Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN AKHIR

PRAKTIKUM FISIKA DASAR

KETIDAKPASTIAN DALAM PENGUKURAN


(M - 1)

Nama : Dhifa Shalshabilla

NPM : 140310200002

Partner : Novia, Wawat, Imada, Zulfa, Faisal, Lahia

NPM : 04, 06, 08, 10, 12, 14

Fakultas / Departemen : MIPA/Fisika


Kelas / Kelompok : B/1

Tanggal : 24 September 2020

Hari / Jam : Kamis/ 09.30

Nama Asisten : Mayer Simanjuntak

LABORATORIUM FISIKA DASAR


PUSAT PELAYANAN BASIC SCIENCE
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2020
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIKA DASAR

DASAR DASAR PENGUKURAN DAN KETIDAKPASTIAN

M-1

NAMA : Dhifa Shalshabilla


NPM : 140310200002
PARTNER : Novia, Wawat, Imada, Zulfa, Faisal, Lahia
NPM : 04, 06, 08, 10, 12, 14
DEPARTEMEN/FAKULTAS : MIPA/Fisika
JADWAL PRAKTIKUM : Kamis, 24 September 2020

KOLOM NILAI

Speaken Lap. Pendahuluan Praktikum Lap. Akhir

Jatinangor, ………………………
Asisten

___________________________
NPM
ABSTRAK

Telah dilakukan suatu praktikum tentang dasar dasar pengukuran


dan ketidakpastian dengan tujuan mampu menggunakan alat-alat ukur dasar,
mengukur panjang, lebar, tinggi, dan diameter pada benda kubus, tabung, dan balok
mengukur massa benda persegi, tabung, dan persegi panjang, menghitung data
tunggal dan berulang sebanyak lima kali, menghitung volume dan kerapatan benda
tersebut..Pengukuran yang dilakukan dengan dua teknik , yaitu pengukuran secara
langsung dan tidak langsung. Pengukuran secara langsung yaitu mengukur panjang,
lebar, dan tinggi meggunakan mistar dan menukur massa mengunakan timbangan.
Sedangkan pengukuran secara tidak langsung yaitu mengukur volume dan
kerapatan benda atau massa jenis benda. Benda yang digunakan yaitu benda kubus
menggunakan kotak make up, benda tabung menggunakan kaleng kue, dan benda
balok menggunakan tupperware. Masing-masing alat ukur yang digunakan
memiliki nilai skala terkecil dan ketidakpastian tersendiri. Pengukuran dilakukan
sebanyak lima kali untuk mengetahui ketidakpastian dalam pengukuran tersebut.
Ketidakpastian merupakan kesalahan yang mungkin terjadi dalam pengukuran.
Setelah kegiatan pengukuran dilakukan selanjutnya menghitung rata rata dari
masing masing data yang diperoleh dari hasil pengukuran Setelah mendapatkan
hasil pengukuran rata rata dan ketidakpastian rata-rata, dilakukan pengukuran tidak
langsung yaitu volume dan massa jenis (kerapatan) benda tersebut. Setelah semua
kegiatan tersebut dilakukan dimulai dari pengukuran benda sampai pengolahan data
didapatkan hasil pengukuran beserta ketidakpastiannya.

Kata kunci : pengukuran, ketidakpastian


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu fisika banyak ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu
penggunaan ilmu fisika yang sering ditemui yaitu berkaitan dengan
pengukuran. Pengukuran dalam fisika adalah membandingkan dua hal
dengan salah satunyamenjandi pembanding atau alat ukur yang besarnya
harusnya distandarkan.Tujuan pengukuran yaitu untuk mengetahui kualitas
atau kuantitas suatu besaran.
Memahami suatu pengukuran dan besarnya terhadap benda perlu
dilakukan hal yang spesifik. Besaran suatu benda dapat diketahui dengan
menggunakan alat ukur yang sesuai dengan benda yang akan diukur. Jenis
alat ukur yang digunakan dalam pengukuran berpengaruh terhadap
keakuratan atau tingkat ketelitian suatu perhitungan.
Ukuran benda dapat ditentukan dari skala yang terdapat pada alat
ukur yang digunakan. Paham mengenai pengukuran merupakan suatu hal
yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu untuk
memahami mengenai pengukuran karena pengukuran dibutuhkan dalam
banyak hal.
Suatu pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastian. Beberapa
penyebab ketidakpastian tersebut antara lain adalah nilai skala terkecil,
kesalahan kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan paralaks, adanya gesekan,
fluktuasi parameter pengukuran dan lingkungan yang saling memengaruhi
serta keterampilan pengamat. Dengan demikian amat sulit untuk
mendapatkan nilai yang sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran.
Dengan praktikum “Dasar dasar pengukuran dan ketidakpastian” kali ini
akan mengenalkan beberapa alat ukur, cara pengukuran, dan menentukan
ketidakpastian terhadap suatu benda dengan menggunakan alat ukur yang
sesuai.

1.2 Tujuan Percobaan


1. Mampu mengunakan alat ukur
2. Mengukur panjang, lebar, tinggi, dan diameter pada benda kubus,
tabung, dan balok
3. Mengukur massa benda persegi, tabung, dan persegi panjang
4. Menghitung data tunggal dan berulang sebanyak 5 kali
5. Menghitung volume dan kerapatan benda tersebut.
BAB II
METODE PENELITIAN

2. 1 Alat dan Bahan


2.1.1 Mistar
Mistar adalah alat ukur panjang yang memiliki ketelitian 0.1 cm

Gambar 2.1 Mistar

2.1.2 Timbangan analog


Timbangan analog adalah alat ukur yang digunakan untuk
mengukur massa suatu benda, pada timbangan ini memiliki
skala terkecil sebesar 25 gram

Gambar 2.2 Timbangan analog

2.1.3 Benda kubus


Benda yang dijadikan objek percobaan untuk mengukur rusuk.
Benda kubus yang dijadikan percobaan adalah kotak make up.
2.1.4 Benda Tabung
Benda yang dijadikan objek percobaan untuk mengukur
diameter dan tinggi. Benda tabung yang dijadikan percobaan
adalah kaleng kue
2.1.5 Benda Balok
Benda yang dijadikan objek percobaan untuk mengukur
panjang, lebar, dan tinggi. Benda yang dijadikan percobaan
adalah tupperware

2. 2 Prosedur Penelitian

1. Ukur panjang rusuk pada benda kubus, panjang diameter dan tinggi pada
benda tabung, dan ukur panjang, lebar, serta tinggi pada benda balok
menggunakan mistar.
2. Saat mengukur pastikan ujung benda terletak pada skala nol di mistar
3. Ulangi percobaan tersebut sebanyak 5 kali untuk mendapatkan data
majemuk
4. Catat hasilnya pada tabel analisa
5. Ukur massa benda kubus, tabung, dan balok menggunakan timbangan
6. Catat hasil pengukurannya dan ulangi kegiatan tersebut sebanyak 5 kali
untuk mendapatkan data majemuk
BAB III
HASIL DAN PERCOBAAN

3.1 Data Percobaan


Tabel 3.1 Hasil pengukuran menggunakan alat ukur mistar

No. Benda yang Besaran yang Hasil pengukuran (mm)


diukur diukur
| 76,0 ± 0,5 |
Benda Kubus | 76,0 ± 0,5 |
1. (kotak make Rusuk | 75,0 ± 0,5 |
up) | 76,0 ± 0,5 |
| 74,0 ± 0,5 |
| 83,0 ± 0,5 |
| 83,0 ± 0,5 |
Diameter | 83,0 ± 0,5 |
| 84,0 ± 0,5 |
Benda Tabung | 83,0 ± 0,5 |
2.
(kaleng kue) | 154,0 ± 0,5 |
| 154,0 ± 0,5 |
Tinggi | 155,0 ± 0,5 |
| 154,0 ± 0,5 |
| 153,0 ± 0,5 |
| 266,0 ± 0,5 |
| 267,0 ± 0,5 |
Panjang | 266,0 ± 0,5 |
| 265,0 ± 0,5 |
| 266,0 ± 0,5 |
| 116,0 ± 0,5 |
| 115,0 ± 0,5 |
Benda Balok
3. Lebar | 114,0 ± 0,5 |
(tupperware)
| 116,0 ± 0,5 |
| 115,0 ± 0,5 |
| 67,0 ± 0,5 |
| 66,0 ± 0,5 |
Tinggi | 67,0 ± 0,5 |
| 66,0 ± 0,5 |
| 67,0 ± 0,5 |
Tabel 3.2 Hasil pengukuran menggunakan alat ukur timbangan

Benda yang
No. Besaran yang diukur Hasil pengukuran (kg)
diukur
| 0,0780 ± 0.0125 |
| 0,0750 ± 0.0125 |
Benda Kubus
1. Massa | 0,0790 ± 0.0125 |
(kotak make up)
| 0,0780 ± 0.0125 |
| 0,0800 ± 0.0125 |
| 0,1150 ± 0,0125 |
| 0,1200 ± 0,0125 |
Benda Tabung
2. Massa | 0,1170 ± 0,0125 |
(kaleng kue)
| 0,1150 ± 0,0125 |
| 0,1180 ± 0,0125 |
| 0,2350 ± 0,0125 |
| 0,2370 ± 0,0125 |
Benda Balok
3. Massa | 0,2400 ± 0,0125 |
(tupperware)
| 0,2380 ± 0,0125 |
| 0,2350 ± 0,0125 |

3.2 Pengolahan Data


3.2.1. Penulisan Hasil Pengukuran
3.2.1.1. Kubus
Hasil pengukuran panjang rusuk kubus :
1. | 76,0 ± 0,5 | mm
2. | 76,0 ± 0,5 | mm
3. | 75,0 ± 0,5 | mm
4. | 76,0 ± 0,5 | mm
5. | 74,0 ± 0,5 | mm
Hasil pengukuran massa kubus :
1. | 0,0780 ± 0.0125 | kg
2. | 0,0750 ± 0.0125 | kg
3. | 0,0790 ± 0.0125 | kg
4. | 0,0780 ± 0.0125 | kg
5. | 0,0800 ± 0.0125 | kg
3.2.1.2. Tabung
Hasil pengukuran panjang diameter tabung :
1. | 83,0 ± 0,5 | mm
2. | 83,0 ± 0,5 | mm
3. | 83,0 ± 0,5 | mm
4. | 84,0 ± 0,5 | mm
5. | 83,0 ± 0,5 | mm
Hasil pengukuran tinggi tabung :
1. | 154,0 ± 0,5 | mm
2. | 154,0 ± 0,5 | mm
3. | 155,0 ± 0,5 | mm
4. | 154,0 ± 0,5 | mm
5. | 153,0 ± 0,5 | mm
Hasil pengukuran massa tabung :
1. | 0,1150 ± 0,0125 | kg
2. | 0,1200 ± 0,0125 | kg
3. | 0,1170 ± 0,0125 | kg
4. | 0,1150 ± 0,0125 | kg
5. | 0,1180 ± 0,0125 | kg

3.2.1.3. Balok
Hasil pengukuran panjang balok :
1. | 266,0 ± 0,5 | mm
2. | 267,0 ± 0,5 | mm
3. | 266,0 ± 0,5 | mm
4. | 265,0 ± 0,5 | mm
5. | 266,0 ± 0,5 | mm
Hasil pengukuran lebar balok :
1. | 116,0 ± 0,5 | mm
2. | 115,0 ± 0,5 | mm
3. | 114,0 ± 0,5 | mm
4. | 116,0 ± 0,5 | mm
5. | 115,0 ± 0,5 | mm
Hasil pengukuran tinggi balok :
1. | 67,0 ± 0,5 | mm
2. | 66,0 ± 0,5 | mm
3. | 67,0 ± 0,5 | mm
4. | 66,0 ± 0,5 | mm
5. | 67,0 ± 0,5 | mm
Hasil Pengukuran massa balok :
1. | 0,2350 ± 0,0125 | kg
2. | 0,2370 ± 0,0125 | kg
3. | 0,2400 ± 0,0125 | kg
4. | 0,2380 ± 0,0125 | kg
5. | 0,2350 ± 0,0125 | kg
3.2.2. Menghitung nilai pengukuran rata-rata
3.2.2.1. Kubus
 Rusuk :

∑𝑋
𝑋̅ = 𝑁

76,0+76,0+75,0+76,0+74,0
𝑋̅ = = 75,4 mm
5

∑(𝑋̅ − 𝑋)2
∆𝑋 = √
𝑁 (𝑁 − 1)

∆𝑋
(75,4 − 76,0)2 + (75,4 − 76,0)2 + (75,4 − 75,0)2 + (75,4 − 76,0)2 + (75,4 − 74,0)2
= √
5 (5 − 1)

∆𝑋
(3,6 × 10−1 ) + (3,6 × 10−1 ) + (1,6 × 10−1 ) + (3,6 × 10−1 ) + (19,6 × 10−1 )
= √
20

32,0 × 10−1
∆𝑋 = √
20
∆𝑋 = √0,16

∆𝑋 = 0,4

Jadi, nilai rata rata rusuk kubus adalah | 75,4 ± 0,4 | mm

3.2.2.2. Tabung
 Diameter

∑𝑋
𝑋̅ =
𝑁

83,0+83,0+83,0+84,0+83,0
𝑋̅ = = 83,2 mm
5

∑(𝑋̅ − 𝑋)2
∆𝑋 = √
𝑁 (𝑁 − 1)
∆𝑋
(83,2 − 83,0)2 + (83,2 − 83,0)2 + (83,2 − 83,0)2 + (83,2 − 84,0)2 + (83,2 − 83,0)2
= √
5 (5 − 1)

∆𝑋
(0,4 × 10−1 ) + (0,4 × 10−1 ) + (0,4 × 10−1 ) + (6,4 × 10−1 ) + (0,4 × 10−1 )
= √
20

0,8
∆𝑋 = √
20
∆𝑋 = √0,04

∆𝑋 = 0,2
Jadi, nilai rata rata diameter tabung adalah | 83,2 ± 0,2 | mm

 Tinggi

∑𝑋
𝑋̅ =
𝑁
154,0+154,0+155,0+154,0+153,0
𝑋̅ = = 154,0 mm
5

∑(𝑋̅ − 𝑋)2
∆𝑋 = √
𝑁 (𝑁 − 1)

∆𝑋
(154,0 − 154,0)2 + (154,0 − 154,0)2 + (155,0 − 154,0)2 + (154,0 − 154,0)2 + (153,0 − 154,0)2
= √
5 (5 − 1)

1+1
∆𝑋 = √
20

2
∆𝑋 = √
20
∆𝑋 = √0,1
∆𝑋 = 0,3
Jadi, nilai rata rata tinggi tabung adalah | 154,0 ± 0,3 | mm
3.2.2.3. Balok
 Panjang

∑𝑋
𝑋̅ =
𝑁
266,0 +267,0+266,0+266,0+265,0
𝑋̅ = = 266,0 mm
5

∑(𝑋̅ − 𝑋)2
∆𝑋 = √
𝑁 (𝑁 − 1)

∆𝑋
(266,0 − 266,0)2 + (267,0 − 266,0)2 + (266,0 − 266,0)2 + (266,0 − 266,0)2 + (265,0 − 266,0)2
= √
5 (5 − 1)

1+1
∆𝑋 = √
20

2
∆𝑋 = √
20
∆𝑋 = √0,1

∆𝑋 = 0,3
Jadi, nilai rata rata panjang balok adalah | 266,0 ± 0,3 | mm

 Lebar

∑𝑋
𝑋̅ =
𝑁
116,0 +115,0+114,0+116,0+115,0
𝑋̅ = = 115,2 mm
5

∑(𝑋̅ − 𝑋)2
∆𝑋 = √
𝑁 (𝑁 − 1)

∆𝑋
(115,2 − 116,0)2 + (115,2 − 115,0)2 + (115,2 − 114,0)2 + (115,2 − 116,0)2 + (115,2 − 115,0)2
= √
5 (5 − 1)
∆𝑋
(6,4 × 10−1 ) + (0,4 × 10−1 ) + (14,4 × 10−1 ) + (6,4 × 10−1 ) + (0,4 × 10−1 )
= √
20

2,8
∆𝑋 = √
20
∆𝑋 = √0,14

∆𝑋 = 0,4

Jadi, nilai rata rata lebar balok adalah | 115,2 ± 0,4 | mm

 Tinggi

∑𝑋
𝑋̅ =
𝑁
67,0 +66,0+67,0+66,0+67,0
𝑋̅ = = 66,6 mm
5

∑(𝑋̅ − 𝑋)2
∆𝑋 = √
𝑁 (𝑁 − 1)

∆𝑋
(66,7 − 67,0)2 + (66,7 − 66,0)2 + (66,7 − 67,0)2 + (66,7 − 66,0)2 + (66,7 − 67,0)2
= √
5 (5 − 1)

∆𝑋
(0,9 × 10−1 ) + (4,9 × 10−1 ) + (0,9 × 10−1 ) + (4,9 × 10−1 ) + (0,9 × 10−1 )
= √
20

1,25
∆𝑋 = √
20
∆𝑋 = √0,0625

∆𝑋 = 0,25
∆𝑋 ≈ 0,3
Jadi, nilai rata rata tinggi balok adalah | 66,7 ± 0,3 | mm

3.2.3. Perhitungan Volume Benda


3.2.3.1. Kubus
V kubus = 𝑆̅3
= (75,4 mm)3
= 428.661,1 mm3

∆𝑆 2

∆𝑉 = | | 𝑉
𝑆̅
0,4 2
∆𝑉 = √|75,4| × 428.661,1
∆𝑉 = √25 × 10−6 × 428.661,1
∆𝑉 = 5 × 10−3 × 428.661,1
∆𝑉 = 2143,3

Jadi, nilai volume kubus adalah | 428.661,1 ± 𝟐𝟏𝟒𝟑, 𝟑 | mm3

3.2.3.2. Tabung
1
V tabung ̅ 2 𝑇̅
= 4 𝜋𝐷
1
= 4 3,14 . 83,22 . 154,0
= 822.807,6 mm3
2 2
1 1
√ ̅ ̅ ̅ 2
∆𝑉 = [( 𝜋𝐷𝑇) ∆𝐷] + [( 𝜋𝐷 ) ∆𝑇]
2 4
2 2
1 1
√ 2
∆𝑉 = [( 3,14 . 83,2 . 154,0) 0,2] + [( 3,14 83,2 ) 0,3]
2 4
2 2
1 1
√ 2
∆𝑉 = [( 3,14 . 83,2 . 154,0) 0,2] + [( 3,14 83,2 ) 0,3]
2 4
∆𝑉 = √[15.915.312,4] + [1.181.134,2]
∆𝑉 = √17.096.446,6
∆𝑉 = 4134,8

Jadi, nilai volume tabung adalah | 822.807,6 ± 𝟒𝟏𝟑𝟒, 𝟖| mm3


3.2.3.3. Balok
V balok = 𝑃̅. 𝐿.
̅ 𝑇̅
= 266,0 . 115,2 . 66,6
= 2.039.065,6 mm3
∆𝑃 2 ∆𝐿 2 ∆𝑇 2
∆𝑉 = √[| | + | | + | | ]𝑉
𝑝̅ 𝑙̅ 𝑡̅

0,3 2 0,4 2 0,3 2


∆𝑉 = √[| | + | | +| | 2.039.065,6]
266,0 115,2 66,6

∆𝑉 = √[|1,1 × 10−3 |2 + |3,4 × 10−3 |2 + |4,5 × 10−3 |2 2.039.065,6]

∆𝑉 = √[|1,21 × 10−6 | + |1,156 × 10−5 | + |2,025 × 10−5 |2.039.065,6]


∆𝑉 = √67,3
∆𝑉 = 8,2

Jadi, nilai volume balok adalah | 2.039.065,6 ± 𝟖, 𝟐 | mm3

3.2.4. Perhitungan massa jenis benda


3.2.4.1. Kubus

0,0780 +0,0750+0,0790+0,0780+0,0800
𝑚
̅ = = 0,078 kg
5
𝑚
̅ = 78 𝑔𝑟𝑎𝑚
∑(𝑋̅ − 𝑋)2
∆𝑚 = √
𝑁 (𝑁 − 1)

∆𝑚
(0,0780 − 0,0780)2 + (0,0780 − 0,0750)2 + (0,0780 − 0,0790)2 + (0,0780 − 0,0780)2 + (0,0780 − 0,0800)2
= √
5 (5 − 1)

(9 × 10−6 ) + (10−6 ) + (4 × 10−6 )


∆𝑚 = √
20

14 × 10−6
∆𝑚 = √
20
∆𝑚 = 0,0008
𝑚
𝜌 =
𝑣
78 𝑔
𝜌 = 428,7 𝑐𝑚3
𝜌 = 0,18 𝑔/𝑐𝑚3

𝑚
𝜌 =
𝑣
0.0780 𝑘𝑔
𝜌 =
428.661,1 𝑚𝑚3
𝜌 = 1,82 × 10 𝑘𝑔/𝑚𝑚3
−7

∆𝑚 2 ∆𝑣 2
∆𝜌 = √| | + | | 𝜌
𝑚 𝑣

2
8 × 10−4 2143,3 2
∆𝜌 = √| | + | | 1,82 × 10−7
7,8 × 10−3 428.661,1

∆𝜌 = √|1,05 × 10−2 | + |2,5 × 10−5 |1,82 × 10−7

∆𝜌 = 0,10

Jadi, nilai kerapatan kubus adalah | 𝟏, 𝟖𝟐 × 𝟏𝟎−𝟕 ± 𝟎, 𝟏𝟎| kg/mm3

3.2.4.2. Tabung

0,1150 +0,1200+0,1170+0,1150+0,1180
𝑚
̅ = = 0,1170 kg
5
𝑚
̅ = 117 𝑔𝑟𝑎𝑚
∑(𝑋̅ − 𝑋)2
∆𝑚 = √
𝑁 (𝑁 − 1)
∆𝑚
(0,1170 − 0,1150)2 + (0,1170 − 0,1200)2 + (0,1170 − 0,1150)2 + (0,1150 − 0,1150)2 + (0,1170 − 0,1180)2
= √
5 (5 − 1)

(4 × 10−6 ) + (9 × 10−6 ) + (4 × 10−6 ) + (10−6 )


∆𝑚 = √
20
18 × 10−6
∆𝑚 = √
20
∆𝑚 = 0,0009

𝑚
𝜌 =
𝑣
0.1170 𝑘𝑔
𝜌 = 822.807,6 𝑚𝑚3
𝜌 = 1,42 × 10 𝑘𝑔/𝑚𝑚3
−7

∆𝑚 2 ∆𝑣 2

∆𝜌 = | | + | | 𝜌
𝑚 𝑣

2
9 × 10−4 4134,8 2
∆𝜌 = √| | +| | 1,42 × 10−7
11,7 × 10−3 822.807,6

∆𝜌 = √|7,7 × 10−2 | + |2,5 × 10−5 |1,42 × 10−7

∆𝜌 = 0,28

Jadi, nilai kerapatan tabung adalah | 𝟏, 𝟒𝟐 × 𝟏𝟎−𝟕± 𝟎, 𝟐𝟖 | kg/mm3

3.2.4.3. Balok

0,2350 +0,2370+0,2400+0,2380+0,2350
𝑚
̅ = = 0,2370 kg
5
𝑚
̅ = 237 𝑔𝑟𝑎𝑚
∑(𝑋̅ − 𝑋)2
∆𝑚 = √
𝑁 (𝑁 − 1)

∆𝑚
(0,2370 − 0,2350)2 + (0,2370 − 0,2370)2 + (0,2370 − 0,2400)2 + (0,2370 − 0,2380)2 + (0,2370 − 0,2350)2
= √
5 (5 − 1)

(4 × 10−6 ) + (9 × 10−6 ) + (10−6 ) + (4 × 10−6 )


∆𝑚 = √
20
18 × 10−6
∆𝑚 = √
20
∆𝑚 = √9 × 10−6
∆𝑚 = 3 × 10−3

𝑚
𝜌 =
𝑣
0.2370 𝑘𝑔
𝜌 = 𝟐.𝟎𝟑𝟗.𝟎𝟔𝟓,𝟔 𝑚𝑚3
𝜌 = 1,16 × 10 𝑘𝑔/𝑚𝑚3
−7

∆𝑚 2 ∆𝑣 2

∆𝜌 = | | + | | 𝜌
𝑚 𝑣

2 2
3 × 10−3 8,2
∆𝜌 = √| | +| | 1,16 × 10−7
23,7 × 10−3 2.039.065,6

∆𝜌 = √|1,6 × 10−2 | + |1,61 × 10−11 |1,16 × 10−7

∆𝜌 = 0,13

Jadi, nilai kerapatan balok adalah | 𝟏, 𝟏𝟔 × 𝟏𝟎−𝟕± 𝟎, 𝟏𝟑| kg/mm3

3.3 Analisa dan hasil percobaan

Pengukuran dapat diartikan sebagai suatu kegiatan membandingkan nilai


besaran suatu benda dengan suatu alat ukur Pengukuran berfungsi untuk
mendapatkan hasil perbandingan atau nilai yang diperoleh
ketika pengukuran tersebut selesai dilakukan. Pengukuran bertujuan untuk
memandingkan sesuatu dengan satu ukuran yang serupa. Semua pengukuran
besaran fisik selalu menghadapi ketidakpastian dalam pengukuran. Variabilitas
dalam hasil pengukuran berulang muncul karena variabel yang dapat
mempengaruhi hasil pengukuran tidak mungkin untuk dijaga konstan.
Pada praktikum ini dilakukan pengukuran majemuk atau pengukuran
berulang untuk mendapatkan presisi yang menggambarkan keseragaman dan
pengulangan pada pengukuran. Presisi merupakan derajat keunggulan dari suatu
teknik yang digunakan untuk mendapatkan hasil. Presisi mengukur tingkat yang
mana hasilnya mendekati satu sama lain, yaitu pengukuran berkerumunan bersama-
sama. Maka, semakin tinggi level presisi, semakin kecil variasi antar pengukuran.
Langkah awal, dilakukan dengan mengukur besaran besaran yang terdapat
pada benda yang diukur secara langsung yaitu panjang, lebar, tinggi dan diameter
menggunakan mistar. Pada praktikum kali ini praktikan mengambil data dari benda
berbentuk kubus yaitu sebuah kotak make up, benda tabung yaitu kaleng kue serta
benda balok yaitu sebuah tupperware. Selain dilakukan pengukuran menggunakan
mistar, pada percobaan ini juga dilakukan pengukuran massa menggunakan
timbangan.
Setelah mendapat hasil dari pengukuran selanjutnya dilakukan
pengukuran rata rata dari data pengukuran yang diambil sebanyak 5 kali yang
memiliki presisi berbeda, dengan menggunakan rumus :
∑𝑋
𝑋̅ =
𝑁
Selain itu juga dilakukan penentuan ketidakpastian pada pengukuran
rata-rata tersebut dengan mengunakan rumus :

∑(𝑋̅ − 𝑋)2
∆𝑋 = √
𝑁 (𝑁 − 1)
Setelah mendapatkan hasil pengukuran rata rata dan ketidakpastian
rata-rata, dilakukan pengukuran tidak langsung yaitu volume dan massa jenis
(kerapatan) benda tersebut.
Setelah semua kegiatan tersebut dilakukan dimulai dari pengukuran
benda sampai pengolahan data didapatkan hasil pengukuran beserta
ketidakpastiannya.
DAFTAR PUSTAKA

Faizal, F., Safriani, L., Adiperdana, B., & Panatarani, C. (2020). Buku Panduan
Praktikum daring Fisika dasar. Universitas Padjadjaran.
Genda, A. (2020). Dasar Pengukuran dan ketidakpastian. Diambil kembali dari
academia.edu
Halliday, D., Resnick, R., & Walker, J. (2007). Density. Dalam Fundamental of
physics (hal. 9). erlangga.
Wahdini, R. (2018). Pengukuran Ketidakpastian. Diambil kembali dari
academia.edu
Yusuf, H. (2014). Dasar pengukuran dan ketidakpastian. Diambil kembali dari
academia.edu

Anda mungkin juga menyukai