Anda di halaman 1dari 6

Nama : Stienkha Thysdi Unawekla

NPP : 31.1096

Kelas : A-6

SISTEM NILAI KEPAMONGPRAJAAN

Nilai adalah sesuatu yg abstrak, bukan konkret. Nilai juga berkaitan dgn cita2,

harapan, keyakinan, & hal2 yg bersifat batiniah. Menilai berati menimbang, yaitu kegiatan

manusia yg menghubungkan sesuatu dgn sesuatu yg lain utk mengambil suatu keputusan.

Nilai-nilai kepamongprajaan

1. Voorit zien/Visioner ( Memandang sejauh mungkin kedepan )

2. Conducting(Membangun kinerja bersama melalui prilaku ator yang berbeda-beda).

3. Coordinating ( Membangun kinerja masing2 melalui kesepakatan bersama yg berbeda

4. Peace Making ( Membangun kerukunan & kebersamaan)

5. Residu- Caring (Mengelola sampah, sisa, yg beda. Yg salah & yg terbuang) .

6. Turbulence – Serving (Mengelola ledakan yg dianggap mendadak / diluar

kemampuan .

7. Fries Ermessen (Keberanian bertindak untuk kemudian

mempertanggungjawabkannya )

8. Generalis and Specialist function (Knowing less and less about more and more and

more about less and less )

9. Responsilbility (Menjawab dengan jelas dan jujur, menanggung resiko secara pribadi

menurut etika Otonom)


10. Magnanimous-thinking (mind-Berpemikiran besar & kuat menerobos zaman

membuat sejarah)

11. Omnipresence (Terasa hadir dimana2)

12. Distinguished statesmanship

13. (Kenegarawan-utamaan, selama memangku jabatan public, berdiri diatas semua

kepentingan, tidak memihak,impartial )


SISTEM PENDIDIKAN TINGGI KEPAMONGPRAJAAN

A. Jaman Belanda

Pemerintahan Hindia Belanda memerlukan banyak orang orang pribumi untuk

dijadikan pegawai pemerintahan . Oleh karena itu pada tahun 1879 di Bandung,

pemerintahan Hindia Belanda mendirikan Opleidings-School Voor Indlandsche

Ambtenaren (OSVIA) atau sekolah pendidikan bagi calon pegawai-

pegawai bumiputra yg pendidikannya selama 5 tahun. Tahun 1908 menjadi 7 tahun.

Setelah lulus mereka dipekerjakan dlm pemerintahan kolonial sebagai PP.

Sekolah ini dimasukkan ke dlm sekolah ketrampilan tinggi menengah (usia 12-16 th)

dan mempelajari soal-soal administrasi pemerintahan

B. Pada masa awal kemerdekaan RI

Tahun 1948 dibentuk lembaga Pendidikan dalam lingkungan Kemendagri, Sekolah

Menengah Tinggi (SMT) Pangreh Praja, kemudian berganti nama menjadi Sekolah

Menengah Pegawai Pemerintahan Administrasi Atas (SMPAA) di Jakarta &

Makassar. Tahun 1952, Kemendagri menyelenggarakan Kursus Dinas C (KDC) di

Kota Malang.

Pemerintah mendirikan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) pada tanggal

17 Maret 1956 di Malang, Jawa Timur. APDN di Malang bersifat APDN Nasional

berdasarkan SK Mendagri No. Pend.1/20/56 tanggal 24 September 1956 yang

diresmikan oleh Presiden Soekarno di Malang, dengan Direktur pertama Mr. Raspio

Woerjodiningrat. Lulusan APDN dinilai masih perlu ditingkatkan dalam rangka upaya

lebih menjamin terbentuknya kader-kader pemerintahan yang ” qualified leadership

and manager administrative ”, terutama dalam menyelenggarakan tugas-tugas.

Kemudian dibentuklah Institut Ilmu Pemerintahan (IIP)


C. Pada masa Orde Baru

Tahun 1972 Institut Ilmu Pemerintahan ( IIP) yang berkedudukan di Malang

Jawa Timur dipindahkan ke Jakarta melalui Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor

94 Tahun 1972. Pada tanggal 9 Maret 1972. Tahum 1988, melalui Kep. No. 38 Tahun

1988 Tentang Pembentukan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri Nasional

(APDN).

APDN Nasional ditingkatkan statusnya berdasarkan Kepres No. 42 Th 1992

tentang Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri, maka status APDN menjadi

STPDN dengan program studi D III yang diresmikan oleh Presiden RI pada tanggal

18 Agustus 1992.

Keberadaan STPDN dgn pendidikan profesi (prog. D IV) dan IIP yang

menyelenggarakan pendidikan akademik prog. sarjana (Strata I), menjadikan

Depdagri memiliki dua (2) Pendidikan Tinggi Kedinasan dengan lulusan yang sama

dengan golongan III/a.

D. Pada masa Reformasi

Kebijakan Nasional mengenai pendidikan tinggi sejak tahun 1999 antara lain

yang mengatur bahwa suatu Departemen tidak boleh memiliki 2 atau lebih perguruan

tinggi dalam menyelenggarakan keilmuan yang sama, mendorong Depdagri untuk

mengintegrasikan STPDN ke dalam IIP .

Pengintegrasian terwujud dengan ditetapkannya Kepres No. 87 Th 2004

tentang Penggabungan STPDN ke dalam IIP & sekaligus mengubah nama IIP

menjadi Institut Ilmu Pemerintahan ( IPDN ).


Tujuan penggabungan STPDN ke dalam IIP tersebut, untuk meningkatkan

efektivitas penyelenggaraan pendidikan kader pamong praja di lingkungan

Kementerian Dalam Negeri.

Untuk memenuhi persyaratan menjadi Institut, di IPDN telah dibentuk 3 Fakultas:

1. Fak. Politik Pemerintahan

 Prodi Studi Kebijakan

 Prodi Politik Indonesia Terapan

 Prodi Pembangunan Ekonomi & Pemberdayaan Masyarakat

2. Fak. Manajemen Pemerintahan

 Prodi Administrasi Pemerintgahan daerah

 Prodi Manajemen SDM Sektor Publik

 Prodi Keuangan Publik

 Prodi Teknologi Rekayasa Informasi Pemerintahan

3. Fak. Perlindungan Masyarakat

 Prodi Praktek Perpolisian Tata Pamong

 Prodi Studi Kependudukan & Pencatatan Sipil

 Prodi Keamanan & Keselamatan Publik

Mulai tahun 2010 kebijakan Pendidikan Kepamongprajaan dikonsentrasikan pada

Program Diploma IV (D-IV) pada semester I, II, 111, IV, V dan VI setelah masuk semester

VII dan VIII dilaksanakan penjurusan dan pengalihan ke Program Strata Satu (S-1).

Pada Kampus IPDN di Cilandak Jakarta diselenggarakan Program Pascasarjana Strata

Dua (S-2) dan Strata Tiga (S-3), program profesi kepamongprajaan serta kegiatan penelitian

dan pengabdian masyarakat.


 Contoh Ilmu lainnya yang berhubungan dengan Ilmu Pemerintahan

1. Pendidikan Kewarganegaraan

2. Pengantar Ilmu Politik

3. System Hukum Indonesia

4. Sistem Sosial Budaya Indonesia

5. Teori-teori Politik dan Pemerintahan

Anda mungkin juga menyukai