Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

SEMINAR PERPAJAKAN
“Aspek Pajak Yayasan”

Disusun oleh :

Herlin Nuryanti (C10170016)


Susanti (C01070033)
Mita Maudi Nilasari (C10170091)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) EKUITAS


PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI
TAHUN AJARAN 2020
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya serta karunian-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul
“Aspek Pajak Yayasan” ini dengan baik tanpa ada halangan.
Dalam penyusunan makalah ini, kami tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tugas makalah ini sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang lebih luas
bagi pembacanya. kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat kelebihan dan
kekurangannya sehingga kami mengharap kritik dan saran yang dapat memperbaiki untuk penulisan
makalah selanjutnya.

Bandung,

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PEDAHULUAN...................................................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................................2
PENDAHULUAN................................................................................................................................2
A. Pengertian Yayasan.................................................................................................................2
B. Pajak Penghasilan (PPh) atas Penghasilan Yayasan.......................................................2
1. Subjek Pajak..........................................................................................................................2
2. Objek Pajak...........................................................................................................................2
C. Dana Pembangunan Gedung dan Prasarana Pendidikan....................................................4
D. Pajak Pertambahan Nilai........................................................................................................6
E. Akuntansi Pajak Yayasan.......................................................................................................6
F. Kasus Pajak Yayasan................................................................................................................11
BAB III...............................................................................................................................................13
KESIMPULAN..................................................................................................................................13
BAB III...............................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................14

iii
BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan dunia bisnis saat ini sangat pesat, para pengusaha berlomba-
lomba untuk mencapai propit setinggi-tingginya. Namun yang terjadi sekarang di
Indonesia banyak bermunculan berbagai macam badan hukum diantaranya berbentuk
yayasan, baik yang tujuan utamanya adalah benar-benar untuk kepentingan sosial
(nirlaba) seperti yayasan keagamaan, maupun yayasan yang bertujuan untuk
memperoleh profit seperti yayasan yang bergerak dibidang pendidikan. Jika ditinjau
dari sisi perpajakan maka yayasan memiliki ciri khas tersendiri. Pada kesempatan ini
kita akan membahas aspek-aspek perpajakan yayasan yang diatur dalam UU PPh,
KMK 604/94, KEP-87/PJ./1995, SE-34/95 dan SE-39/PJ.4/1995.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud Yayasan?
2. Apa yang dimaksud Pajak Penghasilan (Pph) atas Penghasilan Yayasan ?
3. Apa saja subjek pajak dari Yayasan ?
4. Apa saja objek dari Yayasan ?
5. Bagaimana dana atas pembangunan gedung dan prasarana Yayasan dalam bidang
Pendidikan ?
6. Bagaimana pajak pertambahan nilai ?
7. Bagaimana akuntansi atas pajak Yayasan ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian yayasan
2. Untuk mengetahui Pajak Penghasilan (Pph) atas Penghasilan Yayasan
3. Untuk mengetahui subjek pajak dari Yayasan
4. Untuk mengetahui objek dari Yayasan
5. Untuk mengetahui dana atas pembangunan gedung dan prasarana Yayasan dalam
Bidang Pendidikan
6. Untuk mengetahui pajak pertambahan nilai
7. Untuk mengetahui akuntansi atas pajak Yayasan
BAB II
PENDAHULUAN
A. Pengertian Yayasan
Sesuai  Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, yayasan
didefinisikan sebagai badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.
Kekayaan Yayasan baik berupa uang, barang, maupun kekayaan lain yang diperoleh
Yayasan berdasarkan Undang-undang ini, dilarang dialihkan atau dibagikan secara
langsung atau tidak langsung kepada Pembina, Pengurus, Pengawas, karyawan, atau
pihak lain yang mempunyai kepentingan terhadap Yayasan.

B. Pajak Penghasilan (PPh) atas Penghasilan Yayasan


1. Subjek Pajak
Yayasan termasuk di dalam defenisi badan usaha sehingga merupakan Subjek Pajak Penghasilan,
hal ini diatur dalam Pasal 2 ayat 1 (b) UU PPh. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal
yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang
meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara
atau Daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun,
persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang
sejenis, lembaga, bentuk usaha tetap dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana.

2. Objek Pajak
Penghasilan yayasan atau organisasi yang sejenis yang adalah bukan merupakan Objek
Pajak, namun penerimaan yayasan atau organisasi yang sejenis dapat dibedakan antara
penerimaan yang bukan Objek Pajak dan penerimaan yang merupakan Objek Pajak
Penerimaan atau penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak adalah sebagai berikut:
a. Bantuan atau sumbangan,
b. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh yayasan atau organisasi yang
sejenis dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat
kedudukan di Indonesia, dan
c. Bantuan atau sumbangan dari Pemerintah.

2
Sesuai Pasal 4 ayat (3) haruf a angka 2 UU PPh:
Keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali
yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan
badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau
orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur
lebih lanjut dengan Peraturan Menteri Keuangan, sepanjang tidak ada hubungan
dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang
bersangkutan.
1. Yayasan yang Bergerak di Bidang Keagamaan
Sesuai Pasal 2 ayat (2) PMK 245/PMK.03/2008:
Badan keagamaan (yang dikecualikan dari objek pajak penghasilan) adalah badan
keagamaan yang kegiatannya semata-mata mengurus tempat-tempat ibadah dan/atau
menyelenggarakan kegiatan di bidang keagamaan, yang tidak mencari keuntungan.
2. Yayasan yang Bergerak di Bidang Pendidikan
Sesuai Pasal 4 ayat (3) huruf m UU PPh:
Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak
dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah
terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk
sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan,
dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak diperolehnya sisa lebih
tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan;
Sesuai Pasal 2 ayat (3) PMK 245/PMK.03/2008:  
Badan pendidikan (yang dikecualikan dari objek pajak penghasilan) adalah badan
pendidikan yang kegiatannya semata-mata menyelenggarakan pendidikan yang tidak
mencari keuntungan.
Sisa lebih adalah selisih dari seluruh penerimaan yang merupakan objek Pajak
Penghasilan selain penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan tersendiri,
dikurangi dengan pengeluaran untuk biaya operasional sehari-hari badan atau
lembaga nirlaba.
Sesuai Pasal 1 ayat (4) Per-44/PJ/2009

3
Pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana adalah pembelian, pengadaan
dan/atau pembangunan fisik sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan yang meliputi :
1. pembelian atau pembangunan gedung dan prasarana kegiatan pendidikan,
penelitian dan pengembangan termasuk pembelian tanah sebagai lokasi
pembangunan gedung dan prasarana tersebut;
2. pengadaan sarana dan prasarana kantor, laboratorium dan perpustakaan; atau
3. pembelian atau pembangunan asrama mahasiswa, rumah dinas, guru, dosen atau
karyawan, dan sarana prasarana olahraga, sepanjang berada dilingkungan atau
lokasi lembaga pendidikan formal.
 
3. Yayasan yang Bergerak di Bidang Sosial
Badan sosial termasuk yayasan dan koperasi (yang dikecualikan dari objek pajak
penghasilan) adalah badan sosial yang kegiatannya semata-mata menyelenggarakan:
1. pemeliharaan kesehatan;
2. pemeliharaan orang lanjut usia (panti jompo);
3. pemeliharaan anak yatim-piatu, anak atau orang terlantar, dan anak atau
orang cacat;
4. santunan dan/atau pertolongan kepada korban bencana alam, kecelakaan, dan
sejenisnya;
5. pemberian beasiswa;
6. pelestarian lingkungan hidup; dan/atau
7. kegiatan sosial lainnya yang tidak mencari keuntungan.

C. Dana Pembangunan Gedung dan Prasarana Pendidikan


Yayasan atau organisasi yang sejenis yang bergerak di bidang pendidikan formal
mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi dapat mengakui dana dana
pembangunan gedung dan prasarana pendidikan adalah dana yang akan digunakan untuk
pembangunan gedung dan prasarana pendidikan yang berasal dari sisa lebih, yaitu selisih
dari seluruh penerimaan yang merupakan obyek Pajak Penghasilan selain penghasilan
yang dikenakan Pajak Penghasilan tersendiri, dikurangi dengan pengeluaran untuk biaya
operasional sehari-hari yayasan sebagai penghasilan pada tahun pajak digunakannya, dan

4
sebesar dana yang telah digunakan tersebut merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto pada tahun pajak yang bersangkutan.
Dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan adalah dana yang akan digunakan
untuk pembangunan gedung dan prasarana pendidikan yang berasal dari sisa lebih, yaitu
selisih dari seluruh penerimaan yang merupakan obyek Pajak Penghasilan selain
penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan tersendiri, dikurangi dengan pengeluaran
untuk biaya operasional sehari-hari yayasan.
Pembangunan gedung dan prasarana pendidikan adalah pembangunan fisik sarana
pendidikan seperti :
1.Pembelian tanah untuk pembangunan prasarana pendidikan
2.Gedung sarana pendidikan
3.Asrama mahasiswa
4.Rumah dinas guru, dosen, atau karyawan
5.Peralatan laboratorium, perpustakaan termasuk buku-buku
6.Sarana olah raga
7.inventaris kantor
Pelaksanaan ketentuan tersebut dilakukan sebagai berikut :
a.Sisa lebih yayasan setiap tahun yang akan digunakan untuk pembangunan gedung dan
prasarana pendidikan dialihkan ke rekening dana pembangunan gedung dan prasarana
pendidikan.
b.Pembukuan atas penggunaan dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan pada
tahun berjalan dilakukan dengan mendebet rekening aktiva dan rekening dana
pembangunan gedung dan prasarana pendidikan serta mengkredit rekening kas atau
hutang dan rekening modal yayasan.
Yayasan memberitahukan rencana fisik sederhana dan rencana biaya pembangunan
gedung dan prasarana pendidikan tersebut kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak
setempat dengan tindasan kepada Direktur Jenderal Pendidikan tinggi dan/atau Direktur
Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah atau yang ditunjuk, dan dilampiri dengan
pernyataan.
Dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan wajibdigunakan untuk
pembangunan gedung dan prasarana pendidikan dalam jangka waktu 4 (empat) tahun
setelah berakhirnya tahun pajak diterimanya dana tersebut.
Apabila pembangunan gedung dan prasarana pendidikan dibiayai dengan dana pinjaman,
maka bunga atas pinjaman tersebut dapat dibebankan sebagai biaya yayasan. Apabila

5
setelah lewat jangka waktu 4 (empat) tahun setelah berakhirnya tahun pajak diterimanya
dana tersebut. yayasan tidak menggunakan dana pembangunan gedung dan prasarana
pendidikan dimaksud, maka danapembangunan gedung dan prasarana pendidikan tersebut
diakui sebagai penghasilan dan dikenakan Pajak Penghasilan pada tahun pajak berikutnya
setelah lewat jangka waktu 4 (empat) tahun tersebut.
Pengenaan Pajak Penghasilan atas dana pembangunan gedung dan prasarana
pendidikan yang tidak digunakan setelah lewat jangka waktu di atas ditambah dengan
sanksi sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku.
Atas pengeluaran untuk pembangunan gedung dan prasarana pendidikan yang berasal
dari dana pembangunan gedung dan prasarana pendidikan sebagaimana dimaksud di atas
tidak boleh dilakukan penyusutan berdasarkan UU PPh.

D. Pajak Pertambahan Nilai


Jika Yayasan dalam operasinya tidak melakukan penyerahan barang atau jasa yang terutang
PPN maka yayasan tersebut tidak termasuk kriteria subjek PPN sehingga tidak perlu dikukuhkan
sebagai pengusaha kena pajak (PKP). Namun sebaliknya jika Yayasan melakukan penyerahan
barang atau jasa yang terutang PPN maka harus mendaftarkan diri sebagai pengusaha kena pajak
(PKP) jika omzetnya sudah lebih dari Rp 4,8 Milyard setahun dan berlaku ketentuan yang diatur
dalam UU PPN dan peraturan pelaksanaannya.

E. Akuntansi Pajak Yayasan


Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45 menunjukkan bahwa ciri
umum yayasan nirlaba adalah adanya perolehan sumbangan untuk sumber daya utama,
penyumbang bukan pemilik yayasan dan tidak berharap akan imbalan atau hasil.
Pengakuan transaksi dalam yayasan nirlaba menggunakan basis akrual atau basis kas.Hal
ini disebabkan karena aliran dana masuk ke suatu yayasan dapat berupa kontrak komitmen
sumbangan dari pihak lain dimana pencairannya dilakukan secara bertahap dan jika
substansinya sesuai dengan kesepakatan. Di lain waktu, sumbangan yang diterima yayasan
juga dapat berupa kas atau uang tunai dari pihak lain tanpa adanya ikatan atau perjanjian
(komitmen) tertentu sebelumnya. Untuk memudahkan memahami akuntansi yayasan
nirlaba, berikut disajikan sejumlah contoh kasus beserta jawabannya.

 22 Januari 2018. Yayasan ABC menerima sumbangan/donasi dari perseorangan dan


perusahaan sebesar Rp70.000.000 melalui transfer bank (Bank Mandiri) untuk rencana
pembangunan sekolah di Kepulauan Mentawai.

6
Akun Debit Kredit
Bank Mandiri (Kas) Rp70.000.000 –
       Pendapatan Sumbangan – Rp70.000.000
 23 Januari 2018. Yayasan ABC menerima iuran bulanan dari 20 anggota sebesar
Rp100.000,- per orang atau setraa dengan Rp2.000.000,- tunai.

Akun Debit Kredit


Kas di Tangan (Kas) Rp2.000.000 –
   Pendapatan Iuran Anggota – Rp2.000.000
 10Juli 2018. Yayasan ABC menerima MoU dari Lembaga Donor DEF untuk program
pembebasan buta huruf di Kepulauan Mentawai untuk 2 tahun dengan hibah senilai
Rp2.000.000.000,- untuk periode 01 Juli 2018-30 Juni 2020. Hibah ini tidak boleh
digunakan selain yang disepakati dalam MoU.

Akun Debit Kredit


Piutang Komitmen (DEF) Rp2.000.000.000 –
   Pendapatan Hibah – Rp500.000.000
Pend. Hibah Ditangguhkan – Rp1.500.000.000
 15 Juli 2018. Yayasan ABC menerima hibah termin I sebesar Rp500.000.000,-
melalui bank transfer ke rekening Bank JKL.

Akun Debit Kredit


Kas di Bank (JKL) Rp500.000.000 –
   Piutang Komitmen DEF – Rp500.000.000
 15 Agustus 2018. Yayasan ABC menjual 500 buku pelajaan sekolah ke SD MNO
sebesar Rp5.000.000,- secara kredit dua kali angsuran. Dimana pada tanggal 15 Agustus 2018
diterima pembayaran angsuran pertama sebesar 50%.

Akun Debit Kredit


Piutang SD MNO Rp2.500.000 –
Kas di Tangan Rp2.500.000 –
   Pendapatan Usaha – Rp5.000.000
 03 September 2018. Yayasan ABC membuat kegiatan bazaar dan penggalangan dana
untuk pendidikan anak di daerah terpencil dengan biaya antara lain: biaya cetak brosur

7
Rp1.500.000,- biaya transportasi Rp500.000,- biaya sewa lokasi bazaar Rp5.000.000 (hanya
sewa, tidak terjadi pengalihan hak atas tanah dan atau bangunan sehingga tetap dikenakan
PPh Final 10%).

Akun Debit Kredit


Biaya Cetak Brosur Rp1.500.000 –
Biaya Transportasi Rp500.000 –
Biaya Sewa Lokasi Rp5.000.000 –
       Hutang PPh Ps 4(2) – Rp500.000
       Kas di Tangan – Rp6.500.000
 07 September 2018. Yayasan mengeluarkan cek uang muka kerja untuk staf lapangan
Lili dalam rangka realisasi kegiatan pemberdayaan anak sekolah sesuai MoU sebesar
Rp50.000.000,- dan staf lapangan Lulu untuk kegiatan pengadaan buku bacaan perpustakaan
dusun sebesar Rp25.000.000.

Akun Debit Kredit


Uang Muka Kerja Lili Rp50.000.000 –
Uang Muka Kerja Lulu Rp25.000.000 –
       Kas di Bank – Rp75.000.000
 10 Oktober 2018. Yayasan menerima Laporan Pertanggungjawaban program Lili
dengan rincian antara lain: honor panitia Rp10.000.000,- biaya transportasi Rp25.000.000,-
biaya transportasi dan akomodasi Rp15.000.000 dan biaya dokumentasi Rp5.000.000,-.

Akun Debit Kredit


Biaya Honor Panitia Rp10.000.000 –
Biaya Transportasi Rp25.000.000 –
Biaya Konsumsi dan Akomodasi Rp15.000.000 –
Biaya Dokumentasi Rp5.000.000 –
         Hutang Karyawan Lili – Rp5.000.000
         Uang Muka Kerja- Lili – Rp50.000.000
 10 Oktober 2018. Yayasan menerima Laporan Pertanggungjawaban program Lulu
atas kegiatan pengadaan buku bacaan yang memakan biaya Rp22.500.000,-

Akun Debit Kredit

8
Biaya Pengadaan Buku Rp22.500.000 –
Piutang Karyawan-Lulu Rp2.500.000 –
         Uang Muka Kerja- Lulu – Rp25.000.000
 11 Oktober 2018. Yayasan membayar uang jasa konsultan pendidikan PT Edutama
Prima (berNPWP; nonPKP) via transfer senilai Rp10.000.000,- dan menerbitkan Bukti
Potong PPh Pasal 23 dengan nomor PPh23/2/2018.

Akun Debit Kredit


Biaya Jasa Konsultan Rp10.000.000 –
         Hutang PPh Pasal 23 – Rp200.000
         Kas di Bank – Rp9.800.000
Secara akuntansi sebagaimana diatur dalam PMK-80/PMK.03/2009 dan Peraturan
Dirjen Pajak Nomor PER-44/PJ/2009, jika pada akhir periode terdapat Sisa Lebih yang
diterima yang akan digunakan untuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana
kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan dialihkan ke akun dana
pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan. Pembukuan atas pengalihan saldo sisa lebih tersebut
dilakukan dengan cara mendebet akun aktiva dan akun dana pembangunan dan pengadaan
sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan lalu
mengkredit akun kas atau utang dan akun modal yayasan.

Perlu diketahui juga bahwa atas aset yang kemudian diperoleh melalui mekanisme
tersebut tidak boleh dilakukan penyusutan dan biaya bunga yang muncul selama proses
pembangunan (jika dana berasal dari pinjaman) maka akan menambah nilai perolehan aset
yang bersangkutan, kecuali jika sudah selesai maka dicatat sebagai pengurang (biaya pada
laporan operasional). Contoh pencatatan untuk ilustrasi kasus ini adalah sebagai berikut:

 10 Desember 2018. Yayasan mencatat adanya sisa lebih dana yang semula memang
direncanakan untuk membangun gedung kelas sekolah. Dana tersebut berasal dari donasi
tunai masyarakat yang sifatnya tidak rutin. Total sisa lebih dana adalah Rp400.000.000,-.
Yayasan kemudian mengalihkan sisa lebih dana tersebut untuk persiapan kegiatan
membangun gedung kelas yang nantinya akan dimulai pada bulan 15 Desember2018.

Akun Debit Kredit


Dana Pembangunan Gedung Rp400.000.000 –

9
         Aset Bersih Terikat (Rencana Gedung) Rp400.000.000
            Ketika kemudian dana tersebut digunakan untuk mulai membangun secara bertahap
maka, dicatat menjadi:

Akun Debit Kredit


Aset Bersih Terikat (Rencana Gedung) Rp100.000.000 –
         Dana Pembangunan Gedung Rp100.000.000
Akun Debit Kredit
Konstruksi Dalam Pengerjaan Rp100.000.000 –
         Kas Rp100.000.000

F. Kasus Pajak Yayasan


Tersangka Pengalihan Kekayaan Yayasan KUS Dijerat Pasal Berlapis Kompas.com -
15/02/2017, 00:01 WIB.

Bareskrim Polri telah menetapkan pegawai bank swasta, Islahudin Akbar, sebagai
tersangka dalam kasus pengalihan kekayaan Yayasan Keadilan Untuk Semua.
Yayasan ini menampung donasi untuk aksi damai 4 November dan 2 Desember 2016.
Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Pol Martinus
Sitompul mengatakan, Islahudin dikenakan pasal berlapis."Penggunaan uang yang
seharusnya dilakukan untuk satu keperluan, kemudian di sini ada dugaan membantu
mengalihkan atau menguasai kekayaan yayasan," unar Martinus di kompleks Mabes
Polri, Jakarta, Selasa (14/2/2017). Karena itulah, Islahudin diduga melanggar Pasal 70
jo Pasal 5 Undang-undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. Ia juga dijerat
Pasal 372 dan atau Pasal 378 KUHP terkait penipuan dan penggelapan uang yayasan.
Ia diduga juga melanggar Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.
"Juga patut diduga melanggar Pasal 55 KUHP dalam kaitan turut membantu. Ini yang
jadi dasar penyidik untuk menetapkan IA sebagai tersangka," kata Martinus.
Martinus mengatakan, IA diketahui menarik uang sebesar Rp 600 juta dari rekening
Yayasan KUS atas perintah seseorang. Namun, belum diketahui penggunaannya
untuk apa. Proses penarikannya diduga tidak sesuai mekanisme yang ada. P enetapan
Islahudin sebagai tersangka dianggap sebagai langkah awal untuk mengungkap fakta

10
dan menjerat tersangka lainnya. Terlebih lagi, dalam penyidikan ditemukan dugaan
pencucian uang atas dana di rekening tersebut. Namun, dalam kasus pencucian uang,
polisi belum tetapkan tersangka. "Ia telah melanggar pasal yang disampaikan
sebelumnya yang kemudian berproses pada TPPU," kata Martinus. Polisi menduga
ada pengalihan uang yayasan untuk kepentingan yang tidak sesuai dengan
peruntukannya. Dalam kasus ini, polisi telah memeriksa Ketua Gerakan Nasional
Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) Bachtiar Nasir sebagai saksi.
Diketahui, Bachtiar Nasir merupakan penanggungjawab aksi damai pada 4 November
2016 dan 2 Desember 2016.
Bachtiar mengatakan bahwa ada dana Rp 3 miliar yang dikelola untuk aksi bela islam
pada 4 November dan 2 Desember 2016. Dana tersebut berasal dari donasi
masyarakat yang ditampung di rekening yayasan Keadilan Untuk Semua. Dana
tersebut dialokasikan untuk konsumsi, peserta unjuk rasa, hingga korban luka-luka
saat aksi 411.

Bachtiar mengatakan, mereka juga menggunakannya untuk biaya publikasi seperti


pemasangan baliho, spanduk, dan sumbangan lainnya. Ada pula sumbangan untuk
korban bencana Aceh sebesar 500 juta dan di Sumbawa sebesar Rp 200 juta. Namun,
Bachtiar membantah ada aliran uang dari rekening yayasan ke pihak lain yang tak
sesuaiperuntukannya.

11
BAB III

KESIMPULAN

Sesuai  Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, yayasan


didefinisikan sebagai badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota.
Badan usaha sehingga merupakan Subjek Pajak Penghasilan, hal ini diatur dalam Pasal 2 ayat 1 (b)
UU PPh. Badan adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau Daerah dengan nama dan dalam
bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan,
organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi yang sejenis, lembaga, bentuk usaha
tetap dan bentuk badan lainnya termasuk reksadana.
Penghasilan yayasan atau organisasi yang sejenis yang adalah bukan merupakan Objek
Pajak, namun penerimaan yayasan atau organisasi yang sejenis dapat dibedakan antara
penerimaan yang bukan Objek Pajak dan penerimaan yang merupakan Objek Pajak
Penerimaan atau penghasilan yang bukan merupakan Objek Pajak adalah sebagai berikut:
a. Bantuan atau sumbangan,
b. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh yayasan atau organisasi yang
sejenis dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan
di Indonesia, dan
c. Bantuan atau sumbangan dari Pemerintah.

12
Selain itu, dari sudut pandang Akuntansi Keuangan, sudah diatur di dalam PSAK Nomor
45 mengenai yayasan yang mengatur tata cara mencatat Sisa Lebih yang diterima yang
akan digunakan untuk pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan
pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan jika dialihkan ke akun dana
pembangunan dan pengadaan sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau
penelitian dan pengembangan. Pembukuan atas pengalihan saldo sisa lebih tersebut
dilakukan dengan cara mendebet akun aktiva dan akun dana pembangunan dan pengadaan
sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan/atau penelitian dan pengembangan lalu
mengkredit akun kas atau utang dan akun modal yayasan.

BAB III
DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana
telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 tahun
2008
Peraturan Menteri Keuangan nomor 245/PMK.03/2008 tentang Badan-badan Dan
Orang Pribadi Yang Menjalankan Usaha Mikro Dan Kecil Yang Menerima Harta
Hibah, Bantuan, Atau Sumbangan Yang Tidak Termasuk Sebagai Objek Pajak
Penghasilan
Peraturan Dirjen Pajak Nomor Per-44/PJ/2009 Tentang Pelaksanaan Pengakuan
Sisa Lebih Yang Diterima Atau Diperoleh Badan Atau Lembaga Nirlaba Yang
Bergerak Dalam Bidang Pendidikan Dan/Atau Bidang Penelitian Dan
Pengembangan Yang Dikecualikan Dari Objek Pajak Penghasilan
http://punditax.com/akuntansi-pajak-yayasan-nirlaba/
http://www.jtanzilco.com/blog/detail/932/slug/aspek-pajak-dalam-yayasan
https://nasional.kompas.com/read/2017/02/15/00010751/tersangka.pengalihan.kekaya
an.yayasan.kus.dijerat.pasal.berlapis#source=clicktitle

13

Anda mungkin juga menyukai