R DENGAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN UTAMA POLA NAFAS TIDAK
EFEKTIF DENGAN PASIEN KETOASIDOSIS
DIABETIK (KAD) DI RUANG ICU
RS PKU MUHAMMADIYAH
GOMBONG
Disusun Guna Untuk Memenenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Stase
Keperawatan Gadar Kritis
Disusun Oleh :
Ririn Purwantini, S.Kep
A32020204
Pembimbing,
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN............................................................................ ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I LAPORAN PENDAHULUAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
A. Pengertian.................................................................................... 1
B. Etiologi........................................................................................ 1
C. Batasan Karakteristik................................................................... 2
D. Fokus Pengkajian......................................................................... 2
E. Patofisiologi dan Pathway Keperawatan..................................... 4
F. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Muncul........................... 6
G. Intervensi Keperawatan............................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
LAPORAN PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Pola nafas tidak efektif adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak
memberikan ventilasi adekuat (SDKI Edisi 1, 2016).
Ketidakefektifan pola nafas adalah inspirasi dan/atau ekspirasi yang
tidak memberi dukungan ventilasi adekuat (Herdman, 2018)
Menurut Judith & Ahern (2013) mendiskripsikan pola nafas yang
tidak efektif adalah inspirasi dan atau ekspirasi ventilasi pernafasan tidak
adekuat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pola nafas tidak efektif adalah
frekuensi nafas yang tidak adekuat yang didapat dari ventilasi pernafasan.
B. ETIOLOGI
Penyebab pola efektif tidak efektif :
(SDKI PPNI, 2016)
1. Depresi pusat pernapasan
2. Hambatan upaya nafas (mis. Nyeri saat bernafas, kelemahan otot
pernafasan)
3. Deformitas dinding dada
4. Deformitas tulang dada
5. Gangguan neuromuscular
6. Gangguan neurologis
7. Imaturitas neurologis
8. Penurunan energi
9. Obesitas
10. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru
11. Sindrom hipoventilasi
12. Kerusakan inervasi diagfragma
13. Cedera pada medulla spinalis
2
C. BATASAN KARAKTERISTIK
Tanda dan gejala pla nafas tidak efektif di bagi menjadi 2 yaitu :
(SDKI PPNI, 2016)
1. Pola nafas tidak efektif
a. Data minor :
1) Dipsnea
2) Penggunaan otot bantu pernapasan
3) Fase ekspirasi memanjang
4) Pola nafas abnormal (takipnea, bradipsnea,hiperventilasi,
kussmaul, cheyne-stokes)
b. Data minor :
1) Ortopnea
2) Pernapasan pursed-lip
3) Pernapasan cuping hidung
4) Kapasitas vital menurun
5) Tekanan inspirasi menurun
6) Tekanan ekspirasi menurun
7) Eksursi dada berubah
A. FOKUS PENGKAJIAN
1. Pengumpulan data Anamnese didapat :
a. Identifikasi Pasien
b. Keluhan utama : Pasien mual muntah dan sesak napas, hipotensi, serta
sakit kepala
c. Riwayat penyakit sekarang : Pasien datang dengan keluhan sesak napas,
kelemahan, tekanan darah menurun (hipotensi ortostatik). terkadang
disertai muntah dan mual, pasien juga adapat mengeluhkan cemas atas
apa yang sedang dialaminya.
3
Pathway
DM tipe 1
Dm tipe 2 Stress
6
D. Akumulasi Insulin
Glukoneoge benda keton
nensis
Hipermetabolisme
Asidosis metabolik
Asidosis
Syok (koma
Pola nafas delirium)
tidak efektif Perfusi perifer
tidak efektif
Resiko cedera
7
Kolaborasi
6. Kolaborasi
pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik, jika
perlu.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong
Program Studi Pendidikan Profesi Ners
Jl. Yos Sudarso No 461, Telp/Fax (0287)472433, 473749, Gombong, 54412
Website: E-mail:
PENGKAJIAN KEPERAWATAN KRITIS
BAB II
TINJAUAN KASUS
Nama Mahasiswa : Ririn Purwantini, S.Kep
NIM : A32020204
Tgl/ Jam : 02/02/21 14.00WIB Tanggal MRS : 01/02/21 21.00 WIB
Ruangan : R. ICU Diagnosis Medis : KAD, HT
Nama/Inisial : Ny. R No.RM : 004100xxx
Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan : Menikah
IDENTITAS
Riwayat di IGD : pasien datang diIGD dengn keluahan sesak sejak tadi malam,
muntah-muntah. TD: 210/108mmHg, N: 162x/menit, RR: 39x/menit, S: 36.8oC. GDS 725gr/dl.
Pasien terpasang nasal kanul 3lt/menit, terpasang NGT dan selang kateter. Observasi GDS di IGD
dan dipindahkan ke ruang ICU pada jam 24.00 WIB 01/02/21.
Riwayat Allergi : pasien tidak memiliki riwayat alergi
Riwayat Pengobatan : pasien sebelumnya belum pernah melakukan pengobatan terkait
penyakitnya
Riwayat penyakit sebelumnya dan Riwayat penyakit keluarga: keluarga mengatakan tidak ada
riwayat penyakit yang sama sebelumnya
11
Bentuk : mesocephal
Rambut : beruban, sedikit kotor
Kulit kepala : tidak ada luka
Penglihatan : √ baik penurunan kesadaran
Konjungtiva : Anemis √ Tidak Anemis
Sclera : √ Ikterik Tidak Ikterik
Pernafasan Cuping hidung Ada √ Tidak Ada
Infeksi sinus : Ya √ Tidak Lokasi ... ...
Mulut : bersih √ kurang , kondisi mulut kering
15
Kulit
Sianosis: Ada √ Tidak Ada
Pallor: Ada √ Tidak Ada
Eritema: Ada √ Tidak Ada
Jaundice: Ada √ Tidak Ada
Petekie: Ada √ Tidak Ada
Lesi: Bula pustula vesikel sisik √ Tidak Ada
Data Sekunder
1. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium (abnormal)
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
Selasa Leukosit 13.46 3.8-10.6 rb/ul
01/02/21 Eritrosit 3.22 4.4-5.9 juta/ul
Hemoglobin 12.5 13.2-17.3 gr/dl
Hematokrit 30.2 40-52 %
2. Terapi
No Tanggal Nama therapi Dosis
ANALISA DATA
No Tanggal Data Etiologi Masalah
1 Selasa S: Penurunan otot Pola nafas tidak
02/02/21 O: pernafasan efektif
- Tingkat kesadaran pasien dibuktikan
somnolen GCS E3V1M5 dengan pasien
- Dipsnea dipsnea
- Penggunaan otot bantu nafas terpasang nasal
- Terpasang nasal kanul 3 kanul 3lt/menit
lt/menit
RR : 18x/menit
SPO2 : 99%
2 Selasa S: Gangguan Ketidakstabilan
02/02/21 O: toleransi kadar glukosa
- Pasien terlihat lemah glukosa darah dibuktikan
- GDS : 297 mg/dl dengan hasil
- TD : 171/101 mmHg GDS : 272
- N: 96x/menit mg/dl
- S: 36oC
3 Selasa S: Kegagalan Hipovolemia
02/02/21 O: mekanisme dibuktikan
- Bibir tampak kering dan pucar regulasi dengan
- Membrane mukosa kering penurunan
- Jumlah cairan masuk : 1500cc kadar Hb dan
- Jumlah cairan keluar : 1320 cc Ht dan urine
- BC : -180 cc output sedikit
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d penrunan otot pernapasan
2. Ketidakstabilan kadar glukosa b.d Gangguan toleransi glukosa darah
3. Hipovolemia b.d kegagalan mekanisme regulasi
19
RENCANA KEPERAWATAN
N Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
o Keperawatan
1 Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan intervensi 3x8 jam Manajemen jalan nafas (I.01012) 1. Mengetahui tingkat pola nafas pasien
b.d penrunan otot masalah keperawatan pola nafas 1. Monitor pola nafas (frekuensi, 2. Membantu kepatenan jalan nafas
pernapasan tidak efektif dapat teratasi dengan kedalaman, usaha nafas) pasien
kriteria hasil : 2. Pertahankan kepatenan jalan nafas 3. Membantu mengurangi dipsnea
Pola nafas (L.01004) 3. Posisikan semi-fowler/fowler pasien
- Dipsnea menurun 4. Berikan oksigenasi 4. Membantu kecukupan oksigenasi
- Penggunaan otot bantu nafas 5. Kolaborasi pemberian obat pasien
sedang 5. Melancarkan kepatenan jalan nafas
- Frekuensi nafas normal pasien
2 Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan intervensi 3x8 jam Hiperglikemia: 1. Pasien yang menggunakan banyak
glukosa b.d Gangguan masalah keperawatan ketidakstabilan 1. Monitor glukosa darah sebelum suntikan insulin harus dimonitor
toleransi glukosa darah kadar glukosa darah dapat teratasi makan, sebelum tidur, sesudah dan glukosa darah sebanyak tiga kali atau
dengan kriteria hasil : sebelum pemberian terapi. lebih setiap hari.
2. Monitor glukosa darah setiap 2. Pengecekan setiap 4-6 jam biasanya
- Pasien mampu 4-6 jam. cukup untuk menentukan koreksi
mendemonstrasikan bagaimana 3. Pertimbangkan pemantauan glukosa dosis insulin.
cara memeriksa kadar glukosa darah setelah makan. 3. Pemantauan setelah makan
darah yang benar. 4. Pantau tanda dan gejala diperlukan untuk mencapai target.
- Kadar glukosa darah dalam hiperglikemia seperti poliuria, 4. Pengenalan dini dan pengobatan
20
rentang normal: Kadar gula darah polidipsia, polifagia. hiperglikemin dapat mencegah
sewaktu 100-130 mg/dL, kadar 5. Kolaborasi pemeriksaan urine untuk perkembangan menjadi ketoasidosis
gula darah puasa 80-126 mg/dL, keton jika kadar glukosa darah >300 atau hiperglikemia hiperosmolar.
dan kadar gula darah 2 Jam PP mg/dL. 5. Keton dapat menunjukkan terjadinya
120- 160 mg/dL. 6. Kolaborasi dengan Dokter dalam ketoasidosis.
pemberian Terapi. 6. Pemberian terapi yang tepat dapat
mendukung penyembuhan penyakit.
3 Hipovolemia b.d Setelah dilakukan intervensi 3x8 jam Pemantauan cairan (I.03121) 1. Memantau kedaan pasien dari tekanan
kegagalan mekanisme masalah keperawatan hipovolemia 1. Monitor tanda-tanda vital darah, nadi, nafas dalam kondisi
regulasi dapat teratasi dengan kriteria hasil : 2. Monitor elastisitas turgor kulit normal/tidak
Status cairan (L.03028) 3. Monitor jumlah, warna urine output 2. Memantau turgor kulit dlam keadaan
- Turgor kulit membaik 4. Monitor intake dan output cairan membaik/belum
- Membrane mukosa membaik 5. Indentifikasi tanda-tanda 3. Memantau urine masih keluar/tidak
- Intake dan output dalam batas hipovolemia dan banyaknya serta konsistensi
normal warna
- Output urine meningkat 4. Memantau intake dan output cairan
dalam keadaan balance atau tidak
5. Mengetahui tanda-tanda yang yang
mengakibatkan hipovolemia
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
21
WIB O:
- Kulit pasien kering
- Mukosa bibir kering
- Orine output sedikit
16.00 3 Mengidentifikasi adanya hipervolemia S:
WIB O:
- Adanya gangguan mekanisme regulasi
- Penurunan Intake lebih banyak dari pada output
16.30 2 Memonitor Gula darah sebelum makan S:
WIB O:
- Cek GDS sebelum makan 217 mg/dl
17.30 2 Memonitor glukosa 4-6 jam S:
WIB O:
- Cek GDS tiap 4-6 jam jika GDS 200-250 mg/dl
18.30 1,2, Memberikan terapi obat S:
WIB 3 O:
- Citicolin 500mg IV
- Prorenal 1 tab
- CPG 75gr/ tab
- Digoksin 0.25 gr/tab
- Spinorolakton 0.5/tab
19.00 2 Memantau tanda gejala hiperglikemia S:
WIB O:
23
WIB O:
- Membenarkan posisi pasien
- Latih gerak tangan dan kaki
15.30 3 Membantu kebutuhan BAK (membuang urine) S:
WIB O:
- Terpasang selang kateter
- Urine output 200 cc
16.00 1.2. Memonitor tanda-tanda vital dan keadaan umum S:
WIB 3 O:
- Pasien mengeluh sakit dan bicara ngelantur
- Komunikasi masih sulit
- TD: 170/105 mmHg
N: 110 x/menit
RR: 14x/menit
SPO2: 99%
16.10 3 Menghitung balance cairan S:
WIB O:
- Intake 700 cc
- Output 1050
BC= - 385
17.00 1,2, Memberikan terapi obat S:
WIB 3 O:
- Lasix IV
25
- Ondansetron IV
18.00 1.2. Memonitor tanda-tanda vital S:
WIB 3 O:
- Pasien mulai memahami diajak berkomunikasi GCS
E4V3M5
- TD: 162/95 mmHg
N: 90 x/menit
RR: 19x/menit
- SPO2: 99%
18.15 3 Memonitor intake dan output S:
WIB O:
- Intake 760 ml
- Output 1075 ml
18.30 2 Menghitung balance cairan S:
WIB O:
- Intake –(outout+iwl) 760-1075 = -315
19.00 1.2. Memonitor tanda-tanda vital S:
WIB 3 - Pasien mengeluh sakit ingin ditunggu keluarga
O:
- Pasien memahami diajak berkomunikasi GCS
E4V3M5
- TD: 141/100 mmHg
N: 101x/menit
26
RR: 13x/menit
SPO2: 99%
19.15 3 Membantu kebutuhan BAK S:
WIB O:
- Terpasang keteter
- Utine output 700ml
19.30 3 Menghitung balance cairan S:
WIB O:
- Intake –(outout+iwl) 940-1850 = -910
Kamis, 15/10/2020
20.30 1 Memonitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas) S:
WIB O:
- Pasien tiak sadarkan diri GCS E4V2M5
- RR : 17x/menit
- SPO2 : 99%
Tidak ada suara nafas tambahan
21.00 1.2. Memonitor tanda-tanda vital dan keadaan umum S:
WIB 3 O:
- KU cukup
- TD: 136/88 mmHg
N: 98 x/menit
RR: 17x/menit
SPO2: 99%
27
- Lasix IV
- Phenitolin IV
- Prorenal 1 tab
- CPG 75gr/ tab
- KSR 1 tab
06.00 2 Memonitor Gula darah puasa S:
WIB O:
- Nilai GDS 192
06.10 1.2. Memonitor tanda-tanda vital dan kondisi umum S:
WIB 3 O:
- Kondisi umum cukup
- TD: 146/85 mmHg
N: 106 x/menit
RR: 16x/menit
SPO2: 99%
06.30 3 Menghitung balance cairan S:
WIB O:
Intake –(outout+iwl) 1060-1600 = -540
30
EVALUASI
Dx Keperawatan SOAP Paraf
Selasa, 02/02/21 Jam 21.00 WIB
Pola nafas tidak efektif b.d penrunan S:
otot pernapasan O:
- KU cukup
- Kesadaran samnolen GCS E4V1M5
- RR : 18x/menit
- SPO2 : 99%
- Penggunaan alat bantu nafas
- Terpasang nasal kanul 3lt/menit
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Manajemen jalan nafas
- Monitor frekuensi nafas
Ketidakstabilan kadar glukosa b.d S:
Gangguan toleransi glukosa darah O:
- Ku: cukup
- Kesadran somnolen GCS E4V1M5
- TD: 142/86 mmHg
- N: 104x/menit
- RR: 18x/menit
31
- GDS : 72 mg/dl
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor GDS/2jam
RR: 13x/menit
- SPO2: 99%
- Penggunaan alat bantu nafas
- Terpasang nasal kanul 3lt/menit
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Manajemen jalan nafas
- Monitor frekuensi nafas
Ketidakstabilan kadar glukosa b.d S:
Gangguan toleransi glukosa darah O:
- Pasien terlihat lemah
- Bicara kacau
- TD: 141/100 mmHg
N: 101x/menit
RR: 13x/menit
- GDS : 129 mg/dl
A: Masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor GDS/4jam
- Pemberian insulin 50/50 sleeding scale
Hipovolemia b.d kegagalan S:
33
mekanisme regulasi O:
- Turgor kulit membaik
- Intake –(outout+iwl) 940-1850 = -910
- Selang NGT dialirkan
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Monitor tanda-tanda vital
- Monitor intake dan output
- Monitor tanda-tanda hypovolemia
A. PENGKAJIAN
Berdasarkan kasus diatas, diagnosa yang keperawatan utama yang muncul
adalah pola nafas tidak efektif. Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah keadaan
darurat hiperglikemi yang mengancam jiwa pasien dengan diabetes melitus
dimana hasil laboratorium menunjukkan pH, pCO2 dan HCO3 turun. Produksi
reactive oxygen species meningkat dalam kondisi hiperglikemi dan stres
oksidatif berkontribusi pada kerusakan kardiovaskuler diinduksi oleh
hiperglikemi (Rekha Nova Iyos, 2017).
B. Diagnosa Keperawatan Yang Muncul Dan Intervensi Yang Diberikan
Diagnosa keperawatan pola nafas tidak efektif muncul karena pasien
mengalami sesak nafas dan jalan nafas tidak paten terpasang alat bantu nafas
yaitu nasal kanul. Pasien terpasang nasal kanul 3lt/menit. TD : 171/101
mmHg, N: 96x/menit, RR: 12x/menit, S: 36oC, SPO2: 99%, GDS 297mg/dl.
Intervensi yang diberikan pada Ny.R dengan diagnosa keperawatan pola nafas
tidak efektif dengan memposisikan pasien semi fowler/fowler, dengan
pemasangan terapi oksigenasi dnegan nasal kanul 3lt/menit.
Diagnosa keperaatan sebagai dasar pengembangan rencana intervensi
keperawatan (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Diagnosa keperawatan
utama yang muncul pada kedua pasien adalah pola nafas tidak efektif.
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016) pola nafas tidak efektif adalah
inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat. Penyebab
terjadinya pola nafas tidak efektif diantaranya sebagai berikut : depresi pusat
pernafasan, hambatan upaya nafas, deformitas dinding dada, deformitas tulang
dada, gangguan neuromuskular, imaturitas neurologis, penurunan energi,
obesitas, posisi tubuh yang menghambat ekspansi paru, sindrom hipoventilasi,
cedera pada medula spinalis. Gejala dan tanda mayor dengan masalah pola
nafas tidak efektif berdasarkan data subektif adalah dispnea, sedangkan data
objektif adalah fase ekspirasi memanjang, pola napas abnormal (takipne,
38
39