Laporan DK Week 8
Laporan DK Week 8
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... 1
ISI
A. Skenario…………………………………………….…………………………................................................................... 2
B. Daftar Unclear Term……………………………...………….……………………………...…...…………............................ 2
C. Daftar Cues…………………………………………………………………………………………...…….....…............................ 4
D. DaftarLearning
Objective…………………………………………………………………………........................................ 4
E. Hasil Brainstorming………………………………..………………………................................................................ 5
F. Hipotesis DK1………………………………………..………..…………………………………………....…............................. 9
G. Pembahasan Learning Objektif.......................................................................................................... 10
I. Hipotesis DK 2 .................................................................................................................................... 32
A. Kesimpulan Diskusi………………………………………………………………………………..............……........................ 33
B. Rekomendasi……………………………………………………………………………………………….........…........................ 33
DAFTAR PUSTAKA………….…………………………………………………........................................................................... 34
TIM PENYUSUN……..………………………………………………………………………………………............................................. 36
1
ISI
A. SKENARIO
Tn. J berusia 65 tahun MRS selama beberapa hari dengan diagnosa mengalami stroke di otak kirinya. Hasil
antropometri menunjukkan LILA 29,5 cm dengan TL 39,4 cm. Karena efek samping yang ditimbulkan oleh
stroke nya tidak parah, Tn. J dipulangkan dengan dibekali obat rawat jalan Plavix dan Aggrenox. Ternyata 3
minggu kemudian Tn. J MRS lagi dengan keluhan tubuh sebelah kanan sulit digerakkan yang sudah dialami
selama 3 hari. Hasil MRI menggambarkan terjadi stroke baru di otak kanannya sehingga menyebabkan
quadriparesis dan disfagia berat, sehingga makanan tidak bisa masuk secara oral dan kondisi ini diperkirakan
terjadi dalam jangka waktu yang cukup lama (minimal 2 bulan). Setelah 10 hari di RS Tn. J keluar rumah sakit
untuk kemudia rawat jalan di Pusat Rehabilitasi Pasien Stroke. Di tempat tersebut, Tn. J mendapat terapi untuk
latihan menelan selama 2 bulan dengan monev kemampuan menelan berdasarkan pemeriksaan tes menelan
yang bertujuan agar Tn. J dapat menerima makanan secara oral.
Kesimpulan
Kesimpulan
C. DAFTAR CUES
3
Ahli gizi diharapkan mampu melakukan asuhan gizi pada pasien stroke dan terapi gangguan menelan
Ahli gizi diharapkan mampu memberikan makanan yang sesuai dengan kondisi pasien stroke dan
memilih jenis makanan yang tidak berinteraksi dengan obat
Ahli gizi mampu melakukan asuhan gizi (assessment dan intervensi) pada pasien rawat jalan stroke
dengan kesulitan menelan serta mampu merencanakan saran dari hasil tes
Ahli gizi mampu melakukan asuhan gizi pada pasien stroke dan pada pasien terapi gangguan menelan
saat MRS dan rawat jalan
Kesimpulan
Ahli gizi mampu melakukan intervensi pada pasien stroke dengan disfagia dan mendapat terapi latihan
menelan agar dapat makan secara oral
1. Bagaimana patofisiologi, etiologi, sign symptom stroke dan hubungannya dengan disfagia dan
quadriparesis?
2. Bagaimana gambaran umum mengenai makanan enteral?
4. Bagaimana tahap pemberian dan bentuk makanan pada terapi latihan menelan sampai pasien dapat
menerima makanan secara oral?
5. Bagaimana gambaran mengenai tes menelan?
Apa saja macam-macam tes menelan?
Bagaimana cara atau prosedur tes kemampuan menelan?
Indikator apa saja yang digunakan untuk menunjukkan pasien dapat menerima makanan oral
sesuai tahapan pemberian makanan (enteral cair; cairsaring; saring lunak; lunak
biasa)?
4
Bagaimana rencana monev terhadap pasien sampai pasien bisa menelan (enteral-oral)?
E. HASIL BRAINSTORMING
1. Bagaimana patofisiologi, etiologi, sign symptom stroke dan hubungannya dengan disfagia dan
quadriparesis?
Patofisiologi
Ada pembekuan darah di otak Mengakibatkan kurangnya oksigen dan nutrisi yg masuk ke
dalam otak, karena otak sebagai pusat saraf sensor untuk motorik ke anggota tubuh lain
terganggu mempengaruhi saraf dibawahnya quadriparesis
Etiologi
Pembekuan darah di otak
Hipertensi: tekanan darah tinggi pembuluh darah pecah pendarahan di otak (stroke
hemmorrhagic)
Intake lemak berlebih Hiperkolesterolemia: penyumbatan di pembuluh darah otak
kurang mendapat nutrisi saraf tidak mendapat oksigen jadi mati stroke
Sign symptom
Kelumpuhan organ tubuh tertentu
Disfagia
Quadriparesis
Anggota tubuh kanan dan kiri tidak simetris
Kulit kering
Vertigo
Haus
Mual
Sakit kepala
5
2. Bagaimana gambaran umum mengenai makanan enteral?
Kesimpulan
Nasogastric tube (NGT) dikarenakan fungsi GI pada pasien masih bisa berfungsi normal
6
Rendah lemak mencegah hiperkolesterol
Rendah karbohidrat kaitan dengan tersedak
Sesuai dengan kebutuhan pasien
Kesimpulan
Sesuai dengan kebutuhan pasien karena tidak adanya penyakit penyerta dan pasien dalam
kondisi disfagia, sehingga penting untuk menjaga status gizinya terlebih dahulu
Syarat diet
Protein cukup 10-15%; 0,8-1 g/kgBB
Lemak cukup 20-25%
KH 55-60%
Pembatasan KH sederhana untuk mencegah peningkatan osmolaritas
Cairan sesuai dengan kebutuhan
Zat gizi apa saja yang perlu diperhatikan dalam pengaturan diet pasien?
Pemberian antioksidan
Pembatasan vitamin K
4. Bagaimana tahap pemberian dan bentuk makanan pada terapi latihan menelan sampai pasien dapat
menerima makanan secara oral?
Cair saringlunakbiasa namun enteral tetap diberikan selama belum bisa menerima makanan
secara oral secara optimal
7
8
F. HIPOTESIS DK
+
Intake lemak >> Aktivitas fisik
↓
Kelumpuhan
Quadriparesis Disfagia
anggota gerak
Tujuan
Intervensi gizi
Prinsip
Macam
Syarat
Syarat
Enteral
Rute
Cair
Monitoring dan
evaluasi Saring
Lunak
Biasa
9
G. PEMBAHASAN LEARNING OBJECTIVE
1. Patofisiologi, etiologi, sign symptom stroke dan hubungannya dengan disfagia dan quadriparesis
Patofisiologi
Ischemic
Stroke Iskemik disebabkan oleh oklusi arteri diotak, yang dapat disebabkan
trombosis maupun emboli. Trombosis merupakan obstruksi aliran darah akibat
penyempitan lumen pembuluh darah atau sumbatan. Penyebab tersering adalah
arteroklerosis. Gejala biasanya memberat secara bertahap. Emboli disebabkan
oleh sumbatan pembuluh darah dari tempat yang lebih proksimal
Hipertensi
DM
Jantung bekerja lebih kuat
Gangguan microvaskular
Merusak pembuluh darah
Aterosklerosis
Hemmorrhagic
Stroke Hemoragik disebabkan oleh ruptur arteri, baik intraserebral maupun
subarakhnoid. Perdarahan intraserebral merupakan penyebab tersering, dimana
dinding pembuluh darah kecil yang sudah rusak akibat hipertensi kronik srobek.
Hematoma yang terbentuk akan menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial.
Perdarahan subarakhnoid disebabkan oleh pecahnya aneurisma atau malformasi
arteri vena yang perdarahannya masuk ke rongga subarakhoid, sehingga
menyebabkan cairan vasospasme sehingga menimbulkan gejala sakit kepala yang
mendadak
Perdarahan intraserebral disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah intraserebral
sehingga darah keluar dari pembuluh darah, dan terjadi penekanan pada struktur
otak atau pembuluh darah otak secara menyeluruh yang mengakibatkan
10
penurunan aliran darah otak dan berujung pada kematian sel saraf sehingga
timbul gejala klinis defisit neurologis (Arifputra, 2014; Nastiti, 2012).
Etiologi
Ischemic
Aterokslerosis plak dari lemak dan kolesterol menumpuk di arteri→ ruang aliran
darah menjadi sempit→ kurangnya aliran oksigen ke otak→ stroke
Tromboisis/bekuan darah yang terbentuk pada permukaan plak aterosklerosis
Embolisme akibat fibrilasi atrium, infark miokardium, penyakit jantung rematik,
penyakit katub jantung dan kardiomiopatik iskemik
Penyakit Moya-moya (oklusi arteri besar intrakarnial yang progresif)
Kondisi hiperkoagulasi
(Indra,2010; Price dan Wilson, 2006; Mansjor dkk, 2000)
Hemmorrhagic
Hipertensi tak terkontrol → tekanan PD tinggi → arteri yang lemah menjadi pecah
→ perdarahan pembuluh darah di otak
Perdarahan arteri atau vena intrakranalis seperti yang terjadi akibathipertensi ,
ruptur aneurisme, trauma dan gang hemorargik atau emboli septik
Penggunaan obat (kokain atau anfetamin)
Kelainan hematologis (anemia sel sabit, polisitemia, atau leukimia)
Faktor Resiko
Faktor yang tidak dapat dimodifikasi : umur, jenis kelamin (lebih sering pada laki-laki
dikarenakan wanita memiliki hormon estrogen yang mempunyai peranan penting
sebagai vasodilator pembuluh darah pada wanita, sehingga wanita lebih kecil
terserang stroke daripada laki-laki), riwayat penyakit keluarga (riwayat pada keluarga
yang pernah mengalami serangan stroke), ras (orang kulit hitam, Hispanik Amerika,
Cina, dan Jepang memiliki insiden stroke yang lebih tinggi).
Faktor yang dapat dimodifikasi : tekanan darah, kadar gula darah (mempercepat
terjadinya aterosklerosis), kadar kolesterol darah, penyakit jantung (denyut jantung
yang tidak teratur dapat menurunkan total curah jantung yang mengakibatkan aliran
darah di otak berkurang), diabetes mellitus, obesitas.
Faktor perilaku : merokok, kebiasaan mengkonsumsi alkohol, aktivitas fisik yang kurang
(dapat menyebabkan hipertensi dan aterosklerosis), stress
11
(Nastiti, 2012; Strom, J. 2012)
Sign symptom
Keluhan dan gejala stroke yang diklasifikasikan berdasarkan pembuluh arteri yang terkena:
Tanda dan gejala yang menyertai lesi pada arteri serebri media meliputi:
Afasia (gangguan fungsi bicara)
Disfasia (ketidak mampuan menggunakan simbol linguistik dalam berkomunikasi
secara verbal)
Defisit pada lapangan pengelihatan
Hemiparesis pada sisi lesi (lebih berat pada wajah dan lengan dibandingkan pada
tungkai)
Gejala yang meneyertai lesi pada arteri karotis meliputi:
kelemahan
Paralisis (hilangnya fungsi otot)
Patirasi
Perubahan Sensorik
Gangguan pengelihatan pada sisi lesi
Perubahan tingkat kesadaran
Bruits (suara yang terjadi pada pembulu darah akibat adanya turbulensi)
sakit kepala atau migren 25% diperkirakan akan dialami oleh pasien stroke karena
dilatasi akut pembuluh koleteral
Afasia
Ptosis
Gejala yang menyertai lesi pada arteri vertebrobasilaris meliputi:
Kelemahan pada sisi yang terkena
Patirasa di sekitar bibir dan mulut
Defisit pada lapangan pengelihatan
Diplopia (pengelihatan ganda)
Koordinasi yang buruk
Disfagia
Bicara yang pelo
Rasa pening
Nistagmus
Amnesia
12
Ataksia
Tanda dan gejala yang menyertai lesi pada arteri serebri anterior meliputi:
Kebingungan
Kelemahan
Patirasa, khususnya pada tungkai di sisi lesi
Inkontinensia
Kehilangan koordinasi
Kerusakan fungsi motorik dan sensorik
Perubahan kepribadian
Tanda dan gejala yang menyertai lesi pada arteri serebri posterior meliputi:
Defisit lapangan pengelihatan
Kerusakan sensorik
Disleksia (gangguan baca tulis)
Perseverasi (jawaban yang itu-itu saja ketika ditanya)
Koma
Akibat dari stroke adalah kerusakan otak yang menyebabkan kehilangan fungsi otak secara
tiba-tiba. Stroke dapat terjadi di otak kanan dan kiri ataupun batang otak. Jika stroke
menyerang batang otak maka akan dapat mempengaruhi otot-otot mulut, lidah, dan
tenggorokan. Akibatnya mungkin pasien memiliki masalah kesulitan dalam mengunyah dan
menelan. Karena melibatkan otot-otot yang sama dengan otot yang digunakan dalam
kemampuan berbicara. Jadi jika otot kemampuan berbicara terganggu makan bisa dipastikan
pasien juga mengalami masalah dalam mengunyah ataupun menelan
Disfagia merupakan kesulitan menelan yang terjadi pada daerah mulut, orofaring, atau
esofagus yang disebabkan karena kelaianan motorik atau obstruksi mekanis. gangguan pada
otak kecil (cerebellum) mengakibatkan adanya gangguan pada koordinasi gerak otot termasuk
yang berkonstribusi dalam proses menelan makanan
Otak memiliki 2 bagian , yaitu hemisfer kanan yang mengontrol sisi kiri dan hemisfer kiri yang
mengontrol sisi kanan tubuh. setiap hemisfer memiliki 4 buah lobus dan sebuah serebelum
yang mengendalikan fungsi tubuh sehari-hari . apabila terjadi stroke maka akan menyebabkan
gangguan pada hemisfer tersebut sehingga menyebabkan kehilangan fungsi dan sensitilitas
otot
13
(Kowalak, dkk. 2003) (Heart and Stroke Foundation, 2005). (Mahendra, 2007)
Penyumbatan aliran darah ke otak menyebabkan energi dan oksigen tidak bisa masuk dalam
otak, sehingga mengalami kelumpuhan atau kematian sel disekitar otak yang nantinya fungsi
sensomotorik terganggu sehingga menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh
jaringan otak tersebut. kehilangan fungsi yang dikendalikan oleh jaringan otakmenimbulkan
gejala pada bagian otot tangan, kaki, atau wajah lemah sampai lumpuh, gerakan tidak
terkendali atau sempoyongan. gangguan penyakit stroke dibelahan otak kanan menyebabkan
gangguan pada anggota tubuh bagian kiri, sebaliknya gangguan dibelahan otak kiri
menyebabkan gangguan anggota tubuh sebelah kanan atau yang disebut juga quadriparesis.
yaitu quadriparesis.
Quadriparesis merupakan keadaan lemahnya keempat anggota badan. Quadriparesis
meruapakan dampak dari adanya stroke iskemik. Gangguan atau sumbatan pada arteri basiler
pada otak dapat mengakibatkan adanya gangguan gerak tubuh (quadriparesis)
(Wirawan, 2009) (mahdiana, 2010) (Ferri, 2013).
Macam
15
Kesimpulan
Syarat
Osmolaritas
Nilai osmolaritas makanan entaral baiknya adalah 300 - 500 mOsm/ kg termasuk
isoosmolar dimana kadar osmolaritas tersebut sama dengan darah sehingga kita dapat
mengoptimalkan penyerapan formula.
Pada formula entaral, kadar osmolaritas ditentukan oleh konsintrasi gula, asam amino, dan
elektrolit. osmolaritas akan meningkat jika kandungan asam amino bebas, monosakarida,
disakarida, dan elektrolit bertambah
Densitas energi
Kandungan energi pada formula standar sangat bervariasi anatar 1,0 - 2,0 kcal/ml dengan
mengandung atau tanpa serat. penggunaan densitas tersebut tergantung dengan ada
tidaknya pembatasan cairan pada pasien seperti pada pasien gagal jantung kengesif, atau
gagal ginjal (Parrish, 2005)
Cairan
Cairan yang ditambahkan dalam pembuatan formula enteral sangat tergantung dari
densitas energi dari formula enteral tersebut. berikut merupakan kandungan cairan dari
berbagai densitas:
16
1,0 kcal/ml 84 1800 1530
Rute pemberian
Nasal tube
2 oral tube yaitu selang dilewatkan melalui oral (orogastric tube) → diberikan pada pasien
dengan pengosongan lambung normal
3. trans-oesophangeal feeding (TOF) / oesophangeal tube yaitu selang ditempatkan ke dalam
kerongkongan atau faring dan turun ke perut. biasanya prosedur ini dilakukan ada pasien
pasca operasi kepala dan leher.
Nasogastric
Penggunaan jangka pendek 3-4 minggu. Tube dimasukkan melalui hidung ke dalam
lambung. Dapat dilalui injeksi bolus, continous infusion. Keuntunggannya soft, flexible,
serta ukuran tube dapat disesuaikan tergantung dari pemberian makannya. NGT
memungkinkan penggunaan makanan hipertonik, laju makanan yang tinggi, dan
makanan bolus.
Nasojejunal atau nasoduodenal tube
Penggunaan jangka pendek 3-4 minggu. Digunakan pada pasien dengan gannguan
motalitas gastric, esophageal reflux, mual muntah. Tube diletakkan di dalam usus kecil
dengan cara dilewatkan melalui hidung → esophagus → lambung → usus kecil. Pada
keadaan kritis, migrasi makanan dalam tube mengalami keterlambatan sehingga
makanan juga sampai terlambat. Pada saat pemasangan tube, perlu menggunakan X-
ray. Di indikasikan jika ada masalah seperti refluks lambung atau pengosongan
lambung yang lama.
18
(SickKids,2007)
Kesimpulan:
Pada pasien Tn. J, rute enteral yang dipilih adalah gastrotomy karena penggunaan enteral
diperkirakan sampai 8 minggu.
3. Intervensi
TEE= BMR*FA*FS
Tujuan
Memberikan makanan secukupnya denganmempertimbangkan komplikasi
Memperbaiki keadaan stroke disfagia
Mencegah komplikasi lebih lanjut
Mempertahankan status gizi agar tetap dalam keadaan normal
19
Memberikan makanan sesuai dengan kemampuan pasien
(Almatsier,2006; Almatsier,2007)
Prinsip:
Kebutuhan zat gizi sesuai dengan kebutuhan normal pasien yakni protein , lemak dan
karbohidrat cukup (Almatsier 2006)
Syarat
Protein cukup 15% → 15%*928,6/4= 34,8 gram
Lemak cukup 25% →25%*928,6/9= 25,8 gram
KH cukup 60% →60%*928,6/4= 139,29 gram
Natrium dibatasi tidak lebih dari 6gr per hari untuk mencegah peningkatan tekanan darah
Gula tambahan dibatasi maksimal 60 gr per hari → karena glukosa yang tinggi di dalam darah
akan mengakibatkan sembab pembulu darah dan otak. kenaikan glukosa ini dapat terjadi
karena dalam keadaan iskemia, otak tidak menggunakan glukosa sebagai sumber energinya
melaikan laktat. serangan stroke yang merupakan stress berat dapat pula menaikkan resistensi
insulin yang secara keseluruhan akan meningkatkan kadar glukosa darah jika asupak hidrat
arangnya (termasuk jenis makanan dengan indeks glikemik tinggi) sangat tinggi
Serat pada polimerik 15 gram
Cairan 30 ml/kg BB 1230 ml
(Hartono, 2013; Stroke Association,2013; Dietitian Association of Australia, 2011)
Zat gizi
Asam folat dosis 400 ug untuk turunkan homosistein sehingga menurunkan resiko stroke yang
lebih parah
Copper dosis 800 ug untuk sintesis neurotransmitter dan neuropeptida ,
Magnesium (Mg) dosisi 320 mg berperan dalam neuro transmisi
Vitamin B12 dosis 2,4 ug untukmencegah kerusakan neurologis,
Vitamin B6 dosis 1,5 mg untuk sintesis neurotransmiter
Kolin dosis 425mg prekusor asetilkolin
Vitamin E dosis 15 mg untuk menjaga keseimbangan fungsi neurologis
Omega 3 1,1 gr antiinflamasi
Vitamin A 500 ug
Vitamin C 75mg sebagai antioksidan untuk mengurangi kerusakan pembuluh darah
(Wiryanti, 2010)
4. Perpindahan bentuk makanan
20
Pada saat ini pasien ada pada fase pemulihan, dimana pada fase ini pasien sudah sadar tetapi
mengalami disfagia. Untuk itu makanan diberikan bertahap, yaitu:
(Almatsier, 2008)
21
5. Tes Menelan
22
dalam 5 detik
Dicurigai:
menyelesaikan profil 1
lebih dari 5 detik/ profil
2
Abnormal: meliputi
profil 3-5
23
Swallowing (FEES) panjang, tipis, dan
fleksibel yang memiliki
cahaya dan kamera
diujungnya
(endoskopi). pipa
tersebut dimasukan
melalui salah satu
lubang hidung dan
diletakkan di posisi
yang tepat sehingga
dapat melihat gambar
dari belakang
tenggorokan dan
struktur yang terlibat
saat menelan. hasil
yang ditemukan dapat
menunjukan apa yang
terjadi pada makanan
atau minuman sebelum
dan setelah ditelan.
FEES juga dapat
mengidentifikasi sifat
dan penyebab aspirasi
dan membantu dalam
menentukan
pengobatan serta
rehabilitasi.
keuntungan FEES
adalah aman, mudah,
dan dapat dilakukan di
tempat tidur.
GUSS (gugging Part 1. Preliminary -jika tes menelan
Swallowing Screen) Assessment : Indirect makanan semi padat,
Swallowing Test cair dan padat
Merupakan uji alir liur berhasil → tidak ada
dimana menjadi syarat disfagia dan resiko
untuk tes tahap 2. aspirasi rendah(diet
pasien diminta untuk dapat diberikan
menelan air liur normal)
mereka. bagi pasien -jika tes menelan
yang mulutnya kering, makanan semi padat,
mereka dapat cair berhasil, tapi
disemprotkan sedikit makanan padat tidak
air pada mulutnya berhasil → disfagia
(1ml) kemudian ringan dan resiko
diminta untuk aspirasi rendah ( diet
menelan. dalam tes ini makanan bubur dan
perlu diperhatikan lunak, pemberian
apakah pasien batuk, cairan bertahap)
dapat menelan air liur. -jika tes menelan
Part 2. Direct makanan semi padat
Swallowing Test berhasil makanan
tes pada tahap ini cair dan padat tidak
24
terdapat 3 langkah berhasil → moderate
dimana pasien diminta disfagia dan resiko
untuk menelan aspirasi sedang (diet
makanan semi padat, makanan semi padat
cair, dan padat. seperti makanan bayi
a. menelan makanan dan kombinasi
semi padat parenteral)
- pasien diberi -jika pada uji
makanan preliminary (tahap
dengan testur 1 ) tidak berhasil →
seperti puding severe disfagia
- berikan ⅓ - ½ dengan resiko
sdt makanan aspirasi tinggi (diet
tersebut dan NPO)
minta pasien
untuk
menelannya
- ulangi lagi
samapi 5 kali
- amati dengan
teliti setiap
proses menelan
pasien tiap
sendoknya
- jika terdapat
tanda indikator
aspirasi (seperti
batuk, adanya
air liur,
perubahan
suara) maka
hasil positif
b. Menelan Makanan
Cair
- pasien diminta
untuk menelan
air sebanyak
3ml dan
perhatikan
dengan
seksama
jumlah telanan
pertama
- ulangi hal
tersebut
dengan
meningkatkan
jumlah cairan 5
ml, 10ml, 20ml
hingga 50ml
- pasien harus
meminum air
25
sebanyak 50ml
secepat
mungkin
c. Menelan makanan
padat
- beri potongan
roti kecil dan
minta pasien
untuk
menelannya
- ulangi
sebanyak 5 kali
- batas waktu
pasien untuk
menelan balus
(roti) tersebut
adalah 10 detik
Kesimpulan
Untuk tes menelan, menggunakan metode Gugging Swallowing Screen (GUSS)
Air 1 ml Sudah bisa nelan air 1x selama 3 hari Pasien bisa menelan
liur
Pemberian oral Semi Sudah bisa menelan 1x selama 4 hari Pasien bisa menelan
padat seperti pudding bahan makanan semi semisolid
1/3 – ½ sdt solid dengan tidak
ada sedakan , air liur
lancar dan
memperhatikan
perubahan suara
Pemberian oral Semi Sudah bisa menelan 1x selama 4 hari Pasien bisa menelan
padat seperti pudding bahan makanan semi semisolid
5-1/2 lebih sdt solid dengan tidak
ada sedakan , air liur
lancar dan
memperhatikan
26
perubahan suara
Pemberian oral liquid Sudah bisa menelan 2x4 hari Bisa menelan 3ml
(cair) sebanyak minimal dan dilanjutkan
3ml air dengan 5ml 10ml
20 ml max 50ml
(TrapL.et al 2010)
(Krause, 2008)
H. HIPOTESIS DK-2
Tujuan
Syarat
Metode GUSS Polymeric
formula
27
Disesuaikan dengan
Oral Gastrotomy
tahapan makanan
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Stroke merupakan penyakit dimana terjadi penyumbatan atau pendarahan pembuluh darah di
otak dikarenakan berbagai macam faktor. Dampak dari stroke ini yang ada di skenario ini yaitu
disfagia dan quadriparesis (kelumpuhan). Dengan keterbatasan kondisi pasien yang tidak bisa
menerima makanan oral, maka pasien diberikan makanan enteral dengan rute gastrotomi
dikarenakan penggunaan enteral diperkirakan higga 8 minggu. Jenis yang digunakan yaitu
polimerik dengan cara bolus feeding. Disamping pemberian diet sesuai dengan kebutuhan, pasien
juga diberikan terapi menelan supaya dapat menerima makanan secara oral dengan
menggunakan tes menelan metode Gugging Swallowing Screen (GUSS). Kemudian baru dilakukan
monitoring dan evaluasi mengenai pemberian diet dan juga terapi menelannya.
B. Rekomendasi
Skenario komunitas week 8 kali ini dapat menambah pemahaman mahasiswa mengenai tahapan
pemberian makanan dengan memperhatikan kondisi pasien dengan keterbatasan kemampuan
menerima makanan. Selain itu, juga dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai metode
untuk terapi menelan sehingga dapat lebih memahami dan nantinya bisa diaplikasikan dalam
dunia profesi. Diharapkan dengan skenario ini dapat mempermudah mahasiswa dalam proses
belajarnya.
DAFTAR PUSTAKA
28
Almatsier, Sunita. 2008. Penuntut Diet. Gramedia Pustaka Utama Jakarta
Mahan, Kahleen L and Escott-Stump, Sylvia. 2008. Krause’s Food and Nutritiont Therapy 12th ed US: Elsevier
Aggrenox Modified Release Capsules. Ministry of Health. 2011. Boehringer Ingelheim GmbH, Germany
Sianipar, Jefry Pinondang Sardi. 2012. Gambarabn Pola Makan dan merokok Pasien Stroke Iskemik Akut yang
dirawat Inap di SMF Neurologi Rumah Sakit Haji Adam Malik Medan. FK, USU
Gurnida. 2010. Pemberian Dukungan Gizi pada Anak Sakit : Enteral dan Parenteral. Bandung.
Wirawan, R P. 2009. Rehabilitasi Stroke pada Pelayanan Kesehatan Primer. Maj Kedokt Indon, vol 59(2).
Price dan Wilson.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta
Nastiti, Dian. 2012. Gambaran Faktor Risiko Kejadian Stroke Pada Pasien Stroke Rawat Inap di Rumah Sakit
Krakatau Medika Tahun 2011. Skripsi, tidak diterbitkan. Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas
Indonesia.
Strom, J. 2012.The dose dependent effect of estrogen on ischemic stroke. Linkoping University
Dietitian Associatian of Australia. 2011. Enteral Nutrition Manual for Adult in Health Care Facilities.
Kowalak, J,P, et al. 2011. Buku Ajar Patofisiologi Profesional Guide to Pathophysiology. Jakarta: Penerbut Buku
Kedokteran EGC
Mahendra, B, dkk. 2007. Atasi Sroke dengan Tanaman Obat. Jakarta: Penebar Swadaya
Parrish, C,R, et al. 2005. Enteral Formula Selection A Review of Selected Product Categories.Practical
Gastroenterology
Hartono, A. 2013.Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Lestari, R. 2014. Hemiplegia Dextra with Aphasia Brocka Caused by Suspected Hemorragic StrokeI. Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung
Trapl, M, et al. 2010.Dysphagia Bidside Screening for Acute Stroke Patient The Gugging Swallowing Screen.
American Stroke Association
29
Heart & Stroke Foundation. 2005. Let’s Talk About Stroke.www.heartandstroke.com
Mansjor, A, dkk., 2000. Kapita Selekta Kedoketeran Edisi III Jilid II. Media Aesculapius. FK Universitas Indonesia
Arifputra, A dkk. 2004. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV Jilid II. Media Aesculapius.FK Universitas Indonesia.
Kreymann et al. 2006. ESPEN Guidelines on Enteral Nutrition:Intensive Care. Clinical Nutrition Elsevier25, 210-
223.
Indra. 2010. STROKE-Penuntun untuk Memahami Stroke. Manajemen Modern dan Kesehatan Masyarakat.
SickKids.2007. Guidelines for the Administration of enteral and parenteral Nutrition in Pediatrics
TIM PENYUSUN
A. KETUA
Yota Lizafni (125070301111029)
30
B. SEKRETARIS
Sekretaris 1 : Triya Ulva Kusuma (125070307111001)
Sekretaris 2 : Yunita Reza R (125070301111003)
C. ANGGOTA
Devi Puspita Sari (125070300111025)
Septi Nur Rachmawati (125070300111027)
Geryna Puspitasari (125070301111016)
Rahma Putri A (125070301111025)
Nadhrah Nur H (125070305111002)
Karin Afinda Wibowo (125070306111002)
Lulu Luthfiya (145070309111001)
Pipit Septiana (145070309111002)
Sutoyo (145070309111003)
Ni Nengah Asty Kartikasari (145070309111004)
Danang Kurniawan (145070309111005)
FASILITATOR
Silvi
D. PROSES DISKUSI
1. KEMAMPUAN FASILITATOR DALAM MEMFASILITASI
- Mengarahkan mahasiwa dengan baik dan tepat pada waktunya saat proses diskusi apabila topik
yang dibicarakan melenceng dari pokok pembahasan
- Tidak memihak kepada pendapat mahasiswa, jadi bersikap adil dalam member penilaian keaktifan
- Mampu membimbing dengan baik sehingga mahasiswa menjadi terlatih dan bersungguh-
sungguh dalam mengikuti pembelajaran
- Membantu mahasiswa berpikir kritis
2. KOMPETENSI / HASIL BELAJAR YANG DICAPAI OLEH ANGGOTA DISKUSI
Mahasiswa mampu membuat preskripsi diet dan menu untuk makanan enteral, cair, saring dan
lunak untuk pasien stroke dengan quadriparesis dan disfagia.
31