Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
 
A. Latar Belakang Masalah
Mollusca adalah salah satu filum pada hewan. Tetapi selama ini
pemanfaatannya masih dalam urusan memasak saja. Meskipun saat ini sudah ada
pula pemanfaatan yang berkaitan dengan ilmu biologi, contohnya dalam
pembuatan kerang, seharusnya filum ini lebih bisa dimanfaatkan lagi karena
Mollusca merupakan filum terbesar kedua dalam kingdom animalia setelah filum
Arthropoda.
Mollusca berasal dari bahasa Latin, Mollis yang berari lunak. Jadi, jika
ditinjau dari asal katanya, Mollusca berarti hewan yang memiliki tubuh lunak.
Mollusca mencakup hewan-hewan yang bersifat triploblastik celomata dengan
sebaran habitat yang sangat luas. Tubuh Mollusca yang lunak sebagai ciri utama
dari  phylum ini umumnya  dilindungi oleh suatu cangkang yang keras.Ke
dalamnya termasuk semua hewan lunak dengan maupun tanpa cangkang, seperti
berbagai jenis siput, kiton, kerang-kerangan, serta cumi-cumi dan kerabatnya.
Saat ini diperkirakan ada 75 ribu jenis, ditambah 35 ribu jenis dalam
bentuk fosil. Mollusca hidup di laut, air tawar, payau, dan darat. Dari palung
benua di laut sampai pegunungan yang tinggi, bahkan mudah saja ditemukan di
sekitar rumah kita.
Mollusca memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan,
terutama dalam kehidupan. Beberapa spesies dari phylum ini  menjadi sumber
protein bagi manusia. Selain itu, Mollusca dapat menjadi hama bagi pertanian dan
menjadi inang bagi beberapa cacing parasit yang sangat merugkan  bagi manusia.

B.     Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan phylum Mollusca?
2. Apa yang menjadi karakteristik atau sifat dari phylum Mollusca?
3. Bagaimana pengklasifikasian dari phylum Mollusca?
4. Bagaimana peranan Mollusca dalam kehidupan.

1
5. Bagaimana teknologi dalam pemanfaatan Mollusca dalam kehidupan

C.    Tujuan Penulisan


1.  Untuk mengetahui pengertian dari phylum Mollusca .
2.  Untuk mengetahui karakteristik atau sifat dari phylum Mollusca.
3.  Untuk mengetahui pengklasifikasian dari phylum Mollusca.
4.  Untuk mengetahui peranan Mollusca dalam kehidupan.
5. Untuk mengetahui teknologi dalam pemanfaatan Mollusca dalam kehidupan

D.    Manfaat
1. Untuk membantu mahasiswa memahami  materi tentang phylum Mollusca.
2. Sebagai salah satu syarat dalam memperoleh nilai Zoologi Invertebrata.
3. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat dalam upaya pemanfaatan phylum
Mollusca dalam berbagai sektor kehidupan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 .  Pengertian Mollusca


Mollusca berasal dari bahasa latin yaitu mollis yang artinya lunak. Jadi
Filum Mollusca adalah kelompok hewan invertebrata yang memiliki tubuh lunak.
Tubuh lunaknya itu dilindungi oleh cangkang, meskipun ada juga yang tidak
bercangkang. Mollusca yang sudah tidak asing lagi bagi kita adalah siput. Siput
merupakan salah satu mollusca yang termasuk ke dalam kelas gastropoda. yaitu
berjalan dengan menggunakan perutnya.
2.2 Karakteristik Mollusca
Mollusca adalah hewan lunak dan tidak memiliki ruas. Tubuh hewan ini
tripoblastik { mempunyai 3 lapisan lembaga, yaitu ektoderm (lapisan luar),
mesoderm (lapisan tengah) dan endoderm (lapisan dalam) }, bilateral simetri,
umumnya memiliki mantel yang dapat menghasilkan bahan cangkok berupa
kalsium karbonat. Cangkok tersebut berfungsi sebagai rumah (rangka luar) yang
terbuat dari zat kapur misalnya kerang tiram, siput sawah dan bekicot.(Drs. Adun
Rusyana, M.Pd. : 86). Mollusca terdiri dari tiga bagian utama yaitu:
1. Kaki
Kaki merupakan perpanjangan/penjuluran dari bagian Ventral tubuh yang
berotot. Kaki berfungsi untuk bergerak. Pada sebagian mollusca kaki telah
termodifikasi menjadi tentakel yang berfungsi untuk menangkap mangsa.
2. Massa Viseral
Massa viseral adalah bagian tubuh yang lunak dari mollusca. Di dalam massa
viseral terdapat organ-organ seperti organ pencernaan, ekskresi, dan
reproduksi. Massa viseral dilindungi oleh mantel.
3. Mantel
Mantel adalah jaringan tebal yang melindungi massa viseral. Mantel membentuk
suatu rongga yang disebut rongga mantel. Di dalam rongga mantel berisi cairan.
Cairan tersebut adalah tempat lubang insang, lubang ekskresi dan anus.Sistem
syaraf mollusca terdiri dari cincin syaraf. Sistem syaraf ini mengelilingi esofagus

3
dengan serabut saraf yang menyebar. Sistem pencernaan mollusca sudah terbilang
lengkap terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus. Mollusca juga
memiliki lidah bergerigi yang berfungsi untuk melumatkan makanan. Lidah
bergerigi itu disebut radula.
Mollusca hidup secara heterotrof dengan memakan organisme lain. Misalnya
ganggang, ikan, ataupun mollusca lainnya. Mollusca hidup di air maupun di darat.
Mollusca yang hidup di air contohnya sotong dan gurita. Sedangkan yang hidup di
darat contohnya siput. Mollusca yang hidup di air bernafas dengan insang yang
berada pada rongga mantel.
Mollusca bereproduksi secara seksual. pada umumnya organ reproduksi
jantan dan betina pada umumnya terpisah pada individu lain (gonochoris).
Namun, meski begitu jenis siput tertentu ada yang bersifat Hermafrodit. Fertilisasi
dilakukan secara internal ataupun eksternal sehingga menghasilkan telur. Telur
tersebut berkembang menjadi larva dan pada akhirnya akan menjadi mollusca
dewasa.
Berikut ini adalah ciri-ciri dari fillum Mollusca, yaitu :
1. Merupakan hewan multiselular yang tidak mempunyai tulang belakang.
2. Habitatnya di ait maupun darat.
3. Merupakan hewan triploblastik selomata.
4. Struktur tubuhnya simetri bilateral.
5. Tubuh terdiri dari kaki, massa viseral, dan mantel.Dimana pada kelas
tertentu jaringan mantel berfungsi sekretif menghasilkan struktur protektif
berupa cangkang, baik internal maupun eksternal.
6. Pada rongga mantel terdapat struktur pernafasan tipikal untuk moluska
yang dikenal dengan ctenidia.
7. Pada permukaan epitelium, dijumpai glandula mukosa dan ujung saraf
sensori.
8. Memiliki sistem syaraf berupa cincin syaraf
9. Organ ekskresi berupa nefridia.
10. Memiliki radula (lidah bergigi)
11. Hidup secara heterotrof

4
12. Reproduksi secara seksual

2.3 .    Klasifikasi Mollusca


Berdasarkan bidang simetri, kaki, cangkok, mantel, insang dan system
syaraf, Mollusca terdiri atas tujuh kelas yaitu :
2.3.1.    Kelas Gastropoda (L.Gaster = perut + podos = kaki)
Gastropoda merupakan kelas Mollusca yang terbesar dan popular. Ada
sekitar 50.000 spesies Gastropoda yang masih hidup dan 15.000 jenis yang telah
menjadi fosil. Oleh karena banyaknya jenis Gastropoda, maka hewan ini mudah
ditemukan.
Sebagian besar Gastropoda mempunyai cangkok (rumah) dan berbentuk
kerucut terpilin (spiral). Bentuk tubuhnya sesuai dengan bentuk cangkok. Padahal
waktu larva, bentuk tubuhnya simetri bilateral. Namun ada pula Gastropoda yang
tidak memiliki cangkok, sehingga sering disebut siput telanjang (vaginula).
Hewan ini terdapat di laut dan ada pula yang hidup di darat.
Gastropoda sebagian besar mempunyai cangkang yang bersifat tunggal.
Cangkang tunggal tersebut berfungsi sebagai sarana proteksi bagi tubuh lunak
yang berada di dalamnya. Secara umum tubuh gastropoda dapat dibagi ke dalam
tubuh lunak dan cangkang.Cangkang pada gastropoda dihasilkan oleh jaringan
mantel pada bagian tubuh lunaknya. Sebagaimana tipikal Mollusca, cangkang
gastropoda tersusun atas 3 lapisan, yaitu :
1. Lapisan periostrachum, merupakan lapisan tipis yang berada paling luar,
bersifat organik. Biasanya lapisan tersebut bersifat licin dan mengkilat,
dan terdapat beberapa struktur tambahan tertentu.
2. Lapisan nacreous, merupakan lapisan tipis, berada paling dalam
berbatasan dengan tubuh lunak organisme dan bersifat calcareous.
3. Lapisan prismatic, merupakan lapisan tebal yang berada ditengah-
tengah kedua lapisan diatas. Lapisan tersebut tersusun dari bahan dasar
kalsium karbonat yang bersenyawa dengan protein.
Cangkang tersebut bersifat memilin ke kanan (dexter) atau ke kiri (sinister).
Masing-masing bagian cangkang tersebut dapat digunakan sebagai karakter untuk

5
mengidentifikasi gastropoda sampai kategori spesies.Sedangkan tubuh lunak
gastropoda dikelompokkan menjadi 2 bagian utama, yaitu bagian muskular dan
bagian visera. Bagian muskuler merupakan bagian yang berotot yang dalam
keadaan aktif dijumpai berada diluar cangkang dan dapat ditarik ke dalam
cangkang dalam keadaan darurat. Pada bagian tersebut sering terdapat struktur
penutup yang dikenal dengan operculum, berfungsi sebagai katup yang akan
menutup apertura.
Bagian visera merupakan bagian yang selalu terlindung di dalam
cangkang. Bagian tersebut berkomponenkan organ-organ internal yang penting
bagi gastropoda. Hal penting yang dijumpai pada gastropoda dan tidak dijumpai
pada anggota filum yang lain adalah dijumpainya fenomena torsi yang merupakan
fenomena perubahan orientasi tubuh dan bagian visera 180 derajat relatif terhadap
posisi semula ketika fase larva dan juvenil.Fenomena ini hanya berlangsung
beberapa jam saja atau bahkan menit pada jenis-jenis tertentu.
Konsekuensi dari fenomena torsi tersebut adalah berputarnya sistema
nervosa, sistema digestoria dan beberapa komponen bagian visera yang lain.
Beberapa keuntungan adaptif yang dapat dilihat secara nyata adalah perubahan
letak ctenidia dan osphradia menjadi ke arah anterior, juga letak anus yang berada
diatas kepala, sehingga dapat membantuk gastropoda dalam mekanisme
menghindarkan diri dari predator.
Pernapasan bagi Gastropoda yang hidup di darat menggunakan paru-paru,
sedangkan Gastropoda yang hidupdi air, bernapas dengan insang. Gastropoda
mempunyai alat reproduksi jantan dan betina yang bergabung atau disebut juga
ovotestes. Gastropoda adalah hewan hermafrodit, tetapi tidak mampu melakukan
autofertilisasi.
Reproduksi secara umum dilakukan dengan mekanisme kopulasi antara 2
individu baik pada jenis hermafrodit atau tidak. Fertilisasi berlangsung internal
dalam tubuh individu betina. Telur gastropoda dilapisi oleh lapisan gelatin. Telur
tersebut diletakkan di tempat dengan kelembapan tinggi sampai saat menetas.
Alat ekskresi berupa sebuah ginjal yang terletak dekat jantung. Hasil
ekskresi dikeluarkan ke dalam rongga mantel. Sistem peredaran darah adalah

6
sistem peredaran darah terbuka. Jantung terdiri dari serambi dan bilik (ventrikel)
yang terletak dalam rongga tubuh.Berdasarkan organ respirasi dan letak organ
respirasi tersebut, Gastropoda dibagi menjadi 3 Subclassis yaitu :
a. Subclassis Prossobranchia
Prossobranchia merupakan subkelas terbesar dalam gastropoda. Hidup di
perairan laut, dengan beberapa jenis ( dalam persentase kecil) hidup di air
tawar dan beberapa jenis diketahui bersifat terestrial. Pada umumnya bersifat
non parasitik dan mobil. Taksa tersebut mempunyai kisaran perilaku makan
yang bervariasi dan bergantung pada jenisnya, yaitu herbivora, omnivora,
carnivora, pemakan suspensi dan pemakan deposit.
Prossobranchia merupakan gastropoda yang dianggap paling primitif, pada
akhirnya akan menurunkan 2 subkelas yang lainnya. Kebanyakan spesies
menunjukkan beberapa karakter tipikal gastropoda yaitu cangkang yang
sempurna, rongga mantel, osphradium dan gigi radula yang berkembang baik.
Tipikal prossobranchia mempunyai insang yang dikenal sebagai ctenidium,
yang terdiri dari serangkaian lembaran-lembaran triangular yang saling
berdekatan. Insang tesebut berlokasi di daerah anterior. Darah tidak
teroksigenasi akan masuk ke dalam pembuluh afferaent melalui hemocoel,
selanjutnya akan mencapai ctenidia untuk dioksigenasi dan disalurkan ke
jantung. Dari jantung tersebut darah bersih diedarkan ke seluruh tubuh
gastropdoa melalui aorta tunggal.
Pada beberapa prossobranchia, air masuk melalui struktur saluran yang dikenal
sebagai saluran siphon. Saluran siphon berfungsi sebagai saluran masuknya air
ke dalam rongga mantel setelah melewati osphradium.
Klasifikasi Prossobranchia

Berdasarkan studi filogenetik, Prossobrachia diklasifikasikan ke dalam 3


ordo yaitu :

1. Ordo Archaeogastropoda
2. Ordo Mesogastropoda
3. Ordo Neogastropoda

7
Ordo Archaeogastropoda

Ordo tersebut beranggotakan gastropoda yang dianggap mempunyai sifat-


sifat primitif yaitu jumlah organ yang selalu berpasangan, fertilisasi yang bersifat
eksternal dan banyaknya jumlah gigi pada radula.Anggota ordo tersebut
mempunyai sifat reproduksi yang unik yaitu membentuk larva trocophore dalam
siklus reproduksinya.

Archaegastropoda meliputi kurang lebih 20.000 spesies yang terdistribusi


dalam 140 familia, dengan beberapa diantaranya yaitu :

1. Famili Turbinidae, contoh Turbo marmoratus dan Marmarostoma jobiensis


2. Famili Nerritidae, contoh jenis Nerita lineata, Nerita planospira, Neritina
violacea. Ketiga gastropoda tersebut merupakan gastropoda mangrove.

Ordo Mesogastropoda

Ordo tersebut beranggotakan gastropoda yang telah berevolusi menuju


hilangnya ctenidium sebelah kanan, pada jenis yang hidup di darat, ctenidia
bahkan menghilang sama sekali. Anggota jenis tersebut melakukan fertilisasi
secara internal, membentuk larva yang dikenal sebagai larva veliger.

Ordo mesogastropoda beranggotakan kurang lebih 10.000 jenis dalam 95


familia, tersebar di berbagai tipe habitat mulai dari laut sampai daratan, beberapa
jenis bersifat parasitik. Beberapa familia yang umum diantaranya adalah
Littorinidae (contoh spesies : Littoraria scabra, Littoraria carinifera, merupakan
gastropoda pemanjat pada pohon mangrove) , Famili Cerithidhae (contoh spesies :
Cerithidea cingulata, merupakan gastropoda pemakan detritus pada lumpur di
bawah mangrove.

Ordo Neogastropoda
Ordo tersebut beranggotakan jenis gastropoda yang telah dianggap maju.
Anggota jenis dalam ordo tersebut semuanya hidup di perairan, kebanyakan
bersifat karnivora. Fertilisasi bersifat internal, berkembang langsung membentuk

8
miniatur dewasa tanpa membentuk stadium larva. Ordo tersebut beranggotakan
sekitar 5000 jenis yang terdistribusi ke dalam 21 famili. Famili yang umum
dikenal adalah Muricidae ( contoh jenis : Murex pecten dan Chiccoreus
cappuccinus).

Subclassis Ophistobranchia
Kelompok Ophistobranchia dikenali melalui beberapa karakteristik
sebagai berikut :
1. Adanya trend evolusi menuju hilangnya cangkang, menjadikan banyak
anggota jenis yang tidak bercangkang.
2. Bila bercangkang, operculum tidak dijumpai.
3. Rongga mantel dan ctenidia cenderung mereduksi
4. Sedikit torsi saat embriogenesis
5. Pada kebanyakan jenis mempunyai struktur insang luar pada bagian
posterior yang dikenal sebagai cerrata

Ophistobranchia kebanyakan hidup di perairan. Jumlah anggota jenisnya


berkisar antara 1100 jenis.

Subclassis Pulmonata

Kelompok pulmonata dikenal sebagai gastropoda paru-paru (pulmo) ,


paru-paru tersebut merupakan bagian mantel dengan vaskularisasi yang tinggi.
Kelompok beranggotakan sekitar 20.000 jenis, kebanyakan bersifat terestrial, bila
bersifat akuatik lebih sering dijumpai di perairan tawar. Anggota kelompok
tersebut mempunyai gigi radula yang berderet panjang, mengindikasikan sifat
herbivora yang dimiliki. Jenis umum yang dijumpai adalah keong mas ( Pylla sp)
dan Bekicot ( Achatina fulica)

2.3.2.    Kelas Bivalvia (bi = 2 ,valvus = katup)


Kelas pelecypoda disebut juga dengan Bivalvia atau Lamellibrankhiata.
Disebut Lamellibrankhiata dikarenakan insangnya berbentuk lembaran-lembaran.

9
Bivalvia atau pelecypoda adalah mollusca yang memiliki dua cangkang. Dua
cangkang tersebut terkunci seperti engsel sehingga dapat terbuka atau tertutup
dengan bantuan beberapa otot yang besar. Ketika menutup, cangkang berfungsi
menutupi atau melindungi tubuh dari predatornya. Hewan Bivalvia bisa hidup di
air tawar, dasar laut, danau, kolam, atau sungai yang lainnya yang banyak
mengandung zat kapur. Contoh hewan kelas ini yaitu remis, tiram dan kijing.
Beberapa karakteristik yang dijumpai pada bivalvia antara lain :
1. Bercangkang 2 keping dengan engsel tunggal
2. Tidak dijumpai daerah cephalus (kepala), kepala tidak berkembang namun
sepasang palpus labial mengapit mulutnya.
3. Rongga mantel relative lebih luas disbanding mollusca yang lain
4. Tidak mempunyai kompleks gigi radula atau odontophore
5. Tubuh bilateral simetris dan memiliki kebiasaan menggali liang pada pasir dan
lumpur yang merupakan substrat hidupnya dengan menggunakan kakinya.
6. Terspesialisasi untuk hidup sedentary (memendam dalam substrat)
7. Secara morfologis bersifat compressus(gepeng) tubuhnya memipih secara
lateral untuk membantu dalam menunjang kebiasaan hidup sedentary.
Berdasarkan struktur insang, bivalvia dapat dikelompokkan kedalam 3
subclassis yaitu:
1. Protobranchia
Mempunyai insang yang terdapat pada masing-masing klep, masing-masing
insang terdapat sepasang. Tipe insang tersebut dianggap merupakan bentuk
yang kuno.

2. Septibranchia
Disirikan oleh lempengan insang yang membentuk sekat-sekat(septum)
3. Lamellibranchia
Dicirikan oleh lempengan insang yang berlapis-lapis(Lamellate = pipih,
berlapis)

10
2.2.3. Kelas Polyplacophora
Penamaan polyplacophora adalah berdasarkan jumlah cangkang (kepingan)
yang menutupi bagian punggung jenis yang bersangkutan. Jenis tersebut
beranggotakan sekitar 800 jenis yang semuanya hidup di laut dan dijumpai di
daerah intertidal(pasang surut). Jenis tersebut dicirikan oleh keberadaan kepingan-
kepingan cangkang yang tersusun seperti genteng. Pada bagian tepi cangkang,
mantel membentuk struktur khusus, mantel tersebut dikenal sebagai girdle.
Contoh spesies dari kelas polyplacophora yaitu Chiton sp.

2.2.4.    Kelas Schapopoda
Scaphopoda merupakan kelas terkecil dari mollusca. Hewan ini hanya hidup
di laut dan dipantai yang berlumpur. Cangkangnya tajam berbentuk silinder,
taring atau terompet yang kedua ujungnya terbuka, karena disesuaikan dengan
tempat hidupnya. Warna yang paling sering adalah putih-coklat atau putih-hijau.
Cangkang ini berfungsi untuk melindungi cangkangnya yang sangat lunak.
Panjang tubuhnya sekitar 2 mm – 15 cm. Scaphopoda ini tidak memiliki insang,
juga tidak memiliki jantung dan pembuluh darah.
Hewan ini mempunyai kelamin terpisah, baik yang jantan maupun betina,
melepaskan sperma dan sel telur nya langsung kedalam air. Jika sel telur ini
bertemu maka terjadilah fertilisasi dan lahirlah scaphopoda baru. Scaphopoda ini
memiliki lebih dari 350 spesies dan habitatnya mulai dari laut dangkal sampai laut
dalam, kira-kira 2000 meter dari permukaan laut. Hewan ini mempunyai
kebiasaan pula untuk membenamkan dirinya dipantai. Contoh dari kelas
Scapopoda yaitu Dentalium vulgare.

2.3.5.    Kelas Cephalopoda
Cephalopoda (Yunani: cephale yang berarti kepala, dan podos artinya kaki)
adalah kelas dari Phylum Molluca yang memiliki alat gerak di bagian kepala.
Kelas ini merupakan kelas dengan tingkat evolusi tertinggi di antara Mollusca.
Tubuh simetri bilateral dengan kaki yang terbagi menjadi lengan-lengan yang
dilengkapi alat pengisap dan system saraf yang berkembang baik berpusat di

11
kepala. Kelompok ini memiliki badan lunak dan tidak memiliki cangkang tebal
seperti kelas lainnya. Mantelnya menyelimuti seluruh tubuh dan membentuk
kerah yang longgar di dekat leher (Romimohtarto, 2007). Contoh spesies dari
kelas Cephalopoda adalah cumi-cumi (Loligo pealii).

2.2.6. Monoplacophora
Monoplacophora hanya diketahui berdasarkan beberapa fosil yang
ditemukan tahun 1973. Sebelumnya classis tersebut pernah dimasukkan dalam
gastropoda. Fauna tersebut dicirikan oleh keberadaan cangkang serupa cangkang
bivalvia, namun bersifat tidak setangkup. Pada rongga mantel terdapat 2 buah
alur. Pada 2 buah alur tersebut terdapat 5 atau 6 pasang insang yang homolog
dengan ctenidia.

2.2.7. Aplacophora
Aplacophora berarti tidak memiliki keeping cangkang. Fauna tersebut
berbentuk seperti cacing, tidak bersegmen, berukuran millimeter dan jarang yang
berukuran mencapai derajat sentimeter. Pada tubuh yang tidak bersegmen tersebut
terdapat spina(duri) atau sisik yang bersifat kapur, melapisi permukaan kutikula
tubuhnya. Fauna tersebut ditemukan di perairan laut dalam, terpendam dalam
substrat pasir atau batu, atau terdapat bersamai dengan Cnidaria tertentu.
Sebanyak 280 jenis telah diidentifikasi dengan masing-masing jenis hanya
diwakili oleh 1 atau 2 spesimen saja.

2.3.    Peranan Mollusca bagi Kehidupan Manusia


Beberapa mollusca sangat berperan dan menimbulkan dampak yang
menguntungkan ataupun bersifat merugikan bagi kehidupan manusia.

2.3.1. Yang menguntungkan


 Sumber Makanan Berprotein Tinggi

Pembudidayaan hewan mollusca sebagai sumber makanan sudah lama


dilakukan. Bahkan beberapa hewan mollusca memiliki nilai jual yang lebih tinggi

12
dibandingkan sumber protein populer seperti daging merah atau ikan. Ada banyak
sekali species mollusca yang telah dimanfaatkan sebagai bahan konsumsi.
Contohnya adalah :Kerang Dara (Anadara Sp), hewan bercangkang ini banyak
dikonsumsi dalam berbagai olahan masakan. Bahkan kerang dara merupakan
menu wajib di setiap restoran seafood. Hewan ini mengandung protein tinggi tapi
rendah lemak. Kerang dara juga menjadi penyumbang mineral baik dan beberapa
vitamin.Cumi-cumi (Loligo Sp), hewan ini juga menjadi menu wajib pada setiap
restoran seafood. Biasanya ia sering disandingkan bersama udang, atau bisa
disajikan sendiri juga. Banyak jenis dalam klasifikasi cumi-cumi yang bisa
dikonsumsi. Hewan ini juga mengandung banyak protein.Bekicot (Achatina
Fullica), Budidaya siput sebagai bahan konsumsi memang baru-baru ini
dikembangkan. Reputasi hewan ini sebagai sumber konsumsi memang masih tabu
bagi sebagian orang lain. Hal itu karena sebagian orang menganggap hewan ini
jorok. Tapi sebenarnya, kandungan gizi dalam siput tidak kalah dengan hewan
lainnya. Saat ini bahkan sudah outlet restoran yang menjual sate siput.

 Sebagai Penghasil Mutiara

Mutiara adalah komoditi yang sangat mahal. Satu butir mutiara nilainya
sama dengan batu berharga seperti permata, intan atau topas. Mutiara sebenarnya
adalah benda padat yang diproduksi dalam jaringan lunak mollusca hidup. Tiram
mutiara adalah keluarga hewan mollusca yang menghasilkan mutiara. Meskipun
sebagian besar tiram mutiara merupakan biota laut, tapi ada juga sebagian tiram
mutiara yang habitatnya di air tawar. Biasanya mutiara dari tiram air tawar lebih
murah dari tiram mutiara laut.Mutiara biasanya dirangkai menjadi perhiasan
seperti kalung, giwang dan gelang. Berikut adalah contoh beberap spesies tiram
penghasil mutiara. Umumnya spesies ini berasal dari famili pteriidae, :

Pinctada maxima, adalah tiram mutiara bibir emas/perak

Pinctada Margaritifera, tiram mutiara bibir hitam

Pinctada Fucata, tiram mutiara akoda

13
Pteria Penguin, tiram mutiara bersayap

Selain spesies dari keluarga Pteriidae, terdapat juga beberapa mollusca air tawar
yang juga menghasilkan mutiara. Misalnya :

Margaritifera Margaritifera, adalah bivalvia sejenis remis yang hidup di air tawar

Hyriopsis cumingii, adalah sejenis remis air tawar yang banyak ditemukan di
China

Cristaria plicata, adalah remis dari keluarga Unionidae

 Bahan Baku Kosmetik

Beberapa spesies mollusca juga diambil bagian tubuhnya untuk bahan baku
kosmetik. Biasanya bermanfaat untuk mencerahkan dan melembutkan kulit.
Contoh spesiesnya yang sering dugunakan adalah bekicot (Achatina Fullica).
Enzim yang terkandung dalam liur siput terbukti mampu melawan penuaan.
Karena itu banyak kosmetik yang menggunakan bahan baku air liur bekicot.

 Sebagai Bahan Untuk Membuat Kerajinan Tangan

Salah satu ciri-ciri mollusca adalah memiliki cangkang. Cangkang itu bisa
terdapat di bagian luar, seperti kerang dan bekicot. Bisa juga ada di dalam, seperti
cumi-cumi. Tergantung kelas dan familinya. Beberapa spesies memiliki cangkang
yang indah. Sehingga bisa dimanfaatkan untuk membuat kerajinan tangan.
Biasanya di beberapa ekosistem pantai terdapat sanggar yang mengajarkan
masyarakat membuat perhiasan dari cangkang kerang untuk kemudian di jual
kepada turis.Contoh spesies yang memiliki cangkang indah adalah Nautilus
Pompilus. Hewan ini adalah salah satu spesies purba yang masih tersisa. Hewan
ini memiliki fisiologi mirip cumi-cumi. Hanya saja cangkangnya terdapat di
bagian luar. Cangkang Nautilus Pompilus inilah yang banyak dimanfaatkan untuk
membjuat kerajinan tangan.

 . Sebagai Indikasi Pencemaran Air

Sebagian besar Mollusca terdiri dari bivalvia. Dalam ekosistem perairan,


hewan ini menyaring makanan dan menumpuk polutan di sekitar tempat mereka.

14
Lingkungan dengan tingkat polusi tinggi akan menghasilkan tumbukan polutan
yang lebih banyak. Dengan memantau habitat bivalvia di lautan, para ahli bisa
mendeteksi tingkat pencemaran yang terjadi.Masalah pencemaran laut dan pantai
ini sudah menjadi isu klasik sejak dulu. Bivalvia, menumpuk polutan itu pada satu
tempat. Akibatnya kita jadi lebih cepat tanggap terhadap polusi yang telah
mencemari pantai. Dengan kata lain meningkatakan kesadaran kita pada aspek
degradasi lingkungan.

 Bahan Teraso

Teraso adalah bahan penutup (finishing) lantai dan dinding yang banyak
digunakan pada villa dan rumah-rumah mewah. Teraso, selain dibuat dari
beberapa jenis batuan juga berasal dari cangkang beberapa spesies mollusca.
Contoh spesies mollusca yang cangkangnya digunakan sebagai bahan teraso
adalah Tridacna sp.Tridacna Sp yang dalam bahasa Indonesia disebut kima
adalah sejenis kerang besar penghuni perairan laut hangat. Kima berasal dari
famili Trinacnidae.

 Pupuk dan Bahan Makanan Burung Peliharaan

Hasil dekomposisi dari hewan mollusca, baik tubuh maupun cangkangnya


mengandung banyak mineral yang bermanfaat untuk kesuburan tanah. Karena itu
wilayah yang merupakan tempat populsi mollusca yang telah mati bisa
bermanfaat sebagai pupuk alami. Penggunaan Mollusca sebagai pupuk ini berasal
dari kelas dan famili mana saja.Selain itu, beberapa spesies Mollusca juga
dimanfaatkan sebagai pakan burung peliharaan. Misalnya beberapa jenis siput.

Itulah tujuh peranan mollusca yang menguntungkan dalam kehidupan sehari-hari.


Hewan-hewan dari fillum mollusca memang sudah dihargai sejak lama. Pada
zaman dahulu, cangkang dari beberapa spesies mollusca bahkan memiliki manfaat
seperti mata uang yang digunakan sebagai alat barter.

15
2.3.2 Yang merugikan
A. Teredo navalis, merusak kerang-kerang piaran dan bangunan kapal
B. Lymnea javanica sebagai inang perantara berbagai cacing fasciola hepatica
C. Keong mas adalah musuh para petani yang sering merusak tanaman padi.
Begitu pula bekicot Achatina fulica merupakan hama tanaman yang sulit
diberantas.

2.4 Pemanfaatan Moluska Sebagai Pupuk Organik


Keong mas merupakan hewan asing yang berasal dari Amerika Serikat yang
masuk ke Indonesia sebagai hewan hias, pembersih akuarium dan penghasil
protein hewani. Kini penyebaran keong mas sudah cukup luas di Indonesia karena
siklus hidupnya yang cukup lama yaitu 2 tahun hingga 6 tahun dengan
kemampuan bertelur mencapai 1000 hingga 1200 butir. Keong mas mudah sekali
ditemukan di persawahan atau di tepi perairan menggenang begitu pula dengan
telur-telur keong mas. Penyebaran yang sudah meluas dan perkembangbiakan
yang begitu pesat membuat keong mas sulit untuk dibasmi secara tuntas.

Kini keong mas merupakan salah satu organisme pengganggu tanaman


(OPT) yang menyerang areal persawahan khususnya tanaman padi. Hal ini
disebabkan oleh perkembangan keong mas di persawahan yang tergolong cepat
dan mampu merusak tanaman padi dalam kurun waktu yang singkat dan
menyebabkan kerusakan hingga 10-40% dari keseluruhan areal pertanaman padi
di Indonesia (Budiyono,2006). Berbagai macam usaha telah diupayakan oleh para
petani dalam menanggulangi hama keong mas tersebut mulai dari membuangnya
dengan cara manual ataupun menggunakan pestisida kimia hingga dijadikan
olahan berbagai makanan.

Daging dan cangkang keong mas memiliki kandungan seperti Protein,


Lemak, Karbohidrat, Na, K, Riboflavin, Niacin, Mn, C, Cu, Zn dan Ca
(Prasetyo,2012). Selain itu, keong mas mengandung berbagai jenis asam amino
dengan komposisi: arginin 18,9%, histidin 2,8%, Isoleusin 9,2%, leusin
10%,lysine 17,5%, methionin 2%, phenilalamin 7,6%, threonin 8,8%,

16
triptofan 1,2%, dan valin 8,7% (Anonim, 2004 dalam Chaniago, 2015) dimana
senyawa asam amino triptofan ini merupakan senyawa prekursor pembentuk ZPT
Indole Acetic Acid (IAA) sehingga dapat dipakai sebagai zat pengatur tumbuh.
Hal ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif cara untuk mengendalikan
hama keong mas di lahan sawah padi.Untuk mempercepat pertumbuhan tanaman
maka diperlukan ZPT. Pemberian ZPT dari luar sistem individu disebut juga
dengan hormon eksogen yaitu dengan memberikan bahan kimia sintetik yang
dapat berfungsi dan berperan seperti halnya hormon endogen sehingga mampu
menimbulkan rangsangan dan pengaruh pada tumbuhan seperti layaknya
fitohormon alami. Bahan-bahan yang berpotensi untuk membuat ZPT antara lain:
bekicot, keong mas dan kerang. Menurut Anonim (2012) dalam Damayanti
(2015), mikroorganisme lokal (MOL) keong mas mengandung protein,
Azotobacter, Azospirillum, mikroba pelarut fosfat, Staphylococcus dan
Pseudomonas. Mikroorganisme Lokal (MOL) keong mas dilakukan dengan
fermentasi dan dalam pemberian ZPT pada tanaman perlu memperhatikan jumlah
konsentrasi yang diberikan. Menurut Gardner dkk (1991), penambahan hormon
harus dengan konsentrasi tepat. Hormon dalam konsentrasi yang tepat akan
bekerja optimal dalam perkembangan tumbuhan terutama hormon auksin dan
giberelin dalam umur pembungaan dan persentase bunga menjadi buah.
Konsentrasi yang berlebih dapat menghambat kerja hormon tersebut. Oleh karena
itu, peneliti mencoba untuk melakukan penelitian tentang pengaruh konsentrasi
fermentasi keong mas sebagai ZPT organik terhadap percepatan waktu panen
bawang merah (Allium ascalonicum L.).

2.4.1 Tentang Keong Mas

Keong mas atau siput murbai (Pomacea canaliculata L.) termasuk


golongan mollusca (hewan bertubuh lunak dan tidak beruas). Binatang ini suka
mengeluarkan lendir, dan aktif makan pada malam hari. Pada siang hari biasanya
bersembunyi di tempat teduh dan lembab. Alat makannya berbentuk seperti lidah
dengan permukaan kasar yang disebut dengan radula (Rukmana, 1997).

17
a. Taksonomi Keong Mas
Klasifikasi ilmiah menurut (Djajasasmita, 1993) untuk keong mas adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Mollusca
Kelas : Gastropoda
Famili : Ampullariidae
Ordo : Operculata
Genus : Pomacea

b. Kandungan Gizi Keong Mas


Keong mas mengandung asam omega 3, 6 dan 9. Kandungan protein
sebesar 59,83%. Berbagai jenis asam amino dengan komposisi: arginin 18,9%,
histidin 2,8%, isoleusin 9,2%, leusin 10%, lisin 17,5%, methionin 2%,
phenilalamin 7,6%, threonin 8,8%, triptofan 1,2%, dan valin 8,7% dimana
senyawa asam amino Triptofan ini merupakan senyawa prekursor pembentuk
ZPT Indole Acetic Acid (IAA)

2.4.2. Mikroorganisme Lokal (MOL) Keong Mas

Menurut Purwasasmita (2009) dalam Nappu dan Syarief (2011), larutan


mikroorganisme lokal adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari
berbagai sumber daya yang tersedia setempat. Larutan mikroorganisme lokal
mengandung unsur hara mikro dan makro dan juga mengandung bakteri yang
berpotensi sebagai perombak bahan organik, perangsang pertumbuhan dan
sebagai agen pengendali hama dan penyakit tanaman sehingga MOL dapat
digunakan baik sebagai dekomposer, pupuk hayati dan pestisida organik terutama
sebagai fungisida. Ada 3 komponen utama dalam pembuatan MOL:
 Karbohidrat: diperoleh dari air tajin (air cucian beras), sisa gandum,
kentang, jagung, singkong dan nasi yang telah basi.
 Glukosa: diperoleh pada bahan yang mengandung gula seperti molase
(ampas tebu), gula merah, gula pasir cair, air kelapa dan seluruh bahan
yang mengandung gula.

18
 Sumber mikroorganisme: diperoleh dari sisa-sisa bahan busuk, terasi,
sisa ikan, rebung bambu, berenuk, bonggol pisang dan ramin (cairan isi
perut hewan).
MOL berbahan keong mas difermentasi selama 14 hari untuk mendapatkan
hasil yang optimal karena setelah fermentasi 3 minggu diduga jumlah CO 2 hasil
fermentasi sudah sedemikian besarnya sehingga mulai menghambat
perkembangan mikroorganisme yang diinginkan, disamping itu ketersediaan
nutrisi sudah sangat terbatas sehingga berdasarkan kurva pertumbuhan
mikroorganisme, pertumbuhan mikroorganisme mulai memasuki fase menuju
kematian (Juanda,2011). Mol keong mas mengandung protein, Azotobacter,
Azospirillum, mikroba pelarut fosfat, Staphylococcus dan Pseudomonas.
Proses pembuatan ZPT dari ekstrak keong mas dilakukan dengan
menggunakan beberapa bahan seperti keong mas (1 kg), air cucian beras (4 liter),
air kelapa (2 liter), gula merah/molase (400 g/400 ml) dan EM4 (160 ml). Cara
pembuatannya ialah ambil air cucian beras + EM4 lalu endapkan selama 1 malam,
rebus keong mas dan pisahkan daging dan cangkang setelah itu tumbuk
dagingnya, encerkan gula merah, campurkan air bersih + air kelapa + daging yang
telah ditumbuk dalam 1 wadah dan aduk rata, tutup ember dan diikat, beri lubang
di bagian atas sesuai ukuran selang plastik, masukan selang ke lubang, hubungkan
selang dengan botol air kemasan yang telah diisi air setengahnya, tunggu proses
fermentasi selama 10, 15 dan 20 hari, saring dan peras ekstraknya

2.4.3 Zat Pengatur Tumbuh (ZPT)


Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik bukan hara, yang dalam
jumlah sedikit (lmM) dapat merangsang, menghambat dan mempengaruhi pola
pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Wattimena 2000 dalam Harahap,
2012). Zat pengatur tumbuh ada yang berasal dari tumbuhan itu sendiri (zat
pengatur tumbuh endogen) dan bersifat alami dan ada juga yang berasal dari luar
tumbuhan tersebut dan disebut sintetis. Zat pengatur tumbuh sangat diperlukan
sebagai komponen medium bagi pertumbuhan dan diferensiasi sel. Tanpa zat

19
pengatur tumbuh, pertumbuhan eksplan akan terhambat, bahkan mungkin tidak
tumbuh sama sekali.Fitohormon dibagi menjadi 5 golongan yaitu: auksin,
giberelin, sitokinin, asam absisik dan etilen. Fitohormon ini terdapat di dalam
tanaman dalam berbagai bentuk, sehingga sulit untuk mengerti cara kerja
fitohormon itu dengan cara baik. Asam absisik merupakan senyawa yang bersifat
inhibitor (penghambat) yang berlawanan dengan hormon auksin dan giberelin.
Selain itu tanaman juga mengandung senyawa-senyawa lain yang turut aktif
dalam berbagai proses pertumbuhan dan perkembangan. Senyawa-senyawa itu,
antara lain adalah asam polifenolik, vitamin, siklitol dan berbagai senyawa

2.4.4. Pembuatan Fermentasi

Pembuatan ekstrak daging keong mas dilakukan dengan cara fermentasi


karena pada tahun 1885, Salkowski menemukan indole-3-asetat (IAA) dalam
media fermentasi (Makosim dkk, 2011). Keong mas direbus dan pisahkan
cangkang dan dagingnya. Campurkan ± 1 kg daging keong mas yang sudah
ditumbuk, 500 ml molase, 4 liter air cucian beras dan 160 ml EM4 kemudian
masukkan ke dalam ember dan ditutup rapat. Mulut ember ditutup dengan plastik
yang telah dilubangi sebagai tempat ujung selang. Ujung selang direkatkan
dengan lubang pada plastik menggunakan lem plastik atau isolasi. Lalu ujung
selang yang satunya dihubungkan dengan botol mineral berisi air setengahnya
untuk menjaga tekanan udara. Fermentasi dilakukan selama 14 hari. Setelah itu
hasil fermentasi disaring dan diencerkan sampai volumenya mencapai 1000 ml
untuk setiap konsentrasi. 2015). Pembuatan larutan stok ZPT dilakukan dengan
perbanyakan larutan ZPT. Pembuatan konsentrasi dilakukan dengan cara:
 Konsentrasi 5%: 50 ml ZPT daging keong mas+ 950 ml air
 Konsentrasi 15%: 150 ml ZPT daging keong mas + 850 ml air
 Konsentrasi 25%: 250 ml ZPT daging keong mas + 750 ml air

20
 

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Mollusca berasal dari bahasa latin yaitu molluscus yang artinya lunak. Jadi,
Filum Mollusca adalah kelompok hewan invertebrata yang memiliki tubuh
lunak.
2. Ciri-ciri Mollusca:
 Merupakan hewan multiselular yang tidak mempunyai tulang belakang.
 Habitatnya di ait maupun darat
 Merupakan hewan triploblastik selomata.
 Struktur tubuhnya simetri bilateral.
 Tubuh terdiri dari kaki, massa viseral, dan mantel.
 Memiliki sistem syaraf berupa cincin syaraf
 Organ ekskresi berupa nefridia
 Memiliki radula (lidah bergigi)
 Hidup secara heterotrof
 Reproduksi secara seksual
3. Klasifikasi Mollusca terbagi atas 5 kelas, yaitu :
 Kelas Gastropoda
 Kelas Bivalvia atau Pelecypoda
 Kelas Polyplacophora atau Amphineura
 Kelas Scaphopoda
 Kelas Chepalopoda
 Kelas Aplacophora
 Kelas Monoplacophora
4. Peranan mollusca bagi kehidupan manusia terdiri atas :
a. Yang menguntungkan

21
 Sumber makanan yang mengandung protein tinggi,misalnya: tiram
batu (Aemaea sp),kerang (Anadara sp),kerang hijau (Mytilus viridis),
sotong (Sepia sp),cumi-cumi (logio sp),remis (corbicula javanica),dan
bekicot (Achatina fulica).
 Perhiasan,misalnya tiram mutiara (pinchada margaritifera).
 Hiasan dan Kancing,misalnya: dari cangkang tiram batu,Nautilus dan
Tiram mutiara, dll.
b. Yang merugikan
 Teredo navalis, merusak kerang-kerang piaran dan bangunan kapal
 Lymnea javanica sebagai inang perantara berbagai cacing fasciola
hepatica
 Keong mas adalah musuh para petani yang sering merusak tanaman
padi. Begitu pula bekicot Achatina fulica merupakan hama tanaman
yang sulit diberantas.

22
DAFTAR PUSTAKA

Dwiastuti,Sri dan Puguh Karyanto.2003.Keanekaragaman Dan Klasifikasi

Hewan I.Surakarta: UNS Press.

Gandahusada,Srisasi.dkk.1998.Parasitologi Kedokteran.Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta.

Rusyana, Adun.2011.Zoologi Invertebrata.Bandung:Alfabeta

Sumiati Sa’adah. 2010.Materi Pokok Zologi Invertebrata. Bandung:Alfabeta

Winatasasmita, Djamhur.1994.Biologi.Jakarta:Balai Pustaka

http://www.sentra-edukasi.com/2010/04/mollusca.html

http://aditya-pandhu.blogspot.com/2010/05/phylum-mollusca.html#mollusca

http://125.163.204.22/bahanajar/e_books/modul_online/biologi/MO_78/bio111_4

0.hm

23
24

Anda mungkin juga menyukai