Anda di halaman 1dari 4

A.

APLIKASI KEPERAWATAN TRANSKULTURAL


Untuk mengaplikasikan keperawatan transkultural dalam proses asuhan
keperawatan dibutuhkan sejumlah pedoman yang bermanfaat sebagai petunjuk bagi
perawat ataupun klien untuk bertindak. Berbagai pedoman itu dibutuhkan agar perawat
dapat menjalankan tugasnya dengan baik, dan pasien dapat sembuh secara total.
1. Pedoman-pedoman itu diantaranya adalah:
a. Selalu memperlakukan pasien dengan hormat. Perawat harus mampu
memperlakukan pasien yang latar belakangnya berbeda dengan cara berbeda pula.
Cara-cara yang unik dan khas terhadap pasien dapat menjadi cara perawat untuk
menunjukkan rasa hormat serta atau pengertian. Dan jika ada hal-hal yang tidak
dipahami, jangan secara semena menganggap kita memahami makna dari perilaku
itu.
b. Sebagai perawat, kita harus mengenali, memahami dan membiasakan diri dengan
berbagai adat dan kepercayaan kelompok budaya tertentu pada ruang asuhan
keperawatan yang kita jaga dan urus.
c. Kita harus secara pintar menggabungkan berbagai simbol dan praktik budaya ke
dalam rencana asuhan keperawatan klien. Tentu jika itu semua memungkinkan,
karena ada sejumlah hal yang belum tentu pas dengan berbagai bentuk
pengobatan modern. Upaya memasukkan berbagai simbol dan 149 praktik itu
diharapkan dapat membuat pasien merasa nyaman dan sembuh dengan total.
d. Seorang perawat harus mampu melepaskan berbagai stereotipe kultural yang
terkadang belum tentu tepat. Kita harus ingat bahwa warna kulit seseorang tidak
selalu menunjukkan latar belakang budaya orang tersebut, atau menunjukkan
bagaimana orang itu berpikir atau bertingkah laku.
e. Perawat harus mampu mempelajari bagaimana klien memandang kesehatan,
penyakit, kesedihan, kebahagiaan serta sistem pelayanan kesehatan.
f. Perawat harus mampu menerjemahkan atau mencari tenaga penerjemah untuk
para pasien yang tidak memiliki kemampuan bahasa Indonesia yang baik. g.
Perawat harus selalu meletakkan kertas dan pensil di sisi tempat tidur pasien. Ini
dibutuhkan agar pasien dapat mengutarakan berbagai hal yang ia anggap sangat
privat, serta perlu mengutarakan perasaanya langsung kepada perawat.
2. Panduan untuk melakukan komunikasi antar budaya adalah sebagai berikut:
a. Yang harus dilakukan (Do’s)
- Jangan lupa bahwa kita sendiri sudah yakin dengan budaya yang kita miliki.
Bila kita tidak tahu serta tidak yakin akan asal kita, maka mana mungkin kita
bisa memahami keyakinan budaya orang lain.
- Kita memiliki sikap dan pikiran terbuka terhadap apapun, terlebih terbuka
untuk mempelajari berbagai hal yang baru, misalnya saja berbagai tipe
komunikasi masing- masing individu
- Jika kita sudah memiliki pemahaman secara konsep dan teoritis tentang
komunikasi antar budaya, maka perlu dilakukan berbagai praktik komunikasi
agar apa yang sudah dipahami tidak hanya sampai sebatas konsep saja.
- Secara aktif melakukan berbagai praktik mendengar dan membuat semacam
kontrak waktu saat melakukan komunikasi antar budaya.
- Harus memiliki sikap hormat-menghormati, terutama hormat pada berbagai
keputusan orang lain untuk terlibat dalam proses komunikasi.
- Secara mandiri melakukan proses eksplorasi atas berbagai pola komunikasi
kelompok yang diajak bekerja sama.
- Jangan pernah lupa memperhatikan komunikasi nonverbal yang secara tidak
langsung ataupun langsung dikeluarkan oleh seseorang yang sedang
berkomunikasi.
- Jika ada berbagai pesan yang belum tersampaikan dengan jelas, maka
sebaiknya jangan bersikap sok tahu, tetapi sebaiknya melakukan proses
klarifikasi pesan terlebih dahulu kepada pemberi pesan.
- Ketika sedang berkomunikasi, maka jangan melepaskan diri dari konteks
komunikasi. Perhatikan elemen-elemen penting dalam kalimat-kalimat yang
dikeluarkan, seperti 5W1H.
b. Yang tidak boleh dilakukan (Don’t)
- Saat berhubungan dengan orang lain, kita menempelkan stereotipe-stereotipe,
terutama yang negatif, kepada kelompok-kelompok lain.
- Kita berasumsi bahwa hanya ada satu cara komunikasi yang sempurna.
- Kita berasumsi bahwa kerusakan dalam komunikasi adalah karena kesalahan
orang lain.
- Kita dengan semena menganggap bahwa komunikasi adalah pemahaman.
- Kita berasumsi bahwa seluruh budaya adalah sama bagi diri kita.

Obat-obatan Herbal yang dapat Atasi Gejala Campak

1. Kunyit

Salah satu obat-obatan herbal yang efektif atasi gejala campak adalah kunyit. Tanaman yang
biasanya digunakan untuk bumbu masakan ini dipercaya dapat mengatasi gejala campak.
Tanaman tersebut dapat mengurangi ruam yang timbul pada kulit. Hal tersebut karena
kandungan kurkumin dapat berguna sebagai antioksidan yang baik untuk mengatasi radang.Pada
kunyit putih, terdapat kandungan curcuminoids yang berguna sebagai antialergi dengan cara
mencegah zat histamin pada tubuh. Selain itu, kandungan analgesik juga lebih kuat untuk
mengatasi gejala-gejala dari campak. Maka dari itu, kunyit menjadi pilihan utama untuk
digunakan saat seseorang mengalami campak atau gangguan radang lainnya.

2. Cengkeh

Tanaman herbal ini dapat ampuh untuk mengatasi peradangan yang terjadi, terutama yang
disebabkan campak. Maka dari itu, cengkeh dapat menjadi pilihan yang baik digunakan untuk
mengatasi gejala campak. Kamu dapat merendam bunga dari cengkuh tersebut selama satu hari,
lalu campur dengan dengan gula dan akhirnya siap diminum.

3. Daun Jarak

Daun jarak juga termasuk salah satu obat-obatan herbal yang digunakan untuk atasi gejala
campak. Air rebusan dari daun tersebut dapat mengatasi peradangan disebabkan penyakit karena
virus tersebut. Air dari daun jarak tersebut dapat melawan bakteri yang dapat menyebabkan diare
dan nafsu makan yang buruk sebagai salah satu gejala campak.

Beberapa obat-obatan herbal di atas dapat dimanfaatkan sebagai cara atasi gejala campak.
Dengan mengatasi gejala-gejala yang terjadi, diharapkan gangguan tersebut dapat dengan mudah
diatasi. Sehingga, gangguan-gangguan yang lebih parah dapat dicegah sebelum terjadi.

Dapus :

Verona, Verury Handayani. 2020. Artikel Halodoc : Benarkah Obat-Obatan Herbal Bisa
Redakan Gejala Campak?https://www.halodoc.com/artikel/benarkah-obat-obatan-herbal-bisa-
redakan-gejala-campak diakses pada tanggal 10 Februari 2021

Hariani. (2018). Sulawesi Tengah Dan Pengembangannya Sebagai Media


Pembelajaran( Species and Utilization of Medicine Plants in Village Budi Mukti Central
Sulawesi and Their Development As Biologi Learning Media ). 9(1), 11– 19.
https://scholar.google.com/scholar?
as_ylo=2017&q=artikel+pengobatan+alternatif+campak&hl=id&as_sdt=0,5#d=gs_qabs&u
=%23p%3Dw7c4uTQQ5DoJ

Andrew. M & Boyle. J.S,. 1995. Transcultural Concepts in Nursing Care, 2nd Ed, Philadelphia:
JB Lippincot Company.

Fitzpatrick. J. & Whall. A.L,. 1989. Conceptual Models of Nursing : Analysis and Application,
USA: Appleton & Lange.

Beaglehole, Robert & Ruth Bonita. 2000. “Reinvigorating public health”. The Lancet Volume
356, Issue 9232.

Anda mungkin juga menyukai