1. A. Asal-Usul Maturidiyah
Yang menjadi golongan ini dalah pengikut Al-maturidi sendiri, golongan ini cenderung
ke arah paham mu’tazilah, sebagaimana pendapatnya soal sifat-sifat tuhan, maturidi dan
asy’ary terdapat kesamaan pandangan, menurut maturidi, tuhan mempunyai sifat-sifat,
tuhan mengetahui bukan dengan zatnya, melainkan dengan pengetahuannya.
Begitu juga tuhan berkuasa dengan zatnya. Mengetahui perbuatan-perbuatan manusia
maturidi sependapat dengan golongan mu’tazilah, bahwa manusialah sebenarnya
mewujudkan perbuatan-perbutannya. Apabila ditinjau dari sini, maturidi berpaham
qadariyah. Maturidi menolak paham-paham mu’tazilah, antara lain maturidiyah tidak
sepaham mengenai pendapat mu’tazilah yang mengatakan bahwa al-qur’an itu makhluk.
Aliran maturidi juga sepaham dengan mu’tazilah dalam soal al-waid wa al-waid. Bahwa
janji dan ancaman tuhan, kelak pasti terjadi. Demikian pula masalah antropomorphisme.
Dimana maturidi berpendapat bahwa tangan wajah tuhan, dan sebagainya seperti
pengambaran al-qur’an. Mesti diberi arti kiasan (majazi). Dalam hal ini. Maturidi
bertolak belakang dengan pendapat asy’ary yang menjelaskan bahwa ayat-ayat yang
menggambarkan tuhan mempunyai bentuk jasmani tak dapat diberi interpretasi
(ditakwilkan).
1. 2. Golongan bu hara
Golongan Bukhara ini dipimpin oleh Abu Al-yusr Muhammad Al-Bazdawi. Dia
merupakan pengikut maturidi yang penting dan penerus yang baik dalam pemikirannya.
Nenek Al-Bazdawi menjadi salah satu murid maturidi. Dari orang tuanya, Al-Bazdawi
dapat menerima ajaran maturidi. Dengan demikian yang di maksud golongan Bukhara
adalah pengikut-pengikut Al-Bazdawi di dalam aliran Al-maturidiyah, yang mempunyai
pendapat lebih dekat kepada pendapat-pendapat Al-asy’ary.
Namun walaupun sebagai aliran maturidiyah. Al-Bazdawi tidak selamanya sepaham
dengan maturidi. Ajaran-ajaran teologinya banyak dianut oleh sebagin umat Islam yang
bermazab Hanafi. Dan pemikiran-pemikiran maturidiya sampai sekarang masih hidup
dan berkembang dikalangan umat Islam.
1. D. Beberapa aspek kesamaan pemahaman antara Asy’ariyah dan
Maturidiyah.
Sebagai aliran yang se zaman dengan mazhab Asya`irah, jika di tela’ah terdapat banyak
kesamaan antara dua mazhab ini. Keduanya termasuk dalam aliran Ahlussunnah. Terkait
kepemimpinan para khalifah setelah Nabi saw sesuai urutan historis yang telah terjadi,
keduanya memiliki pandangan serupa. Juga tak ada perbedaan dalam pandangan mereka
terhadap para penguasa Bani Umayah dan Bani Abbas. Dalam semua sisi masalah
imamah pun mereka saling sepakat. Keduanya juga sepaham bahwa Allah bisa dilihat
tanpa kaif (cara), had (batas), qiyam (berdiri) wa qu`ud (duduk) dan hal-hal sejenisnya.
Berbeda dengan Hasyawiyah dan Ahlul hadits yang berpendapat bahwa Allah, seperti
selain-Nya, bisa dilihat dengan kaif dan had.
Dalam hal kalam Allah (Al-Quran), kedua mazhab ini juga memiliki pandangan sama,
yaitu bahwa kalam-Nya memiliki dua tingkatan. Pertama adalah kalam nafsi yang
bersifat qadim (dahulu), dan kedua adalah kalam lafdhi (lafal) yang bersifat hadits (baru).
Ini adalah pendapat moderat dari kedua mazhab ini, yang berada di antara pendapat
Mu`tazilah bahwa kalam Allah hadits secara mutlak, dan pendapat Ahlul hadits bahwa
kalam-Nya qadim secara mutlak. Ringkas kata, Asya`irah dan Maturidiyah memiliki
banyak kesamaan pandangan dalam masalah akidah. Namun, di saat yang sama, ada pula
beberapa perbedaan dalam prinsip-prinsip teologis dua mazhab ini, yang membedakan
mereka satu sama lain, antara lain:
- Asya`irah membagi sifat-sifat Allah kepada dzati dan fi`li. Namun
Maturidiyah menolak pembagian ini dan menyatakan bahwa semua sifat
fi`li-Nya qadim seperti sifat dzati.
DAFTAR PUSTAKA