1, 2019 | 44 – 49
MAJALAH KEDOKTERAN
NUSANTARA
The Journal of Medical School
Tinjauan Pustaka
Abstract. Nephrotic syndrome (NS) is the most common kidney disease in children. Corticosteroid
is still preffered as primary treatment of NS. One side effect that may occurred due to high-dose and
long term used of corticosteroids is an increase of intraocular pressure. The mechanism of steroid-
induced increased intraocular pressure had not been well understood. Many studies showed that
steroids could increase resistance of aqueous humor outflow resulting in increased intraocular
pressure.
Abstrak. Sindroma nefrotik (SN) merupakan penyakit ginjal terbanyak pada anak. Tatalaksana
medikamantosa SN menggunakan kortikosteroid sebagai pengobatan pilihan utama. Penggunaan
kortikosteroid dosis tinggi dan jangka waktu yang lama untuk terapi sindroma nefrotik dapat
memiliki efek samping, salah satunya yaitu peningkatan tekanan intraokular. Mekanisme secara
pasti dari peningkatan tekanan intraokular yang diinduksi oleh obat steroid belum diketahui pasti,
namun yang diketahui adalah steroid secara sekunder dapat meningkatkan resistensi pengeluaran
aqueous humor sehingga terjadi peningkatan tekanan intraokular.
Pendahuluan
Sindroma nefrotik (SN) merupakan penyakit ginjal terbanyak pada anak. SN dapat terjadi pada
anak di berbagai usia mulai dari bayi sampai remaja dan paling sering dijumpai pada anak usia sekolah
dan remaja. Penyakit tersebut merupakan sindroma klinis sebagai akibat peningkatan permeabilitas dari
sawar filtrasi glomerulus yang dikarakteristikkan dengan 4 karakteristik klinis mayor yang digunakan
untuk penegakan diagnosa yaitu proteinuria, hipoalbuminemia, edema dan hiperlipidemia. 1 Insidensi
SN pada anak dalam kepustakaan di Amerika Serikat dan Inggris adalah 2 sampai 4 kasus baru per
100.000 anak per tahun. Di Negara berkembang insidensinya lebih tinggi. Di Indonesia angka kejadian
mencapai 6 kasus pada tiap 100.000 anak per tahun. Perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2: 1.2,3
Tatalaksana medikamantosa SN menggunakan kortikosteroid sebagai pengobatan pilihan
utama. Berdasarkan rekomendasi International Study Of Kidney Disease In Children (ISKDC) terapi
inisial sindroma nefrotik adalah prednison dosis penuh ( full dose) 2 mg/kgBB/hari ( maksimal
80mg/hari) dalam 4 minggu dan dilanjutkan dengan prednison 40mg/m 2LPB/hari (maksimal 60
mg/hari) selang sehari selama 4 minggu.2,4
Penggunaan kortikosteroid dosis tinggi dan jangka waktu yang lama untuk terapi sindroma
nefrotik dapat memiliki efek samping, salah satunya yaitu peningkatan tekanan intraokular.5,6. Fakta
bahwa kortikosteroid dapat meningkatkan tekanan intraokuar (TIO) pertama kali dijelaskan pada tahun
1950 oleh McLean dan sekarang terkenal dengan istilah fenomena dose-dependent. Steroid menginduksi
peningkatan tekanan intraokular dapat terjadi pada semua umur walaupun anak dilaporkan lebih jarang
untuk terkena peningkatan tekanan intraokular. 6.
Insidensi peningkatan TIO pada pasien dengan pemakaian steroid secara sistemik masih belum
diketahui dengan jelas oleh karena kebanyakan pasien-pasien tersebut tidak melakukan pemeriksaan
tekanan intraokular. Namun diperkirakan 1/3 individu menunjukkan kenaikan TIO yang sedang setelah
pemakaian steroid topikal.6,7
Kortikosteroid dapat menyebabkan peningkatan tekanana intraokular melalui mekanisme sudut
terbuka. Mekanisme tersebut dikaitkan dengan efek ganda pada anyaman trabekular. Kortikosteroid juga
menyebabkan penurunan sintesis prostaglandin yang mengatur pengeluaran aqueous humor sehingga
terjadi peningkatan tekanan intra okular.8 Angka kejadian peningkatan tekanan intraokular akibat
pemakaian kortikosteroid pada anak SN di Indonesia khususnya di kota Medan masih belum diketahui
dengan pasti.
Sindroma Nefrotik
Sindrom nefrotik adalah suatu sindrom klinik dengan gejala proteinuria massif (≥ 40 mg/m2
LPB/jam atau rasio protein/ kreatinin pada urin sewaktu > 2 mg/mg atau dipstik ≥ 2+), hipoalbuminemia
≤ 2,5g/dL, edema, dapat disertai hiperkolesterolemia. 2,9
Insidens SN pada anak dalam kepustakaan di Amerika Serikat dan Inggris adalah 2-4 kasus baru
per 100.000 anak per tahun.Di negara berkembang insidensinya lebih tinggi. Di Indonesia dilaporkan 6
per 100.000 per tahun. Perbandingan anak laki-laki dan perempuan 2:1.2,3
Diagnosis
Alat diagnostik yang digunakan untuk mengukur tekanan intraokuli adalah tonometri. Instrumen
yang paling luas digunakan adalah tonometer aplanasi Goldman yang diletakkan ke slitlamp dan
mengukur gaya yang diperlukan untuk meratakan daerah kornea tertentu untuk mengukur tekanan
intraokular. Rentang tekanan intraokular normal adalah 10 sampai 21 mmHg. 10 Jika didapati nilai TIO
> 21 mmHg dikatakan sebagai peningkatan tekanan intraokular atau hipertensi okular. 11
Po= (F/C) + Pv
45
The Journal of Medical School (JMS) Vol. 52, No. 1, 2019 | 44 – 49
Dari rumus di atas dapat disimpulkan bahwa perubahan tekanan intraokular sangat ditentukan
oleh perubahan aliran aqueous humor.11
Kortikosteroid
Kortikosteroid adalah hormon yang diproduksi dam dilepaskan oleh adrenal. Berdasarkan
asalnya, kortikosteroid terdiri atas kortikosteroid alami dan sintetik. Sedangkan berdasarkan
pengelompokannya, kortikosteroid terdiri dari 2 jenis hormon yaitu glukokortikoid dan
mineralokortikoid. Pada manusia, glukokortikoid yang utama adalah kortisol. Menurut waktu
penggunaannya, kortikosteroid terdiri dari penggunaan jangka pendek yaitu ≤ 1 bulan dan penggunaan
jangka panjang yaitu > 3 bulan.14
46
The Journal of Medical School (JMS) Vol. 52, No. 1, 2019 | 44 – 49
47
The Journal of Medical School (JMS) Vol. 52, No. 1, 2019 | 44 – 49
penglihatan kabur dan gangguan lapangan pandang merupakan gejala-gejala yang dapat ditimbulkan
dari hipertensi okular, tetapi kadang tidak muncul gejala. 22,23
Pada pemakaian kortikosteroid topikal biasanya meningkatkan TIO dalam waktu 2 sampai 6
minggu, sedangkan penggunaan sistemik dapat meningkatkan TIO dalam durasi yang lebih lama yang
belum diketahui waktu pastinya. Hal ini disebabkan karena pemakaian steroid sistemik meningkatkan
TIO secara bertahap dan tidak menimbulkan gejala, sehingga para pemakai steroid sistemik dalam
jangka waktu lama dapat terlambat terdiagnosis sehingga dapat mengakibatkan kerusakan saraf
optik.24,25
Ringkasan
Sindroma nefrotik adalah salah satu penyakit ginjal yang paling umum pada anak. Kortikosteroid
merupakan terapi utama dalam pengobatan pasien sindroma nefrotik Penggunaan kortikosteroid dosis
tinggi dan jangka waktu yang lama untuk terapi sindroma nefrotik dapat memiliki efek samping, salah
satunya yaitu peningkatan tekanan intraokular. Mekanisme secara pasti dari peningkatan tekanan
intraokular yang diinduksi oleh obat steroid belum diketahui pasti. Beberapa studi menjelaskan bahwa
steroid secara sekunder dapat meningkatkan resistensi pengeluaran aqueous humor sehingga terjadi
peningkatan tekanan intraokular.Oleh karena itu, diperlukan permantauan intraokular secara berkala
terhadap individu yang memakai steroid dalam jangka waktu yang lama
Daftar Pustaka
1. Andolino TP, Adam JR. Nephrotic Syndrome.Pediatrics in review. 2015; 36(3): 117-126.
2. Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO. Konsensus Tata Laksana Sindrom Nefrotik
Idiopatik Pada Anak. Jakarta : IDAI; 2005.h. 1-18.
3. Hodson EM, Knight JF, Willis NS, Craig JC. Corticosteroid therapy in nephrotic syndrome : a
meta-analysis of randomized controlled trials. Arch Dis Child. 2000; 83: 45-51.
4. Wirya, IG. Sindroma nefrotik dalam: Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO.Buku Ajar
Nefrologi Anak edisi 2. Jakarta : Balai penerbit FK UI;2002. h.381-422
5. Mandapati JS, Metta AK. Intraocular pressure variation in patient on long-term corticosteroid.
Indian dermatol online. 2011;2:67-9.
6. Ahmad M, Ahmed I, Ahmed W, Syed Z. Intraocular pressure; Incidence of steroid induced rise in
local population of normal, V.K.C and C.S.G patient. Proffesional Med J. 2014;21(1):157-162
7. Dada T, Nair S, Dhawan M. Steroid-induced glaucoma. Journal of current glaucoma practice.
2009;3(2):33-38.
8. Hayasaka Y, Hayasaka S, Matsukura H. Ocular findings in Japanese children with nephritic
syndrome receiving prolonged corticosteroid therapy. Ophtalmologica. 2006; 220:181-185.
9. Roth KS, Amaker BH, Chan JC. Nephrotic syndrome : pathogenesis and management. Pediatric in
review. 2001;23:237-247.
10. Eva P, Whitcher JP in : Vaughan & Asbury’s General Ophtalmology 17th Edition. United States :
McGraw Hill; 2007.Chapter 11
11. American Academy of Ophthalmology. Intraocular Pressure and Aqueous Humor Dynamic in:
Glaucoma. San Fransisco: AAO. 2014. p13-26.
12. Jogi R. Glaucoma in : Basic Ophthalmology 4th Edition. India : Jaypee Brothers Medical Publisher.
2009.p.258-272.
13. Maxwell KH. Factors affecting intraocular pressure measurement. 2014 [diakses tanggal 23
Desember 2016]. Tersedia di : http://www.optometry.co.uk/uploads/article/cet2014/mar2014
c35741 factors affecting intraocular pressure measurement.pdf.
14. Chrousos, GP. Adrenocorticosteroids and adrenocortical antagonist In : Katzung, BG, Masters SB,
Trevor AJ. Basic and Clinical Pharmacology 12th Edition. San Fransisco : Mc.Graw Hill.
2011.p.697-709.
15. Clark AF, Wordinger RJ. The role of steroids in outflow resistance. Experimental eye research.
48
The Journal of Medical School (JMS) Vol. 52, No. 1, 2019 | 44 – 49
2009;88:752-759.
16. Jones R, Rhee DJ. Corticosteroid-induced ocular hypertension and glaucoma : a brief review and
update of the literature. Curr Opin Ophthalmol. 2006; 17: 163-167.
17. Lai CH, Fan DS, Chan JC. Corticosteroid-induced glaucoma in children. HKJ
Ophthalmol;18(1):14-19.
18. Alsaadi MM, Osuagwu UL, Almubrad TM. Effect of inhaled fluticasone on intraocular pressure
and central corneal thickness in asthmatic children without a family history of glaucoma. Middle
East African Journal of Ophthalmology. 2012;19(3):314-319.
19. Sihota R, Konkal VL, Dada T, et al. Prospective, long-term evaluation of steroid-induced
glaucoma. Eye. 2008;22:26-30.
20. Olonan LR, Pangilinan CA, Yatco MM. Steroid-induced cataract and glaucoma in pediatric
patients with nephritic syndrome. Philip J Ophthalmo. 2009;34(2):59-62.
21. Razeghinejad MR, Katz LJ. Steroid-induced Iatrogenic Glaucoma. Ophthalmic Res.2012; 47:66-
80.
22. Kawaguchi E, Ishikura K. Hamada R, et al. Early and frequent development of ocular hypertension
in children with nephrotic syndrome. Pediatr nephrol.2014.
23. Brito PD, Silva SE, Cotta JS, et al. Severe ocular hypertension secondary to systemic corticosteroid
treatment in a child with nephrotic syndrome. Clinical ophthalmology. 2012;6:1675-1679.
24. BAIG N. Drug induced glaucoma. The Hongkong medical diary. 2010;15(10):29-32.
25. Vasconcelos-Santos DV, Nehemy PG, Schachat AP, Nehemy MB. Secondary ocular hypertension
after intravitreal injection of 4 mg of triamnicolone acetonide: incidence and risk factors. Retina.
2008;28:573-480
49