Anda di halaman 1dari 13

KALIMAT EFEKTIF DALAM BAHASA INDONESIA

Dr. Yusak Hudiyono, M.Pd.


1. Pengertian
Dalam berbahasa, penutur tidak menggunakan kata-kata secara lepas, tetapi
merangkaikannya dalam bentuk untaian kata yang mengungkapkan pikiran tang utuh.
Untaian kata yang mengungkapkan pikiran secara utu disebut kalimat. Sebagaimana
diungkapakan dalam buku Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (Moeliono, 1988:54)
kalimat adalah bagian terkecil ujran atau teks (wacana) yang mengungkapkan pikiran
yang utuh secara ketatabahasaan . jadi, kalimat merupakan satuan gramatikal terkecil
untuk berlangsungnya tindak komunikasi.
Sosok kalimat tampak dalam dua wujud, yaitu lisan dan tulisan. Dalam wujud
lisan, kalimat diiringi oleh alunan titinada, diwarnai oleh kekeraslembutan tekanan,
disela oleh jeda, diakhiri oleh intonasi selesai, dan diikuti oleh kesenyapan yang
memustahilkan adanya perpaduan atau asimilasi bunyi. Dalam wujud lisan,
khususnya dengan huruf latin, kalimat dimulai dengan huruf capital dan diakhiri
dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Ketiga tanda itu sepadan dengan
intonasi selesai berjenis tertentu. Sementara itu, di dalamnya disertakan pula tanda
baca yang lain, yaitu koma, titik koma, titik dua dan atau sepasang garis pendek yang
mengapit bentuk trtentu. Kesemua tanda yang tersebut terakhir ini sepadan dengan
jeda yang memang ada bermacam-macam jenisnya (Sudaryanto, 1992: 56-57).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ada unsure pembentuk kalimat, yaitu
kalimat suprasegmental berupa intonasi dan unsure segmental berupa deretan kata
yang diucapkan secara beruntun sebagai “batang tubuh”kalimat.
Satuan bahasa berstatus sebagai kalimat atau bukan tidak ditentukan oleh
banyak seedikitnya jumlah kata yang bersangkutan. Boleh jadi satu patah kata saja
berstatus sebagai kalimat, misalnya, Aduh, pergi! dan sebagainya. Sebaliknya,
deretan kata perputakaan pusat Universitas Mulawarman yang megah dan lengkap
bukunya, yang terdiri atas sembilan kata ini bukanlah kalimat, melainkan sebuah
kelompok kata.
Sebagaimana diuraikan dalam konsep kalimat di atas, yang menentukan
satuan-satuan lingual berstatus sebagai kalimat adalah intonasi akhir dan untaian
kata-kata sebagai “batang tubuh”kalimat.
Kebenaran sebuah kaimat, selain ditentukan oleh keutuhan unsure-unsur
pikiran, ditentukan juga oleh (a) kelugasan penyusunan (tidak rancu), (b) urutan kata
(c) ketepatan pemakaian kata penghubungnya atau perangkainya, (d) kecermatan
memilih kata, dan (e) kebenaran menggunakan kata.

2. Penyusunan Kalimat yang Tidak Cermat


Berikut ini dikemukakan beberapa kesalahan kaliamat yang disebabkan oleh (1)
penulisan kalimat yang tidak utuh, (2) penulisan subjek berkata depan, (3) penulisan
objek berkata depan, (4) kalimat pasif bentuk diri, (5) pemakaian kata atau ungkapan
yang tidak tepat, (6) pemakaian di mana, dalam mana, di dalam mana, dari mana,
yang mana sebagai penghubung, (7) pemakian kata depan yang tidak tepat, (8)
penghilangan kata depan, (9) pengholangan imbuhan, (10) pemakaian bentuk yang
mubazir, (11) pemilihan kata yang kurang cermat, (12) kesalahan pemakaian bentuk
kata.

2.1 Penulisan Kalimat yang Tidak Utuh


Yang tergolong ke dalam jenis kesalahan ini adalah kalimat yang menghilangkan
salah satu atau beberapa bagian kalimat yang kehadirannya wajib atau menentukan
kelengkapan kalimat itu. Perhatikan kalimat berikut ini.

(1) Dalam musyawarah itu menghasilkan lima ketetapan yang harus dipatuhi
bersama.

(2) kegagalan proyek itu karena perencanaan yang tidak mantap.

(3) Yaitu tenun ikat yang khas Kabupaten Berau

Ketidakbenaran kalimat (1) adalah bahwa kalimat itu tidak menampilkan apa
atau siapa yang menghasilka nlima ketetapan yang harus dipatuhi bersama. Bagian
itu dalam (1) dihilangkan sehingga pikiran yang diungkapakan kalimat tersebut
menjadi tidak utuh.
Dalam kalimat (2) kita tidak melihat bagian kaliimat yang menyatakan
perbuatan apa atau dalam keadaan apa yang dilakukan atau dialami oleh kegagalan
proyek itu sehingga dengan hilangnya bagian itu, kalimat menjadi tidak utuh lagi.
Lebih-lebih lagi dalam kalimat (3) ada beberapa bagian yang dihilangkan, yaitu
bagian yang menyatakan siapa yang berbuat dan jenis pebuatan apa yang
dilakukannya yang diterangkan oleh tentu ikat yang khas Timor-Timur itu. Jika
kalimat (1), (2), dan (3) dapat diperbaiki, kalimat itu menjadi

(1a) Dalam musyawarah itu mereka menghasilkan lima ketetapan yang dipatuhi
bersama.

(2a) Kegagalan proyek itu terjadi karena pernacangan yang tidak mantap.

(3a) Tenun ikat yang dipakai oleh Gubernur Kaltim tergolong ke dalam tenun
ikat yang khas, yaitu tenunu khas yang khas Samarinda.

Kalimat (1) dapat diperbaiki dengan menmbah bagian lain ke dalam kalimat,
tetapi dengan mengubah bentuk menghasilakn menjadi dihasilkan, seperti pada
kalimat (1b) dan dapat juga diperbaiki dengan cara mmenghilangkan kata dalam
seperti pada (1c) brikut ini.

(1b) Dalam musyawarah itu dihasilkan lima ketetapan yang harus dipatuhi
bersama.

(1c) Musyawarah itu menghasilkan lima ketetapan yang harus dipatuhi bersama.

2.2 Pemakaian Subjek Berkata Depan


Dalam pemakaian bahasa sering dijumapai kalimat-kalimat yang berbentuk sebagai
berikut.
(4) Dari hasil penelitian itu kelak akan dapat meningkatkan fungsi dan kedudukan
bahasa daerah pada umumnya dan bahasa Indonesia pada khususnya.
(5) Di dalam keputusan itu menunjukakan kebijaksaan yang dapat
menguntungkan masyarakat umum.

(6) Dalam pengujian hipotesis ini dilaksanakan dengan mebagi responden


menjadi dua kelompok.

Sepintas lalu kalimat (4-6) di atas termasuk kalimat yang benar, tetapi jika
diamati dengan seksama ternyata kalimat-kalimat itu menngandung kesalahan
fungsional, subjek yang dimaksudkan oleh penulis dalam kalimat itu ialah dari hasil
penelitian itu, di dalam keputusan itu, dan dalam pengujian hipotesis. Tentu saja,
frasa-frasa itu bukanlah frasa benda, malainkan frasa depan depan atau frasa
proposisional dengan kata depa dari, di dalam, dan dalam sebagai penandanya.
Dengan demikian, kalimat (4-6) belum memenuhi kaidah bahasa Indonesia karena
fungsi subjek-nya tidak diisi oleh kata atau frasa benda. Perbaikan terhadap kalimat-
kalimat tersebut dapat dilakukan dengan menghilangkan kata depan dari, di dalam,
dan dalam yang terdapat di temapat subjek sehingga kalimatnya berbentuk sebagai
berikut.

(4a) Hasil penelitian itu kelak akan dapat meningkatkan fungsi dan kedudukan
bahasa daerah pada umumnya dan bahasa Indonesia pada khususnya.

(5a) Keputusan itu menunjukkan kebijaksanaan yang dapat menguntungkan


masyrakat umum.

(6a) Pengujian hipotesis ini dilaksanakan dengan membagi responden menjadi dua
kelompok.

Penghilangan kata depan yang terdapat pada fungsi subjek bukanlah satu-
satunya cara unutk memperbaiki kalimat itu. Kalimat (4-6) ,misalnya, dapat
diperbaiki dengan cara megubah predikat kata keja meningkatkan dan menunjukkan
yang berawalan {meN-}menjadi P kata kerja yang berawalan {di-} ditingkatkan,
ditunjukkan, sehingga kalimat itu menjadi sebagai berikut.

(4b) Dari hasil penelitian kelak akan dapat ditingkatkan fungsi dan kedudukan
bahasa daerah pada umumnya dan bahasa Indonesia pada khususnya.
(5b) Di dalam keputusan itu ditunjukkan kebijaksanaan yang dapat menguntungkan
masyarakat umum.

Kalimat (6) berbeda dengan kalimat yang lain. Perbaikan yang mungkin
dilakukan hanyalah perbaikan dengan cara menghilangakan kata depan dalam. Hal ini
disebabkan yang terletak di belakang predikat dilaksanakan bukanlah fungsi subjek,
melainkan fungsi sebagai keteranagan.

2.3 Penempatan Objek Berkata Depan


Kesalahan yang lebih umum ditemui ialah kesalahan yang berupa objek berkata
depan atau objek yang diisi oleh frasa depan. Perhatikan contoh berikut.

(7) Banyak anggota masyarakat belum menyadari akan pentingnya kesehatan


lingkungan.

(8) Vegetasi yang mempunnyai perakaran yang besar dan dapat mempengaruhi
tingkat kelongsoran tanah

(9) Tesis ini akan menitikberatkan pada penelitian dimensi sintaktik awalan
meN-.

Kalimat (7-9) di atas memiliki objek yang berfrasa depan, yaitu kelompok kata
yang didahului oleh kata depan. Objek yang dimaksud adalah akan pentingnya
kesehatan lingkungan terhadap tingkat kelongsoran tanah, dan pada penelitian
dimensi sintaktik awalan meN-. Objek yang diisi oleh kata depan itu harus dihindari
sebab objek kalimat tidak boleh berupa kelompok kata depan. Oleh karena itu,
kalimat (7-9) di atas perlu diperbaiki dengan cara menghilangkan kata depannya,
menjadi sebagai berikut.

(7a) Banyak anggota masyarakat belum menyadari pentingnya kesehatan


lingkungan.

(8a) Vegetasi yang mempunyai perakaran yang besar dan dapat. mempengaruhi
tingkat kelongsoran tanah.

(9a) Tesis ini akan menitikberatkan penelitian dimensi sintaktik awalan meN-.

Kesalahan seperti ini disebabkan perencanaan pemakaian kata kerja yang


memang berkata depan dengan kata kerja transitif yang tidak berkata depan.
Memang, terdapat kata kerja berkata depan yang hamper sama artinya dengan kata
kerja transitif. Contohnya adalah berbicara/ tentang = membicarakan, suka akan =
menyukai, tahu/akan = mengetahuui, akan tetapi, jika bentuk transitif yang
digunakan, kata depannya harus dihilangkan.

2.4 Kalimat Pasif Bentuk Diri


Dalam bebagai tulisan sering kita jumpai suatu kalimat yang susunannya sebagai
berikut.

(10) Rambu-rambu yang terdapat di jalan raya kamu harus diperhatikan.

(11) Masalah kata majemuk dalam bahasa Indonesia kiita akan bicarakan nanti.

Sepintas lalu kalimat (10- 11) di atas merupakan kalimat yang benar, tetapi
jika diperiksa lebih teliti, ternyata kalimat itu salah. Kesalahan itu terletak pada
penggunaan kamu harus perhatikan daan kita akan bicarakan. Kesalahan ini dapat
dibetulkan dengan mengubah susunannya menjadi kalimat (10a) dan (11a) berikut ini.
(10a) Rambu-rambu yang terdapat di jalan raya harus kamu perhatikan.

(11a) Masalah kata mejemuk dalam bahasa Indonesia akan kita bicarakan nanti.
2.5 Pemakaian Kata atau Ungkapan Penghubung yang Tidak Tepat
Kalimat majemuk memiliki bentuk yang lebih kompleks daripada kalimat tunggal
karena jumlah klausanya yang membentuknya lebih banyak. Kalimat tunggal hanya
terdiri dari sebuah klausa, sedangkan kalimat majemuk tediri atas dua klausa atau
lebih. Sebenarnya, kalimat majemuk terbentukdari penggabungan kalimat tunggal.
Dalam penggabungan itu sering terjadi penggantian dan pnghilangan serta
pengulangan unsure-unsur yang sama. Berdasarkan kedudukan klausa-klausa
pembentuknya, kalimat majemuk dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kalimat
majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Sehubungan dengan penyusunan
kalimat majemuk tersebut, terdapat dua jenis kesalahan yang sering ditemui, yaitu
penggunaan kata penghubung yang kuarang tepat dan penggunaan kata penghubung
setara pada awal kalimat. Kesalahan kalimat berikut ini disebabkan oleh
kekurangtepatan pemilihan kata penghubung.

(12) Penanaman rumput gajah bagi masyarakat pedesaan berguna untuk


menyediakan makanan ternak juga mencegah adanya penggembalaan liar.

(13) Pemasukan Negara dari sector pariwisata cukup besar, maka pemerintah
berusaha terus membangun daerah-daerah wisata yang baru.

Pamakaian kata juga dalam kalimat (12) di atas kurang tepat. Seharusnya,
kata itu diganti dengan kata dan sebab kata juga tidak lazim digunakan untuk
menghubungkan klausa-klausa yang kedudukannya setara. Pamakaian kata maka
dalam kalimat (13) juga kurang tepat karena kata maka biasanya hadir bersama
dengan kata penghubung karena untuk membentuk penghubung korelatif yang
sifatnya opsional atau manasuka. Untuk itu, kalimat (12) seharusnya diubah menjadi
(12a) dan kalimat (13) diubah menjadi (13a) berikut.
(12a) Penanaman rumput gajah bagi masyarakat pedesaan berguna untuk
menyediakan makanan ternak dan mencegah adanya penggembalaan liar.

(13a) Karena pemasukan Negara dari sector pariwisata cukup besar, (maka)
pemerintah berusaha terus membangun daerah-daerah wisata yang baru.

Adapun kesalahan penggunaan kata penghubung setara pada awal kalimat


ditemui dalam kalimat (14) dan (15) berikut.

(14) Virus plu burung belum ditemukan di Samarinda. Tetapi masyarakat telah
mengantisipasinya.

(15) Jalan kutim-Berau rusak berat. Bahkan sekarang sebaikya jalan itu ditutup
total demi keselamatan.

Kata penghubung tetapi dan bahkan dalam klaimat (14) dan (15) di atas
adalah kata penghubung penanda hubungan setara yang tidak mungkin digunakan
untuk mengawali sebuah kalimat. Kalimat (14a) dan (15a) berikut.

(14a) Virus plu burung pada manusia belum ditemukan di Samarinda, tetapi
masyrakat telah mengantisipasimya.

(15a) Jalan Kutim-Berau rusak berat. Bahkan, sebaiknya sekarang ditutup total
demi keselamatan.

2.6 Pemakaian Bentuk-Bentuk di mana, di dalam mana, dalam mana, dari mana,
dan yang mana sebagai penghubung
Dalam bahasa Indonesia sering dijumapai pemakaian bentuk-bentuk di mana, di
dalam mana, dalam mana, dari mana, dan yang mana sebagai penghubung. Sebagai
contoh.
(16) Gedung di mana dilangsungkannya rapat akbar itu sangat luas dan megah.

(17) Sektor pendidikan yang mana merupakan tulang punggung peradaban


bangsa harus senantiasa ditingkatkan penggunaannya.

Penggunaan bentuk-bentuk tersebut kemungkinan besar dipengaruhi oleh


bahasa asing, khususnya bahasa inggris, where, in wich, dan wich. Dikatakan
dipengaruhi oleh bahasa asing karena dalam bahasa inggris bentuk-bentuk itu lazim
digunakan sebagai penghubung. Perhatiakan contoh berikut ini.

(18) The building in where he large meeting is held is very large and luxurios.
(19) The education sector hadding wich is a spinal column of the advancement
of a nation must always be improved.

Dalam bahasa Indonesia, karena sudah ada penghubung yang lebih tepat,
yaitu kata tempat dan yang, kalimat (16-17) dapat diubah menjadi sebagai berikut.

(16a) Gedung tempat dilangsungkannya rapat akbar itu sangat luas dan megah.

(17a) Sektor pendidikan yang merupakan tulang punggung kemajuan bangsa


harus senantiasa ditingkatkan penanganannya.

2.7 Pemakaian Kata Depan yang Tidak Tepat


Dari pengamatan terhadap pemakaian bahasa Indonesia dapat diketahui bahwa kata
depan daripada sering digunakan secara tidak tepat. Ketidaktepatan pemakaian kata
depan itu disebabkan oleh belum dipahaminya kaidah pemakaian kata oleh penutur.
Kata depan daripada dipakai untuk menandai makna perbanndingan yang
menyatakan bahwa terbanding itu lebih dibandingkan dengan pembandingnya. Jika
tidak ada perbandingan, kata depan daripada tidak digunakan.

(18) Universitas Mulawarman sedang mempelajari daripada akibat kebakaran


hutan Kalimantan.

(19) Pimpinan daripada organisasi politik itu sangat peduli tehadapmasalah


kenakalan remaja.

(20) Sebagai warga yang baik daripada Negara ini, saya bersedia diperiksa lagi.

Kata depan daripada pada kalimat (18-20) seharusnya dihilangkan


sehingga kalimat itu menjadi sebagai berikut.

(18a) Universitas Mulawarman sedang mempelajari akibat kebaran hutan di


Kalimantan Timur.

(19a) Pimpinan organisasi politik itu sangant peduli terhadap masalah


kenakalan remaja.

(20a) Sebagai warga yang baik Negara ini, saya bersedia diperiksa lagi.

2. 8 Penghilangan Kata Depan


Dalam bahasa Indonesia terdapat bermacam-macam kata depan. Menurut hasil
penelitian, tercatat sebanyak 115 kata depan. Kata depan ialah kata yang menandai
pertalian makna kata atau kelompok kata yang mengikutinya dengan kata atau
kelompok kata lain dalam suatu kalimat. Pemakaian kata depan di dalam kalimat
sangat penting, sebab pemakaian itu untuk menandai makna kata atau kelompok kata
yang mengikutinya. Meskipun pemakaian kata depan tersebut sangat penting, namun
pemakaiannya sering dihilangkan. Perhatikan contoh kalimat (21) dan (22) dibawah
ini.

(21) Kejernihan penalaran tampak baris-bris laporan yang disampaikan dalam


dengar pendapat antara Rektor dan SenatUniversitas Mulawarman .

(22) Membaca puisi itu seakan-akandibawa untuk lebih menghargai sesame umat
Tuhan yang Mahakuasa.

Apabila diperhatikan secara teliti, pada kalimat (21) terdapat penghilangan


kata depan pada dan dalam kalimat (22) terdapat penghiangan kata depan dengan.
Penghilangan kata depan itu mengakibatkan kalimat (21) dan (22) di atas sulit
dipahami. Oleh karena itu, agar makna kalimat itu jelas, kata depan yang
menandainya harus dihadirkan sehingga kalimat (21) dan (22) dapat diperbaiki
sebagai berikut.

(21a) Kejernihan penalaran tampak pada baris-baris laporan yang disampaikan


dalam dengar pendapat antara Rektor dan Senat Universitas Mulawarman.

(22a) Dengan membaca puisi itu seakan-akan anak dibawa untuk lebih menghargai
sesame umat Tuhan yang Mahakuasa.

Dengan meghadirkan kembali kata-kata depan itulah, dapat diketahui kelompok


baris-baris puisi si atas bermakna `temapat berada`, sedangkan kelompok kata
membaca puisi itu memiliki makna `alat`.

2.9 Penghilangan Imbuhan


Situasi pemakaian bahasa menetukan bentuk bahasa seseorang. Dalam situasi resmi
orang cenderung menggunakan bahasa secara lengkap, sedangkan dalam situasi tidak
resmi atau santai orang cenderung menggunakan bahasa secara tidak lengkap.
Ketidaklengkapan itu misalnya karena adanya penghilangan unsure-unsur tertentu.
Salah satu unsure yang sering dihilangkan adalah imbuhan, imbuhan yang sering
dihilangkan adalah (ber-) dan (meN) seperti terlihat pada contoh berikut ini.

(23) Dalam makalh ini saya akan bicara korban narkoba di Samarinda.
(24) Pagi ini pemerintah berangkatkan lima puluh KK ke lokasi transmigrasi.

Pada contoh (23) terdapat penghilangan (ber-) pada kata bicara.


Sedangkan pada contoh (24) tedapat penhilangan awalan (meN) pada kata
bersangkutan. Kedua conntoh itu hanya boleh digunakanpada situasi tidak resmi
sebab dalam situasi ini kelengkapan tuturan tidak dipentingkan dan yang diutamakan
ialah pemahaman.

2. 10 Pemakaian Kata yang Mubazir


Dalam berbagai tulisan sering dijumapi kalimat berikut ini.

(25) Bahasa Indonesia adalah merupakan alat pemersatu.

Bila dilihat dari segi tata bahasa, kalimat di atas sudah benar. Kata bahasa
menduduki fungsi subjek (S), sedangkan adalah merupakan alat pemersatu bangsa
menduduki fungsi predikat (P). akan tetapi, apabila diliahat dari segi kehematan,
kalimat tersebut mangandung unsure yang mubazir atau berlebihan sehingga sia-sia
atau tidak berguna. Kemubaziran terdapat pada kalimat (25) disebabkan penggunaan
kata adalah dan merupakan sekaligus. Kata adalah sama atau hamper samaartinya
dengan kata merupakan. Contoh lain, sebab karena, oleh sebab karena, lalu
kemudian, saling tolong-menolong, tanpa dengan, beberapa kaset-kaset dan lain-lain.

2.11 Pemilihan Kata yang Kurang Cermat


Kesalahan kalimat dapat juga disebabkan oleh pemilihan kata yang kurang cermat.
Kata besar, raya, dan akbar merupakan tiga buah kata memiliki makna yang sama.
Namun, dalam pemakaiannya ketiga kata itu tidak dapat saling menggantikan.
Perhatikan contoh berikut.

(26) Setiap umat beragama di Indonesia mempunyai hari raya masing-masing.

(27) Nanti malam di Jalan Kusuma Bangsa akan di adakan pawai akbar.

(28) Gedung Markas Besar TNI AU akan dibangun di Jalan Laksamana Laut
R.E.Martadinata.

Kata raya pada hari raya dalam kalimat (26) dapat diganti dengan kata
besar menjadi hari besar, tetapi tidak dapat digantikan dengan kata akbar. Kata
akbar pada kelompok pawai akbar dapat digantikan dengan besar, tetapi tidak dapat
digantikan dengan kata raya. Dengan demikian juga, kata besar pada markas besar
tidak dapat digantikan baik oleh kata raya maupun oleh kata akbar.

2.12 Kesalahan Pemakaian Bentuk Kata


Kebenaran suatu kalimat tidak hanya ditentukan oleh keteraturan bagian-bagiannya
sebagai satuan pembentuk kalimat, tetapi juga ditentukan oleh bentuk dan pilihan
kata yang mengisi bagian-bagian itu. Jadi, kesalahan kalimat dimungkinkan juga oleh
adanya pemakian bentuk dan pilihan kata yang tidak benar.

Tugas!
Buatlah power point dari tulisan di atas maksimal 8 tayangan.

Anda mungkin juga menyukai