Anda di halaman 1dari 14

Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software

http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Alasan Menjadi Autis


Jum'at, 04/05/2007

YANG saya ketahui, autis adalah suatu penyakit mental.Saya sering berkata bahwa autis saya
kumat. Namun, saya tidak bermaksud untuk menghina mereka yang menderita penyakit
tersebut. Karena bagi saya pribadi, autis adalah salah satu bentuk refleksi diri, yaitu ketika saya
sedang menyendiri dan tidak ingin diganggu dengan aktivitas dan opini orang lain.

Orang lain di sini, antara lain orang-orang di lingkungan yang saya kenal (rekan-rekan) atau
orang-orang yang tidak dikenal. Saat sendiri ini adalah waktu yang paling pribadi bagi saya
ketika berkencan dengan diri saya sendiri. Mungkin terdengar aneh. Namun, saya yakin setiap
dari kita membutuhkan waktu bagi dirinya sendiri tanpa gangguan siapa pun. Mengapa siapa
pun? Sebab, orang-orang di sekitar kita terkadang memiliki kecenderungan untuk
memengaruhi.

Bahkan, kalaupun tidak sampai ekstrem untuk mengompori, hanya dengan berkomentar pun
sudah cukup mengusik diri. Mengusik diri di saat autis kita sedang kambuh. Dalam buku
Menulis Artikel itu Gampang, karangan Nurudin, ada sebuah contoh artikel tentang autisme
yang diambil dari harian Republika, 8 September 1999. Penulisnya adalah Nurudin, seorang
staf pengajar Fisip di Universitas Muhammadiyah Malang. Artikel tersebut berjudul ”Ancaman
Orang-Orang Autistis”.

Paragraf yang saya kutip adalah sebagai berikut: ”Autisme berasal dari bahasa Yunani, autos,
artinya ‘diri sendiri’. Dengan kata lain, dia merupakan suatu keadaan atau pendirian/sikap hidup
orang yang terserap oleh gagasan, pemikiran, pendirian, kehendak, dan gaya hidupnya sendiri,
sampai tidak mementingkan sesama, masyarakat, dan keadaan sekitarnya (Mangunharjana,
1997).”

Penggalan paragraf yang saya kutip adalah definisi autis ditinjau dari ilmu filsafat.Adapun
autistis dalam artikel itu dipakai untuk menyebut orang yang mempunyai sikap/pendirian,
tingkah laku autisme. Saya sendiri adalah salah seorang penderita autis dalam definisi ilmu
filsafat (autis dalam arti ‘semau gue’). Karena itu, saya akan mengutip kembali artikel Nurudin
yang menerangkan nilai positif dari autisme.

”Pertama, autisme bisa menunjukkan yang bermental massal, asal selamat, rubuh-rubuh
gedang (ikut-ikutan), dan kehidupan yang sangat ’tergantung’. Kedua,autisme bisa menjadi
simbol perlawanan untuk kekuasaan yang absolut dan tanpa kontrol secara efektif.Di tengah
kekuasaan yang otoriter, dia muncul sebagai seorang pahlawan yang selalu dinantikan
kehadirannya.” Tidak ada yang salah dengan menjadi berbeda dari orang lain.Tidak juga salah
dengan menjadi seorang autistis. Tidak massal,bukan barang kodian.

Namun, tentunya tetap harus menghargai norma yang ada dan tanpa perlu memaksakan
kehendak. Saya bukan bermaksud menjadi pahlawan yang muncul mendadak. Saya cuma
menginginkan satu hal, kebebasan. Ketika sedang sendiri,saat autis saya kambuh, saya bisa
bebas menentukan 5W dan 1H terhadap diri saya sendiri tanpa direcoki dengan pendapat-
pendapat orang lain.Rumus 5W ini terdiri dari What (Apa),Who (Siapa) When (Kapan), Why
(Mengapa), Which (Yang mana),dan 1H berupa How (Bagaimana). Sebab, saya yakin bahwa
tidak ada orang yang mengenal diri saya sebaik diri saya sendiri.

Herlinda Putri
Kimia UNPAD
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Setan Autis
Januari 17, 2006

Penelitian terhadap penderita autis menunjukkan bahwa penderita autis memiliki kadar
logam-berat yg sangat tinggi. Kadarnya lebih tinggi dari pada ambang yg dapat diterima
oleh orang dewasa. Bayangkan! Logam-berat ini ada dalam tubuh seorang anak kecil yg
baru berkembang & baru belajar hidup.

Logam-berat yg paling banyak mencuatkan kasus autis adalah mercury (air raksa) yg
banyak terkandung dalam vaksin campuran. Fungsi dari mercury ini adalah untuk
mengabungkan beberapa serum vaksin dalam 1 kemasan praktis. Produsen vaksin
mengklaim kalau kadar mercury dalam vaksin masih di bawah ambang. Walau pun
begitu respons tubuh bayi terhadap logam-berat dapat berbeda 1 dgn yg lain. Semakin
banyaknya penderita autis membuktikan bahwa masuknya logam-berat dalam tubuh
manusia walau sekecil apa pun seharusnya tdk dapat diterima/ditolerir.

Logam-berat selain mercury adalah timbal (Pb). Sayangnya timbal sangat banyak tersedia
di alam. Untungnya timbal ini secara alami (normalnya) jarang masuk ke dalam tubuh
manusia karena terdapat di permukaan tanah. Ironisnya bahan bakar bensin menggunakan
timbal untuk memperbaiki nilai oktan sehingga timbal terbuang ke udara bersamaan
dengan gas buang hasil pembakaran mesin. Timbal yg terbuang di udara inilah yg
kemudian terhirup & masuk tubuh manusia lewat saluran pernafasan.

Logam-berat dalam tubuh manusia tidak dapat diolah oleh tubuh atau disekresi hati &
akan terakumulasi (terkumpul) terus dlm tubuh. Efeknya bisa membuat kerja &
perkembangan otak terganggu, bahkan otak dapat mengkerut & rusak (ingat tragedi
minamata di Jepang). Selain itu juga dapat merusak saluran & organ pernafasan. Jika
logam-berat masuk lewat makanan, maka organ pernafasan juga akan terganggu & rusak.

Penelitian terhadap para narapidana di US menyebutkan bahwa hampir semua narapidana


memiliki kandungan logam-berat di atas ambang normal dalam tubuhnya. Dan
narapidana dengan kasus kriminal yg berat memiliki kandungan yg jauh lebih tinggi dari
pada narapidana dengan kasus ringan.

Tidak berlebihan jika aku menyebutkan bahwa ada setan dalam tubuh kita & setan itu
bernama logam berat. Sayangnya anak autis memiliki setan yg lebih banyak dalam
tubuhnya. Dan mereka tidak berdaya & tidak mampu mengusirnya (mengeluarkan logam
berat) sendiri. Kita harus menolong mereka. Cara pertama adalah: berdoa kepada Tuhan.

Anak Autis
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Januari 17, 2006

Memiliki anak yg menderita autis memang berat. Anak penderita autis seperti seorang yg
kerasukan setan. Selain tidak mampu bersosialisasi, penderita tidak dapat mengendalikan
emosinya. Kadang tertawa terbahak, kadang marah tak terkendali. Dia sendiri tdk mampu
mengendalikan dirinya sendiri & memiliki gerakan2 aneh yg selalu diulang2. Selain itu
dia punya ritual sendiri yg harus dilakukannya pada saat2 atau kondisi tertentu.

Penelitian yg intensive di dunia medis pun dilakukan oleh para ahli. Dimulai dari
hipotesis sederhana sampai ke penelitian klinis lanjutan. Dan setelah banyak membaca &
mengamati, saya sebagai orang awam yg sederhana ini dapat menarik kesimpulan
sementara, yaitu:

1. Autis bukan karena keluarga (terutama ibu yg paling sering dituduh) yg tdk dapat
mendidik penderita. Anak autis tidak memiliki minat bersosialisasi, dia seolah
hidup didunianya sendiri. Dia tidak peduli dgn orang lain. Orang lain (biasanya
ibunya) yg dekat dengannya hanya dianggap sebagai penyedia kebutuhan
hidupnya. (Baca: Teory of Mind, yg ditulis oleh seorang autis).
2. Jarang sekali anak autis yg benar2 diakibatkan oleh faktor genetis. Alergi
memang bisa saja diturunkan, tapi alergi turunan tidak berkembang menjadi
autoimun seperti pada penderita autis.
3. Terjadi kegagalan pertumbuhan otak yg diakibatkan oleh keracunan logam berat
seperti mercury yg banyak terdapat dalam vaksin imunisasi atau pada makanan yg
dikonsumsi ibu yg sedang hamil, misalnya ikan dengan kandungan logam berat
yg tinggi.
4. Terjadi kegagalan pertumbuhan otak karena nutrisi yg diperlukan dalam
pertumbuhan otak tidak dapat diserap oleh tubuh, ini terjadi karena adanya jamur
dalam lambungnya.
5. Terjadi autoimun pada tubuh penderita yg merugikan perkembangan tubuhnya
sendiri karena zat2 yg bermanfaat justru dihancurkan oleh tubuhnya sendiri. Imun
adalah kekebalan tubuh terhadap virus/bakteri pembawa penyakit. Sedangkan
autoimun adalah kekebalan yg dikembangkan oleh tubuh penderita sendiri yg
justru kebal terhadap zat2 penting dalam tubuh & menghancurkannya.
6. Akhirnya tubuh penderita menjadi alergi terhadap banyak zat yg sebenarnya
sangat diperlukan dalam perkembangan tubuhnya. Dan penderita harus diet ekstra
ketat dengan pola makan yg dirotasi setiap minggu. Soalnya jika terlalu sering &
lama makan sesuatu bisa menjadikan penderita alergi terhadap sesuatu itu.
7. Autis memiliki spektrum yg lebar. Dari yg autis ringan sampai yg terberat.
Termasuk di dalamnya adalah hyper-active, attention disorder, dll.
8. Kebanyakan anak autis adalah laki-laki karena tidak adanya hormon estrogen yg
dapat menetralisir autismenya. Sedang hormon testoteronnya justru memperparah
keadaannya. Sedikit sekali penderitanya perempuan karena memiliki hormon
estrogen yg dapat memperbaikinya.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Memang berat & sangat sulit menangani anak penderita autis yg seperti kerasukan setan
ini. Perlu beberapa hal yg perlu diketahui, dipahami & dilakukan, yaitu:

1. Anak autis tidak gila & tidak kerasukan setan. Penanganan harus dilakukan secara
medis & teratur.
2. Penderita autis sebagian dapat sembuh dengan beberapa kondisi, yaitu: ditangani
& terapi sejak dini; masih dalam spektrum ringan; mengeluarkan racun atau
logam berat dalam tubuh penderita (detoxinasi).
3. Perlu pemahaman & pengetahuan tentang autis & ditunjang oleh kesabaran &
rasa kasih sayang dalam keluarga penderita. Terutama bagi suami-istri karena
banyak kasus anak autis menjadi penyebab hancurnya rumah tangga.
4. Dewasa ini penelitian yg berkesinambungan telah mencapai perkembangan yg
luar biasa. Semakin besar harapan sembuh bagi penderita.
5. Terapi harus dilakukan terus menerus tidak terputus walau pun tingkat
perkembangan perbaikan kondisi penderita dirasa tidak ada.
6. Diet harus terus dilakukan secara ketat, terus-menerus & sangat disiplin.
Perbaikan kondisi penderita karena diet berlangsung sangat lambat, tetapi
pelanggaran diet dapat menghancurkan semuanya dalam waktu yg sangat cepat.

Siapa yg tidak ingin anak autisnya dapat hidup mandiri, dapat berkarya & berprestasi
baik serta dapat diterima di masyarakat? Kunci terpenting adalah dengan terus berdoa
kepada Tuhan agar anak dapat diberi kesembuhan & keluarga diberi kemampuan,
kekuatan, kesabaran serta ketabahan dalam membesarkan & mendampingi si anak
penderita autis. Juga agar diberi jalan terbaik dalam kehidupan ini agar dapat membantu
& mendukung proses perbaikan perkembangan penderita.

Mohon turut mendoaka. Semoga Axel dapat segera membaik & sembuh. Amin.

Entry Filed under: Autis, Keluarga, Kesehatan. .

JENIS AUTIS

Referensi baku yang dipakai untuk menjelaskan jenis autisme adalah standar Amerika DSM revisi keempat
(Diagnostic and Statistical Manual) yang memuat kriteria yang harus dipenuhi dalam melakukan diagnosa
autisme. Diagnosa ini hanya dapat dilakukan oleh tim dokter / praktisi ahli bersadarkan pengamatan
seksama terhadap perilaku anak autisme dan disertai konsultasi dengan orang tua anak.

Pada kenyataanya, sangat sulit untuk membagi kategory / jenis autisme mengingat tidak ada / jarang
ditemukan antara satu dan lain penyandang autisme yang mempunyai gejala yang sama. Setiap
penyandang autisme mempunyai ke-'khas'-annya sendiri sendiri. Dengan kata lain ada 1001 jenis atau
mungkin satu juta satu jenis autisme di dunia ini yang tidak dapat diperinci satu persatu. Istilah yang lazim
dipakai saat ini oleh para ahli adalah 'kelainan spektrum autisme' atau ASD (Autism Spectrum Disorder).
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Anak yang telah didiagnosa dan masuk dalam kategori PDD mempunyai persamaan dalam hal kekurang
mampuan bersosialisasi dan berkomunikasi akan tetapi tingkat kelainan-nya (spektrum-nya) berbeda satu
dengan lainnya.

Seperti dikatakan oleh Ibu Dra Dyah Puspita (psikolog) quote - karena begitu banyaknya jenis / ciri
penyandang autisme, sehingga lebih berupa rangkaian dari kelabu muda sekali hingga kelabu tua sekali...
(banyak nuansa-nya) . Penggunaan istilah autisme berat/parah dan autisme ringan dapat menyesatkan
karena jika dikatakan berat/parah orang tua dapat merasa frustasi dan berhenti berusaha karena merasa
tidak ada gunanya lagi. Sebaliknya jika dikatakan ringan/tidak parah maka orang tua merasa senang dan
juga dapat berhenti berusaha karena merasa anaknya akan sembuh sendiri. Pada kenyataannya, baik
ringan ataupun berat, tanpa penanganan terpadu dan intensif, penyandang autisme sulit mandiri - unquote.

Agar dapat membantu melihat beberapa kelompok besar spektrum autisme yang ada, dapat dilihat dari
kategori utama dibawah ini:

Kelainan Autis

Ketidakmampuan dalam bersosialisasi dan berkomunikasi. Sampai dengan umur 3 tahun mempunyai daya
imajinasi yang tinggi dalam bermain dan mempunyai perilaku, minat dan aktifitas yang unik (aneh).

Dikategorikan sebagai ketidak mampuan dalam bersosialisasi dan mempunyai minat dan aktifitas yang
terbatas tanpa adanya keterlambatan dalam kemampuan berbicara. Kecerdasannya berada pada tingkat
normal atau diatas normal.

PDD-NOS (Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified)

Atau biasa disebut Autis yang tidak umum dimana diagnosis PDD-NOS dapat dilakukan jika anak tidak
memenuhi kriteria diagnosis yang ada (DSM-IV) akan tetapi terdapat ketidakmampuan pada beberapa
perilakunya.

Kelainan Rett

Ketidakmampuan yang semakin hari semakin parah (progresif). Sampai saat ini diketahui hanya menimpa
anak perempuan. Pertumbuhan normal lalu diikuti dengan kehilangan keahlian yang sebelumnya telah
dikuasai dengan baik- khususnya kehilangan kemampuan menggunakan tangan yang kemudian berganti
menjadi pergerakan tangan yang berulang ulang dimulai pada umur 1 hingga 4 tahun.

Kelainan Disintegrasi Masa Kanak-kanak

Pertumbuhan yang normal pada usia 1 sampai 2 tahun kemudian kehilangan kemampuan yang sebelumnya
telah dikuasai dengan baik.

Kutipan dari tulisan Dr. Hardiono D. Pusponegoro SpA(K)

"Klasifikasi autisme ditentukan berdasarkan kesepakatan para dokter dan dituangkan dalam Diagnostic and
Statistical Manual IV (DSM-IV) atau International Classification of Diseases 9 dan 10 (ICD-9 dan ICD-10).
Dalam klasifikasi tersebut, diagnosis autisme harus memenuhi syarat tertentu. Bila tidak memenuhi semua
kriteria diagnosis, digolongkan dalam PDD-NOS (Pervasive Developmental Disorders not otherwise
specified). Akhir-akhir ini, banyak ditemukan kasus-kasus yang masih sangat kecil dengan gejala yang tidak
khas. Khusus untuk kasus-kasus ini, kriteria DSM-IV atau ICD-9-10 sulit diterapkan. Beberapa peneliti
mencoba membuat klasifikasi khusus untuk anak yang masih kecil dengan fokus pada tahapan
perkembangan anak, disebut sebagai Diagnostic Classification: 0-3 (DC 0-3). Walaupun klasifikasi ini belum
diterima secara menyeluruh, ada baiknya kita mempelajarinya. Dalam DC 0-3, ada beberapa klasifikasi
untuk anak-anak yang menunjukkan gejala mirip sekali dengan autisme misalnya Regulatory Disorder dan
Disorders of Relating and Communicating dengan MSDD (Multisystem Developmental Disorder) sebagai
salah satu contoh. Sebagian anak ini akan berkembang menjadi autisme, namun banyak di antaranya yang
sangat responsif terhadap terapi dan berkembang menjadi anak yang normal. "

Pertanyaan seputar MSDD (Multisystem Developmental Disorder)


Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Dalam klasifikasi DSM IV tidak ada istilah MSDD. Hanya Gangguan Autistik
untuk yang memenuhi kriteria dan PDD NOS (Pervasive Developmental Disorders Not Otherwise Specified)
untuk yang tidak memenuhi kriteria.

Klasifikasi yang menyebut tentang MSDD dibuat oleh sekelompok peneliti yang
disebut sebagai klasifikasi 0-3 (Diagnostic Classification:0-3).

DC:0-3 berpendapat bahwa ada kasus-kasus dimana gangguan interaksi dan


komunikasi terjadi sekunder terhadap kesulitan pemrosesan input sensoris,
sehingga kasus-kasus ini lebih fleksibel dan memberi respons yang baik
terhadap intervensi dini. Gangguan prosesing menyebabkan gangguan
komprehensi/ pengertian, dan kesanggupan melakukan ekspresi atau aksi.
Istilah MSDD menggambarkan bahwa anak mengalami gangguan sensoris multipel
dan interaksi sensori-motor.

MSDD ditandai oleh berbagai gejala:

• Gangguan bermakna, tetapi tidak lengkap dalam kesanggupan untuk


melakukan dan mempertahankan hubungan emosional dan sosial dengan pengasuh.
• Gangguan bermakna dalam melakukan, mempertahankan atau mengembangkan
komunikasi.
• Gangguan bermakna dalam auditory processing.
• Gangguan bermakna dalam prosesing berbagai sensasi lain atau perencanaan gerakan.

Ada 3 pola MSDD:

Pola A: Anak tidak mempunyai tujuan dan tidak mengadakan hubungan untuk
sebagian besar waktunya. Mereka menunjukkan kesulitan yang menonjol dalam
perencanaan gerak, sehingga tidak memperlihatkan suatu mimik yang sederhana
sekalipun.

Pola B: Anak-anak ini memperlihatkan pola hubungan yang intermiten. Mereka


dapat menunjukkan mimik yang sesuai sekali-sekali.

Pola C: Anak-anak ini memperlihatkan hubungan yang lebih konsisten.

Jadi bila berpegang pada DSM-IV hanya ada Gangguan Autistik dan PDD-NOS,
Kalau berpegang pada DC:0-3 ada MSDD dengan 3 pola, pola A paling berat, B
lebih ringan, C paling ringan.

Kesimpulannya, gangguan autistik dan PDD-NOS merupakan gangguan primer


sedangkan MSDD merupakan gangguan sekunder. Gangguan sekunder tentunya lebih
mudah diatasi.

Mengapa pusing benar dengan diagnosis atau label? Yg penting adalah


menentukan gangguan yang ada dan berusaha mengatasi gangguan tersebut.

Artikel KlinikNet

Sekilas tentang Autisme


Autisme atau sering kali disebut juga sebagai kelainan autis adalah kelainan yang terjadi pada
jaringan otak. Anak-anak penderita kelainan ini biasanya menunjukkan perilaku "tak peduli" pada
lingkungan dan orang-orang di sekitarnya.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Selain itu, gejala yang muncul adalah tidak berkembangnya kemampuan berbahasa untuk
berkomunikasi. Ini juga bisa tampak pada respons aneh penderita terhadap stimuli dari
lingkungannya, misalnya berteriak tanpa sebab atau sebaliknya, "masa bodoh" saat dipanggil
atau diajak berbicara.

Penyebab autisme hingga saat ini belum diketahui pasti. Namun, para ahli telah sepakat bahwa
kelainan ini berawal dari terganggunya perkembangan sistem saraf penderita dan faktor genetis.
Ada lagi faktor gabungan antara psikologi, fisik, dan lingkungan sosial. Penderita autis sangat
sedikit berkomunikasi, sekaligus tidak bereaksi terhadap kontak fisik. Reaksinya akan sangat
berbeda dengan anak normal yang akan mengulurkan tangan saat si ibu ingin menggendong.

Ada pemikiran bahwa kelainan ini berhubungan sekaligus dengan faktor kehamilan ibunya,
phenyketonuria (kelainan metabolisme tubuh), tuberous sclerosis (penyakit yang menyerang
sistem saraf dan kulit), kekurangan oksigen saat lahir, dan sejumlah kelainan lain.

Gejala yang mungkin muncul adalah sebagai berikut:

• Tidak ada respons pada orang sekitar.


• Tidak ada kedekatan dengan keluarga atau pengasuh.
• Lemah, otot tubuh tidak bereaksi saat digendong.
• Sedikit bahkan tidak ada ketertarikan untuk berkontak dengan orang lain.
• Kemampuan berbahasa sangat minim.
• Lebih banyak menggunakan "bahasa bayi", seperti bergumam.
• Mengulang-ulang sebuah kata atau bunyi, yang mudah diucapkan, tapi mungkin tak ada
artinya.
• Melakukan dan mengulang gerakan-gerakan yang "tak normal", seperti mengeleng-
gelengkan kepala secara kasar, berteriak tanpa arti, menggoyang-goyangkan kaki,
bertepuk tangan tanpa ritme, dan sebagainya. - Cenderung berperilaku membahayakan.
• Mudah panik melihat bayangan di cermin.
• Kurang bereaksi atau malah terlalu bereaksi terhadap rangsangan saraf tubuh.
• Keterbelakangan mental dan sosial.

Penanganan kelainan ini diakui banyak pihak sangatlah sulit. Harus dibentuk penanganan
menyeluruh yang terdiri atas orang tua, guru, terapis, dan keluarga. Semua ini harus diarahkan
untuk membangun kemampuan anak bersosialisasi dan berbicara.

Dorongan positif untuk belajar melalui kegiatan sehari-hari sangatlah berarti, misalnya saat
memberikan makanan, bermain. Penanganan oleh institusi profesional akan sangat membantu.
Selain demi kemajuan penderita, konseling institusi ini akan dibutuhkan pihak keluarga untuk
mendapatkan informasi, sekaligus menghilangkan perasaan bersalah atau merasa masalah ini
adalah aib yang harus ditutupi.

Dalam institusi seperti ini penderita autisme yang sangat sedikit berbicara akan mendapatkan
tempat yang cocok dibanding ia "dipaksa" untuk bersekolah di sekolah umum. Ingat, penderita
autis rata-rata memiliki tingkat intelektualitas di bawah normal. Selain itu, ketidakmampuan
penderita untuk mengurus dirinya sendiri, kesulitan untuk bersosialisasi, dan kecenderungan
untuk membahayakan diri sendiri harus mendapat porsi perhatian maksimal. (utami)

PENGERTIAN AUTIS

Autisme atau biasa disebut ASD (Autistic Spectrum Disorder) merupakan gangguan
perkembangan fungsi otak yang komplex dan sangat bervariasi (spektrum). Biasanya
gangguan perkembangan ini meliputi cara berkomunikasi, ber-interaksi sosial dan
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

kemampuan ber-imajinasi. Dari data para ahli diketahui penyandang ASD anak lelaki empat
kali lebih banyak dibanding penyandang ASD anak perempuan.

CIRI-CIRI AUTIS

Sejauh ini tidak ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa langsung autisme. Diagnosa yang paling tepat
adalah dengan cara seksama mengamati perlilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat
perkembangannya. Dikarenakan banyaknya perilaku autisme juga disebabkan oleh adanya kelainan kelainan
lain (bukan autis) sehingga tes klinis dapat pula dilakukan untuk memastikan kemungkinan adanya
penyebab lain tersebut.

Karena karakteristik dari penyandang autisme ini banyak sekali ragamnya sehingga cara diagnosa yang
paling ideal adalah dengan memeriksakan anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli
psikologi anak, ahli penyakit anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli profesional lainnya dibidang
autisme. Dokter ahli / praktisi profesional yang hanya mempunyai sedikit pengetahuan / training mengenai
autisme akan mengalami kesulitan dalam men-diagnosa autisme. Kadang kadang dokter ahli / praktisi
profesional keliru melakukan diagnosa dan tidak melibatkan orang tua sewaktu melakukan diagnosa.
Kesulitan dalam pemahaman autisme dapat menjurus pada kesalahan dalam memberikan pelayanan kepada
penyandang autisme yang secara umum sangat memerlukan perhatian yang khusus dan rumit.

Hasil pengamatan sesaat belumlah dapat disimpulkan sebagai hasil mutlak dari kemampuan dan perilaku
seorang anak. Masukkan dari orang tua mengenai kronologi perkembangan anak adalah hal terpenting
dalam menentukan keakuratan hasil diagnosa. Secara sekilas, penyandang autis dapat terlihat seperti anak
dengan keterbelakangan mental, kelainan perilaku, gangguan pendengaran atau bahkan berperilaku aneh
dan nyentrik. Yang lebih menyulitkan lagi adalah semua gejala tersebut diatas dapat timbul secara
bersamaan.

Karenanya sangatlah penting untuk membedakan antara autisme dengan yang lainnya sehingga diagnosa
yang akurat dan penanganan sedini mungkin dapat dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat.

Seperti apakah anak yang terkena autisme?

Sejak lahir sampai dengan umur 24 - 30 bulan anak anak yang terkena autisme umumnya terlihat normal.
Setelah itu orang tua mulai melihat perubahan seperti keterlambatan berbicara, bermain dan berteman
(bersosialisasi). Autisme adalah kombinasi dari beberapa kelainan perkembangan otak. Kemampuan dan
perilaku dibawah ini adalah beberapa kelainan yang disebabkan oleh autisme.

Komunikasi:

Kemampuan berbahasa mengalami keterlambatan atau sama sekali tidak dapat berbicara. Menggunakan
kata kata tanpa menghubungkannya dengan arti yang lazim digunakan. Berkomunikasi dengan
menggunakan bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dalam waktu singkat.

Bersosialisasi (berteman)

Lebih banyak menghabiskan waktunya sendiri daripada dengan orang lain. Tidak tertarik untuk berteman.
Tidak bereaksi terhadap isyarat isyarat dalam bersosialisasi atau berteman seperti misalnya tidak menatap
mata lawan bicaranya atau tersenyum.

Kelainan penginderaan

Sensitif terhadap cahaya, pendengaran, sentuhan, penciuman dan rasa (lidah) dari mulai ringan sampai
berat.

Bermain
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

Tidak spontan / reflek dan tidak dapat berimajinasi dalam bermain. Tidak dapat meniru tindakan temannya
dan tidak dapat memulai permainan yang bersifat pura pura.

Perilaku

Dapat menjadi sangat hiperaktif atau sangat pasif (pendiam). Marah tanpa alasan yang masuk akal. Amat
sangat menaruh perhatian pada satu benda, ide, aktifitas ataupun orang. Tidak dapat menunjukkan akal
sehatnya. Dapat sangat agresif ke orang lain atau dirinya sendiri. Seringkali sulit mengubah rutinitas sehari
hari.

Mitos- Mitos Autisme

Mitos-1 : Anak dengan kelainan autisme tidak pernah memandang mata lawan bicara-nya.

Banyak anak penyandang autisme ternyata dapat melakukan kontak mata tapi kontak mata
tersebut mungkin dilakukan dalam jangka waktu yang lebih singkat dan sedikit berbeda
dengan anak anak yang normal. Banyak diantaranya dapat bertatap muka, tersenyum dan
meng-ekspresikan komunikasi non-verbal (bahasa tubuh) dengan baik.

Mitos-2 : Anak dengan kelainan autisme adalah anak jenius

Mitos yang menyatakan didalam anak penyandang autis tersembunyi kemampuan jenius
mungkin dapat terjadi karena berbedanya kemampuan yang di-tunjukkan oleh anak
penyandang autisme. Mereka dapat menunjukkan kemampuan fisik yang baik tetapi tidak
dapat berbicara. Seorang anak autis dapat mengingat tanggal ulang tahun dari semua teman
sekelasnya akan tetapi mengalami kesulitan kapan harus menggunakan kata 'kamu' atau
'saya'. Anak autis dapat membaca dengan artikulasi yang baik tetapi tidak dapat mengerti apa
yang baru mereka baca. Anak autis dapat mempunyai IQ yang sangat tinggi. Sebagian besar
anak autis menunjukkan keterlambatan dalam beberapa hal yang menggunakan ataupun
memerlukan proses mental. Persentasi anak autis yang mempunyai intelegensi diatas normal
ataupun dibawah normal adalah sangat kecil.

Mitos-3 : Anak dengan kelainan autisme tidak berbicara

Banyak anak penyandang autis dapat mempunyai kemampuan berbahasa dengan baik.
Sebagian besar dari mereka dapat berkomunikasi dengan menggunakan simbol, gambar,
komputer ataupun peralatan elektronik.

Mitos-4 : Anak dengan kelainan autisme tidak dapat menunjukkan kasih sayang

Barangkali mitos yang paling berlebihan adalah menganggap anak penyandang autisme tidak
dapat menerima ataupun memberikan kasih sayang. Kita mengetahui bahwa stimulasi sensor
anak autis diproses dengan cara yang berbeda dengan anak normal sehingga mengakibatkan
anak autis mengalami kesulitan dalam meng-ekspresikan kasih sayang dengan cara yang lazim
dilakukan oleh anak normal. Anak autis dapat memberikan dan menerima kasih sayang dengan
cara mereka sendiri, kadangkala anggota keluarga ataupun teman mereka harus sabar
menunggu dan belajar untuk dapat mengerti dan menghargai kemampuan anak autis yang
terbatas dalam berhubungan dengan orang lain.

Mitos - mitos lainnya :

a. Autisme adalah akibat salah asuhan orang tua


b. Anak autis adalah anak yang tidak disiplin dan tidak dapat diatur dan ini hanyalah kelainan
perilaku.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

c. Kebanyakan orang autis berpendidikan dan ahli terkemuka dalam bidang ilmu pengetahuan
dan bidang lainnya seperti digambarkan dengan sangat bagus dalam film 'Rain Man' yang
diperankan oleh Dustin Hoffman.
d. Anak autis adalah anak anak tanpa perasaan dan emosi
e. Anak autis tidak menyukai daya tarik fisik
f. Anak autis tidak tersenyum
g. Anak Autis tidak menginginkan teman
h. Anak autis dapat berbicara jika mereka mau

i. Autisme adalah ketidak mampuan emosional

PENYEBAB AUTIS

Jumlah anak yang terkena autisme makin bertambah. Di Canada dan Jepang pertambahan ini mencapai 40
persen sejak 1980. Di California sendiri pada tahun 2002 di-simpulkan terdapat 9 kasus autis per-harinya.

Dengan adanya metode diagnosis yang kian berkembang hampir dipastikan jumlah anak yang ditemukan
terkena Autisme akan semakin besar. Jumlah tersebut diatas sangat mengkhawatirkan mengingat sampai
saat ini penyebab autisme masih misterius dan menjadi bahan perdebatan diantara para ahli dan dokter di
dunia.

Sebagai contoh, perdebatan yang terjadi akhir akhir ini berkisar pada kemunkinan penyebab autisme yang
disebabkan oleh vaksinasi anak. Peneliti dari Inggris Andrew Wakefield, Bernard Rimland dari Amerika
mengadakan penelitian mengenai hubungan antara vaksinasi terutama MMR (measles, mumps rubella ) dan
autisme. Penelitian lainnya membantah hasil penyelidikan tersebut tetapi beberapa orang tua anak
penyandang autisme tidak puas dengan bantahan tersebut. Jeane Smith (USA) bersaksi didepan kongres
Amerika : kelainan autis dinegeri ini sudah menjadi epidemi - saya dan banyak orang tua anak penderta
autisme percaya bahwa anak mereka yang terkena autisme disebabkan oleh reaksi dari vaksinasi.

Banyak pula ahli melakukan penelitian dan menyatakan bahwa bibit autisme telah ada jauh hari sebelum
bayi dilahirkan bahkan sebelum vaksinasi dilakukan. Kelainan ini dikonfirmasikan dalam hasil pengamatan
beberapa keluarga melalui gen autisme. Patricia Rodier, ahli embrio dari Amerika bahwa korelasi antara
autisme dan cacat lahir yang disebabkan oleh thalidomide menyimpulkan bahwa kerusakan jaringan otak
dapat terjadi paling awal 20 hari pada saat pembentukan janin. Peneliti lainnya, Minshew menemukan
bahwa pada anak yang terkena autisme bagian otak yang mengendalikan pusat memory dan emosi menjadi
lebih kecil dari pada anak normal. Penelitian ini menyimpulkan bahwa gangguan perkembangan otak telah
terjadi pada semester ketiga saat kehamilan atau pada saat kelahiran bayi.

Karin Nelson, ahli neorology Amerika mengadakan menyelidiki terhadap protein otak dari contoh darah bayi
yang baru lahir. Empat sampel protein dari bayi normal mempunyai kadar protein yang kecil tetapi empat
sampel berikutnya mempunyai kadar protein tinggi yang kemudian ditemukan bahwa bayi dengan kadar
protein otak tinggi ini berkembang menjadi autisme dan keterbelakangan mental. Nelson menyimpulkan
autisme terjadi sebelum kelahiran bayi.

Saat ini, para peneliti dan orang tua anak penyandang autisme boleh merasa lega mengingat perhatian dari
negara besar di dunia mengenai kelainan autisme menjadi sangat serius. Sebelumnya, kelainan autisme
hanya dianggap sebagai akibat dari perlakuan orang tua yang otoriter terhadap anaknya. Disamping itu,
kemajuan teknologi memungkinkan untuk melakukan penelitian mengenai penyebab autisme secara genetik
dan metabolik. Pada bulan Mei 2000 para peneliti di Amerika menemukan adanya tumpukan protein didalam
otak bayi yang baru lahir yang kemudian bayi tersebut berkembang menjadi anak autisme. Temuan ini
mungkin dapat menjadi kunci dalam menemukan penyebab utama autisme sehingga dapat dilakukan
tindakan pencegahannya.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

DIAGNOSA AUTIS

Sejauh ini tidak ditemukan tes klinis yang dapat mendiagnosa langsung autisme. Diagnosa yang paling tepat
adalah dengan cara seksama mengamati perlilaku anak dalam berkomunikasi, bertingkah laku dan tingkat
perkembangannya. Dikarenakan banyaknya perilaku autisme juga disebabkan oleh adanya kelainan kelainan
lain (bukan autisme) sehingga tes klinis dapat pula dilakukan untuk memastikan kemungkinan adanya
penyebab lain tersebut.

Karena karakteristik dari penyandang autisme ini banyak sekali ragamnya sehingga cara diagnosa yang
paling ideal adalah dengan memeriksakan anak pada beberapa tim dokter ahli seperti ahli neurologis, ahli
psikologi anak, ahli penyakit anak, ahli terapi bahasa, ahli pengajar dan ahli profesional lainnya dibidang
autisme. Dokter ahli / praktisi profesional yang hanya mempunyai sedikit pengetahuan / training mengenai
autisme akan mengalami kesulitan dalam men-diagnosa autisme. Kadang kadang dokter ahli / praktisi
profesional keliru melakukan diagnosa dan tidak melibatkan orang tua sewaktu melakukan diagnosa.
Kesulitan dalam pemahaman autisme dapat menjurus pada kesalahan dalam memberikan pelayanan kepada
penyandang autisme yang secara umum sangat memerlukan perhatian yang khusus dan rumit.

Hasil pengamatan sesaat belumlah dapat disimpulkan sebagai hasil mutlak dari kemampuan dan perilaku
seorang anak. Masukkan dari orang tua mengenai kronologi perkembangan anak adalah hal terpenting
dalam menentukan keakuratan hasil diagnosa. Secara sekilas, penyandang autisme dapat terlihat seperti
anak dengan keterbelakangan mental, kelainan perilaku, gangguan pendengaran atau bahkan berperilaku
aneh dan nyentrik. Yang lebih menyulitkan lagi adalah semua gejala tersebut diatas dapat timbul secara
bersamaan.

Karenanya sangatlah penting untuk membedakan antara autisme dengan yang lainnya sehingga diagnosa
yang akurat dan penanganan sedini mungkin dapat dilakukan untuk menentukan terapi yang tepat.

Autism Treatment Evaluation Checklist (ATEC)

Kami lampirkan check-list yang di-buat oleh Dr. Bernard Rimland dan Stephen M. Edelson dan dipublikasikan
oleh Autism Research Institute (ARI). Form ini masih mengunakan bahasa Inggris dan digunakan untuk
mengukur efek dari pengobatan yang telah dilakukan terhadap penyandang autisme.
ATEC checklist ( gif.files 222 KBites ) atau dalam bentuk pdf file (320 Kbites) Perlu beberapa menit untuk
dapat melihat form ini (download ke browser anda) dan dapat di-print menggunakan kertas A4.

Kutipan dari tulisan Dr. Hardiono D. Pusponegoro Spa(K)

Apapun diagnosisnya, semua sepakat bahwa tugas dokter terpenting adalah menemukan anak-anak kecil
yang sudah mulai menunjukkan beberapa gejala perilaku yang tidak lazim. Orang tua juga sangat berperan
dan dapat membantu dengan melaporkan kecurigaan adanya gangguan perilaku. Penolakan kenyataan oleh
orang tua dan keluarga, atau dokter yang menganggap bahwa suatu penyimpangan perilaku adalah "tidak
apa-apa" akan sangat merugikan anak karena keterlambatan intervensi. Bila memang ada penyimpangan
perkembangan, mungkin kita tidak bisa memberi label diagnosis, namun terapi dan stimulasi harus segera
dimulai dan tidak boleh menunggu. Makin dini intervensi dilakukan, makin baik hasilnya.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

KEUNIKAN AUTIS

Tiap individu (anak maupun dewasa) yang terkena autism adalah individu dengan keunikan pribadi serta
kombinasi perilaku yang membuat mereka berbeda dengan individu normal. Beberapa anak mungkin hanya
menunjukkan gejala ringan dalam keterlambatan berbahasa tetapi lebih mempunyai problem dalam ber-
sosialisasi atau berteman. Anak ini menjadi sulit untuk memulai atau meneruskan pembicaraan. Baginya
berkomunikasi adalah berbicara satu arah dan hanya membicarakan mengenai hal-hal monoton yang sangat
dia sukai tanpa memperdulikan apakah lawan bicaranya menyukainya atau tidak.

Tiap penyandang autism sangat berbeda dalam mengolah dan memberikan respon pada informasi yang ia
dapat sehingga materi untuk terapi dan proses belajar mengajar haruslah dibuat secara khusus dengan
mengacu pada kelebihan dan kekurangan masing-masing anak. Kemampuan anak autism dapat berubah
ubah dari hari kehari dikarenakan sulitnya berkonsentrasi atau mengolah informasi dan timbulnya rasa
takut. Pada hari pertama anak dapat terlihat baik dalam mempelajari sesuatu tetapi pada hari berikutnya
mendapat kesulitan belajar. Perubahan yang terjadi disekitarnya serta rasa takutnya dapat langsung
mempengaruhi kegiatan belajarnya.

Anak autisme dapat mempunyai kemampuan ingatan dan bicara secara normal ataupun berada diatas
normal tetapi sangat sulit untuk berpartisipasi dan berteman dengan rekan sebayanya. Penderita autisme
yang agak parah dihimbau agar mendapat bantuan intensif untuk dapat mempelajari kemampuan dasar
dalam menjalani kegiatan sehari harinya.

Penyandang autisme (anak dan dewasa) dapat pula terlihat menarik, dapat menatap mata lawan bicara,
tersenyum, tertawa ataupun menunjukkan perasaan emosinya dalam tahapan tahapan tertentu. Seperti
anak normal lainnya mereka dapat menanggapi keadaan sekelilingnya secara positif ataupun negatif.
Autisme dapat mempengaruhi cara mereka menanggapi keadaan dan dapat membuat mereka sulit untuk
mengontrol reaksi badan dan pikiran mereka. Kadangkala kelainan dalam kemampuan melihat, motorik dan
pengolahan informasi membuat mereka sulit menatap mata lawan bicaranya. Beberapa penyandang
autisme lebih suka menggunakan penglihatan sampingnya daripada menatap langsung lawan bicaranya.
Kadangkala sentuhan atau kedekatan badan orang sekitarnya menjadi sangat menyakitkan sehingga
membuat mereka menjauhi bahkan terhadap anggota keluarga sekalipun. Rasa cemas, takut dan bingung
dapat menjadikan mereka terlihat seperti kehilangan akal sehat dalam menghadapi kegiatan sehari hari.

Dengan terapi yang benar dan efektif, beberapa kelainan yang disebabkan oleh autisme dapat berubah
ataupun sembuh dalam jangka waktu tertentu. Kesulitan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi akan
menetap seumur hidup. Kelainan di bidang lainnya dapat berkurang atau berubah sejalan dengan
bertambahnya usia dan pendidikan. Mereka dapat mulai menggunakan kemampuannya dalam keadaan
normal dan berpartisipasi dalam aktifitas dan hobi yang lebih luas. Banyak penyandang autisme dapat
menikmati kehidupan mereka dan memberikan kontribusi yang berarti kepada masyarakat luas. Banyak
penyandang autisme berhasil dalam mempelajari dan merubah kelainan yang mereka miliki.

Sebagai contoh yang terjadi di Amerika Serikat, melalui dukungan pemerintah, program pendidikan dan
terapi terhadap penyandang autisme dikembangkan melalui jaringan network secara luas (chapter)
diseluruh Amerika dengan dukungan profesional, dokter ahli dan sukarelawan. Walaupun tidak ada orang
yang dapat meramalkan masa depan mereka, terbukti melalui program tersebut, beberapa penyandang
autisme dewasa dapat berkerja mandiri didalam masyarakat seperti mengemudi mobil, mendapatkan gelar
sarjana ataupun menikah. Beberapa diantaranya dapat pula menjadi mandiri didalam masyarakat dan hanya
memerlukan sedikit bantuan ketika menghadapi tekanan hidup sedangkan yang lainnya sangat bergantung
kepada bantuan anggota keluarga dan dokter ahli. Penderita autisme di Amerika aktif membantu
sesamanya dalam membuat buku, memberikan ceramah dan muncul secara khusus di televisi membahas
keberadaan mereka apa adanya.

Orangtua penyandang autisme dapat menjadi sangat stress dikarenakan perilaku anak mereka dan usaha
mereka dalam mencari bantuan penyembuhan, kesulitan finansial dan kurangnya informasi dan kesadaran
mengenai adanya autisme menyebabkan terkucilnya para penyandang autisme sehingga dapat membuat
hidup mereka menjadi menderita. Banyak orangtua yang kurang menyadari bahwa anak mereka
penyandang autisme sehingga mencari alternatif pengobatan sendiri tanpa berkonsultasi dengan dokter
yang benar benar ahli menangani autisme. Beberapa diantaranya membawa anak mereka ke paranormal
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

untuk mencek apakah anak mereka terkena roh jahat.

TERAPI AUTIS
Kutipan dari tulisan Dr. Hardiono D. Pusponegoro Spa(K)
[Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia]

Terapi dan stimulasi mana yang diperlukan? Kita kembali kepada kenyataan bahwa terapi bersifat
individual dan harus disesuaikan dengan umur, fase perkembangan dan gejala yang ditemukan. Tidak
ada metode yang 100% paling baik untuk semua anak. Para terapis yang menggunakan berbagai
metode berlainan harus bekerjasama dengan baik. Bila kasus tidak mengalami kemajuan dengan satu
metode terapi, harus dilakukan terapi kombinasi atau dicari cara terapi yang lain.

Apakah peran obat-obatan? Karena penyebab belum diketahui dengan pasti, obat biasanya hanya
ditujukan untuk menghilangkan gejala yang sangat mengganggu. Contoh paling klasik adalah
perilaku self-injurious yang sangat berbahaya karena anak mencoba melakukan hal yang menyakiti
atau merusak diri sendiri misalnya membenturkan kepala ke tembok atau lantai, memukul kepala
dengan sangat keras, atau menggigit anggota tubuhnya. Dua puluh persen penyandang autisme
mengalami kejang atau epilepsi. Hal ini juga harus mendapat obat yang tepat. Ini berarti bahwa
terapi obat untuk penyandang autisme bersifat sangat individual. Bila dokter menganggap bahwa
anak memerlukan pengobatan khusus, sebaiknya hal tersebut didiskusikan dengan orang tua. Orang
tua harus mendapat penjelasan mengapa perlu diberikan, bagaimana cara mengkonsumsi obat, efek
samping yang mungkin terjadi dan lain-lain. Dokter juga harus menghargai pendapat orang tua bila
mereka tidak menginginkan terapi obat-obatan.

Dalam bidang yang masih merupakan grey area, dokter dan orang tua harus memahami bahwa tidak
semua publikasi kedokteran atau publikasi lain adalah benar atau sahih. Dokter harus mempelajari
teknik menilai Evidence-based medicine sehingga mereka dapat menentukan apakah suatu publikasi
memang benar atau kurang benar, dan mendiskusikan hal tersebut dengan orang tua. Selanjutnya,
karena ilmu kedokteran belum dapat memberi jawaban yang pasti, muncul berbagai terapi
komplementer dan alternatif. Bila terapi komplementer dan alternatif ini memang merupakan hasil
suatu penelitian yang sahih, pasti akan di adopsi oleh dunia kedokteran sebagai terapi standar.
Dokter dan orang tua harus waspada terhadap laporan anekdotal, testimoni, serta berbagai klaim
berlebihan mengenai kesembuhan, terutama bila teknik pengobatan tersebut memerlukan kepatuhan,
waktu, enerji, dan biaya yang berlebihan.

Bila keluarga sudah memutuskan untuk memberikan terapi komplementer atau alternatif, lakukanlah
diskusi dengan dokter anda. Barangkali dokter dapat memberi bantuan mengenai bagaimana cara
mengevaluasi terapi, menentukan hasil yang harus diperoleh, menentukan kemungkinan efek
samping dan menentukan apakah terapi dapat diteruskan karena bermanfaat atau dihentikan karena
tidak bermanfaat atau ada efek samping. Berilah kesempatan kepada dokter untuk mempelajari
terapi alternatif tersebut dan mendiskusikannya dengan anda.

Akhirnya, khusus dalam bidang autisme tidak ada yang dapat mengklaim diri sebagai pakar, tidak ada
juga yang dapat mengklaim bahwa autisme milik suatu subspesialisasi tertentu. Kerjasama antara
dokter, terapis dan orang tua sangat penting demi kemajuan anak, jangan saling merasa benar
sendiri atau saling menyalahkan.
Generated by Foxit PDF Creator © Foxit Software
http://www.foxitsoftware.com For evaluation only.

@ Copyrighty SLB Pembina Tk. Prop. Sulsel


Tahun 2006

Anda mungkin juga menyukai