Anda di halaman 1dari 13

STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Keperawatan
Dosen Pengajar : Lailatul Fadilah, S.Kep, Ners, M.Kep

Disusun Oleh :
Kelompok 6
Dita Noor Aripin P27901117048
Gabrella Ainun P279011170
Mulkan Habil P279011170
Regiyani Septi Diana.S. P27901117073
Tingkat 3B/Semester 5

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANTEN


JUURUSAN KEPERAWATAN TANGERANG
PROGRAM DIII KEPERWATAN
TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan HidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah
Manajemen Keperawatan dengan judul “Strategi Penyelesaian Konflik” dalam
bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga Makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam menuntut ilmu. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena
pengalaman yang kami miliki kurang. Kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Lailatul Fadilah, S.Kep, Ners, M.Kep Selaku Dosen Mata Kuliah
Manajemen Keperawatan
2. Teman-Taman yang telah membatu dalam penyusunan Makalah ini
3. Serta Pihak-Pihak yang telah membatu dalam penyusunan Makalah ini

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... I

DAFTAR ISI................................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................

1.1 Latar Belakang....................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................

1.3 Tujuan..................................................................................................

BAB II TINJAUAN TEORI..........................................................................

BAB III PENUTUP.........................................................................................

ii
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
konflik adalah bagian hidup manusia yang selalu berinteraksi, maka konflik
menjadi fenomena yang sering muncul dalam kehidupan, serta menjadi pendorong
dalam dinamika kehidupan sosial-politik. Adanya pemikiran dan pendirian yang
berbeda, perbedaan itu yang pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan
pemikiran tiap-tiap individu. Dalam bergaul, berorganisasi dan berkelompok
sudah tentu akan menemukan konflilk. Namun, konflik tidak muncul seketika dan
langsung menmjadi besar, melainkan berkembang secara bertahap.
Konflik masih dianggap wajar ketika hanya dalam konteks perbedaan
pendapat. Karena konflik yang diakibatkan oleh perbedaan pendapat masing-
masing individu pada akhirnya akan membuat kelompok tersebut semakin solid
jika selesaikan dengan berpikir terbuka dengan tidak berakhir dengan kemenangan
salah satu pihak dan kekalahan dipihak lainnya.
Keterampilan penanganan konflik terwujud dalam bentuk pencarian solusi
terhadap konflik-konflik yang terjadi sehingga tidak berdampak buruk terhadap
individu maupun organisasi. Konflik dapat menimbulkan dampak baik yang
sifatnya konstruktif maupun destruktif. Karenan dampak yang ditimbulkan tidak
selamanya jelelk, maka perlu dikelola dan penanganan yang baik.
1.2
1.3

4
BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Pengertian Konflik


Konflik merupakan perbedaan atau pertentangan antar individu atau
kelompok sosial yang terjadi karena perbedaan kepentingan, serta adanya usaha
memenuhi tujuan dengan jalan menentang pihak lawan disertai dengan ancaman
atau kekerasan (Soerjono Soekanto, 2006: 91). Adapun definisi konflik menurut
beberapa ahli yaitu:
Menurut Webster istilah conflict dalam bahasa latinnya berarti suatu
perkelahian, peperangan atau perjuangan, yaitu berupa konfrontasi fisik antar
beberapa pihak (Pruit dan Rubin, 2009: 9).
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun Poerwadarminta, konflik
berarti pertentangan atau percekcokan. Pertentangan sendiri muncul ke dalam
bentuk pertentangan ide maupun fisik antara dua belah pihak berseberangan
(dalam Novri Susan, 2009: 4).
Pruitt dan Rubin mendefinisikan konflik sebagai sebuah persepsi mengenai
perbedaan kepentingan (perceived divergence of interest), atau suatu kepercayaan
beranggapan bahwa aspirasi pihak-pihak yang berkonflik tidak dapat menemui
titik temu yang sepaham (Pruitt dan Rubin, 2009: 9). Kepentingan yang dimaksud
adalah perasaan orang mengenai apa yang sesungguhnya diinginkannya, dimana
perasaan tersebut cenderung bersifat sentral dalam pikiran dan tindakan orang
yang membentuk inti dari banyak sikap, tujuan dan niatnya.
Dari pengertian para ahli di atas kelompok dapat menyimpulkan konflik
adalah suatu keadaan dari akibat adanya pertentangan antara kehendak, nilai atau
tujuan yang ingin dicapai yang menyebabkan suatu kondisi tidak nyaman baik
didalam diri individu maupun antar kelompok.

5
2.2. Unsur-Unsur Konflik
Sebuah konflik dapat terjadi karena semua unsur terpenuhi. Menurut
Wirawan (2010:5) unsur unsur konflik adalah :
1. Proses, konflik terjadi melalui proses yang unik yang artinya proses terjadinya
suatu konflik akan berbeda dengan konflik yang lainnya. Proses konflik terdiri
dari masukan, proses, dan keluaran konflik akan berbeda dengan konflik yng
lainnya.
2. Dua pihak atau lebih, kecuali konflik personal, konflik terjadi antara dua pihak
atau lebih. Bisa terjadi anatara individu dengan individu, individu dengan
kelompok, kelompok dengan kelompok, organisasi dengan organisasi.
3. Saling tergantung, pihak yang berkonflik saling memiliki keterkaitan. Jadi
setiap tindakan yang nantinya diambil akan mempengaruhi pihak lainnya.
4. Pertentangan mengenai objek konflik, objek konflik adalah sesuatu yang
menyebabkan terjadinya konflik. Pihak yang berkonflik memiliki perbedaan
pendapat, yaitu suatu sikap atau kepercayaan mengenai objek konflik.
5. Diekspresikan, pertentangan akan menjadi konflik jika diekspresikan. Jika
konflik belum diekspresikan, maka konflik bersifat laten atau tidak kelihatan.
Mungkin perbedaan pendapat mengenai konflik sudah terjadi, tetapi kedua
belah pihak belum berinteraksi mengenai konflik, konflik baru muncul ketika
diinteraksikan. Ekspresi mengenai objek konflik merupakan pemicu terjadinya
konflik.
6. Pola perilaku, saat konflik terjadi, pihak yang terlibat menggunakan pola
perilaku tertentu. Pola perilaku adalah kecenderungan orang untuk berperilaku
secara tertentu dalam menghadapi situasi konflik. Pola perilaku disebut juga
gaya manajemen konflik dan taktik konflik.
7. Interaksi konflik, proses konflik menimbulkan interaksi simbolik di antara
pihak pihak yang terlibat dalam konflik. Interaksi bisa berupa menuduh, saling
menyalahkan, saling mengumpat, mencari teman, menyelamatkan muka, saling
melakukan agresi, melakukan negosiasi, atau meminta bantuan pihak ketiga
untuk mengatasi konflik.

6
8. Keluaran konflik, interaksi konflik yang terjadi diantara pihak pihak yang
berkonflik menghasilkan keluaran konflik yang unik dalam setiap konflik.
Keluaran konflik adalah solusi dalam penyelesaian konflik.

2.3. Faktor Penyebab Konflik


Faktor penyebab atau akar-akar pertentangan atau konflik (Soerjono
Soekanto, 2006: 91-92), antara lain:
1) Perbedaan antara individu-individu
Perbedaan pendirian dan perasaan mungkin akan melahirkan bentrokan
antara mereka, terutama perbedaan pendirian dan perasasaan diantara mereka.
2) Perbedaan kebudayaan
Perbedaan kepribadian dari orang perorangan tergantung pula dari pola-
pola kebudayaan yang menjadi latar belakang pembentukan serta
perkembangan kepribadian, yang sedikit banyak akan mempengaruhi
kepribadian seseorang dalam kebudayaan tersebut.
3) Perbedaan kepentingan
Perbedaan kepentingan antara individu maupun kelompok
merupakan sumber lain dari pertentangan baik kepentingan ekonomi,
politik, dan sebagainya.
4) Perubahan sosial
Perubahan sosial yang berlangsung dengan cepat untuk sementara
waktu akan mengubah nilai-nilai yang ada dalam masyarakat yang dapat
menyebabkan munculnya golongan-golongan yang berbeda pendiriannya.

2.4. Strategi Penyelesaian Konflik


Menurut Hugh Miall (2002:65) bahwa penyelesaian konflik dapat
dibedakan sebagai berikut:
a. Strategi Kompetisi
Merupakan penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak
mengalahkan atau mengorbankan yang lain ( Hugh Miall,2002).
Metode ini digunakan jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih

7
banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lain atau ketika anda
tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini dapat memicu
konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan
keamanan.
b. Strategi Akomodasi
Merupakan penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi
bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak
lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. (Hugh Miall,2002).
Strategi ini dapat memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur
strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi
orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan mremberi
keseempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi
bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan
menempatkan kebutuhan pihak lain ditempat yang pertama.
c. Strategi Kolaborasi
Merupakan bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah
pihak.
d. Strategi Penghindaran
Menghindari konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu
konflik tidak terlalu penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang
dengan akibat yang akan ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi
yang memungkinkan pihak-pihak yang berkonfrontasi untuk menenangkan
diri. (Hugh Miall,2002). Manager perawat yang terlibat dalam konflik dapat
menepis isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak mengambil waktu
untuk memikirkan hal ini dan menemukan tanggal untuk melakukan diskusi.
e. Strategi Kompromi atau Negoisasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang
bersamaan dan saling member serta menerima, serta meminimalkan
kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
Negosiasi pada umumnya sama dengan kolaborasi. Pada organisasi,
negosiasi juga diartikan sebagai suatu pendekatan yang kompetitif (Marquis

8
and Huston, 1998). Negosiasi sering dirancang sebagai suatu pendekatan
kompromi jika digunakan sebagai strategi menyelesaikan konflik. Selama
negosiasi berlangsung, berbagai pihak yang terlibat menyerah dan lebih
menekankan waktu mengakomodasi perbedaan-perbedaan antara keduanya.
Smeltzer (1991) mengidentifikasi dua tipe dasar negosiasi, yakni
kooperatif (setiap orang menang), dan kompetitif (hanya satu orang yang
menang). Satu hal yang penting dalam negosiasi adalah apakah ada salah satu
atau dua pihak menghendaki adanya perubahan hubungan yang berlangsung
dengan meningkatkan hubungan yang lebih baik. Jika kedua pihak
menghendaki adanya perbaikan hubungan, maka akan muncul tipe kooperatif.
Namun, jika hanya salah satu pihak yang menghendaki perbaikan hubungan,
maka yang muncul adalah tipe kompetitif. Meskipun dalam negosiasi ada
pihak yang menang dan kalah, sebagai negosiator penting untuk
memaksimalkan kemenangan kedua belah pihak untuk mencapai tujuan
bersama, meminimalkan kekalahan dengan membuat pihak yang kalah tetap
dapat tujuan bersama, dan membuat kedua belah pihak merasa puas terhadap
hasil negosiasi.
Terdapat tiga kriteria sebelum manajer setuju untuk memulai proses
negosiasi, yaitu : masalah harus dapat dinegosiasikan, negosiator harus tertarik
terhadap "take anda give" selama proses negosiasi, dan mereka harus saling
percaya (Smeltzer, 1991).
Langkah-langkah yang harus diketahui sebelum melakukan negosiasi
adalah sebagai berikut
1. Mengumpulkan informasi tentang masalah sebanyak mungkin. Karena
pengetahuan adalah kekuatan, semakin banyak informasi yang didapat,
maka semakin besar kemungkinan untuk menawarkan negosiasi.
2. Dimana manajer harus memulai. Karena tugas manajer adalah melakukan
kompromi, maka mereka harus memilih tujuan yang utama. Tujuan
tersebut sebagai masukan dari tingkat bawah.
3. Memilih alternatif yang terbaik terhadap sarana dan prasarana. Efisiensi
dan efektivitas penggunaan waktu, anggaran dan pegawai yang terlibat

9
perlu juga diperhatikan oleh manajer.
4. Mempunyai agenda yang disembunyikan. Agenda tersebut adalah agenda
negosiasi alternatif yang akan ditawarkan jika negosiasi tidak dapat
disepakati.
Ada beberapa strategi dan cara yang perlu dilaksankan dalam
menciptakan situasi yang persuasif, arsetif dan komunikasi terbuka selama
negosiasi berjalan.
1. Pilih fakta-fakta yang rasional dan berdasarkan hasil penelitian.
2. Dengarkan dengan seksama, dan perhatikan respon non verbal yang
nampak
3. Berpikirlah positif dan selalu berpikir terbuk untuk menerima semua
alternatif informasi yang disampaikan.
4. Upayakan untuk memahami pandangan apa yang disampaikan lawan
bicara anda. Konsentrasi dan perhatikan, tidak hanya memberikan
persetujuan.
5. Selalu diskusikan tentang konflik yang terjadi. Hindarkan masalah-
masalah pribadi pada saat negosiasi.
6. Hindari menyalahkan orang lain atas konflik yang terjadi.
7. Jujur.
8. Usahakan bersikap bahwa anda memerlukan penyelesaian yang terbaik.
9. Jangan langsung menyetujui solusi yang ditawarkan, tetapi berpikir, dan
mintalah waktu untuk menjawabnya.
10. Jika kedua belah pihak menjadi marah atau lelah selama negosiasi
berlangsunng, istirahatlah sebentar.
11. Dengarkan dan tanyakan tentang pendapat yang belum begitu anda
pahami.
12. Bersabarlah. (smeltzer, 1991).

Kunci sukses dalam melakukan negosiasi


Lakukan :
1. Jelaskan tujuan negosiasi, bukan posisinya. Pastikan bahwa anda mengetahui

10
keinginan orang lain
2. Perlakukan orang lain sebagai teman dalam penyelesaian masalah, bukan
sebagai musuh. Hadapi masalah yang ada, bukan orangnya.
3. Ingat bahwa setiap orang mengharapkan penyelesaiann yang dapat diterima
jika anda dapat menyajikan sesuatu yang baik dan menarik.
4. Dengarkan baik-baik apa yang dikatakan dan apa yang tidak. Perhatikan
gerakan tubuhnya.
5. Lakukan sesuatu yang sederhana, tidak berbelit-belit.
6. Antisipasi penilakan.
7. Tahu apa yang dapat anda berikan.
8. Tunjukkan beberapa alternatif pilihn.
9. Tunjukan keterbukaan dan ketaatan jika orang lain sepakat terhadap pendapat
anda.
10. Bersikaplah asertif, bukan agresif.
11. Hati-hati, anda mempunyai suatu kekuasaan untuk memutuskan.
12. Pergunakan gerakan tubuh, jika anda menyetujui atau tidak terhadap suatu
pendapat.
13. Konsisten terhadap apa yang anda anggap benar.
Hindar :
1. Sikap yang tidak baik, seperti sinis, kasar dan menyepelekan.
2. Trik yang tidak baik seperti manipulasi.
3. Distorsi.
4. Tergesa-gesa dalam proses negosiasi.
5. Tidak berurutan.
6. Membuat hanya satu pilihan.
7. Memaksakan kehendak.
8. Berusaha menekankan pada satu pendapat.

Contoh kasus
Perawat X pindahan dari bagian anak, diminta bertugas untuk mengelola
bagian ruang bersalin (rooming in). perawat X tidak tahu apa yang harus

11
dilakukan karena tidak menguasai bagaimana melakukan asuhan keperawatan
pada bayi baru lahir, sehingga perawat X mengajukan keberatan. Sebagai kepala
ruangan, anda menilai bahwa perawat X orang yang kkompeten terhadap tugas
yang diberikan. Dalam situasi tersebut, anda mengalami konflik persoalan dan
profesional

12

Anda mungkin juga menyukai