Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PRAKTIKUM

TITRASI KOMPLEKSOMETRI

Rima Nurhasanah
19330501
Kelas C

Laboratorium Kimia Analisis


Fakultas Farmasi
ISTN
2020
PENDAHULUAN

I. Tujuan Percobaan
Memiliki kemampuan untuk mengerjakan penetapan kadar zat secara titrasi
kompleksometri.

II. Dasar Teori


Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling
mengkompleks, sehingga dapat membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi
pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan
penerapannya juga banyak tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu penggantian
yang cukup luas tentang kompleks. Sekalipun disini pertama-tama akan ditetapkan
pada titrasi. Salah satu tipe reaksi kimia yang berlaku sebagai dasar penentuan
titrimetrik melibatkan pembentukan (formosi) kompleks atau ion kompleks yang
larut namun sedikit terdisosiasi. Kompleks yang bermaksud disini adalah kompleks
yang dibentuk melalui reaksi ion logam, sebuah katian, dengan sebuah anion atau
molekul netral.
Titrasi kompleksometri berguna untuk menentukan sejumlah besar logam.
Selektivitas dapat dicapai dengan penggunaan yang tepat dari agen (penambah
agar pengompleks lainnya adalah asam lemah dan basa lemah yang kestimbangan,
dan pengaruh pH pada kstimbangan ini. Kami menjelaskan titrasi ion logam
dengan zat pengompleks sangat berguna yaitu EDTA, faktor-faktor yang
mempengaruhi mereka, dan indikator untuk titrasi. Titrasi EDTA pada kalsium
ditambah magnesium umumnya digunakan untuk memerlukan kesadahan air.
Hampir semua lohgam lainnya dapat secara akurat ditentukan oleh titrasi
kompleksometri. Kompleksometri memainkan peran penting dalam banyak kimia
dan biokimia. Banyak kation akan membentuk kompleks dalam larutan dengan
berbagai zat yang memiliki pasangan elektron baik terbagi ( misalnya pada N,O,S
atom dalam molekul ) mampu memuaskan bilang koordinasi pada logam. Ion
logam adalah asam lewis (elektron pasangan akseptor), komplexer adalah basa
lewis (donor pasangan elektron). Jumlah molekul zat pengompleks disebut ligan,
akan tergantung pada jumlah koordinasi logam dan pada jumlah kelompok
pengompleks pada molekul ligan. Asam yang paling banyak digunakan dalam
titrasi adala EDTA

Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah
besar ion logam, sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam
larutan yang sedikit asam, dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan
sempurna kompleks logam yang menghasilkan secara spesies seperi CuHY-.
Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan tersebut maka titrasi
dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam larutan
tersebut. Titrasi kompleksometri yang berdasarkan pembentukan persenyawaan
kompleks(ion kompleks atau garam yang sukar mengion). Kompleksometri
merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks membentuk
hasil berupa kompleks. Reaksi-reaksi pembentukan kompleks atau yang
menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya
dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks,
sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Persyaratan mendasar
terbentuknya kompleks adalah tingkat kelarutan tinggi, selain titrasi
kompleksometri yang dikenal sebagai kelartometri seperti yang menyambut
penggunaan EDTA. Gugus yang terikat pada ion pusat, disebut ligan (polidentat).
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH= 10 EDTA. Sebagian
besar titrasi kompleksometri mempergunakaan indikator yang juga bertindak
sebagai pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut indikator
metalokromat.
III. Alat dan Bahan
A. Alat
1. Pipet volume
2. Labu erlenmeyer
3. Seperangkat alat titrasi
4. Gelas kimia
5. Gelas ukur
B. Bahan
1. Larutan baku MgSO4
2. Larutan EDTA
3. NH4Cl
4. Larutan NH4OH pekat
5. Larutan EBT
6. pH meter
7. Larutan sampel cuplikan (air ledeng)
IV. Bagan Kerja
1. Pembakuan larutan EDTA dengan larutan baku MgSO4 0,05 M Pipet 10 mL
larutan baku MgSO4 0,05 M
2. Masukan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL
3. Tambahkan 30 mL akuades, 2 mL buffer pH 10, dan 3 tetes indikator EBT
4. Titrasi dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari merah anggur
menjadi biru.
Pembuatan larutan buffer pH 10
1. Timbang 6,8 g NH4Cl dan larutkan dalam 20 mL air suling
2. Tambahkan 57 mL NH4OH pekat Ukur pH larutan dengan pH meter.
Penentuan kadar Ca2+ dalam larutan sampel cuplikan
1. Pipet 10 mL larutan cuplikan

2. Masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL

3. Tambahkan 30 mL akuades, 2 mL buffer pH 10, dan 3 tetes indikator EBT

4. Titrasi dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari merah
anggur menjadi biru.

V. Tabel Hasil Pengamatan

NO Perlakuan Hasil
1 Pembakuan larutan EDTA Warna lerutan menjadi merah anggur
Diambil 10 mL MgSO4 0,05 N - Warna larutan menjadi biru
Dimasukkan ke dalam erlenmayer -  Setelah dititrasi dengan EDTA, larutan
+ 1 mL buffer pH 10 + 10 tetes berubah warna menjadi biru
indikator EBT
Dititrasi dengan EDTA

2 Penentuan kadar Ca dalam sampel


10 mL larutan sampel + 1 mL
buffer pH 10 + 10 mL indikator
EBT
Larutan berwarna kuning keruh
- Diambil 10 mL air sampel -Warna larutan tetap kuning keruh
- Dimasukkam kedalam erlenmayer -Warna larutan menjadi bening
- Ditambahkan 1 mL larutan buffer -Warna larutan tetap bening
pH 10 -Warna larutan menjadi merah anggur
- Ditanbahkan 10 ml indikator EBT -Warna larutan menjadi biru
- Dititrasi dengan EDTA -Setelah dititrasi dengan EDTA, arutan
berubah warna menjadi biru

VI. Perhitungan
a. Perhitungan pembakuan EDTA
Diketahui: V MgSO4 = 10 mL
N MgSO4 = 0,05 M
V EDTA = vol akhir titrasi = 25 mL
N EDTA = 0.04

Kadar MgSO4
N = M . Valensi
N MgSO4 = 0,05 x 2
= 0,1 N
Rumus pengenceran : N1.V1 = N2. V2
(N.V) EDTA = (N.V) MgSO4
N EDTA . Vol akhir titrasi = 0,1 N . 10 mL
N EDTA = 1⁄25 ml N
N EDTA = 0.04 N

b. Perhitungan penentuan kadar NaCl sampel dengan metode Mohr


Diketahui: V sampel = 10 mL
kadar sampel = …% b/v?
V EDTA = vol akhir titrasi 2 = 14 mL
N EDTA = 0.04 N

(𝑚𝑔 )⁄(𝐵𝑀 ) Ca2+ x valensi Ca2+ = (N.V) EDTA


mg Ca2+ = ("(M.V) AgNO3" ∙𝐵𝑀 𝐶𝑎2+)/(𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑠𝑖 𝐶𝑎2+)
mg Ca2+ = (0.04 x 14 x 40 /2
% Ca2+ = 11.2 /10 ml × 100%
=112
VII. Pembahasan

Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan

kompleks (ion kompleks atau garam yang sukar mengion), Kompleksometri

merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk

hasil berupa kompleks. Reaksi–reaksi pembentukan kompleks atau yang

menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya
dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks,

sekalipun disini pertama-tama akan diterapkan pada titrasi. Titrasi kompleksometri

juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks

ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan

mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi.

Kompleksometri termasuk salah satu analisis kimia kuantitatif, yang tujuannya

untuk menentukan kadar ataupun konsentrasi dalam suatu sampel. Adapun prinsip

kerjanya yaitu berdasarkan reaksi pembentukan senyawa kompleks dengan EDTA,

sebagai larutan standar dengan bantuan indikator tertentu.Pada percobaan kali ini

alat yang digunkan adalah Pipet volume,Labu erlenmeyer,Seperangkat alat

titras,Gelas kimia,Gelas ukur. Untuk bahan yang digunakan Larutan baku

MgSO4, Larutan EDTA, NH4Cl,L arutan NH4OH pekat,Larutan EBT,pH

meter,Larutan sampel cuplikan (air ledeng ). Cara pembuatan yang pertama

Pembakuan larutan EDTA dengan larutan baku MgSO4 0,05 M Pipet 10 mL

larutan baku MgSO4 0,05 M,Masukan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL

selanjutnya tambahkan 30 mL akuades, 2 mL buffer pH 10, dan 3 tetes indikator

EBT,titrasi dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari merah

anggur menjadi biru. Langkah selanjutnya Pembuatan larutan buffer pH 10

pertama timbang 6,8 g NH4Cl dan larutkan dalam 20 mL air suling kemudian

tambahkan 57 mL NH4OH pekat Ukur pH larutan dengan pH meter. Langkah


berikutnya Penentuan kadar Ca2+ dalam larutan sampel cuplikan Pipet 10 mL

larutan cuplikan kemudian masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 mL,

tambahkan 30 mL akuades, 2 mL buffer pH 10, dan 3 tetes indikator EBT, Titrasi

dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi

biru.

Jelaskan syarat-syarat titrasi kompleksometri

1.Kompleks yang terbentuk harus stabil. K stablitas makin besar, maka kompleks
makinstabil.

2.Reaksi yang terjadi harus kuantitatif, sehingga dapat diukur.

3.Tidak mempunyai reaksi samping. Bila memiliki dua atau lebih tingkat
keseimbanganreaksi, maka perbedaan antara K stabilnya harus cukup besar.

4.Pembentukan kompleks tidak terlalu lama, kompleks yang terbentuk tidak


bolehmengendap.

5.Ada perubahan nyata yang dapat diamati, baik dengan indikator visual maupun
dengan potensiometri.

6.Adanya indikator yang dapat menunjukkan perubahan tersebut, dan bekerja pada
kondisiyang sama dengan reaksi kompleksasi yang terjadi.
Daftar Pustaka

Zelda amini,2017, Praktikum Kompleksometri.Bandar Lampung : Fakultas

keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung

Ita Tri Wahyuni,2012, Kimia Analitik Kompleksometri.Samarinda : Universitas

Mulawarman.

Anonim, 2015, Penuntun Praktikum Kimia Analisisi,Universitas Muslim Indonesia

Makassar.

Anda mungkin juga menyukai