Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH KONSEP DASAR DAN ROLE PLAY HAND OVER

PADA MANAJEMEN KEPERAWATAN

Oleh :
KELOMPOK 13

1. KADEK DIAH LAKSMI DEWI (209012420)


2. I GUSTI AYU PUTU CANDRA DHARMA PUTRI (209012421)
3. I WAYAN MERTA WIJAYA (209012478)
4. NI LUH EKA OKTAVIARI (209012480)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karna berkat
rahmat beliaulah kami dapat menyelesaikan tugas Manajemen Keperawatan yang
selesai tepat pada waktunya.
Kami menyadari bahwa karya kami ini memang jauh dari kata sempurna,
namun kami telah berusaha mengerjakan tugas ini dengan semaksimal mungkin. Kami
mohon kritik dan saran dari Ibu atau bapak dan teman-teman. Demi karya kami yang
selanjutnya agar lebih baik lagi.
Akhir kata, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada kesalahan
dan kata-kata yang tidak berkenan di hati, baik sengaja maupun tidaksengaja. Semoga
dengan tugas kami ini dapat dijadikan pedoman untuk proses pembelajaran bagi kita
semua.

Denpasar,24 Februari 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ............................................................................................................. i
Daftar Isi ...................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................ 2
Bab II Pembahasan
1. Definisi Hand Over .................................................................................... 3
2. Tujuan Hand Over ...................................................................................... 3
3. Metode Timbang Terima............................................................................ 4
4. Prinsip Timbang Terima ............................................................................ 5
5. Faktor Yang Mempengaruhi Timbang Terima .......................................... 7
6. Prosedur Timbang Terima.......................................................................... 9
7. Efek Timbang Terima ............................................................................... 11
8. Dokumentasi Dalam Timbang Terima ...................................................... 12
9. Role Play Timbang Terima ....................................................................... 12
Bab III Penutup
1. Simpulan ................................................................................................... 19
2. Saran .......................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Keperawatan sebagai profesi merupakan bagian dari masyarakat yang akan
terus berubah seirama dengan berubahnya masyarakat yang terus menerus berkembang
dan mengalami perubahan. Perubahan kearah tujuan yang lebih baik dapat dilakukan
dengan salah satu upaya yang sangat penting dalam meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan, yaitu dengan cara meningkatkan mutu dan sumber daya manusia dan
pengelolaan manajemen keperawatan (Nursalam, 2013).
Pelayanan keperawatan menjadi faktor penentu keberhasilan pelayanan
kesehatan di rumah sakit. Hal ini disebabkan karena tenaga keperawatan merupakan
tulang punggung rumah sakit dan subsistem dalam pelayanan kesehatan serta menjadi
bagian integral dari pelayanan rumah sakit (Depkes,2006). Salah satu faktor yang
mendukung keyakinan tersebut adalah kenyataan yang dapat dilihat di unit pelayanan
kesehatan rumah sakit, dimana tenaga kesehatan yang selama 24 jam harus berada
disisi klien adalah keperawatan. Oleh karena itu pelayanan keperawatan berkontribusi
dalam menentukan mutu pelayanan di rumah sakit, sehingga setiap upaya untuk
meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit harus disertai upaya meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan (Triwibowo, 2013).
Profesionalisme dalam pelayanan keperawatan dapat diwujudkan melalui
komunikasi yang efektif antar perawat maupun dengan tim kesehatan lainnya
(Triwibowo, Harahap & Soep, 2016). Adapun salah satu komunikasi yang dilakukan
perawat secara rutin yaitu kegiatan timbang terima pasien saat pertukaran shift
keperawatan yang juga merupakan salah satu dari enam sasaran keselamatan pasien.
Komunikasi efektif, yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan yang dipahami oleh
resipien/penerima akan mengurangi kesalahan, dan menghasilkan peningkatan
keselamatan pasien.

1
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1) Bagaimanakah konsep hand over pada manajemen keperawatan ?
3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sesuai dengan rumusan masalah di
atas adalah sebagai berikut :
1) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana konsep hand over pada
manajemen keperawatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Definisi
Friesen (2012) menyebutkan tentang defenisi dari Handover adalah
transfer tentang informasi (termasuk tanggung jawab dan tanggung gugat) selama
perpindahan perawat yang berkelanjutan yang mencakup tentang pertanyaan,
klarifikasi dan konfirmasi tentang pasien. Handoofs juga meliputi mekanisme
transfer informasi yang dilakukan, tanggung jawab utama dan kewenangan perawat
dari perawat sebelumnya ke perawat yang akan melanjutnya perawatan. Timbang
terima adalah suatu teknik untuk menyampaikan dan menerima suatu informasi
yang berkaitan dengan keadaan pasien. Timbang terima harus dilakukan seefektif
mungkin dengan menjelaskan secara singkat, jelas dan lengkap tentang tindakan
mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang sudah dan belum dilakukan serta
perkembangan pasien pada saat itu. Informasi yang disampaikan harus akurat
sehingga kesinambungan asuhan keperawatan dapat berjalan dengan sempurna
(Nursalam, 2015).
Handover merupakan pengalihan tanggung jawab profesional dan
akuntabilitas untuk beberapa atau semua aspek perawatan pasien, atau kelompok
Pasien, kepada orang lain atau kelompok profesioanl secara sementara atau
permanen (Triwibowo, 2013). Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan
bahwa timbang terima (handover) adalah suatu teknik untuk menyampaikan dan
menerima suatu informasi yang berkaitan dengan perpindahan atau transfer tanggung
jawab tentang pasien dari perawat yang satu dengan perawat yang lain.

2. Tujuan
Sedangkan menurut Nursalam (2015), secara umum tujuan timbang terima yaitu
mengkomunikasikan keadaan pasien dan menyampaikan informasi yang penting.
Sedangkan tujuan khusus timbang terima yaitu:

3
a. Menyampaikan masalah, kondisi, dan keadaan klien (data focus).
b. Menyampaikan hal-hal yang sudah atau belum dilakukan dalam asuhan
keperawatan kepada klien.
c. Menyampaikan hal-hal penting yang perlu segera ditindak lanjuti oleh dinas
berikutnya.
d. Menyusun kerja untuk dinas berikutnya.
Timbang terima (Handover) memiliki tujuan untuk mengakurasi,
mereliabilisasi komunikasi tentang tugas perpindahan informasi yang relevan
yang digunakan untuk kesenimbungan dalam keselamatan dan keefektifan
dalam bekerja. Timbang terima (Handover) memiliki 2 fungsi utama yaitu :
1) Sebagai forum diskusi untuk bertukar pendapat dan mengekspresikan
perasaan perawat.
2) Sebagai sumber informasi yang akan menjadi dasar dalam penetapan
keputusan dan tindakan keperawatan

3. Metode Timbang Terima


a. Timbang terima dengan metode tradisional
1) Menurut Kassean dan Jagoo (2012) operan jaga (Handover) yang masih
tradisional adalah : Dilakukan hanya di meja perawat.
2) Menggunakan satu arah komunikasi sehingga tidak memungkinkan
munculnya pertanyaan atau diskusi.
3) Jika ada pengecekan ke pasien hanya sekedar memastikan kondisi secara
umum.
4) Tidak ada kontribusi atau feedback dari pasien dan keluarga, sehingga
proses informasi dibutuhkan oleh pasien terkait status kesehatannya tidak
up to date.
b. Timbang terima dengan metode bedside Handover
Menurut Kassean dan Jagoo (2012) Handover yang dilakukan sekarang sudah
menggunakan model bedside Handover yaitu Handover yang dilakukan di

4
samping tempat tidur pasien dengan melibatkan pasien atau keluarga pasien
secara langsung untuk mendapatkan feedback. Secara umum materi yang
disampaikan dalam proses operan jaga baik secara tradisional maupun bedside
Handover tidak jauh berbeda, hanya pada Handover memiliki beberapa
kelebihan diantaranya :
1) Mengingatkan keterlibatan pasien dalam mengambil keputusan terkait
kondisi penyakit secara up to date
2) Mengingatkan hubungan caring dan komunikasi antara pasien dengan
perawat.
3) Mengurangi waktu untuk melakukan klarifikasi ulang pada kondisi
pasien secara khusus
Bedside Handover juga tetap diperhatikan aspek kerahasian pasien jika ada
informasi yang ditunda terkait adanya komplikasi penyakit atau persepsi medis
yang lain.

4. Prinsip Timbang Terima


Friesen, White dan Byers (2009) memperkenalkan enam standar prinsip timbang
terima pasien, yaitu :
a. Kepemimpinan dalam timbang terima pasien
Semakin luas proses timbang terima (lebih banyak peserta dalam kegiatan
timbang terima), peran pemimpin menjadi sangat penting untuk mengelola
timbang terima pasien di klinis. Pemimpin harus memiliki pemahaman yang
komprehensif dari proses timbang terima pasien dan perannya sebagai
pemimpin. Tindakan segera harus dilakukan oleh pemimpin pada eskalasi
pasien yang memburuk.
b. Pemahaman tentang timbang terima pasien
Mengatur sedemikian rupa agar timbul suatu pemahaman bahwa timbang
terima pasien harus dilaksanakan dan merupakan bagian penting dari pekerjaan
sehari-hari dari perawat dalam merawat pasien. Memastikan bahwa staf

5
bersedia untuk menghadiri timbang terima pasien yang relevan untuk mereka.
Meninjau jadwal dinas staf klinis untuk memastikan mereka hadir dan
mendukung kegiatan timbang terima pasien. Membuat solusi-solusi inovatif
yang diperlukan untuk memperkuat pentingnya kehadiran staf pada saat
timbang terima pasien.
c. Peserta yang mengikuti timbang terima pasien
Mengidentifikasi dan mengorientasikan peserta, melibatkan mereka dalam
tinjauan berkala tentang proses timbang terima pasien. Mengidentifikasi staf
yang harus hadir, jika memungkinkan pasien dan keluarga harus dilibatkan dan
dimasukkan sebagai peserta dalam kegiatan timbang terima pasien. Dalam tim
multidisiplin, timbang terima pasien harus terstruktur dan memungkinkan
anggota multiprofesi hadir untuk pasiennya yang relevan.
d. Waktu timbang terima pasien
Mengatur waktu yang disepakati, durasi dan frekuensi untuk timbang terima
pasien. Hal ini sangat direkomendasikan, dimana strategi ini memungkinkan
untuk dapat memperkuat ketepatan waktu. Timbang terima pasien tidak hanya
pada pergantian jadwal kerja, tapi setiap kali terjadi perubahan tanggung jawab
misalnya ketika pasien diantar dari bangsal ke tempat lain untuk suatu
pemeriksaan. Ketepatan waktu timbang terima sangat penting untuk
memastikan proses perawatan yang berkelanjutan, aman dan efektif.
e. Tempat timbang terima pasien
Sebaiknya, timbang terima pasien terjadi secara tatap muka dan di sisi tempat
tidur pasien. Jika tidak dapat dilakukan, maka pilihan lain harus
dipertimbangkan untuk memastikan timbang terima pasien berlangsung efektif
dan aman. Untuk komunikasi yang efektif, pastikan bahwa tempat timbang
terima pasien bebas dari gangguan misalnya kebisingan di bangsal secara
umum atau bunyi alat telekomunikasi.
f. Proses timbang terima pasien
1) Standar protocol

6
2) Standar protokol harus jelas mengidentifikasi pasien dan peran peserta,
kondisi klinis dari pasien, daftar pengamatan/pencatatan terakhir yang
paling penting, latar belakang yang relevan tentang situasi klinis pasien,
penilaian dan tindakan yang perlu dilakukan.
3) Kondisi pasien memburuk
Pada kondisi pasien memburuk, meningkatkan pengelolaan pasien secara
cepat dan tepat pada penurunan kondisi yang terdeteksi.
4) Informasi kritis lainnya
Prioritaskan informasi penting lainnya, misalnya: tindakan yang luar biasa,
rencana pemindahan pasien, kesehatan kerja dan risiko keselamatan kerja
atau tekanan yang dialami oleh staf.

5. Faktor Yang Mempengaruhi Timbang Terima


Menurut Huges (2008) dalam Kamil (2011) mengemukakan hasil kajian literatur
berbasis bukti proses operan/serah terima pasien dipengaruhi oleh faktor individu,
kelompok dan organisasi. Berikut akan dijelaskan faktor yang mempengaruhi
tersebut yaitu:
a. Faktor eksternal dan internal individu atau kelompok. Faktor eksternal dan
internal individu atau kelompok tersebut mencakup:
1) Komunikasi
Bahasa dapat menyebabkan masalah dalam beberapa cara serah terima
pasien. Dialek yang berbeda aksen, dan nuansa dapat disalahpahami atau
disalahtafsirkan oleh perawat menerima laporan. Singkatan dan akronim
yang unik untuk pengaturan pelayanan keperawatan tertentu mungkin
membingungkan bagi seorang perawat yang bekerja dilingkungan yang
berbeda atau khusus.
2) Gangguan
Faktor-faktor situasional selama serah terima pasien yang dapat
berkontribusi sebagai gangguan.

7
3) Interupsi
Interupsi dilaporkan sering terjadi dalam pengaturan perawatan kesehatan.
4) Kebisingan
Latar belakang suara, seperti ; pager, telepon, handphone, suara peralatan,
alarm dan berbicara, berkontribusi dalam meningkatkan kesulitan untuk
mendengar laporan dan dapat mengakibatkan tafsiran informasi yang tidak
tepat.
5) Kelelahan
Peningkatan kesalahan dapat terjadi oleh perawat yang bekerja pada shift
yang berkepanjangan.
6) Memori
Memori jangka pendek dan daya penyimpanan yang terbatas dapat terjadi
ketika sejumlah besar informasi yang dikomunikasikan selama serah terima
pasien.
7) Pengetahuan atau pengalaman
Perawat pemula dan perawat ahli memiliki kebutuhan dan kemampuan
yang berbeda, perawat pemula mungkin menghadapi masalah dengan serah
terima pasien dan perawat pemula mungkin memerlukan informasi
tambahan yang lebih selama serah terima pasien.
8) Komunikasi tertulis
Mencoba untuk menafsirkan catatan yang tidak terbaca, mungkin akan
membuat kesalahan dalam komunikasi.
9) Variasi dalam proses
Mungkin ada varians yang luas dalam melakukan cara serah terima pasien
yang dapat menyebabkan kelalaian dari informasi penting dan berkontribusi
untuk kesalahan dalam tindakan dan obat-obatan.
b. Faktor organisasi
Faktor organisasi meliputi:
1) Budaya organisasi

8
Budaya organisasi yang tidak memiliki cukup perhatian pada keselamatan
pasien, staf mungkin enggan untuk melaporkan masalah atau mungkin tidak
merasa nyaman mengajukan pertanyaan bila ada hal yang belum jelas saat
serah terima pasien.
2) Hirarki
Masalah struktur hirarkis dapat menghambat komunikasi terbuka. Perawat
mungkin tidak merasa nyaman mengajukan pertanyaan untuk
mengkalrifikasi informasi atau mungkin merasa terintimidasi.
3) Sistem dukungan
Kurangnya waktu untuk mengakses informasi dan laporan lengkap akan
mengurangi waktu untuk mengajukan pertanyaan dan jawaban pada saat
serah terima pasien.
4) Infrastruktur
Mungkin ada infrastruktur yang tidak memadai untuk kegiatan serah terima
pasien yang efektif.
5) Pengiriman pasien (dalam organisasi perawatan kesehatan)
Peningkatan jumlah pengiriman pasien akan meningkatkan kebutuhan
untuk serah terima pasien yang mungkin akan berdampak pada keselamatan
pasien.
6) Keterbatasan ruang untuk serah terima pasien Lingkungan mungkin tidak
kondusif untuk melakukan serah terima pasien

6. Prosedur Timbang Terima


Menurut Nursalam (2013), adapun prosedur dalam timbang terima yaitu :
a. Persiapan
1) Kedua kelompok dalam keadaan siap.
2) Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan.
b. Pelaksanaan

9
Pelaksanaan dalam penerapannya, dilakukan timbang terima kepada masing-
masing penanggung jawab :
1) Timbang terima dilaksanakan setiap pergantian shift atau operan
2) Dari nurse station perawat berdiskusi untuk melaksanakan timbang terima
dengan mengkaji secara komprehensif yang berkaitan tentang masalah
keperawatan klien, rencana tindakan yang sudah dan belum dilaksanakan
serta hal-hal penting lainnya yang perlu dilimpahkan.
3) Hal-hal yang sifatnya khusus dan memerlukan perincian yang lengkap
sebaiknya dicatat secara khusus untuk kemudian diserah terimakan kepada
perawat berikutnya.
4) Hal-hal yang perlu disampaikan pada saat timbang terima adalah :
a) Identitas klien dan diagnose medis.
b) Masalah keperawatan yang kemungkinan masih muncul.
c) Tindakan keperawatan yang sudah dan belum dilaksanakan.
d) Intervensi kolaborasi dan dependen
e) Rencana umum dan persiapan yang perlu dilakukan dalam kegiatan
selanjutnya, misalnya operasi, pemerikasaan laboratorium atau
pemeriksaan penunjang lainnya, persiapan untuk konsultasi atau
prosedur lainnya yang tidak dilaksanakan secara rutin.
6) Perawat yang melakukan timbang terima dapat melakukan klarifikasi, tanya
jawab dan melakukan validasi tehadap ha;-hal yang kuraang jelas.
Penyampaian pada saat timbang terima secara singkat dan jelas.
7) Lama timbang terima untuk setiap klien tidak lebih dari 5 menit kecuali
pada kondisi khusus dan memerlukan penjelasan yang lengkap dan rinci.
8) Pelaporan untuk timbang terima dilakukan secara langsung pada buku
laporan ruangan perawat.

10
7. Efek Timbang Terima dalam Shift Jaga
Menurut Adiwardana (2011), timbang terima atau operan jaga memiliki efek-efek
yang sangat mempengaruhi diri seorang perawat sebagai pemberi layanan kepada
pasien. Efek-efek dari shift kerja atau operan adalah sebagai berikut:
a. Efek Psikososial
Efek ini berpengeruh adanya gangguan kehidupan keluarga, efek fisiologis
hilangnya waktu luang, kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan
mengganggu aktivitas kelompok dalam masyarakat. Saksono (2010)
mengemukakan pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat
yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari.Sementara pada saat itu bagi
pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat
berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari lingkungan
masyarakat.
b. Efek Kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek
fisiologis dan efek psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan
kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku
kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.
c. Efek Terhadap Kesehatan
Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini cenderung
terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap
keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
d. Efek Terhadap Keselamatan
Kerja Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja
yang dilakukan Smith et. Al, melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling
tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah
kecelakaan 0,69 % per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian
menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift

11
malam. Terdapat suatu kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi
selama shift pagi dan lebih banyak terjadi pada shift malam.

8. Dokumentasi dalam Timbang Terima


Dokumentasi adalah salah satu alat yang sering digunakan dalam komunikasi
keperawatan. Hal ini digunakan untuk memvalidasi asuhan keperawatan, sarana
komunikasi antar tim kesehatan, dan merupakan dokumen pasien dalam pemberian
asuhan keperawatan. Ketrampilan dokumentasi yang efektif memungkinkan
perawat untuk mengkomunikasikan kepada tenaga kesehatan lainnya dan
menjelaskan apa yang sudah, sedang, dan akan dikerjakan oleh perawat. Yang perlu
di dokumentasikan dalam timbang terima antara lain:
a. Identitas pasien.
b. Dokter yang menangani
c. Kondisi umum pasien saat ini
d. Masalah keperawatan.
e. Intervensi yang sudah dilakukan
f. Intervensi yang belum dilakukan
g. Tindakan kolaborasi
h. Rencana umum dan persiapan lain
i. Tanda tangan dan nama terang

12
9. Role Play Timbang Terima
Pembagian pengorganisasian :
1. Ketua Tim 1 : Kadek Diah Laksmi Dewi
2. Ketua Tim 2 : I Wayan Merta Wijaya
3. Perawat Asosiet 1 : Ni Luh Eka Oktaviari
4. Perawat Asosiet 2 : I Gusti Ayu Putu Candra Dharmaputri

Narasi : Role play hand over pada hari jumat 26 Februari 2021 pukul 14.00 wita
diruang penyakit dalam RSUD SANJIWANI GIANYAR yang akan melakukan
timbang terima dari shift pagi ke shift sore. Ketua Tim dan perawat pelaksana
melakukan hand over yang meliputi status keadaan pasien, buku timbang terima, alat
tulis pulpen. Metode yang diterapkan untuk melakukan timbang terima adalah metode
diskusi. Ruangan yang dilakukan untuk timbang terima adalah ruangan diskusi atau
Nurse Station. Perawat pelaksana menyiapkan pendataan untuk disampaikan saat
timbang terima meliputi data pasien, diagnosa pasien, intervensi, implementasi,
tindakan operasi dan pemeriksaan penunjang. Berita acara timbang terima
berkoordinasi meminta izin kepada pasien yang sedang dikelola unuk dilakukan
timbang terima terlebih dahulu, menyampaikan kehadiran Ketua TIM dan perawat
pelaksana
Katim 1 dan Katim 2 serta perawat pelaksana ada diruangan diskusi/nurse station
untuk menyampaikan kondisi pasien yang ada diruangan penyakit dalam RSUD
SANJIWANI GIANYAR
Kepala Tim 1 : Selamat siang, om swastiastu sebelum kita melakukan
operan, marilah kita ucapkan puji syukur atas kehadirat Tuhan
yang Maha Esa karena rahmat serta karunianya kita dapat
berkumpul disini. Pada siang hari ini yaitu hari jumat 26
Februari 2021 akan dilakukan operan yang rutin kita lakukan
setiap pergantian shift. Kepada perawat yang dinas pagi
dipersilahkan menjelaskan kondisi masing-masing pasien saat
ini ke perawat yang dinas sore.
Perawat Asosiet 1 : Selamat siang, terimakasih untuk kesempatan yang diberikan
kepada saya untuk menjelaskan kondisi pasien saat ini. Jumlah
13
pasien dari Tim 1 saat ini adalah 2 orang. Pasien pertama ada
di kamar 1 dengan ketergantungan minimal. Pasien merupakan
pasien umum. Identitas pasien yaitu Ny.D berumur 45 tahun,
dengan diagnosa medis Ca. Mammae, keadaan umum pasien
baik, hasil TTV terakhir pukul 13.00 wita dengan hasil TD :
120/70mmHg, suhu 36,60C, nadi 80x/menit, RR 20x/menit,
total GCS : 15. Pasien mengeluhkan nyeri pada bagian
payudara kanan. Masalah keperawatan yang ditemukan adalah
gangguan rasa nyaman nyeri kronis. Implementasi yang sudah
dilakukan : Mengkaji tingkat nyeri pasien dengan hasil nyeri
sedang, mempertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang
dan sedikit penerangan, minimalkan gangguan lingkungan dan
rangsangan, membatasi aktivitas pasien dan memberi obat
analgetik sesuai dengan resep dokter. Intervensi yang belum
terlaksana : beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi
seperti kompres es, atur posisi yang nyaman, teknik relaksasi.
Hasil evaluasi pasien mengatakan nyeri payudara berkurang,
pasien tampak meringis, masalah nyeri sebagian teratasi dan
lanjutkan intervensi. Pasien disarankan untuk melakukan
tindakan kemoterapi 2 hari lagi. Pasien kedua dengan tingkat
ketergantungan partial care. Dirawat di kamar II. Pasien
merupakan pasien umum. Identitas pasien yaitu nama Tn.P
yang berumur 20 tahun, diagnosa medis fraktur femur 1/3 distal.
Keadaan umum pasien lemah, hasil TTV terakhir pukul 13.00
wita dengan hasil TD : 130/80mmHg, suhu 37,50C, nadi
64x/menit, RR 20x/menit, total GCS : 15. Pasien mengeluhkan
tidak bisa beraktivitas seperti biasa. Masalah keperawatan yang
ditemukan adalah gangguan mobilitas fisik. Implementasi yang
sudah dilakukan : mengkaji kemampuan klien dalam
beraktivitas, mengkaji kesiapan untuk melakukan aktivitas,
memberikan bantuan sesuai kebutuhan ditempat tidur,
pemberian analgetik sesuai anjuran dokter,intervensi yang
14
belum dilakukan yatu dorong pasien untuk berpatisipasi dalam
memilih periode aktivitas dan jelaskan pada pasien pentingnya
melakukan aktivitas sesuai kemampuan. Evaluasi : Pasien
mengatakan sebagian aktivitasnya bisa dilakukan di tempat
tidur, pasien tampak berbaring lemah, masalah belum teratasi
dan lanjutkan intervensi. Pasien disarankan untuk dilakukan
pemasangan gips besok. Sekian yang dapat saya sampaikan,
terimakasih.
Ketua Tim 2 (mencatat laporan pasien yang telah disampaikan oleh Ketua Tim 1 pada
buku laporan ruangan perawat)
Ketua Tim 1 : Baik, dari perawat yang shift sore apakah ada yg ingin
ditanyakan ?
Perawat Asosiet 2 : Apakah pasien Tn.P sudah dilakukan rontgen ?
Perawat Asosiet 1 : Sudah, namun Dokter menyarankan untuk dilakukan
rontgen ulang besok pagi
Ketua Tim 1 : Apakah ada yang perlu didiskusikan lagi ?
Perawat Asosiet 2 : Tidak
Ketua Tim 1 : Baik kalau begitu mari kita keruangan pasien

Katim 1 dan 2 serta pelaksana kemudian melakukan klarifikasi data pasien, dengan
menggunakan metode bedside handover
Kepala Tim 1 : Selamat sore, saya perawat Diah bagaimana keadaan Ibu saat
ini?, kita disini akan melakukan kegiatanoperan yang rutin
setiap pergantian shift. Tujuan dari operan ini adalah
mengkomunikasikan keadaan Ibu sekarang dan
menyampaikan informasi yang penting antar shift jaga.
Perkenalkan kepada perawat Candra yang akan bertugas
menggantikan perawat yang berjaga pagi tadi. Nanti yang
akan bertanggung jawab untuk merawat Ibu yang dinas sore
Bu ya. Baik langsung saja operannya Bu ya. Baik untuk
perawat Candra, seperti yang saya katakan tadi, ini Ny.D
merupakan pasien umum. Identitas pasien yaitu Ny.D
15
berumur 45 tahun, dengan diagnosa medis Ca. Mammae,
keadaan umum pasien baik, hasil TTV terakhir pukul 13.00
wita dengan hasil TD : 120/70mmHg, suhu 36,60C, nadi
80x/menit, RR 20x/menit, total GCS : 15. Pasien
mengeluhkan nyeri pada bagian mammae. Masalah
keperawatan yang ditemukan adalah gangguan rasa nyaman
nyeri kronis. Implementasi yang sudah dilakukan : Mengkaji
tingkat nyeri pasien dengan hasil nyeri sedang,
mempertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang dan
sedikit penerangan, minimalkan gangguan lingkungan dan
rangsangan, membatasi aktivitas pasien dan memberi obat
analgetik sesuai dengan resep dokter. Intervensi yang belum
terlaksana : beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi
seperti kompres es, atur posisi yang nyaman, teknik relaksasi.
Hasil evaluasi pasien mengatakan nyeri mammae berkurang,
pasien tampak meringis, masalah nyeri sebagian teratasi dan
lanjutkan intervensi. Pasien disarankan untuk melakukan
tindakan kemoterapi 2 hari lagi.

Masing-masing perawat dari Tim 2 yang dinas sore melakukan validasi langsung ke
pasien.
Perawat Asosiet 2 : Selamat sore Ibu, saya perawat Candra yang bertugas pada sore
hari ini. Apa yang Ibu rasakan saat ini ? Apakah sudah ada
perkembangan yang lebih baik dari sebelumnya ?
Pasien : Iya sus, saya masih lemas dan sakit pada bagian dada terutama
pada payudara dan kepala saya jadi pusing
Perawat Asosiet 2 : Iya Bu, lemas dan sakit pada bagian kepala yang dirasakan
merupakan efek dari proses penyakit, namun Ibu jangan terlalu
cemas karena sudah ada perawat yang akan memberikan terapi

16
obat yang telah diresepkan oleh Dokter untuk mengurangi nyeri
yang Ibu rasakan. Kami akan selalu siap memberikan pelayanan
yang terbaik untuk Ibu
Pasien : Iya, terimakasih sus
Perawat Asosiet 1 : Baik Ibu, saya perawat yang dinas pagi ini jam dinasnya sudah
selesai, selanjutnya Ibu akan dirawat oleh perawat yang dinas
Sore nggih Bu. Jika Ibu memerlukan bantuan, Ibu bisa
memencet bel yang ada disamping Ibu ya. Sebelum kami
selesai dinas, apakah ada yang ingin Ibu tanyakan ?
Pasien : Tidak ada sus
Perawat Asosiet 1 : Baik kalau begitu kami permisi dulu nggih Bu

Kemudian Katim 1 dan 2 serta perawat pelaksana kembali ke Nurse Station


Kepala Tim 2 :Kita tadi sudah bersama-sama melakukan operan, saya
berharap dengan adanya kegiatan ini proses pendelegasian tugas
antar shift bisa jelas dan terstruktur. Mungkin dari pasien tadi
ada yang masih harus didiskusikan lagi ?
Perawat Asosiet 2 : Iya, ada tambahan dari pasien Ny.D yang masih mengeluh nyeri
pada bagian payudaranya
Perawat Asosiet 1 : Sudah diberikan terapi obat tramadol yang sesuai dengan
anjuran dari Dokter
Kepala Tim 2 : Untuk intervensi selanjutnya pasien Ny.D berikan posisi
yang nyaman dan anjurkan teknik distraksi relaksasi, bila perlu
konsulkan lagi ke Dokter juga untuk terapi obat apakah yang
masih bisa diberikan atau diganti dengan obat yang lain
Perawat Asosiet 2 : Baik Bu
Ketua Tim 1 : Tadi ada pesan dari bidang mutu untuk meningkatkan SOP saat
pemasangan infus, jadi tolong lebih diperhatikan lagi saat
melakukan pemasangan infus ke pasien. Demikian operan sore

17
hari ini, semoga apa yang telah kita lakukan hari ini bermanfaat
untuk kita semua. Selamat bertugas untuk perawat yang dinas
Sore. Terimakasih

Kegiatan timbang terima telah selesai dilakukan, Ketua Tim 1 dan Ketua Tim 2
menandatangani berita acara timbang terima. Perawat yang dinas pagi telah selesai
melakukan tugasnya dan perawat yang dinas sore akan memulai melaksanakan
tugasnya.

18
BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Timbang terima (handover) adalah suatu teknik untuk menyampaikan dan
menerima suatu informasi yang berkaitan dengan perpindahan atau transfer tanggung
jawab tentang pasien dari perawat yang satu dengan perawat yang lain. Kegagalan
dalam melakukan komunikasi pada pelaksanaan timbang terima dapat
menimbulkan dampak yang serius yaitu kesalahan dalam kesinambungan
pelayanan keperawatan, pengobatan yang tidak tepat, kehilangan informasi,
kesalahan tentang rencana keperawatan, kesalahan pada test penunjang, dan potensi
kerugian bagi pasien, serta adanya ketidakpuasan pasien terhadap pelayanan
keperawatan.
2. Saran
Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh dari
sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggung jawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan
diatas.

19
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2006. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit( patient safety).
Jakarta

Friesen,M.A.,White,S.,V.,&Byers,J.(2009).Handoffs: Implications for Nurses.


america: Floridanurse

Kamil, Hajjul. (2011). Handover Dalam Pelayanan Keperawatan. Volume 4 No. 11,
hal.102-116.

Kassean, H. K,& Jagoo, Z. B. (2012). Managing change in the nursing handover from
traditional to bedside handover – A Case Study from Mauritius. BMC Nursing, 4:1.

Nursalam.(2013).Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta : Selemba Medika

.(2015).Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional (5th ed.). Jakarta: Salemba Medika.

Triwibowo. (2013). Manajemen pelayanan keperawatan di rumah sakit. Jakarta: TIM.

20

Anda mungkin juga menyukai