Anda di halaman 1dari 3

Teks dan Studi Linguistik

Heru Setiawan

Kajian atau Studi Teks Arab tampaknya merupakan sesuatu yang mudah dan remeh temeh. Saat
mendengar itu, mungkin sesegera ungkin kita akan terbayang ruang yang di dalamnya terdapat proses
pembelajaran teori-teori dan kaidah-kaidah bahasa Arab, berikut juga praktiknya. Sayangnya, semua itu
hanya terjadi dalam bayangan saja. Kalaupun kita telusuri, apa yang dinamakan Kajian atau Studi Teks -
baik itu teks Arab maupun yang lainnya, tidaklah sesederhana itu.

Kajian teks di satu sisi memang terkait erat dengan teori-teori dan kaidah-kaidah bahasa. Akan
tetapi hal itu saja tidaklah cukup. Dalam konteks ini, misalnya saat melakukan kajian atau studi teks Arab,
kita perlu memiliki wawasan yang cukup dalam bidang Nahwu, Sharaf, Balaghah dan sejenisnya. Namun,
sekali lagi hal itu saja tidaklah cukup dijadikan sebagai modal melakukan studi atau kajian teks Arab. Selain
semua itu, diperlukan penguasaan terhadap beberapa metode serta pendekatan kajian teks.

Kajian atau studi teks Arab tentu tidak seharusnya disamakan dengan pembelajaran bahasa Arab.
Keduanya memiliki fokus dan kujuan yang berbeda. Jika Bahasa Arab lebih banyak mengeksplorasi segi
gramatial, struktur dan makna literal bahasa atau teks Arab. Melampaui semua itu, kajian atau studi teks
Arab diharapkan tidak sekedar mengeksplorasi segi gramatika, mengartikan atau sekadar menerjemah
satu teks, melainkan juga harus berupaya melakukan kontekstualisasi, perbaikan bahkan merevisi makna
suatu teks. Karena itulah, beberapa metode dan pendekatan yang saya maksud kemudian nanti menjadi
penting dalam melakukan kajian atau studi teks Arab.

Lantas, bagaimana dan dari mana kita memulai hal itu? Mungkin jawabanna bisa beragam. Akan
tetapi, dalam kesempatan ini saya ingin mengajak teman-teman sekalian untuk memulainya dengan
memahami apa yang disebut dengan ‘Teks’ itu sendiri, berikut mengenal beberapa metode dan
pendekatan dalam kajian linguistik. Lalu mengapa pendekatan dan metode linguistic itu diperlukan? Tentu
pertanyaan secara sederhana bisa dijawab dengan “karena Teks merupakan bagian sekaligus
reperesentasi dari suatu bahasa (Bisa disebut juga sebagai bentuk turunan suatu bahasa asli berupa
bahasa lisan dan bahasa isyarat).

A. Teks

Istilah teks sendiri sebenarnya memiliki definisi yang beragam. Masing-masing disiplin keilmuan,
biasanya memiliki definisi spesifik atas teks, belum juga pendapat beberapa ahli terkait hal ini. Dalam Ilmu
sastra, teks diartikan sebagai bahasa yang menurut isi, sintaksis, dan pragmatik merupakan satu
kesatuan.1 Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa teks memiliki isi dan bentuk.

Definisi tersebut senada dengan pengetian teks dalam tradisi filologi yang diungkapkan oleh
Barrierd. Menurutnya, teks adalah kandungan atau muatan naskah, sesuatu yang abstrak hanya dapat
dibayangkan saja. Teks terdiri atas isi dan bentuk. Isi adalah ide atau amanat yang hendak disampaikan

1
Luxemburg, Jan Van dkk, Pengantar Ilmu Sastra, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1989), h. 85.
pengarang kepada pembaca. Sedangkan bentuk adalah (alur) cerita dalam teks yang dapat dibaca dan
dipelajari menurut berbagai pendekatan melalui alur, perwatakan, gaya bahasa, dan sebagainya.2

Begitu juga dalam bidang linguisti, apa yang disebut dengan teks didefinisikan secara beragam
oleh para ahli. Werlich mengungkapkan bahwa teks merupakan struktur perluasan dari unit sintaksis
(seperti kata, kelompok, dan klausa) dan unit tekstual yang ditandai oleh koherensi antara elemen
dan penyelesaian.3 Pengertian ini mengecualikan apa yang disebut dengan ‘non-teks’, yakni urutan
aca dari unit linguistik seperti kalimat, paragraph atau bagian dalam ekstensi temporal dana tau
spasial.

Senada dengan itu, Halliday dan Hasan mengingkapkan bahwa teks dalam kajian linguistic
merujuk pada bagian panjang apapun yang membentuk suatu kesatuan. Hal lain yang erlu
diperhatikan dari pendapat Halliday dan Hasan tersebut adalah, bahwa sebuah teks merupakan unit
bahasa yang digunakan, bukan unit tata bahasa seperti klausa atau kalimat. 4 Kareitu itu, sebuah teks
tidak terikat suatu batasan, juga tidak mengacu pada bentuk, melaonkan pada makna.

B. Studi Linguistik

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, studi atau kajian dalam teks Arab dalam
perluliahan ini bukanlah sekadar membaca dan menerjemah teks Arab. Lebih dari itu, studi dan kajian
teks Arab diharapkan bisa mengantarkan mahasiswa agar bisa melakukan kontekstualisasi, perbaikan,
bahkan merefisi makna dari suatu teks. Karena itulah, untuk melakukan studi dan kajian teks Arab
tidaklah cukup hanya dengan menguasai tata bahasa Arab saja. Untuk menuju maksud tersebut,
diperlukan adanya beberapa metode dan pendekatan yang lebih modern.

Metode dan pendekatan tersebut sebenarnya sangat beragam. Meski begitu, dalam hal ini
kita akan lebih banyak mengeksplorasi metode dan pendekatan linguistic. Mengawali hal itu, terlbih
dulu kita akan membahasa mengenai bidang linguistic, baik itu pengertian, metode, pendekatan
berikut tradisi dan ragamnya.

Apa itu Linguistik?

Linguistik merupakan studi ilmiah mengenai bahasa. Studi ini biasanya melibatkan beberapa
analisi, mulai dari bentuk bahasa, makna bahasa, bahasa di dalam konteks, serta faktor sejarah, sosial,
politik, budaya yang mempengaruhi suatu bahasa. 5 Secara tradisional, linguistic digunakan untuk
menstudi bahasa manusia dengan cara mengamati hubungan antara suara dan makna. Dalam konteks
ini, suatu makna baik dalam bentuk langsung dalam bidang semantik, maupun dalam bentuk tidak

2
Siti Baroroh Baried (dkk) Pengantar Ilmu Filologi, (Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1985), h. 56.
3
Egon Werlich, A Text Grammar of English, (Heidelberg: Quelle und Meyer, 1976), h. 23
4
M. A. K. Halliday, Ruqaiya Hasan, Cohesion in English, (London: Longman, 1976), h. 1-2
5
Michael A.K. Halliday, Jonathan Webster, On Language and Linguistics, (Continuum International Publishing Group,
2006). p. vii. Lihat juga…. Andre Martinet, Elements of General Linguistics. Studies in General Linguistics, vol. i. terj,
Elisabeth Palmer Rubbert, (London: Faber, 1960) h. 15.
langsung dalam bidang pragmatik.6 Pola lain dari studi tentang buhungan suara dan makna juga dapat
ditemukan dalam bidang morfologi, sintaksis dan fonologi.

Secara garis besar, lingustik dikonsepsikan menjadi dua bentuk yang disebut dengan
makrolinguistik dan mikrolinguistik. Konsep makrolinguistik meliputi kajian teori naratif, stilistika,
analisis wacana, dan semiotika. Sedangkan konsep mikrolinguistik melibatkan analisis tata bahasa,
suara ucapan, simbol palaeografi, konotasi, dan referensi logis. Kesemua bidang dalam
mikrolinguistik ini dapat diaplikasiakan leksikografi, pengeditan, dokumentasi bahasa, terjemahan,
serta patologi wicara-bahasa.

Linguistik memiliki 4 subdisiplin utama, meliputi Linguistik sejarah, Sintaks dan Morfologi,
Semantik dan Pragmatik serta Fonetik dan Fonologi. Linguistik historis merupakan studi tentang
perubahan bahasa, terutama yang berkaitan dengan bahasa tertentu atau sekelompok bahasa. Tren
studi ini dalam pengalaman Barat tumbuh dari Filologi pada akhir abad ke-18.7 Sintaks dan Morfologi
merupakan cabang linguistik yang berhubungan dengan urutan dan struktur unit linguistik yang
memiliki makna, misalnya kata dan morfem.

Semantik dan pragmatik adalah cabang linguistik yang berkaitan dengan semua makna. Semantik
dalam konsepsi ini berkaitan dengan makna inti dan pragmatik berkaitan dengan makna dalam
konteks. 8 Sedangkan Fonetik dan Fonologi merupakan cabang linguistik yang berkaitan dengan suara
atau aspek yang setara, misalnya symbol dalam bahasa isyarat. Fonetik berurusan dengan aspek fisik
suara seperti akustik, produksi, dan persepsinya, sedangkan Fonologi berkaitan dengan abstraksi
linguistik dan kategorisasi suara.

6
Roman Jakobson, Six Lectures on Sound and Meaning, (Cambridge: MIT Press, 1978), h. 1-22
7
Lyle Campbell, Historical Linguistics: An Introduction, (Edinburgh: Edinburgh University Press, 1998), h. 391
8
https://www.linguisticsociety.org/resource/meaning-semantics-and-pragmatics

Anda mungkin juga menyukai