Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“KEDUDUKAN dan FUNGSI HADIST TERHADAP AL-QUR’AN ”

Makalah Ini Ditulis untuk Memenuhi Tugas pada Mata Kuliah Ulumul Hadist

DOSEN PENGAMPU : MAISAROTIL HUSNA, M. Ag.

DI SUSUN OLEH
Rajabbul Amin (201650)

JURUSAN USHULUDIN, ADAB DAN DA’WAH


PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SULTAN ABDURRAHMAN KEPULAUAN RIAU
1442 H/ 2020 M
2
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmannirrahiim
Assalamu’alaikum Wr.Wb

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt. Karena berkat dan rahmat-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Kedudukan Dan Fungsi Hadist
Terhadap Al-Qur’an. Shalawat serta salam tak terlupakan semoga senantiasa tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Karena beliaulah petunjuk dari jalan kegelapan
menuju jalan keterangan dan juga sebagai penyelamat di dunia dan di akhirat ini yakni Addin
Al Islam.
Penyusunan makalah ini di buat penulis dalam rangka memenuhi salah satu tugas
mata kuliah “Ulumul Hadist” di program studi Komunikasi dan Penyiaran Islam di Jurusan
Ushuludin, Adab dan Dakwah
Sebagai penulis kami masih dalam proses pembelajaran jika pada saat penyajian
makalah ini jika banyak kekurangan dan kesalahan mohon perhatiannya dan harap
dimaklumi. Namun penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi Penulis pada
khususnya pembaca pada umumnya. Sehingga sangat diharapkan kritik dan saran dari
pembaca sekalian sebagai bahan evaluasi penulis.
Demikian, besar harapan penulis agar makalah ini dapat menjadi bacaan menarik bagi
pembaca dan dapat bermanfaat. Terimakasih.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Tanjungpinang, 13 Oktober 2020

Rajabbul Amin

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................2
C. Tujuan............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. Kedudukan Hadist........................................................................................................3
B. Fungsi Hadist Terhadap Al-Qur’an............................................................................5
BAB III PENUTUP..................................................................................................................9
A. Kesimpulan....................................................................................................................9
B. Saran...............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam sebagai agama mempunyai makna bahwa Islam memenuhi tuntutan


kebutuhan manusia di mana saja berada sebagai pedoman hidup baik bagi kehidupan
duniawi maupun bagi kehidupan sesudah mati. Dimensi ajaran Islam memberikan
aturan bagaimana caranya berhubungan dengan Tuhan atau Khaliqnya, serta aturan
bagaimana caranya berhubungan dengan sesama makhluk, termasuk di dalamnya
persoalan hubungan dengan alam sekitar atau lingkungan hidup. Sebagai agama,
Islam tidak saja hanya mengatur hubungan manusia dan Allah SWT, tetapi juga
hubungan manusia dan manusia dan hubungan manusia dan alam sekitarnya. Al-
Qur’an sebagai kitab suci umat Islam adalah wahyu Allah SWT yang berisikan
sejarah, hukum, dan syariat-syariat untuk menuntun dan membimbing umat Islam ke
jalan yang benar, yang pada akhirnya akan memuliakan manusia itu sendiri.

Sebagai sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an, kehadiran Hadist yang


merupakan peninggalan Rasulullah SAW terasa sangat perlu adanya. Banyak aspek
yang dikaji dalam hadist berkenaan dengan kehidupan manusia terhadap Allah SWT,
maupun aspek kehidupan antara manusia sesama manusia dan hubungan antara
manusia dan alam.

Sesuatu yang tentu tidak dapat kita pisahkan antara sumber hukum kedua
Islam hadits dan sumber pertama dalam kehidupan agama Islam yaitu Al-Qur’an.
Dikarenakan pentingnya kedua hal tersebut dalam agama Islam, maka sangatlah
penting juga bagi kita untuk memahami keduanya yang saling berkaitan. Dilihat dari
sudut periwayatannya, jelas antara Hadits dan Al-Qur'an ada perbedaan. Sehingga
mulai dari sinilah timbul berbagai pendapat dalam penilaian kualitas hadits. Sekaligus
sumber sumber dalam kancah ilmiah, atau bahkan dalam kancah-kancah non ilmiah.
Akibatnya bukan kesepakatan yang didapatkan, akan tetapi perpecahan yang terjadi.
Dengan demikian Hadist memiliki peran yang sangat penting dan tinggi bagi umat
Islam sebagai sumber hukum atau penjelasan dari sumber hukum yang ada dalam Al-
Qur’an.

1
Dalam makalah ini penulis akan memaparkan mengenai kedudukan dan fungsi
Hadist terhadap Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah

a. Bagaimana kedudukan hadits terhadap Al-Qur’an?


b. Bagaimana fungsi hadits terhadap Al-Qur’an?
c. Bagaimana hubungan antara Al-Qur’an dan Hadist?

C. Tujuan

a. Untuk mengetahui kedudukan Hadits terhadap Al-Qur’an


b. Untuk mengetahui fungsi Hadist terhadap Al-Qur’an
c. Untuk mengetahui hubungan antara Al-Qur’an dan Hadist

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Kedudukan Hadist

Seluruh umat Islam, telah sepakat bahwa Hadist merupakan salah satu sumber
ajaran Islam. Ia menempati kedudukannya yang sangat penting setelah Al-Qur’an.
Kewajiban mengikuti Hadist bagi umat Islam sama wajibnya mengikuti Al-Qur’an,
hal ini karena Hadist merupakan mubayyin terhadap Al-qur’an. Tanpa memahami dan
menguasai Hadist, siapa pun tidak akan bisa memahami Hadist tanpa memahami Al-
Qur’an. Sebaliknya, siapa pun tidak akan bisa memahami Al-Qur’an tanpa memahami
Hadist karena Al-Qur’an merupakan dasar hukum pertama, yang di dalamnya berisi
garis besar syariat dan Hadist merupakan dasar hukum kedua, yang didalamnya berisi
penjabaran Al-Qur’an. Dengan demikian antara Hadist dan Al-Qur’an memiliki kaitan
yang sangat erat yang satu sama lain tidak bisa dipisah-pisah.1

a. Dalil Al-Qur’an

Berdasarkan hal tersebut, kedudukan Hadist dalam Islam tidak dapat


diragukan karena terdapat pengesahan yang banyak, baik di dalam Al-Qur’an maupun
dalam Hadist Rasulullah SAW. Uraian dibawah ini paparan tentang kedudukan Hadits
sebagai sumber hukum Islam dengan melihat beberapa dalil, baik naqli maupun aqli.

Dalam Q.S An-Nisa Ayat 59, Allah SWT berfirman,


۟ ‫ٰيَٓأَيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءامنُ ٓو ۟ا أَ ِطيع‬
۟ ‫ُوا ٱهَّلل َ َوأَ ِطيع‬
‫ ُر ُّدوهُ إِلَى‬Fَ‫ ْى ٍء ف‬F‫ َز ْعتُ ْم فِى َش‬Fَ‫ُوا ٱل َّرسُو َل َوأُ ۟ولِى ٱأْل َ ْم ِر ِمن ُك ْم ۖ فَإِن تَ ٰن‬ َ
‫ك خَ ْي ٌر َوأَحْ َسنُ تَأْ ِوياًل‬ َ ٰ ْ ‫هَّلل‬ ُ ْ ُ
ِ ‫ُول إِن كنت ْم تؤ ِمنونَ بِٱ ِ َوٱليَوْ ِم ٱلْ َء‬ ُ ُ ‫هَّلل‬
َ ِ‫اخ ِر ۚ ذل‬ ِ ‫ٱ ِ َوٱل َّرس‬

Referensi: https://tafsirweb.com/1591-quran-surat-an-nisa-ayat-59.html

Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya),
dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika
kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih
utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.”

1
Agus Solahudin,Ulumul Hadist,(Bandung: 2008), Hal 73

3
Selain Allah SWT memerintahkan umat Islam agar percaya kepada Rasulullah
SAW, juga meneyerukan agar menaati segala bentuk perundang-undangan dan
peraturan yang dibawanya, baik berupa perintah maupun larangan. Tuntutan taat dan
patuh kepada Rasulullah SAW ini sama halnya tuntutan taat kepada Allah SWT.2
Dari ayat diatas jelaslah bahwa Hadits itu adalah juga wahyu. Bila wahyu
mempunyai kekuatan sebagai dalil hukum, maka hadits pun mempunyai kekuatan
hukum untuk dipatuhi. Kekuatan hadits sebagai sumber hukum ditentukan oleh dua
segi: pertama, dari segi kebenaran materinya dan kedua dari segi kekuatan
penunjukannya terhadap hukum. Dari segi kebenaran materinya kekuatan telah
mengikuti kebenaran pemberitaannya yang terdiri dari tiga tingkat, yaitu: mutawatir,
masyhur, dan ahad indikasi diatas.3
b. Dalil Hadist Rasulullah SAW
Selain berdasarkan ayat-ayat Al-Qur’an tersebut, kedudukan Hadits ini dapat
dilihat melalui Hadits Rasulullah SAW. yang berkenaan dengan keharusan
menjadikan Hadits sebagai pedoman hidup disamping Al-Qur’an sebagai pedoman
utamanya. Rasulullah SAW. bersabda:
‫هللا َو ُس َّن َة َرس ُْولِ ِه‬
ِ ‫اب‬ َ ‫ ِك َت‬: ‫ْن لَنْ َتضِ لُّ ْوا َما َت َمس َّْك ُت ْم ِب ِه َما‬ َ َ‫ت فِ ْي ُك ْم أ‬
ِ ‫مْري‬ ُ ‫َت َر ْك‬
“Rasulullah saw., besabda: “aku tinggalkan dua pusaka, Jika kalian berpegang
kepada keduanya, niscaya tidak akan tersesat yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunah
Rasul-Nya”. (HR. Malik)4
Dalam Hadits lain, Rasulullah SAW. bersabda:

‫فعليكم بسنّتي وسنّتي الخلفاء الرا شدين المهديين تمسكوا بها وعضّوا عليها‬.

..(‫)رواه ابن ماجا‬


“Wajib bagi kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah
khulafaurrasyidiin (khalifah yang mendapat petunjuk), berpegang teguhlah kamu
sekalian dengannya”. (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah ).
Hadist diatas menunjukkan kepada kita bahwa Rasulullah SAW. di beri Al-
Qur’an dan Sunnah, dan mewajibkan kita berpegang teguh pada keduanya,
menunjukkan kepada kita bahwa berpegang teguh kepada Hadist atau menjadikan
Hadist sebagai pegangan dan pedoman hidup itu adalah wajib, sebagaimana wajibnya
berpegang teguh kepada Al-Qur’an.5
2
Munzier Suparta, Ilmu Hadits, (Jakarta: 2002), Hal. 51
3
https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-dan-fungsi-hadits.html
4
Agus Solahudin,Ulumul Hadist,(Bandung: 2008), Hal 76
5
Ibid, Hal 77

4
c. Ijma

Seluruh Umat Islam sepakat untuk mengamalkan Hadist, bahkan hal itu
mereka anggap sejalan dengan memenuhi panggilan Allah SWT dan Rasul-Nya yang
terpercaya. Kaum muslimin menerima hadist seperti menerima Al-Qur’an karena
berdasarkan penegasan dari Allah SWT. Bahwa Hadist merupakan salah satu sumber
ajaran Islam Allah juga memberikan kesaksian bagi Rasulullah SAW. bahwa beliau
hanya mengikuti apa yang diwahyukan.6
B. Fungsi Hadist Terhadap Al-Qur’an

Al-Qur’an dan hadits sebagai pedoman hidup, sumber hukum dan ajaran
dalam Islam, antara satu dengan yang lainnya. Keduanya merupakan satu kesatuan.
Al-Qur’an sebagai sumber pertama dan utama banyak memuat ajaran-ajaran yang
bersifat umum dan global. Di sinilah Hadist menempati funsinya sebagai sumber
ajaran kedua. Hadist menjadi penjelas isi Al-Qur’an.

Allah SWT menurunkan Al-Qur’an bagi umat manusia, agar Al-Qur’an ini
dapat dipahami oleh manusia, maka Rasulullah SAW di perintahkan untuk
menjelaskan kandungan dan cara-cara melaksanakan ajarannya kepada mereka
melalui Hadits-Haditsnya.

Oleh karena itu, fungsi Hadits Rasulullah sebagai penjelas (bayan) Al-Qur’an
itu bermacam-macam. Disini pemakalah akan menjelaskan empat bayan, sebagai
berikut:

1. Bayan At-Tafsir

Yang dimaksud dengan Bayan At-Tafsir adalah bahwa kehadiran Hadits


berfungsi untuk memberikan rincian dan tafsir terhadap ayat-ayat AlQur’an yang
masih bersifat global (mujmal), memberi persyaratan atau batasan (taqyid) ayat-ayat
Al-Qur’an yang bersifat mutlak dan mengkhususkan (takhsish) terhadap ayat-ayat Al-
Qur’an yang masih bersifat umum.7

Mujmal ialah ayat-ayat tentang perintah Allah SWT untuk mengerjakan shalat,
puasa, zakat dan haji. Ayat-ayat Al-Qur’an yang menjelaskan masalah ibadah tersebut

6
Agus Solahudin,Ulumul Hadist,(Bandung: 2008), Hal 77
7
Ibid, Hal 79

5
masih bersifat global atau secara garis besarnya.8 Dari ungkapan yang singkat ini
terkandung makna yang perlu dijelaskan. Hal ini karena belum jelas makna yang
dimaksudkannya kecuali setelah ada penjelasan. Sebagai contoh ayat Al- Baqarah
ayat 43 tentang shalat, namun Al-Qur’an tidak menjelaskan bagaimana tata cara
shalat, tidak menerangkan rukun-rukunnya, dan kapan waktu pelaksanaannya.

Untuk memperjelas ayat tersebut, Nabi saw., memberikan perincian dengan sabdanya:

‫صلّوا كما رأيتموني أصلّي )رواه البخارى‬

“Sholatlah sebagaimana engkau melihat aku sholat” . (HR. Bukhori)

Sebagaimana Hadist tersebut Rasulullah SAW. memberikan contoh tata cara


shalat yang sempurna, bukan hanya itu, beliau melengkapi dengan berbagai kegiatan
yang dapat menambah pahala ibadah shalat.

2. Bayan At-Tasyri’

Kata At-Tasyri’ artinya pembuatan, mewujudkan atau menetapkan hukum.


Yang dimaksud bayan tasyri’ adalah mewujudkan sesuatu hukum atau ajaran-ajran
yang tidak didapati di dalam Al-Qur’an, atau dalam Al-Qur’an hanya terdapat pokok-
pokoknya saja.9 Banyak Hadits Nabi saw., termasuk kedalam kelompok ini,
diantaranya tentang zakat fitrah:

‫ فرض زكاة الفطر من رمضان على النّاس صاعا من تمر اوصاعا من شعير‬: ‫إن رسول هللا صلى هللا عليه وسلّم‬
ّ
‫على ك ّل ح ّر اوعبد ذ كر اوأنثى من المسلمين‬

“Bahwasannya Rasulullah SAW. telah mewajibkan zakat fitrah pada bulan


Ramadhan satu sukat (sha’) kuram atau gandum untuk setiap orang, baik merdeka
atau hamba, laki-laki atau perempuan. (H.R Muslim).

3. Bayan At-Taqrir

Bayan At-Taqrir seing disebut juga bayan At-Ta’kid. Maksud dari Hadist
sebagai bayan At-Taqri adalah Hadits berfungsi menetapkan atau menegaskan hukum
8
Ibid,
9
Sohari Sahrani, Ulumul Hadits, (Bogor: 2010), hlm. 42

6
yang terdapat di dalam Al-Quran. Hal ini menunjukkan bahwa masalah-masalah yang
terdapat dalam Al-Quran dan Hadist sangat penting untuk diimani dan dijalankan oleh
setiap muslim. Dalam hal ini hadist berfungsi untuk memperkokh isi kandungan
Al-Qur’an.

Di antara masalah-masalah yang ada dalam Al-Quran dan disampaikan pula


oleh Rasulullah SAW. salah satu contoh di dalam Hadits adalah tentang ketentuan
awal puasa Ramadhan, di antaranya terdapat dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat
185;

“Barang siapa yang menyaksikan bulan maka berpuasalah.”(QS.Al-Baqarah: 185).

Hal ini ditegaskan dalam Hadits:

)‫ (رواه مسلم‬. َ‫إن أُ ْع ِم َي َعلَ ْي ُك ْم فَ ُع ُّدوْ ا ثَاَل ثِ ْين‬


ْ َ‫إ َذا َرأيتُ ُموهُ فَصُو ُموا َوإ َذا َرأيتُ ُموهُ فَأ ْف ِطرُوا ف‬

“Jika kalian melihatnya (bulan) maka berpuasalah, dan jika kalian melihatnya
(bulan) maka berbukalah (hari Raya Fitri), namun jika bulan tertutup mendung
yang menyulitkan kalian untuk melihatnya, maka sempurnakanlah sampai 30
hari.”(HR. Muslim)

Dengan kata lain, Hadis dalam hal ini hanya mengungkapkan kembali
apa yang telah dimuat dan terdapat dalam Al-Qur’an, tanpa menambah atau
menjelaskan apa yang termuat di dalam ayat-ayat tersebut.

4. Bayan An-Nasakh

Secara etimologi, nasakh mempunyai beberapa arti, di antaranya; al-


Ijalah (menghilangkan), al-Ibthal (membatalkan), at-tahwil (memindahkan),
atau at-tagyir (mengubah). Para ulama mendefinisikan Bayan An-Nasakh
berarti ketentuan yang datang kemudian dapat menghapuskan ketentuan
terlebih dahulu, sebab ketentuan yang baru dianggap lebih cocok dengan
lingkungannya dan lebih luas.10

10
Agus Solahudin,Ulumul Hadist,(Bandung: 2008), Hal 84-85

7
Terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama mengenai boleh
tidaknya hadis menasakh Al-Qur’an. Ulama yang membolehkan pun juga
berbeda pendapat wacana kategori hadis yang boleh menasakh Al-Qur’an.

Salah satu contoh yang biasa diajukan oleh para ulama adalah sabda
rasulullah SAW

Para ulama mengemukakan pola hadis Nabi Saw:

‫ث‬ ِ ‫صيَّةَ لِ َو‬


ٍ ‫ار‬ ِ ‫فَاَل َو‬

“Maka tidak ada wasiat bagi hebat waris.” (HR. Abu Dawud).

Hadis tersebut me-nasakh ketentuan dalam QS. Al-Baqarah :180:

َ‫ُوف ۖ َحقًّا َعلَى ْٱل ُمتَّقِين‬


ِ ‫صيَّةُ لِ ْل ٰ َولِ َدي ِْن َوٱأْل َ ْق َربِينَ بِ ْٱل َم ْعر‬
ِ ‫ت إِن تَرَكَ خَ ْيرًا ْٱل َو‬
ُ ْ‫ض َر أَ َح َد ُك ُم ْٱل َمو‬
َ ‫ب َعلَ ْي ُك ْم إِ َذا َح‬
َ ِ‫ُكت‬

“Diwajibkan atas kamu, apabila simpulan hidup hendak menjemput seseorang


di antara kamu, kalau ia meninggalkan harta, berwasiat untuk kedua orang bau
tanah dan karib kerabat dengan cara yang baik, (sebagai) kewajiban bagi
orang-orang yang bertakwa.” (QS. AlBaqarah : 180)

Menurut para ulama yang mendapatkan adanya nasakh hadis terhadap


Al- Qur’an, hadis di atas menasakh kewajiban berwasiat kepada hebat waris,
yang dalam ayat di atas dinyatakan wajib. Dengan demikian, seseorang yang
akan meninggal dunia tidak wajib berwasiat untuk menawarkan harta kepada
hebat warisnya, alasannya ialah hebat waris itu akan mendapatkan bab harta
warisan dari yang meninggal tersebut.

8
9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Kedudukan Hadits sebagai sumber hukum Islam sesudah Al-Qur’an adalah


sebab kedudukannya sebagai penguat dan penjelas, namun Hadits juga dalam
menetapkan hukum berdiri sendiri, sebab kadang-kadang membawa hukum yang
tidak disebutkan Al-Qur’an.

Al-Qur’an itu menjadi sumber hukum yang pertama dan Al-Hadits menjadi
asas perundang-undangan setelah Al-Qur’an. Al-Qur’an dan Hadits merupakan
sumber pokok ajaran Islam dan merupakan rujukan umat Islam dalam memahami
syariat.

Fungsi Hadits terhadap Al Qur’an adalah berfungsi untuk memperkokoh isi


kandungan al-Qur’an, untuk memberikan rincian dan tafsiran global (mujmal),
memberikan persyaratan/batasan (taqyid) ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat mutlak,
dan mengkhususkan (takhsis) terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang masih bersifat
umum. Dalam hubungannya dengan Al-Qur’an, As-Sunnah memiliki beberapa fungsi
seperti; bayan tafsir yang menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan
musytarak; Bayan Taqrir, berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat pernyataan
Al-Qur’an, dan; Bayan tasyri’ untuk mewujudkan sesuatu hukum atau ajaran-ajran
yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat Al-Qur’an, Bayan Naskh berarti
ketentuan yang datang kemudian dapat menghapuskan ketentuan terlebih dahulu,
sebab ketentuan yang baru dianggap lebih cocok dengan lingkungannya dan lebih luas
B. Saran
Sebagai umat islam yang taat dan patuh terhadap perintah Allah SWT
sebaiknya kita menaati apa yang dikerjakan oleh Rasulullah SAW dan menjauhi apa
yang dijauhi oleh Rasulullah SAW. Kita berpedoman pada Al-Qur’an tidaklah cukup
karena dalam Al-Qur’an sendiri sebagian besar berupa dasar-dasar syariat. maka dari

10
itu, perlu penjelas berupa Hadist supaya kita lebih memahami kandungan yang
terdapat dalam Al-Qur’an.

DAFTAR PUSTAKA

Munzier, S. (2002). Ilmu Hadits, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sahrani, Sohari. (2010).  Ulumul Hadits. Bogor: Ghalia Indonesia

Solahudin, A., & Suyadi, A. (2009). Ulumul Hadis. Bandung: CV. Pustaka Setia Maktabah
Al-Ma’arif, Riyadh.
https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-dan-fungsi-hadits.html
Referensi: https://tafsirweb.com/1591-quran-surat-an-nisa-ayat-59.html

11

Anda mungkin juga menyukai