Anda di halaman 1dari 5

DISKUSI REQUIREMENT ILMU PENYAKIT MULUT

VARIAI NORMAL

(Torus Palatinus)

Oleh:
Almas Yumna Alfitdaus
J530215009

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS


MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2021
NO DESKRIPSI
Definisi Torus palatinus merupakan exostosis atau massa tulang yang
keras yang timbul pada sepanjang midline palatum durum
(Naville, 2002).

Klasifikasi Lesi Variasi normal (Bernaola-Paredes et al., 2020)


Tipe Lesi Eksostosis tulang (Naville, 2002)
Etiologi Tidak diketahui ( Laskaris, 2013)
Faktor Predisposisi  Genetik
 Lingkungan (Naville, 2002)
Lokasi Midline palatum durum dan palatum mole (Bernaola-Paredes
et al., 2020)
Gambaran Klinis  tampak sebagai pembengkakan tulang
 tumbuh perlahan
 berupa nodula, lobula atau spindle yang tertutup oleh
mukosa normal
 ciri khas lesi adalah terletak pada midline palatum
lebih sering ditemukan pada wanita biasanya tampak
pada dekade ketiga ( Laskaris, 2013)

Pemeriksaan Pemeriksaan Histopatologi, Pemeriksaan Radiografi, dan


Penunjang CBCT (Bernaola-Paredes et al., 2020)
Histopatologi
Menunjukkan masa densitas tulang yang matang, disertai
adanya lamella (Naville, 2002).

Differential Ostoma, abses palatal


Diagnosis
Patogenesis Penyebab pasti terjadinya torus tidaklah jelas. Teori yang saat
ini paling  banyak diterima adalah genetic. Torus palatinus
dapat digambarkan sebagai pertumbuhan tulang yang jinak,
yang ditutupi oleh lapisan tipis mukosa. Torus palatinus
sering terdapat disepanjang midline dari palatum durum atau
palatum keras (Bruch, 2010)

Perawatan  Perawatan tidak diperlukan


 jika diperlukan konstruksi full denture ( Laskaris, 2013)

LAPORAN KASUS
An atypical presentation of gigantiform torus palatinus: A case report Atypical tori
palatine and surgical management
Identitas Pasien Wanita, 46 tahun
P. Subjektif
2. CC Mengeluhkan nyeri di langit-langit keras saat makan dan
menelan, dan kesulitan berbicara.
3. PI Lesi timbul saat pasien berusia 5 tahun, terletak pada langit-
langit keras rongga mulut, lesi tumbuh secara lambat selama
beberapa tahun dan dalam 5 tahun terakhir, volume dan
ketebalan lesi telah meningkat secara signifikan. Terdapat
perubahan warna, dengan daerah keputihan dan ulserasi
karena peningkatan ukuran lesi
4. PDH -
5. PMH Pasien pernah menjalani histerektomi pada usia 25 tahun
6. FH Nenek dan saudara perempuannya pernah mengalami lesi
yang serupa tapi lebih kecil daripada miliknya
7. SH -
P. Objektif
8. P. Ekstraoral -
9. P. Intraoral  Terdapat lesi dengan konsistensi padat yang meluas dari
daerah anterior palatum durum hingga menginvasi 1 cm dari
batas palatum mole.
 Lesi berukuran sekitar 5 cm pada arah anteroposterior, 4 cm
dan 2,5 pada bidang transversal, masing-masing pada regio
posterior dan anterior palatum durum.
 Lesinya fixed dan ditutupi oleh mukosa normal yang
menunjukkan daerah ulserasi yang terisolasi pada bagian
tengah lesi.

10. Pemeriksaan  pada radiografi panoramik awal, terdapat area radiopak


Penunjang dengan batas tegas (well-defined) yang terletak pada
posterior dari gigi seri tengah rahang atas yang diamati.
 pada computed tomography (CT) menunjukkan daerah
bulat yang dimulai pada daerah anterior palatum durum
dan meluas ke bagian posterior palatum durum, hingga
paltum mole. Pada arah kaudal, lesi meluas dari dasar
rongga hidung hingga setinggi bidang oklusal regio gigi
posterior. Pada bagian sagital menunjukkan sejumlah besar
jaringan tulang, dengan ketebalan sekitar 3 dan 4 mm,
dengan sedikit area yang dikelilingi oleh tulang lamelar.
 Dalam rekonstruksi 3D, terdeteksi tonjolan tulang
berukuran besar, yang menempati sekitar 70% volume
palatum durum, tonjolan itu tetap dan terdefinisi dengan
baik dengan dasar sesil, dan menunjukkan sedikit
penonjolan pada regio anterior, yang dekat ke duktus
nasopalatina.
 biopsi insisi menunjukkan area tulang kompak dengan
adanya osteosit, kanal Haversian dan kurangnya tulang
cancellous

11. Diagnosis Torus palatinus


12. Perawatan Pasien dilakukan prosedur pembedahan dengan anestesi
umum (GA) menggunakan pendekatan konservatif untuk
eksisi eksostosis.
Setelah operasi, pasien diberi terapi antibiotik,
antiinflamasi dan analgesic.

Jahitan dilepas 15 hari setelah prosedur pembedahan, tanpa


dehiscence atau tanda-tanda peradangan, tetapi ada jaringan
granulasi yang banyak.

Pasien dilakukan follow up setelah 6 bulan operasi, serta


tidak menunjukkan tanda-tanda kekambuhan.

13. Pembahasan Torus palatinus diperimbangkan sebagai variasi anatomi


daripada kondisi patologis, yang lebih sering mempengaruhi
jenis kelamin perempuan dan populasi muda. Etiologinya
masih belum jelas, tetapi umumnya dikaitkan dengan faktor
genetik (adanya mutasi pada pola pewarisan dominan
autosomal) dan lingkungan,
Variasi morfologi yang beragam dari torus palatinus
seperti bentuk flat, nodular, lobular dan spindle yang
prevalensinya bergantung pada profil epidemiologi dari setiap
populasi. Operasi pengangkatan lesi sangat jarang dilakukan,
namun, dapat dilakukan untuk memperbaiki fungsi fonetik,
fungsi makan atau gangguan dalam kemampuan memakai
protesa gigi,
Berbagai teknik telah digunakan dalam perawatan bedah
konvensional untuk lesi ini, karena teknik ini akan bergantung
pada luas dan lokasi lesi, dan profil epidemiologi pasien.
Terdapat kasus di mana perencanaan pra-bedah dengan
bantuan alat seperti prototipe, untuk mengurangi risiko saat
dilakukan operasi ketika lesi berukuran sedang hingga besar.
Operasi menggunakan laser untuk menghilangkan torus
palatinus dengan mengurangi volume telah menunjukkan
hasil klinis yang baik. Namun, volume dan luasnya lesi
menjadi faktor yang harus diperhitungkan untuk dilakukan
operasi pengangkatan.

14. Kesimpulan Torus palatinus dapat dikaitkan dengan profil


epidemiologi, gambaran lingkungan, dan gangguan sistemik
pasien yang menderita kondisi ini. Operasi pengangkatan
konservatif masih menjadi pengobatan pilihan pertama ketika
lesi harus diangkat. Teknologi tambahan baru seperti
pencetakan pemindaian 3D dapat dipertimbangkan untuk
meningkatkan perencanaan pembedahan. Penelitian lebih
lanjut diperlukan untuk menjelaskan faktor etiologi yang
berperan dalam terjadinya dan perkembangan penyakit.
15. Daftar Pustaka Bernaola-Paredes, W. E., Pereira, A. M., Albuquerque Luiz,
T. A., Martins, I. S., Lima, F. F., & Vallejo-Rosero, K.
A. (2020). An atypical presentation of gigantiform torus
palatinus: A case report: Atypical tori palatine and
surgical management. International Journal of Surgery
Case Reports, 75: 66–70.
Bruch, J.M & Treister, N.S. (2010). Clinical Oral Medicine
And Pathology. New York : Humana press.
Laskaris, G. (2013). Atlas Saku Penyakit Mulut. Jakarta :
EGC.
Neville, B. W., Damm, D. D., Allen, C. M., & Bouqout, J. E.
(2002). Oral and Maxillofacial Pathology (2nd ed). W.B.
Sauders Company.

Anda mungkin juga menyukai