Laporan Praktikum KimanC KOMPLEKSOMETRI
Laporan Praktikum KimanC KOMPLEKSOMETRI
TITRASI KOMPLEKSOMETRI
Rima Nurhasanah
19330501
Kelas C
I. Tujuan Percobaan
Memiliki kemampuan untuk mengerjakan penetapan kadar zat secara titrasi
kompleksometri.
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah
besar ion logam, sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam
larutan yang sedikit asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan
sempurna kompleks logam yang menghasilkan secara spesies seperi CuHY-.
Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi
dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan
tersebut. Titrasi kompleksometri yang berdasarkan pembentukan persenyawaan
kompleks(ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks membentuk
hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks atau yang
menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya
dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks,
sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Persyaratan mendasar
terbentuknya kompleks adalah tingkat kelarutan tinggi, selain titrasi
kompleksometri yang dikenal sebagai kelartometri seperti yang menyambut
penggunaan EDTA. Gugus yang terikat pada ion pusat, disebut ligan (polidentat).
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH= 10 EDTA. Sebagian
besar titrasi kompleksometri mempergunakaan indikator yang juga bertindak
sebagai pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator
metalokromat.
III. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Pipet volume
2. Labu erlenmeyer
3. Seperangkat alat titrasi
4. Gelas kimia
5. Gelas ukur
B. Bahan
1. Larutan baku MgSO4
2. Larutan EDTA
3. NH4Cl
4. Larutan NH4OH pekat
5. Larutan EBT
6. pH meter
7. Larutan sampel cuplikan (air ledeng)
IV. Bagan Kerja
1. Pembakuan larutan EDTA dengan larutan baku MgSO4 0,05 M Pipet 10 mL
larutan baku MgSO4 0,05 M
2. Masukan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL
3. Tambahkan 30 mL akuades, 2 mL buffer pH 10, dan 3 tetes indikator EBT
4. Titrasi dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari merah anggur
menjadi biru.
Pembuatan larutan buffer pH 10
1. Timbang 6,8 g NH4Cl dan larutkan dalam 20 mL air suling
2. Tambahkan 57 mL NH4OH pekat Ukur pH larutan dengan pH meter.
Penentuan kadar Ca2+ dalam larutan sampel cuplikan
1. Pipet 10 mL larutan cuplikan
4. Titrasi dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari merah
anggur menjadi biru.
NO Perlakuan Hasil
1 Pembakuan larutan EDTA Warna lerutan menjadi merah anggur
Diambil 10 mL MgSO4 0,05 N - Warna larutan menjadi biru
Dimasukkan ke dalam erlenmayer - Setelah dititrasi dengan EDTA, larutan
+ 1 mL buffer pH 10 + 10 tetes berubah warna menjadi biru
indikator EBT
Dititrasi dengan EDTA
VI. Perhitungan
a. Perhitungan pembakuan EDTA
Diketahui: V MgSO4 = 10 mL
N MgSO4 = 0,05 M
V EDTA = vol akhir titrasi = 25 mL
N EDTA = 0.04
Kadar MgSO4
N = M . Valensi
N MgSO4 = 0,05 x 2
= 0,1 N
Rumus pengenceran : N1.V1 = N2. V2
(N.V) EDTA = (N.V) MgSO4
N EDTA . Vol akhir titrasi = 0,1 N . 10 mL
N EDTA = 1⁄25 ml N
N EDTA = 0.04 N
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk
menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya
dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks,
juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks
untuk menentukan kadar ataupun konsentrasi dalam suatu sampel. Adapun prinsip
sebagai larutan standar dengan bantuan indikator tertentu.Pada percobaan kali ini
EBT,titrasi dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari merah
pertama timbang 6,8 g NH4Cl dan larutkan dalam 20 mL air suling kemudian
dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi
biru.
1.Kompleks yang terbentuk harus stabil. K stablitas makin besar, maka kompleks
makinstabil.
3.Tidak mempunyai reaksi samping. Bila memiliki dua atau lebih tingkat
keseimbanganreaksi, maka perbedaan antara K stabilnya harus cukup besar.
5.Ada perubahan nyata yang dapat diamati, baik dengan indikator visual maupun
dengan potensiometri.
6.Adanya indikator yang dapat menunjukkan perubahan tersebut, dan bekerja pada
kondisiyang sama dengan reaksi kompleksasi yang terjadi.
Daftar Pustaka
Mulawarman.
Makassar.