Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI NUTRASETIKAL

“ISOLASI BAKTERI ASAM LAKTAT (BAL) DARI TUAK”


Dosen Pengampu: I Putu Suparthana, S.P, M.Agr.Ph.D.
.

OLEH KELOMPOK 3
I Gede Arie Mahendra Putra 1411105036
Almadea Sela Gracia Ginting 1411105037
Nidya Elvira 1411105038
Ni Made Inten Kusuma Dewi 1411105039
Ferdinandus Otniel Sahilatua 1411105040
Dewa Gede Eka Prayoga 1411105041
Praniti Radya Andana Ilma 1411105042
Putu Eka Ditya Mahendra 1411105043
Aditya Yusril Hidayat 1411105044

PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bakteri Asam Laktat (BAL) merupakan kelompok bakteri yang mampu
mengubah glukosa menjadi asam laktat. Asam laktat dapat menyebabkan saluran
pencernaan menjadi lebih asam dan menekan pertumbuhan bakteri patogen.
Bakteri Asam Laktat dapat menghasilkan enzim Bile Salt Hydrolase yang dapat
menurunkan kadar kolesterol dan enzim lipase. Hal ini dapat menurunkan
trigliserida karena kemampuannya dalam memutuskan asam lemak rantai panjang
menjadi asam lemak rantai sedang dan rantai pendek sehingga mudah diserap
dalam usus.
BAL sering ditemukan pada produk-produk fermentasi susu ataupun non-
susu. BAL dapat tumbuh selama proses fermentasi sebelum kapang atau khamir
yang melanjutkan proses fermentasi. Ketahanan BAL pada lingkungan pH rendah
dan alkohol yang tinggi membuat keberadaan BAL pada produk fermentasi tidak
diragukan lagi keberadaannya. Salah satu produk fermentasi yang mengandung
BAL adalah tuak.
Tuak adah minuman beralkohol yang terbuat dari batang kelapa atau batang
aren yang di ambil airnya kemudian dicampurkan dengan raru. Ada juga tuak
yang tidak dicampur dengan raru atau yang disebut dengan tuak tangkasan, tuak
ini dahulu dipakai untuk upacara adat. Tuak yang sering dikonsumsi oleh
masyarakat adalah tuak yang terbuat dari batang arena tau yang sering disebut
dengan nira. Komponen utama nira adalah air (88,85 %), karbohidrat dalam
bentuk sukrosa (10,02%), protein (0,23%), lemak (0,02%), dan mineral (0,03%)
yaitu kalsium dan fosfor.
Pada praktikum kali ini, kelompok penulis akan mencoba mengisolasi BAL
dari tuak karena pada komponen utama nira terdapat gula dan protein yang
merupakan media tumbuhnya BAL selama proses fermentasi berlangsung. Tuak
yang digunakan adalah jenis tuak Karangasem yang diperoleh dari penjual daerah
jalan Tukad Irawadi, Denpasar.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang diangkat dalam pratikum ini adalah:
1. Bagaiman cara isolasi bakteri asam laktat (BAL) dari tuak?
2. Bagaimana bentuk koloni BAL dari tuak yang diamati dengan mata
telanjang?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah:
1. Mengetahui cara isolasi bakteri asam laktat (BAL) dari tuak.
2. Mengetahui bentuk koloni BAL dari tuak yang diamati dengan mata
telanjang.

1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang didapatkan dalam pratikum ini adalah:
1. Mahasiswa mampu memahami teknik isolasi BAL dari pangan berbahan
dasar non-susu.
2. Mahasiswa mampu mendeteksi jenis koloni BAL yang ada dalam tuak.
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tuak
Tuak adalah suatu jenis cairan yang digaasilkan dari nira kelapa atau jenis
pohon penghasil nira lainnya seperti siwalan, lontar dan aren yang disadap dan
kemudian hasil sadapannya tersebut didiamkan selama beberapa hari. Nira
rasanya manis, tidak berwarna serta berwarna harum jika masih keadaan segar
(Muchtadi dan Sugiyono, 1992). Tuak juga dapat diartikan sebagai minuman yang
terbuat dari beras, nira (cairan manis) atau minuman/buah lain yang mengandung
gula yang difermentasikan. Bahan pokok pembuat tuak yang paling umum adalah
nira yang berasal dari pohon enau atau nipah serta legen yang berasal dari pohon
tala tau siwalan.
Secara umum kandungan alkohol dalam tuak cukup rendah sehingga ketika
diminum sedikit tidak langsung menyebabkan seseorang menjadi mabuk seperti
rum, bir, atau minuman beralkohol tinggi lainnya.
Tuak sudah menjadi kebiasaan bagi bapak-bapak atau para pemuda ketika
berkumpul melepas lelah setelah seharian bekerja. Bahkan dalam berbagai acara
adat seperti pernikahan dan acara pemakaman tuak juga selalu disajikan sebagai
pelengkap upacara adat.

2.2 MRS
Media pertumbuhan bakteri atau media kultur bakteri adalah cairan atau gel
yang didesain untuk mendukung pertumbuhan mikroorganisme dan sel. Terdapat
dua jenis utama media pertumbuhan yaitu media yang digunakan untuk kultur
pertumbuhan sel tumbuhan atau binatang dan jenis yang kedua yaitu
kultur mikrobiologi yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme seperti
bakteri, khamir, dan kapang.
MRS adalah media pertumbuhan bakteri yang dikembangkan oleh Man,
Rogossa, dan Sharpe. Media ini dibuat untuk menunjang pertumbuhan dari bakteri
genus Lactobacillus secara umum, namun media ini dapat pula digunakan untuk
pertumbuhan seluruh bakteri asam laktat lain seperti Streptococcus, Pediococcus,
dan Leuconostoc. Komposisi nutrisi yang dibutuhkan oleh pertumbuhan bakteri
ini dalam suatu media standar MRS agar dipaparkan pada Tabel:
Tabel. Komposisi media MRS Agar

Kandungan ammonium citrate pada pH rendah menunjang


pertumbuhan bakteri Lactobacilli, namun menghambat pertumbuhan banyak
mikroorganisme seperti beberapa tipe Streptococci, jamur, dan pengkolonian
bakteri. Dipotassium phosphate dan sodium acetate merupakan buffer untuk
menjaga pH tetap rendah sementara Tween 80 adalah pelarut zat-zat lain. Mangan
dan magnesium sulfat merupakan sumber dari ion dan sulfat, sedangkan pepton,
daging, dan ragi adalah sumber nutrisi untuk pertumbuhan karena mengandung
nitrogen, vitamin, mineral, dan asam amino. Dextrose adalah karbohidrat
fermentasi yang berfungsi sebagai sumber karbon dan energi. Bahan-bahan
tersebut dicampurkan dengan agar supaya menjadi media padat.

2.3 Bakteri Asam Laktat (BAL)


Bakteri asam laktat (BAL) secara luas digunakan sebagai starter untuk
fermentasi minuman, daging, dan sayuran baik itu untuk dalam pangan ataupun
pangan. BAL merupakan bakteri kelompok gram positif, tidak membentuk spora,
dan dapat membentuk kokus maupun batang, serta memproduksi asam laktat
sebagai produk akhir dalam fermentasi karbohidrat. BAL juga mudah ditemukan
pada permukaan mukosa manusia dan hewan (Salminen, et al., 2004)
Genus Lactobacillus berbentuk batang yang bervariasi dari batang yang
sangat pendek sampai batang yang panjang. Genus bakteri ini juga bersifat
mikroaerofilik, katalase negatif, dan gram positif dan hidup pada lingkungan yang
sangat asam sekalipun, seperti pada pH 4-5 atau dibawahnya (Sandine, 1979).
Genus Pediococcus berbentuk kokus berpasangan atau bergerombol, gram
positif, katalase negatif, dan bersifat mikroaerofilik (Hutkins, 2006). Salah satu
spesies dari Pediococcus adalah Pediococcus acidilactic yang biasanya ditemukan
dalam sayuran difermentasi , produk susu fermentasi dan daging (Barros et al.,
2001).
Genus Leuconostoc bersifat gram positif, selnya berbentuk kokus, tersusun
berpasangan atau berbentuk rantai, tidak bergerak, tidak berspora, katalase
negatif, anaerob fakultatif, bersifat non motil dan mesofil (Hutkins, 2006). Salah
satu spesies dari Leuconostoc adalah Leuconostoc mesenteroides. Leuconostoc
mesenteroides memiliki sifat khusus yaitu mampu hidup pada kadar gula, garam
dan alkohol yang tinggi serta mampu memfermentasi monosakarida dan
disakarida. Leuconostoc mesenteroides biasanya digunakan dalam proses
fermentasi makanan seperti sauerkraut, sosis, yogurt, kecap, dan acar (Hutkins,
2006).
Genus Streptococcus berbentuk kokus yang berpasangan atau berantai
dengan ukuran 0,7 – 0,9 μm, bersifat gram positif, tidak membentuk spora, non
motil, bersifat aerobik maupun anaerobic fakultatif (Hutkins, 2006). Salah satu
spesies dari genus ini adalah Streptococcus thermophilus. Streptococcus
thermophilus merupakan bakteri yang sering digunakan dalam proses pembuatan
yoghurt ataupun keju mozarella (Awad et al., 2005).
Genus Lactococcus bersifat anaerob fakultatif, non-mortil, dan suhu optimal
pertumbuhannya pada suhu 30oC, memiliki bentuk kokus, berpasangan atau rantai
pendek (Hutkins, 2006). Salah satu spesies Lactococcus adalah Lactococcus
lactis.
BAL termasuk mikroba yang aman jika ditambahkan dalam pangan karena
sifatnya tidak toksik dan tidak menghasilkan toksin. BAL sering juga disebut food
grade microorganism atau dikenal sebagai mikroba yang Generally Recognized
As Safe (GRAS) yaitu mikroba yang tidak berisiko terhadap kesehatan, bahkan
beberapa jenis bakteri tersebut berguna bagi kesehatan. BAL bermanfaat untuk
peningkatan kualitas higienitas dan keamanan pangan melalui penghambatan
secara alami terhadap mikroorganisme patogen. BAL dapat berfungsi sebagai
pengawet makanan karena mampu memproduksi asam organik, menurunkan pH
lingkungannya dan mengekskresikan senyawa yang mampu menghambat
mikroorganisme patogen seperti H2O2, diasetil, CO2, asetaldehid, isomer asam
asam-amino, dan bakteriosin (Kusmiati dan Malik, 2002).

2.4 Metode Sebar


Metode spread plate (cawan sebar) adalah suatu teknik di dalam
menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara menuangkan
stok kultur bakteri di atas media agar yang telah memadat. Kelebihan teknik ini
adalah mikroorganisme yang tumbuh dapat tersebar merata pada bagian
permukaan media agar.
Pada metode cawan sebar sebanyak 0,1 mL suspensi bakteri yang telah
diencerkan (disebar pada media penyubur steril yang telah disiapkan.
Selanjutnya, suspensi dalam cawan diratakan dengan batang drugal agar koloni
tumbuh merata pada media dalam cawan tersebut, kemudian diletakkan dalam
inkubator (37oC) selama 1-3 hari (Pradika, 2008).
Metode ini cukup sulit terutama saat meratakan suspensi dengan batang
drugal, untuk menumbuhkan koloni secara merata, biakan justru terkontaminasi.
Oleh karena itu, batang drugal harus benar-benar steril, yaitu dengan
mensemprotkannya terlebih oleh alkohol kemudian dipanaskan dengan api
bunsen. Perlu diingat, batang drugal, yang masih panas akibat pemanasan dengan
api bunsen, dapat merusak media agar, sehingga harus didinginkan terlebih dahulu
dengan meletakkannya di atas api bunsen dengan jarak sekitar 15 cm.
Penggunaan metode spread plate dan pour plate sangat penting jika jumlah
koloni yang tumbuh pada media agar tidak terlalu banyak. Hal ini dikarenakan
apabila pada cawan petri ditumbuhi koloni yang banyak, beberapa sel tidak dalam
bentuk koloni yang tunggal, sehingga dapat menyebabkan perhitungan yang salah.
Jumlah koloni yang sangat sedikit juga tidak diharapkan karena secara statistik
keakuratan hasil perhitungan jumlah koloni ini sangat rendah. Jumlah koloni pada
media agar terdapat koloni antara 30-300 koloni (Asriyah, 2010).
2.5 Perhitungan Bakteri
Perhitungan bakteri adalah suatu cara yang digunakan untuk menghitung
jumlah koloni bakteri yang tumbuh pada suatu media pembiakan. Prinsip dari
perhitungan metode hitungan cawan adalah bila sel mikroba yang masih hidup
ditumbuhkan pada medium, maka mikroba tersebut akan berkembang biak dan
membentuk koloni yang dapat dilihat langsung dan kemudian dapat dihitung
tanpa menggunakan mikroskop. Metode perhitungan cawan didasarkan pada
anggapan bahwa setiap sel yang hidup dapat berkembang menjadi koloni. Jadi
jumlah koloni yang muncul pada cawan adalah indeks bagi jumlah
mikroorganisme yang terkandung dalam sampel. Teknik yang harus dikuasai dari
metode ini adalah mengencerkan sampel dan mencawankan hasil pengenceran
tersebut. Cawan yang dipilih untuk menghitung koloni adalah cawan yang
mengandung antara 30 sampai 300 koloni. Organisme yang terdapat dalam
sampel asal ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni yang terbentuk dengan
faktor pengenceran pada cawan yang bersangkutan.
III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Bahan
 Aquades  Plastik
 MRSB (5,2 g)  Kertas buram
 Agar (1 g)  Alumunium foil
 NaCl (0,85 g)  Tissue
 Kapas

3.2 Alat
 Tabung reaksi  Spatula
 Cawan petri  Botol coklat
 Erlenmeyer  Keranjang
 Baker glass 250 ml  Pipet mikro 1 ml dan 0,1 ml
 Pipet tip  Batang bengkok
 Autoklaf  Bunsen
 Hot plate stirer  Inkubator
 Neraca analitik  Vortex
 Sendok

3.3 Cara kerja


A. Pembuatan Pengencer (Larutan NaCl 0,85%)
 Ditimbang sebanyak 0,85 g NaCl kemudian ditambahkan aquades hingga
100 ml.
 Larutan NaCl dituang ke dalam botol kaca sebanyak 45 ml.
 Larutan NaCl juga dituang ke dalam dua tabung reaksi masing-masing 9
ml.
 Larutan NaCl yang telah dimasukkan ke dalam botol dan tabung reaksi
ditutup dengan kapas dan aluminium foil.
 Botol kaca dan tabung reaksi disterilisasi dengan autoklaf.
NaCl 0,85 g + Akuades hingga
100 ml

Dituang 45 ml ke botol kaca


dan 9 ml ke tabung reaksi

Ditutup rapat botol kaca dan


tabung reaksi

Sterilisasi

Gambar 1. Pembuatan pengencer (Larutan NaCl 0,85%)

B. Pembuatan Media Agar


 Ditimbang 5,2 g MRSB serta 1 g agar, kemudian dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer.
 Dilarutkan dengan aquades sebanyak 100 ml dan diaduk hingga homogen
dengan hot plate stirrer.
 Media cair tersebut ditutup dengan kapas dan aluminium foil dan
disterilisasi dengan autoklaf.
5,2 g MRSB + 1
g Agar dilarutkan
dengan 100 ml
Akuades

Diaduk homogen
dengan hot plate
stirrer.

Sterilisasi

Gambar 2. Pembuatan Media Agar


C. Sterilisasi Alat dan Media
Dilapisi cawan petri dengan kertas dan dilakukan sterilisasi bersamaan
dengan media dan pengencer yang telah dibuat.
D. Pembuatan Media Agar
Media MRSA (MRSB + Agar) yang steril dituang sebanyak 15-20 ml
ke dalam cawan petri steril, ditunggu sampai padat dan media siap digunakan.
E. Pengerjaan dengan Metode Sebar
 Dimasukkan Larutan NaCl sebanyak 45 ml ke dalam botol kemudian
disterilisasi
 Kemudian larutan NaCl yang telah disterilisasi dimasukkan kedalam 2
tabung reaksi (10-2 dan 10-3) masing-masing sebanyak 9 ml kemudian di
sterilisasi
 Sampel (tuak) diiris & dihaluskan menggunakan lumpang kemudian
dtimbang beratnya mencapai 5 ml.
 Sampel (tuak) yang sudah diperkecil ukurannya dan sudah ditimbang
dimasukkan ke dalam Botol yang telah di isi Larutan NaCl. Kemudian
Botol diberikan tanda dengan pengenceran
 Kemudian botol dikocok agar larutan NaCl dan sampel yang telah
dimasukkan tercampur merata. Lalu dipipet 1 ml sampel dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi yang bertanda 10-2, kemudian dikocok
menggunakan vortex, kemudian dipipet lagi 1 ml dari tabung reaksi
bertanda 10-2 dan dimasukkan lagi ke dalam tabung reaksi bertanda 10-3
 Lalu dambil 0,1 ml dari tabung reaksi dengan pipet mikro lalu
dimasukkan kedalam media agar MRS dengan tanda 10-1, 10-2, dan 10-3
yang telah disterilisasi.
 Sampel (tuak) yang ada dicawan petri diratakan dengan batang bangkok
yang telah dipanaskan dengan bunsen
 Cawan petri dibalik lalu dimasukan kedalam inkubator. Diinkubasi
dengan suhu 37ºC selama 48 jam.
Tuak

5 ml Tuak dimasukkan ke botol kaca yang


berisi larutan NaCl, dikocok hingga
homogen (beri tanda 10-1)

Dipipet 1 ml dan dimasukkan ke tabung


reaksi (10-2), dihomogenkan

Dipipet lagi 1 ml dari tabung reaksi (10-2),


dimasukkan ke tabung reaksi (10-3),
dihomogenkan

Diambil 0,1 ml dari tabung reaksi dan


dimasukkan kedalam media agar MRS
dengan tanda 10-1, 10-2, dan 10-3

Diratakan dengan batang bangkok steril

Inkubasi suhu 37ºC selama 48 jam

Gambar 3. Pengerjaan dengan Metode Sebar

F. Perhitungan Mikroba
 Bakteri yang telah ditanam pada media MRSA yang sudah diinkubasi
kemudian dihitung.
 Cawan petri dibagi menjadi 4 bagian, dihitung bakteri yang terdapat pada
cawan petri dengan menggunakan spidol.
 Jika bagian pertama dari cawan petri kira-kira sudah terlalu banyak
bakteri yang telah dihitung, pada bagian pertama dikalikan 4.
 Apabila total bakteri pada 1 cawan petri melebihi 300 koloni, cawan petri
tersebut dinotasikan dan diberi tanda TBUD (Tidak Bisa Untuk Dihitung)
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Isolasi Bakteri Asam Laktat (BAL) dari Tuak
Pengenceran
No Sampel -1 Bentuk koloni
10 10-2 10-3
1. Tuak + + + Bulat (coccus)

4.2 Pembahasan
Praktikum yang dilakukan terkait isolasi Bakteri Asam Laktat (BAL)
pada produk tuak yang didapat di daerah Denpasar, Bali yaitu didapatkan
hasil bahwa tuak yang digunakan sebagai sampel positif mengandung
BAL. Hal tersebut dibuktikan dengan terdapatnya bintik-bintik kuning
pada media pertumbuhan BAL yang berasal dari MRS. MRS merupakan
media selektif yang berfungsi untuk menunjang pertumbuhan dari bakteri
genus Lactobacillus secara umum, namun media ini dapat pula digunakan
untuk pertumbuhan seluruh bakteri asam laktat lain seperti Streptococcus,
Pediococcus, dan Leuconostoc dan mencegah tumbuhnya bakteri patogen.
Mikroorganisme yang tumbuh secara keseluruhan memiliki bentuk koloni
bulat (coccus) yang menunjukkan ciri-ciri tumbuhnya BAL. Pertumbuhan
BAL pada sampel tuak dalam media yang digunakan dapat dilihat pada
lampiran.
Pertumbuhan koloni BAL pada pengenceran 101-103 menunjukkan
pertumbuhan yang maksimal sehingga total koloni yang terhitung
termasuk golongan TBUD (melebihi 300 koloni per cawan). Pemilihan
pengenceran yang rendah dilakukan karena sampel berupa Tuak sudah
mengalami fermentasi sehingga aroma alkohol dapat dirasakan dengan
mudah. Dikhawatirkan dengan adanya alkohol pada tuak dapat membunuh
sebagian besar BAL yang telah membantu proses fermentasi sehingga
akan sulit mendeteksi adanya BAL pada tuak. Hasil pratikum selama
inkubasi dua hari menunjukkan hal yang sebaliknya dimana kandungan
BAL pada tuak masih cukup tinggi sehingga seharusnya perlu dilakukan
pengenceran hingga 106 atau 107 agar mendapatkan total koloni dalam
jumlah pasti. Hal ini dapat terjadi karena tuak yang terfermentasi belum
menghasilkan alkohol secara maksimal atau BAL dapat bertahan dengan
jumlah alkohol sedemikian rupa yang terkandung pada tuak. Perlu
dilakukan uji lanjut melihat dua kemungkinan tersebut.
Tuak merupakan minuman fermentasi yang berasal dari nira kelapa
dan nira aren yang terfermentasi secara spontan. Tuak adalah salah satu
jenis minuman fermentasi yang mengandung berbagai mikroorganisme
alami yang termasuk ke dalam kelompok probiotik. Mikroorganisme
probiotik ini sering digunakan sebagai tambahan alami pada makanan dan
berfungsi dalam meningkatkan sistem imun tubuh tanpa efek samping
(Ashraf dan Shah, 2011).
Penggunaan nira dalam proses pembuatan tuak dikarenakan oleh
kandungan gula yang tinggi. Kandungan gula nira bisa mencapai 15%
dengan pH yang mendekati netral, kandungan gula inilah yang menjadi
sumber karbon utama mikroorganisme tersebut (Xia et al., 2011). Fase
pertama fermentasi spontan yang terjadi pada nira kelapa didominasi oleh
kelompok bakteri Leuconostoc, Lactobacillus, Streptococcus,
Staphylococcus, Bacillus, dan Enterobacter yang beberapa diantaranya
diketahui ialah BAL. Aktivitas BAL dalam fermentasi akan menyebabkan
penurunan pH pada nira. Selain BAL, kerusakan pada nira juga dapat
disebabkan oleh khamir yang melakukan fermentasi alkohol
(Vidanapathirana et al., 1983). Penurunan pH nira yang terjadi dengan
cepat akan mempengaruhi ketersediaan sukrosa di dalam nira. Sukrosa
terdegradasi oleh enzim hidrolase bakteri yang menghidrolisis sukrosa
menjadi asam. Reaksi hidrolisis tersebut dapat terjadi secara spontan
sehingga nira yang terfermentasi berubah menjadi asam (Wang, 2004).
V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari hasil pembahasan praktikum isolasi BAL pada tuak
adalah:
1. Cara isolasi bakteri asam laktat (BAL) dari tuak dengan menumbuhkan
koloni BAL pada media selektif dan masa inkubasi cukup dilakukan 2 hari
dengan tingkat pengenceran di atas 103.
2. Bentuk koloni BAL dari tuak yang diamati dengan mata telanjang adalah
bulat (coccus). BAL yang diperkirakan tumbuh pada tuak adalah
Leuconostoc, Lactobacillus, Streptococcus.
DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 2015. Pengertian Tuak.


http://www.definisimenurutparaahli.com/pengertian-tuak/html. Diakses
pada tanggal 20 Desember 2017
Ashraf, R and Shah, N. P. 2011. Antibiotic Resistance of Probiotic Organisms
and Safety of Probiotic Dairy Product. Journal International of Food. 2(1):
23-50.
Awad, S., A.N. Hasan, F. Halaweish. 2005. Application of Exopolysaccharide
Producing Cultures in Reduced-Fat Cheddar Cheese: Composition and
Proteolysis. Journal of Diary Science 88:4195-4203
Barros R.R., G.S. Carvalho, J.M. Peralta, R.R. Facklam, and L.M. Teixeira. 2001.
Phenotypic and Genotypic Characterization of Pediococcus Strains Isolated
From Human Clinical Sources. Journal Clin Microbiol. April;39(4):1241-
1246
De Man, J.D., Rogosa, M., A. Sharpe, M.E. 1960. A Medium for the Cultivation of
Lactobacilli. J. Appl. Bact., 23; 130-135
Hutkins, R.W. 2006. Microbiology and Technology of Fermented Foods. IFT
Press – Blackwell Publishing. USA.
Salminen. S, A.V. Wright, and A. Ouwehand. 2004. Lactic Acid Bacteria:
Microbiology and Functional Aspect. 3rd Edition. Revised and Expanded.
New York: Marcel Dekker. Inc
Sandine, W.E. 1979. Roles of Lactobacillus in the Intestinal Tract. Journal Food
Protection 42(3):259-62
Vidanapathirana, S., Atputharajah, J., Samarajeewa, U. 1983. Microbiology of
Coconut Sap Fermentation. Vidyoday, Journal of Science. Lett. 11: 1-12.
Xia, Qiuyu, Rui Li, Songlin Zhao, Weljun, C., Hua, C., Minmin, T. 2011.
Composition Changes of Post-harvest Coconut Inflorencense Sap During
Natural Fermentation. Journal of Biotechnology African. 10(66): 12-25
Wang, N. 2004. Enzyme Kinetic of Invertase via Initial Rate Determination.
Departement of Chemical Engineering. University of Maryland.
LAMPIRAN

Gambar 4. Persiapan sampel dan media Gambar 5. Pengenceran sampel pada


media PW

Gambar 6. Penanaman sampel pada Gambar 7. Penyebaran sampel dengan


media MBRSA batang bengkok

Gambar 8. Hasil pengenceran 10-3 Gambar 9. Hasil pengenceran 10-3


Gambar 10. Hasil pengenceran 10-2 Gambar 11. Hasil pengenceran 10-1

Anda mungkin juga menyukai