Anda di halaman 1dari 28

BAB II

PROFIL WILAYAH KOTA SURAKARTA

2.1. WILAYAH ADMINISTRASI

Kota Surakarta merupakan wilayah otonom dengan status kota di Provinsi Jawa Tengah,
dengan letak secara geografis berada antara 110º45’15” - 110º45’35” BT dan 7º36’00” - 7º56’00”
LS dengan luas wilayah 44,04 km². Dan secara administrasi batas wilayah Kota Surakarta adalah
sebagai berikut:
• Batas Utara : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali
• Batas Selatan : Kabupaten Sukoharjo
• Batas Timur : Kabupaten Karanganyar
• Batas Barat : Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Boyolali

Kota Surakarta terdiri dari 5 kecamatan, 51 kelurahan, 604 RW dengan jumlah RT


sebanyak 2.714 dan jumlah KK sebanyak 169.772 jiwa pada tahun 2015. Jumlah RW terbesar
terdapat di Kecamatan Banjarsari yaitu sebanyak 176 dengan jumlah RT sebanyak 877. Jumlah
RW dan RT yang paling kecil adalah Kecamatan Serengan yaitu hanya sebesar 72 dan 312.

Tabel 2.1. Data Kecamatan di Kota Surakarta tahun 2015


No Kecamatan Luas Wilayah Jumlah Jumlah RW Jumlah RT
(km2) Kelurahan
1 Laweyan 8,64 11 105 457
2 Serengan 3,19 7 72 312
3 Pasar Kliwon 4,82 9 100 422
4 Jebres 12,58 11 151 646
5 Banjarsari 14,81 13 176 877
Jumlah 44,04 51 604 2.714
Sumber: Surakarta Dalam Angka, 2016

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-1


Gambar 2.1. Peta Kedudukan Kota Surakarta di Wilayah Jawa Tengah

2.2. POTENSI WILAYAH KOTA SURAKARTA

Kota Surakarta dalam hal potensi wilayah untuk kontribusi sektor tersier dan sekunder
lebih dominan dibandingkan dengan kontribusi dari sektor primer. Struktur perekonomian Kota
Surakarta ditopang oleh sektor jasa perdagangan/retail, jasa wisata (hotel, restoran, budaya, dan
hiburan), dan jasa pendidikan. Struktur perekonomian ini dapat dilihat dari indikator kontribusi
sektoral dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Surakarta. Kuatnya sektor tersier
dalam struktur PDRB, tidak lepas dari sumber daya Kota Surakarta yang diuntungkan dari aspek
lokasi sebagai sumber daya strategis Kota Surakarta. Secara umum sektor unggulan yang ada di
Kota Surakarta, dengan masing-masing clusternya per kecamatan dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Kecamatan Laweyan, sektor unggulannya berupa batik, tekstil, garmen, mebel, kaca
ukir, sangkar burung dan shuttlecock dengan jasa pendukung adalah pendidikan, biro
travel, tempat wisata, kesenian daerah dan perhotelan.
2. Kecamatan Serengan, sektor unggulannya berupa industri makanan dan minuman,
pakaian tradisional, batik dan tekstil serta aksesoris antik dengan jasa pendukungnya
adalah berupa rumah penginapan dan kerajinan pembuatan letter.
3. Kecamatan Pasar Kliwon, sektor unggulannya berupa kerajinan dan batik kayu, pakaian
(sandal dan sepatu), makanan dan minuman dengan jasa pendukung berupa travel biro,
kesenian tradisional dan jasa sablon.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-2


4. Kecamatan Jebres, sektor unggulannya berupa meubel, batik tekstil dan garmen, produk
hiasan berupa mosaik bulu ayam. Dan jasa pendukung berupa hotel, jasa kursus,
internet dan gedung olah raga. P
5. Kecamatan Banjarsari, sektor unggulannya berupa minuman tradisional (jamu, meubel,
sangkar burung, batik tekstil serta makanan dan minuman. Dan jasa pendukungnya
adalah berupa travel biro dan penginapan/hotel.

2.2.1. Potensi Perdagangan dan Jasa

Di Sektor perdagangan, hotel dan restoran Kota Surakarta sudah lama dikenal sebagai
kota perdagangan. Letak geografisnya sebagai kota transit yang dilalui lalu lintas Jakarta-
Surabaya sangat berpengaruh dalam perkembangan perdagangan. Produk yang
diperdagangkan erat kaitannya dengan sektor industri dan pertanian. Perdagangan yang
berorientasi ekspor dilakukan oleh perusahaan dengan skala produksi yang besar. Produk yang
diperdagangkan antara lain produk tekstil dan hasil kerajinan. Sedangkan perkembangan sub
sektor hotel dan restoran merupakan faktor pendukung bagi perkembangan sektor
perdagangan dan wisata. Banyak orang yang datang ke kota Surakarta dengan maksud
keperluan bisnis ataupun hanya sekedar berlibur, sehingga fungsi hotel dan restauran sangat
mendukung dan diharapkan para pengunjung.
2.2.2. Potensi Industri

Sektor industri diharapkan dapat memberikan kontribusi besar bagi pendapatan daerah
kota Surakarta yang memegang peranan penting bagi pertumbuhan perekonomian, dikarenakan
sifat industri itu sendiri bertujuan menciptakan nilai tambah hasil produksi sektor lain sehingga
memiliki nilai ahkir yang lebih tinggi. Perkembangan sektor industri di Kota Surakarta, dimasa
yang akan datang dititikberatkan pada industri rumah tangga dan industri kreatif. Sampai
dengan tahun 2001 jumlah industri kecil di Surakarta mencapai 3.821 industri, sedang industri
besar dan menengah ada 56 industri dengan tenaga kerja yang terserap berjumlah 38.765 orang.
Dari beberapa jenis industri yang ada di kota Surakarta terdapat produk unggulan yaitu; usaha
konveksi, yang terdiri dari usaha pembatikan dan pakaian jadi.

2.2.3. Potensi Wisata

Potensi lain yang dimiliki oleh Kota Surakarta adalah potensi wisata, potensi wisata yang
ada di Kota Surakarta berupa wisata budaya yang lebih mendominasi karena wilayah Kota
Surakarta masih terdapat sebuah kerajaan dan terdapat beberapa peninggalan sejarah. Wisata
budaya itu sendiri merupakan salah satu jenis kegiatan pariwisata yang menggunakan

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-3


kebudayaan sebagai objeknya. Dan berikut merupakan gambaran mengenai potensi wisata yang
ada di wilayah Kota Surakarta.
1. Taman Balekambang

Taman Balekambang adalah taman


yang dibangun oleh KGPAA
Mangkunegara VII untuk Partinah. Oleh
karena itu, dua patung dari putri ini juga
diletakkan di dalam taman. Selain itu,
taman yang terbagi dua juga diberi
nama sesuai dengan nama kedua putri,
yaitu Partinah Bosch yang merupakan
semacam hutan kota, dan Partini Tuin, yang merupakan kolam air. Taman ini terletak di
Jl. Ahmad Yani, Surakarta dengan area seluas 9,8 Ha.

Dalam sejarahnya Taman Balekambang pada awalnya bernama Partini


Tuin dan Partinah Bosch yang dibangun oleh KGPAA Mangkunegara VII pada tanggal 26
Oktober 1921. Karena rasa sayang pada kedua putrinya, GRAy Partini Husein
Djayaningrat dan GRAy Partinah Sukanta, maka dibuatlah sebuah taman dengan
mengabadikan nama keduanya. Taman Balekambang memadukan
konsep Eropa dan Jawa.

Taman ini terdiri atas dua area. Area yang pertama dinamakan Partini Tuin atau Taman
Air Partini. Area yang kedua bernama Partinah Bosch artinya Hutan Partinah yang
ditanami tumbuhan langka seperti kenari, beringin putih, beringin sungsang, dan apel
coklat. Fungsi dari taman kota ini adalah sebagai resapan dan paru-paru kota.

2. Taman Sriwedari
Taman Sriwedari adalah sebuah
kompleks taman di Kecamatan
Laweyan, Kota Surakarta. Sejak
era Pakubuwana X, Taman
Sriwedari menjadi tempat
diselenggarakannya tradisi

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-4


hiburan Malam Selikuran. Sriwedari juga pernah menjadi lokasi penyelenggaraan PON
I pada tahun 1948. Saat ini kepemilikan Taman Sriwedari menjadi sengketa antara
Pemerintah Kota Surakarta dengan ahli waris keluarga KRMH Wirjodiningrat.

3. Taman Vastenburg

Benteng Vastenburg adalah benteng peninggalan Belanda yang terletak di kawasan


Gladak, Surakarta. Benteng ini dibangun tahun 1745 atas perintah Gubernur Jenderal
Baron Van Imhoff. Sebagai bagian dari pengawasan Belanda terhadap penguasa
Surakarta, khususnya terhadap keraton Surakarta, benteng ini dibangun sekaligus
sebagai pusat garnisun. Di seberangnya terletak kediaman gubernur Belanda (sekarang
kantor Balaikota Surakarta) di kawasan Gladak.

Bentuk tembok benteng berupa bujur sangkar yang ujung-ujungnya terdapat penonjolan
ruang yang disebut seleka (bastion). Di sekeliling tembok benteng terdapat parit yang
berfungsi sebagai perlindungan dengan jembatan di pintu depan dan belakang.

4. Monumen Pers Nasional


Monumen Pers
Nasional adalah monumen
dan museum khusus pers
nasional Indonesia yang
terletak di Surakarta, Jawa
Tengah. Museum ini didirikan
pada tahun 1978, lebih dari 20 tahun setelah diusulkan dan dioperasikan
oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika Indonesia. Kompleks monumen terdiri
atas gedung societeit lama, yang dibangun pada tahun 1918 dan digunakan untuk
pertemuan pertama Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) serta beberapa gedung yang

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-5


ditambahkan pada tahun 1970an. Monumen ini terdaftar sebagai Cagar Budaya
Indonesia.

5. Keraton Kasunan Surakarta


Keraton Kasunan Surakarta terletak di
pusat kota Solo, Kelurahan Baluwarti,
Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta.
Pembangunan keraton dilakukan dari
tahun 1743 hingga 1745. Konstruksi
bangunan keraton menggunakan bahan
kayu jati yang diperoleh dari Alas Kethu di
dekat kota Wonogiri.

Arsitek keraton ini adalah Pangeran Mangkubumi, kerabat Susuhunan (raja Solo) yang
kelak memberontak dan berhasil mendirikan kesultanan Yogyakarta dengan gelar Sultan
Hamengku Buwana I. Jadi tidak mengherankan jika bangunan kedua keraton memiliki
banyak kesamaan. Setelah pembangunan selesai, keraton baru yang diberi nama
Keraton Surakarta Hadiningrat tersebut resmi digunakan oleh raja pada tanggal 17
Februari 1745.

2.3. DEMOGRAFI DAN URBANISASI

2.3.1. Kependudukan dan KK

Kondisi kependudukan pada suatu wilayah perlu dibahas dalam kegiatan pengkajian
suatu wilayah. Substansi kependudukan yang perlu diperhatikan dalam penyusunan
perencanaan meliputi jumlah penduduk dan kepala keluarga (KK), jumlah penduduk miskin dan
persebarannya, proyeksi pertumbuhan penduduk, serta jumlah penduduk perkotaan dan proyeksi
urbanisasi.
Jumlah penduduk Kota Surakarta akhir tahun 2015 sebanyak 512.226 jiwa dengan
komposisi jumlah penduduk laki-laki dan penduduk perempuan hampir seimbang yaitu 48,63%
dan 51,37%. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Banjarsari yaitu sebesar 31,50%,
sedangkan Kecamatan Serengan adalah kecamatan dengan jumlah penduduk terkecil yaitu
sebesar 9,68%. Jumlah penduduk tersebut terbagi dalam 145.142 KK, jumlah tersebut meningkat
0,56% jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Jika dibandingkan dengan tahun 2013 yang

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-6


hanya berjumlah 143.690 KK maka dalam 3 tahun kenaikkan jumlah Rumah Tangga di Kota
Surakarta mencapai 1,01 %, ini berarti rata-rata pertahunnya 0,53%. Sedangkan untuk
pertumbuhan penduduk di Kota Surakarta pada tahun 2015 mengalami pertumbuhan sebesar
0,42%. Dan untuk kepadatan penduduk di Kota Surakarta pada tahun 2015 mencapai 11.631
jiwa/km2, dimana Kecamatan Pasar Kliwon merupakan wilayah kecamatan di Kota Surakarta
yang memiliki kepadatan tertinggi yaitu sebesar 15.806 jiwa/km2 sedangkan wilayah dengan
kepadatan terendah di Kota Surakarta ada pada wilayah Kecamatan Jebres dengan kepadatan
penduduk sebesar 10.896 jiwa/km2. Dan berikut merupakan data demografi pada Kota Surakarta
di tahun 2015.
Tabel 2.2. Jumlah Penduduk per Kecamatan di Kota Surakarta tahun 2015
Jumlah Jumlah Total
Luas
penduduk Penduduk Jumlah Kepadatan
No Kecamatan Kec.
Laki-laki Perempuan Penduduk (jiwa/ km2)
(km2)
(jiwa) (jiwa) (jiwa)
1 Laweyan 8,64 42.838 45.440 88.278 10.219
2 Serengan 3,19 21.618 23.103 44.781 14.020
3 Pasar Kliwon 4,82 37.593 38.591 76.1184 15.822
4 Jebres 12,58 68.436 73.178 141.614 11.255
5 Banjarsari 14,81 78.628 82.741 161.369 10.895
Jumlah 44,04 249.113 263.113 512.226 11.631
Sumber: Surakarta Dalam Angka, 2016

2.3.2. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk

Dalam bahasan kependudukan erat kaitannya dengan laju pertumbuhan penduduk, laju
pertumbuhan penduduk itu sendiri merupakan perubahan jumlah penduduk pada suatu wilayah
pada kurun waktu tertentu. Dan berikut merupakan data laju pertumbuhan penduduk di Kota
Surakarta tahun 2010, 2014 dan 2015, berdasarkan data Surakarta Dalam Angka.

Tabel 2.3. Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk per Kecamatan di
Kota Surakarta Tahun 2015
No Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa) Laju Pertumbuhan
Penduduk per Tahun (%)
2010 2014 2015 2010-2015 2014-2015
1 Laweyan 86.208 87.913 88.278 0,476 0,415
2 Serengan 43.731 44.596 44.781 0,476 0,415
3 Pasar Kliwon 74.396 75.869 76.184 0,476 0,415
4 Jebres 138.292 141.027 141.614 0,476 0,416
5 Banjarsari 157.584 160.700 161.369 0,476 0,416
Jumlah 500.211 510.105 512.226 0,476 0,416
Sumber: Surakarta Dalam Angka, 2016

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-7


Berdasarkan data laju pertumbuhan penduduk di Kota Surakarta pada tahun 2010-2015
dalam kurun waktu 5 tahun sebesar 0,476% sedangkan pada tahun 2014-2015 dalam kurun
waktu 1 tahun laju pertumbuhan sebesar 0,416%. Dan berikut merupakan proyeksi penduduk
untuk wilayah Kota Surakarta dalam kurun waktu 5 tahun kedepan.

Tabel 2.4. Proyeksi Penduduk Kota Surakarta 2016-2020


No Kecamatan Jumlah Penduduk (jiwa)
2016 2017 2018 2019 2020
1Laweyan 43.042 43.247 43.453 43.659 43.867
2Serengan 21.721 21.824 21.928 22.033 22.137
3Pasar Kliwon 37.772 37.952 38.132 38.314 38.496
4Jebres 68.762 69.089 69.418 69.748 70.080
5Banjarsari 79.002 79.378 79.414 80.136 80.517
Jumlah 250.299 251.490 252.345 253.890 255.099
Sumber: Analisis Penyusun, 2017

2.4. ISU STRATEGIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN BERDASARKAN RPJMD


DAN RTRW KOTA SURAKARTA

2.4.1. Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi

Perkembangan pembangunan yang ada di suatu daerah dapat terlihat dari pertumbuhan
ekonominya. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan perbandingan pencapaian kinerja
perekonomian suatu daerah pada periode waktu tertentu terhadap periode waktu sebelumnya.
Perubahan kondisi yang terjadi dalam skala nasional sangat berpengaruh terhadap
perkembangan ekonomi di daerah. Salah satu indikator ekonomi makro adalah PDRB.
Perkembangan PDRB Kota Surakarta selama lima tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 2.5.

Tabel 2.5. Perkembangan PDRB Kota Surakarta Tahun 2012 – 2015


Tahun PDRB Atas Dasar Harga Berlaku PDRB Atas Dasar Harga Konstan
Jutaan Rupiah Pertumbuhan (%) Jutaan Pertumbuhan (%)
Rupiah
2012 26.425.273,02 10,5 24.123.781,59 5,58
2013 29.081.312,47 10,1 25.631.681,32 6,25
2014 32.059.446,90 10,2 26.984.358,61 5,28
2015 34.982.374,09 9,1 28.453.493,87 5,44
Sumber: Kota Surakarta Dalam Angka tahun 2016

Nilai PDRB per Kapita Kota Surkarta pada tahun 2015 berdasarkan harga berlaku
sebesar 34.982.374,09 (dalam juta rupiah). Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, PDRB
ADHB per Kapita tersebut bertambah kurang lebih sebesar 2.922.927,19 (dalam juta rupiah). Hal

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-8


tersebut merupakan peningkatan yang cukup signifikan yang dapat mengindikasikan peningkatan
ekonomi dan aktivitas perekonomian di Kota Surkarta. Sementara itu, nilai PDRB ADHK 2010
per kapita Kota Surakarta tahun 2015 sebesar 28.453.493,87 (dalam juta rupiah) dengan tingkat
pertumbuhan sebesar 5,44% dibandingkan tahun sebelumnya.

Pada tahun 2015, sektor lapangan usaha yang memberikan kontribusi terbesar
terhadap PDRB Kota Surakarta adalah sektor konstruksi dengan nilai mencapai 9.410.744,97
juta rupiah atau kurang lebih mencapai 26,9 % dari total keseluruhan PDRB ADHB, kemudian
diikuti oleh sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi dan perawatan, mobil dan sepeda
motor 22,56 %. Sedangkan untuk sektor dengan nilai kontribusi terkecil berada pada sektor
pertambangan dan penggalian yang bernilai 770,26 juta rupiah atau hanya sekitar 0,002 %
kontribusinya terhadap PDRB ADHB Kota Surakarta.

Tabel 2.6. PDRB ADHB Menurut Lapangan Usaha Kota Surakarta Tahun 2015
No. Kode Kategori Nilai Persentase (%)
(dalam juta rupiah)
1 A Pertanian Kehutanan dan 182.751,51 0,52
Perikanan
2 B Pertambangan dan 770,26 0,002
Penggalian
3 C Industri Pengolahan 3.002.990,09 8,58
4 D Pengadaan Listrik dan Gas 61.213,06 0,17
5 E Pengadaan Air, 55.285,78 0,16
Pengelolaan Sampah,
Limbah, dan Daur Ulang
6 F Konstruksi 9.410.744,97 26,90
7 G Perdagangan besar dan 7.893.738,82 22,56
eceran; reparasi mobil dan
sepeda motor
8 H Tranpsortasi dan 932.398,98 2,67
Pergudangan
9 I Penyediaan Akomodasi dan 2.015.814,83 5,76
Makan Minum
10 J Informasi dan Komunikasi 3.715.658,93 10,62
11 K Jasa Keuangan dan 1.326.074,81 3,79
Asuransi
12 L Real Estate 1.436.443,80 4,11
13 MN Jasa Perusahaan 272.952,59 0,78
15 O Administrasi Pemerintahan 2.086.163,83 5,96
Pertahanan dan Jaminan
Sosial Wajib
16 P Jasa Pendidikan 1.877.495,85 5,37
17 Q Jasa Kesehatan dan 385.675,46 1,10
Kegiatan Sosial

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-9


No. Kode Kategori Nilai Persentase (%)
(dalam juta rupiah)
18 RSTU Jasa lainnya 326.200,52 0,93
TOTAL 34.982.374,09 100
Sumber: Diolah dari Kota Surakarta Dalam Angka tahun 2016

Selain memahami perkembangan PDRB dan Struktur Perekonomian Kota Surakarta,


hal lain yang perlu diperhatikan dari sisi sosial ekonomi adalah indeks harga implisit. Indeks
harga implisit merupakan suatu indeks yang menunjukkan tingkat perkembangan harga di tingkat
produsen. Indeks ini bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan harga barang dan jasa
secara keseluruhan atau yang lebih dikenal dengan tingkat inflasi. Perkembangan tingkat inflasi
Kota Surakarta dalam kurun waktu lima tahun terakhir terlihat terus meningkat setiap tahunnya.
Peningkatan terbesar terjadi diantara tahun 2013-2014 dengan jumlah peningkatan sebesar 5,35
%.

Gambar 2.2. Perkembangan IHI Kota Surakarta Tahun 2012 – 2015


Sumber: Diolah dari Kota Surakarta Dalam Angka tahun 2016

Angka inflasi di Kota Surakarta selama lima tahun terakhir (2010-2014) fluktuatif
dengan tren meningkat. Pada tahun 2010 inflasi di Kota Surakarta 6,65%, meningkat cukup
drastis menjadi 8,01% pada tahun 2014. Angka tersebut disumbang oleh kelompok bahan
makanan sebesar 12,49%; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 3,62%;
kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 8,91%; kelompok sandang 2,74%;
kelompok kesehatan 4,93%; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga 4,53%; dan kelompok

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-10


transpor, komunikasi, dan jasa keuangan memberikan sumbangan inflasi 12,17%.
Perkembangan tingkat inflasi Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel 2.7:

Tabel 2.7. Perkembangan Tingkat Inflasi Kota Surakarta Tahun 2011 - 2015
No. Tahun Tingkat Inflasi (%)
1 2011 1,93
2 2012 2,87
3 2013 8,32
4 2014 8,01
5 2015 2,56
Sumber: BPS Kota Surakarta, 2016

Kota Surakarta merupakan kota dengan urutan inflasi nomor 5 di Provinsi Jawa Tengah
pada Desember 2014. Angka inflasi pada tahun 2015 Kota Surakarta lebih rendah dari pada
inflasi Provinsi Jawa Tengah sebesar 2,73%. Pengendalian laju inflasi yang dilakukan oleh TPID
mempunyai peran untuk mempertahankan daya beli masyarakat.

2.4.2. Pendapatan Per Kapita dan Proporsi Penduduk Miskin

Isu strategis sosial ekonomi lainnya yang perlu diperhatikan adalah isu yang terkait
dengan kesejahteraan masyarakat. Meskipun nilai pendapatan per kapita Kota Surakarta pada
tahun 2015 (Rp. 55,61 juta/tahun) mengalami peningkatan dari tahun 2014 (Rp. 52,96 juta/tahun)
sebesar (Rp. 2,65 juta/tahun), tingkat kesejahteraan masyarakat dan jumlah penduduk miskin di
Kota Surakarta masih tergolong tinggi. Menurut RPJMD Kota Surakarta tahun 2016-2021
terdapat beberapa isu strategis terkait dengan kesejahteraan masyarakat diantaranya adalah:
• Masih tingginya tingkat kemiskinan
Meskipun jumlah terus menurun setiap tahunnya, tingkat kemiskinan di Kota Surakarta
masih tergolong tinggi. Jumlah Penduduk miskin terbanyak di Kota Surakarta menurut
PBDT berada di Kecamatan Banjarsari dengan jumlah penduduk miskin sebesar 45.604
jiwa. Untuk lebih jelasnya, proporsi jumlah penduduk miskin di Kota Surakarta dapat
dilihat pada Gambar 2.3.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-11


12.678

25.595 45.604

19.193

36.405

Banjarsari Jebres Laweyan Pasarkliwon Serengan

Gambar 2.3. Komposisi Jumlah Penduduk Miskin per Kecamatan (Jiwa)di Kota
Surakarta Tahun 2015
Sumber : PBDT, 2015

• Kesenjangan pendapatan penduduk miskin terhadap garis kemiskinan


• Kesenjangan pendapatan di antara penduduk miskin

2.4.3. Kondisi Lingkungan Strategis

Kondisi lingkungan Kota Surakarta digambarkan melalui kondisi fisik lingkungan strategis
seperti geologi, topografi dan klimatologi serta risiko bencana alam.
A. Geologi dan Jenis Tanah
Berdasarkan Peta Geologi dari Geohidrologi Map Surakarta terlihat bahwa batuan di
Kota Surakarta terdiri dari :
1. Aluvium (AL).
Satuan batuan ini terdapat di Kota Surakarta bagian tengah hingga ke selatan yaitu di
sebelah timur Jalan Jenderal Ahmad Yani, ke utara hingga Kali Pepe, ke timur hingga
Stasiun Balapan dan sebagian sampai Bengawan Solo. Batuan aluvium berada pada
posisi 477144 – 484568 mU dan 9160481 – 9165815 mU. Luas satuan batuan ini
adalah 2.033,63 ha. Ketebalannya berkisar beberapa centimeter hingga beberapa
meter. Terdiri dari lempung, lumpur, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan berangkal.

2. Formasi Notopuro (NP)

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-12


Formasi Notopuro terdapat di bagian timur laut Kota Surakarta yaitu di sebelah utara
Stasiun Jebres, ke barat hingga Stasiun Balapan, ke utara hingga Kantor Lurah
Mojosongo dan ke timur hingga Bengawan Solo. Formasi batuan ini berada pada posisi
478718 – 485318 mT dan 9163239 – 9167290 mU. Luas satuan batuan ini adalah 1574
ha. Batuan ini terdiri dari konglomerat, batupasir, lanau dan lempung. Kedudukannya
menindih tidak selaras dengan batuan yang lebih tua dan terindih tak selaras dengan
aluvium. Satuan ini merupakan endapan undak sungai. Pada Formasi Notopuro
ditemukan struktur silang-siur, “toreh dan isi” dan perlapisan bersusun. Secara
setempat ditemukan fosil Bibos sp. dan Cervus Sp yang diduga berumur plistosen.

3. Formasi Kabuh (KB)


Formasi Kabuh terdapat di bagian utara Kota Surakarta, tepatnya di utara Kantor Lurah
Mojosongo hingga Kali Kebo. Formasi batuan ini berada pada posisi 481136 – 484385
mT dan 9166244 – 9167790 mU. Luas Satuan batuan ini adalah 240,43 ha. Batuan ini
umumnya terdiri dari breksi vulkanik, tuff sandstone dan konglomerat.

4. Batuan Vulkanik Muda (YV)


Satuan batuan ini terdapat di bagian barat dan utara Kota Surakarta. Di bagian barat
Kota Surakarta tepatnya di sebelah barat Jalan Jenderal Ahmad Yani, sedangkan di
bagian utara tepatnya di selatan dan barat Kali Pepe serta di tepi Kali Premulung.
Batuan vulkanik muda berada pada posisi 474406 – 479133 mT dan 9162923 –
9167446 mU. Luas Satuan batuan ini adalah 778,84 ha. Batuan ini umumnya
merupakan endapan lahar dari Vulkan Merapi. Batuan umumnya terdiri dari lava
andesit, breksi, lahar, tufa hingga basalt. Fosil tidak ditemukan. Aktivitas diduga dimulai
sejak plistosen akhir.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-13


Gambar 2.4. Ilustrasi Profil Penampang Geologi Bawah Permukaan Kota Surakarta

Sementara itu persebaran tanah di Kota Surakarta ditunjukkan oleh Peta Tanah Tinjau
skala 1 : 250.000 yang disusun oleh Supraptoharjo dkk (1966) dalam Baiquni (1988 : 32).
Berdasarkan Peta Tanah Tinjau tersebut, macam tanah di wilayah ini meliputi:
1. Assosiasi Grumusol Kelabu Tua dan Mediteran Coklat Kemerahan
Tanah ini merupakan kombinasi campuran antara tanah grumusol kelabu tua dan
mediteran coklat kemerahan. Bahan induknya adalah tuf vulkan alkali basis dengan
fisiografi vulkan. Di Kota Surakarta jenis tanah ini berada di bagian utara kota, yaitu
pada posisi 477907 – 484882 mT dan 9160810 – 9168388 mU. Luas tanah ini di Kota
Surakarta adalah 2.085,74 ha.

2. Mediteran Coklat Tua


Tanah ini berada di bagian timur laut Kota Surakarta yaitu pada posisi 481512 –
485500 mT dan 9164415 – 9167416 mU. Luas tanah ini di Kota Surakarta adalah
688,34 ha. Bahan induknya adalah tuf vulkan intermediair dan berada pada fisiografi
vulkan dan bukit lipatan.
3. Aluvial Coklat Kekelabuan
Tanah ini berada di tepi Bengawan Solo, yaitu pada posisi 479806 – 481866 mT dan
9160442 – 9162399 mU. Luas tanah ini di Kota Surakarta adalah 138,36 ha. Bahan
induknya adalah endapan liat yang menempati fisiografi dataran. Tanah ini termasuk
jenis tanah aluvial yang salah satu sifatnya tergantung dari asal tanah itu diendapkan
sehingga kesuburannya ditentukan oleh keadaan bahan asalnya.

4. Regosol Kelabu

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-14


Tanah ini berada di bagian barat dan selatan Kota Surakarta, yaitu pada posisi 474435
– 481174 mU dan 9160751 – 9166784 mU. Luas tanah ini di Kota Surakarta adalah
138,36 ha. Bahan induknya tanah ini adalah abu/pasir vulkanintermidi air yang
menempati fisiografi vulkan.
B. Topografi
Uraian karakteristik topografi Kota Surakarta dapat dikemukakan sebagai berikut.
• Kota Surakarta terletak pada ketinggian antara 80 – 120 meter di atas permukaan laut
(mdpl), dengan kemiringan lahan angtara 0 % sampai 15 %.
• Kota Surakarta terletak di antara 2 gunung berapi yaitu Gunung Lawu (Kabupaten
Karanganyar) di sebelah timur dan Gunung Merapi serta Merbabu sebelah barat.
Dengan posisi demikian maka Kota Surakarta termasuk sebagai wilayah cekungan
air.
• Kemiringan Lahan pada tiap kecamatan di Kota Surakarta dapat dilihat pada Tabel
2.8.

Tabel 2.8. Kemiringan Lahan Tiap Kecamatan Di Kota Surakarta


Kecamatan Tinggi Tempat (meter) di Kemiringan Tanah
Atas Permukaan Laut
Laweyan 90-100 0-2%
Serengan 80-100 0-2%
Pasar Kliwon 80-95 0-2%
Jebres 90-120 2-15%
Banjarsari 85-100 0-2%
Kota Surakarta 80-120 0-15%
Sumber : Surakarta Dalam Angka, 2013

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-15


PENYUSUNAN RPIJM KOTA SURAKARTA
TAHUN 2018 - 2022

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-16


PENYUSUNAN RPIJM KOTA SURAKARTA
TAHUN 2018 - 2022

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-17


C. Penggunaan Lahan
Pemanfaatan lahan atau penggunaan lahan di wilayah Kota Surakarta sebagian besar
untuk pemukiman, luasnya mencapai kurang lebih 65% dari total luas lahan, sedangkan
sisanya dimanfaatkan untuk kegiatan perekonomian dan fasilitas umum. Pemanfaatan
ruang di Kota Surakarta sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2011-2031 terbagi atas
pengembangan kawasan lindung dan pengembangan kawasan budidaya. Kawasan
lindung terdiri atas kawasan perlindungan setempat; Ruang Terbuka Hijau (RTH);
kawasan cagar budaya; dan kawasan rawan bencana alam. Sedangkan kawasan yang
termasuk dalam kawasan budidaya, yaitu kawasan peruntukan industri; kawasan
peruntukan pariwisata; peruntukan permukiman; kawasan peruntukan perdagangan dan
jasa; kawasan peruntukan perkantoran; kawasan Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH);
kawasan peruntukan kegiatan sektor informal; dan kawasan peruntukan lain (pertanian;
perikanan; pelayanan umum yang meliputi pendidikan, kesehatan dan peribadatan; dan
pertahanan dan keamanan).

Untuk lebih jelasnya, komposisi penggunaan lahan yang ada di Kota Surakarta dapat
dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Komposisi Penggunaan Lahan Kota Surakarta Tahun 2014


Sumber : Website BPS Kota Surakarta, 2017

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-18


PENYUSUNAN RPIJM KOTA SURAKARTA
TAHUN 2018 - 2022

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-19


D. Klimatologi
Gambaran kondisi iklim di Kota Surakarta dapat dideskripsikan sebagaimana penjelasan
berikut:
• Kota Surakarta memiliki iklim tropis dengan suhu rata-rata 26,55°C sampai 29,10°C
pada tahun 2015 ;
• Kelembaban udara berkisar antara 65-88% ;
• Penyinaran matahari tertinggi terjadi pada bulan Agustus atau September dengan
radiasi matahari antara 80 – 84%, sementara penyinaran terendah terjadi pada bulan
Desember atau Januari dengan radiasi matahari sekitar 48 – 50%.
• Tekanan udara antara 1.007-1011 atmosfir, rata-rata sebesar 1.010 atmosfir;
• Pada tahun 2015, hari hujan terbanyak terjadi pada bulan April dengan jumlah hari
hujan sebanyak 25 hari, sedangkan rata-rata curah hujan saat hari hujan terbesar
jatuh pada bulan Januari dengan intensitas curah hujan sebesar 22 mm/hari hujan.
• Banyaknya hari hujan mencapai 163 hari.
• Penyinaran matahari tertinggi terjadi pada bulan Agustus atau September dengan
radiasi matahari 84%, sementara penyinaran terendah terjadi pada bulan Desember
atau Januari
• Kecepatan angin tertinggi 8 knot terjadi pada bulan September dan bulan Oktober.
• Tekanan udara tertinggi 1011,3 atmosfir pada bulan September, rata-rata sebesar
1.008,8 atmosfi.

2.4.4. Resiko Bencana Alam

Berdasarkan Indeks Rawan Bencana Indonesia yang diterbitkan Badan Nasional


Penanggulangan Bencana (BNPB) tahun 2011 menyebutkan bahwa Kota Surakarta
rawan terhadap berbagai bencana. Dalam indeks tersebut Kota Surakarta berada pada
ranking 207 nasional dengan tingkat kerawanan tinggi. Bencana yang rawan terjadi di
Kota Surakarta adalah bencana banjir dengan tingkat kerawanan tinggi, bencana
kebakaran permukiman dengan tingkat kerawanan tinggi dan ranking 26 nasional,
bencana angin topan dengan tingkat kerawanan tinggi dan ranking ke 68 nasional,
bencana banjir dan tanah longsor dengan tingkat kerawanan tinggi dan ranking ke 96
nasional, dan bencana kecelakaan transportasi dengan tingkat kerawanan tinggi dan
ranking ke 14 nasional.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-20


• Bencana Banjir
Berdasarkan kajian yang pernah dilakukan terhadap tingkat kerawanan banjir Kota
Surakarta, terdapat beberapa klasifikasi daerah rawan banjir yaitu:
 Kerawanan rendah terdapat pada Kelurahan Jebres, Kelurahan Kadipiro,
Kelurahan Nusukan, Kelurahan Kerten, Kelurahan Gilingan, Kelurahan Pajang,
Kelurahan Laweyan, Kelurahan Bumi.
 Kerawanan sedang yaitu pada Kelurahan Pucangsawit, Kelurahan Jagalan,
Kelurahan Gandekan, Kelurahan Sudiroprajan, Kelurahan Serengan, Kelurahan
Danukusuman, Kelurahan Kedung Lumbu, Kelurahan Serengan, Kelurahan
Sudiroprajan, Kelurahan Banyuanyar, Kelurahan Sumber, Kelurahan Jebres,
Kelurahan Kadipiro.
 Kerawanan tinggi yaitu Kelurahan Jebres, Kelurahan Pucangsawit, Kelurahan
Jagalan, Kelurahan Joyosuran, Kelurahan Pasar Kliwondan Kelurahan Joyotakan
 Kerawanan sangat tinggi yaitu Kelurahan Sewu, Kelurahan Sangkrah, Kelurahan
Semanggi, Kelurahan Pucangsawit, dan Kelurahan Gandekan.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-21


Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-22
2.4.5. Isu Strategis Pembangunan Infrastruktur

Isu strategis pembanguan infrastruktur memberikan gambaran atas permasalahan dan


potensi yang menjadi isu strategis dalam pengembangan dan pembangunan infrastruktur bidang
keciptakaryaan.
A. Pembangunan Permukiman
Menurut UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman,
permukiman didefinisikan sebagai bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih
dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, utilitas umum, serta
mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan perkotaan atau perdesaan.
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan
perkotaan dan kawasan perdesaan. Pengembangan permukiman kawasan perkotaan
terdiri dari pengembangan kawasan permukiman baru dan peningkatan kualitas
permukiman kumuh. Dalam pelaksanaannya, baik pemerintah maupun pemerintah
daerah memiliki tugas dan wewenangnya masing-masing. Salah satu tugas dan
wewenang pemerintah daerah dalam pengembangan permukiman adalah menyusun dan
merencanakan pembangunan serta pengembangan perumahan dan kawasan
permukiman pada tingkat kota. Penyusunan rencana pengembangan tersebut tidak
terlepas dari proses identifikasi potensi masalah serta isu-isu strategis yang menjadi
perhatian utama dari sektor permukiman di daerahnya.

Isu strategis dalam pengembangan kawasan permukiman skala kota di Kota Surakarta
dijelaskan pada Tabel 2.9.

Tabel 2.9. Isu-Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kota Surakarta
No. Isu Strategis Keterangan
1 Keterbatasan
• Tingginya tingkat pemanfaatan lahan di Kota Surakarta
lahan untuk
membuat terbatasnya pengembangan lahan permukiman
pengembangan
untuk menampung jumlah penduduk yang terus
permukiman
meningkat.
• Berdasarkan dari hasil analisis kebutuhan rumah sampai
tahun 2031 di Kota Surakarta adalah sebesar 62.503 unit
dengan luas lahan yang dibutuhkan adalah sebesar 1.082
Ha, sedangkan ketersediaan lahan yang potensial untuk
pengembangan pemanfaatan perumahan dan
permukiman adalah sebesar 101,70 Ha. Dengan
keterbatasan lahan yang dimiliki oleh Kota Surakarta

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-23


No. Isu Strategis Keterangan
untuk pembangunan rumah, sedangkan kebutuhan untuk
pembangunan rumah sangat tinggi, maka dalam
penyediaannya, pembangunannya harus secara vertikal
(RP3KP Kota Surakarta, 2013).
2 Masih banyaknya
• Masih tingginya angka kemiskinan, dan penduduk yang
rumah tidak layak
tinggal pada rumah tidak layak huni.
huni, kawasan
kumuh dan • Kawasan permukiman dengan kepadatan tinggi, dengan
Infrastruktur keterbatasan sarana prasarana pendukung, terutama
permukiman yang pemenuhan kebutuhan sanitasi dan air bersih
masih belum layak
• Adanya program dan kebijakan peningkatan Rumah Tidak
Layak Huni (RTLH) dari Kota Surakarta, Provinsi Jawa
Tengah, Kantor Menpera maupun dari UN Habitat,
menjadikan salah satu potensi dalam menanggulangi
permasalahan permukiman kota
• Rencana pembangunan Kota Surakarta bebas kumuh,
merupakan salah satu prioritas pembangunan
permukiman
3 Adanya kawasan
• Kawasan Keraton Kasunanan
permukiman
bersejarah, dengan • Kawasan Kampung Batik Laweyan
nilai historis tinggi
• Kawasan Keraton Mangkunegaran
yang
mencerminkan • Kawasan Kampung Batik Kauman
karakteristik
• Kawasan Kampung Etnik Arab (Pasar Kliwon)
budaya Jawa
merupakan potensi • Kampung Semanggi
utama yang
membedakan Kota
Surakarta dengan
kota lain
4 Terdapat hunian
• Tumbuhnya kawasan permukiman ilegal (squatter) yang
yang tidak sesuai
cenderung kumuh, terutama di kawasan bantaran sungai,
dengan
rel KA maupun pada tanah milik negara
peruntukkannya

B. Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan


Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan
sebagai bagian dari upaya pengendalian pemanfaatan ruang, terutama untuk
mewujudkan lingkungan binaan di perkotaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung
dan lingkungannya. Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang
baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:
• Kegiatan penataan lingkungan permukiman

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-24


 Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL);
 Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH);
 Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan pemukiman
kumuh dan nelayan;
 Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan pemukiman
tradisional.

• Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung


 Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan
lingkungan;
 Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung;
 Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur;
 Pelatihan teknis

• Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan


 Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan;
 Paket dan Replikasi.

Sementara itu, hal-hal yang menjadi isu strategis dalam penataan bangunan dan
lingkungan di Kota Surakarta diantaranya adalah sebagai berikut:
• Kepadatan penduduk dan bangunan yang ada di Kota Surakarta termasuk dalam
kategori sangat padat, bahkan dibeberapa bagian Kota Surakarta menjadi kurang
tertata dengan baik, sehingga terkesan menjadi kawasan kumuh terutama yang
berdekatan dengan pasar tradisional dan bantaran sungai serta rel kereta api
• Revitalisasi dan pelestarian lingkungan permukiman tradisional dan bangunan
bersejarah berpotensi wisata untuk menunjang tumbuh kembangnya ekonomi lokal
• Peningkatan kualitas lingkungan dalam rangka pemenuhan Standar Pelayanan
Minimal
• Pemenuhan kebutuhan ruang terbuka publik dan ruang terbuka hijau (RTH) di
perkotaan

C. Isu Strategis Sistem Penyediaan Air Minum


Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan
konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-25


sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan
SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/badan usaha milik daerah (BUMD),
koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan
penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum. Penyelenggaraan
SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa
pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi
dalam penyelenggaraan SPAM. Berikut ini adalah isu-isu strategis yang ada di Kota
Surakarta dalam bidang pengembangan SPAM:
• Peningkatan Akses Aman Air Minum
• Pengembangan Pendanaan
• Peningkatan Kapasitas Kelembagaan
• Pengembangan dan Penerapan Peraturan Perundang-undangan
• Pemenuhan Kebutuhan Air Baku untuk Air Minum
• Peningkatan Peran dan Kemitraan Badan Usaha dan Masyarakat
• Penyelenggaraan Pengembangan SPAM yang Sesuai dengan Kaidah Teknis dan
Penerapan Inovasi Teknologi

D. Isu Strategis Penyehatan Lingkungan Permukiman


Air Limbah
Isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman adalah:
• Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah permukiman
• Masih kurangnya peran serta masyarakat dalam mendukung pengelolaan air limbah
di wilayahnya
• Kurang optimalnya kapasitas kelembagaan pengelolaan air limbah karena
terbatasnya kapasitas jumlah SDM. Hal ini dikarenakan pengelolaan air limbah
masih ditangani oleh PDAM yang notabene juga memiliki peran penting dalam
memberikan pelayanan penyediaan air bersih.
• Terbatasnya anggaran pemerintah dalam meningkatkan pengembangan
infrastruktur yang mampu meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat terkait
pengelolaan air limbahnya.
Persampahan
Isu-isu strategis dalam pengelolaan persampahan di Kota Surakarta diantaranya
adalah sebagai berikut:

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-26


• Pertambahan penduduk Kota Surakarta yang semakin hari semakin bertambah
membuat timbulan sampah yang dihasilkan juga semakin bertambah.
• Keterbatasan lahan yang dapat dijadikan sebagai lahan untuk Tempat Pembuangan
Akhir Sampah, sehingga membuat timbulan sampah yang ada di TPA menjadi
sangat banyak.
• Perilaku masyarakat Kota Surakarta yang kurang peduli terhadap kesehatan
lingkungan, hal ini ditunjukkan dengan banyaknya masyarakat yang membuang
sampah di sungai dan saluran air lainnya, sehingga berdampak terhadap kondisi
ekosistem sungai dan menyebabkan penyumbatan sungai.
• Masih terjadinya fungsi ganda lembaga pengelola sampah sebagai regulator
sekaligus operator pengelolaan serta belum memadainya SDM (secara kualitas dan
kuantitas) menjadi masalah dalam pelayanan persampahan.
• Kemampuan pendanaan terutama berkaitan dengan rendahnya alokasi pendanaan
dari pemerintah daerah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas
penanganan pengelolaan sampah. Selain itu adalah rendahnya dana penarikan
retribusi pelayanan sampah sehingga biaya pengelolaan sampah menjadi beban
APBD. Permasalahan pendanaan secara keseluruhan berdampak pada buruknya
kualitas penanganan sampah
• Kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan sampah
dan belum dikembangkan secara sistematis potensi masyarakat dalam melakukan
sebagian sistem pengelolaan sampah, serta rendahnya minat pihak swasta
berinvestasi di bidang persampahan karena belum adanya iklim kondusif membuat
pengelolaan sampah sulit untuk ditingkatkan.
Drainase
Isu-isu strategis dalam pengelolaan Sistem Drainase Perkotaan di Kota Surakarta
antara lain:
• Belum ada ketegasan fungsi saluran drainase. Saluran drainase yang ada masih
menjadi satu dengan saluran pembuangan limbah cair yang berasal dari rumah
tangga, sehingga saluran drainase yang ada menjadi sangat kotor.
• Saluran drainase di Kota Surakarta merupakan sistem drainase yang sudah ada
sejak jaman Belanda atau sebelum kemerdekaan, yang mamanfaatkan beberapa
sungai alam yang ada yaitu Bengawan Solo (sebagai aliran akhir), Kali Anyar, Kali
Sumber, Kali Pepe dan kali Premulung yang semuanya bermuara ke Bengawan

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-27


Solo. Sehingga kondisi sekarang banyak terjadi endapan sedimen di saluran
drainase yang ada.
• Banyaknya bangunan yang berada di sepanjang sisi saluran drainase, sehingga
membuat saluran drainase yang ada menjadi sempit. Kurangnya kesadaran dan
pengetahuan masyarakat dalam pengelolaan saluran drainase terlihat dari masih
banyaknya masyarakat yang membuang sampah ke dalam saluran drainase,
kurang peduli dalam perawatan saluran, maupun penutupan saluran drainase dan
pengalihan fungsi saluran drainase sebagai bangunan.
• Belum optimalnya upaya pengendalian debit puncak.
• Perawatan saluran drainase baik dari pemerintah maupun dari masyarakat saat ini
sangatlah kurang, sehingga banyak saluran drainase yang menjadi sempit dan
dangkal. Hal ini berpotensi menjadi penyebab banjir atau luapan air ketika terjadi
hujan dengan debit yang tinggi.
• Belum optimalnya pengaturan fungsi lahan basah.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kota Surakarta II-28

Anda mungkin juga menyukai