Amin Level 2
Amin Level 2
METODE “AMIN”
MODUL LEVEL
2
(LANGKAH 3-5)
Disusun oleh:
AZIZI FATHONI K., S.Pd
َّ َّ َّ
يم
ح هِمۡسِب ٱلله ٱلرِنَٰمۡح ٱلر ه
Al-Imam Muhammad bin Idris Al-Syafi’i
–rahimahullâh–
› َّح ِو ْاهتَ َدى إِلَى َج ِمْي ِع الْعُلُ ْوِم ِ
ْ ‹ َم ْن تَبَ َّحَر في الن
“Barang siapa menguasai tata bahasa Arab
niscaya ia akan dapat menyelami
berbagai ilmu syari’at.”1
1
Ibn al-‘Imad al-Hanbali, Syadzarât al-Dzahab fî Akhbâr Man Dzahab, hlm. 407
35
LANGKAH 3
Memahami Bentuk-bentuk Dasar Kalimat,
serta Kedudukan Kata di Dalamnya
Target
Mengenal macam-macam susunan Kalimat dan susunan Non-Kalimat
Memahami bagian-bagian susunan kalimat dan non-kalimat beserta I’rab-nya
Memahami Nawasikh dan pengaruhnya terhadap I’rab
Memahami kalimat syarath (Jumlah Syarthiyyah) serta pengaruhnya terhadap
I’rab
Indikator
Mampu membedakan Jumlah Ismiyyah dan Jumlah Fi’liyyah dan menentukan
bagian-bagian inti keduanya
Mampu mengidentifikasi susunan non-kalimat yang ada pada kalimat serta
menentukan i'rabnya
Mampu menerjemahkan kalimat sederhana serta meng-i’rab masing-masing
kata di dalamnya: dengan menyebutkan apa I’rabnya, apa tandanya, serta apa
alasannya
36
A. Kedudukan Kata dalam Kalimat
I'rab pada Isim Mu’rab dapat diketahui dari: kedudukannya dalam susunan atau kalimat,
atau adanya Harf ‘Âmil yang mendahuluinya. Sedangkan i'rab pada Fi’il Mu’rab dapat diketahui
dari adanya Harf ‘Âmil yang mendahuluinya. Perhatikan tabel berikut.
Keterangan:
1. Lafazh isim “al-râhat[u]” di situ ber-I’rab Rafa’ (marfû’) dengan tanda Dhammah adalah
karena ia berkedudukan sebagai Mubtada`.
2. Lafazh isim “al-jannat[i]” di situ ber-I’rab Jarr (majrûr) dengan tanda Kasrah adalah karena
didahului Harf ‘Amil, yaitu Harf Jarr ( ) في.
3. Lafazh fi’il “yanam[]” ber-i’rab Jazm (majzûm) dengan tanda Sukun adalah karena didahului
harf ‘amil, yaitu Harf Jazm ( ) لم.
Jadi, apabila lafazh mu’rab itu berupa Isim maka i’rab-nya dapat diketahui antara: dari
kedudukannya dalam susunan/kalimat, atau dari adanya Harf ‘Amil yang mendahuluinya.
Sedangkan apabila lafazh mu’rab itu berupa Fi’il, maka i’rab-nya dapat diketahui: dari adanya
Harf ‘Amil yang mendahuluinya, dengan ketentuan:
- Dia Manshub dengan tanda Fathah manakala didahului Harf ‘Amil Nashab;
- Dia Majzum dengan tanda Sukun manakala didahului Harf ‘Amil Jazm; dan
- Dia Marfu’ dengan tanda Dhammah manakala tidak didahului Harf ‘Amil, baik ‘Amil
Nashab maupun Harf ‘Amil Jazm.
Dengan demikian berarti selain mengenali apa saja Harf ‘Amil yang mempengaruhi
i'rab Isim dan i'rab Fi’il, juga penting mengetahui apa saja macam-macam kedudukan dalam
susunan kalimat guna mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap i’rab Isim.
Pada langkah ke-dua lalu, telah dibahas bagaimana mengidentifikasi Lafazh Mabni dan
Lafazh Mu’rab. Pada langkah ke-tiga kali ini akan dibahas mengenai bentuk susunan kata
berikut pengaruhnya terhadap macam I’rab pada lafazh-lafazh mu’rab manakala menempati
posisinya.
37
B. Meng-I’rab Kata
Berkaitan dengan penentuan harokat akhir masing-masing kata dalam susunan
kalimat, kita harus mampu menjelaskan alasan kenapa harokat-harokat yang kita sematkan
pada masing-masing kata tersebut. Dan karena harokat hanyalah merupakan tanda atau
simbol saja daripada i’rab setiap kata, maka kita harus mampu menjelaskan apa i’rab masing-
masing kata yang kita harokati tersebut. Dengan begitu aktivitas mengharokati atau
membaca teks gundul yang kita lakukan akan berlangsung secara teratur dan terukur, alias
tidak ngawur atau sembarangan.
Bagaimana caranya? Mudah saja! Pertama; kenali terlebih dahulu mana kata yang
Mabni dan mana yang Mu’rab, sebagaimana yang telah dibahas pada materi langkah ke-2.
Setelah itu, kita jelaskan i’rabnya berdasarkan ketentuan:
1. Jika berupa lafazh Mabni, maka kita cukup menjelaskan:
a. Dia Mabni apa? dan
b. Apa alasan ke-mabni-annya?
2. Jika berupa lafazh Mu’rab, maka kita jelaskan:
a. Terkait i’rab
- Apa i’rab-nya?
- Apa alasan i’rab-nya?
b. Terkait tanda i’rab (harokat)
- Apa tanda i’rab-nya?
- Apa alasan tanda i’rab-nya?
Sebagai contoh, saat ada tulisan:
في المسجد
Maka kita akan mengharokatinya menjadi:
فِي الْ َم ْس ِج ِد
Dengan keterangan i’rab:
Fî : Mabni Sukun, karena ia Harf
Al-Masjid[i] : Majrur karena didahului Harf Jarr. Bertanda Kasrah
Maksudnya adalah:
Fî : (mabni apa?) Mabni Sukun, (alasan ke-mabni-annya apa?) karena ia Harf
Al-Masjid[i] : (mu’rab apa?) Majrur alias ber-i’rab Jarr, (alasan ke-majrur-annya apa?)
karena didahului Harf Jarr. (tanda jarr-nya apa?) Bertanda Kasrah
Demikianlah contoh i’rab dari lafazh Mabni (Fî) dan lafazh Mu’rab (Al-Masjid[i]). Dan untuk
kepentingan inilah, pada masing-masing materi di bawah ini yang berjudul “Susunan Kata”
ditambahkan keterangan i’rab kata sesuai kedudukannya masing-masing.
C. Susunan Kata
Susunan kata dalam bahasa Arab ada yang berupa kalimat sempurna dan ada yang tidak
berupa kalimat. Disebut kalimat sempurna manakala telah memberi faidah sempurna,
meskipun hanya dua kata. Contohnya:
38
ِ َالطَّالِب ن
اجح ُ
Murid tersebut berhasil
Karena sudah terdiri dari Subjek dan Predikat. Sebaliknya, disebut non-kalimat manakala
belum memberi faidah sempurna. Contohnya:
ِ الطَّالِب الن
َّاج ُح ُ
Murid yang berhasil itu
Karena belum berupa susunan Subjek-Predikat. Artinya belum jelas, murid yang berhasil itu
kenapa? Kata al-nâjih di situ bukan Predikat sebagaimana kata nâjih pada kalimat
sebelumnya. Melainkan sifat bagi lafazh al-thâlib. Susunan tersebut akan menjadi sempurna
dengan membubuhkan Predikat. Misalnya:
ِ الطَّالِب الن
َّاج ُح َسعِْيد ُ
Murid yang berhasil itu bahagia
Berikut ini rinciannya.
1. Susunan Kalimat
Kalimat Sempurna ada dua macam: Jumlah Ismiyyah dan Jumlah Fi’liyyah.
a. Kalimat Ismiah (Jumlah Ismiyyah)
Jumlah Ismiyyah: Kalimat yang diawali Isim. Contoh:
ِ الْولَ ُد م
اهر َ َ
Anak itu pandai
Ciri-ciri
1) Memiliki susunan inti: Mubtada`-Khabar
ِ الْولَ ُد م
اهر َ َ
Anak itu pandai
al-Walad[u] : Mubtada`
Mâhir[un] : Khabar
2) Mubtada` berupa Isim Ma’rifat2 (Isim berAlif-Lam, Isim ‘Alam, Isim Isyârah, dan
Isim Dhamîr)
ِ الْولَ ُد م
اهر َ َ
Anak itu pandai
2
Isim Ma’rifah adalah jenis isim yang bersifat pasti atau spesifik (definitif). Lawan dari Isim Ma’rifah disebut
Isim Nakirah. (Lihat langkah 1, pada pembagian isim dari sisi kepastiannya)
39
ُه َو ُم َعلِّم
Dia adalah seorang pengajar
صان ِ
َ ٰه َذا ح
Ini adalah binatang kuda
3) Antara Mubtada` dan Khabarnya terselipi makna: itu/adalah/merupakan
ِ الْولَ ُد م
اهر َ َ
Anak [itu] pandai
صان ِ
َ ٰه َذا ح
Ini [adalah] kuda
َّها ِر ِ ِ
َ الدَّيْ ُن َهم في اللَّْي ِل َم َذلَّة في الن
Hutang [merupakan] kegelisahan di malam hari [lagi] kehinaan di siang
hari
I’rab
1) Mubtada` : Marfu’
2) Khabarul Mubtada` : Marfu’
Cara Meng-I’rab
ِ الْولَ ُد م
اهر َ َ
Anak [itu] Pandai
- Al-Walad[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
- Mâhir[un] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah
َزيْد نَ َّجار
40
Zaid [adalah] tukang-kayu
- Zaid[un] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
- Najjâr[un] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah
ِ الله س ِميع ب
صْي ر َ ْ َ ُ
Allah [itu] maha mendengar [lagi] maha melihat
- Allâh[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
- Samî’[un] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada` yang pertama, bertanda
Dhammah
- Bashîr[un] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada` yang kedua, bertanda
Dhammah
Langkah-langkah Mengharokati
1) Ketahui terlebih dahulu arti setiap kata yang ada dalam kalimat yang sedang dibaca.
Misal pada kalimat:
الولد ماهر
Bahwa Al-Walad berarti: anak atau seorang anak; dan Mâhir berarti: pandai3.
Dari sini diketahui bahwa ia adalah Jumlah Ismiyah atau rangkaian Mubtada` dan
Khabar, karena berawalan Isim lalu disusul ungkapan yang memberitakan perihal
Isim tersebut.
2) Rangkailah arti-arti tersebut hingga menjadi susunan kalimat sempurna yang
sesuai. Maka jadilah:
Anak [itu] pandai
Akan tampak posisi-posisinya dalam kalimat, bahwa Anak (Al-Walad) berposisi
sebagai Mubtada` karena berada di awal; dan Pandai (mâhir) adalah Khabarul
Mubtada` karena datang setelah arti “itu”.
3) Karena I’rab Mubtada` adalah Rafa’ dengan tanda dasar Dhammah, maka
harokatilah kata Al-Walad dengan Dhammah:
الْ َولَ ُد
4) Karena I’rab Khabarul Mubtada` juga Rafa’ dengan tanda dasar Dhammah pula,
maka harokatilah akhiran kata Mâhir dengan Dhammah:
ِم
اهر َ
sehingga jadilah:
ِ الْولَ ُد م
اهر َ َ
3
Langkah ini sangat ditentukan oleh banyaknya perbendaharaan kosakata, atau dengan bantuan kamus.
41
5) Lafazh Al-Walad tidak boleh ditanwin karena ia ber-Alif-Lam, dan lafazh Mâhir harus
ditanwin karena tidak ber-Alif-Lam dan ia tidak sebagai Mudhâf4
4
Mudhâf adalah kedudukan Isim yang tidak menerima alif-lam dan tanwin lantaran disandarkan pada Isim
setelahnya. Bahasan lebih lanjutnya sebentar lagi, in syâ`Allâh.
42
ِّ ُتُ ْقَرأ
ُالر َسالَة
Surat itu sedang dibaca
Adapun apabila kalimatnya berbunyi:
َزيْد يَ ْجتَ ِه ُد
ُالر َسالَةُ تُ ْقَرأ
ِّ
Maka kedua isim di awal (Zayd[un] dan al-Risâlat[u]) bukan merupakan fa’il untuk fi’il
yajtahid[u] dan yuqra`[u], melainkan sebagai Mubtada’ karena kedua kalimat tersebut
berupa Jumlah Ismiyyah (kalimat yang berawalan Isim).
Lalu manakah Fâ’il (subjek) dan Nâ`ibul Fâ’il (wakil subjek) nya? Maka jawabannya
adalah: bahwa pada contoh pertama Fâ’il-nya berupa Dhamir yang tersembunyi
dalam fi’il (dhamir mustatir), yang terhitung: Huwa ()هو, yang ia kembali kepada Zaid.
Sedangkan pada contoh kedua Nâ`ibul Fâ’il-nya berupa Dhamir yang tersembunyi
dalam fi’il (dhamir mustatir), yang terhitung: Hiya ()هي, yang ia kembali kepada Al-
Risâlah. Sehingga taqdîr (perkiraan)-nya berbunyi:
)َزيْد يَ ْجتَ ِه ُد (هو
Zaid itu ia sedang bersungguh-sungguh
ِّ ُيَ ْقَرأ
الر َسالَةَ َزيْد
(Yang) sedang membaca surat tersebut adalah Zaid
4) Adakalanya Maf’ûl Bihi (objek) mendahului Fi’il (predikat) serta Fâ’il (subjek) nya. Di
antaranya untuk faidah pengkhususan terhadap Maf’ûl Bihi (objek).
الر َسالَةَ يَ ْقَرأُ َزيْد
ِّ
Hanya surat itu saja (yang) sedang dibaca Zaid
I’rab
1) Fi’il (khusus Fi’il Mudhari’)
- Tidak didahului ‘Amil : Marfû’
- Didahului ‘Amil Nashab : Manshûb
- Didahului ‘Amil Jazm : Majzûm
2) Fâ’il : Marfû’
43
3) Nâ`ibul Fâ’il : Marfû’
4) Maf’ûl Bihi : Manshûb
Cara Meng-I’rab
يَ ْجتَ ِه ُد َزيْد
Zaid (sedang) bersungguh-sungguh
- Yajtahid[u] : Marfû’ karena tidak dipengaruhi ‘Amil, bertanda Dhammah
- Zaid[un] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah
لَ ْن يَْن َج َح الْ َك ْس ََل ُن
Seorang pemalas itu tidak akan berhasil
- Lan : Mabnî Sukun, karena ia Harf
- Yanjah[a] : Manshûb karena didahului ‘amil nashab (lan), bertanda Fathah
- Al-Kaslân[u] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah
ب
َ اد الْ َك ْل
ُ َّالصي
َّ بَ ضَر
َ
Seorang pemburu itu telah memukul anjing
- Dharaba : Mabnî Fathah, karena ia Fi’il Madhin
- Al-Shayyâd[u] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah
- Al-Kalb[a] : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah
Langkah-langkah Mengharokati
1) Ketahui terlebih dahulu arti setiap kata dalam kalimat yang sedang dibaca. Misal
pada kalimat-kalimat ini:
ضرب الصياد الكلب.1
يضرب الصياد الكلب.2
لن يضرب الصياد الكلب.3
لم يضرب الصياد الكلب.4
Bahwa Dharaba berarti: dia (L) telah memukul; Yadhrib berarti: dia (L) sedang
memukul; Lam berarti: belum; Lan berarti: tidak akan. Al-Shayyâd berarti: pemburu;
dan Kalb berarti: anjing
Dari situ diketahui bahwa rangkaian tersebut adalah Jumlah Fi’ilyyah, karena
diawali Fi’il, dengan ada Fa’il (Subjek)-nya, serta dilengkapi Maf’ûl Bihi (Objek).
2) Rangkailah arti-arti tersebut hingga menjadi kalimat sempurna (memberikan faidah
makna). Maka jadilah:
- Telah memukul seorang pemburu itu anjing tersebut
- Sedang memukul seorang pemburu itu anjing tersebut
- Tidak akan memukul seorang pemburu itu anjing tersebut
44
- Belum memukul seorang pemburu itu anjing tersebut
yang dengan gaya bahasa Indonesia5 menjadi:
ُ ض ِر
ب ْ َي
Karena pada contoh ketiga didahului ‘Amil Nashab (Lan), maka I’rabnya menjadi
Nashab dengan tanda dasar Fathah. Maka harokatilah ia:
َ ض ِر
ب ْ َلَ ْن ي
Karena pada contoh ketiga didahului ‘Amil Jazm (lam), maka I’rabnya menjadi Jazm
yang tanda dasarnya adalah Sukun. Jadilah harokatnya:
ْ ض ِر
ب ْ َلَ ْم ي
4) Kata Al-Shayyâd (pemburu), karena sebagai Fâ’il (Subjek) maka I’rabnya Rafa’ dengan
tanda dasar Dhammah; sehingga jadilah harokatnya:
اد
ُ َّالصي
َّ
5) Kata Al-Kalb (anjing) karena sebagai Maf’ûl Bihi (Objek) maka I’rabnya Nashab
dengan tanda dasar Fathah. Maka jadilah:
ب
َ الْ َك ْل
Sehingga lengkapnya menjadi:
5
Urutan pola kalimat dalam Bahasa Arab berbeda dengan urutan pola kalimat dalam Bahasa Indonesia yang
tidak lazim memposisikan Subjek sesudah Predikat (contoh: Belajar Ahmad), apalagi sesudah Predikat dan
Objek (contoh: Membaca Buku Ahmad). Namun dalam Bahasa Arab, yang demikian itu adalah wajar atau
biasa.
45
ب
َ اد الْ َك ْل
ُ َّالصي
َّ بَ ض ِر
ْ َلَ ْن ي
ب
َ اد الْ َك ْل
ُ َّالصي ْ ض ِر
َّ ب ْ َلَ ْم ي
6) Apabila dalam sebuah Jumlah Fi’liyyah tidak ditemukan Fâ’il (Subjek), dan tidak pula
berupa dhamîr yang kembali kepada kata tertentu sebelumnya. Misalnya tiba-tiba
muncul ungkapan:
يضرب الكلب
Maka kemungkinan maknanya adalah:
- Anjing itu sedang memukul (dengan fi’il dibaca aktif)
- Anjing itu sedang dipukul (dengan fi’il dibaca pasif)
Lalu sesuaikan dengan konteks ungkapan. Jika maksudnya memang arti yang
pertama, maka harokatilah menjadi:
ب ُ ض ِر
ُ ب الْ َك ْل ْ َي
Jika yang sesuai adalah arti yang ke-dua, maka harokatilah:
ب
ُ ب الْ َك ْل
ُ ضَر
ْ ُي
Tentang bagaimana memodifikasi Fi’il Mabni Ma’lûm (bentuk Aktif) menjadi Fi’il
Mabni Majhûl (bentuk Pasif), akan dijelaskan di langkah terakhir, in syâ`allâhu ta’âlâ.
LATIHAN I
1. Tentukan mana Jumlah Ismiyyah dan mana Jumlah Fi’liyyah di antara kalimat-kalimat
berikut dengan cukup melihat kata di awal masing-masing kalimat, dengan memberi
tanda pada kolom yang tepat.
Fi’liyyah Ismiyyah Kalimat
الْعِْل ُم نُ ْور 1
ِ الدِّين الن
َُّصْي َحة 2
ُْ
ك فِي الْ َم ِاء ُ الس َم
َّ ش ِ
ُ يَعْي 3
ت طَالِب نَ ِشْيط َ ْأَن 4
ت فِي الْ َمطْبَ ِخ ُ ت الْبِْنْ طَبَ َخ 5
ِ
ََّواء
َ ض الد ُ ْالم ِري
َ ب ْ ليَ ْشَر 6
اح الْ َجن َِّة ِ َّ
ُ َالص ََلةُ م ْفت 7
اك َمْي َدانَ َُهن 8
س ِ
َ لَ ْم يَ ْف َه ْم الغَافلُ الد َّْر 9
46
ًت ثَ ْوباً َج ِديْدا ُ لَبِ ْس 11
َه َذا أ َْمر َع ِظْيم 11
يُ ْكَرُم الْ ُم ْجتَ ِه ُد 12
الْ ُم ْجتَ ِه ُد يُ ْكَرُم 13
ص ِ
ُ لَ ْن يَْن َد َم الْ ُم ْخل 14
ِ
َُرح َم ُكم الله 15
2. Sempurnakan harokat akhir setiap kata pada kalimat-kalimat di bawah ini sambil
menentukan artinya dengan bantuan kosa kata di bawahnya, lalu jelaskan I’rabnya.
47
.7لَم يَ ْشَرب الْ َم ِريْض ال َد َواء
48
2. Susunan Non-Kalimat
Terdapat sejumlah susunan dengan faidah tidak sempurna dalam Bahasa Arab, yaitu
susunan yang bukan kalimat atau sebut saja susunan non-kalimat. Susunan-susunan
tersebut tidak dapat berdiri sendiri, namun keberadaannya dalam kalimat sangat
dibutuhkan. Di antara yang paling urgen untuk diketahui adalah: Susunan Jârr wa Majrûr,
Susunan Idhâfî, Susunan Washfî, Susunan ‘Athfî, Susunan Badalî, dan Susunan Taukîdî.
a. Susunan Jârr wa Majrûr
Tarkîb Jârr wa Majrûr: Susunan yang terdiri dari Harf Jarr dan Isim yang datang setelah
Harf Jarr.
Ciri-ciri
1) Memiliki susunan inti: Harf ‘Amil Jarr – Isim
فِي َحالَة
Dalam suatu kondisi
Fî : Harf Jarr
Hâlat[in] : Isim
2) Harf Jarr antara lainnya telah disebutkan di langkah dua.
I’rab
1) Harf Jarr : Mabni
2) Isim setelah Harf Jarr : Majrur
Cara meng-I’rab
فِي َحالَة
Dalam suatu kondisi
- Fî : Mabni Sukun, karena ia Harf
- Hâlat[in] : Majrur karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah
ص ِر
ْ َوالْ َع
Demi masa.
- Wa : Mabni Fathah, karena ia Harf
- al-‘Ashr[i] : Majrur karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah
b. Susunan Idhâfî
Tarkîb Idhâfî: Susunan yang terdiri dari dua Isim atau lebih. Dimana isim pertama
disandarkan kepada isim setelahnya.
Ciri-ciri dan ketentuan
1) Memiliki susunan inti: Mudhâf (yang disandarkan)– Mudhâf Ilayhi (yang disandari)
ت الْ َم ِال
ُ بَْي
Rumah [nya] harta
49
Bayt[u] : Mudhâf
al-Mâl[i] : Mudhâf Ilayhi
ِ مسؤو ُل ب ي
ت الْ َم ِال َْ ْ ُ ْ َ
Penanggungjawab [nya] rumah [nya] harta
Mas`ul[u] : Mudhâf
Bayt[i] : Mudhâf Ilayhi, merangkap Mudhâf
al-Mâl[i] : Mudhâf Ilayhi
ِ اب ِدي و ِان مسؤوِل ب ي
ت ال َم ِال ِ
َْ ْ ُ ْ َ َ ْ ِ َاح ب ُ َم ْفت
Kunci [nya] kantor [nya] penanggungjawab [nya] Baitul Mal (rumah [nya]
harta)
Miftâh[u] : Mudhâf,
Bâb[i] : Mudhâf Ilayhi, merangkap Mudhâf
Dîwân[i] : Mudhâf Ilayhi, merangkap Mudhâf
Mas`ûl[i] : Mudhâf Ilayhi, merangkap Mudhâf
Bayt[i] : Mudhâf Ilayhi, merangkap Mudhâf
Al-Mâl[i] : Mudhâf Ilayhi,
2) Ketentuan Mudhâf:
a) Selalu berada sebelum Mudhâf Ilayhi
b) Tidak ber alif-lâm ta’rîf dan tidak ber tanwîn
الر ُس ْوِل
َّ ُأ َُّمة
3. Ketentuan Mudhâf Ilayhi:
a) Selalu berada setelah Mudhâf
b) Bisa ber alif-lâm ta’rîf atau ber tanwîn, kecuali saat sekaligus merangkap sebagai
Mudhâf.
الر ُس ْوِل
َّ ُأ َُّمة
أ َُّمةُ َر ُس ْول
ِ أ َُّمةُ رسوِل
الله ُْ َ
4. Antara Mudhâf dan Mudhâf Ilayhi mengandung salah satu arti: nya, dalam/terhadap,
dan dari
قَلَ ُم َزيْد
Pena [nya] Zaid
ِ تََِلوةُ الْ ُقر
آنْ َ
50
Bacaan [terhadap] Al-Qur`an
ِّ ضل
الذ ْك ِر ُ ْقَ َرأ
َ َ ْت أَف
Aku telah membaca yang paling utama [dari] segala Dzikir
- Afdhal[a] : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah. Dan ia
Mudhâf.
- Adz-Dzikr[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah
51
ص ََلتِ ْي ِ ِ
َ في آخ ِر...
… di akhir shalatku
- Fî : Mabnî sukun, karena ia Harf
- Âkhir[i] : Majrûr karena didahului Harf jarr, bertanda Kasrah. Dan ia
Mudhâf.
- Shalâti- : Mabnî Kasrah, karena bertemu dengan dhamir yâ`. Di posisi i’rab
Jarr karena sebagai Mudhâf Ilayhi. Dan ia Mudhâf.
- (dhamir yâ`) : Mabni Sukun, karena ia Isim Dhamir. Di posisi i’rab Jarr karena
sebagai Mudhâf Ilayhi.
c. Susunan Washfî
Tarkîb Washfî: Susunan yang terbentuk dari dua Isim atau lebih. Dimana isim pertama
disifati dengan isim setelahnya.
Ciri-ciri dan ketentuan
1) Memiliki susunan inti: Maushûf (yang disifati) – Shifat (sifat)
الر ْح ٰم ُن
َّ ُالله
Allah [yang] mahapemurah (itu)
Allâh[u] : Maushûf
al-Rahmân[u] : Shifat
الرِحْي ُم
َّ الر ْح ٰم ُن
َّ ُالله
Allah [yang] mahapemurah [lagi] [yang] mahapenyayang (itu)
Allâh[u] : Maushûf
al-Rahmân[u] : Shifat
al-Rahîm[u] : Shifat
2) Shifat selalu berupa kata sifat dan datang setelah Maushûf
3) Antara Maushûf dan Shifat mengandung arti: … yang …
الصالِ ُح
َّ ُالر ُجل
َّ
Seorang lelaki [yang] shalih itu
4) Sifat selalu mengikuti Maushûf dalam hal: Nakirah-Ma’rifah, Muannats-
Mudzakkar, Jumlah, dan I’rab
الصالِ ُح
َّ ُالر ُجل
َّ
Seorang lelaki [yang] shalih itu
صالِح
َ َر ُجل
Seorang lelaki [yang] shalih
ُالصالِ َحة
َّ ُالْ َم ْرأَة
Seorang wanita [yang] shalih itu
52
ِ الصالِح
ان ِ َّ
َ َّ الر ُج ََلن
Dua orang lelaki [yang] shalih itu
I’rab
1) I’rab Maushûf : Tergantung posisinya dalam kalimat
الْ ُق ْرآ ُن الْ َك ِريْ ُم َو ْحي
Al-Qur`an yang mulia itu adalah wahyu
al-Qur`ân[u] : Marfu’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
ِ فِي الْ ُقر
آن الْ َك ِريْ ِمْ
di dalam al-Qur`an yang mulia itu
al-Qur`ân[i] : Majrur karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah
2) I’rab Shifat : Selalu mengikuti I’rab Maushûf
الْ ُق ْرآ ُن الْ َك ِريْ ُم َو ْحي
ِ فِي الْ ُقر
آن الْ َك ِريْ ِم ْ
Cara meng-I’rab
الرِحْي ِم
َّ الر ْح ٰم ِن ِ بِس ِم
َّ الله ْ
Dengan nama [nya] Allah [yang] maha pemurah (lagi) [yang] maha
penyayang
- Bi : Mabnî Kasrah, karena ia Harf
- Ism[i] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah. Dan ia
Mudhâf.
- Allâh[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah
- Al-Rahmân[i] : Majrûr karena sebagai Shifat bagi Allâh[i], bertanda Kasrah
- Al-Rahîm[i] : Majrûr karena sebagai Shifat bagi Allâh[i], bertanda Kasrah
الله ْاْل َِمْي ُن
ِ مح َّمد رسو ُل
ُْ َ َ ُ
Muhammad [itu adalah] utusan [nya] Allah [yang] terpercaya
- Muhammad : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
- Rasûl[u] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah.
Dan ia Mudhâf.
- Allâh[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah
- Al-Amîn[u] : Marfû’ karena sebagai Shifat bagi Rasûl Allâh, bertanda Dhammah
الله الْخالِ ِق
ِ مح َّمد رسو ُل
ُْ َ َ ُ
Muhammad [adalah] utusan [nya] Allah [yang] maha pencipta
- Muhammad[un] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
- Rasûl[u] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah.
Dan ia Mudhâf.
53
- Allâh[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah
- Al-Khâliq[i] : Majrûr karena sebagai Shifat bagi Allâh[i], bertanda Kasrah
ِ الْ ُقرآ ُن الْ َك ِريم َك ََلم
الله ُ ُْ ْ
Al-Qur`an [yang] Mulia itu [adalah] firman [nya] Allah
- Al-Qur`ân[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
- Al-Karîm[u] : Marfû’ karena sebagai Sifat bagi Al-Qur`ân[u], bertanda Dhammah
- Kalâm[u] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah.
Dan ia Mudhâf.
- Allâh[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah
d. Susunan ‘Athfî
Tarkîb ‘Athfî: Susunan yang terbentuk dari dua kata atau lebih (baik Isim maupun Fi’il)
dengan diselah Harf ‘Athaf. Dimana hukum kata kedua dan seterusnya dikaitkan
kepada kata pertama.
Ciri-ciri dan ketentuan
1) Memiliki susunan inti: Ma’thûf ‘Alayh (yang dikaiti) – Harf ‘Athaf – Ma’thûf (yang
dikaitkan)
I’rab
1) I’rab Ma’thûf ‘Alayh : Tergantung posisinya dalam kalimat
6
Macam macam huruf ‘Athaf dapat dilihat pada daftar kata yang terkategori Mabni di pembahasan langkah 2
54
Qalam[an] : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah
ت إِلَى قَلَم َوَوَرقَة
ُ نَظَْر
Aku memandang pena dan kertas
Qalam[in] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah
2) I’rab Harf ‘Athf : Mabnî
3) I’rab Ma’thûf : Selalu mengikuti I’rab Ma’thûf ‘Alayh
55
1) Memiliki susunan inti: Mubdal Minhu (yang diwakili) – Badal (wakil)
ك َعلِي ِ جاء
َ صديْ ُق
َ ََ
Telah datang temanmu (yaitu) Ali
Shadîq[u] : Mubdal Minhu
‘Aliyy[un] : Badal
2) Badal selalu datang setelah Mubdal Minhu
3) Badal mengandung arti “yaitu”, dalam arti:
a) Badal adalah sama dengan Mubdal Minhu
ك َعلِي ِ جاء
َ صديْ ُق
َ ََ
Telah datang temanmu (yaitu) Ali
(yang dimaksud “temanmu” di situ adalah Ali itu sendiri)
b) Badal adalah bagian dari Mubdal Minhu
ِ
ُت بَابُه
ُ فُت َح الْبَ ْي
Rumah itu telah dibuka (yaitu) pintunya
(pintu adalah bagian daripada rumah)
c) Badal adalah sifat Mubdal Minhu
ك َعلِي ِ جاء
َ صديْ ُق
َ ََ
Shadîq[u] : Marfû’ karena sebagai Fa’il, bertanda Dhammah
ك َعلِيًّا ِ رأَيت
َ صديْ َق
َ ُ َْ
Shadîq[a] : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah
2) I’rab Badal : Selalu mengikuti I’rab Mubdal Minhu
ك َعلِي ِ جاء
َ صديْ ُق َ ََ
ِ
ك َعليًّا ِ
َ صديْ َق َ تُ َْرأَي
Cara meng-I’rab
س ِ ِ ِّ
َ ضَر الْ ُم َعل ُم َعلي الْ َم ْجل
َ َح
56
Pengajar tersebut [yaitu] ‘Ali telah hadir di majelis
- Hadhara : Mabnî Fathah, karena ia Fi’il Madhin
- Al-Mu’allim[u] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah
- ‘Aliyy[un] : Marfû’ karena sebagai Badal bagi al-Mu’allim[u], bertanda
Dhammah
- Al-Majlis[a] : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah
ِ الله مح َّم ِد ب ِن عب ِد
الله ِ ِ ِ
َْ ْ َ ُ م ْن َر ُس ْول
Dari utusan [nya] Allah [yaitu] Muhammad [yaitu] Putra [nya] Abdullah
(hamba [nya] Allah)
- Min : Mabnî sukun, karena ia Harf
- Rasûl[i] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah. Dan ia
Mudhâf.
- Allâh[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah
- Muhammad[i] : Majrûr karena sebagai Badal bagi Rasûl[i], bertanda Kasrah
- Ibn[i] : Majrûr karena sebagai Badal bagi Rasûl[i], bertanda Kasrah. Dan ia
Mudhâf.
- ‘Abd[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah. Dan ia
Mudhâf.
- Allâh[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah
ِ
ُص َجْيبُه
ُ انْ َخَر َق الْ َقمْي
Telah robek baju itu [yaitu] sakunya
- Inkharaqa : Mabnî Fathah, karena ia Fi’il Madhin
- Al-Qamîsh[u] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah
- Jayb[u] : Marfu karena sebagai Badal bagi al-Qamîsh[u], bertanda Dhammah.
Dan ia Mudhâf.
- Hu : Mabnî Dhammah, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr karena
sebagai Mudhâf Ilayhi.
ِ
ُا ْشتَ َّد الْغَبِ ُّي ظُْل ُمه
Semakin menjadi-jadi si tolol itu [sifat] lalimnya
- Isytadda : Mabnî Fathah, karena ia Fi’il Madhin
- Al-Ghabiyy[u] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah
- Zhulm[u] : Marfû’ karena sebagai Badal bagi al-Ghabiyy[u], bertanda Dhammah
- Hu : Mabnî Dhammah, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr karena
sebagai Mudhâf Ilayhi.
f. Susunan Taukîdî
Tarkîb Taukîdî: Susunan yang terbentuk dari dua kata. Dimana kata kedua menegaskan
kata pertama.
Ciri-ciri dan ketentuan
1) Memiliki susunan inti: Mu`akkad (yang ditegaskan) –Mu`akkid (yang menegaskan)
57
ب َج ِمْي عُ ُه ْم
ُ ضَر الطََُّّل
َ َح
Para murid telah hadir [seluruh]nya
al-thullâb[u] : Mu`akkad
Jamî’[u] : Mu`akkid
2) Mu`akkid selalu datang setelah Mu`akkad, dan sekaligus sebagai Mudhâf bagi dhamir
yang kembali kepadanya (Mu`akkad).
ِ
ُه ْم ُ ضَر الطََُّّل
ُب َجمْي ع َ َح
3) Mengandung arti penegasan (benar-benar dan semacamnya). Lafazh-lafazh yang
sering digunakan sebagai Mu`akkid:
ِ
Semua ُكل ُك ُكلَّه َ ت َك ََل َم ُ َسم ْع
Semua َج ِمْيع ب َج ِمْي عُ ُه ْم ُ ضَر الطََُّّل َ َح
نَ ْفس ِ
Diri, dzat
ُضَر َعلي نَ ْف ُسه َ َح
َعْين ِ رأَي
Diri, dzat
ُت َعليًّا َعْي نَه ُ َْ
I’rab
1) I’rab Mu`akkad : Tergantung posisinya dalam kalimat
ب َج ِمْي عُ ُه ْم
ُ ضَر الطََُّّل
َ َح
Para murid telah hadir [seluruh]nya
al-Thullâb[u] : Marfû’ karena sebagai Fa’il, bertanda Dhammah
ب َج ِمْي َع ُه ْم
َ ت الطََُّّل
ُ َْرأَي
Aku melihat para murid [seluruh]nya
al-Thullâb[a] : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah
ب َج ِمْيعِ ُه ْم
ِ ت بِالطََُّّل
ُ َمَرْر
Aku melintasi para murid [seluruh]nya
al-Thullâb[i] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah
2) I’rab Mu`akkid : Selalu mengikuti I’rab Mu`akkad
ب َج ِمْي عُ ُه ْم ُ ضَر الطََُّّل
َ َح
ب َج ِمْي َع ُه ْم َ ت الطََُّّلُ َْرأَي
ب َج ِمْيعِ ِه ْم ِ ت بِالطََُّّل
ُ َمَرْر
Cara meng-I’rab
ب َج ِمْي عُ ُه ْم
ُ ضَر الطََُّّل
َ َح
Para murid telah hadir [seluruh] nya
58
- Hadhara : Mabni Fathah, karena ia Fi’il Madhin
- Ath-Thullâb[u] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah
- Jamî’[u] : Marfû’ karena sebagai Mu`akkid bagi Ath-Thullâb[u], bertanda
Dhammah. Dan ia Mudhâf.
- Hum : Mabni Sukun, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr karena
sebagai Mudhâf Ilayhi.
LATIHAN II
Lengkapi harokat dan terjemahkanlah kalimat-kalimat berikut ini dengan bantuan kosa-kata
di bawahnya, kemudian jelaskan i’rabnya!
59
Haji ِ
الح ُّج
Ibadah Jum’at الْ ُج ُم َعةُ
.6خالد بن الوليد سيف من سيوف الله
Pedang ف
السيُ ْو ُ
ف ج ُّ
السْي ُ
َّ
.7التحدث بنعمة الله شكر
Hal membicarakan, ُّث بِ
َّحد ُ
menceritakan الت َ
Anugerah, kenikmatan ِّع َمةُ
الن ْ
Syukur, kesyukuran الش ْك ُر
ُّ
.8ينام الصبي في غرفة النوم
Kamar, ruangan الْغُْرفَةُ
(dia L) Sedang tidur يَنَ ُام
Bayi, anak kecil yang belum
disapih
الصبِ ُّي
َّ
.9الدعاء سَلح المؤمن
Senjata ح
الس ََل ُ
ِّ
.11الصوم جنة من عذاب الله
Perisai الْ ُجنَّةُ
Surga, taman الْ َجنَّةُ
)Jin (makhluq ghaib الْ ِجنَّةُ
.11نفقة الرجل على أهله صدقة
Nafkah النَّ َف َقةُ
)Seorang laki-laki (dewasa
الر ُجلُ
َّ
Keluarga
ْاْل َْهلُ
Sedekah الص َدقَةُ
َّ
.12دعوة المظلوم مستجابة
Dakwah, seruan, doa َّع َوةُ
الد ْ
60
Orang yang dizalimi الْ َمظْلُ ْوُم
Dikabulkan اب
الْ ُم ْستَ َج ُ
.13أعظم آية في القرآن آية الكرسي
Ayat ْاْليَةُ
)Ayat Kursi (Al-Baqarah 255 آيَة الْ ُك ْرِس ِّي
Yang paling agung َعظَ ُم ْاْل ْ
.14طلب العلم فريضة على كل مسلم
Setiap, tiap-tiap, seluruh ُكل
Kewajiban الْ َف ِريْ َ
ضةُ
Hal mencari, menuntut
الطَّلَ ُ
ب
.15أكبر الكبائر الشرك بالله
Kemusyrikan الش ِّْرُك
Dosa-dosa besar الْ َكبَائُِر جمن ال َكبِْي َرةُ
Yang paling besar ْاْلَ ْكبَ ُر
.16الديمقراطية نظام كفر
Demokrasi الدِّيم ْقر ِ
اطيَّةُُْ َ
Sistem, aturan النِّظَ ُامج ْاْلَنْ ِظ َمةُ
Kekufuran الْ ُك ْف ُر
.17الصَلة خير من النوم
Tidur الن َّْوُم
.18ترك الجواب على الجاهل جواب
Jawaban اب
الْ َج َو ُ
Hal meninggalkan الت َّْرُك
Orang bodoh الْج ِ
اه ُل َ
.19الدنيا كلها متاع ،وخير متاع الدنيا المرأة الصالحة
61
Harta الْ َمتَاعُ
Wanita الْ َم ْرأَةُ
.21الطهور شطر اإليمان
Suci الطُّ ُه ْوُر
Separuh, setengah, bagian الشطُْرَّ
.21أفضل اْلعمال الصَلة في أول وقتها
Awal ْاْل ََّو ُل
Waktu ت
الْ َوقْ ُ
.22المؤمن مرآة المؤمن
Kaca cermin الْ ِم ْرآةُ
.23المسجد بيت كل مؤمن
.24الكبر بطر الحق وغمط الناس
Kesombongan, hal sombong الْ ِكْب ُر
Mengingkari, Menolak البَطَُر
Kebenaran الْ َح ُّق
Merendahkan, menghina ط
الْغَ ْم ُ
.25عامة أهل النار النساء
Umum, kebanyakan الْ َع َّامةُ
.26المسك أطيب الطيب
)Misik (jenis minyak wangi الْ ِم ْس ُ
ك
Minyak wangi
الطِّْي ُ
ب
Paling baik, lebih baik ب
ْاْلَطْيَ ُ
.27مفتاح الجنة الصَلة ومفتاح الصَلة الطهور
اح ِ
Kunci
الْم ْفتَ ُ
Hal suci, kesucian الطُّ ُه ْوُر
62
.28الدنيا سجن المؤمن وجنة الكافر
Penjara الس ْج ُن
ِّ
.29الكلمة الطيبة صدقة
Kata, perkataan الْ َكلِ َمةُ
Baik
الطَّيِّ ُ
ب
.31العلماء أمناء الله على خلقه
Kepercayaan ْاْل َُمنَاءُ جمن ْاْل َِمْي ُن
Ciptaan الْ َخ ْل ُق
63
3. Macam-macam Bentuk Khabarul Mubtada`
Bentuk Khabarul Mubtada` dalam Jumlah Ismiyyah cukup Vareatif. Ia bisa berupa
lafazh Mufrad (satuan kata), bisa pula berupa Jumlah Mufidah (kalimat sempurna), dan juga
bisa berupa Syibhul Jumlah (susunan mirip kalimat).
a. Berupa Lafazh Mufrad (Satuan Kata)
Yaitu apabila Khabarul Mubtada` berupa satuan lafazh, bukan susunan. Seperti contoh-
contoh Jumlah Ismiyyah yang telah dibahas di atas. Berikut kami tampilkan contoh-contoh
lagi untuk lebih memperjelas gambaran.
ِ الْولَ ُد م
اهر َ َ
Si anak [itu] pandai
ِ الْ ُقرآ ُن َك ََلم
الله ُ ْ
Al-Qur`an [adalah] Firman [nya] Allah
ُستَاذُ ُزَهْي ر ِ
ْ الْ ُم َحاض ُر اْل
Penceramahnya [adalah] sang ustadz [yaitu] Zuhair
7
Yaitu sifat kekal tidak berawalan atau tanpa permulaan
64
Yaitu manakala ada susunan Jumlah Ismiyyah (Mubtada`-Khabar), dimana Khabarul
Mubtada`-nya adalah susunan Jumlah Ismiyyah (Mubtada`-Khabar) pula.
Ciri-ciri
1) Mengandung arti “itu” atau “adalah” secara berganda
النَّبِ ُّي ُخلُ ُقهُ الْ ُق ْرآ ُن
Nabi [itu] akhlak [nya] beliau [adalah] Al-Qur`an
2) Khabarul Mubtada` tidak bisa ditunjuk dalam bentuk satuan kata, melainkan
dalam bentuk susunan Jumlah Ismiyyah yang terdiri dari Mubtada` dan
Khabarnya.
النَّبِ ُّي ُخلُ ُقهُ الْ ُق ْرآ ُن
al-Nabiyy[u] : Mubtada`
khuluq[u]-hu al-Qur`an[u] : Khabarul Mubtada`
3) Khabarul Mubtada` apabila dibaca secara terpisah sudah merupakan kalimat
sempurna, yakni susunan Mubtada`-Khabar dengan Khabar berupa Isim Mufrad.
ُخلُ ُقهُ الْ ُق ْرآ ُن
Akhlak [nya] beliau [adalah] Al-Qur`an
atau, kata gantinya dikembalikan ke asalnya:
ُخلُ ُق النَّبِ ِّي الْ ُق ْرآ ُن
Akhlak [nya] Nabi [adalah] Al-Qur`an
I’rab
1) Mubtada` 1 : Marfu’
2) Mubtada` 2 : Marfu’
3) Khabarul Mubtada` 2 : Marfu’
4) Jumlah Ismiah (Khabarul Mubtada` 1) : di posisi i’rab Rafa’
Cara meng-I’rab
النَّبِ ُّي ُخلُ ُقهُ الْ ُق ْرآ ُن
Nabi [itu] {akhlak [nya] beliau [adalah] Al-Qur`an}
Dalam contoh ini, Mubtada` utama adalah lafazh al-Nabiyy[u]. Sedangkan Khabarnya
bukan berupa satuan lafazh, melainkan berupa rangkaian yang tersusun dari Mubtada`
dan Khabar lagi, yaitu: khuluq[u]hu al-qur`ân[u] (akhlak beliau [adalah] Al-Qur`an), di
mana Mubtada`nya adalah lafazh: khuluq[u] dan Khabarnya: al-qur`ân[u]. Dalam kondisi
semacam ini, Khabarul Mubtada` pertama ber-i’rab rafa’ secara posisi saja, tidak
ditandai dengan harokat. Maka i’rabnya:
- Al-Nabiyy[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada` 1, bertanda Dhammah
- Khuluq[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada` 2, bertanda Dhammah. Dan ia
Mudhâf.
- Hu : Mabni Dhammah, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr sebagai
Mudhâf Ilayhi
- Al- Qur`ân[u] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada` 2, bertanda Dhammah.
65
Dan Jumlah Ismiyyah yang terdiri dari Mubada` 2 dan Khabarnya
berada di posisi i’rab Rafa’, karena sebagai Khabar Mubtada` 1.
Catatan:
Ke-marfu’-an kata Khuluq[u] bukan disebabkan karena sebagai Khabarul Mubtada` 1,
melainkan karena kedudukannya sebagai Mubtada` 2. Dalam kasus ini Khabarul
Mubtada` 1 tidak berupa satuan kata, melainkan susunan kalimat yang terdiri dari
Mubtada` 2 dan Khabarul Mubtada` 2.
66
َُزيْد تُ ُوفِّ َي ابْنُه
Zaid (itu) putranya telah diwafatkan (baca: meninggal)
Zaid[un] : Mubtada`
Tuwuffiya (i)bn[u]hu : Khabarul Mubtada`
2) Fa’il yang tidak tampak setelah Fi’il maka dianggap tersembunyi pada Fi’il tersebut
67
Dan Jumlah Fi’liyyah yang terdiri dari Fi’il dan Fa’il berada di posisi
i’rab Rafa’, karena sebagai Khabar Mubtada`
68
- Min : Mabni Sukun, karena ia Harf
- al-Îmân[i] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah.
Dan Syibhul Jumlah yang berupa Jarr wa Majrur berada di posisi i’rab
Rafa’, karena sebagai Khabar Mubtada`
ِ الش ِري ِ ِ ِ
ف ْ َّ الرفْ ُق بِالضَّعْيف م ْن ُخلُ ِق
ِّ
Berlemah-lembut terhadap orang lemah [adalah] bagian dari akhlak orang
yang mulia
- al-Rifq[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
- Bi : Mabni Kasrah, karena ia Harf
- al-Dha’îf[i] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah
- Min : Mabni Sukun, karena ia Harf
- Khuluq[i] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah. Dan ia
Mudhâf.
- al-Syarîf[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah.
Dan Syibhul Jumlah yang berupa Jarr wa Majrur (Min Khuluq[i] al-
Syarîf[i]) berada di posisi i’rab Rafa’, karena sebagai Khabar
Mubtada`
2) Zharf
Ciri-ciri
1) Khabarul Mubtada` berupa Tarkîb Idhâfî (Mudhaf-Mudhâf Ilayhi) yang
menunjukkan keterangan waktu (zharf zamân) atau keterangan tempat (zharf
makân).
ِ َّع
ب َ احةُ بَ ْع َد الت
َ الر
َّ
Rehat [itu] {setelah [nya] kerja keras}
- al-Râhat[u] : Mubtada`
- ba’da al-Ta’ab[i] : Khabarul Mubtada`
الشَّا ِرعُ أ ََم َام الْ َم ْد َر َس ِة
Jalan raya [itu] {di depan [nya] Sekolah}
- al-Syâri’[u] : Mubtada`
- amâma al-Madrasat[i] : Khabarul Mubtada`
2) Isim yang lazim digunakan sebagai Zharf
69
Pada saat, jam َاعة
َ َس Pada bulan َش ْهَر
Pada detik ََدقِْي َقة Pada tahun َع َام، ََسنَة
b) zharf makân (keterangan tempat)
Di, pada, di sisi ِعْن َد Di bawah تَ تَ ْح
لَ َدى ب ِ
Pada, di sisi, di hadapan Di samping
َ َجان
Bersama َم َع Di antara بَْي َن
Di depan أ ََم َام، َّام
َ قُد Di antara, di sela-sela ِخ ََل َل
Di belakang ف
َ َخ ْل، ََوَراء Di sekitar, sekeliling َح ْوَل
Di atas فَ ْو َق Di tengah-tengah ط
َ َو َس
Catatan:
- Semua isim zharf di atas adalah isim mu’rab, dibaca nashab dengan tanda
fathah saat berposisi sebagai zharf (keterangan waktu atau tempat). Adapun jika
bukan sebagai zharf atau tidak cocok disisipi arti saat/pada/di, maka
menyesuikan posisi i’rab-nya sebagai apa. Misal sebagai mubtada`:
يَ ْومُ الْ ُج ُم َع ِة ِعْي ُد الْ ُم ْسلِ ِمْي َن
Hari jum’at adalah hari-raya nya kaum muslim
- Di antara isim zharf ada yang mabni, yaitu ( ثُ ) َحْيartinya: dimana.
I’rab
1) Mubtada` : Marfu’
2) Zharf : Manshub
3) Susunan Zharf : di posisi i’rab Rafa’
Cara meng-I’rab
الشَّا ِرعُ أ ََم َام الْ َم ْد َر َس ِة
Jalan raya [itu] {di depan [nya] Sekolah}
- al-Syâri’[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
- Amâm[a] : Manshûb karena sebagai Zharf, bertanda Fathah. Dan ia Mudhâf.
- al-Madrasat[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah.
Dan susunan Zharf yang berupa Mudhaf dan Mudhâf Ilayhi
berada di posisi i’rab Rafa’, karena sebagai Khabar Mubtada`
70
- Ba’d[a] : Manshûb karena sebagai Zharf, bertanda Fathah. Dan ia Mudhâf.
- al-‘Asyâ`[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah.
Dan susunan Zharf yang berupa Mudhaf dan Mudhâf Ilayhi
(Ba’d[a] al-‘Asyâ`[i]) berada di posisi i’rab Rafa’, karena sebagai
Khabar Mubtada`
d. Khabarul Mubtada` yang Dimajukan
Asalnya, dalam Jumlah Ismiyyah urutan Khabarul Mubtada` adalah di belakang
Mubtada` sebagaimana telah lalu dibahas. Akan tetapi pada kondisi-kondisi tertentu ia
bisa dan bahkan harus berposisi di depan mendahului Mubtada`. Namun demikian dari
segi I’rab, Mubtada` dan Khabarul Mubtada` tetap sebagaimana yang telah lalu dijelaskan.
Yang dibahas kali ini hanya mengidentifikasi secara umum perubahan posisinya saja.
Berikut ciri-ciri yang paling menonjol:
1) Ketika berawalan Syibhul Jumlah (Jarr wa Majrur atau Zharf), kemudian disusul Isim
yang yang seolah-olah Khabar namun sejatinya adalah Mubtada`.
a) Contoh berawalan Jarr wa Majrur
فِي الْ َم ْكتَبَ ِة طََُّلب
Di perpustakaan ada murid-murid
Fî al-Maktabat[i] : Khabarul Mubtada` yang didahulukan
Thullâb[un] : Mubtada` yang diakhirkan
b) Berawalan Zharf
احة ِ َّع
َ ب َر َ بَ ْع َد الت
Setelah kesusah-payahan ada rehat
Ba’da al-Ta’ab[i] : Khabarul Mubtada` yang didahulukan
Râhat[un] : Mubtada` yang diakhirkan
2) Ketika berawalan Isim Istifham yang mengandung arti Zharf ( أين، )متى, dan disusul isim
Ma’rifah yang sejatinya adalah Mubtada`.
اعةُ؟
َ الس
َّ َمتَى
Kapankah hari kiamat (itu)?
Matâ : Khabarul Mubtada` yang didahulukan
al-Sâ’at[u] : Mubtada` yang diakhirkan
ِ متَى نَصر
الله؟ ُْ َ
Kapan pertolongan Allah itu (datang)?
Catatan:
Apabila yang menyusulnya bukan berupa Isim Ma’rifah melainkan berupa Fi’il, seperti:
َمتَى تُ َسافُِر؟
71
Kapan anda akan melakukan perjalanan?
Maka bukan termasuk pembahasan Jumlah Ismiyah.
Cara meng-I’rab
فِي الْ َم ْكتَبَ ِة ُزَهْي ر
{Di perpustakaan} ada Zuhair
- Fî : Mabni Sukun, karena ia Harf
- al-Maktabat[i] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah.
Dan Syibhul Jumlah Fî al-Maktabat[i] berada di posisi i’rab Rafa’,
karena sebagai Khabar Mubtada` yang didahulukan.
- Zuhair[un] : Marfû’ karena sebagai Mubtada` yang diakhirkan, bertanda
Dhammah
LATIHAN III
Harokatilah dengan lengkap kalimat-kalimat berikut ini seraya menerjemahkannya, lalu
jelaskan bagaimana I’rabnya!
الحياء من اإليمان.1
Hal malu
ُالْ َحيَاء
الشْيطان
َ الغضب من.2
Hal marah ب
ُضَ َالغ
سوء الخلق يعدي.3
72
Keburukan
الس ْوءُ
ُّ
Akhlak الخلُ ُق
ُ
Menular يُ ْع ِد ْي
.4الرزق بيد الله
Rizki الرْز ُق
ِّ
Tangan اليَ ُد
.5الكذب ينقص الرزق
ب، ِ
Hal berbohong, berdusta
ال َكذ ُ
ب ِ
الك ْذ ُ
Mengurangi ص
يَْن ُق ُ
.6خير صَلة النساء في قعر بيوتهن
Sebaik-baik, paling baik, baik الخْي ُر
َ
Bagian dalam, dalam ال َق ْع ُر ُ
وت جمن
البُيُ ُ
Rumah-rumah
تالبَ ْي ُ
.7سَلمة اإلنسان في حفظ اللسان
Keselamatan الس ََل َمةُ
َّ
Hal menjaga ظ ُالح ْف ُِ
Lisan, lidah اللِّ َسا ُن
.8مودة الصديق تظهر وقت الضيق
Kecintaan ال َم َوَّدةُ
Teman الص ِديْ ُق ُ
َّ
Tanpak تَظْ َه ُر
Waktu تالوقْ ُ َ
Kesempitan الضْي ُق
ِّ
.9الدال على الخير كفاعله
73
Orang yang menunjukkan الد ُّ
َّال
Orang yang melakukan الْ َف ِ
اع ُل ُ
.11الحمد ٰلله والصَلة والسَلم على رسول الله
Segala puji الْ َح ْم ُد
Rahmat, shalawat الص ََلةُ ُ
َّ
Kedamaian, salam الس ََل ُم
َّ
.11قيام ليلة القدر من اإليمان
Hal berdiri, shalat malam ِ
القيَ ُام
.12الحب في الله والبغض في الله من اإليمان
Hal menyukai, mencintai بالح ُّ
ُ
Hal membenci ض
البُ ْغ ُ
Di, di dalam, tentang, karena, selama,
pada
فِي
74
.16اْلنبياء أحياء في قبورهم
Hidup َحيَاءُ جمن الْ َح ُّي اْل ْ
Kubur, makam الْ ُقبُ ْوُر جمن الْ َقْب ُر
.17التثاؤب في الصَلة من الشيطان
Hal menguap ب
التَّثَ ُاؤ ُ
.18الدجال عينه خضراء
Dajjal ال
َّج ُ
الد َّ
Hijau
ضَراءَُخ ْ
.19الحجر اْلسود من حجارة الجنة
Bebatuan ِ
الح َج َارةُ
.21الجنة بناؤها لبنة من فضة ولبنة من ذهب
ِ
Bangunan
الْبنَاءُ
Batu bata اللَّبِنَةُ
Perak ضةُالف َِّ
Emas ب
ال َذ َه ُ
.21اإلثمد يجلو البصر وينبت الشعر
)Celak (untuk mata ا ِإلثْ ِم ُد
Menjadikan terang/jelas َج ََل-يَ ْجلُو
Penglihatan ص ُر
الْبَ َ
Menumbuhkan ت-يُْنبِ ُ
ت أَنْبَ َ
Rambut, bulu َّع ُر
الش ْ
75
4. Nawâsikh
Kata Nawâsikh adalah bentuk jamak dari Nâsikh, yang artinya pembatal. Maksudnya di
sini adalah sejumlah kata tertentu yang berupa Fi’il dan Harf yang membatalkan hukum
susunan inti dalam Jumlah Ismiyyah yang telah dibahas sebelumnya. Dalam perannya
tersebut, Nawâsikh terbagi menjadi dua kelompok:
- Kâna dan kerabatnya, yang kesemuanya adalah Fi’il; dan
- Inna dan kerabatnya, yang kesemuanya adalah Harf
76
Senantiasa, terus,
... َما َز َال
masih
… selama … ... َما َد َام...
2) Selalu memiliki Isim dan Khabar
ِ ََكا َن زيد ت
اجًرا َْ
Adalah Zaid itu seorang pedagang
Zayd[un] : Isim Kâna
Tâjir[an] : Khabar Kâna
Namun ada kalanya Isim-nya berupa dhamir yang terkandung dalam fi’il nasikh:
ُزَهْي ر َعالِم َوَكا َن ُم َعلِّ ًما
Zuhair adalah seorang ‘alim (berilmu), dan adalah beliau itu seorang
pengajar
Isim Kâna di situ bukan Zuhair, melainkan dhamir pada fi’il yang secara imajiner
terhitung: Huwa, yang kembalinya kepada Zuhair. Perkiraannya adalah:
ُزَهْي ر َعالِم َوَكا َن ( ُه َو ) ُم َعلِّ ًما
3) Kâna dan kerabatnya dalam bentuk Madhin, Mudhari’, atau Amar nya ber-’amal
sama
َكا َن ُزَهْي ر ُم َعلِّ ًما
Adalah Zuhair itu seorang pengajar
صا ِ
ً ُك ْن ُم ْخل
Jadilah (anda) orang ikhlas
Penjelasan yang terakhir sama dengan di atas, bahwa Isim Kâna di situ
tersembunyi. Yang perkiraannya adalah:
ِ
صا َ ُْك ْن ( أَن
ً ت ) ُم ْخل
4) Khabar Kâna sebagaimana Khabarul Mubtada`, bisa berupa Isim Mufrad (satuan),
bisa berupa Jumlah Mufidah, dan bisa berupa Syibhul Jumlah.
ضهُ َش ِديْد
ُ َكا َن َزيْد َمَر
Zaid itu sakitnya parah
ََّواء
َ ب الد
ُ َكا َن َزيْد يَ ْشَر
77
Zaid itu dia sedang minum obat
ِح ْجرة ِ
َ ُ َْكا َن َزيْد في ال
Zaid itu berada di dalam kamar
ِ َّع
ب َ احةُ بَ ْع َد الت
َ الر
َ ت ْ ََكان
Adalah rehat [itu] {setelah [nya] kerja keras}
- Kânat : Mabni Fathah, karena ia Fi’il Madhin
- Al-Râhat[u] : Marfû’ karena sebagai Isim Kana, bertanda Dhammah
- Ba’d[a] : Manshûb karena sebagai Zharf, bertanda Fathah. Dan ia Mudhâf.
- Al-Ta’ab[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah.
78
Dan Syibhul Jumlah Ba’d[a] Al-Ta’ab[i] berada di posisi i’rab Nashab,
karena sebagai Khabar Kâna
الصَر َع ِة
ُّ ِيد ب ِ لَيس الش
ُ َّد َ ْ
Orang yang kuat itu bukanlah dengan jago gulat
- Laysa : Mabni Fathah, karena ia Fi’il Madhin
- Al-Syadîd[u] : Marfû’ karena sebagai Isim Laysa, bertanda Dhammah
- Bi : Mabni Kasrah, karena ia Harf
- Al-Shura’at[i] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah
Dan Syibhul Jumlah Bi Al-Shura’at[i] berada di posisi i’rab Nashab,
karena sebagai Khabar Laysa
ضهُ َش ِديْد
ُ ص َار َزيْد َمَر
َ
Jadilah Zaid itu sakitnya parah
- Shâra : Mabni Fathah, karena Fi’il Madhin
- Zaid[un] : Marfû’ karena sebagai Isim Shâra, bertanda Dhammah
- Maradh[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah. Dan ia
Mudhâf.
- Hu : Mabni Fathah, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr karena
sebagai Mudhâf Ilayhi.
- Syadîd[un] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah.
Dan Jumlah Ismiyah Maradh[u]-hu Syadîd[un] di posisi i’rab Nashab
karena sebagai Khabar Shâra
b. Inna dan Kerabatnya
Ciri-ciri dan ketentuan
1) Berawalan Inna atau kerabatnya
Sesungguhnya … إِ َّن
ِ َإِ َّن زي ًدا ت
اجر َْ
Sesungguhnya Zaid itu pedagang
Kerabat Inna:
Sesungguhnya, bahwa َّ أ
َن
Seperti, seolah-olah َّ َكأ
َن
Tetapi ٰل ِك َّن
Semoga, hendaknya,
ت
َ لَْي
sekiranya
Barangkali, semoga لَ َع َّل
2) Selalu memiliki Isim dan Khabar
79
إِ َّن ُزَهْي ًرا ُم َعلِّم
Sungguh Zuhair itu seorang pengajar
3) Khabar Inna sebagaimana Khabarul Mubtada`, bisa berupa Isim Mufrad (satuan),
bisa berupa Jumlah Mufidah, dan bisa juga berupa Syibhul Jumlah.
إِ َّن َزيْ ًدا َم ِريْض
Sungguh Zaid itu sakit
ضهُ َش ِديْد
ُ إِ َّن َزيْ ًدا َمَر
Sungguh Zaid itu sakitnya parah
80
- Inna : Mabni Fathah, karena ia Harf
- Ma’a : Manshûb karena sebagai Zharf, bertanda Fathah. Dan ia Mudhâf.
- Al-‘Usr[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah.
Dan Syibhul Jumlah Ma’a al-‘Usr[i] di posisi i’rab Rafa’ karena sebagai
Khabar Inna yang didahulukan
- Yusr[an] : Manshûb karena sebagai Isim Inna yang diakhirkan, bertanda
Fathah
ضهُ َش ِديْد
ُ إِ َّن َزيْ ًدا َمَر
Sesungguhnya Zaid itu sakitnya dia adalah parah
- Inna : Mabni Fathah, karena ia Harf
- Zaid[an] : Manshûb karena sebagai Isim Inna, bertanda Fathah
- Maradh[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah. Dan ia
Mudhâf.
- Hu : Mabni Fathah, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr karena
sebagai Mudhâf Ilayhi.
- Syadîd[un] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah.
Dan Jumlah Maradh[u]hu Syadîd[un] di posisi i’rab Rafa’ karena
sebagai Khabar Inna
ك طَالِب نَ ِشْيط
َ َّإِن
Sungguh kamu adalah seorang murid yang rajin
- Inna : Mabni Fathah, karena ia Harf
- Ka : Mabni Fathah, karena ia isim dhamir. Di posisi I’rab nashab karena
sebagai Isim Inna.
- Thalib[un] : Marfu’ karena sebagai Khabar Inna, bertanda dhammah.
- Nasyith[un] : Marfu’ karena sebagai shifat/na’at bagi thalib[un], bertanda
dhammah.
LATIHAN IV
Harokatilah Kalimat-kalimat berikut ini sambil menentukan terjemahannya, kemudian
jelaskan I’rab masing-masing kata di dalamnya!
81
.3إن الله غفور رحيم
Mahapenyayang الرِحْي ُم َُّ
Mahapengampun الْغَ ُف ْوُر
.4إن الله كان عليما حكيما
.5ليس ظهر الرجل من العورة
Laki-laki
الر ُجلُ َّ
Aurat الْ َع ْوَرةُ ُ
Punggung الظَّ ْه ُر
.6إن الحياء من اإليمان
Rasa malu
الْ َحيَاءُ
.7إن كثرة الضحك تميت القلب
Hal banyak ال َكثْ َرةُ
Hal tertawa ك الض ِ
َّح ُ
ت ِ
Mematikan ات-يُمْي ُ أ ََم َ
الرحمن
.8كان الهدف من خلق البشر عبادة ٰ
Manusia الْبَ َش ُر
ادةُ ِ
Hal menyembah, ibadah الْعبَ َ
Tujuan فالْ َه َد ُ
Penciptaan, ciptaan الْ َخ ْل ُق ُ
.9ظل الشارع مزدحما في النهار
Siang hari َّه ُار
الن َ
Sesak, padat الْ ُم ْزَد ِح ُم
Jalan besar الشَّا ِرعُ
.11إن الهدى هدى الله
Petunjuk الْ ُه َدى
82
.11إن الماهر بالقرآن مع السفرة الكرام البررة
Malaikat السافُِرالس َفَرةُ جمن َّ َّ
Yang mulia الْ ِكَر ُام جمن الْ َك ِريْ ُم
Yang baik الْبَ َرَرةُ جمن الْبَ ُّار
.12إن أكرمكم عند الله أتقاكم
Paling mulia ْاْلَ ْكَرُم
Paling bertaqwa ْاْلَتْ َقى
.13كأن الرجل الشجاع أسد
Singa َس ُد
ْاْل َ
Pemberani ُّجاعُ
الش َ
.14إن الدين عند الله اإلسَلم
Agama الدِّيْ ُن
Utang الدَّيْ ُن
.15لعل الساعة قريب
Jam, saat, hari kiamat اعةُ
الس ََّ
Dekat
الْ َق ِريْ ُ
ب
.16ليس على مسافر جمعة
Orang yang melakukan safar الْ ُم َسافُِر
)Ibadah jum’at (jum’atan الْ ُج ُم َعةُ
83
5. Jumlah Syarthiyyah (Kalimat Bersyarat)
Yaitu susunan kalimat yang terbentuk dari dua bagian yang saling berkaitan erat.
Bagian pertama disebut Jumlatusy Syarth (kalimat syarat), dan bagian ke-dua disebut Jawâbusy
Syarth (jawaban syarat).
Ciri-ciri:
1) Memiliki susunan inti: Adâtusy Syarth (perangkat syarat)-Jumlah Syarth (kalimat
syarat)-Jawâbusy Syarth (jawaban kalimat syarat)
َم ْن َج َّد َو َج َد
Barangsiapa bersungguh-sungguh maka dapatlah ia
Man : Adâtusy Syarth
Jadda : Jumlah Syarth (kalimat syarat)
Wajada : Jawâbusy Syarth (jawaban kalimat syarat)
Ada kalanya disisipi dengan huruf Fâ` (fâ`ul jawâb) yang artinya maka, atau Lâm (lâmul
jawâb) yang artinya niscaya.
َصابِ َع
َ ت فَ َخلِّ ْل اْل َّ إِ َذا تَ َو
َ ْضأ
Apabila kamu berwudhu maka gosoklah sela-sela jemarimu
Idzâ : Adâtusy Syarth
Tawadhdha`ta : Jumlah Syarth (kalimat syarat)
Fa : Fâ`ul Jawâb
Khallil al-Ashâbi’[a] : Jawâbusy Syarth (jawaban kalimat syarat)
ت البِ ََل ُد
ْ لَ ْوََل الْ َع ْد ُل لََف َس َد
Kalau bukan karena keadilan niscaya negeri-negeri akan rusak
Lawlâ : Adâtusy Syarth
Al-‘Adl[u] (Mawjûd[un]) : Jumlah Syarth (kalimat syarat)
La : Lâmul Jawâb
Fasadat al-Bilâd[u] : Jawâbusy Syarth (jawaban kalimat syarat)
2) Jumlah Syarth dan Jawâbusy Syarth masing-masing dari keduanya bisa berupa Jumlah
Ismiyyah dan bisa berupa Jumlah Fi’liyyah
84
َم ْن َج َّد َو َج َد
Barangsiapa bersungguh-sungguh maka dapatlah ia
Jumlah Syarth : Jumlah Fi’liyyah. Yaitu: Jadda, dengan Fa’il berupa dhamir
pada fi’il yang terhitung: huwa (dia laki-laki), yang itu kembali
ke lafazh Man. Seakan-akan berbunyi:
ُ َم ْن َج َّد
(ه َو) َو َج َد
Jawab Syarth : Jumlah Fi’liyyah. Yaitu: Wajada, dengan Fa’il berupa dhamir
pada fi’il yang terhitung sebagai: huwa (dia laki-laki), yang itu
kembali ke lafazh Man. Seakan-akan berbunyi:
)(ه َو ُ َم ْن َج َّد
ُ (ه َو) َو َج َد
َم ْن تَ َشبَّهَ بَِق ْوم فَ ُه َو ِمْن ُه ْم
Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan
mereka
Jumlah Syarth : Jumlah Fi’liyyah: Tasyabbaha, dengan Fa’il berupa dhamir pada
fi’il yang terhitung: huwa (dia laki-laki), yang kembali ke lafazh
Man. Seakan-akan berbunyi:
(ه َو) بَِق ْوم فَ ُه َو ِمْن ُه ْم
ُ ََم ْن تَ َشبَّه
Jawab Syarth : Jumlah Ismiyyah: Huwa min-hum, dengan Huwa sebagai
Mubtada`, dan min-hum (Syibhul Jumlah) sebagai Khabar-nya.
3) Adâtusy Syarth (perangkat-perangkat syarat) di antaranya adalah apa yang telah
dihafal pada Langkah 2 (Isim Syarth). Yaitu:
85
Kalau … maka/niscaya ... لَ ْو
Kalau bukan (karena) … maka/niscaya ... لَ ْوََل
4) Adâtusy Syarth dari segi ‘amal terbagi menjadi dua: ‘Amil Jazm (beramal men-jazm-kan)
dan Ghairu ‘Amil (tidak beramal)
1. ‘Amil Jazm (beramal men-jazm-kan). Yakni ber’amal men-jazm-kan dua Fi’il
Mudhari’ (Fi’il Mudhari’ pada Jumlah Syarth dan Fi’il Mudhari’ pada Jawab Syarth).
Antara lain adalah:
ْ ب أَ ْذ َه
ب ْ َمتَى تَ ْذ َه
Kapan kamu pergi aku pun pergi
ُصلَ َحة ِ
ْ َّق ال َم
ْ َحْيثُ َما يُطَبَّ ْق َش ْرعُ الله تَتَ َحق
Dimanapun syari’at Allah diterapkan, kemaslahatan akan terealisasi
86
Barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Dia (Allah) menjadi penjamin atas
(urusan) nya.
Atau Fi’il Mudhari’ ada dua namun yang satu didahului oleh ‘Amil I’rab lain
(Nashab). Contoh:
Contoh:
إِ َذا تَ َّم الْ َع ْق ُل قَ َّل الْ َك ََل ُم
Apabila akal seseorang telah sempurnya, niscaya ia akan sedikit bicara.
87
1) Adûtusy Syarth (isim/harf) : Mabni
2) Fi’il Syarth
a) Jika berupa Fi’il Madhin : Mabni
b) Jika berupa Fi’il Mudhari’, dilihat dulu:
- Jika Adûtusy Syarth Ghairu ‘Amil : Marfu’
- Jika Adûtusy Syarth ‘Amil Jazm : Majzum
3) Fi’il Jawabusy Syarth
a) Jika berupa Fi’il Madhin : Mabni
b) Jika berupa Fi’il Mudhari’, dilihat dulu:
- Jika Adûtusy Syarth Ghairu ‘Amil : Marfu’
- Jika Adûtusy Syarth ‘Amil Jazm : Majzum
c) Jika berupa Fi’il Amar : Mabni
Cara Meng-I’rab
إِ ْن تَ ْجتَ ِه ْد تَْن َج ْح
Jika anda berusaha keras, niscaya anda akan berhasil
- In : Mabni sukun, karena ia Harf
- Tajtahid[] : Majzûm karena didahului Harf Jazm (In), bertanda Sukun. Fa’il-nya
dhamir pada fi’il yang terhitung: anta
- Tanjah[] : Majzûm karena didahului Harf Jazm (In), bertanda Sukun. Fa’il-nya
dhamir pada fi’il yang terhitung: anta.
ُِكلَّما سن ْقرأُ الْ ُقرآ َن نَت َف َّوه بِ ِاَلستِعاذَة
َ ْ ُ َ ْ َ ََ َ
Setiapkali kita hendak membaca al-Qur`an, kita melafalkan isti’âdzah
(bacaan ta’awwudz)
- Kullamâ : Mabni fathah, karena ia Isim Syarth
- Sa : Mabni fathah, karena ia Harf
- Naqra`[u] : Marfu’ karena tidak dipengaruhi ‘amil, bertanda Dhammah. Fa’il-
nya dhamir pada fi’il yang terhitung sebagai: nahnu
- Al-Qur`ân[a] : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah.
- Natafawwah[u] : Marfu’ karena tidak dipengaruhi ‘amil, bertanda Dhammah. Fa’il-
nya dhamir pada fi’il yang terhitung sebagai: nahnu
- Bi : Mabni kasrah, karena ia Harf
- Al-Isti’âdzat[i] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah
88
- Fasadat : Mabni Fathah, karena ia Fi’il Madhin
- Al-Bilad[u] : Marfû’ karena sebagai Fa’il, bertanda Dhammah
ِ
َُوَم ْن يَتَ َوَّك ْل َعلَى الله فَ ُه َو َح ْسبُه
Barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Dia (Allah) lah penjamin
urusannya.
- Wa : Mabni Fathah, karena ia Harf
- Man : Mabni Sukun, karena ia Isim Syarth
- Yatawakkal[] : Majzum karena didahului ‘Amil Jazm, bertanda Sukun. Fa’il-nya
dhamir pada fi’il yang terhitung: Huwa
- ‘Alâ : Mabni Sukun, karena ia Harf
- Allâh[i] : Majrur karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah.
- Fa : Mabni Fathah, karena ia Harf
- Huwa : Mabni Fathah, karena ia Isim Dhamir. Di posisi i’rab Rafa’, karena
sebagai Mubtada`.
- Hasb[u] : Marfu’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah.
Dan ia Mudhaf
- Hu : Mabni Dhammah karena ia Isim Dhamir, di posisi i’rab Jarr karena
sebagai Mudhaf Ilayhi.
LATIHAN V
Harokatilah Kalimat-kalimat berikut ini sambil menentukan terjemahannya! Lalu i’rab-lah
kata-kata yang bergaris bawah!
89
Membangun بَنَى يَْبنِ ْي ُ
.5لوَل أن الكَلب أمة من اْلمم ْلمرت بقتلها
ب جمن الْ َك ْل ِ
ب ُ ِ
Anjing
الْك ََل ُ
Umat ْاْل َُم ُم جمن ْاْل َُّم ِة
Menyuruh, memerintah أ ََمَر يَأْ ُم ُر
Hal membunuh, pembunuhan
ال َقْتلُ
.6من انتهب فليس منا
ب ِ
ب-يَْنتَه ُ انْتَ َه َ
Merampas harta
.7إذا استيقظ أحدكم من نومه فَل يدخل يده في اإلناء حتى يغسلها
Bangun tidur ظ ُ اِ ْستَ ْي َق َ
ظ-يَ ْستَ ْي ِق ُ
Tidur الن َّْوُم
ِ
Memasukkan
أ َْد َخ َل-يُ ْدخلُ
Bejana
ا ِإلنَاءُ
ِ
Mencuci
َغ َس َل-يَ ْغسلُ
.8إذا انتعل أحدكم فليبدأ باليمنى وإذا خلع فليبدأ باليسرى
Mengenakan sandal اِنْتَ َع َل-يَْنتَعِ ُل ُ
Memulai بَ َدأَ-يَْب َدأُ
Kanan الْيُ ْمنَى
Melepas َخلَ َع-يَ ْخلَ ُع
اليُ ْسَرى ِضد الْيُ ْمنَى
.9من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له طريقا إلى الجنة
Melewati, menempuh ك ُ ك-يَ ْسلُ ُ َسلَ َ
Jalan الطَّ ِريْ ُق
س ِ ِ
Mencari
س-يَ ْلتَم ُ الْتَ َم َ
Mempermudah
َس َّه َل-يُ َس ِّهلُ
90
.11إذا تزوج العبد فقد استكمل نصف الدين
Menikah ج ُ تَ َزَّو َج-يَتَ َزَّو ُ
ِ ِ
menyempurnakan
ا ْستَ ْك َم َل-يَ ْستَ ْكملُ
Setengah, separuh فِّص ُ
الن ْ
.11لوَل اإلسناد لقال من شاء ما شاء
Sanad hadits اد ُا ِإل ْسنَ ُ
Menghendaki
َشاءَ-يَ َشاءُ
.12من كان يؤمن بالله واليوم اْلخر فليكرم جاره
Menghormati أَ ْكَرَم-يُ ْك ِرُم ُ
Tetangga الْ َج ُار
.13حيثما مررت بقبر كافر فبشره بالنار
Melewati, melintasi َمَّر-يَ ُمُّر ُ
Kuburan, makam الْ َقْب ُر
Memberi kabar gembira بشَّر-ي بشِّر بِ
َ َ َُ ُ
.14من َل يشكر الناس َل يشكر الله
Bersyukur/berterimakasih kepada َش َكَر-يَ ْش ُك ُر ُ
.15من َل يرحم الناس َل يرحمه الله
Menyayangi َرِح َم-يَ ْر َح ُم ُ
.16من عمل عمَل ليس عليه أمرنا فهو رد
Perintah, perkara, urusan ْاْل َْم ُر ُ
Penolakan, tertolak الرُّد
َّ
.17من َل يرحم َل يرحم ومن َل يغفر َل يغفر له
Menyayangi َرِح َم-يَ ْر َح ُم ُ
Disayangi ُرِح َم-يُْر َح ُم
Mengampuni َغ َفَر-يَ ْغ ِف ُر
91
Diampuni غُ ِفَر-يُ ْغ َف ُر
.18من لم يرحم صغيرنا ويعرف حق كبيرنا فليس منا
Kecil, anak kecil الصغِْي ُر ُ َّ
Tahu, mengetahui ف-يَ ْع ِر ُ
ف َعَر َ
Besar, orang yang sudah tua الْ َكبِْي ُر
.19من لقي الله َل يشرك به شياا دخل الجنة
Berjumpa لَِق َي-يَ ْل َقى ُ
Menyekutukan أَ ْشرَك-ي ْش ِرُك بِ
َ ُ
.21من لعب بالنرد فقد عصى الله ورسوله
ب ُ ِ
Bermain
ب-يَ ْل َع ُلَع َ
Dadu الن َّْرُد
عصى-ي ع ِ
ص ْي
Bermaksiat, durhaka terhadap َ َ َْ
.21من لبس الحرير في الدنيا لم يلبسه في اْلخرة
س ُ ِ
Memakai pakaian
س-يَ ْلبَ ُ لَب َ
Kain sutra الْ َح ِريْ ُر
.22من غسل الميت فليغتسل ومن حمله فليتوضأ
Memandikan َغ َّس َل-يُغَ ِّسلُ ُ
Mandi, mandi besar اِ ْغتَ َس َل-يَ ْغتَ ِس ُل
ِ
Membawa, mengusung
َح َم َل-يَ ْحملُ
92
Al-Imam Muhammad bin Idris Al-Syafi’i
–rahimahullâh–
ِْلَنَّهُ اللِّ َسا ُن، َحد يَ ْق ِد ُر َعلَى تَ َعلُّ ِم الْ َعَربِيَّ ِة أَ ْن يَتَ َعلَّ َم َها ِ ِ
َ ‹ يَْنبَغي ل ُك ِّل أ
› ... ْاْل َْولَى بِأَ ْن يَ ُك ْو َن َمْرغُ ْوبًا فِْي ِه
8
Ibnu Taimiyyah al-Hambali, Iqtidhâ` al-Shirâth al-Mustaqîm, juz 1 hlm. 521
93
LANGKAH 4
Target:
Mengetahui kapan saja Isim dan Fi’il ber-I’rab Rafa’
Mengetahui kapan saja Isim dan Fi’il ber-I’rab Nashab
Mengetahui kapan saja Isim ber-I’rab Jarr
Mengetahui kapan saja Fi’il ber-I’rab Jazm
Indikator:
Mampu mengharokati akhiran kata-kata Isim Mu’rab yang menempati posisi i’rab
Rafa’, Nashab, dan Jarr; serta mampu meng-i’rab-nya
Mampu mengharokati akhiran kata-kata Fi’il Mu’rab yang menempati posisi i’rab
Rafa’, Nashab, Jazm; serta mampu meng-i’rab-nya
Mampu mengartikan kata-kata Isim dan Fi’il dalam berbagai i’rab-nya pada
kalimat
94
A. Hal-hal yang Mempengaruhi I’rab Isim
Sebagaimana telah diketahui sebelumnya bahwa I’rab Isim itu hanya tiga saja, yaitu:
Rafa’, Nashab, dan Jarr. Nah, materi berikut ini adalah rincian hal apa saja yang
mempengaruhi tiga i’rab Isim tersebut. Yakni hal apa saja yang menjadikannya ber-I’rab
Rafa’, hal apa saja yang menjadikannya ber-I’rab Nashab, dan hal apa saja yang
menjadikannya ber-I’rab Jarr? Berikut rinciannya.
1. Penyebab Isim Ber-I’rab Rafa’
Isim ber-I’rab Rafa’ dengan tanda dasar Dhammah, manakala menempati posisi
sebagai: Mubtada`, Khabarul Mubtada`, Isim Kâna beserta kerabatnya, Khabar Inna besarta
kerabatnya, Fâ’il, dan Nâ`ibul Fâ’il.
a. Posisi sebagai Mubtada`
Sebagaimana telah dibahas di langkah sebelumnya, Mubtada` merupakan posisi
i’rab Rafa’, dengan tanda dasar Dhammah.
Contoh dan cara meng-i’rabnya
95
Contoh dan cara meng-i’rabnya
اب ِ
ُ َفُت َح الْب
Pintu itu telah dibuka
Al-Bâb[u] : Marfu’ karena sebagai Nâ`ibul Fâ’il, bertanda Dhammah
2. Penyebab Isim Ber-I’rab Nashab
Isim ber-I’rab Nashab dengan tanda dasar Fathah, manakala menempati posisi sebagai:
Khabar Kâna beserta kerabatnya, Isim Inna besarta kerabatnya, Mafâ’îl (Maf’ûl Bihi, Maf’ûl Fîhi,
Maf’ûl Li-Ajlihi, dan Maf’ûl Mutlaq), Hal, Tamyiz, dan Munada.
a. Posisi sebagai Khabar Kâna beserta kerabatnya
Sebagaimana juga telah dibahas di langkah sebelumnya, bahwa Khabar Kâna beserta
kerabatnya merupakan posisi i’rab Nashab, dengan tanda dasar Fathah.
Contoh dan cara meng-i’rabnya
96
Contoh dan cara meng-i’rabnya
س ِ
َ فَه َم َزيْد الد َّْر
Zaid telah memahami pelajaran
Al-Dars[a] : Manshub karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah
Catatan:
Di antara Fi’il ada yang memerlukan lebih dari satu Maf’ul. Contohnya dalam kalimat:
ِ
ًس َس ْهَل ُ ظَ َّن الطَّال
َ ب الد َّْر
Murid itu mengira pelajarannya gampang
Al-Dars[a] : Manshub karena sebagai Maf’ul Bihi 1, bertanda Fathah
Sahl[an] : Manshub karena sebagai Maf’ul Bihi 2, bertanda Fathah
Di antara fi’il yang memiliki lebih dari satu maf’ûl bihi adalah:
ب ِ
Mengira
َ َحس
Menjadikan َج َع َل
َّخ َذ ِ
Menjadikan َ ات
Memberi أ َْعطَى
Meminta, bertanya َسأ ََل
2) Maf’ûl Fîhi (Zharf)
Ciri-ciri : Isim yang berarti Keterangan Tempat atau Keterangan Waktu bagi
fi’il yang datang sebelumnya.
Contoh dan cara meng-i’rabnya
97
ظَ َهَر الْ َق َم ُر لَْي ًَل
Rembulan itu tampak pada waktu malam
Layl[an] : Manshub karena sebagai Zharaf, bertanda Fathah
َس ِد
َ ب ْاْل ُّ ب الْ ِق
َ ط ُوثُ ْو َ ََوث
Kucing itu melompat layaknya lompatan singa
98
Wutsûb[a] : Manshub karena sebagai Maf’ûl Muthlaq, bertanda Fathah. Dan ia
adalah Mudhaf
ب َجالِ ًسا
ُ أَ ْشَر
Aku minum (sambil) duduk
Contoh Hâl menerangkan keadaan Maf’ûl Bihi:
ك َجالِ ًسا
َ ُنَظَْرت
Aku melihatmu (sedang) duduk
Umumnya berupa isim nakirah dengan pola Isim Fâ’il atau Isim Maf’ûl.
Di antaranya yaitu:
Pola Isim Maf’ul Pola Isim Fa’il
َم ْفعُ ْول ِ َف
اعل
ُم ْف َعل، ُم َف َّعل، اعل
َ ُم َف ُم ْفعِل، ُم َف ِّعل، اعلِ م َف
ُ
ُمْن َف َعل، ُم ْفتَ َعل، ُمتَ َفعَّل، اعل ِ ِ ِ
َ ُمْن َفعل ُمتَ َف، ُم ْفتَعل، ُمتَ َف ِّعل، ُمتَ َفاعل
ُم ْستَ ْف َعل ُم ْستَ ْفعِل
Hâl bisa berupa Jumlah dan Syibhul Jumlah.
99
ت َزيْ ًدا فِي الْ َم ْس ِج ِد
ُ نَظَْر
Aku melihat Zaid (sedang) di masjid
ِالسيَّارة ِ
َ َّ َجاءَ َزيْد َراكباً َعلَى
Zaid datang (dalam keadaan) mengendarai mobil
Râkib[an] : Manshub karena sebagai Hâl, bertanda Fathah
السيَّ َارَة
َّ بُ َجاءَ َزيْد يَ ْرَك
Zaid datang (dalam keadaan) mengendarai mobil
Jumlah Yarkab[u] ... dst. di posisi i’rab Nashab karena sebagai Hâl
e. Sebagai Tamyîz
Tamyîz artinya hal mengistimewakan atau membedakan. Maksudnya di sini adalah
isim ber-i’rab Nashab yang menerangkan hal spesifik atau pembeda dari Isim atau
Ungkapan sebelumnya yang masih umum atau global, dengan memiliki tanda dasar
Fathah.
Ciri-ciri
Menerangkan hal spesifik atau pembeda dari isim tertentu yang
datang sebelumnya. Contoh:
ُ َْش ِرب
ًت ُك ْوباً َماء
Aku meminum segelas (spesifiknya) air
Penyebutan air (mâ`[an]) adalah sebagai penjelas bagi kata segelas
(kûb[an]) yang masih umum, atau sebagai pembeda dari zat cair
lainnya, seperti susu, madu, minyak, dll.
Menerangkan spesifikasi hal tertentu yang dibicarakan sebelumnya.
Contoh:
100
Contoh dan cara meng-i’rabnya
ُ َْش ِرب
ًت ُك ْوباً َماء
Aku meminum segelas air
Mâ`[an] : Manshub karena sebagai Tamyîz, bertanda Fathah
101
Zaid[u] : Munâdâ
Dan Munâdâ akan ber-i’rab Nashab saat berupa: Munâdâ sekaligus Mudhâf; dan berupa:
Munâdâ Nakirah Ghairu Maqshûdah.
1) Munâdâ sekaligus Mudhâf
Ciri-ciri : Munâdâ merangkap sebagai Mudhâf
ِ يا رسوَل
الله ُْ َ َ
Wahai Rasulullah, …
102
Qayyûm[u] : Mabni Dhammah karena berupa Nakirah Maqshûdah, di posisi I’rab
Nashab karena sebagai Munâdâ.
َّاس
ُ يَا أَيُّ َها الن
Wahai sekalian manusia
Ayy[u]hâ : Mabni Dhammah karena berupa Nakirah Maqshûdah, di posisi I’rab
Nashab karena sebagai Munâdâ. Adapun hâ adalah huruf tambahan.
Al-Nâs[u] : Marfu’ karena sebagai badal bagi Ayyu (mengikuti bentuk fisik
harakatnya saja), bertanda Dhammah.
h. Mustatsnâ bi-Illâ
Mustatsnâ bi-Illâ artinya isim yang terkecualikan dengan menggunakan Harf
Istitsnâ` Illâ dan datang setelahnya, dengan arti yang berkebalikan dari ungkapan sebelum
lafazh Illâ.
Ciri-ciri
Terdiri dari Mustatsnâ Minhu (yang terkecualikan darinya), Harf
Istitsnâ` Illâ (harf pengecualian Illâ), dan Mustatsnâ (yang
terkecualikan)
103
Para murid tidak hadir kecuali Zaid
Zaid[an] : Manshub karena sebagai Mustatsnâ, bertanda Fathah
Ber-i’rab mengikuti i’rab Mustatsnâ Minhu dengan status sebagai Badal
ب إََِّل َزيْد
ُ َّضَر الطَُّل
َ َما َح
Para murid tidak hadir kecuali Zaid
Zaid[un] : Marfu’ karena sebagai Badal dari al-Thullâb[u], bertanda Dhammah
ضَر َزيْد
َ َح
Illâ : Mabni sukun, karena ia harf
Zaid[un] : Marfu’ karena sebagai Fa’il, bertanda Dhammah
ًت َزيْدا
ُ ذَ َك ْر
Zaid[an] : Manshub karena sebagai Maf’ul Bihi, bertanda Fathah
Yaitu dengan mengabaikan keberadaan harf nafi dan harf istitsna`.
Kesimpulan:
a. Jika kalimatnya positif, maka mustatsna ber-I’rab nashab, sebagai mustatsna
b. Jika kaliamtnya negatif, maka dilihat apakah menyebutkan mustatsna minhu:
1. Jika menyebutkan, maka boleh dua kemungkinan:
1) ber-I’rab nashab, sebagai mustatsna
2) ber-I’rab mengikuti I’rab mustatsna minhu, sebagai badal
2. Jika tidak menyebutkan, maka ber-I’rab menurut tuntutan kalimat dengan
mengabaikan keberadaan harf nafi dan harf istitsna`.
104
Jika Istitsnâ` menggunakan lafazh Ghayr ( )غيرdan Siwâ ()سوى, maka status Mustatsnâ
berpindah kepada lafazh Ghayr dan Siwâ, dan keduanya sekaligus sebagai Mudhaf bagi
lafazh yang tadinya berstatus sebagai Mustatsnâ. Sedangkan i’rab-nya sama seperti
ketentuan isim Mustatsnâ dengan illâ pada penjelasan di atas. Yaitu jika berupa kalimat
positif, maka berbunyi:
ُ َّضَر الطَُّل
ب َغْي َر َزيْد َ َح
Para murid hadir kecuali Zaid
Ghayr[a] : Manshub karena sebagai Mustatsnâ, bertanda Fathah. Dan ia adalah
Mudhaf
Zaid[in] : Majrur karena sebagai Mudhaf Ilayhi, bertanda Kasrah
ب ِس َوى َزيْد
ُ َّضَر الطَُّل
َ َح
Para murid hadir kecuali Zaid
Siwâ : Manshub karena sebagai Mustatsnâ, bertanda Fathah Muqaddarah.
Dan ia adalah Mudhaf
Zaid[in] : Majrur karena sebagai Mudhaf Ilayhi, bertanda Kasrah
Jika berupa kalimat negatif (didahului harf nafi), maka dengan memperhitungkan
keberadaan Mustatsnâ Minhu.
Jika ada, maka ada dua cara:
Ber-i’rab Nashab
ُ َّضَر الطَُّل
ب َغْي َر َزيْد َ َما َح
Para murid tidak hadir kecuali Zaid
Ghayr[a] : Manshub karena sebagai Mustatsnâ, bertanda Fathah. Dan ia adalah
Mudhaf
Ber-i’rab mengikuti i’rab Mustatsnâ Minhu sebagai Badal
ُ َّضَر الطَُّل
ب َغْي ُر َزيْد َ َما َح
Para murid tidak hadir kecuali Zaid
Ghayr[u] : Marfu’ karena sebagai Badal dari al-Thullâb[u], bertanda Dhammah
َ ت الطََُّّل
ب َغْي َر َزيْد ُ َما ذَ َك ْر
Aku tidak ingat para murid kecuali Zaid
Ghayr[a] : Manshub karena sebagai Badal dari al-Thullâb[a], bertanda Fathah
Jika tidak ada, maka Mustatsnâ ber-i’rab sesuai kedudukannya di dalam kalimat.
105
Ghayr[u] : Marfu’ karena sebagai Fa’il, bertanda Dhammah
ت َغْي َر َزيْد
ُ َما ذَ َك ْر
Aku tidak ingat kecuali Zaid
Ghayr[a] : Manshub karena sebagai Maf’ul Bihi, bertanda Fathah
Adapun mustatsna pada kalimat istitsnâ` semisal kalimat tauhid:
ُاإللهُ الله
Ilah itu adalah Allah
اللهُ إله
Allah adalah Ilah
Dijumpai bahwa Allah ber-I’rab rafa’ sebagai Khabarul Mubtada` atau sebagai Mubtada`.
Maka demikian pula lah I’rab lafazh Allah pada kalmat tauhid di atas. Sehingga dibaca:
106
Ditambah huruf qasam (untuk bersumpah):
َو
Demi ِب
َت
b. Saat berposisi sebagai Mudhaf Ilayhi
Yaitu saat isim berkedudukan sebagai Mudhaf Ilayhi pada susunan Idhafi. Contoh:
ِِ
ُُستَاذُ َوت ْلمْي ُذه
ْ َجاءَ ْاْل
107
Telah datang seorang ustadz dan muridnya
Tilmîdz[u] : Marfu’ karena Ma’thuf kepada al-Ustâdz[u], bertanda Dhammah
Ber-i’rab Nashab
ِِ
ُُستَا َذ َوت ْلمْي َذه
ْ ت ْاْل
ُ َْرأَي
Aku melihat seorang ustadz dan muridnya
Tilmîdz[a] : Manshub karena Ma’thuf kepada al-Ustâdz[a], bertanda Fathah
Ber-i’rab Jarr
ب ُكلُّ ُه ْم
ُ َجاءَ الطََُّّل
Para murid telah datang seluruhnya
108
Kull[u] : Marfu’ karena sebagai Mu`akkid bagi al-Thullâb[u], bertanda
Dhammah. Dan ia adalah Mudhaf.
Ber-i’rab Nashab
ب ُكلَّ ُه ْم
َ ت الطََُّّل
ُ َْرأَي
Aku melihat para murid seluruhnya
Kull[a] : Manshub karena sebagai Mu`akkid bagi al-Thullâb[a], bertanda
Fathah. Dan ia adalah Mudhaf.
Ber-i’rab Jarr
ِ ت بِالطََُّّل
ب ُكلِّ ِه ْم ُ َمَرْر
Aku berjalan melewati para murid seluruhnya
Kull[i] : Majrur karena sebagai Mu`akkid bagi al-Thullâb[i], bertanda
Kasrah. Dan ia adalah Mudhaf.
Terkait ciri-ciri dan contoh lain dalam meng-i’rab lihat Langkah 3, bagian susunan non-
kalimat.
LATIHAN VI
1. Terjemahkan dan harakati kalimat-kalimat di bawah ini. Kemudian terangkan i’rab setiap
kata yang bergaris bawah!
109
Leher الْعُنُ ُق
Bai’at, transaksi penjualan البَ ْي َعةُ
.5عن َس ُمَرةَ أن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن التبتل
Melarang نَ َهى-يَْن َهى َع ْن
Hal membujang ُّل
التَّبَت ُ
.6إذا أقيمت الصَلة فَل صَلة إَل المكتوبة
Didirikan, dibacakan
iqamat
أُقِْي َم-يُ َق ُام
Shalat wajib الْ َم ْكتُ ْوبَةُ
ك
.7أسأل الله العظيم رب العرش العظيم أن يشفيَ َ
Meminta, bertanya َسأ ََل-يَ ْسأ َُل
Arsy, singgasana ش
الْ َع ْر ُ
Menyembuhkan َش َفى-يَ ْش ِفي
.8إن المَلئكة َل تدخل بيتا فيه كلب
.9من أهان سلطان الله في اْلرض أهانه الله
Menghinakan أ ََها َن-يُِهْي ُن
َ .11ل تصاحب إَل مؤمنا وَل يأكل طعامك إَل تقي
ب صاحب-ي ِ
Berteman
صاح ُ
َ َ َ َُ
Orang yang bertakwa الت َِّق ُّي
َ .11ل طاعة لمخلوق في معصية الخالق
.12من مات مرابطا في سبيل الله أمنه الله من فتنة القبر
Yang menjaga perbatasan الْ ُمَرابِ ُ
ط
Mengamankan,
melindungi
أ ََّم َن-يُ َؤِّم ُن
Siksa, azab ِ
الفْت نَةُ
.13الكشر َل يقطع الصَلة ولكن يقطعها القرقرة
110
Tawa memperlihatkan gigi الْ َك ْش ُر
Tawa terkekeh-kekeh الْ َق ْرقَ َرةُ
َ .14ل يدخل الجنة إَل مؤمن
.15من صلى صَلتنا واستقبل قبلتنا وأكل ذبيحتنا وصام شهرنا فذلك المسلم
ِ ِ
Menghadap
ا ْستَ ْقبَ َل-يَ ْستَ ْقبلُ
َ .16ل صَلة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب
َ .17ل يحب اْلنصار إَل مؤمن وَل يبغضهم إَل منافق من أحبهم أحبه الله ومن أبغضهم أبغضه الله
Mencintai, menyukai ب-يُ ِح ُّ
ب َح َّ
أَ
Kaum sahabat anshar ص ُار
ْاْلَنْ َ
ض ِ
Membenci ض-يُْبغ ُ أَبْغَ َ
.18قال البراء -رضي الله عنه ، -سمعت النبي -صلى الله عليه وسلم -يقرأ والتين والزيتون في العشاء
،وما سمعت أحدا أحسن صوتا منه أو قراءة
Suara ت
الص ْو ُ
َّ
!2. Jelaskan I’rab daripada isim-isim yang bergaris-bawah dalam bacaan berikut ini
اس َوالطَّ َع ِام بِالْ َم ْو ُج ْوِد َ ،وََل يَ ْسأَ ُل َع ِن الْ َم ْف ُق ْوِد َ ،وَما
ضى ِم َن اللِّبَ ِ ِِ ِ ِ
َ .2وإِ َّن م ْن أَ ْخَلَقه الْع َّفةَ َوالْ َقنَ َ
اعةَ يَ ْر َ
ب ِم ْن أَ َحد َشْيااً ِ ط ،لَ ِكن إِ ْن أَ ْع َجبَهُ أَ َكلَهُ وإِ ْن َك ِرَههُ تَرَكهُ ،وما ب غَّ َ ِ
ضهُ إلَى َغْي ِره ََ .ل يَطْلُ ُ َ ََ َ َ ْ ذَ َّم طَ َعاماً قَ ُّ
111
صابِراً َعلَى الْبََلَ ِء َو ْاْلَ َذى يَ ْع ُف ْو َع ِن الَّ ِذ ْي يُ ِس ْيءُ إِلَْي ِه
ب َ
ضُ
ِ ِ
َوََل يَ ُم ُّد َعْي نَ ْيه إِلَى َغْي ِرهِ َ ،وَكا َن َحلْيماً ََل يَ ْغ َ
ِ اضعِ ِه أَنَّه إِ َذا مَّر بِ ِّ ِ ِ اضعاً لِ َّ ِ
،متَ و ِ
الصْب يَان يُ َسلِّ ُم َعلَْي ِه ْم َ ،وإِ َذا َد َعاهُ أَ َحد يُجْيبُهُ لصغْي ِر َوالْ َكبِْي ِر َ ،وم ْن تَ َو ُ ُ َ َُ
ب أَ ْن يَ ُق ْوَم لَهُ أَ َحد ِم ْن َم ْجلِ ِس ِه َ .وَكا َن يَ ِخْي ُ
ك َ ،وََل يُ ِح ُّ ِ
س بَْيتَهُ
ف نَ ْعلَهُ َويَ ْكنُ ُ
ِ
ط ثَ ْوبَهُ َويَ ْخص ُ بَِق ْول ِه لَبَّ ْي َ
9من كتاب اْلخَلق للبنين الجزء الثاني لألستاذ عمر بن أحمد بارجاء ،ص 13-12
112
B. Hal-hal yang Mempengaruhi I’rab Fi’il
Sebagaimana juga telah diketahui sebelumnya bahwa i’rab Fi’il –tepatnya Fi’il Mudhari’– itu
hanya tiga saja, yaitu: Rafa’, Nashab, dan Jazm. Nah, materi berikut ini akan memaparkan rincian
umum terkait hal apa saja yang menjadikan fi’il mudhari’ ber-I’rab dengan salah satu dari tiga macam
I’rab tersebut.
Tapi sebelum itu, perlu diingat kuat-kuat rumus dasar dalam menentukan I’rab fi’il mudhari’,
yaitu:
Fi’il Mudhari’ ber-I’rab Nashab manakala didahului oleh ‘Amil Nashab
Fi’il Mudhari’ ber-I’rab Jazm manakala didahului oleh ‘Amil Jazm, dan
Fi’il Mudhari’ ber-I’rab Rafa’ manakala tidak didahului oleh ‘Amil apapun, baik itu ‘Amil Nashab
maupun ‘Amil Jazm.
Jadi asal fi’il mudhari’ itu adalah ber-i’rab rafa’. Dia baru ber-I’rab Nashab manakala didahului ‘Amil
Nashab, demikian ber-I’rab Jazm manakala didahului ‘Amil Jazm. Berikut rinciannya.
)ُإِ َذ ْن يَ ْس َع َد فِي ْاْل ِخَرِة (تجيب بذلك من قال يُ ِطْي ُع َزيْد َربَّه
Jadi ia akan bahagia di akhirat kelak (komentar anda untuk orang yang
berkata: Zaid menaati Rabb-nya)
َ
Yas’ad[a] : Manshub karena didahului harf Nashab ( ْ) إِذن, bertanda Fathah. Fa’il-nya
dhamir tersembunyi, terhitung: Huwa.
113
يَ ْجتَ ِه ُد َزيْد َك ْي يَْن َج َح
Zaid bersungguh-sungguh supaya berhasil
َ
Yanjah[a] : Manshub karena didahului harf Nashab ( ْ) كي, bertanda Fathah. Fa’il-nya
dhamir tersembunyi, terhitung: Huwa.
Catatan:
َ
Adakalanya harf An ( ) أنtersembunyi dan tidak tampak dalam teks, namun dianggap ada. Yaitu
setelah harf Li ( ) ِلـyang artinya: untuk, agar, dan agar supaya; dan setelah harf Hattâ ( ) َحتَىyang
artinya: sampai, hingga. Contoh:
يَ ْجتَ ِه ُد َزيْد لِيَ ْن َج َح
Zaid bersungguh-sungguh agar ia berhasil
َ
Yanjah[a] : Manshub karena didahului harf Nashab ( ْ ) أنyang tersembuyi setelah
harf Li, bertanda Fathah. Fa’il-nya dhamir tersembunyi, terhitung: Huwa.
114
Contoh:
اح ِ
َ ََل تُكْث ْر الْ ُمَز
Janganlah anda banyak bercanda
Lâ : Mabni Sukun, karena ia Harf
Tuktsir[] : Majzum karena didahului Harf Jazm (Lâ al-Nâhiyah), bertanda sukun.
Fa’il-nya dhamir tersembunyi terhitung: Anta.
115
Kapan ... maka/niscaya ... َمتَى
Di/ke manapun ... maka/niscaya ... أَيْنَ َما
Contoh:
ص ْد
ُ َم ْن يَ ْزَر ْع يَ ْح
Barang siapa menanam niscaya dia akan menuai
Man : Mabni Fathah, karena ia Isim Syarth
Yazra’[] : Majzum karena didahului ‘Amil Jazm (Man), bertanda sukun. Fa’il-nya
dhamir tersembunyi, terhitung: huwa.
Yahshud[] : Majzum karena didahului ‘Amil Jazm (Man), bertanda sukun. Fa’il-nya
dhamir tersembunyi, terhitung: huwa.
3. Penyebab Fi’il Mudhari’ ber-I’rab Rafa’
Fi’il mudhari’ ber-i’rab Rafa’ manakala tidak didahului ‘amil Nashab atau ‘amil Jazm di atas.
ِ ِ
ُالولَ ُد َوال َده
َ يُ ْكرُم
Seorang anak itu menghormati orang-tuanya.
Yukrim[u] : Marfu’ karena tidak didahului ‘Amil apapun. Bertanda Dhammah.
116
ت أَ ْن نَ ْقَرأَ ُس ْوَرَة الْ َواقِ َع ِة َونَتَ َح َّفظَ َها ِ
ُ َود ْد
Aku ingin kita membaca surat al-Waqi’ah dan menghafalkannya luar kepala
Natahaffazh[a] : Manshub karena ma’thuf ke Naqra`[a], bertanda fathah. Fa’il-nya dhamir
tersembunyi terhitung: nahnu.
LATIHAN VII
1. Harokati dan terjemahkan kalimat-kaliamat di bawah ini dengan bantuan kosa-kata yang ada,
kemudian i’rab-lah kata-kata yang bergaris bawah!
117
Nasab ب
َّس ُ
الن َ
Ringkasan, kesimpulan صةُالْ ُخ ََل َ
َج َمعُو
ْاْل ْ
ْْ َن
Semua, seluruhnya
َج َم ِع
/اْل ْ
يْ َن
Berkebangsaan Arab الْ َعَربِي
Bersuku Quraisy ال ُقَرِشي
Keturunan ‘Adnan الْ َع ْدنَانِي
Hal wafat, kematian الْ َوفَاةُ ُ 2نسبهُووفاةُوالده
Ayah )1والده عبد الله بن عبد المطلب بن هاش ِم الْ َوالِ ُد
Berkumpul يَ ْجتَ ِم ُع
صي بن كَِلب . ُ بن عبد م ِ
ناف بن ق
Kakek, nenek moyang الْ َج ُّد ِّ َ
ِ
هب بن عبد مناف بن الْ ِج ُّد )2وأمه آمنةُ بنت و ِ
Kesungguhan َ
س ِ
Yang ke-lima
الْ َخام ُ ُزْهَرةَ بن كَلب .
Mematikan تَ َوفَّى
)3فتجتمع أمه مع والده في جده الخامس
Dimatikan, diwafatkan تُ ُوفِّ َي
Perut الْبَطْ ُن ،وهو كَلب .
Umur, usia الْعُ ْم ُر )4ولقد توفي والده وهو في بطن أمه ،
Menguburkan وعمره ثَمانِي عشرة سنة ،ودفن بالمدينة َدفَ َن
َ َ َ ْ ََ
Dikuburkan ُدفِ َن
،ولم يترك شياا من المال .
Meninggalkan يَْت ُرُك
Ditinggalkan يُْت َرُك الخَلصة أبوه عبد الله بن عبد المطلب ،
Sesuatu
َّيءُالش ْ وأمه آمنة بنت وهب .يلتقي نسبهما في
Bertemu, menemui يَْلتَ ِق ْي جده الخامس .مات أبوه وهو في بطن أمه.
Mati, meninggal ات
َم َ
Kelahiran ال ِوََل َدةُ ُ 3والدتهُورضاعتهُ
Penyusuan, hal menyusui اعةُ
ضَ الر َ
َّ
118
Melahirkan َولَ َد )1ولد صلى الله عليه وسلم بمكة يوم
ُولِ َد
اإلثنين ،الثَّانِي َع َشَر من ربيع اْلول عام
Dilahirkan
يوم
Hari senin
ِْ
اإلثْنَ ْي ِن
الفيل .
الثَّانِي )2وسمي عام وَلدته عام الفيل ْ ،لن ملك
Ke-dua belas
الحبشة أرسل عام وَلدته جيشا إلى مكة َع َشَر
Tahun الع ُام
َ لهدم الكعبة ،وكان فيه فيل عظيم ،
Yang umum الع ُّام
َ
ك ِ فأهلك الله الجيش إكراما لوَلدة النبي
Raja الْ َمل ُ
Kerajaan كالْ ُم ْل ُ صلى الله عليه وسلم .
الْ ِم ْل ُ
Kepemilikan, hal
memiliki
ك )3وأرضعته بعد أمه ثويبة اْلسلمية خادمة
Negeri Habasyah عمه أبي طالب ،ثم حليمة السعدية ،الْ َحبَ َشةُ
Mengirim أ َْر َس َل
إلى أن بلغ عمره أربع سنوات .
Pasukan, tentara ش
الْ َجْي ُ
Hal merobohkan,
الْ َه ْد ُم الخَلصة ولد بمكة عام الفيل ،وأرضعته
perobohan
Membinasakan كأ َْهلَ َ ثويبة اْلسلمية ثم حليمة السعدية .
Hal memuliakan ا ِإل ْكَر ُام
Menyusui ض َعأ َْر َ
Pembantu wanita الْ َخ ِاد َمةُ
)Paman (dari jalur ayah الْ َع ُم
Sampai, mencapai بَلَ َغ
Tahun ات
السنَ َو ُ
َّ
!2. Jelaskan I’rab untuk fi’il-fi’il yang bergaris bawah pada sejumlah kalimat di bawah ini
119
الر ْح َم ِة ََ ،ل يُ ْؤِذي إِنْ َساناً َوََل الله تَ َعالَى َكثِْي َر الْ َحيَ ِاء َع ِظْي َم َّ
الش َف َق ِة َو َّ ف ِمن ِِ ِ
َ .4وَكا َن َشديْ َد الْ َخ ْو َ
َّق َعلَْي ِه ْم َكثِْيراً َ ،ويُ ِجْيبُ ُه ْم إِ َذا َد َع ْوهُ ،فَيَأْ ُك ُل َم َع ُه ْم
صد ُ ِ
َحيَ َواناً َ ،ويَ ْر َح ُم الْ ُف َقَراءَ َوالْ َم َساكْي َن َ ،ويَتَ َ
ب ِمْنهُ َشْيااً َ ،وإِ َذا لَ ْم يَ ِج ْد ِعْن َدهُ َما يُ ْع ِطْي ِه اه ْم َوَكا َن أَ ْكثَ َر الن ِ
َّاس ََل يَ ُرُّد َم ْن طَلَ َ ضُ َ ،ويَ ُزْوُر َم ْر َ
ِ ِِ ِ
ات يَ ْوم ،فَ َسأَلَهُ فَأَ ْعطَاهُ َغنَماً ُ ،س َّد ْ
ت َما بَْي َن َو َع َدهُ بِِإ ْعطَائه في َوقْت َ
آخَر َ .و َجاءَهُ َر ُجل َذ َ
َجبَ لَْي ِن ،فَ َر َج َع إِلَى قَ ْوِم ِه َوقَ َال أَ ْسلِ ُم ْوا ،فَِإ َّن ُم َح َّمداً يُ ْع ِطي َعطَاءً َمن ََل يَ ْخ َشى الْ َفاقَةَ .
ط َ ،ويُ ْش ِف ُق َعلَى
ط َ ،ويَأْ ُم ُر بِالْ َع ْف ِو َع ِن الْ َخ ِادِم إِ َذا َغلِ َ
.5وَكا َن يَ ْر َحم الْ َخ ِاد َم ََل يَْن َهر َخ ِادماً قَ ُّ
ُ ُ َ
ِ ِ ِّ ِ
ات يَ ْوم َد َخ َل َسيِّ ُدنَا
ص ََلتَهُ َ .و َذ َ صبِياًّ يَْبك ْي َخ َّف َ
ف َ الصْب يَان َويُ َسلِّ ُم َعلَْي ِه ْم ،فَِإ َذا َ
صلَّى َو َسم َع َ
ِ ِ ِِ الْحسن ر ِضي الله عْنه وهو ِ
صلِّي ،فَ َرك َ
ب ظَ ْهَرهُ صغْي ر َ ،والنَّبِ ُّي َ
صلَّى اللهُ َعلَْيه َوآله َو َسلَّ َم يُ َ َ َ ُ َ َ ُ َ ُ ََُ َ
ِ ِ اجد فَأَبْطَأَ فِي ُس ُج ْوِدهِ َش َف َقةً َعلَْي ِه َحتَّى نََزَل َعنْهُ َ ،وَكا َن ِْلَنَ ِ
وهو س ِ
س بْ ِن َمالك َرض َي اللهُ َعْنهُ ََُ َ
ال لَه أَب و عمير ،وَكا َن لَه نُغَر (طَائِر صغِي ر أَحمر الْ ِمْن َقا ِر) ي ْلع ِ
ب بِه فَ َم َ
ات ،فَ َد َخ َل ََ ُ َ ْ ْ َُ أَخ يُ َق ُ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ ُ
ِ ِ ِِ
ات يَ ْوم ،فَ َرأَى الْ َولَ َد َح ِزيْناً ،فَ َق َال َما َشأْنُهُ؟ قْي َل لَهُ َم َ
ات النَّبِ ُّي َ
صلَّى اللهُ َعلَْيه َوآله َو َسلَّ َم ذَ َ
11
نُغَُرهُ ،فَ َق َال يَا أَبَا عُ َمْير! َما فَ َع َل النُّغَْي ُر؟
10من كتاب اْلخَلق للبنين الجزء الثاني لألستاذ عمر بن أحمد بارجاء ،ص 14-13
120
Al-Imam Muhammad bin Idris Al-Syafi’i
–rahimahullâh–
ِ صرو َن ما َل ي ب
› صُر َغْي ُرُه ْم ُْ َ ُ يُْب، س
ِ ِ ْاب الْ َعَربِيَّ ِة ِج ُّن ا ِإلن
ُ َص َح
ْ ‹أ
“Orang-orang yang bisa Bahasa Arab itu laksana
‘Jin-nya Manusia’. Mereka dapat melihat apa
yang tidak dapat dilihat orang lain.”11
11
Ibnu Abi Hatim al-Razi, Âdâb al-Syâfi’i wa Manâqibuhu, hlm. 112
121
LANGKAH 5
Target
Memahami tanda I’rab dasar dan tanda I’rab cabang pada Isim Mu’rab dan Fi’il Mu’rab.
Indikator
Mampu menjelaskan secara umum alasan tanda I’rab, baik tanda I’rab dasar maupun tanda
I’rab cabang, pada Isim dan Fi’il dalam teks berharokat.
Mampu menentukan secara umum tanda I’rab Isim dan Fi’il dalam teks tidak berharokat.
122
A. Tanda I’rab Pada Isim
Pada Langkah ke-2 telah dijelaskan bahwa I’rab Isim ada tiga, yaitu: Rafa’, Nashab, dan Jarr.
Masing-masing dari I’rab tersebut ditandai dengan tanda-tanda akhiran tertentu, yang disebut
dengan tanda-tanda I’rab (‘alâmât al-I’râb).
Nah, tanda I’rab ini ada yang berupa tanda I’rab Dasar yaitu sebagaimana telah dikenalkan juga
pada Langkah ke-2, dan ada yang berupa tanda I’rab Cabang, yaitu tanda I’rab yang mewakili tanda
I’rab Dasar untuk isim-isim yang memiliki karakter tertentu sebagaimana akan dijelaskan.
1. Tanda I’rab Dasar
Tanda I’rab Dasar pada Isim adalah: Dhammah untuk I’rab Rafa’, Fathah untuk I’rab
Nashab, dan Kasrah untuk I’rab Jarr. Tanda-tanda I’rab ini terealisasi pada Isim Mufrad dan Isim
Jamak Taksir pada umumnya.
a. Pada Isim Mufrad
َس ًدا
َ َرأَى َزيْد أ Fathah (dasar) Nashab
َس ِد
َ َزيْد َكاْل Kasrah (dasar) Jarr
ُّج ْوِم
ُ ت إلَى الن
ِ ُ نَظَر
ْ Kasrah (dasar) Jarr
Di atas adalah apabila lafazh isim berupa isim shahih, yakni berakhiran huruf hidup (berharokat).
Ditandai dengan tanda I’rab yang tampak (zhâhir). Adapun apabila isim mufrad dan isim jamak
taksir berupa isim maqshûr (isim berakhiran alif) dan isim manqûsh (isim berakhiran yâ` mati), maka
tanda I’rab-nya adalah tanda I’rab dasar yang bersifat muqaddar (imajiner). Kecuali, isim manqûsh
saat ber-I’rab Nashab, maka tanda I’rab-nya zhâhir (tampak).
Isim Maqshûr dari isim Mufrad dan Jamak
123
Isim Manqûsh dari isim Mufrad dan Jamak
ِ
ت بَِولَ َديْ ِن نَجْيبَ ْي ِن
ُ َمَرْر Jarr
Cara meng-I’rab:
Al-Walad[â]ni : Marfu’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Alif karena Isim Mutsanna.
Najîb[â]ni : Marfu’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Alif karena Isim
Mutsanna.
Al-Walada[y]ni : Manshub karena sebagai Isim Inna, bertanda Yâ` karena Isim Mutsanna.
Walada[y]ni : Majrur karena didahului Harf Jarr, bertanda Yâ` karena Isim Mutsanna.
Najîba[y]ni : Majrur karena sebagai sifat bagi Waladayni, bertanda Yâ` karena Isim
Mutsanna.
b. Pada Isim Jamak Mudzakkar Sâlim
124
Isim Jamak Mudzakkar Salim adalah isim jamak yang dihukumi Mudzakkar dengan ciri
khas berakhiran Wâwu-Nûn atau Yâ`-Nûn. Tanda I’rabnya juga dua saja, yaitu Huruf Wâwu saat
ber-I’rab Rafa’, dan Huruf Yâ` saat ber-I’rab Nashab dan Jarr.
Cara meng-I’rab:
Al-Muslim[û]na : Marfu’ karena sebagai Khabarul Mubtada’, bertanda Wâwu karena Isim
Jamak Mudzakkar Salim.
Al-Mu`min[î]na : Manshub karena sebagai Isim Inna, bertanda Yâ` karena Isim Jamak
Mudzakkar Salim.
Al-Muslim[î]na : Majrur karena didahului Harf Jarr, bertanda Yâ` karena Isim Jamak
Mudzakkar Salim.
c. Pada Isim Jamak Mu`annats Sâlim
Isim Jamak Mu`annats Salim adalah isim jamak yang dihukumi Mu`annats dengan ciri
khas berakhiran Alif-Tâ` Maftûhah () ات. Tanda I’rabnya dua saja, yaitu Dhammah saat ber-I’rab Rafa’,
dan Kasrah saat ber-I’rab Nashab dan Jarr.
ات ِ
ُ ُه َّن الْ ُم ْسل َم Dhammah (dasar) Rafa’
ِ رأَيت الْمسلِم
ات َ ْ ُ ُ َْ Kasrah (cabang) Nashab
ِ مررت بِالْمسلِم
ات َ ْ ُ ُ ََْ Kasrah (dasar) Jarr
Cara meng-I’rab:
Al-Muslimât[u] : Marfu’ karena sebagai Khabarul Mubtada’, bertanda Dhammah.
Al-Muslimât[i] 1 : Manshub karena sebagai Maf’ul Bihi, bertanda Kasrah karena Isim Jamak
Mu`annats Salim.
Al-Muslimât[i] 2 : Majrur karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah.
d. Pada al-Asmâ` al-Khamsah
al-Asmâ` al-Khamsah (isim yang lima) maksudnya adalah:
125
Contoh Tanda I’rab (dasar/cabang) I’rab
Cara meng-I’rab:
Ab[û] : Marfu’ karena sebagai Na`ibul Fa’il, bertanda Wâwu karena al-Asma` al-
Khamsah.
Ab[â] : Manshub karena sebagai Isim Inna, bertanda Alif karena al-Asma` al-
Khamsah.
Ab[î] : Majrur karena sebagai Mudhaf Ilayhi, bertanda Yâ` karena al-Asma` al-
Khamsah.
Catatan:
Semua al-Asmâ` al-Khamsah bertanda I’rab demikian ketika berkedudukan sebagai Mudhaf.
Adapun jika bukan sebagai mudhaf, yakni khusus bagi dua isim yang pertama ( أخ، – )أبkarena tiga
yang terakhir ( ذُو، فُو، )ح ُمو
َ selalu sebagai mudhaf–, maka tanda I’rab-nya adalah tanda I’rab Dasar.
Contoh:
12
Shîghah Muntahâl Jumû’ adalah Jama’ Taksir yang memiliki ciri khas berakhiran dua huruf atau tiga huruf
setelah alif.
126
ِ
Non-Arab (‘Ajam)13: ُ يُ ْو ُس، إِبْ َراهْي ُم
ف
Mu`annats/bertanda Mu`annats14: ُُس َامة
َأ،ب
ُ ََزيْن
Berakhiran Alif-Nûn: ن ُ ُسلَْي َما، عُثْ َما ُن
َ ْ أ، يَِزيْ ُد
Berpola Fi’il: َحم ُد
ص ِديِْق ْي
َ عُثْ َما ُن Dhammah (dasar) Rafa’
ص ِديِْق ْي
َ إِ َّن عُثْ َما َن Fathah (dasar) Nashab
Cara meng-I’rab:
‘Utsmân[u] : Marfu’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah.
‘Utsmân[a] 1 : Manshub karena sebagai Isim Inna, bertanda Fathah.
‘Utsmân[a] 2 : Majrur karena didahului harf Jarr (bi), bertanda Fathah karena Isim Lâ
Yansharif.
Catatan:
Semua Isim Lâ Yansharif tidak menerima harakat kasrah, kecuali dalam dua kondisi:
1. Saat ber-Alif-Lâm Ta’rîf, dan
2. Saat berkedudukan sebagai Mudhâf
Dalam dua kondisi tersebut ia dapat berharakat Kasrah manakala ber-I’rab Jarr, dan itu umumnya
terealisasi pada Isim Lâ Yansharif yang bukan Isim ‘Alam.
ِ ِجْا
َ َت بِل َواء أَبْي
ض ُ Fathah (cabang) Jarr
Kecuali Isim ‘Alam + ‘Ajam yang terdiri dari tiga huruf yang mana huruf tengahnya ber-sukun, maka ia
13
127
ِ َت بِاللِّ َو ِاء ْاْلَبْي
ض ِ
ُ جْا Kasrah (dasar)
ض اللِّ َو ِاء
ِ َت بِأَبْي ِ
ُ جْا Kasrah (dasar)
Cara meng-I’rab:
Abyadh[a] : Majrur karena sebagai Sifat bagi Liwâ`[in], bertanda Fathah karena Isim Lâ
Yansharif.
al-Abyadh[i] : Majrur karena sebagai Sifat bagi al-Liwâ`[i], bertanda Kasrah.
Abyadh[i] : Majrur karena didahului harf Jarr (bi), bertanda Kasrah. Dan ia adalah
Mudhaf.
B. Tanda I’rab Pada Fi’il
Pada Langkah ke-2 telah dijelaskan bahwa I’rab Fi’il juga ada tiga, yaitu: Rafa’, Nashab, dan
Jazm. Masing-masing dari I’rab tersebut ditandai dengan tanda-tanda akhiran tertentu. Ada yang
berupa tanda I’rab Dasar yaitu sebagaimana telah dikenalkan juga pada Langkah ke-2, dan ada juga
yang berupa tanda I’rab Cabang, yaitu tanda I’rab yang mewakili tanda I’rab Dasar untuk fi’il-fi’il yang
memiliki ciri khas tertentu sebagaimana akan dijelaskan.
1. Tanda I’rab Dasar
Fi’il Mudhari’ bertanda I’rab Dasar, yaitu manakala berupa fi’il shahîhul akhîr (tidak berakhiran
huruf ‘illat), dan setelahnya tidak terhubung dengan suatu apapun. Maksud dari “setelahnya tidak
terhubung dengan suatu apapun” adalah Fi’il Mudhari’ yang tidak bersambung dengan Aliful Itsnayn,
Wâwul Jama’ah, dan Yâ`ul Mukhâthabah (al-Af’âl al-Khamsah), dan tidak pula berakhiran Nûn Niswah.
Lihat bagian yang tidak berarsir pada tabel:
ُ Tanda I’rab
Akhiran Mabni ُ Fi’il Mudhari’
Cabang Dasar
- - - √ يَ ْف َع ُل
Aliful Itsnayn - √ - يَ ْف َع ََل ِن
Wâwul Jamâ’ah - √ - يَ ْف َعلُ ْو َن
- - - √ تَ ْف َع ُل
Aliful Itsnayn - √ - تَ ْف َع ََل ِن
Nûn Niswah √ - - يَ ْف َع ْل َن
- - - √ تَ ْف َع ُل
Aliful Itsnayn - √ - تَ ْف َع ََل ِن
Wâwul Jamâ’ah - √ - تَ ْف َعلُ ْو َن
Yâ`ul Mukhâthabah - √ - تَ ْف َعلِْي َن
Aliful Itsnayn - √ - تَ ْف َع ََل ِن
Nûn Niswah √ - - تَ ْف َع ْل َن
128
- - - √ أَفْ َع ُل
- - - √ نَ ْف َع ُل
Contoh:
Contoh Tanda I’rab (dasar/cabang) I’rab
ب بِالْ ُكَرِة
ُ َزيْد يَْل َع Dhammah (dasar) Rafa’
ب بِالن َّْرِد
َ أَنَا لَ ْن أَلْ َع Fathah (dasar) Nashab
Cara meng-I’rab:
Yasyfiy : Marfu’ karena tidak didahului ‘Amil, bertanda Dhammah Muqaddarah karena
Fi’il Mu’tallul Akhîr.
Yasyfiy[a] : Manshub karena didahului ‘Amil Nashab (kay), bertanda Fathah Zhahirah
karena Fi’il Mu’tallul Akhîr.
Yasyfi[] : Majzum karena didahului ‘Amil Jazm (lam), bertanda Hilangnya Huruf ‘Illat
karena Fi’il Mu’tallul Akhîr.
b. Pada al-Af’âl al-Khamsah (fi’il yang lima)
al-Af’âl al-Khamsah adalah fi’il mudhari’ yang berakhiran Aliful Itsnayn (Alif yang menunjukkan
dua orang), Wâwul Jamâ’ah (Wâwu yang menunjukkan lebih dari dua orang), dan Yâ`ul Mukhâthabah
(Yâ` yang menunjukkan seorang perempuan orang kedua). Masing-masing dari Aliful Itsnayn dan
Wâwul Jamâ’ah berlaku bagi orang ke-dua dan orang ke-tiga, sedangkan Yâ`ul Mukhâthabah khusus
untuk orang ke-dua. Sehingga berjumlah lima. Contoh:
تَ ْف َعلِْي َن، تَ ْف َعلُ ْو َن، يَ ْف َعلُ ْو َن، تَ ْف َع ََل ِن، يَ ْف َع ََل ِن
129
Yang dimaksud dengan Aliful Itsnayn, Wâwul Jamâ’ah, dan Yâ`ul Mukhâthabah, pada contoh-contoh
tersebut adalah huruf-huruf yang berada tepat sebelum huruf Nun di akhir. Lihat bagian tabel yang
tidak berarsir dan perhatikan huruf bergaris bawah:
- - يَ ْف َع ُل
Aliful Itsnayn √ يَ ْف َع ََل ِن
Wâwul Jamâ’ah √ يَ ْف َعلُ ْو َن
- - تَ ْف َع ُل
Aliful Itsnayn √ تَ ْف َع ََل ِن
- - يَ ْف َع ْل َن
- - تَ ْف َع ُل
Aliful Itsnayn √ تَ ْف َع ََل ِن
Wâwul Jamâ’ah √ تَ ْف َعلُ ْو َن
Yâ`ul Mukhâthabah √ تَ ْف َعلِْي َن
Aliful Itsnayn √ تَ ْف َع ََل ِن
- - تَ ْف َع ْل َن
- - أَفْ َع ُل
- - نَ ْف َع ُل
Tanda I’rab al-Af’âl al-Khamsah ada dua saja, yakni Adanya Huruf Nun saat ber-I’rab Rafa’, dan
Hilangnya Huruf Nun saat ber-I’rab Nashab dan Jazm.
Contoh Tanda I’rab (dasar/cabang) I’rab
اتِ الصالِح
َ َّ ُه ْم يَ ْع َملُ ْو َن Adanya Huruf Nun (cabang) Rafa’
ِ الصالِح
ات َ َّ أَ ْن تَ ْع َم ََل أَنْتُ َما Hilangnya Huruf Nun (cabang)
Nashab
ُّ ت لَ ْم تَ ْع َملِ ْي
َالس ْوء
ِ ْأَن Jazm
Cara meng-I’rab:
Ya’malû[na] : Marfu’ karena tidak didahului ‘Amil, bertanda Adanya Huruf Nun karena
termasuk al-Af’âl al-Khamsah.
Ta’malû[] : Manshub karena didahului ‘Amil Nashab (an), bertanda Hilangnya Huruf Nun
karena termasuk al-Af’âl al-Khamsah.
Ya’malû[] : Majzum karena didahului ‘Amil Jazm (lam), bertanda Hilangnya Huruf Nun
karena termasuk al-Af’âl al-Khamsah.
Catatan:
130
Hilangnya huruf Nun setelah Wâwul Jamâ’ah –dalam kaidah penulisan– disertai dengan penambahan
huruf Alif, yang disebut dengan Alif Zâ`idah (Alif Tambahan).
تَ ْف َعلُ ْو َن » أَ ْن تَ ْف َعلُ ْوا
Alif Zâ`idah juga ditambahkan setelah Wâwul Jamâ’ah pada Fi’il Madhin dan Fi’il Amr:
اِفْ َعلُ ْوا، فَ َعلُ ْوا
Ringkasan Tanda I’rab Isim dan Fi’il
Tanda I’rab
Jenis Kata
Rafa’ Nashab Jarr Jazm
Mufrad Dhammah Fathah Kasrah -
Jamak Taksir Dhammah Fathah Kasrah -
Dhammah Fathah Kasrah
Maqshur -
Muqddarah Muqddarah Muqddarah
Dhammah Fathah Kasrah
Manqush -
Isim
131
Yaitu mengikuti tanda I’rab Isim Mutsanna.
ت الضَّْي َفْي ِن اللَّ َذيْ ِن ِعْن َد َك
ُ َْرأَي
3. Tanda akhir pada lafazh Itsnâni ( )اثنانdan Itsnatâni ()اثنتان
Yaitu mengikuti tanda I’rab Isim Mutsanna.
رآن فِي الْيَ ْوِم
ِ قَرأْت جزأَي ِن اثْنَ ي ِن ِمن الْ ُق
َ ْ ْ ُْ ُ َ
4. Tanda akhir pada lafazh puluhan dalam bilangan ( الخ، أربعون، ثَلثون،)عشرون
Yaitu mengikuti tanda I’rab Isim Jamak Mudzakkar Salim.
ًت ِم ْن َخ ْم ِسْي َن ُم َعلِّما
ُ تَ َعلَّ ْم
SUPLEMENT TAMBAHAN
Susunan Bilangan (Tarkîb ‘Adadî)
Tarkîb ‘Adadî: Susunan yang menjelaskan bilangan.
Ciri-ciri dan ketentuan
1) Memiliki susunan inti: ‘Adad (bilangan) dan Ma’dûd (objek bilangan)
ِ وإِلَه ُكم إِلَه و
احد َ ْ ُ َ
Dan Tuhanmu adalah satu Tuhan
ilâh[un] : Ma’dûd
wâhid[un] : ‘Adad
2) Tarkib ‘Adadi ada dua macam: ‘Adad ‘Ashlî (bilangan asli), dan ‘Adad Tartîbî
(bilangan urutan)
a) ‘Adad ‘Ashlî
Bilangan 1-2
احدِ طَالِب و I’rab:
َ 1 Ma’dûd dan ‘Adad di sini berbentuk Tarkîb
طَالِبَة َواح َدة
ِ Washfî, sehingga mengikuti kaidah I’rab Tarkîb
Washfî.
ِ طَالِب
ِ َان اثْن
ان َ 2
Ma’dûd: bukan posisi I’rab, sebagai Maushûf
ان ِ َطَالِبت
ِ َان اثْنَت ‘Adad: mengikuti I’rab Ma’dûd, sebagai
َ Shifah
- Posisi Ma’dûd mendahului ‘Adad.
132
- ‘Adad menyamai Ma’dûd dari segi gender.
- Ketentuan lafazh ‘Adad untuk bilangan dua
(isnâni, isnatâni) mengikuti ketentuan isim
Mutsannâ.
ان > َعلَى طَالِبَ ْي ِن اثْنَ ْي ِن ِ طَالِب
ِ َان اثْن
َ
Bilangan 3-10
ثَََلثَةُ طََُّلب I’rab:
3 ‘Adad dan Ma’dûd di sini berbentuk Tarkîb Idhâfî,
ث طَالِبَاتُ ثَََل sehingga mengikuti kaidah I’rab Tarkîb Idhâfî.
Bilangan 11-19
133
ًث َع ْشَرةَ طَالِبَة َ ثَََل ًش َُر طَالِبا
َُ ُع ِ َ ثَََلثَةَُع
َ َش َُر طَالباً > َعلَى ثَََلثَة َ
ًأ َْربَ َعةَ َع َشَر طَالِبا Kecuali lafazh isnâ dan isnatâ, keduanya
14 mengikuti ketentuan Isim Mutsanna, namun
ًأ َْربَ َع َع ْشَرَة طَالِبَة tanpa menyertakan huruf nûn.
ًَخ ْم َسةَ َع َشَر طَالِبا ًاِثْنَا َع َشَر طَالِباً > َعلَى اثْنَ ْي َع َشَر طَالِبا
15 - Ma’dûd dalam bentuk Isim Mufrad, dan
ًس َع ْشَرَة طَالِبَة َ َخ ْم Nakirah.
134
ًان َوثَََلثُ ْو َن طَالِبَة ِ َاِثْنَت ‘Adad bag. 1: bukan posisi I’rab, sebagai
Ma’thûf ‘Alayhi
ًثَََلثَة َوأ َْربَعُ ْو َن طَالِبا Harf ‘Athf (wa): mabni fathah
43 ‘Adad bag. 2: mengikuti I’rab ‘Adad bagian
ًثَََلث َوأ َْربَعُ ْو َن طَالِبَة pertama, sebagai Ma’thûf
طَالِبَة/ ف طَالِبُ ْأَل 1.000 ‘Adad: bukan posisi I’rab, sebagai Mudhâf
Ma’dûd: Majrur, sebagai Mudhâf Ilayh
طَالِبَة/ ِم ْليُ ْو ُن طَالِب 1 jt
ِمائَةُ طَالِب > َعلَى ِمائَِة طَالِب
b. ‘Adad Tartibi
Bilangan 1-10
ِ
ُ الطَّال
I’rab:
ب ْاْل ََّو ُل ke-1/
الطَّالِبَةُ اْل ُْولَى Pertama Ma’dûd dan ‘Adad di sini berbentuk Tarkîb
Washfî, sehingga mengikuti kaidah I’rab
ب الثَّانِ ْي ِ
ُ الطَّال ke-2
Tarkîb Washfî.
135
الرابِ ُع ِ ب الثَّالِ ِ
ث > َعلَى الطَّالِ ِ ِ ِ
ب َّ الطَّال ُ ke-4
ث الطَّال ُ
ب الثَّال ُ
الطَّالِبَةُ َّ
الرابِ َعةُ
ِ ِ
سب الْ َخام ُ الطَّال ُ ke-5
الطَّالِبَةُ الْ َخ ِام َسةُ
س الطَّالِب َّ ِ
الساد ُ ُ ke-6
الساد َسةُ ِ الطَّالِبَةُ َّ
السابِ ُع ِ
ب َّ الطَّال ُ ke-7
السابِ َعةُ الطَّالِبَةُ َّ
الطَّالِب الث ِ
َّام ُن ُ ke-8
الطَّالِبةُ الث ِ
َّامنَةُ َ
َّاس ُعالطَّالِب الت ِ
ُ ke-9
َّاس َعةُالطَّالِبةُ الت ِ
َ
اش ُر الطَّالِب الْع ِ
ُ َ ke-10
اشَرةُ الطَّالِبةُ الْع ِ
َ َ
Bilangan 11-19
ب الْ َح ِاد ْي َع َشَر ِ
الطَّال ُ
I’rab:
ke-11
الطَّالِبَةُ الْ َح ِاديَةَ َع ْشَرةَ Ma’dûd dan ‘Adad di sini berbentuk Tarkîb
Washfî, sehingga mengikuti kaidah I’rab
ب الثَّانِ ْي َع َشَر ِ
الطَّال ُ ke-12
Tarkîb Washfî.
136
الس ِاد َسةَ َع ْشَرةَ الطَّالِبَةُ َّ
السابِ َع َع َشَر ِ
ب َّ الطَّال ُ ke-17
الطَّالِبَةُ َّ
السابِ َعةَ َع ْشَرةَ
الطَّالِب الث ِ
َّام َن َع َشَر ُ ke-18
الطَّالِبةُ الث ِ
َّامنَةَ َع ْشَرةَ َ
الطَّالِب الت ِ
َّاس َع َع َشَر ُ ke-19
الطَّالِبةُ الت ِ
َّاس َعةَ َع ْشَرةَ َ
) Bilangan Puluhan (20, 30, 40, dst
ب /الطَّالِبَةُ الْعِ ْش ُرْو َن ِ
الطَّال ُ ke-20 I’rab:
Ma’dûd dan ‘Adad di sini berbentuk Tarkîb
ب /الطَّالِبَةُ الث َََّلثُ ْو َن ِ
الطَّال ُ ke-30 Washfî, sehingga mengikuti kaidah I’rab
Tarkîb Washfî.
ب /الطَّالِبَةُ ْاْلَْربَعُ ْو َن ِ
الطَّال ُ ke-40
السْب عُ ْو َن
َّاس ُع َو َّ الطَّالِب الت ِ bag. 1, sebagai Ma’thûf
ُ ke-79
السْب عُ ْو َن
َّاس َعةُ َو َّ الطَّالِبةُ الت ِ السْب عُ ْو َن > َعلَى الطَّالِبَ ِة الطَّالِبةُ الت ِ
َّاس َعةُ َو َّ
َ َ
َّام ُن َوالث ََّمانُ ْو َنالطَّالِب الث ِ السْبعِْي َن
َّاس َع ِة َو َّ
الت ِ
ُ ke-88
الطَّالِبَةُ الثَّامنَةُ َوالثَّ َمانُ ْو َن
ِ
137
ُ الطَّالِبَةُ الْ ِمائَة/ ب ِ
ُ الطَّال
I’rab:
ke-100
‘Adad dan Ma’dûd di sini berbentuk Tarkîb
الطَالِبَةُ الْ ِمائَتَا ِن/ ب ِ
ُ الطَّال Washfî, sehingga mengikuti kaidah I’rab
ke-205 Tarkîb Washfî.
َو َخ ْم َسة
الطَالِبَةُ الث َََّلثُ ِمائَِة/ ب ِ
ُ الطَّال
Ma’dûd: bukan posisi I’rab, sebagai Maushuf
‘Adad: mengikuti i'rab Ma’dûd, sebagai
ke-350
َو َخ ْم ُس ْو َن shifah
ِ ِ
ُ ْ الطَّالبَةُ اْلَل/ ب
ف ُ الطَّال ke-1.000 ُ َعلَى الطَّالِبَ ِة الْ ِمائَِة/ ُالطَّالِبَةُ الْ ِمائَة
الطَّالِبَةُ الْ ِم ْليُ ْو ُن/ ب ِ
ُ الطَّال
ke- 1.000
.000
Cara meng-I’rab
ِ جاء طَالِب و
احد َ ََ
- Thâlib[un] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah
- Wâhid[un] : Marfû’ karena sebagai Shifat bagi Thâlib[un], bertanda Dhammah
َجاءَ ثَََلثَةُ طََُّلب
- Tsalâtsat[u] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah. Dan ia adalah
Mudhaf
- Thullâb[in] : Majrur karena sebagai Mudhaf Ilayh, bertanda Kasrah
ت بِ َع ْش ِر طَالِبَات
ُ َمَرْر
- Bi- : Mabni Kasrah, karena ia Harf
- ‘Asyr[i] : Majrur karena didahului Harf Jarr (bi-), bertanda Kasrah. Dan ia
adalah Mudhaf
- Thâlibât[in] : Majrur karena sebagai Mudhaf Ilayh, bertanda Kasrah
السابِ َع َع َشَر
َّ بِ ِت بِالطَّال
ُ َمَرْر
- Bi- : Mabni Kasrah, karena ia Harf
- Al-thâlib[i] : Majrur karena didahului Harf Jarr (bi-), bertanda Kasrah
- Al-Sâbi’a : Mabni Fathah, karena kekhususan tertentu
- ‘Asyara : Mabni Fathah, karena kekhususan tertentu
السْبعِْي َن ِ الص ْفحةَ الت
َّ َّاس َعةَ َو َ َّ ت ُ فَتَ ْح
- Al-Shafhat[a] : Manshub, karena sebagai Maf’ul Bihi, bertanda Fathah
- Al-Tâsi’at[a] : Manshub, karena sebagai Shifat bagi Al-Shafhat[a], bertanda
Fathah
- Wa : Mabni Fathah, karena ia Harf
- Al-Sab’îna : Manshub, karena sebagai Ma’thuf, bertanda Yâ’ karena diikutkan
I’rab Jamak Mudzakkar Salim
138
LATIHAN VIII
!1. Jelaskan I’rab setiap kata yang bergaris bawah berikut ini
ِ 15
adab باْل ََد ُ الَ ُْك ُِلُ َُوالشُُْر ُ
ب ُأَ َُدبُُ ُْ
اْلَ ْكل hal makan
ُ
ب hal minum الش ُّْر ُ
الْغُ ََل ُم anak kecil
صغِْي ًرا َ ،وَكا َن َم َع أُِّم ِه أُِّم َسلَ َمةَ
َكا َن عُ َم ُر بْ ُن أَبِ ْي َسلَ َمةَ غُ ََل ًما َ
الصغِْي ر kecil
َّ ُ
ج suami, pasangan صلَّى اللهُ ت أُُّم َسلَ َمةَ َزْو َج النَّبِ ِّي ‹ َ ‹ َر ِض َي اللهُ َعْن َها › َ ،وَكانَ ْ
الزْو ُ
َّ
ج menikahi َعلَْي ِه َو َسلَّ َم › تَ َزَّو َج َها بَ ْع َد َوفَاةِ أَبِ ْي َسلَ َمةَ ‹ َر ِض َي اللهُ َعْنهُ › ،
تَ َزَّو َج-يَتَ َزَّو ُ
صلَّى اللهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ›. ِ ِ
الْ َوفَاةُ wafat, kematian
فَ َكا َن عُ َم ُر في ح ْج ِر النَّبِ ِّي ‹ َ
جر pangkuan ِ
الْح ْ ُ
كل makan
أَ َك َل-يَأْ ُ ُ صلَّى اللهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم › َك َما يَأْ ُك ُل َوَكا َن عُ َم ُر يَأْ ُك ُل َم َع النَّبِ ِّي ‹ َ
ت َم َع أَبِْي َ ِ الْولَ ُد َّ ِ
ك. ك َوأُِّم َ الصغْي ُر َم َع أَبِْيه َ ،وَك َما تَأْ ُك ُل أَنْ َ َ
الْيَتِْي ُم
yatim صغِْي ر ،فَ َكا َن النَّبِ ُّي ‹ ات أَبُ ْوهُ َوُه َو َ
ِ
َوَكا َن عُ َم ُر غُ ََل ًما يَتْي ًما َم َ
ب menyukai ب-يُ ِح ُّ َح َّ أَ ِ ِ
َعلَّم-يُ َعلِّم mengajari
ب. صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم › يُحبُّهُ َويُ َعلِّ ُمهُ ْاْلَ َد َ َ
َ ُ
ِ
صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم › ،فَ َكانَ ْفَ َكا َن يَأْ ُك ُل َمَّرًة َم َع النَّبِ ِّي ‹ َ
الْ َم َّرةُ sekali ت
الْيَ ُد tangan
َد َار-يَ ُد ْوُر berputar, berkeliling
يَ ُدهُ تَ ُد ْوُر فِي َّ
الص ْح َف ِة َوَكا َن يَأْ ُك ُل ِم ْن ُهنَا َوُهنَا َك َما يَأْ ُك ُل
ح َفةُ piring besar َكثِْي ر ِم َن ْاْلَْوََل ِد .
الص ْ
َ
اْل َْوََل ُد anak-anak
ِ
فَ َعلَّ َمهُ النَّبِ ُّي ‹ َ
صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم › َوقَ َال لَهُ َ
س ِّم sebutlah nama َ "س ِّم اللهَ َوُك ْل
ل makanlah ُك ْ ِ
َولَى-يَلِي amat dekat
ك". ِم َّما يَلْي َ
ك َذا demikianlah ٰه َ َو ٰه َك َذا يَْنبَغِ ْي أَ ْن يَأْ ُك َل الْ ُم ْسلِ ُم ،فَيُ َس ِّمي اللهَ َويَأْ ُك ُل بِيَ ِمْينِ ِه
يَْنبَغِي seyogyanya
َويَأْ ُك ُل ِم َّما يَلِْي ِه .
ِ
َو ٰه َك َذا َعلَّ َم النَّبِ ُّي ‹ َ
صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم › أَُّمتَهُ أَ َد َ
ب ْاْلَ ْك ِل
menutus ث
ث-يَْب َع ُبَ َع َ
الْ ُم َعلِّم pengajar
ُ
ب ُك ِّل َش ْيء َ ،ك َما َعلَّ َم عُ َمَر بْ َن أَبِي َسلَ َمةَ و ُّ ِ
الش ْرب َوأَ َد َ َ
139
ِ ِ َّ ِ
صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم › إِنَّ َما بُعثْ ُ
ت الصغْي َر َ .وقَ َال النَّبِ ُّي ‹ َ
ُم َعلِّ ًما .
ِ
صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم › َو َعلَّ َمهُ أَ َد َ ب اللهُ النَّبِ َّي ‹ َ
بب-يُ َؤِّد ُ
أ ََّد َ ب ُك ِّل قَ ْد أَ َّد َ
mendidik
َح َس َن-يُ ْح ِس ُن
أْ َش ْيء فَ َق َال "أَ َّدبَنِ ْي َربِّ ْي فَأَ ْح َس َن تَأْ ِديْبِ ْي".
menjadikan baik,
mempercantik
ِ
pendidikan التَّأْديْ ُ
ب
ب mencela ِ
اب-يَعْي ُ َع َ صلَّى ِ ِ
اب َر ُس ْو ُل الله ‹ َ َوقَ َال أَبُ ْو ُهَريْ َرَة ‹ َرض َي اللهُ َعْنهُ › َما َع َ
ط sama sekali قَ ُّ
اللهُ َعلَْي ِه َو َسلَّم › طَ َع ًاما قَ ُّ
ط ،إِ ْن ا ْشتَ َهاهُ أَ َكلَهُ َوإِ ْن َك ِرَههُ تَ َرَكهُ
شتَ ِهي menyukai ا ْشتَ َهى-يَ ْ
ِ َ
ك ِرَه-يَكْرهُ membenci َ
.
َ
تَرَك-يَْت رُك meninggalkan
َ ُ
الْ َعْب ُد hamba, budak س الله ‹ صلَّى الله علَي ِه وسلَّم › أَجلِس َكما يجلِ وقَ َال رسو ُل ِ
ُ ْ َ َ ُ ْ َ َ َ ْ َ ُ َ َ َ ُْ
كل aku makan
آُ ُ الْ َعْب ُد َوآ ُك ُل َك َما يَأْ ُك ُل الْ َعْب ُد َ ،وقَ َال َ"َل آ ُك ُل ُمتَّ ِكاًا" .
ئ yang bersandar ِ
الْ ُمتَّك ُ
َصابِ ُع جمن ا ِإل ْ ب ب ِن مالِك ‹ ر ِضي الله عْنه › قَ َال رأَيت رسوَل ِ
َو َع ْن َك ْع ِ ْ َ
صبِ ِع jari ْاْل َ الله َ ْ ُ َ ُْ َ َ َُُ
غ-يَ ْفرغُ kosong, selesai
فَ َر َ َ غ لَعِ َق َهاصابِ َع َ ،وإِ َذا فَ َر َ ِ ِ
لَعِ َق-يَلْ َع ُق menjilat صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم › يَأْ ُك ُل بِثَ ََلثَة أَ َ
‹ َ
.
ِ ِ
صلَّى اللهُ
ط
ط-يَ ْس ُق ُ َس َق َ
َو َع ْن أَنَس ‹ َرض َي اللهُ َعْنهُ › قَ َال َكا َن َر ُس ْو ُل الله ‹ َ
jatuh
اللُّ ْق َمةُ sesuap makanan ِ ِ
ث َ ،وقَ َال "إِذَا صابِ َعهُ الثَََّل َ
َعلَْيه َو َسلَّ َم › إِذَا أَ َك َل طَ َع ًاما لَع َق أَ َ
خ ُذ mengambil َخ َذ-يَأْ ُأَ
ط menghilangkan أ ََما َط-يُ ِمْي ُ ت لُْق َمةُ أَ َح ِد ُك ْم فَ ْليَأْ ُخ ْذ َها َولْيُ ِم ْط َعْن َها ْاْلَ َذى َولْيَأْ ُك ْل َها
َس َقطَ ْ
ان ... لشيطَ ِ ِ
اْلَذَى bahaya
َ ،وََل يَ َد ْع َها ل َّ ْ
ع meninggalkan ع-يَ َد َُوَد َ
تَنَ فَّس-يَتَ نَ فَّس bernafas
ُ َ صلَّى اللهُ َعلَْي ِه ِ ِ
َو َع ْن أَنَس ‹ َرض َي اللهُ َعْنهُ › أَ َّن َر ُس ْوَل الله ‹ َ
اب minuman الشََّر ُ وسلَّم › َكا َن ي ت ن َّف ِ
اب ثَََلثًا .الشر ِ
س في َّ َ ََ َ ُ ََ َ
bejana ِ
ْاإلنَاءُ صلَّى اللهُ َعلَْي ِه ِ
َو َعن ابْ ِن َعبَّاس ‹ َرض َي اللهُ َعْنهُ › أَ َّن النَّبِ َّي ‹ َ
نَ َف َخ-يَْن ُف ُخ
اإلنَ ِاء أَْو يُْن َف َخ فِْي ِه .
َو َسلَّم › نَ َهى أَ ْن يُتَ نَ َّفس فِي ِْ
meniup
َ َ
140
mempertegas أ َّ
َك َد-يُ َؤِّكد صلَّى اللهُ َعلَ ِيه َو َسلَّ َم- ِ
َو َع ْن أَنَس ‹ َرض َي اللهُ َعْنهُ › َع ِن النَّبِ ِّي َ -
ِ
memuntahkan استَ َقاءَ-يَ ْستَق ْيءُ
ْ ِ ب قَائِ ًما .فَأ َّ الشر ِ
َحد
َك َد الن َّْه َي قَائ ًَل ََل يَ ْشَربَ َّن أ َ نَ َهى َع ِن ُّ ْ
ِمْن ُك ْم قَائِ ًما ،فَ َم ْن نَ ِس َي فَ ْليَ ْستَ ِق ْئ .
kain sutra الْ َح ِريْ ُر َو َع ْن ُح َذيْ َفةَ ‹ َر ِض َي اللهُ َعْنهُ › قَ َال إِ َّن النَّبِ َّي -صلى الله عليه
الديباج sutra tebal
ب ب فِي آنِيَ ِة َّ
الذ َه ِ الشر ِ
اج َو ُّ ْ وسلم -نَ َهانَا َع ِن الْ َح ِريْ ِر َو ِّ
الديْبَ ِ
اْلنِيَةُ جمن ِْ
اإلنَاءُ bejana
الدنْيَا َوِه َي لَ ُك ْم فِي ْاْل ِخَرةِ".
ض ِة َ ،وقَ َال " ِه َي لَ ُه ْم فِي ُّ َوالْ ِف َّ
!2. Harokati teks berikut ini
16من كتاب المطالعة للدكتور شاكر سيقيريچ ومحمد پاشيچ ومحمد خانجيچ (بتصرف)
141
orang yang menyengaja الْ ُمتَ َع ِّم ُد فرض على كل مسلم بالغ عاقل ،سواء كان ذكرا أم أُنْثًى حرا
ج َهار hal terang-terangan ِ
الْ ُ أم عبدا ،في كل يوم وليلة خمس صلوات .
كر laki-laki َّ
الذ َ ُ
ْاْلُنْثَى wanita
الص َّحةُ
keabsahan ِّ صَلةُالجماعة
ال dikatakan قِْي َل-يُ َق ُ
الجماعة سنة مؤكدة للرجال في الصلوات الخمس .
الْعِْي ُد hari raya ‘ied
ضل melebihi, mengungguli وقيل هي واجبة .والجماعة شرط في صحة صَلة الجمعة
ض َل-يَ ْف ُ ُ فَ َ
الْ َف ُّذ yang tunggal, sendiri والعيدين .وقد روى البخاري عن عبد الله بن عمر رضي الله
142
صَلة عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال
الجماعة تفضل صَلة الفذ بسبع وعشرين درجة .
mentakdirkan, ب َعلَى
ب-يَكْتُ ُ
َكتَ َ الصوم ُ
mewajibkan
ص ْوُم
berpuasa ص َام-يَ ُ
َ
وصوم رمضان فرض عين قد ثبت بالكتاب والسنة
الْع َّدةُ (se) jumlah ِ واإلجماع .وقد فرض في شهر شعبان من السنة الثانية للهجرة
ُخر yang lain
أ َُ ِ
الْيُسر kemudahan
الصيَ ُام َك َما .قال تعالى يَا أَيُّ َها الذين آمنوا ُكت َ
ب َعلَْي ُك ُم ِّ
ُْ
الْ ُعسر kesulitan
ب َعلَى الَّ ِذيْ َن ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّ ُق ْو َن .وقال تعالى ِ
ُكت َ
ُْ
ِ
كمل-يُكْمل menyempurnakan
ُ أَ ْ َ َ شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من
الهدى والفرقان ،فمن شهد منكم الشهر فليصمه ،ومن كان
مريضا أو على سفر فعدة من أيام أخر .يريد الله بكم اليسر
وَل يريد بكم العسر .ولتكملوا العدة ولتكبروا الله على ما
هداكم ولعلكم تشكرون .
آتَى-ي ؤتِيِ -
آت
memberikan ُْ الزكاة ُ
َخ َذ-يَأْ ُخ ُذُ -
خ ْذ mengambil أَ اعلم أن الزكاة فرض عين كالصَلة .وفرضت في شوال
طَ َّهر-يُطَ ِّهر membersihkan,
ُ َ
mensucikan في السنة الثانية من الهجرة .واْلصل في وجوبها قول الله
َزَّكى-يَُزِّكي
الزَكا َة .وقوله تعالى ُخ ْذ ِم ْن تعالى َوأَقِْي ُموا َّ
الص ََلَة وآتُوا َّ
mensucikan
143
jalan السبِْي َل
َّ اعلم أن الحج فرض عين في العمر مرة واحدة لما رواه
أحمد والنسائي من قوله صلى الله عليه وسلم الحج مرة
واحدة ،فمن زاد فهو تطوع .وثبت بالكتاب والسنة
واإلجماع .قال الله تعالى ولله على الناس حج البيت من
استطاع إليه سبيَل .
yang baligh الْبَالِ ُغ وَل يجب إَل على الحر البالغ العاقل القادر على الزاد
ادر yang mampu ِ
الْ َق ُ والراحلة بشرط أن يزيد ذلك عما يلزم لمسكنه وما يلزمه في
اد bekal الز ُ
َّ
احلَةُ tunggangan الر َِّ
نفقة الذهاب واإلياب وما يلزم لعياله إلى حين عودته من
ن melebihi َز َاد-يَِزيْ ُد َع ْ الحج .
لَ ِزَم-يَ ْل َزُم-الَْزْم harus
ُ
كن tempat tinggal
الْ َم ْس َ ُ
اب pergi الذ َه ُ ِّ
اب kembali ا ِإليَ ُ
ال keluarga العِيَ ُ
الْ َعو َدةُ kembali
ْ
َزار-يَُزْور mengunjungi والحجاج يزورون المدينة المنورة ومسجد رسول الله
َ ُ
الْ َقْب ر makam
ُ صلى الله عليه وسلم وقبره الشريف .وهذه الزيارة ليست
ب ibadah الْ ُقَر ُ
yang ات جمن الْ ُم ْستَ َحبالْ ُم ْستَ َحبَّ ُ
واجبة ،لكنها من أفضل القرب وأحسن المستحبات ُ .
disukai, sunnah
)1توفيت أمه صلى الله عليه وسلم وهو في السادسة من عمره ،وهي راجعة من المدينة.
)2وقد ذهبت إلى المدينة لزيارة قبر أبيه ومعها جده عبد المطلب.
17من كتاب خَلصة نور اليقين في سيرة سيد المرسلين للشيخ عمر عبدالجبار
144
)4فحضنته أم أيمن خادمة أبيه عبد الله
الخَلصة توفيت أمه وعمره بت سنوات ،ودفنت باْلبواء وحضنته أم أيمن خادمة أبيه.
.5تربتهُووفاةُج ُّده
)1قام بتربيته بعد وفاة أمه جده عبد المطلب ،وكان يحبه أكثر من حبه ْلوَلده.
)2ولما بلغ عمره صلى الله عليه وسلم ثماني سنوات مات جده ،بعد أن كفله سنتين.
)3وبعد وفاة جده كفله عمه أبو طالب ،وكان فقيرا ،فوسع الله رزقه.
)4وكان صلى الله عليه وسلم في مدة كفالة عمه قائما بما قسمه الله ويسره له.
الخَلصة رباه بعد أمه جده عبد المطلب ،وتوفي جده وعمره ثماني سنوات ،فكفله عمه أبو
طالب.
)1كان صلى الله عليه وسلم يرعى الغنم ْلهل مكة بأجرة يعيش منها.
)2ولما بلغ التاسعة من عمره سافر إلى الشام مع عمه أبي طالب بتجارة.
صَرى ) رآه الراهب بَ ِحْي َرى ،فأخبر عمه بأنه سيكون آخر اْلنبياء ،وطلب منه
)3ولما قرب من ( بُ ْ
أن يرجع به خوفا عليه من عدو يترقبه.
الخَلصة كان في صغره يرعى الغنم ْلهل مكة ،وسافر إلى الشام مع عمه وهو ابن تسع أو
ابن ثَلث عشرة ،ورآه الراهب بحيرى وعرف فيه عَلمات النبوة.
145
.7سفرتهُالثانيةُإلىُالشام
)1في الخامسة والعشرين من عمره صلى الله عليه وسلم سافر إلى الشام مرة ثانية في تجارة للسيدة
خديجة.
)3وقد اختارته لهذا العمل ْلنها سمعت بصدقه وأمانته وأخَلقه الشريفة.
الخَلصة وسافر إلى الشام مرة ثانية وعمره خمس وعشرون سنة ،في تجارة للسيدة خديجة.
.8زواجهُبالسيدةُخديجةُ
)1بعد رجوعه بشهرين من سفرته الثانية ،تزوج بالسيدة خديجة (وهي التي خطبته).
)2وكان عمرها أربعين سنة وعمره صلى الله عليه وسلم خمسا وعشرين سنة.
)3وكانت قبله متزوجة بأبي هالة ،وقد مات وله ولد منها اسمه هالة.
)4وقد أقامت مع الرسول خمسا وعشرين سنة ،ولم يتزوج غيرها حتى توفيت.
الخَلصة بعد رجوعه بشهرين تزوج بالسيدة خديجة وكان عمرها أربعين سنة ،بعد زوجها أبي
146
DIAGRAM MATERI
DIAGRAM MATERI
SUSUNAN
ْ َ ْ ِف
KATA Jârr wa Majrûr (Harf Jarr + Isim Majrûr)
ت
ِ اْلي ِ
َْ ُ َْ
Tarkîb Idhâfî (Mudhâf + Mudhâf Ilayhi)
ال
ِ بيت الم
NON-KALIMAT
َّ الْ ِعلْ ُم
Tarkîb Washfî (Maushûf +Shifat)
انلا ِف ُع
ُ ْ )
Tarkîb ‘Athfî (Ma’thûf ‘Alayhi + Harf ‘Athf + Ma’thûf ْ ْ
ال ِعل ُم َوال َع َمل
Tawâbi’
Tarkîb Badalî (Mubdal Minhu + Badal)
َ ُْ َ َ َ
ك َ ي
َعِ جاء ص ِديق
Tarkîb Taukîdî (Mu`akkad + Mu`akkid) ُّ ُ َّ ُّ َ َ َ
الطَّل ُب ك ُه ْم حَض
ي َ َْ ِّ َ َ ُ َ ْ َ ي
ISMIYYAH Mubtada` + Khabarul Mubtada` ( ;) زيد ذ ِك+ Khabarul Mubtada` ( ) زيد ذ ِك متأدب
) َزيْد َذ ِ ي
Isim Mufrad ( ك
Ragam Khabarul
Jumlah
َ ْ َ ْ ُ ُ ْ) ُز َه ْْي ََي
Fi’liyyah ( َض المج ِلس
Mubtada`
ْ َْ َْ
Jarr wa Majrur ( ) زيد ِِف المج ِل ِس
Syibhul Jumlah ْ َْ َ ْ َْ
Zharf ( عند المج ِل ِس ِ ) زيد
َْ ْ َْ
Jarr wa Majrur ( ) ِِف المج ِل ِس زيد
Khabarul Mubtada`
Syibhul Jumlah َْ ْ َْ َ ْ
yang Dimajukan Zharf ( عند المج ِل ِس زيد ِ )
KALIMAT
Kâna dan Kerabatnya: Kâna + Isim Kâna + Khabar Kâna ( كيا
ًّ ) ََك َن َزيْد َذ
ِ
+NAWASIKH Inna dan Kerabatnya: Inna + Isim Inna + Khabar Inna ( ك ) إِ َّن َزيْ ًدا َذ ِ ي
Khabar Kâna dan Khabar Inna bisa berupa jumlah dan syibhul jumlah, dan bisa dimajukan
َْ َ َ
Fi’il + Fâ’il ( ) قام زيد
FI’LIYYAH
ًُْ ْ َ َْ َ َ َ ًّ َ ُ َ َ
Fi’il + Fâ’il + Maf’ûl Bihi ( ;)نَص زيد مظلوما+ Maf’ûl Bihi ( )سَّم زيد َوَله ع ِليا
َْ َّ َ
ُ ُْ ْ َْ َ ُ
Fi’il + Nâ`ibul Fâ’il ( َص المظلوم
ًّ َ ُ َ َ ْ
َ )س ِّ ُ
ِ ;) نFi’il + Nâ`ibul Fâ’il + Maf’ûl Bihi ( ِّم الوَل ع ِليا
َ َ َْ َ َ ْ َ َْ ْ ََْ ْ
ْ َ ْ
Adatusy Syarth ber-’Amal Jazm: أينما، مَت، من، ِإن: ( ) ِإن َتت ِهد تنجح
SYARTHIYAH َ ْ َ ْ َ َّ َ َ ُ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ
Adatusy Syart tidak ber-’Amal: لول، لو، أما، ِإذا: ( ِخ أذهب معه ِ ) ِإذا ذهب أ
Sebagai Mubtada`
HAL-HAL YANG
MEMPENGARUHI
Sebagai Khabarul Mubtada`
I’RAB
Sebagai Isim Kâna dan Kerabatnya
FI’IL ISIM
Jika tidak didahului oleh ‘Âmil RAFA’ RAFA’ Sebagai Khabar Inna dan Kerabatnya
Sebagai Fâ’il
Sebagai Mafâ’îl
Sebagai Hâl
NASHAB
Jika didahului ‘Âmil Nashab NASHAB
Sebagai Tamyîz
Sebagai Mustatsnâ
Sebagai Munâdâ
) زيد ذ ي َ َْ
Sebagai Khabarul Mubtada` ( ك
َ ْ َ َْ َّ َ َْ
Jika didahului ‘Âmil Nashab: ْ ك، ِإذن، لن، ) حَت، أن ( ِلـ
HAL-HAL YANG NASHAB
اب َْ ت
َ اْل ُ َْكْ َت ْفتَ َح ْاْلن
MEMPENGARUHI ِ
I’RAB FI’IL
َْْ ُ َ َُ
َّ َ ْ َ َّ ل َ
Menjazmkan 1 Fi’il Mudhâri’: لما، لم، لم الم ِر، هية
ِ انلا
َْ ت
َ اْل
اب ُ َْل ْفتَ ْح ْاْلن
ِ
ِ
َ َ َْ َ َ ْ َ ْ
JAZM Jika didahului ‘Âmil Jazm
Menjazmkan 2 Fi’il Mudhâri’ : أينما، مَت، من، ِإن
ْ َْ ْ
َم ْن يَ ْز َرع َي ُصد
ََ ََْ
Dhammah: a) Zhâhirah: Isim Mufrad ( ) قلم, Jamak Taksîr ( ) أقَّلم, Jamak Mu`annats Sâlim (
َ ُْ ْ ُّ
;)م ِسناتb) Muqaddarah: Isim Maqshûr ( اَلنيَا َ )
ْ ِ الر
RAFA’ Dasar
), Isim Manqûsh ( اع
َُ
ُ فق َر، اء
ُ صح َر ْ َ
Dengan 1 alasan Karena berakhiran Alif Ta`nîts Mamdûdah : اء
ُْ ََ ُ َ َ
Karena berupa Shîghah Muntahâl Jumû’ : هيم
ِ مفا، اجد
ِ مس
ُ ُُْ ُْ ْ
+ karena ‘ajam (non-Arab) ِ ِإِ َرا
: يوسف، هيم
ُ َ َ ُ ُ ََْ
Isim Lâ Yansharif + karena mu’annats/bertanda mu’annats : أسامة، زينب
ُ َُْ ُ ََْ ُ
Karena Isim ‘Alam + karena berakhiran alif-nûn : عثمان، سليمان
َُُ َُُ َ ُ
Dengan 2 alasan + karena ber-wazan فعل : هبل، عم ُر
ُ َْ ُ ََْ َُْ َ
+ karena ber-wazan/pola أف َعل : أبيض، أكب
ُ َْ َ ُ َ ْ َ
Karena Isim Sifat + karena berakhiran alif-nûn : جوَعن، عطشان
َ ُ
: أخ ُر
ُ ُ
+ karena ber-wazan/pola ف َعل
ُ َْ
Dhammah: a) Zhâhirah: Fi’il Tak Berakhiran Aliful Itsnayn/Wâwul Jama’ah/Yâ`ul َ
RAFA’ Dasar ْ ْ
Mukhâthabah/Nûnun Niswah ( ;) َي ِلسb) Muqaddarah: Fi’il Mu’tall Akhîr ( ) َي ِري
َ ُْ ََْ
Cabang Adanya Huruf Nûn: al-Af’âl al-Khamsah ( ) يفهمون
ْ َْ َْ َْ
Fathah Zhâhirah: Fi’il Tak Berakhiranَ Aliful Itsnayn/Wâwul Jama’ah/Yâ`ul
TANDA I’RAB FI’IL NASHAB Dasar َ َ
Mukhâthabah/Nûnun Niswah ( ) أن َت ِلس, Fi’il Mu’tall Akhîr ( ) أن َي ِري
Cabang
ُْ ََْ َ
Hilangnya Huruf Nûn: al-Af’âl al-Khamsah ( ) كْ يفهموا
ُْ ََْ َْ
Cabang
Hilangnya Huruf Nûn: al-Af’âl al-Khamsah ( ) لم يفهموا
Jenis Kata Tanda Rafa’ Tanda Nashab Tanda Jarr Tanda Jazm
Dhammah Fathah Kasrah
ََ َ َ ْ َّ َ َْ
القل ُم ِل إن القل َم ِل
Isim Mufrad (Yansharif) –
ِِالقل ِم
Dhammah Fathah Kasrah
ََْْ َ ْ َ ْ َّ ََْْ
القَّل ُم ِل إِن القَّل َم ِل
Isim Jamak Taksîr (Yansharif) –
ِِِالقَّلم
Huruf Alif Huruf Ya`
Isim Mutsannâ َ َ ال ْ َ َ ْ َّ َْ َ ْ –
ان ِل
ِ ِكتا
ِ ي ِل
ِ ِكتا ِ ِإن ال ي
ِ ِكتاِ ِِف ال
Huruf Wawu Huruf Ya`
َ َ ْ ْ َ َ ْ حسن ْ ُ ْ َّ َ ْ حسن ْ ُْ ََ
ال ُمح ِسنُ ْون ِِف َس َعادة ي ِِف َس َعادة
Isim Jamak Mudzakkar Sâlim –
ِ ِ ِإن الم ي ِ ِ لَع الم
Dhammah Kasrah
َ ُ َ ْ ْ َ َ ْ ُ ْ َّ َ ْ ُْ ََ
ال ُمح ِسنات ِِف َس َعادة ات ِِف َس َعادة
Isim Jamak Mu`annats Sâlim –
ِ إِن المح ِسن ات
ِ لَع المح ِسن
Huruf Wawu Huruf Alif Huruf Ya`
َ َ َّ َ
أُِ ْو َزيْد َم ِريْض ِإن أَِا َزيْد َم ِريْض ِم ْن أ ِب َزيْد
al-Asmâ` al-Khamsah –
Dhammah Fathah
Isim Lâ Yansharif
الر ُس ْو ِل
َّ تُ ْفَاط َم ُة ِن الر ُس ْو ِل
َّ تُ ْإ َّن فَاط َم َة ِن الر ُس ْو ِل
َّ ت ْ ََ َ ْ َ –
ِ ِ ِ ِ ِ ِ اطمة ِِن
ِ عن ف
Dhammah Fathah Sukun
َْ َ
Fi’il Mudhari’ yang tak berakhiran Alif Itsnayn, Wâwu
َْ َْ َ
َي ِل ُس َزيْد كْ َي ِل َس َزيْد ل ْم َي ِل ْس َزيْد
–
Jamâ’ah, Yâ` Mukhâthabah, dan Nûn Niswah