
𝑃𝐹 = =
𝑆 𝑉𝑖(𝑟𝑚𝑠) × 𝐼𝑖(𝑟𝑚𝑠)
8
BAB 3
PENGATUR TEGANGAN AC SATU FASA
(SINGLE PHASE AC TO AC VOLTAGE CONTROLLER)
A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja pengatur tegangan AC satu fasa
2. Mahasiswa dapat memahami karakteristik rangkaian pengatur tegangan AC satu
fasa
B. DASAR TEORI
Rangkaian pengatur tegangan AC satu fasa mempunyai operasi dasar yang
menyerupai penyearah terkontrol setengah gelombang. Rangkaian ini digunakan untuk
mengatur tegangan AC. Gambar 3.1 menunjukkan rangkaian penyearah terkontrol
gelombang yang menggunakan empat thyristor untuk mengontrol tegangan pada beban.
Pada setengah siklus positif dari tegangan sumber, thyristor 𝑆1 akan ON. Kemudian
pada setengah siklus berikutnya, yaitu pada siklus negatif, thyristor 𝑆2 akan ON.
Masing-masing thyristor akan ON setelah diberikan sinyal trigger dengan sudut
penyalaan α. Gambar tegangan keluaran penyearah terkontrol setengah gelombang
ditunjukkan oleh Gambar 3.2.
Gambar 3.2 Tegangan masukan dan keluaran dari rangkaian pengatur tegangan AC satu fasa dengan
beban R
9
Tegangan keluaran yang dihasilkan ditunjukkan oleh persamaan berikut:
1 𝜋
𝑉𝑜,rms = √ ∫ [𝑉m 𝑠𝑖𝑛(𝜔𝑡)]2 𝑑(𝜔𝑡)
𝜋 𝛼
𝑉m 𝛼 𝑠𝑖𝑛(2𝛼) (3.1)
𝑉𝑜,rms = √1 − +
√2 𝜋 2𝜋
Vm merupakan tegangan puncak dari sumber tegangan. 𝛼 adalah sudut penyalaan gate
thyristor. Dari persamaan (3.1), perubahan sudut penyalaan akan mengatur tegangan
keluaran pada beban.
C. RANGKAIAN PERCOBAAN
E. LANGKAH PERCOBAAN
1. Rangkailah SCR Module seperti Gambar 3.3
2. Berikan supply tegangan DC 12V dang tegangan AC 12 V pada Driver Module
3. Hubungkan terminal GATE 1 pada Driver Module dengan GATE pada SCR
module yang berfungsi sebagai 𝑆1. Kemudian hubungkan GATE 2 pada Driver
Module dengan GATE pada SCR module yang berfungsi sebagai 𝑆2 .
4. Atur sudut penyalaan α dengan metuning potensio 10K pada driver modul sesuai
dengan sudut penyalaan yang diminta pada Tabel 3.1. Gunakan CH2 pada
oscilloscope untuk mengetahui besar sudut penyalaan.
5. Gunakan oscilloscop dual input, CH1 untuk mengamati tegangan masukan 𝑣𝑠 dan
CH2 untuk mengamati tegangan keluaran 𝑣𝑜
6. Dengan menggunakan oscilloscope, amati perubahan tegangan terhadap perubahan
sudut penyalaan dan gambarlah pada kertas grafik bentuk gelombang keluaran 𝑣𝑜
pada beban R
10
7. Ukur pula harga tegangan keluaran dc pada beban R
8. Dari gambar yang dihasilkan oleh langkah no.4, hitung tegangan keluaran rata-rata
Vo pada beban menggunakan persamaan (3.1)
9. Ulangi langkah no.1 sampai dengan 8 untuk nilai beban dan sudut penyalaan yang
berbeda
10. Bandingkan hasil yang diperoleh pada Tabel 3.1 kemudian berilah analisa dan
kesimpulan
F. DATA PENGUKURAN
Tabel 3.1 Pengukuran dan Perhitungan Rangkaian Pengatur Tegangan AC
𝒗𝒔 (𝐕𝐨𝐥𝐭) 𝑹 (𝛀) 𝜶 𝐕𝐨 (Volt) 𝐕𝐫𝐦𝐬 (Volt)
12 10.000 25˚
12 10.000 50˚
12 10.000 75˚
12 10.000 90˚
12 10.000 115˚
12 10.000 140˚
12 10.000 165˚
12 100 25˚
12 100 50˚
12 100 75˚
12 100 90˚
12 100 115˚
12 100 140˚
12 100 165˚
12 10 25˚
12 10 50˚
12 10 75˚
12 10 90˚
12 10 115˚
12 10 140˚
12 10 165˚
11
BAB 4
RANGKAIAN BUCK CONVERTER
(BUCK CONVERTER CIRCUIT)
A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja rangkain buck converter
2. Mahasiswa dapat memahami karakteristik rangkaian buck converter
B. DASAR TEORI
Rangkaian dc-dc converter merupakan rangkaian yang digunakan untuk
mengkonversi level tegangan dc yang satu kepada tegangan dc yang lain. Buck
converter digunakan untuk menurunkan level tegangan dc. Rangkaian buck converter
ditunjukkan oleh Gambar 4.1.
(a)
(b)
Gambar 4.2 Rangkaian Ekivalen Buck Converter ketika: (a) switch open, (b) switch closed
Analisa rangkaian dilakukan pada saat switch closed dan open. Analisa ketika
switch closed dan open ditunjukkan oleh Gambar 4.2. Gambar 4.2-a menunjukkan
kondisi ketika switch closed, diode reverse-biased, tegangan yang melewati induktor
ditunjukkan oleh persamaan (4.1).
𝑑𝑖𝐿
𝑣𝐿 = 𝑉𝑠 − 𝑉𝑜 = 𝐿 (4.1)
𝑑𝑡
Sehingga,
12
𝑑𝑖𝐿 𝑉𝑠 − 𝑉𝑜
= (4.2)
𝑑𝑡 𝐿
Karena turunan arus 𝑖𝐿 bernilai positif konstan, maka arus akan naik secara linear seperti
yang ditunjukkan oleh Gambar 4.3-b. Perubahan arus ketika switch closed diperoleh
dengan cara memodifikasi persamaan (4.2) sehingga didapatkan persamaan (4.3)
sebagai berikut:
𝑉𝑠 − 𝑉𝑜
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 = ( ) 𝐷𝑇 (4.3)
𝐿
Pada Gambar 4.2-b, switch open, diode forward-biased untuk membawa arus
induktor, tegangan yang melewati induktor ditunjukkan oleh persamaan (4.4).
𝑑𝑖𝐿
𝑣𝐿 = 𝑉𝑠 − 𝑉𝑜 = 𝐿 (4.4)
𝑑𝑡
Sehingga,
𝑑𝑖𝐿 −𝑉𝑜
= (4.5)
𝑑𝑡 𝐿
Karena turunan arus 𝑖𝐿 bernilai positif konstan, maka arus akan naik secara linear seperti
yang ditunjukkan oleh Gambar 4.3-b. Perubahan arus ketika switch closed diperoleh
dengan cara memodifikasi persamaan (4.5) sehingga didapatkan persamaan (4.3)
sebagai berikut:
−𝑉𝑜
(∆𝑖𝐿 )𝑜𝑝𝑒𝑛 = ( ) (1 − 𝐷)𝑇 (4.6)
𝐿
Tegangan keluaran buck converter didapatkan melalui analisa pada kondisi operasi
steady state. Kondisi ini meliputi arus induktor pada saat akhir siklus switching sama
dengan awal siklus, artinya bahwa perubahan arus induktor pada satu periode adalah
nol.
(∆𝑖𝐿 )closed + (∆𝑖𝐿 )open = 0
𝑉𝑠 − 𝑉𝑜 𝑉𝑜
( ) 𝐷𝑇 − ( ) (1 − 𝐷)𝑇 = 0
𝐿 𝐿
13
Sehingga didapatkan tegangan keluaran:
𝑉𝑜 = 𝑉𝑠 𝐷 (4.7)
Arus rata-rata induktor mempunyai nilai yang sama dengan arus rata-rata pada resistor
kaena nilai rata-rata kapasitor bernilai nol pada kondisi operasi steady state.
𝑉𝑜
𝐼𝐿 = 𝐼𝑅 = (4.8)
𝑅
C. RANGKAIAN PERCOBAAN
E. LANGKAH PERCOBAAN
1. Hubungkan L24V dan N24V pada modul PWM dengan terminal L24V dan N24V
pada modul elektronika daya.
2. Amati bentuk sinyal keluaran PWM pada setiap perubahan duty cycle dari modul
PWM dengan menggunakan oscilloscope. Gambarkan hasil yang diperoleh pada
kertas grafik.
3. Rangkailah modul buck converter, dc power supply, voltmeter, amperemeter, dan
resistor seperti pada Gambar 4.4.
4. Hubungkan terminal OUT +PWM pada modul PWM dengan terminal PWM pada
modul buck converter.
14
5. Amati perubahan sinyal keluaran PWM setelah terhubung dengan mosfet buck
converter. Apakah mengalami perubahan? Bila ya, gambarkan pada kertas grafik
6. Tuliskan hasil pengukuran yang didapatkan pada Tabel 4.1.
7. Lepaskan hubungan antara mosfet dan PWM, cobalah ubah frekuensi switching
PWM. Kemudian pasang kembali PWM, ulangi kembali data pengukuran Tabel 4.1
untuk nilai frekuensi yang berbeda.
F. DATA PENGUKURAN
Tabel 4.1 Hasil Pengukuran Rangkaian Buck Converter
𝑽𝒔 (Volt) D (%) Frekuensi (Hz) 𝑰𝒔 (A) 𝑽𝒐 (Volt) 𝑰𝒐 (A)
6 0
6 20
6 40
6 60
6 80
6 100
12 0
12 20
12 40
12 60
12 80
12 100
15
BAB 5
RANGKAIAN BOOST CONVERTER
(BOOST CONVERTER CIRCUIT)
A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja rangkain boost converter
2. Mahasiswa dapat memahami karakteristik rangkaian boost converter
B. DASAR TEORI
Rangkaian dc-dc converter merupakan rangkaian yang digunakan untuk
mengkonversi level tegangan dc yang satu kepada tegangan dc yang lain. Boost
converter digunakan untuk menurunkan level tegangan dc. Rangkaian boost converter
ditunjukkan oleh Gambar 5.1.
(a)
(b)
Gambar 5.2 Rangkaian Ekivalen Boost Converter ketika: (a) switch closed, (b) switch open
Analisa rangkaian dilakukan pada saat switch closed dan open. Analisa ketika
switch closed dan open ditunjukkan oleh Gambar 5.2. Gambar 5.2-a menunjukkan
kondisi ketika switch closed, diode reverse-biased, tegangan yang melewati induktor
ditunjukkan oleh persamaan (5.1).
𝑑𝑖𝐿
𝑣𝐿 = 𝑉𝑠 = 𝐿 (5.1)
𝑑𝑡
16
Sehingga,
𝑑𝑖𝐿 𝑉𝑠
= (5.2)
𝑑𝑡 𝐿
Karena turunan arus 𝑖𝐿 bernilai positif konstan, maka arus akan naik secara linear
seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 5.3-b. Perubahan arus ketika switch closed
diperoleh dengan cara memodifikasi persamaan (5.2) sehingga didapatkan persamaan
(5.3) sebagai berikut:
𝑉𝑠
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 = 𝐷𝑇
𝐿 (5.3)
Pada Gambar 5.2-b, switch open, diode forward-biased untuk membawa arus
induktor, tegangan yang melewati induktor ditunjukkan oleh persamaan (5.4).
𝑑𝑖𝐿
𝑣𝐿 = 𝑉𝑠 − 𝑉𝑜 = 𝐿 (5.4)
𝑑𝑡
Sehingga,
𝑑𝑖𝐿 𝑉𝑠 − 𝑉𝑜
= (5.5)
𝑑𝑡 𝐿
Karena turunan arus 𝑖𝐿 bernilai positif konstan, maka arus akan naik secara linear
seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 5.3-b. Perubahan arus ketika switch closed
diperoleh dengan cara memodifikasi persamaan (5.5) sehingga didapatkan persamaan
(5.3) sebagai berikut:
17
(𝑉𝑠 − 𝑉𝑜 )(1 − 𝐷)𝑇
(∆𝑖𝐿 )𝑜𝑝𝑒𝑛 = (5.6)
𝐿
𝑉𝑠 (𝐷 + 1 − 𝐷) − 𝑉𝑜 (1 − 𝐷) = 0
𝑉𝑠
𝑉𝑜 = (5.7)
(1 − 𝐷)
Arus rata-rata induktor mempunyai nilai yang sama dengan arus rata-rata pada resistor
kaena nilai rata-rata kapasitor bernilai nol pada kondisi operasi steady state.
𝑉𝑠 𝑉𝑜2 𝑉𝑜 𝐼𝑜
𝐼𝐿 = 2
= = (5.8)
(1 − 𝐷) 𝑅 𝑉𝑠 𝑅 𝑉𝑠
C. RANGKAIAN PERCOBAAN
E. LANGKAH PERCOBAAN
1. Hubungkan L24V dan N24V pada modul PWM dengan terminal L24V dan N24V
pada modul elektronika daya.
2. Amati bentuk sinyal keluaran PWM pada setiap perubahan duty cycle dari modul
PWM dengan menggunakan oscilloscope. Gambarkan hasil yang diperoleh pada
kertas grafik.
3. Rangkailah modul boost converter, dc power supply, voltmeter, amperemeter, dan
resistor seperti pada Gambar 5.4.
4. Hubungkan terminal OUT +PWM pada modul PWM dengan terminal PWM pada
modul boost converter.
5. Amati perubahan sinyal keluaran PWM setelah terhubung dengan mosfet boost
converter. Apakah mengalami perubahan? Bila ya, gambarkan pada kertas grafik
6. Tuliskan hasil pengukuran yang didapatkan pada Tabel 5.1.
7. Lepaskan hubungan antara mosfet dan PWM, cobalah ubah frekuensi switching
PWM. Kemudian pasang kembali PWM, ulangi kembali data pengukuran Tabel 5.1
untuk nilai frekuensi yang berbeda.
F. DATA PENGUKURAN
Tabel 5.1 Hasil Pengukuran Rangkaian Buck Converter
𝑽𝒔 (Volt) D (%) Frekuensi (Hz) 𝑰𝒔 (A) 𝑽𝒐 (Volt) 𝑰𝒐 (A)
6 0
6 20
6 40
6 60
6 80
6 100
12 0
12 20
12 40
12 60
12 80
12 100
20
BAB 6
RANGKAIAN BUCK-BOOST CONVERTER
(BUCK-BOOST CONVERTER CIRCUIT)
A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja rangkain buck-boost converter
2. Mahasiswa dapat memahami karakteristik rangkaian buck-boost converter
B. DASAR TEORI
Rangkaian dc-dc converter merupakan rangkaian yang digunakan untuk
mengkonversi level tegangan dc yang satu kepada tegangan dc yang lain. Buck-boost
converter digunakan untuk menurunkan level tegangan dc. Rangkaian buck-boost
converter ditunjukkan oleh Gambar 6.1.
(a)
(b)
Gambar 6.2 Rangkaian Ekivalen Buck-Boost Converter ketika: (a) switch closed, (b) switch open
Analisa rangkaian dilakukan pada saat switch closed dan open. Analisa ketika
switch closed dan open ditunjukkan oleh Gambar 6.2. Gambar 6.2-a menunjukkan
kondisi ketika switch closed, diode reverse-biased, tegangan yang melewati induktor
ditunjukkan oleh persamaan (6.1).
𝑑𝑖𝐿
𝑣𝐿 = 𝑉𝑠 = 𝐿 (6.1)
𝑑𝑡
Sehingga,
21
𝑑𝑖𝐿 𝑉𝑠
= (6.2)
𝑑𝑡 𝐿
Karena turunan arus 𝑖𝐿 bernilai positif konstan, maka arus akan naik secara linear seperti
yang ditunjukkan oleh Gambar 6.3-b. Perubahan arus ketika switch closed diperoleh
dengan cara memodifikasi persamaan (6.2) sehingga didapatkan persamaan (6.3)
sebagai berikut:
𝑉𝑠
(∆𝑖𝐿 )𝑐𝑙𝑜𝑠𝑒𝑑 = 𝐷𝑇
𝐿 (6.3)
Pada Gambar 6.2-b, switch open, diode forward-biased untuk membawa arus
induktor, tegangan yang melewati induktor ditunjukkan oleh persamaan (6.4).
𝑑𝑖𝐿
𝑣𝐿 = 𝑉𝑜 = 𝐿 (6.4)
𝑑𝑡
Sehingga,
𝑑𝑖𝐿 𝑉𝑜
= (6.5)
𝑑𝑡 𝐿
Karena turunan arus 𝑖𝐿 bernilai positif konstan, maka arus akan naik secara linear seperti
yang ditunjukkan oleh Gambar 6.3-b. Perubahan arus ketika switch closed diperoleh
dengan cara memodifikasi persamaan (6.5) sehingga didapatkan persamaan (6.3)
sebagai berikut:
𝑉𝑜 (1 − 𝐷)𝑇
(∆𝑖𝐿 )𝑜𝑝𝑒𝑛 = (6.6)
𝐿
22
Tegangan keluaran buck converter didapatkan melalui analisa pada kondisi
operasi steady state. Kondisi ini meliputi arus induktor pada saat akhir siklus
switching sama dengan awal siklus, artinya bahwa perubahan arus induktor pada satu
periode adalah nol.
(∆𝑖𝐿 )closed + (∆𝑖𝐿 )open = 0
𝑉𝑠 𝐷𝑇 𝑉𝑜 (1 − 𝐷)𝑇
+ =0
𝐿 𝐿
𝐷
𝑉𝑜 = −𝑉𝑠 ( ) (6.7)
1−𝐷
Arus rata-rata induktor mempunyai nilai yang sama dengan arus rata-rata pada resistor
kaena nilai rata-rata kapasitor bernilai nol pada kondisi operasi steady state.
𝑉𝑜2 𝑃𝑜 𝑉𝑠 𝐷
𝐼𝐿 = = = (6.8)
𝑉𝑠 𝑅𝐷 𝑉𝑠 𝐷 𝑅(1 − 𝐷)2
C. RANGKAIAN PERCOBAAN
23
E. LANGKAH PERCOBAAN
1. Hubungkan L24V dan N24V pada modul PWM dengan terminal L24V dan N24V
pada modul elektronika daya.
2. Amati bentuk sinyal keluaran PWM pada setiap perubahan duty cycle dari modul
PWM dengan menggunakan oscilloscope. Gambarkan hasil yang diperoleh pada
kertas grafik.
3. Rangkailah modul buck-boost converter, dc power supply, voltmeter, amperemeter,
dan resistor seperti pada Gambar 6.4.
4. Hubungkan terminal OUT +PWM pada modul PWM dengan terminal PWM pada
modul buck-boost converter.
5. Amati perubahan sinyal keluaran PWM setelah terhubung dengan mosfet buck-
boost converter. Apakah mengalami perubahan? Bila ya, gambarkan pada kertas
grafik
6. Tuliskan hasil pengukuran yang didapatkan pada Tabel 6.1.
7. Lepaskan hubungan antara mosfet dan PWM, cobalah ubah frekuensi switching
PWM. Kemudian pasang kembali PWM, ulangi kembali data pengukuran Tabel 6.1
untuk nilai frekuensi yang berbeda.
F. DATA PENGUKURAN
Tabel 6.1 Hasil Pengukuran Rangkaian Buck-Boost Converter
𝑽𝒔 (Volt) D (%) Frekuensi (Hz) 𝑰𝒔 (A) 𝑽𝒐 (Volt) 𝑰𝒐 (A)
6 0
6 20
6 40
6 60
6 80
6 100
12 0
12 20
12 40
12 60
12 80
12 100
24
BAB 7
INVERTER SATU FASA
(SINGLE PHASE INVERTER)
A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat memahami prinsip kerja rangkain inverter
2. Mahasiswa dapat memahami karakteristik rangkaian inverter
B. DASAR TEORI
Inverter merupakan suatu rangkaian yang digunakan untuk mengubah sumber
tegangan DC tetap menjadi sumber tegangan AC dengan frekuensi tertentu. Komponen
semikonduktor daya yang digunakan dapat berupa SCR, transistor, dan MOSFET yang
beroperasi sebagai sakelar dan pengubah. Inverter dapat diklasifikasikan dalam dua
jenis, yaitu: inverter satu fasa dan inverter tiga fasa. Setiap jenis inverter tersebut dapat
dikelompokan dalam empat kategori ditinjau dari jenis rangkaian komutasi pada SCR,
yaitu: (1) modulasi lebar pulsa, (2) inverter resonansi, (3) inverter komutasi bantu, dan
(4) inverter komutasi komplemen.
Inverter disebut sebagai inverter catu-tegangan (voltage-fed inverter-VFI) apabila
tegangan masukan selalu dijaga konstan, disebut inverter catu-arus (current-fed
inverter-CFI) apabila arus masukan selalu dipelihara konstan, dan disebut inverter
variabel (variable dc linked inverter) apabila tegangan masukan dapat diatur.
Selanjutnya, jika ditinjau dari proses konversi, inverter dapat dibedakan dalam tiga
jenis, yaitu inverter: seri, paralel, dan jembatan. Inverter jembatan dapat dibedakan
menjadi inverter setengah-jembatan (half-bridge) dan jembatan (bridge). Dalam
praktikum kali ini akan difokuskan pada penggunaan inverter setengah jembatan satu
fasa.
25
Gambar 7.2 Bentuk gelombang: (a) tegangan carrier dan amplitudo switching; (b) tegangan switching
S1; (c) tegangan switching S2; (d) tegangan keluaran
C. RANGKAIAN PERCOBAAN
F. DATA PENGUKURAN
Tabel 7.1 Tabel Pengukuran Rangkaian Inverter
𝑽𝒔 (Volt) D (%) Frekuensi (Hz) 𝑽𝒐 (Volt)
Beban R
6 20
6 40
6 60
6 80
12 20
12 40
12 60
12 80
Beban RL
6 20
6 40
6 60
6 80
12 20
12 40
12 60
12 80
27
G. PERTANYAAN DAN TUGAS
1. Jelaskan pengaruh duty cycle dan frekuensi terhadap tegangan keluaran yang
dihasilkan oleh inverter.
2. Buatlah simulasi menggunakan PSIM/PSPiCE. Bandingkan hasil simulasi dan hasil
pengukuran yang telah dilakukan.
3. Buatlah analisa dan kesimpulan.
28