Anak pra sekolah adalah anak yang berusia antara 3-5 tahun. Meraka
biasanya mengikuti program preschool. Di Indonesia untuk usia 3-5 tahun
biasanya mengikuti program Taman Kanak-kanak.
Beberapa aspek perkembangan fisik masih terus berjalan pada masa pra
sekolah. Anak bertambah berat badan sekitar 2,5 kg/tahun, berat badan rerata usia
3 tahun adalah 16 kg, usia 4 tahun 18,5 kg, dan 5 tahun 20 kg. Anak usia pra
sekolah tumbuh sebanyak 2,4-3 inci/tahun. Mencapai dua kali berat badan lahir
pada usia 4 tahun, dan memiliki tinggi badan 43 inci pada usia 5 tahun.
Pemanjangan kaki menyebabkan tampilan anak menjadi lebih ramping. Anak
laki-laki berukuran lebih besar dengan otot lebih banyak dan lemak yang lebih
sedikit. Sebagian besar anak telah dapat buang air sendiri pada usia pra sekolah
(Hockenberry dan Wilson, 2007).
Anak usia pra sekolah dapat berlari, menaiki dan menuruni tangga dengan
mudah, serta belajar melompat. Pada usia 5 tahun mereka dapat melompat dengan
berganti kaki, melakukan lompat tali, dan mulai berenang.
Anak usia pra sekolah dapat berpikir secara tidak kompleks dengan
mengategorikan objek berdasarkan ukuran, warna, atau dengan pertanyaan.
Mereka mengalami peningkatan interaksi sosial, mialnyanpada seorang anak
berusia 5 tahun yang memberika perban terhadap temannya yang luka. Anak
menjadi sadar terhadap adanya hubungan kausa-dan-efek, seperti pada pertnyaan,
“Matahari tenggelam karena orang-orang sudah ingin tidur.” Mereka juga dapat
berpikir dalam konteks waktu dan tempat, misalnya seorang anak yang dirawat di
rumas sakit berpikir, “ Saya semalam menangis, oleh karena itu saya disuntik oleh
perawat.” Pada usia 5 tahun, anak belajar menggunakan aturan tertentu untuk
memahami penyebab. Mereka akan memulai penjelaan dari hal umum ke hal
khusus. Proses ini akan membentuk dasar pemikiran yang logis, anak akan
berpikir, “Saya disuntik dua kali sehari, oleh karena itu saya disuntik satu kali
pada malam sebelumnya.” Pada masa ini anak akan mengganggap benda mati
memiliki kehidupan dan mampu melakukan tindakan, seperti komentar, “Pohon
akan menangis jika dahannya patah.”
Anak usia 3 tahun dapat mengatakan 900 kata, menggunakan 3-4 kalimat
dan berbicara dengan tidak putus-putusnya (ceriwis)
Anak usia 4 tahun dapat mengatakan 1500 kata, menceritakan cerita
berlebihan dan menyanyikan lagu sederhana (ini merupakan usia puncak
untuk pertanyaan ‘mengapa’)
Anak usia 5 tahun dapat mengatakan 2100 kata, mengetahui 4 warna atau
lebih, nama-nama hari dalam seminggu dan nama bulan.
Sumber rasa stess pada anak pra sekolah dapat berupa perubahan pada
pengasuhan, memulai sekolah, kelahiran saudara kandung, masa pernikahan
orangtua, perpindahan kerumah baru, atau penyakit. Pada masa ini, merak dapat
melakukan hal seperti mengompol atau mengisap ibu jari dan menginginkan
orangtua untuk memberi makanan, memakaikan baju, dan memeluk mereka.
Tingkah laku ketergantungan ini dapat membingungkan dan menimbulkan rasa
malu terhadap orang tua. Permainan merupakan cara yang sangat baik bagi anak
pra sekolah untuk menyalurkan rasa frustasi dan marah.
Usia Aktivitas
a. Anak dapat menyusun keatas 9-10 balok
b. Anak dapat membentuk jembatan 3 balok
c. Anak dapat membuat lingkaran dan silang
3 tahun
4 tahun
Usia Aktivitas
a. Anak dapat menaiki sepeda roda 3
b. Anak menaiki tangga menggunakan kaki bergantian
c. Anak berdiri pada satu kaki dalam beberapa detik
d. Anak melompat jauh
3 tahun
A. Risiko Kesehatan
Pada usia pra sekolah, risiko kecelakaan jatuh menjadi lebih kecil dengan
semakin tingginya kemampuan motorik anak. Pedoman pencegahan cedera pada
batita juga diterapkan pada anak pra sekolah. Anak harus mempelajari keamanan
di rumahnya dan orangtua harus memonitor kegiatan anak. Edukasi anak dan
keluarganya akan memfasilitasi tujuan Healthy People 2010 (USDHHS, 2000).
Anak pada usia ini merupakan peniru yang baik sehingga dibutuhkan penyajian
contoh yang baik oleh orangtua. Penggunaan helm saat bersepeda akan menjadi
contoh bagi anak pra sekolah.
B. Masalah Kesehatan
Masih sedikit penelitian yag mengamati persepsi anak usia pra sekolah
tentang kesehatan dirinya. Kepercayaan orangtua tentang kesehatan, sensasi tubuh
anak, dan kemampuan mereka melakukan kegiatan harian akan membantu anak
membangun sikap tentang kesehatan. Anak usia pra sekolah umumnya dapat
melakukan sendiri kegiatan mencuci, berpakaian, dan makan. Perubahan terhadap
kemandirian ini akan memengaruhi persaan mereka tentang kesehatannya.
Nutrisi
Nutrisi yang dibutuhkan anak usia pra sekolah hampir sama dengan anak
usia bawah tiga tahun (batita). Masukan harian berkisar 1800 kalori. Orang tua
serig mengkhawatirkan jumlah makanan yang dikonsumsi anak, padahal kualitas
makanan lebih berperan dibanding kuantitas. Anak usia pra sekolah
mengkonsumsi sekitas setengah kuantitas konsumsi individu dewasa. Anak
berusia 4 tahun biasanya suka memilih makan, sedangkan anak usia 5 tahun lebih
tertarik mencoba makanan baru. Sarankan orangtuan untuk menggunakn My
Pyramid for Children (U.S Department of Agriculture, Center Nutrition Policy
and Promotion, 2005) dan mencatat masukan makanan harian dalam satu minggu
sehingga orangtua dapat menilai diet sang anak.
Tidur
Anak usia pra sekolah tidur sekitas 12 jam pada malam hari dan jarang
melakukan tidur siang. Pada masa ini terjadi gangguan tidur. Gangguan ini dapat
berupa sulit tidur, mimpi buruk, dan melakukan ritual yang panjang sebelum tidur.
Umumnya anak memiliki kegiatan dan stimulasi yang berlebihan. Membiasakan
mereka untuk lebih tenang sebelum tidur dan menghasilkan kabiasaan tidur yang
lebih baik.
Penglihatan
Skrining penglihatan biasanya dimulai pada usia pra sekolah dan harus
dilakukan dengan interval yang teratur. Pemeriksaan yang terpenting adalah
mendeteksi adanya penglihatan yang tidak binokular atau strabismus. Deteksi dan
terapi dini pada strabismus sangat penting pada usia 4-6 tahun untuk mencegah
ambliopia (Hockenberry dan Wilson, 2007).
1. Melompati ubin tanpa menginjak garis pembatas ubin atau keramik lantai
di rumah
2. Berlatih keseimbangan dengan berjalan di atas papan berukuran kecil
3. Bermain ‘Petak Bulan’ di halaman rumah
1. Ajar si kecil untuk bisa memperkenalkan diri saat bertemu dengan teman
baru
2. Kenalkan anak pada konsep ‘ya’ dan ‘tidak’ dan ajar ia untuk membuat
pilihan atas sesuatu
3. Berlajar bertanggun jawab atas keputusan atau pilihan yang dibuat
E. Masalah yang muncul pada usia pra sekolah (usia 3-5 tahun) jika tidak
terpenuhinya tugas perkembangannya :
2. Masalah Emosional
Masalah emosional yang paling kelihatan adalah pada emosi yang kurang
baik, terutama amarah. Masalah yang juga besar adalah masalah terhadap
penyesuaian pribadi dan sosial berupa ketidakmampuan untuk melakukan
empathic complex suatu ikatan emosional antara individu dan orang-orang yang
berarti. Hal ini di sebabkan oleh dua hal.
a) Anak yang ketika bayi tidak pernah mengalami perilaku kasih sayang
karena hubungannya kurang hangat dan stabil dengan ibu atau orangtuanya, tidak
dapat menyadari kebahagiaan yang dapat di peroleh dari hubungan kasih sayang
ini. Dengan demikian ia tidak berusaha untuk mengadakan hubungan yang hangat
dan ramah dengan orang lain, baik dengan teman-teman sebaya maupun dengan
orang-orang lain cenderung terikat pada diri sendiri, dan ini menghambat dia
untuk mengadakan hubungan emosional dengan orang-orang lain.
b) Anak yang tidak berhasil terikat secara emosional dengan mainan atau
bendabenda mati lainnya, seperti selimut, sering kali mereka tidak aman dalam
menghadapi situasi baru. Kalau anak pada masa kanak-kanak awal ditemani oleh
benda-benda kesayangan, misalnya mainan kegemaran atau selimut maka
kegelisahan di dalam situasi baru akan berkurang dan mempermudah penyesuaian
diri di situasi baru.
3. Masalah sosial
Ketiga adalah dorongan orang tua untuk lebih banyak menggunakan waktu
dengan anak-anak lain dan tidak terlalu banyak menghabiskan waktu sendiri.
Kalau anak menjadi terbiasa mempunyai teman pada setiap saat ia hendak
bermain, sebagaimana yang sering terjadi bila anak-anak ditempatkan dalam pusat
perawatan anak atau anak yang menghabiskan banyak waktu dalam taman indria
atau TK, maka anak tidak dapat mengembangkan kemampuan untuk menghibur
diri sendiri pada saat ia sendiri, sehingga ia merasa kesepian dan merasa
ditinggalkan.
4. Masalah Bermain
Bila anak tampak enggan terlibat dalam suatu permainan karena merasa
tidak cocok dengan temannya, orang tua dapat mendorongnya bergabung tanpa
memaksa. Misalnya saat bermain ibu-ibuan, selain mendorong anak anak
bergabung, orangtua bisa ikut sebagai salah satu pemainnya. Juga arahkan anak
untuk berdialog dengan teman. Jika anak sudah mulai tampak senang dan bisa
menikmati permainan, orang tua bisa meninggalkannya perlahan.
Yang juga serius adalah kenyataan bahwa karena sebagian besar anak
lebih gemar menonton televisi daripada bermain sendiri, maka anak yang kurang
mempunyai teman bermain terlalu banyak menghabiskan waktu di depan layar
televisi. Banyak orang tua yang menganggap melihat televisi tidak buruk bagi
anak karena anak tidak mengerti apa yang dilihat. Mereka tidak menyadari bahwa
pemikiran anak tidak sekritis orang dewasa, sehingga lebih mudah dipengaruhi
oleh apa yang dilihat daripada orang dewasa. Suatu acara mungkin tidak
dimengerti tetapi anak sering mendapatkan kesan yang keliru atau konsep yang
salah mengenai apa yang ditonton sehingga menimbulkan akibat buruk.
Hal yang perlu dilakukan orang tua adalah dengan membatasi apa yang
dilihat oleh anaknya. Berikan batasan waktu anak untuk diperbolehkan menonton
televisi. Pengaturan untuk menonton televisi pada anak perlu dilakukan. Beritahu
anak-anak tentang peraturan tersebut dan bicarakan bersama dengan anak.
Peraturan ini mencakup seperti ‘hanya menonton tv program yang dipilih’,
‘televisi akan dimatikan pada jam tertentu’, dsb. Membuat aturan ini terkadang
sulit bagi orangtua tetapi ini perlu dilakukan oleh orang tua untuk menghindari
akibat buruk dari anak menonton televisi.
5. Masalah Moral