Anda di halaman 1dari 125

P RO G R A M

METODE “AMIN”

MODUL LEVEL

2
(LANGKAH 3-5)

Disusun oleh:
AZIZI FATHONI K., S.Pd
‫َّ‬ ‫َّ َّ‬
‫يم‬
‫ح ه‬‫ِمۡسِب ٱلله ٱلرِنَٰمۡح ٱلر ه‬
Al-Imam Muhammad bin Idris Al-Syafi’i
–rahimahullâh–
› ‫َّح ِو ْاهتَ َدى إِلَى َج ِمْي ِع الْعُلُ ْوِم‬ ِ
ْ ‫‹ َم ْن تَبَ َّحَر في الن‬
“Barang siapa menguasai tata bahasa Arab
niscaya ia akan dapat menyelami
berbagai ilmu syari’at.”1

1
Ibn al-‘Imad al-Hanbali, Syadzarât al-Dzahab fî Akhbâr Man Dzahab, hlm. 407

35
LANGKAH 3
Memahami Bentuk-bentuk Dasar Kalimat,
serta Kedudukan Kata di Dalamnya

Target
 Mengenal macam-macam susunan Kalimat dan susunan Non-Kalimat
 Memahami bagian-bagian susunan kalimat dan non-kalimat beserta I’rab-nya
 Memahami Nawasikh dan pengaruhnya terhadap I’rab
 Memahami kalimat syarath (Jumlah Syarthiyyah) serta pengaruhnya terhadap
I’rab

Indikator
 Mampu membedakan Jumlah Ismiyyah dan Jumlah Fi’liyyah dan menentukan
bagian-bagian inti keduanya
 Mampu mengidentifikasi susunan non-kalimat yang ada pada kalimat serta
menentukan i'rabnya
 Mampu menerjemahkan kalimat sederhana serta meng-i’rab masing-masing
kata di dalamnya: dengan menyebutkan apa I’rabnya, apa tandanya, serta apa
alasannya

36
A. Kedudukan Kata dalam Kalimat
I'rab pada Isim Mu’rab dapat diketahui dari: kedudukannya dalam susunan atau kalimat,
atau adanya Harf ‘Âmil yang mendahuluinya. Sedangkan i'rab pada Fi’il Mu’rab dapat diketahui
dari adanya Harf ‘Âmil yang mendahuluinya. Perhatikan tabel berikut.

Lafazh I’rab-nya Diketahui Dari Contoh


Isim Mu’rab Kedudukan dalam susunan
‫احةُ فِي الْ َجن َِّة‬
َ ‫الر‬
َّ
Rehat itu (tempatnya) di surga
Harf ‘Âmil di depanya
‫احةُ فِي الْ َجن َِّة‬
َ ‫الر‬
َّ
Rehat itu (tempatnya) di surga
Fi’il Mu’rab Harf ‘Âmil di depanya
‫لَ ْم يَنَ ْم الطِّْف ُل‬
Anak kecil itu belum tidur

Keterangan:
1. Lafazh isim “al-râhat[u]” di situ ber-I’rab Rafa’ (marfû’) dengan tanda Dhammah adalah
karena ia berkedudukan sebagai Mubtada`.
2. Lafazh isim “al-jannat[i]” di situ ber-I’rab Jarr (majrûr) dengan tanda Kasrah adalah karena
didahului Harf ‘Amil, yaitu Harf Jarr ( ‫) في‬.
3. Lafazh fi’il “yanam[]” ber-i’rab Jazm (majzûm) dengan tanda Sukun adalah karena didahului
harf ‘amil, yaitu Harf Jazm ( ‫) لم‬.

Jadi, apabila lafazh mu’rab itu berupa Isim maka i’rab-nya dapat diketahui antara: dari
kedudukannya dalam susunan/kalimat, atau dari adanya Harf ‘Amil yang mendahuluinya.
Sedangkan apabila lafazh mu’rab itu berupa Fi’il, maka i’rab-nya dapat diketahui: dari adanya
Harf ‘Amil yang mendahuluinya, dengan ketentuan:
- Dia Manshub dengan tanda Fathah manakala didahului Harf ‘Amil Nashab;
- Dia Majzum dengan tanda Sukun manakala didahului Harf ‘Amil Jazm; dan
- Dia Marfu’ dengan tanda Dhammah manakala tidak didahului Harf ‘Amil, baik ‘Amil
Nashab maupun Harf ‘Amil Jazm.
Dengan demikian berarti selain mengenali apa saja Harf ‘Amil yang mempengaruhi
i'rab Isim dan i'rab Fi’il, juga penting mengetahui apa saja macam-macam kedudukan dalam
susunan kalimat guna mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap i’rab Isim.
Pada langkah ke-dua lalu, telah dibahas bagaimana mengidentifikasi Lafazh Mabni dan
Lafazh Mu’rab. Pada langkah ke-tiga kali ini akan dibahas mengenai bentuk susunan kata
berikut pengaruhnya terhadap macam I’rab pada lafazh-lafazh mu’rab manakala menempati
posisinya.

37
B. Meng-I’rab Kata
Berkaitan dengan penentuan harokat akhir masing-masing kata dalam susunan
kalimat, kita harus mampu menjelaskan alasan kenapa harokat-harokat yang kita sematkan
pada masing-masing kata tersebut. Dan karena harokat hanyalah merupakan tanda atau
simbol saja daripada i’rab setiap kata, maka kita harus mampu menjelaskan apa i’rab masing-
masing kata yang kita harokati tersebut. Dengan begitu aktivitas mengharokati atau
membaca teks gundul yang kita lakukan akan berlangsung secara teratur dan terukur, alias
tidak ngawur atau sembarangan.
Bagaimana caranya? Mudah saja! Pertama; kenali terlebih dahulu mana kata yang
Mabni dan mana yang Mu’rab, sebagaimana yang telah dibahas pada materi langkah ke-2.
Setelah itu, kita jelaskan i’rabnya berdasarkan ketentuan:
1. Jika berupa lafazh Mabni, maka kita cukup menjelaskan:
a. Dia Mabni apa? dan
b. Apa alasan ke-mabni-annya?
2. Jika berupa lafazh Mu’rab, maka kita jelaskan:
a. Terkait i’rab
- Apa i’rab-nya?
- Apa alasan i’rab-nya?
b. Terkait tanda i’rab (harokat)
- Apa tanda i’rab-nya?
- Apa alasan tanda i’rab-nya?
Sebagai contoh, saat ada tulisan:
‫في المسجد‬
Maka kita akan mengharokatinya menjadi:
‫فِي الْ َم ْس ِج ِد‬
Dengan keterangan i’rab:
Fî : Mabni Sukun, karena ia Harf
Al-Masjid[i] : Majrur karena didahului Harf Jarr. Bertanda Kasrah
Maksudnya adalah:
Fî : (mabni apa?) Mabni Sukun, (alasan ke-mabni-annya apa?) karena ia Harf
Al-Masjid[i] : (mu’rab apa?) Majrur alias ber-i’rab Jarr, (alasan ke-majrur-annya apa?)
karena didahului Harf Jarr. (tanda jarr-nya apa?) Bertanda Kasrah
Demikianlah contoh i’rab dari lafazh Mabni (Fî) dan lafazh Mu’rab (Al-Masjid[i]). Dan untuk
kepentingan inilah, pada masing-masing materi di bawah ini yang berjudul “Susunan Kata”
ditambahkan keterangan i’rab kata sesuai kedudukannya masing-masing.
C. Susunan Kata
Susunan kata dalam bahasa Arab ada yang berupa kalimat sempurna dan ada yang tidak
berupa kalimat. Disebut kalimat sempurna manakala telah memberi faidah sempurna,
meskipun hanya dua kata. Contohnya:

38
ِ َ‫الطَّالِب ن‬
‫اجح‬ ُ
Murid tersebut berhasil
Karena sudah terdiri dari Subjek dan Predikat. Sebaliknya, disebut non-kalimat manakala
belum memberi faidah sempurna. Contohnya:
ِ ‫الطَّالِب الن‬
‫َّاج ُح‬ ُ
Murid yang berhasil itu
Karena belum berupa susunan Subjek-Predikat. Artinya belum jelas, murid yang berhasil itu
kenapa? Kata al-nâjih di situ bukan Predikat sebagaimana kata nâjih pada kalimat
sebelumnya. Melainkan sifat bagi lafazh al-thâlib. Susunan tersebut akan menjadi sempurna
dengan membubuhkan Predikat. Misalnya:
ِ ‫الطَّالِب الن‬
‫َّاج ُح َسعِْيد‬ ُ
Murid yang berhasil itu bahagia
Berikut ini rinciannya.
1. Susunan Kalimat
Kalimat Sempurna ada dua macam: Jumlah Ismiyyah dan Jumlah Fi’liyyah.
a. Kalimat Ismiah (Jumlah Ismiyyah)
 Jumlah Ismiyyah: Kalimat yang diawali Isim. Contoh:
ِ ‫الْولَ ُد م‬
‫اهر‬ َ َ
Anak itu pandai
 Ciri-ciri
1) Memiliki susunan inti: Mubtada`-Khabar
ِ ‫الْولَ ُد م‬
‫اهر‬ َ َ
Anak itu pandai
al-Walad[u] : Mubtada`
Mâhir[un] : Khabar
2) Mubtada` berupa Isim Ma’rifat2 (Isim berAlif-Lam, Isim ‘Alam, Isim Isyârah, dan
Isim Dhamîr)
ِ ‫الْولَ ُد م‬
‫اهر‬ َ َ
Anak itu pandai

‫ُسلَْي َما ُن نَبِي‬


Sulaiman adalah seorang nabi

2
Isim Ma’rifah adalah jenis isim yang bersifat pasti atau spesifik (definitif). Lawan dari Isim Ma’rifah disebut
Isim Nakirah. (Lihat langkah 1, pada pembagian isim dari sisi kepastiannya)

39
‫ُه َو ُم َعلِّم‬
Dia adalah seorang pengajar

‫صان‬ ِ
َ ‫ٰه َذا ح‬
Ini adalah binatang kuda
3) Antara Mubtada` dan Khabarnya terselipi makna: itu/adalah/merupakan
ِ ‫الْولَ ُد م‬
‫اهر‬ َ َ
Anak [itu] pandai

‫صان‬ ِ
َ ‫ٰه َذا ح‬
Ini [adalah] kuda

َّ ‫الطَّ َه َارةُ َش ْرط فِي ِص َّح ِة‬


ِ‫الص ََلة‬
Kesucian [merupakan] syarat bagi sahnya shalat
4) Khabarul Mubtada` berada TEPAT setelah makna: itu/adalah/merupakan
ِ َّ
‫س‬ ْ ‫ت َع ِن الْ َح ِّق َشْيطَان أ‬
ُ ‫َخَر‬ ُ ‫الساك‬
Orang yang diam dari kebenaran [adalah] (laksana) setan yang bisu
Khabarul Mubtada` di sini adalah lafazh Syaithân karena ia datang tepat setelah
makna “adalah”.
5) Jumlah Khabarul Mubtada` bisa lebih dari satu
ِ ‫الله س ِميع ب‬
‫صْي ر‬ َ ْ َ ُ
Allah [itu] mahamendengar [lagi] mahamelihat

‫َّها ِر‬ ِ ِ
َ ‫الدَّيْ ُن َهم في اللَّْي ِل َم َذلَّة في الن‬
Hutang [merupakan] kegelisahan di malam hari [lagi] kehinaan di siang
hari
 I’rab
1) Mubtada` : Marfu’
2) Khabarul Mubtada` : Marfu’
 Cara Meng-I’rab
ِ ‫الْولَ ُد م‬
‫اهر‬ َ َ 
Anak [itu] Pandai
- Al-Walad[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
- Mâhir[un] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah

‫َزيْد نَ َّجار‬ 

40
Zaid [adalah] tukang-kayu
- Zaid[un] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
- Najjâr[un] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah

ِ ‫الله س ِميع ب‬
‫صْي ر‬ َ ْ َ ُ 
Allah [itu] maha mendengar [lagi] maha melihat
- Allâh[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
- Samî’[un] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada` yang pertama, bertanda
Dhammah
- Bashîr[un] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada` yang kedua, bertanda
Dhammah
 Langkah-langkah Mengharokati
1) Ketahui terlebih dahulu arti setiap kata yang ada dalam kalimat yang sedang dibaca.
Misal pada kalimat:
‫الولد ماهر‬
Bahwa Al-Walad berarti: anak atau seorang anak; dan Mâhir berarti: pandai3.

Dari sini diketahui bahwa ia adalah Jumlah Ismiyah atau rangkaian Mubtada` dan
Khabar, karena berawalan Isim lalu disusul ungkapan yang memberitakan perihal
Isim tersebut.
2) Rangkailah arti-arti tersebut hingga menjadi susunan kalimat sempurna yang
sesuai. Maka jadilah:
Anak [itu] pandai
Akan tampak posisi-posisinya dalam kalimat, bahwa Anak (Al-Walad) berposisi
sebagai Mubtada` karena berada di awal; dan Pandai (mâhir) adalah Khabarul
Mubtada` karena datang setelah arti “itu”.
3) Karena I’rab Mubtada` adalah Rafa’ dengan tanda dasar Dhammah, maka
harokatilah kata Al-Walad dengan Dhammah:
‫الْ َولَ ُد‬
4) Karena I’rab Khabarul Mubtada` juga Rafa’ dengan tanda dasar Dhammah pula,
maka harokatilah akhiran kata Mâhir dengan Dhammah:
ِ‫م‬
‫اهر‬ َ
sehingga jadilah:
ِ ‫الْولَ ُد م‬
‫اهر‬ َ َ

3
Langkah ini sangat ditentukan oleh banyaknya perbendaharaan kosakata, atau dengan bantuan kamus.

41
5) Lafazh Al-Walad tidak boleh ditanwin karena ia ber-Alif-Lam, dan lafazh Mâhir harus
ditanwin karena tidak ber-Alif-Lam dan ia tidak sebagai Mudhâf4

b. Kalimat Fi’liah (Jumlah Fi’liyyah)


 Jumlah Fi’liyyah: Kalimat yang diawali Fi’il. Contoh:
‫يَ ْجتَ ِه ُد َزيْد‬
Zaid sedang bersungguh-sungguh
 Ciri-ciri
1) Memiliki susunan inti:
a) Fi’il - Fâ’il (Peredikat - Subjek)
‫يَ ْجتَ ِه ُد َزيْد‬
Zaid sedang bersungguh-sungguh
Yajtahid[u] : Fi’il
Zaid[un] : Fâ’il
b) Fi’il - Fâ’il - Maf’ûl Bihi (Predikat-Subjek- Objek)
ِ
َ َ‫يَ ْقَرأُ َزيْد الْكت‬
‫اب‬
Zaid sedang membaca buku
Yaqra`[u] : Fi’il
Zaid[un] : Fâ’il
Al-Kitâb[a] : Maf’ûl Bihi
c) Fi’il - Nâ`ibul Fâ’il (Predikat-Wakil Subjek)
ِ
ُ َ‫يُ ْقَرأُ الْكت‬
‫اب‬
Buku itu sedang dibaca
Yuqra`[u] : Fi’il
Al-Kitâb[u] : Nâ`ibul Fâ’il
Catatan:
Al-Kitâb (buku) disebut wakil subjek karena yang menjadi subjek sebenarnya
(siapa yang membaca buku) tidak ada dalam kalimat, sehingga aturannya Fi’il
dibaca Mabni Majhul (dalam bentuk pasif), dan yang asalnya sebagai Maf’ûl Bihi
(objek) berubah status menjadi Nâ`ibul Fâ’il (wakil subjek) menggantikan posisi
Fa’il yang tidak ada.
2) Fâ’il (subjek) atau Nâ`ibul Fâ’il (wakil subjek) selalu muncul setelah Fi’il, atau
tersembunyi di dalam Fi’il itu sendiri. Contoh:
‫يَ ْجتَ ِه ُد َزيْد‬
Zaid sedang bersungguh-sungguh

4
Mudhâf adalah kedudukan Isim yang tidak menerima alif-lam dan tanwin lantaran disandarkan pada Isim
setelahnya. Bahasan lebih lanjutnya sebentar lagi, in syâ`Allâh.

42
ِّ ُ‫تُ ْقَرأ‬
ُ‫الر َسالَة‬
Surat itu sedang dibaca
Adapun apabila kalimatnya berbunyi:
‫َزيْد يَ ْجتَ ِه ُد‬
ُ‫الر َسالَةُ تُ ْقَرأ‬
ِّ
Maka kedua isim di awal (Zayd[un] dan al-Risâlat[u]) bukan merupakan fa’il untuk fi’il
yajtahid[u] dan yuqra`[u], melainkan sebagai Mubtada’ karena kedua kalimat tersebut
berupa Jumlah Ismiyyah (kalimat yang berawalan Isim).

Lalu manakah Fâ’il (subjek) dan Nâ`ibul Fâ’il (wakil subjek) nya? Maka jawabannya
adalah: bahwa pada contoh pertama Fâ’il-nya berupa Dhamir yang tersembunyi
dalam fi’il (dhamir mustatir), yang terhitung: Huwa (‫)هو‬, yang ia kembali kepada Zaid.
Sedangkan pada contoh kedua Nâ`ibul Fâ’il-nya berupa Dhamir yang tersembunyi
dalam fi’il (dhamir mustatir), yang terhitung: Hiya (‫)هي‬, yang ia kembali kepada Al-
Risâlah. Sehingga taqdîr (perkiraan)-nya berbunyi:
)‫َزيْد يَ ْجتَ ِه ُد (هو‬
Zaid itu ia sedang bersungguh-sungguh

)‫الر َسالَةُ تُ ْقَرأُ (هي‬


ِّ
Surat itu ia sedang dibaca
Yang pertama menggunakan huwa (dia laki-laki) karena kembalinya kepada isim
mudzakkar (Zayd), sedangkan yang kedua menggunakan hiya (dia perempuan)
karena kembalinya kepada isim mu`annats (al-Risâlah).
3) Adakalanya Maf’ûl Bihi (objek) mendahului Fâ’il (subjek) nya. Faidahnya menjadikan
Fâ’il lebih dinanti-nanti dalam pemaknan.

ِّ ُ‫يَ ْقَرأ‬
‫الر َسالَةَ َزيْد‬
(Yang) sedang membaca surat tersebut adalah Zaid
4) Adakalanya Maf’ûl Bihi (objek) mendahului Fi’il (predikat) serta Fâ’il (subjek) nya. Di
antaranya untuk faidah pengkhususan terhadap Maf’ûl Bihi (objek).
‫الر َسالَةَ يَ ْقَرأُ َزيْد‬
ِّ
Hanya surat itu saja (yang) sedang dibaca Zaid
 I’rab
1) Fi’il (khusus Fi’il Mudhari’)
- Tidak didahului ‘Amil : Marfû’
- Didahului ‘Amil Nashab : Manshûb
- Didahului ‘Amil Jazm : Majzûm
2) Fâ’il : Marfû’

43
3) Nâ`ibul Fâ’il : Marfû’
4) Maf’ûl Bihi : Manshûb
 Cara Meng-I’rab
‫يَ ْجتَ ِه ُد َزيْد‬
Zaid (sedang) bersungguh-sungguh
- Yajtahid[u] : Marfû’ karena tidak dipengaruhi ‘Amil, bertanda Dhammah
- Zaid[un] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah
‫لَ ْن يَْن َج َح الْ َك ْس ََل ُن‬
Seorang pemalas itu tidak akan berhasil
- Lan : Mabnî Sukun, karena ia Harf
- Yanjah[a] : Manshûb karena didahului ‘amil nashab (lan), bertanda Fathah
- Al-Kaslân[u] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah
‫ب‬
َ ‫اد الْ َك ْل‬
ُ َّ‫الصي‬
َّ ‫ب‬َ ‫ضَر‬
َ
Seorang pemburu itu telah memukul anjing
- Dharaba : Mabnî Fathah, karena ia Fi’il Madhin
- Al-Shayyâd[u] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah
- Al-Kalb[a] : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah
 Langkah-langkah Mengharokati
1) Ketahui terlebih dahulu arti setiap kata dalam kalimat yang sedang dibaca. Misal
pada kalimat-kalimat ini:
‫ ضرب الصياد الكلب‬.1
‫ يضرب الصياد الكلب‬.2
‫ لن يضرب الصياد الكلب‬.3
‫ لم يضرب الصياد الكلب‬.4
Bahwa Dharaba berarti: dia (L) telah memukul; Yadhrib berarti: dia (L) sedang
memukul; Lam berarti: belum; Lan berarti: tidak akan. Al-Shayyâd berarti: pemburu;
dan Kalb berarti: anjing
Dari situ diketahui bahwa rangkaian tersebut adalah Jumlah Fi’ilyyah, karena
diawali Fi’il, dengan ada Fa’il (Subjek)-nya, serta dilengkapi Maf’ûl Bihi (Objek).
2) Rangkailah arti-arti tersebut hingga menjadi kalimat sempurna (memberikan faidah
makna). Maka jadilah:
- Telah memukul seorang pemburu itu anjing tersebut
- Sedang memukul seorang pemburu itu anjing tersebut
- Tidak akan memukul seorang pemburu itu anjing tersebut

44
- Belum memukul seorang pemburu itu anjing tersebut
yang dengan gaya bahasa Indonesia5 menjadi:

- Seorang pemburu itu telah memukul anjing tersebut


- Seorang pemburu itu sedang memukul anjing tersebut
- Seorang pemburu itu tidak akan memukul anjing tersebut
- Seorang pemburu itu belum memukul anjing tersebut
3) Fi’il pada contoh pertama adalah Fi’il Madhin maka ia Mabni, sehingga harokat
akhirnya tetap. Maka harokatilah:
‫ب‬
َ ‫ضَر‬
َ
Fi’il pada contoh kedua dan ketiga adalah Fi’il Mudhari’ maka ia Mu’rab, sehingga
perlu memperhitungkan ada-tidaknya ‘Amil yang mempengaruhinya.
Karena pada contoh kedua tidak ada ‘Amil yang mempengaruhinya, maka
Harokatilah Dhammah sebagaimana asalnya. Jadilah:

ُ ‫ض ِر‬
‫ب‬ ْ َ‫ي‬
Karena pada contoh ketiga didahului ‘Amil Nashab (Lan), maka I’rabnya menjadi
Nashab dengan tanda dasar Fathah. Maka harokatilah ia:

َ ‫ض ِر‬
‫ب‬ ْ َ‫لَ ْن ي‬
Karena pada contoh ketiga didahului ‘Amil Jazm (lam), maka I’rabnya menjadi Jazm
yang tanda dasarnya adalah Sukun. Jadilah harokatnya:

ْ ‫ض ِر‬
‫ب‬ ْ َ‫لَ ْم ي‬
4) Kata Al-Shayyâd (pemburu), karena sebagai Fâ’il (Subjek) maka I’rabnya Rafa’ dengan
tanda dasar Dhammah; sehingga jadilah harokatnya:
‫اد‬
ُ َّ‫الصي‬
َّ
5) Kata Al-Kalb (anjing) karena sebagai Maf’ûl Bihi (Objek) maka I’rabnya Nashab
dengan tanda dasar Fathah. Maka jadilah:
‫ب‬
َ ‫الْ َك ْل‬
Sehingga lengkapnya menjadi:

‫ب‬َ ‫اد الْ َك ْل‬


ُ َّ‫الصي‬
َّ ‫ب‬َ ‫ضَر‬َ
‫ب‬
َ ‫اد الْ َك ْل‬
ُ َّ‫الصي‬
َّ ‫ب‬ ُ ‫ض ِر‬
ْ َ‫ي‬

5
Urutan pola kalimat dalam Bahasa Arab berbeda dengan urutan pola kalimat dalam Bahasa Indonesia yang
tidak lazim memposisikan Subjek sesudah Predikat (contoh: Belajar Ahmad), apalagi sesudah Predikat dan
Objek (contoh: Membaca Buku Ahmad). Namun dalam Bahasa Arab, yang demikian itu adalah wajar atau
biasa.

45
‫ب‬
َ ‫اد الْ َك ْل‬
ُ َّ‫الصي‬
َّ ‫ب‬َ ‫ض ِر‬
ْ َ‫لَ ْن ي‬
‫ب‬
َ ‫اد الْ َك ْل‬
ُ َّ‫الصي‬ ْ ‫ض ِر‬
َّ ‫ب‬ ْ َ‫لَ ْم ي‬
6) Apabila dalam sebuah Jumlah Fi’liyyah tidak ditemukan Fâ’il (Subjek), dan tidak pula
berupa dhamîr yang kembali kepada kata tertentu sebelumnya. Misalnya tiba-tiba
muncul ungkapan:
‫يضرب الكلب‬
Maka kemungkinan maknanya adalah:
- Anjing itu sedang memukul (dengan fi’il dibaca aktif)
- Anjing itu sedang dipukul (dengan fi’il dibaca pasif)
Lalu sesuaikan dengan konteks ungkapan. Jika maksudnya memang arti yang
pertama, maka harokatilah menjadi:

‫ب‬ ُ ‫ض ِر‬
ُ ‫ب الْ َك ْل‬ ْ َ‫ي‬
Jika yang sesuai adalah arti yang ke-dua, maka harokatilah:

‫ب‬
ُ ‫ب الْ َك ْل‬
ُ ‫ضَر‬
ْ ُ‫ي‬
Tentang bagaimana memodifikasi Fi’il Mabni Ma’lûm (bentuk Aktif) menjadi Fi’il
Mabni Majhûl (bentuk Pasif), akan dijelaskan di langkah terakhir, in syâ`allâhu ta’âlâ.

LATIHAN I
1. Tentukan mana Jumlah Ismiyyah dan mana Jumlah Fi’liyyah di antara kalimat-kalimat
berikut dengan cukup melihat kata di awal masing-masing kalimat, dengan memberi
tanda pada kolom yang tepat.
Fi’liyyah Ismiyyah Kalimat
‫الْعِْل ُم نُ ْور‬ 1
ِ ‫الدِّين الن‬
ُ‫َّصْي َحة‬ 2
ُْ
‫ك فِي الْ َم ِاء‬ ُ ‫الس َم‬
َّ ‫ش‬ ِ
ُ ‫يَعْي‬ 3
‫ت طَالِب نَ ِشْيط‬ َ ْ‫أَن‬ 4
‫ت فِي الْ َمطْبَ ِخ‬ ُ ‫ت الْبِْن‬ْ ‫طَبَ َخ‬ 5
ِ
َ‫َّواء‬
َ ‫ض الد‬ ُ ْ‫الم ِري‬
َ ‫ب‬ ْ ‫ليَ ْشَر‬ 6
‫اح الْ َجن َِّة‬ ِ َّ
ُ َ‫الص ََلةُ م ْفت‬ 7
‫اك َمْي َدان‬َ َ‫ُهن‬ 8
‫س‬ ِ
َ ‫لَ ْم يَ ْف َه ْم الغَافلُ الد َّْر‬ 9

46
ً‫ت ثَ ْوباً َج ِديْدا‬ ُ ‫لَبِ ْس‬ 11
‫َه َذا أ َْمر َع ِظْيم‬ 11
‫يُ ْكَرُم الْ ُم ْجتَ ِه ُد‬ 12
‫الْ ُم ْجتَ ِه ُد يُ ْكَرُم‬ 13
‫ص‬ ِ
ُ ‫لَ ْن يَْن َد َم الْ ُم ْخل‬ 14
ِ
ُ‫َرح َم ُكم الله‬ 15
2. Sempurnakan harokat akhir setiap kata pada kalimat-kalimat di bawah ini sambil
menentukan artinya dengan bantuan kosa kata di bawahnya, lalu jelaskan I’rabnya.

‫ الْ َعالِم ُم ْكَرم‬.1


Terhormat, dihormati ‫ُم ْكَرم‬
Seorang yang berilmu ‫َعالِم‬
‫ يَ ْر ُسب الْ َك ْس ََلن‬.2
Orang malas ‫َك ْس ََل ُن‬
Gagal, mengalami kegagalan ‫ب‬ُ ‫يَ ْر ُس‬
‫ لَيَ ْر ُسب الْ َك ْس ََلن‬.3
ِ ‫ يطَالِع الن‬.4
‫َّشْيط الد َّْرس‬ ُ
Pelajaran ‫َد ْرس‬
Orang yang rajin ‫نَ ِشْيط‬
Menelaah ‫يُطَالِ ُع‬
‫ ْاْل ََمانَة َكْنز‬.5
Kekayaan terpendam, harta simpanan ‫َكْن ز‬
Hal dapat dipercaya, sifat amanah ‫أ ََمانَة‬
‫ َش ِرب الْ َم ِريْض ال َد َواء‬.6
Sakit, Orang sakit ‫َم ِريْض‬
Obat ‫َد َواء‬
(dia laki-laki) minum, meminum ‫ب‬ َ ‫َش ِر‬
ُ ‫ يَ ْشَر‬- ‫ب‬

47
‫‪ .7‬لَم يَ ْشَرب الْ َم ِريْض ال َد َواء‬

‫‪48‬‬
2. Susunan Non-Kalimat
Terdapat sejumlah susunan dengan faidah tidak sempurna dalam Bahasa Arab, yaitu
susunan yang bukan kalimat atau sebut saja susunan non-kalimat. Susunan-susunan
tersebut tidak dapat berdiri sendiri, namun keberadaannya dalam kalimat sangat
dibutuhkan. Di antara yang paling urgen untuk diketahui adalah: Susunan Jârr wa Majrûr,
Susunan Idhâfî, Susunan Washfî, Susunan ‘Athfî, Susunan Badalî, dan Susunan Taukîdî.
a. Susunan Jârr wa Majrûr
 Tarkîb Jârr wa Majrûr: Susunan yang terdiri dari Harf Jarr dan Isim yang datang setelah
Harf Jarr.
 Ciri-ciri
1) Memiliki susunan inti: Harf ‘Amil Jarr – Isim
‫فِي َحالَة‬
Dalam suatu kondisi
Fî : Harf Jarr
Hâlat[in] : Isim
2) Harf Jarr antara lainnya telah disebutkan di langkah dua.
 I’rab
1) Harf Jarr : Mabni
2) Isim setelah Harf Jarr : Majrur
 Cara meng-I’rab
‫فِي َحالَة‬
Dalam suatu kondisi
- Fî : Mabni Sukun, karena ia Harf
- Hâlat[in] : Majrur karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah
‫ص ِر‬
ْ ‫َوالْ َع‬
Demi masa.
- Wa : Mabni Fathah, karena ia Harf
- al-‘Ashr[i] : Majrur karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah
b. Susunan Idhâfî
 Tarkîb Idhâfî: Susunan yang terdiri dari dua Isim atau lebih. Dimana isim pertama
disandarkan kepada isim setelahnya.
 Ciri-ciri dan ketentuan
1) Memiliki susunan inti: Mudhâf (yang disandarkan)– Mudhâf Ilayhi (yang disandari)
‫ت الْ َم ِال‬
ُ ‫بَْي‬
Rumah [nya] harta

49
Bayt[u] : Mudhâf
al-Mâl[i] : Mudhâf Ilayhi
ِ ‫مسؤو ُل ب ي‬
‫ت الْ َم ِال‬ َْ ْ ُ ْ َ
Penanggungjawab [nya] rumah [nya] harta
Mas`ul[u] : Mudhâf
Bayt[i] : Mudhâf Ilayhi, merangkap Mudhâf
al-Mâl[i] : Mudhâf Ilayhi
ِ ‫اب ِدي و ِان مسؤوِل ب ي‬
‫ت ال َم ِال‬ ِ
َْ ْ ُ ْ َ َ ْ ِ َ‫اح ب‬ ُ َ‫م ْفت‬
Kunci [nya] kantor [nya] penanggungjawab [nya] Baitul Mal (rumah [nya]
harta)
Miftâh[u] : Mudhâf,
Bâb[i] : Mudhâf Ilayhi, merangkap Mudhâf
Dîwân[i] : Mudhâf Ilayhi, merangkap Mudhâf
Mas`ûl[i] : Mudhâf Ilayhi, merangkap Mudhâf
Bayt[i] : Mudhâf Ilayhi, merangkap Mudhâf
Al-Mâl[i] : Mudhâf Ilayhi,
2) Ketentuan Mudhâf:
a) Selalu berada sebelum Mudhâf Ilayhi
b) Tidak ber alif-lâm ta’rîf dan tidak ber tanwîn

‫الر ُس ْوِل‬
َّ ُ‫أ َُّمة‬
3. Ketentuan Mudhâf Ilayhi:
a) Selalu berada setelah Mudhâf
b) Bisa ber alif-lâm ta’rîf atau ber tanwîn, kecuali saat sekaligus merangkap sebagai
Mudhâf.

‫الر ُس ْوِل‬
َّ ُ‫أ َُّمة‬
‫أ َُّمةُ َر ُس ْول‬
ِ ‫أ َُّمةُ رسوِل‬
‫الله‬ ُْ َ

4. Antara Mudhâf dan Mudhâf Ilayhi mengandung salah satu arti: nya, dalam/terhadap,
dan dari

‫قَلَ ُم َزيْد‬
Pena [nya] Zaid
ِ ‫تََِلوةُ الْ ُقر‬
‫آن‬ْ َ

50
Bacaan [terhadap] Al-Qur`an

‫َع َم ِال‬ َ ْ‫أَف‬


ْ ‫ض ُل ْاْل‬
Yang paling utama [dari] segala amal
 I’rab
1) Mudhâf : Tergantung posisinya dalam kalimat. Misal:
ِ ‫مح َّمد رسو ُل‬
‫الله‬ ُْ َ َ ُ
rasûl[u] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah
ِ ‫س ِمعت رسوَل‬
‫الله‬ ُْ َ ُ ْ َ
rasûl[a] : Manshub karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah
ِ ‫ِمن رسوِل‬
‫الله‬ ُْ َ ْ
rasûl[i] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah
Catatan:
Apabila Mudhâf Ilayhi berupa dhamir yâ` (yâ` al-mutakallim), maka Mudhaf nya
berstatus Mabni Kasrah. Ia selalu Kasrah dalam posisi i’rab apapun. Contoh:
‫ فِي كِتَابِ ْي‬، ‫ إِ َّن كِتَابِ ْي‬، ‫كِتَابِ ْي‬
2) Mudhâf Ilayhi : Majrûr
 Cara meng-I’rab
ِ ‫مح َّمد رسو ُل‬
‫الله‬ ُْ َ َ ُ 
Muhammad [itu] utusan [nya] Allah
- Muhammad : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
- Rasûl[u] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah.
Dan ia Mudhâf.
- Allâh[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah

ِّ ‫ضل‬
‫الذ ْك ِر‬ ُ ْ‫قَ َرأ‬
َ َ ْ‫ت أَف‬ 
Aku telah membaca yang paling utama [dari] segala Dzikir
- Afdhal[a] : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah. Dan ia
Mudhâf.
- Adz-Dzikr[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah

َّ ‫اح الْ َجن َِّة‬


ُ‫الص ََلة‬ ِ
ُ َ‫م ْفت‬ 
Kunci [nya] Sorga [adalah] Shalat
- Miftâh[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah. Dan ia
Mudhâf.
- Al-Jannat[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah
- Al-Shalât[u] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah

51
‫ص ََلتِ ْي‬ ِ ِ
َ ‫ في آخ ِر‬... 
… di akhir shalatku
- Fî : Mabnî sukun, karena ia Harf
- Âkhir[i] : Majrûr karena didahului Harf jarr, bertanda Kasrah. Dan ia
Mudhâf.
- Shalâti- : Mabnî Kasrah, karena bertemu dengan dhamir yâ`. Di posisi i’rab
Jarr karena sebagai Mudhâf Ilayhi. Dan ia Mudhâf.
- (dhamir yâ`) : Mabni Sukun, karena ia Isim Dhamir. Di posisi i’rab Jarr karena
sebagai Mudhâf Ilayhi.
c. Susunan Washfî
 Tarkîb Washfî: Susunan yang terbentuk dari dua Isim atau lebih. Dimana isim pertama
disifati dengan isim setelahnya.
 Ciri-ciri dan ketentuan
1) Memiliki susunan inti: Maushûf (yang disifati) – Shifat (sifat)

‫الر ْح ٰم ُن‬
َّ ُ‫الله‬
Allah [yang] mahapemurah (itu)
Allâh[u] : Maushûf
al-Rahmân[u] : Shifat
‫الرِحْي ُم‬
َّ ‫الر ْح ٰم ُن‬
َّ ُ‫الله‬
Allah [yang] mahapemurah [lagi] [yang] mahapenyayang (itu)
Allâh[u] : Maushûf
al-Rahmân[u] : Shifat
al-Rahîm[u] : Shifat
2) Shifat selalu berupa kata sifat dan datang setelah Maushûf
3) Antara Maushûf dan Shifat mengandung arti: … yang …

‫الصالِ ُح‬
َّ ُ‫الر ُجل‬
َّ
Seorang lelaki [yang] shalih itu
4) Sifat selalu mengikuti Maushûf dalam hal: Nakirah-Ma’rifah, Muannats-
Mudzakkar, Jumlah, dan I’rab
‫الصالِ ُح‬
َّ ُ‫الر ُجل‬
َّ
Seorang lelaki [yang] shalih itu

‫صالِح‬
َ ‫َر ُجل‬
Seorang lelaki [yang] shalih

ُ‫الصالِ َحة‬
َّ ُ‫الْ َم ْرأَة‬
Seorang wanita [yang] shalih itu

52
ِ ‫الصالِح‬
‫ان‬ ِ َّ
َ َّ ‫الر ُج ََلن‬
Dua orang lelaki [yang] shalih itu
 I’rab
1) I’rab Maushûf : Tergantung posisinya dalam kalimat
‫الْ ُق ْرآ ُن الْ َك ِريْ ُم َو ْحي‬
Al-Qur`an yang mulia itu adalah wahyu
al-Qur`ân[u] : Marfu’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
ِ ‫فِي الْ ُقر‬
‫آن الْ َك ِريْ ِم‬ْ
di dalam al-Qur`an yang mulia itu
al-Qur`ân[i] : Majrur karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah
2) I’rab Shifat : Selalu mengikuti I’rab Maushûf
‫الْ ُق ْرآ ُن الْ َك ِريْ ُم َو ْحي‬
ِ ‫فِي الْ ُقر‬
‫آن الْ َك ِريْ ِم‬ ْ
 Cara meng-I’rab
‫الرِحْي ِم‬
َّ ‫الر ْح ٰم ِن‬ ِ ‫بِس ِم‬
َّ ‫الله‬ ْ
Dengan nama [nya] Allah [yang] maha pemurah (lagi) [yang] maha
penyayang
- Bi : Mabnî Kasrah, karena ia Harf
- Ism[i] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah. Dan ia
Mudhâf.
- Allâh[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah
- Al-Rahmân[i] : Majrûr karena sebagai Shifat bagi Allâh[i], bertanda Kasrah
- Al-Rahîm[i] : Majrûr karena sebagai Shifat bagi Allâh[i], bertanda Kasrah
‫الله ْاْل َِمْي ُن‬
ِ ‫مح َّمد رسو ُل‬
ُْ َ َ ُ
Muhammad [itu adalah] utusan [nya] Allah [yang] terpercaya
- Muhammad : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
- Rasûl[u] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah.
Dan ia Mudhâf.
- Allâh[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah
- Al-Amîn[u] : Marfû’ karena sebagai Shifat bagi Rasûl Allâh, bertanda Dhammah
‫الله الْخالِ ِق‬
ِ ‫مح َّمد رسو ُل‬
ُْ َ َ ُ
Muhammad [adalah] utusan [nya] Allah [yang] maha pencipta
- Muhammad[un] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
- Rasûl[u] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah.
Dan ia Mudhâf.

53
- Allâh[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah
- Al-Khâliq[i] : Majrûr karena sebagai Shifat bagi Allâh[i], bertanda Kasrah
ِ ‫الْ ُقرآ ُن الْ َك ِريم َك ََلم‬
‫الله‬ ُ ُْ ْ
Al-Qur`an [yang] Mulia itu [adalah] firman [nya] Allah
- Al-Qur`ân[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
- Al-Karîm[u] : Marfû’ karena sebagai Sifat bagi Al-Qur`ân[u], bertanda Dhammah
- Kalâm[u] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah.
Dan ia Mudhâf.
- Allâh[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah
d. Susunan ‘Athfî
 Tarkîb ‘Athfî: Susunan yang terbentuk dari dua kata atau lebih (baik Isim maupun Fi’il)
dengan diselah Harf ‘Athaf. Dimana hukum kata kedua dan seterusnya dikaitkan
kepada kata pertama.
 Ciri-ciri dan ketentuan
1) Memiliki susunan inti: Ma’thûf ‘Alayh (yang dikaiti) – Harf ‘Athaf – Ma’thûf (yang
dikaitkan)

ً‫َخ َذ ُزَهْي ر قَلَ ًما َوَوَرقَة‬


َ‫أ‬
Zuhair telah mengambil sebuah pena dan kertas
Qalam[an] : Ma’thûf ‘Alayh
wa : Harf ‘Athaf
Waraqat[an] : Ma’thûf
‫َخ َذ ُزَهْي ر قَلَ ًما َوَوَرقَةً َوِم َد ًادا‬
َ‫أ‬
Zuhair telah mengambil sebuah pena, kertas, dan tinta
Qalam[an] : Ma’thûf ‘Alayh
wa (1) : Harf ‘Athaf
Waraqat[an] : Ma’thûf
wa (2) : Harf ‘Athaf
Midâd[an] : Ma’thûf
2) Ma’thûf selalu datang setelah Ma’thûf ‘Alayh
3) Antara Ma’thûf dan Ma’thûf ‘Alayh selalu dihubungkan oleh Harf ‘Athaf6

 I’rab
1) I’rab Ma’thûf ‘Alayh : Tergantung posisinya dalam kalimat

ً‫َخ َذ ُزَهْي ر قَلَ ًما َوَوَرقَة‬


َ‫أ‬
Zuhair telah mengambil sebuah pena dan kertas

6
Macam macam huruf ‘Athaf dapat dilihat pada daftar kata yang terkategori Mabni di pembahasan langkah 2

54
Qalam[an] : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah
‫ت إِلَى قَلَم َوَوَرقَة‬
ُ ‫نَظَْر‬
Aku memandang pena dan kertas
Qalam[in] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah
2) I’rab Harf ‘Athf : Mabnî
3) I’rab Ma’thûf : Selalu mengikuti I’rab Ma’thûf ‘Alayh

ً‫َخ َذ ُزَهْي ر قَلَ ًما َوَوَرقَة‬


َ‫أ‬
‫ت إِلَى قَلَم َوَوَرقَة‬ ُ ‫نَظَْر‬
 Cara Meng-I’rab

ً‫َخ َذ ُزَهْي ر قَلَ ًما َوَوَرقَة‬


َ‫أ‬
Zuhair telah mengambil sebuah pena [dan] sehelai kertas
- Akhadza : Mabnî Fathah, karena ia Fi’il Madhin
- Zuhair[un] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah
- Qalam[an] : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah
- Wa : Mabnî Fathah, karena ia Harf
- Waraqat[an] : Manshûb karena sebagai Ma’thuf kepada: Qalam[an], bertanda
Fathah
‫َجاءَ َزيْد فَ َعلِي‬
Telah datang Zaid [lalu] (dengan segera) ‘Ali
- Jâ`a : Mabnî Fathah, karena ia Fi’il Madhin
- Zaid[un] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah
- Fa- : Mabnî Fathah, karena ia Harf
- ‘Aliyy[un] : Marfû’ karena sebagai Ma’thuf kepada Zaid[un], bertanda
Dhammah.
‫َجاءَ َزيْد ثُ َّم َعلِي‬
Telah datang Zaid [kemudian] (dengan jeda agak lama) ‘Ali
- Jâ`a : Mabnî Fathah, karena ia Fi’il Madhin
- Zaid[un] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah
- Tsumma : Mabnî Fathah, karena ia Harf
- ‘Aliyy[un] : Marfû’ karena sebagai Ma’thuf kepada Zaid[un], bertanda
Dhammah.
e. Susunan Badalî
 Tarkîb Badalî: Susunan yang terbentuk dari dua Isim atau lebih. Dimana kata kedua dan
seterusnya mewakili kata pertama.
 Ciri-ciri dan ketentuan

55
1) Memiliki susunan inti: Mubdal Minhu (yang diwakili) – Badal (wakil)

‫ك َعلِي‬ ِ ‫جاء‬
َ ‫صديْ ُق‬
َ ََ
Telah datang temanmu (yaitu) Ali
Shadîq[u] : Mubdal Minhu
‘Aliyy[un] : Badal
2) Badal selalu datang setelah Mubdal Minhu
3) Badal mengandung arti “yaitu”, dalam arti:
a) Badal adalah sama dengan Mubdal Minhu

‫ك َعلِي‬ ِ ‫جاء‬
َ ‫صديْ ُق‬
َ ََ
Telah datang temanmu (yaitu) Ali
(yang dimaksud “temanmu” di situ adalah Ali itu sendiri)
b) Badal adalah bagian dari Mubdal Minhu
ِ
ُ‫ت بَابُه‬
ُ ‫فُت َح الْبَ ْي‬
Rumah itu telah dibuka (yaitu) pintunya
(pintu adalah bagian daripada rumah)
c) Badal adalah sifat Mubdal Minhu

ُ‫ا ْشتَ َّد الْ َج ُّو َحَر َارتُه‬


Semakin menjadi-jadi udara ini (yaitu) panasnya
(panas adalah sifat daripada udara)
 I’rab
1) I’rab Mubdal Minhu : Tergantung posisinya dalam kalimat

‫ك َعلِي‬ ِ ‫جاء‬
َ ‫صديْ ُق‬
َ ََ
Shadîq[u] : Marfû’ karena sebagai Fa’il, bertanda Dhammah

‫ك َعلِيًّا‬ ِ ‫رأَيت‬
َ ‫صديْ َق‬
َ ُ َْ
Shadîq[a] : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah
2) I’rab Badal : Selalu mengikuti I’rab Mubdal Minhu

‫ك َعلِي‬ ِ ‫جاء‬
َ ‫صديْ ُق‬ َ ََ
ِ
‫ك َعليًّا‬ ِ
َ ‫صديْ َق‬ َ ‫ت‬ُ ْ‫َرأَي‬
 Cara meng-I’rab
‫س‬ ِ ِ ِّ
َ ‫ضَر الْ ُم َعل ُم َعلي الْ َم ْجل‬
َ ‫َح‬

56
Pengajar tersebut [yaitu] ‘Ali telah hadir di majelis
- Hadhara : Mabnî Fathah, karena ia Fi’il Madhin
- Al-Mu’allim[u] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah
- ‘Aliyy[un] : Marfû’ karena sebagai Badal bagi al-Mu’allim[u], bertanda
Dhammah
- Al-Majlis[a] : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah
ِ ‫الله مح َّم ِد ب ِن عب ِد‬
‫الله‬ ِ ِ ِ
َْ ْ َ ُ ‫م ْن َر ُس ْول‬
Dari utusan [nya] Allah [yaitu] Muhammad [yaitu] Putra [nya] Abdullah
(hamba [nya] Allah)
- Min : Mabnî sukun, karena ia Harf
- Rasûl[i] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah. Dan ia
Mudhâf.
- Allâh[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah
- Muhammad[i] : Majrûr karena sebagai Badal bagi Rasûl[i], bertanda Kasrah
- Ibn[i] : Majrûr karena sebagai Badal bagi Rasûl[i], bertanda Kasrah. Dan ia
Mudhâf.
- ‘Abd[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah. Dan ia
Mudhâf.
- Allâh[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah
ِ
ُ‫ص َجْيبُه‬
ُ ‫انْ َخَر َق الْ َقمْي‬
Telah robek baju itu [yaitu] sakunya
- Inkharaqa : Mabnî Fathah, karena ia Fi’il Madhin
- Al-Qamîsh[u] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah
- Jayb[u] : Marfu karena sebagai Badal bagi al-Qamîsh[u], bertanda Dhammah.
Dan ia Mudhâf.
- Hu : Mabnî Dhammah, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr karena
sebagai Mudhâf Ilayhi.

ِ
ُ‫ا ْشتَ َّد الْغَبِ ُّي ظُْل ُمه‬
Semakin menjadi-jadi si tolol itu [sifat] lalimnya
- Isytadda : Mabnî Fathah, karena ia Fi’il Madhin
- Al-Ghabiyy[u] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah
- Zhulm[u] : Marfû’ karena sebagai Badal bagi al-Ghabiyy[u], bertanda Dhammah
- Hu : Mabnî Dhammah, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr karena
sebagai Mudhâf Ilayhi.
f. Susunan Taukîdî
 Tarkîb Taukîdî: Susunan yang terbentuk dari dua kata. Dimana kata kedua menegaskan
kata pertama.
 Ciri-ciri dan ketentuan
1) Memiliki susunan inti: Mu`akkad (yang ditegaskan) –Mu`akkid (yang menegaskan)

57
‫ب َج ِمْي عُ ُه ْم‬
ُ ‫ضَر الطََُّّل‬
َ ‫َح‬
Para murid telah hadir [seluruh]nya
al-thullâb[u] : Mu`akkad
Jamî’[u] : Mu`akkid
2) Mu`akkid selalu datang setelah Mu`akkad, dan sekaligus sebagai Mudhâf bagi dhamir
yang kembali kepadanya (Mu`akkad).
ِ
‫ُه ْم‬ ُ ‫ضَر الطََُّّل‬
ُ‫ب َجمْي ع‬ َ ‫َح‬
3) Mengandung arti penegasan (benar-benar dan semacamnya). Lafazh-lafazh yang
sering digunakan sebagai Mu`akkid:
ِ
Semua ‫ُكل‬ ُ‫ك ُكلَّه‬ َ ‫ت َك ََل َم‬ ُ ‫َسم ْع‬
Semua ‫َج ِمْيع‬ ‫ب َج ِمْي عُ ُه ْم‬ ُ ‫ضَر الطََُّّل‬ َ ‫َح‬
‫نَ ْفس‬ ِ
Diri, dzat
ُ‫ضَر َعلي نَ ْف ُسه‬ َ ‫َح‬
‫َعْين‬ ِ ‫رأَي‬
Diri, dzat
ُ‫ت َعليًّا َعْي نَه‬ ُ َْ
 I’rab
1) I’rab Mu`akkad : Tergantung posisinya dalam kalimat
‫ب َج ِمْي عُ ُه ْم‬
ُ ‫ضَر الطََُّّل‬
َ ‫َح‬
Para murid telah hadir [seluruh]nya
al-Thullâb[u] : Marfû’ karena sebagai Fa’il, bertanda Dhammah

‫ب َج ِمْي َع ُه ْم‬
َ ‫ت الطََُّّل‬
ُ ْ‫َرأَي‬
Aku melihat para murid [seluruh]nya
al-Thullâb[a] : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah

‫ب َج ِمْيعِ ُه ْم‬
ِ ‫ت بِالطََُّّل‬
ُ ‫َمَرْر‬
Aku melintasi para murid [seluruh]nya
al-Thullâb[i] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah
2) I’rab Mu`akkid : Selalu mengikuti I’rab Mu`akkad
‫ب َج ِمْي عُ ُه ْم‬ ُ ‫ضَر الطََُّّل‬
َ ‫َح‬
‫ب َج ِمْي َع ُه ْم‬ َ ‫ت الطََُّّل‬ُ ْ‫َرأَي‬
‫ب َج ِمْيعِ ِه ْم‬ ِ ‫ت بِالطََُّّل‬
ُ ‫َمَرْر‬
 Cara meng-I’rab
‫ب َج ِمْي عُ ُه ْم‬
ُ ‫ضَر الطََُّّل‬
َ ‫َح‬
Para murid telah hadir [seluruh] nya

58
- Hadhara : Mabni Fathah, karena ia Fi’il Madhin
- Ath-Thullâb[u] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah
- Jamî’[u] : Marfû’ karena sebagai Mu`akkid bagi Ath-Thullâb[u], bertanda
Dhammah. Dan ia Mudhâf.
- Hum : Mabni Sukun, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr karena
sebagai Mudhâf Ilayhi.

َّ ‫أَ َك َل الْ ِهُّر‬


‫الس َم َكةَ ُكلَّ َها‬
Kucing itu telah memakan ikan [seluruh] nya
- Akala : Mabni Fathah, karena ia Fi’il Madhin
- Al-hirr[u] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah
- Al-Samakat[a] : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah
- Kull[a] : Manshûb karena sebagai Mu`akkid bagi al-Samakat[a], bertanda
Fathah. Dan ia Mudhâf.
- Hâ : Mabni Sukun, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr karena
sebagai Mudhâf Ilayhi.

LATIHAN II
Lengkapi harokat dan terjemahkanlah kalimat-kalimat berikut ini dengan bantuan kosa-kata
di bawahnya, kemudian jelaskan i’rabnya!

‫ ذبيحة المسلم حَلل‬.1


Binatang sembelihan ُ‫الذبِْي َحة‬
َّ
‫ الفردوس سرة الجنة‬.2
Pusat, pusar ُ‫السَّرة‬
ُّ
‫س‬ ِ
Surga Firdaus, taman, kebun
ُ ‫الْف ْرَد ْو‬
‫ العلماء ورثة اْلنبياء‬.3
Para nabi ‫ْاْلَنْبِيَاءُ جمن النَّبِ ُّي‬
Para pewaris ُ ‫الْ َوَرثَةُ جمن الْ َوا ِر‬
‫ث‬
‫ آفة العلم النسيان‬.4
Lupa ‫ِّسيَا ُن‬
ْ ‫الن‬
Penyakit ُ‫ْاْلفَة‬
‫ الجمعة حج الفقراء‬.5
Orang-orang faqir ‫الْ ُف َقَراءُ جمن الْ َف ِقْي ُر‬

59
‫‪Haji‬‬ ‫ِ‬
‫الح ُّج‬
‫‪Ibadah Jum’at‬‬ ‫الْ ُج ُم َعةُ‬
‫‪ .6‬خالد بن الوليد سيف من سيوف الله‬
‫‪Pedang‬‬ ‫ف‬
‫السيُ ْو ُ‬
‫ف ج ُّ‬
‫السْي ُ‬
‫َّ‬
‫‪ .7‬التحدث بنعمة الله شكر‬
‫‪Hal membicarakan,‬‬ ‫ُّث بِ‬
‫َّحد ُ‬
‫‪menceritakan‬‬ ‫الت َ‬
‫‪Anugerah, kenikmatan‬‬ ‫ِّع َمةُ‬
‫الن ْ‬
‫‪Syukur, kesyukuran‬‬ ‫الش ْك ُر‬
‫ُّ‬
‫‪ .8‬ينام الصبي في غرفة النوم‬
‫‪Kamar, ruangan‬‬ ‫الْغُْرفَةُ‬
‫‪(dia L) Sedang tidur‬‬ ‫يَنَ ُام‬
‫‪Bayi, anak kecil yang belum‬‬
‫‪disapih‬‬
‫الصبِ ُّي‬
‫َّ‬
‫‪ .9‬الدعاء سَلح المؤمن‬
‫‪Senjata‬‬ ‫ح‬
‫الس ََل ُ‬
‫ِّ‬
‫‪ .11‬الصوم جنة من عذاب الله‬
‫‪Perisai‬‬ ‫الْ ُجنَّةُ‬
‫‪Surga, taman‬‬ ‫الْ َجنَّةُ‬
‫)‪Jin (makhluq ghaib‬‬ ‫الْ ِجنَّةُ‬
‫‪ .11‬نفقة الرجل على أهله صدقة‬
‫‪Nafkah‬‬ ‫النَّ َف َقةُ‬
‫)‪Seorang laki-laki (dewasa‬‬
‫الر ُجلُ‬
‫َّ‬
‫‪Keluarga‬‬
‫ْاْل َْهلُ‬
‫‪Sedekah‬‬ ‫الص َدقَةُ‬
‫َّ‬
‫‪ .12‬دعوة المظلوم مستجابة‬
‫‪Dakwah, seruan, doa‬‬ ‫َّع َوةُ‬
‫الد ْ‬

‫‪60‬‬
‫‪Orang yang dizalimi‬‬ ‫الْ َمظْلُ ْوُم‬
‫‪Dikabulkan‬‬ ‫اب‬
‫الْ ُم ْستَ َج ُ‬
‫‪ .13‬أعظم آية في القرآن آية الكرسي‬
‫‪Ayat‬‬ ‫ْاْليَةُ‬
‫)‪Ayat Kursi (Al-Baqarah 255‬‬ ‫آيَة الْ ُك ْرِس ِّي‬
‫‪Yang paling agung‬‬ ‫َعظَ ُم‬ ‫ْاْل ْ‬
‫‪ .14‬طلب العلم فريضة على كل مسلم‬
‫‪Setiap, tiap-tiap, seluruh‬‬ ‫ُكل‬
‫‪Kewajiban‬‬ ‫الْ َف ِريْ َ‬
‫ضةُ‬
‫‪Hal mencari, menuntut‬‬
‫الطَّلَ ُ‬
‫ب‬
‫‪ .15‬أكبر الكبائر الشرك بالله‬
‫‪Kemusyrikan‬‬ ‫الش ِّْرُك‬
‫‪Dosa-dosa besar‬‬ ‫الْ َكبَائُِر جمن ال َكبِْي َرةُ‬
‫‪Yang paling besar‬‬ ‫ْاْلَ ْكبَ ُر‬
‫‪ .16‬الديمقراطية نظام كفر‬
‫‪Demokrasi‬‬ ‫الدِّيم ْقر ِ‬
‫اطيَّةُ‬‫ُْ َ‬
‫‪Sistem, aturan‬‬ ‫النِّظَ ُامج ْاْلَنْ ِظ َمةُ‬
‫‪Kekufuran‬‬ ‫الْ ُك ْف ُر‬
‫‪ .17‬الصَلة خير من النوم‬
‫‪Tidur‬‬ ‫الن َّْوُم‬
‫‪ .18‬ترك الجواب على الجاهل جواب‬
‫‪Jawaban‬‬ ‫اب‬
‫الْ َج َو ُ‬
‫‪Hal meninggalkan‬‬ ‫الت َّْرُك‬
‫‪Orang bodoh‬‬ ‫الْج ِ‬
‫اه ُل‬ ‫َ‬
‫‪ .19‬الدنيا كلها متاع ‪ ،‬وخير متاع الدنيا المرأة الصالحة‬

‫‪61‬‬
‫‪Harta‬‬ ‫الْ َمتَاعُ‬
‫‪Wanita‬‬ ‫الْ َم ْرأَةُ‬
‫‪ .21‬الطهور شطر اإليمان‬
‫‪Suci‬‬ ‫الطُّ ُه ْوُر‬
‫‪Separuh, setengah, bagian‬‬ ‫الشطُْر‬‫َّ‬
‫‪ .21‬أفضل اْلعمال الصَلة في أول وقتها‬
‫‪Awal‬‬ ‫ْاْل ََّو ُل‬
‫‪Waktu‬‬ ‫ت‬
‫الْ َوقْ ُ‬
‫‪ .22‬المؤمن مرآة المؤمن‬
‫‪Kaca cermin‬‬ ‫الْ ِم ْرآةُ‬
‫‪ .23‬المسجد بيت كل مؤمن‬
‫‪ .24‬الكبر بطر الحق وغمط الناس‬
‫‪Kesombongan, hal sombong‬‬ ‫الْ ِكْب ُر‬
‫‪Mengingkari, Menolak‬‬ ‫البَطَُر‬
‫‪Kebenaran‬‬ ‫الْ َح ُّق‬
‫‪Merendahkan, menghina‬‬ ‫ط‬
‫الْغَ ْم ُ‬
‫‪ .25‬عامة أهل النار النساء‬
‫‪Umum, kebanyakan‬‬ ‫الْ َع َّامةُ‬
‫‪ .26‬المسك أطيب الطيب‬
‫)‪Misik (jenis minyak wangi‬‬ ‫الْ ِم ْس ُ‬
‫ك‬
‫‪Minyak wangi‬‬
‫الطِّْي ُ‬
‫ب‬
‫‪Paling baik, lebih baik‬‬ ‫ب‬
‫ْاْلَطْيَ ُ‬
‫‪ .27‬مفتاح الجنة الصَلة ومفتاح الصَلة الطهور‬
‫اح‬ ‫ِ‬
‫‪Kunci‬‬
‫الْم ْفتَ ُ‬
‫‪Hal suci, kesucian‬‬ ‫الطُّ ُه ْوُر‬

‫‪62‬‬
‫‪ .28‬الدنيا سجن المؤمن وجنة الكافر‬
‫‪Penjara‬‬ ‫الس ْج ُن‬
‫ِّ‬
‫‪ .29‬الكلمة الطيبة صدقة‬
‫‪Kata, perkataan‬‬ ‫الْ َكلِ َمةُ‬
‫‪Baik‬‬
‫الطَّيِّ ُ‬
‫ب‬
‫‪ .31‬العلماء أمناء الله على خلقه‬
‫‪Kepercayaan‬‬ ‫ْاْل َُمنَاءُ جمن ْاْل َِمْي ُن‬
‫‪Ciptaan‬‬ ‫الْ َخ ْل ُق‬

‫‪63‬‬
3. Macam-macam Bentuk Khabarul Mubtada`
Bentuk Khabarul Mubtada` dalam Jumlah Ismiyyah cukup Vareatif. Ia bisa berupa
lafazh Mufrad (satuan kata), bisa pula berupa Jumlah Mufidah (kalimat sempurna), dan juga
bisa berupa Syibhul Jumlah (susunan mirip kalimat).
a. Berupa Lafazh Mufrad (Satuan Kata)
Yaitu apabila Khabarul Mubtada` berupa satuan lafazh, bukan susunan. Seperti contoh-
contoh Jumlah Ismiyyah yang telah dibahas di atas. Berikut kami tampilkan contoh-contoh
lagi untuk lebih memperjelas gambaran.
ِ ‫الْولَ ُد م‬
‫اهر‬ َ َ
Si anak [itu] pandai
ِ ‫الْ ُقرآ ُن َك ََلم‬
‫الله‬ ُ ْ
Al-Qur`an [adalah] Firman [nya] Allah

‫الْ ُق ْرآ ُن َك ََلم قَ ِديْم‬


Al-Qur`an [adalah] Firman [yang] Azaliy7

‫الْ ُق ْرآ ُن ِش َفاء َوَر ْح َمة‬


Al-Qur`an [adalah] obat [dan] rahmat (Allah)

‫ُستَاذُ ُزَهْي ر‬ ِ
ْ ‫الْ ُم َحاض ُر اْل‬
Penceramahnya [adalah] sang ustadz [yaitu] Zuhair

‫اْ ِإل َم ُام ُجنَّة ُجنَّة‬


Imam [itu] [benar-benar] (laksana) perisai
Yang terhitung sebagai Khabarul Mubtada` pada contoh-contoh ini adalah satuan lafazh,
tepatnya lafazh-lafazh yang bergaris bawah. Meskipun menjadi bagian dari tarkib tertentu
(tarkîb idhâfî, tarkîb washfî, tarkîb ‘athfî, tarkîb badalî, dan tarkîb taukîdî), tapi yang dihukumi
sebagai Khabarul Mubtada` hanya lafazh yang bergaris bawah saja, bukan tarkib secara
keseluruhan. Artinya, apabila ditanya manakah Khabarul Mubtada` dalam kalimat-kalimat
itu? niscaya kita akan dapat menunjuk satu kata tertentu di dalamnya (mâhir, kalâm1, kalâm2,
syifâ`, al-ustâdz, dan junnah1). Ini berbeda dengan bentuk-bentuk Khabarul Mubtada`
berikutnya ini.
b. Berupa Jumlah Mufidah (Kalimat Sempurna)
Telah diketahui sebelumnya bahwa Jumlah Mufidah (kalimat sempurna) ada dua
macam: Jumlah Ismiyyah dan Jumlah Fi’liyyah. Kedua macam Jumlah Mufidah tersebut dapat
menempati posisi sebagai Khabarul Mubtada`.
1) Berupa Jumlah Ismiyyah (Mubtada`-Khabar)

7
Yaitu sifat kekal tidak berawalan atau tanpa permulaan

64
Yaitu manakala ada susunan Jumlah Ismiyyah (Mubtada`-Khabar), dimana Khabarul
Mubtada`-nya adalah susunan Jumlah Ismiyyah (Mubtada`-Khabar) pula.
 Ciri-ciri
1) Mengandung arti “itu” atau “adalah” secara berganda
‫النَّبِ ُّي ُخلُ ُقهُ الْ ُق ْرآ ُن‬
Nabi [itu] akhlak [nya] beliau [adalah] Al-Qur`an
2) Khabarul Mubtada` tidak bisa ditunjuk dalam bentuk satuan kata, melainkan
dalam bentuk susunan Jumlah Ismiyyah yang terdiri dari Mubtada` dan
Khabarnya.
‫النَّبِ ُّي ُخلُ ُقهُ الْ ُق ْرآ ُن‬
al-Nabiyy[u] : Mubtada`
khuluq[u]-hu al-Qur`an[u] : Khabarul Mubtada`
3) Khabarul Mubtada` apabila dibaca secara terpisah sudah merupakan kalimat
sempurna, yakni susunan Mubtada`-Khabar dengan Khabar berupa Isim Mufrad.
‫ُخلُ ُقهُ الْ ُق ْرآ ُن‬
Akhlak [nya] beliau [adalah] Al-Qur`an
atau, kata gantinya dikembalikan ke asalnya:
‫ُخلُ ُق النَّبِ ِّي الْ ُق ْرآ ُن‬
Akhlak [nya] Nabi [adalah] Al-Qur`an
 I’rab
1) Mubtada` 1 : Marfu’
2) Mubtada` 2 : Marfu’
3) Khabarul Mubtada` 2 : Marfu’
4) Jumlah Ismiah (Khabarul Mubtada` 1) : di posisi i’rab Rafa’
 Cara meng-I’rab
‫النَّبِ ُّي ُخلُ ُقهُ الْ ُق ْرآ ُن‬
Nabi [itu] {akhlak [nya] beliau [adalah] Al-Qur`an}
Dalam contoh ini, Mubtada` utama adalah lafazh al-Nabiyy[u]. Sedangkan Khabarnya
bukan berupa satuan lafazh, melainkan berupa rangkaian yang tersusun dari Mubtada`
dan Khabar lagi, yaitu: khuluq[u]hu al-qur`ân[u] (akhlak beliau [adalah] Al-Qur`an), di
mana Mubtada`nya adalah lafazh: khuluq[u] dan Khabarnya: al-qur`ân[u]. Dalam kondisi
semacam ini, Khabarul Mubtada` pertama ber-i’rab rafa’ secara posisi saja, tidak
ditandai dengan harokat. Maka i’rabnya:
- Al-Nabiyy[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada` 1, bertanda Dhammah
- Khuluq[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada` 2, bertanda Dhammah. Dan ia
Mudhâf.
- Hu : Mabni Dhammah, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr sebagai
Mudhâf Ilayhi
- Al- Qur`ân[u] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada` 2, bertanda Dhammah.

65
Dan Jumlah Ismiyyah yang terdiri dari Mubada` 2 dan Khabarnya
berada di posisi i’rab Rafa’, karena sebagai Khabar Mubtada` 1.
Catatan:
Ke-marfu’-an kata Khuluq[u] bukan disebabkan karena sebagai Khabarul Mubtada` 1,
melainkan karena kedudukannya sebagai Mubtada` 2. Dalam kasus ini Khabarul
Mubtada` 1 tidak berupa satuan kata, melainkan susunan kalimat yang terdiri dari
Mubtada` 2 dan Khabarul Mubtada` 2.

‫ُم َح َّمد ُه َو نَبِي َعَربِي‬


Muhammad [itu] {beliau [adalah] seorang nabi [yang] berkebangsaan
Arab}
- Muhammad[un] : Marfû’ karena sebagai Mubtada` 1, bertanda Dhammah
- Huwa : Mabni Fathah, karena ia Isim Dhamir. Menempati posisi Rafa’
karena sebagai Mubtada` 2
- Nabiyy[un] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada` 2, bertanda Dhammah
- ‘Arabiyy[un] : Marfû’ karena sebagai Shifat bagi Nabiyy[un], bertanda Dhammah.
Dan Jumlah Ismiyyah yang terdiri dari Mubada` 2 dan Khabarnya
berada di posisi i’rab Rafa’, karena sebagai Khabar Mubtada` 1
Tanda I’rab untuk Khabarul Mubtada` yang biasanya berupa Dhammah, dalam kasus
Khabarul Mubtada` 1 semacam dua contoh di atas tidak terlihat. Sebab yang
menyandang i’rab rafa’ bukan berupa satuan kata, melainkan susunan kalimat. Artinya,
jika kita ditanya kata manakah dari dua contoh di atas yang merupakan Khabarul
Mubtada` 1? Niscaya tidak dapat menjawabnya dengan satu kata saja, khuluq atau huwa,
karena keduanya bukan Khabarul Mubtada`, melainkan Mubtada` 2 yang dalam
rangkaiannya bersama masing-masing Khabarnya ia berposisi sebagai Khabarul
Mubtada` 1.
2) Berupa Jumlah Fi’liyyah
Yaitu manakala ada susunan Jumlah Ismiyyah (Mubtada`-Khabar), dimana Khabarul
Mubtada`-nya adalah susunan Jumlah Fi’liyyah.
 Ciri-ciri dan ketentuan
1) Khabarul Mubtada` berupa Fi’il-Fa’il atau Fi’il-Fa’il-Maf’ûl Bihi atau Fi’il-Na`ibul
Fa’il
)‫ب (هو‬
ُ ‫َزيْد يَ ْذ َه‬
Zaid (itu) (dia) sedang pergi
Zaid[un] : Mubtada`
Yadzhab[u] : Khabarul Mubtada`
‫َزيْد يَأْ ُك ُل (هو) الطَّ َع َام‬
Zaid (itu) (dia) sedang memakan makanan
Zaid[un] : Mubtada`
Ya`kul[u] al-Tha’âm[a] : Khabarul Mubtada`

66
ُ‫َزيْد تُ ُوفِّ َي ابْنُه‬
Zaid (itu) putranya telah diwafatkan (baca: meninggal)
Zaid[un] : Mubtada`
Tuwuffiya (i)bn[u]hu : Khabarul Mubtada`
2) Fa’il yang tidak tampak setelah Fi’il maka dianggap tersembunyi pada Fi’il tersebut

َ‫َزيْد يَتَ َعلَّ ُم الْ َعَربِيَّة‬


Zaid [itu] dia sedang mempelajari Bahasa Arab
Fa’il bagi yata’allam[u] bukan Zaid[un], karena Fa’il harus berada setelah Fi’il,
sementara lafazh Zaid[un] posisinya di depannya. Yang menjadi Fa’il di situ adalah
dhamir pada Fi’il itu sendiri yang secara imajinatif terhitung sebagai huwa (dia laki-
laki), yang kembali kepada Mubtada` (Zaid).
3) Apabila Fa’il-nya tampak, maka berlaku sebagaimana biasanya

َ‫َزيْد يَتَ َعلَّ ُم ابْنُهُ الْ َعَربِيَّة‬


Zaid [itu] putra [nya] dia sedang mempelajari Bahasa Arab
Fa’il bagi yata’allam[u] di sini adalah ibn[u], bukan Zaid[un].
 I’rab
1) Mubtada` : Marfu’
2) Fi’il : Tergantung
Maksudnya adalah: Tergantung apakah Fi’il Madhin atau Fi’il Mudhari’. Kalau Fi’il
Mudhari’ apakah didahului Harf ‘Amil atau tidak.
3) Fa’il : Marfu’
4) Jumlah Fi’liyyah(Khabarul Mubtada`) : di posisi i’rab Rafa’
 Cara meng-I’rab

َ‫َزيْد يَتَ َعلَّ ُم الْ َعَربِيَّة‬


Zaid [itu] {dia sedang mempelajari Bahasa Arab}
- Zaid[un] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
- Yata’allam[u] : Marfû’ karena tidak didahului ‘Amil, bertanda Dhammah. Fa’il-nya
adalah dhamir pada fi’il yang terhitung: Huwa
- al-‘Arabiyyat[a] : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah
Dan Jumlah Fi’liyyah yang terdiri dari Fi’il dan Fa’il berada di posisi
i’rab Rafa’, karena sebagai Khabarul Mubtada`

َ‫َزيْد يَتَ َعلَّ ُم ابْنُهُ الْ َعَربِيَّة‬


Zaid [itu] {putra [nya] sedang belajar Bahasa Arab}
- Zaid[un] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
- Yata’allam[u] : Marfû’ karena tidak dipengaruhi oleh ‘Amil, bertanda Dhammah
- ibn[u] : Marfû’ karena sebagai Fa’il, bertanda Dhammah. Dan ia Mudhâf.
- Hu : Mabni Dhammah, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr karena
sebagai Mudhâf Ilayhi.
- al-‘Arabiyyat[a] : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah

67
Dan Jumlah Fi’liyyah yang terdiri dari Fi’il dan Fa’il berada di posisi
i’rab Rafa’, karena sebagai Khabar Mubtada`

ُ‫َزيْد لَ ْم يَتَ َعلَّ ْم ابْنُه‬


Zaid [itu] {putra [nya] belum belajar}
- Zaid[un] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
- Lam : Mabni Sukun, karena ia Harf
- Yata’allam[] : Majzûm karena didahului Harf ‘Amil Jazm (Lam), bertanda Sukun
- ibn[u] : Marfû’ karena sebagai Fa’il, bertanda Dhammah. Dan ia Mudhâf.
- Hu : Mabni Dhammah, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr karena
sebagai Mudhâf Ilayhi.
Dan Jumlah Fi’liyyah yang terdiri dari Fi’il dan Fa’il berada di posisi
i’rab Rafa’, karena sebagai Khabar Mubtada`
c. Berupa Syibhul Jumlah (Mirip Kalimat)
Yang dimaksud dengan Syibhul Jumlah ada dua, yaitu: Jârr wa Majrûr dan Zharf.
1) Jârr wa Majrûr
 Ciri-ciri: Khabarul Mubtada berupa susunan yang terdiri dari Harf Jarr dan Isim
Majrur
‫ُزَهْي ر فِي الْ َم ْكتَبَ ِة‬
Zuhair [itu] (ada) di perpustakaan
Zuhair : Mubtada`
Fî al-Maktabat[i] : Khabarul Mubtada`
 I’rab
1) Mubtada` : Marfu’
2) Harf Jarr : Mabni
3) Isim setelah Harf Jarr : Majrur
4) Susunan Jarr wa Majrur : di posisi i’rab Rafa’
 Cara meng-I’rab
‫ُزَهْي ر فِي الْ َم ْكتَبَ ِة‬
Zuhair [itu] (ada) di perpustakaan
- Zuhair[un] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
- Fî : Mabni Sukun, karena ia Harf
- al-Maktabat[i] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah.
Dan Syibhul Jumlah yang berupa Jarr wa Majrur berada di posisi i’rab
Rafa’, karena sebagai Khabar Mubtada`
ِ ‫اإليم‬ ِ ِ ِ
‫ان‬ َ ْ ِْ ‫اتِّبَاعُ الْ َجنَائ ِز من‬
Mengikuti jenazah (ke pemakaman) [adalah] bagian dari iman
- Ittibâ`[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah. Dan ia
Mudhâf.
- al-Janâ`iz[i] : Majrûr karena sebagai Mudhaf ‘Ilayh, bertanda Kasrah

68
- Min : Mabni Sukun, karena ia Harf
- al-Îmân[i] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah.
Dan Syibhul Jumlah yang berupa Jarr wa Majrur berada di posisi i’rab
Rafa’, karena sebagai Khabar Mubtada`
ِ ‫الش ِري‬ ِ ِ ِ
‫ف‬ ْ َّ ‫الرفْ ُق بِالضَّعْيف م ْن ُخلُ ِق‬
ِّ
Berlemah-lembut terhadap orang lemah [adalah] bagian dari akhlak orang
yang mulia
- al-Rifq[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
- Bi : Mabni Kasrah, karena ia Harf
- al-Dha’îf[i] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah
- Min : Mabni Sukun, karena ia Harf
- Khuluq[i] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah. Dan ia
Mudhâf.
- al-Syarîf[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah.
Dan Syibhul Jumlah yang berupa Jarr wa Majrur (Min Khuluq[i] al-
Syarîf[i]) berada di posisi i’rab Rafa’, karena sebagai Khabar
Mubtada`
2) Zharf
 Ciri-ciri
1) Khabarul Mubtada` berupa Tarkîb Idhâfî (Mudhaf-Mudhâf Ilayhi) yang
menunjukkan keterangan waktu (zharf zamân) atau keterangan tempat (zharf
makân).

ِ ‫َّع‬
‫ب‬ َ ‫احةُ بَ ْع َد الت‬
َ ‫الر‬
َّ
Rehat [itu] {setelah [nya] kerja keras}
- al-Râhat[u] : Mubtada`
- ba’da al-Ta’ab[i] : Khabarul Mubtada`
‫الشَّا ِرعُ أ ََم َام الْ َم ْد َر َس ِة‬
Jalan raya [itu] {di depan [nya] Sekolah}
- al-Syâri’[u] : Mubtada`
- amâma al-Madrasat[i] : Khabarul Mubtada`
2) Isim yang lazim digunakan sebagai Zharf

a) zharf zamân (keterangan waktu)


Pada saat, ketika ‫ ِحْي َن‬، ‫ِعْن َد‬ Pada pagi ‫اح‬
َ َ‫صب‬ َ
Sebelum ‫قَ ْب َل‬ Pada sore
َ‫َم َساء‬
‫ب‬ ِ
Setelah
َ ‫ َعق‬، ‫بَ ْع َد‬ Pada malam َ‫لَْي لَة‬
Pada waktu ‫ت‬
َ ْ‫َوق‬ Pada hari ‫يَ ْوَم‬

69
Pada saat, jam َ‫اعة‬
َ ‫َس‬ Pada bulan ‫َش ْهَر‬
Pada detik َ‫َدقِْي َقة‬ Pada tahun ‫ َع َام‬، َ‫َسنَة‬
b) zharf makân (keterangan tempat)
Di, pada, di sisi ‫ِعْن َد‬ Di bawah ‫ت‬َ ‫تَ ْح‬
‫لَ َدى‬ ‫ب‬ ِ
Pada, di sisi, di hadapan Di samping
َ ‫َجان‬
Bersama ‫َم َع‬ Di antara ‫بَْي َن‬
Di depan ‫ أ ََم َام‬، ‫َّام‬
َ ‫قُد‬ Di antara, di sela-sela ‫ِخ ََل َل‬
Di belakang ‫ف‬
َ ‫ َخ ْل‬، َ‫َوَراء‬ Di sekitar, sekeliling ‫َح ْوَل‬
Di atas ‫فَ ْو َق‬ Di tengah-tengah ‫ط‬
َ ‫َو َس‬
Catatan:
- Semua isim zharf di atas adalah isim mu’rab, dibaca nashab dengan tanda
fathah saat berposisi sebagai zharf (keterangan waktu atau tempat). Adapun jika
bukan sebagai zharf atau tidak cocok disisipi arti saat/pada/di, maka
menyesuikan posisi i’rab-nya sebagai apa. Misal sebagai mubtada`:
‫يَ ْومُ الْ ُج ُم َع ِة ِعْي ُد الْ ُم ْسلِ ِمْي َن‬
Hari jum’at adalah hari-raya nya kaum muslim
- Di antara isim zharf ada yang mabni, yaitu ( ‫ث‬ُ ‫ ) َحْي‬artinya: dimana.
 I’rab
1) Mubtada` : Marfu’
2) Zharf : Manshub
3) Susunan Zharf : di posisi i’rab Rafa’
 Cara meng-I’rab
‫الشَّا ِرعُ أ ََم َام الْ َم ْد َر َس ِة‬
Jalan raya [itu] {di depan [nya] Sekolah}
- al-Syâri’[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
- Amâm[a] : Manshûb karena sebagai Zharf, bertanda Fathah. Dan ia Mudhâf.
- al-Madrasat[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah.
Dan susunan Zharf yang berupa Mudhaf dan Mudhâf Ilayhi
berada di posisi i’rab Rafa’, karena sebagai Khabar Mubtada`

‫ص ََلةُ الْعِ َش ِاء بَ ْع َد الْ َع َش ِاء‬


َ
Shalat Isya` [itu] {setelah [nya] makan malam}
- Shalât[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah. Dan ia
Mudhâf.
- al-‘Isyâ`[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah

70
- Ba’d[a] : Manshûb karena sebagai Zharf, bertanda Fathah. Dan ia Mudhâf.
- al-‘Asyâ`[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah.
Dan susunan Zharf yang berupa Mudhaf dan Mudhâf Ilayhi
(Ba’d[a] al-‘Asyâ`[i]) berada di posisi i’rab Rafa’, karena sebagai
Khabar Mubtada`
d. Khabarul Mubtada` yang Dimajukan
Asalnya, dalam Jumlah Ismiyyah urutan Khabarul Mubtada` adalah di belakang
Mubtada` sebagaimana telah lalu dibahas. Akan tetapi pada kondisi-kondisi tertentu ia
bisa dan bahkan harus berposisi di depan mendahului Mubtada`. Namun demikian dari
segi I’rab, Mubtada` dan Khabarul Mubtada` tetap sebagaimana yang telah lalu dijelaskan.
Yang dibahas kali ini hanya mengidentifikasi secara umum perubahan posisinya saja.
Berikut ciri-ciri yang paling menonjol:
1) Ketika berawalan Syibhul Jumlah (Jarr wa Majrur atau Zharf), kemudian disusul Isim
yang yang seolah-olah Khabar namun sejatinya adalah Mubtada`.
a) Contoh berawalan Jarr wa Majrur
‫فِي الْ َم ْكتَبَ ِة طََُّلب‬
Di perpustakaan ada murid-murid
Fî al-Maktabat[i] : Khabarul Mubtada` yang didahulukan
Thullâb[un] : Mubtada` yang diakhirkan
b) Berawalan Zharf
‫احة‬ ِ ‫َّع‬
َ ‫ب َر‬ َ ‫بَ ْع َد الت‬
Setelah kesusah-payahan ada rehat
Ba’da al-Ta’ab[i] : Khabarul Mubtada` yang didahulukan
Râhat[un] : Mubtada` yang diakhirkan
2) Ketika berawalan Isim Istifham yang mengandung arti Zharf (‫ أين‬، ‫)متى‬, dan disusul isim
Ma’rifah yang sejatinya adalah Mubtada`.
‫اعةُ؟‬
َ ‫الس‬
َّ ‫َمتَى‬
Kapankah hari kiamat (itu)?
Matâ : Khabarul Mubtada` yang didahulukan
al-Sâ’at[u] : Mubtada` yang diakhirkan
ِ ‫متَى نَصر‬
‫الله؟‬ ُْ َ
Kapan pertolongan Allah itu (datang)?
Catatan:
Apabila yang menyusulnya bukan berupa Isim Ma’rifah melainkan berupa Fi’il, seperti:
‫َمتَى تُ َسافُِر؟‬

71
Kapan anda akan melakukan perjalanan?
Maka bukan termasuk pembahasan Jumlah Ismiyah.
 Cara meng-I’rab
‫فِي الْ َم ْكتَبَ ِة ُزَهْي ر‬
{Di perpustakaan} ada Zuhair
- Fî : Mabni Sukun, karena ia Harf
- al-Maktabat[i] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah.
Dan Syibhul Jumlah Fî al-Maktabat[i] berada di posisi i’rab Rafa’,
karena sebagai Khabar Mubtada` yang didahulukan.
- Zuhair[un] : Marfû’ karena sebagai Mubtada` yang diakhirkan, bertanda
Dhammah

‫أ ََم َام الْ َم ْد َر َس ِة َشا ِرع‬


{Di depan [nya] Sekolah} ada Jalan raya
- Amâm[a] : Manshûb karena sebagai Zharaf, bertanda Fathah. Dan ia
Mudhâf.
- al-Madrasat[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah.
Dan Syibhul Jumlah Amâm[a] al-Madrasat[i] berada di posisi i’rab
Rafa’, karena sebagai Khabar Mubtada` yang didahulukan
- Syâri’[un] : Marfû’ karena sebagai Mubtada` yang diakhirkan, bertanda
Dhammah
‫اعةُ؟‬
َ ‫الس‬
َّ ‫َمتَى‬
Kapankah hari kiamat itu?
- Matâ : Mabni Sukun, karena ia Isim Istifham. di posisi i’rab Rafa’ karena
sebagai Khabarul Mubtada` yang didahulukan
- al-Sâ’at[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada` yang diakhirkan, bertanda
Dhammah

LATIHAN III
Harokatilah dengan lengkap kalimat-kalimat berikut ini seraya menerjemahkannya, lalu
jelaskan bagaimana I’rabnya!

‫ الحياء من اإليمان‬.1
Hal malu
ُ‫الْ َحيَاء‬
‫الشْيطان‬
َ ‫ الغضب من‬.2
Hal marah ‫ب‬
ُ‫ض‬َ َ‫الغ‬
‫ سوء الخلق يعدي‬.3

72
‫‪Keburukan‬‬
‫الس ْوءُ‬
‫ُّ‬
‫‪Akhlak‬‬ ‫الخلُ ُق‬
‫ُ‬
‫‪Menular‬‬ ‫يُ ْع ِد ْي‬
‫‪ .4‬الرزق بيد الله‬
‫‪Rizki‬‬ ‫الرْز ُق‬
‫ِّ‬
‫‪Tangan‬‬ ‫اليَ ُد‬
‫‪ .5‬الكذب ينقص الرزق‬
‫ب‪،‬‬ ‫ِ‬
‫‪Hal berbohong, berdusta‬‬
‫ال َكذ ُ‬
‫ب‬ ‫ِ‬
‫الك ْذ ُ‬
‫‪Mengurangi‬‬ ‫ص‬
‫يَْن ُق ُ‬
‫‪ .6‬خير صَلة النساء في قعر بيوتهن‬
‫‪Sebaik-baik, paling baik, baik‬‬ ‫الخْي ُر‬
‫َ‬
‫‪Bagian dalam, dalam‬‬ ‫ال َق ْع ُر ُ‬
‫وت جمن‬
‫البُيُ ُ‬
‫‪Rumah-rumah‬‬
‫ت‬‫البَ ْي ُ‬
‫‪ .7‬سَلمة اإلنسان في حفظ اللسان‬
‫‪Keselamatan‬‬ ‫الس ََل َمةُ‬
‫َّ‬
‫‪Hal menjaga‬‬ ‫ظ ُ‬‫الح ْف ُ‬‫ِ‬
‫‪Lisan, lidah‬‬ ‫اللِّ َسا ُن‬
‫‪ .8‬مودة الصديق تظهر وقت الضيق‬
‫‪Kecintaan‬‬ ‫ال َم َوَّدةُ‬
‫‪Teman‬‬ ‫الص ِديْ ُق ُ‬
‫َّ‬
‫‪Tanpak‬‬ ‫تَظْ َه ُر‬
‫‪Waktu‬‬ ‫ت‬‫الوقْ ُ‬ ‫َ‬
‫‪Kesempitan‬‬ ‫الضْي ُق‬
‫ِّ‬
‫‪ .9‬الدال على الخير كفاعله‬

‫‪73‬‬
‫‪Orang yang menunjukkan‬‬ ‫الد ُّ‬
‫َّال‬
‫‪Orang yang melakukan‬‬ ‫الْ َف ِ‬
‫اع ُل ُ‬
‫‪ .11‬الحمد ٰلله والصَلة والسَلم على رسول الله‬
‫‪Segala puji‬‬ ‫الْ َح ْم ُد‬
‫‪Rahmat, shalawat‬‬ ‫الص ََلةُ ُ‬
‫َّ‬
‫‪Kedamaian, salam‬‬ ‫الس ََل ُم‬
‫َّ‬
‫‪ .11‬قيام ليلة القدر من اإليمان‬
‫‪Hal berdiri, shalat malam‬‬ ‫ِ‬
‫القيَ ُام‬
‫‪ .12‬الحب في الله والبغض في الله من اإليمان‬
‫‪Hal menyukai, mencintai‬‬ ‫ب‬‫الح ُّ‬
‫ُ‬
‫‪Hal membenci‬‬ ‫ض‬
‫البُ ْغ ُ‬
‫‪Di, di dalam, tentang, karena, selama,‬‬
‫‪pada‬‬
‫فِي‬

‫‪ .13‬بين الكفر واإليمان ترك الصَلة‬


‫‪Kekufuran‬‬ ‫ال ُك ْف ُر‬
‫‪Keimanan‬‬ ‫ا ِإليْ َما ُن‬
‫‪Hal meninggalkan‬‬ ‫الت َّْرُك‬
‫‪ .14‬رضا الرب في رضا الوالد وسخط الرب في سخط الوالد‬
‫‪Keridhaan, hal meridhai‬‬ ‫ضا‬‫ال ِر َ‬
‫‪Tuhan‬‬ ‫ب‬‫الر ُّ‬‫َّ‬
‫‪Orang tua‬‬ ‫الْ َوالِ ُد‬
‫‪Kemurkaan, murka‬‬ ‫ط‬
‫الس ْخ ُ‬‫ُّ‬
‫‪ .15‬الرؤيا الصالحة من الله والرؤيا السوء من الشيطان‬
‫‪Mimpi‬‬ ‫الرْؤيَا‬
‫ُّ‬
‫‪Baik‬‬ ‫الصالِ ُح‬
‫َّ‬
‫‪Buruk‬‬
‫الس ْوءُ‬
‫ُّ‬

‫‪74‬‬
‫‪ .16‬اْلنبياء أحياء في قبورهم‬
‫‪Hidup‬‬ ‫َحيَاءُ جمن الْ َح ُّي‬ ‫اْل ْ‬
‫‪Kubur, makam‬‬ ‫الْ ُقبُ ْوُر جمن الْ َقْب ُر‬
‫‪ .17‬التثاؤب في الصَلة من الشيطان‬
‫‪Hal menguap‬‬ ‫ب‬
‫التَّثَ ُاؤ ُ‬
‫‪ .18‬الدجال عينه خضراء‬
‫‪Dajjal‬‬ ‫ال‬
‫َّج ُ‬
‫الد َّ‬
‫‪Hijau‬‬
‫ضَراءُ‬‫َخ ْ‬
‫‪ .19‬الحجر اْلسود من حجارة الجنة‬
‫‪Bebatuan‬‬ ‫ِ‬
‫الح َج َارةُ‬
‫‪ .21‬الجنة بناؤها لبنة من فضة ولبنة من ذهب‬
‫ِ‬
‫‪Bangunan‬‬
‫الْبنَاءُ‬
‫‪Batu bata‬‬ ‫اللَّبِنَةُ‬
‫‪Perak‬‬ ‫ضةُ‬‫الف َّ‬‫ِ‬
‫‪Emas‬‬ ‫ب‬
‫ال َذ َه ُ‬
‫‪ .21‬اإلثمد يجلو البصر وينبت الشعر‬
‫)‪Celak (untuk mata‬‬ ‫ا ِإلثْ ِم ُد‬
‫‪Menjadikan terang/jelas‬‬ ‫َج ََل‪-‬يَ ْجلُو‬
‫‪Penglihatan‬‬ ‫ص ُر‬
‫الْبَ َ‬
‫‪Menumbuhkan‬‬ ‫ت‪-‬يُْنبِ ُ‬
‫ت‬ ‫أَنْبَ َ‬
‫‪Rambut, bulu‬‬ ‫َّع ُر‬
‫الش ْ‬

‫‪75‬‬
4. Nawâsikh
Kata Nawâsikh adalah bentuk jamak dari Nâsikh, yang artinya pembatal. Maksudnya di
sini adalah sejumlah kata tertentu yang berupa Fi’il dan Harf yang membatalkan hukum
susunan inti dalam Jumlah Ismiyyah yang telah dibahas sebelumnya. Dalam perannya
tersebut, Nawâsikh terbagi menjadi dua kelompok:
- Kâna dan kerabatnya, yang kesemuanya adalah Fi’il; dan
- Inna dan kerabatnya, yang kesemuanya adalah Harf

Misalnya Jumlah Ismiyyah berikut.


ِ َ‫زيد ت‬
‫اجر‬ َْ
Zaid adalah seorang pedagang
Dari segi susunan inti, kalimat tersebut –sebagaimana telah dipelajari sebelumnya– terdiri
dari Mubtada` (Zayd[un]) dan Khabarul Mubtada` (Tâjir[un]). Namun setelah dimasuki atau
didahului salah satu Nawâsikh yang ada dari dua kelompok di atas, sehingga menjadi:
ِ َ‫َكا َن زيد ت‬
ً‫اجرا‬ َْ
Adalah Zaid itu seorang pedagang
dan
ِ َ‫إِ َّن زيداً ت‬
‫اجر‬ َْ
Sesungguhnya Zaid adalah seorang pedagang
maka susunan intinya tidak lagi terdiri dari Mubtada` dan Khabarul Mubtada`, melainkan
terdiri dari: Nâsikh, Isim-nya, dan Khabar-nya. Apabila Nasikh-nya berupa Kâna maka
susunan intinya terdiri dari: Kâna, Isim Kâna, dan Khabar Kâna. Dan apabila Nasikh-nya
berupa Inna, maka susunan intinya terdiri dari: Inna, Isim Inna, dan Khabar Inna. Berikut
rinciannya.
a. Kâna dan Kerabatnya
 Ciri-ciri dan ketentuan
1) Berawalan Kâna atau kerabatnya.
(Adalah) …
ُ ‫َكا َن‬
ِ َ‫َكا َن زيد ت‬
‫اجًرا‬ َْ
Adalah Zaid itu seorang pedagang
Kerabat Kâna antara lain adalah:
Menjadi ِ ‫صار‬
ََ
Menjadi, di waktu ِ ‫َصبح‬
pagi َ َْ ‫أ‬
Bukan, tidak ‫س‬َ ‫لَْي‬
Senantiasa, selalu,
masih َ ‫ظَ َّل‬

76
Senantiasa, terus,
... ‫َما َز َال‬
masih
… selama … ... ‫ َما َد َام‬...
2) Selalu memiliki Isim dan Khabar
ِ َ‫َكا َن زيد ت‬
‫اجًرا‬ َْ
Adalah Zaid itu seorang pedagang
Zayd[un] : Isim Kâna
Tâjir[an] : Khabar Kâna
Namun ada kalanya Isim-nya berupa dhamir yang terkandung dalam fi’il nasikh:
‫ُزَهْي ر َعالِم َوَكا َن ُم َعلِّ ًما‬
Zuhair adalah seorang ‘alim (berilmu), dan adalah beliau itu seorang
pengajar
Isim Kâna di situ bukan Zuhair, melainkan dhamir pada fi’il yang secara imajiner
terhitung: Huwa, yang kembalinya kepada Zuhair. Perkiraannya adalah:
‫ُزَهْي ر َعالِم َوَكا َن ( ُه َو ) ُم َعلِّ ًما‬
3) Kâna dan kerabatnya dalam bentuk Madhin, Mudhari’, atau Amar nya ber-’amal
sama
‫َكا َن ُزَهْي ر ُم َعلِّ ًما‬
Adalah Zuhair itu seorang pengajar

‫يَ ُك ْو ُن ُزَهْي ر ُم َعلِّ ًما‬


Zuhair menjadi seorang pengajar

‫صا‬ ِ
ً ‫ُك ْن ُم ْخل‬
Jadilah (anda) orang ikhlas
Penjelasan yang terakhir sama dengan di atas, bahwa Isim Kâna di situ
tersembunyi. Yang perkiraannya adalah:
ِ
‫صا‬ َ ْ‫ُك ْن ( أَن‬
ً ‫ت ) ُم ْخل‬
4) Khabar Kâna sebagaimana Khabarul Mubtada`, bisa berupa Isim Mufrad (satuan),
bisa berupa Jumlah Mufidah, dan bisa berupa Syibhul Jumlah.

ً ْ‫َكا َن َزيْد َم ِري‬


‫ضا‬
Zaid itu sakit

‫ضهُ َش ِديْد‬
ُ ‫َكا َن َزيْد َمَر‬
Zaid itu sakitnya parah

َ‫َّواء‬
َ ‫ب الد‬
ُ ‫َكا َن َزيْد يَ ْشَر‬

77
Zaid itu dia sedang minum obat

ِ‫ح ْجرة‬ ِ
َ ُ ْ‫َكا َن َزيْد في ال‬
Zaid itu berada di dalam kamar

‫َكا َن َزيْد ِعْن َد الْ َم ْس ِج ِد‬


Zaid itu berada di masjid
5) Khabar Kâna ada kalanya dimajukan mendahului Isim-nya. Yaitu manakala berupa
syibhul jumlah (zharf atau jârr wa majrûr).
‫َكا َن فِي الْ ُح ْجَرةِ َزيْد‬
Adalah di dalam kamar itu ada Zaid

‫َكا َن ِعْن َد الْ َم ْس ِج ِد َزيْد‬


Adalah di masjid itu ada Zaid
 I’rab
1) Kâna dan kerabatnya : mengikuti aturan I’rab Fi’il
2) Isim Kâna : Marfu’
3) Khabar Kâna : Manshub
 Cara meng-I’rab
ِْ ‫َكا َن‬
ً‫اإل َم ُام ُجنَّة‬
Adalah pemimpin [itu] (laksana) perisai
- Kâna : Mabni Fathah, karena ia Fi’il Madhin
- Al-Imâm[u] : Marfû’ karena sebagai Isim Kâna, bertanda Dhammah
- Junnat[an] : Manshûb karena sebagai Khabar Kâna, bertanda Fathah

ِ ‫َكا َن الْموت ه ِاذم اللَّ َّذ‬


‫ات‬ َ َ ُ َْ
Adalah kematian [itu] merupakan pemutus segala kelezatan (duniawi)
- Kâna : Mabni Fathah, karena ia Fi’il Madhin
- Al-Maut[u] : Marfû’ karena sebagai Isim Kâna, bertanda Dhammah
- Hâdzim[a] : Manshûb karena sebagai Khabar Kâna, bertanda Fathah. Dan ia
Mudhâf.
- Al-Ladzdzât[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah

ِ ‫َّع‬
‫ب‬ َ ‫احةُ بَ ْع َد الت‬
َ ‫الر‬
َ ‫ت‬ ْ َ‫َكان‬
Adalah rehat [itu] {setelah [nya] kerja keras}
- Kânat : Mabni Fathah, karena ia Fi’il Madhin
- Al-Râhat[u] : Marfû’ karena sebagai Isim Kana, bertanda Dhammah
- Ba’d[a] : Manshûb karena sebagai Zharf, bertanda Fathah. Dan ia Mudhâf.
- Al-Ta’ab[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah.

78
Dan Syibhul Jumlah Ba’d[a] Al-Ta’ab[i] berada di posisi i’rab Nashab,
karena sebagai Khabar Kâna

‫الصَر َع ِة‬
ُّ ِ‫يد ب‬ ِ ‫لَيس الش‬
ُ ‫َّد‬ َ ْ
Orang yang kuat itu bukanlah dengan jago gulat
- Laysa : Mabni Fathah, karena ia Fi’il Madhin
- Al-Syadîd[u] : Marfû’ karena sebagai Isim Laysa, bertanda Dhammah
- Bi : Mabni Kasrah, karena ia Harf
- Al-Shura’at[i] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah
Dan Syibhul Jumlah Bi Al-Shura’at[i] berada di posisi i’rab Nashab,
karena sebagai Khabar Laysa

‫ضهُ َش ِديْد‬
ُ ‫ص َار َزيْد َمَر‬
َ
Jadilah Zaid itu sakitnya parah
- Shâra : Mabni Fathah, karena Fi’il Madhin
- Zaid[un] : Marfû’ karena sebagai Isim Shâra, bertanda Dhammah
- Maradh[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah. Dan ia
Mudhâf.
- Hu : Mabni Fathah, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr karena
sebagai Mudhâf Ilayhi.
- Syadîd[un] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah.
Dan Jumlah Ismiyah Maradh[u]-hu Syadîd[un] di posisi i’rab Nashab
karena sebagai Khabar Shâra
b. Inna dan Kerabatnya
 Ciri-ciri dan ketentuan
1) Berawalan Inna atau kerabatnya
Sesungguhnya … ‫إِ َّن‬
ِ َ‫إِ َّن زي ًدا ت‬
‫اجر‬ َْ
Sesungguhnya Zaid itu pedagang
Kerabat Inna:
Sesungguhnya, bahwa َّ ‫أ‬
‫َن‬
Seperti, seolah-olah َّ ‫َكأ‬
‫َن‬
Tetapi ‫ٰل ِك َّن‬
Semoga, hendaknya,
‫ت‬
َ ‫لَْي‬
sekiranya
Barangkali, semoga ‫لَ َع َّل‬
2) Selalu memiliki Isim dan Khabar

79
‫إِ َّن ُزَهْي ًرا ُم َعلِّم‬
Sungguh Zuhair itu seorang pengajar
3) Khabar Inna sebagaimana Khabarul Mubtada`, bisa berupa Isim Mufrad (satuan),
bisa berupa Jumlah Mufidah, dan bisa juga berupa Syibhul Jumlah.
‫إِ َّن َزيْ ًدا َم ِريْض‬
Sungguh Zaid itu sakit

‫ضهُ َش ِديْد‬
ُ ‫إِ َّن َزيْ ًدا َمَر‬
Sungguh Zaid itu sakitnya parah

َ‫َّواء‬ ُ ‫إِ َّن َزيْ ًدا يَ ْشَر‬


َ ‫ب الد‬
Sungguh Zaid itu dia sedang minum obat

ِ‫إِ َّن َزيْ ًدا فِي الْ ُح ْجرة‬


َ
Sungguh Zaid itu berada di dalam kamar
ِ ‫ف الْب‬
‫اب‬َ َ ‫إِ َّن َزيْ ًدا َخ ْل‬
Sungguh Zaid itu berada di balik pintu
4) Khabar Inna ada kalanya dimajukan mendahului Isim-nya. Yaitu manakala berupa
syibhul jumlah (zharf atau jarr wa majrur).
ً‫إِ َّن فِي الْ ُح ْجَرةِ َزيْدا‬
Sesungguhnya di dalam kamar itu ada Zaid

‫إِ َّن َم َع الْعُ ْس ِر يُ ْسًرا‬


Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
 I’rab
1) Inna dan kerabatnya : Mabni, karena semuanya harf
2) Isim Inna : Manshub
3) Khabar Inna : Marfu’
 Cara meng-I’rab
ِْ ‫إِ َّن‬
‫اإل َم َام ُجنَّة‬
Sesungguhnya pemimpin [itu] (laksana) perisai
- Inna : Mabni Fathah, karena ia Harf
- Al-Imâm[a] : Manshûb karena sebagai Isim Inna, bertanda Fathah
- Junnat[un] : Marfû’ karena sebagai Khabar Inna, bertanda Dhammah

‫إِ َّن َم َع الْعُ ْس ِر يُ ْسًرا‬


Sesungguhnya bersama (baca: sesudah) kesulitan itu ada kemudahan

80
- Inna : Mabni Fathah, karena ia Harf
- Ma’a : Manshûb karena sebagai Zharf, bertanda Fathah. Dan ia Mudhâf.
- Al-‘Usr[i] : Majrûr karena sebagai Mudhâf Ilayhi, bertanda Kasrah.
Dan Syibhul Jumlah Ma’a al-‘Usr[i] di posisi i’rab Rafa’ karena sebagai
Khabar Inna yang didahulukan
- Yusr[an] : Manshûb karena sebagai Isim Inna yang diakhirkan, bertanda
Fathah
‫ضهُ َش ِديْد‬
ُ ‫إِ َّن َزيْ ًدا َمَر‬
Sesungguhnya Zaid itu sakitnya dia adalah parah
- Inna : Mabni Fathah, karena ia Harf
- Zaid[an] : Manshûb karena sebagai Isim Inna, bertanda Fathah
- Maradh[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah. Dan ia
Mudhâf.
- Hu : Mabni Fathah, karena ia Isim Dhamir. di posisi i’rab Jarr karena
sebagai Mudhâf Ilayhi.
- Syadîd[un] : Marfû’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah.
Dan Jumlah Maradh[u]hu Syadîd[un] di posisi i’rab Rafa’ karena
sebagai Khabar Inna
‫ك طَالِب نَ ِشْيط‬
َ َّ‫إِن‬
Sungguh kamu adalah seorang murid yang rajin
- Inna : Mabni Fathah, karena ia Harf
- Ka : Mabni Fathah, karena ia isim dhamir. Di posisi I’rab nashab karena
sebagai Isim Inna.
- Thalib[un] : Marfu’ karena sebagai Khabar Inna, bertanda dhammah.
- Nasyith[un] : Marfu’ karena sebagai shifat/na’at bagi thalib[un], bertanda
dhammah.

LATIHAN IV
Harokatilah Kalimat-kalimat berikut ini sambil menentukan terjemahannya, kemudian
jelaskan I’rab masing-masing kata di dalamnya!

‫ إن الوقاية خير من العَلج‬.1


ُ ‫ج‬ ِ
Pengobatan
ُ ‫الْع ََل‬
ُ‫الْ ِوقَايَة‬
Perlindungan, kewapadaan,
pencegahan

‫ كان الله عليما حكيما‬.2


Mahatahu ‫الْ َعلِْي ُم‬
Mahabijaksana ُ ‫الْ َح ِكْي ُم‬

81
‫‪ .3‬إن الله غفور رحيم‬
‫‪Mahapenyayang‬‬ ‫الرِحْي ُم ُ‬‫َّ‬
‫‪Mahapengampun‬‬ ‫الْغَ ُف ْوُر‬
‫‪ .4‬إن الله كان عليما حكيما‬
‫‪ .5‬ليس ظهر الرجل من العورة‬
‫‪Laki-laki‬‬
‫الر ُجلُ‬ ‫َّ‬
‫‪Aurat‬‬ ‫الْ َع ْوَرةُ ُ‬
‫‪Punggung‬‬ ‫الظَّ ْه ُر‬
‫‪ .6‬إن الحياء من اإليمان‬
‫‪Rasa malu‬‬
‫الْ َحيَاءُ‬
‫‪ .7‬إن كثرة الضحك تميت القلب‬
‫‪Hal banyak‬‬ ‫ال َكثْ َرةُ‬
‫‪Hal tertawa‬‬ ‫ك‬ ‫الض ِ‬
‫َّح ُ‬
‫ت‬ ‫ِ‬
‫‪Mematikan‬‬ ‫ات‪-‬يُمْي ُ‬ ‫أ ََم َ‬
‫الرحمن‬
‫‪ .8‬كان الهدف من خلق البشر عبادة ٰ‬
‫‪Manusia‬‬ ‫الْبَ َش ُر‬
‫ادةُ‬ ‫ِ‬
‫‪Hal menyembah, ibadah‬‬ ‫الْعبَ َ‬
‫‪Tujuan‬‬ ‫ف‬‫الْ َه َد ُ‬
‫‪Penciptaan, ciptaan‬‬ ‫الْ َخ ْل ُق ُ‬
‫‪ .9‬ظل الشارع مزدحما في النهار‬
‫‪Siang hari‬‬ ‫َّه ُار‬
‫الن َ‬
‫‪Sesak, padat‬‬ ‫الْ ُم ْزَد ِح ُم‬
‫‪Jalan besar‬‬ ‫الشَّا ِرعُ‬
‫‪ .11‬إن الهدى هدى الله‬
‫‪Petunjuk‬‬ ‫الْ ُه َدى‬

‫‪82‬‬
‫‪ .11‬إن الماهر بالقرآن مع السفرة الكرام البررة‬
‫‪Malaikat‬‬ ‫السافُِر‬‫الس َفَرةُ جمن َّ‬ ‫َّ‬
‫‪Yang mulia‬‬ ‫الْ ِكَر ُام جمن الْ َك ِريْ ُم‬
‫‪Yang baik‬‬ ‫الْبَ َرَرةُ جمن الْبَ ُّار‬
‫‪ .12‬إن أكرمكم عند الله أتقاكم‬
‫‪Paling mulia‬‬ ‫ْاْلَ ْكَرُم‬
‫‪Paling bertaqwa‬‬ ‫ْاْلَتْ َقى‬
‫‪ .13‬كأن الرجل الشجاع أسد‬
‫‪Singa‬‬ ‫َس ُد‬
‫ْاْل َ‬
‫‪Pemberani‬‬ ‫ُّجاعُ‬
‫الش َ‬
‫‪ .14‬إن الدين عند الله اإلسَلم‬
‫‪Agama‬‬ ‫الدِّيْ ُن‬
‫‪Utang‬‬ ‫الدَّيْ ُن‬
‫‪ .15‬لعل الساعة قريب‬
‫‪Jam, saat, hari kiamat‬‬ ‫اعةُ‬
‫الس َ‬‫َّ‬
‫‪Dekat‬‬
‫الْ َق ِريْ ُ‬
‫ب‬
‫‪ .16‬ليس على مسافر جمعة‬
‫‪Orang yang melakukan safar‬‬ ‫الْ ُم َسافُِر‬
‫)‪Ibadah jum’at (jum’atan‬‬ ‫الْ ُج ُم َعةُ‬

‫‪83‬‬
5. Jumlah Syarthiyyah (Kalimat Bersyarat)
Yaitu susunan kalimat yang terbentuk dari dua bagian yang saling berkaitan erat.
Bagian pertama disebut Jumlatusy Syarth (kalimat syarat), dan bagian ke-dua disebut Jawâbusy
Syarth (jawaban syarat).
 Ciri-ciri:
1) Memiliki susunan inti: Adâtusy Syarth (perangkat syarat)-Jumlah Syarth (kalimat
syarat)-Jawâbusy Syarth (jawaban kalimat syarat)
‫َم ْن َج َّد َو َج َد‬
Barangsiapa bersungguh-sungguh maka dapatlah ia
Man : Adâtusy Syarth
Jadda : Jumlah Syarth (kalimat syarat)
Wajada : Jawâbusy Syarth (jawaban kalimat syarat)
Ada kalanya disisipi dengan huruf Fâ` (fâ`ul jawâb) yang artinya maka, atau Lâm (lâmul
jawâb) yang artinya niscaya.
‫َصابِ َع‬
َ ‫ت فَ َخلِّ ْل اْل‬ َّ ‫إِ َذا تَ َو‬
َ ْ‫ضأ‬
Apabila kamu berwudhu maka gosoklah sela-sela jemarimu
Idzâ : Adâtusy Syarth
Tawadhdha`ta : Jumlah Syarth (kalimat syarat)
Fa : Fâ`ul Jawâb
Khallil al-Ashâbi’[a] : Jawâbusy Syarth (jawaban kalimat syarat)
‫ت البِ ََل ُد‬
ْ ‫لَ ْوََل الْ َع ْد ُل لََف َس َد‬
Kalau bukan karena keadilan niscaya negeri-negeri akan rusak
Lawlâ : Adâtusy Syarth
Al-‘Adl[u] (Mawjûd[un]) : Jumlah Syarth (kalimat syarat)
La : Lâmul Jawâb
Fasadat al-Bilâd[u] : Jawâbusy Syarth (jawaban kalimat syarat)
2) Jumlah Syarth dan Jawâbusy Syarth masing-masing dari keduanya bisa berupa Jumlah
Ismiyyah dan bisa berupa Jumlah Fi’liyyah

‫ت البِ ََل ُد‬


ْ ‫لَ ْوََل الْ َع ْد ُل لََف َس َد‬
Kalau bukan karena keadilan, niscaya negeri-negeri akan rusak
Jumlah Syarth : Jumlah Ismiyyah. Yaitu: Al-‘Adl[u] Mawjûd[un], dengan Khabar
yang disembunyikan. Seakan-akan kalimatnya berbunyi:
‫ت البِ ََل ُد‬
ْ ‫(م ْو ُج ْود) لََف َس َد‬
َ ‫لَ ْوََل الْ َع ْد ُل‬
Kalau bukan karena keadilan (itu ada), niscaya negeri-negeri akan
rusak
Jawab Syarth : Jumlah Fi’liyyah. Yaitu: Fasadat al-Bilâd[u]

84
‫َم ْن َج َّد َو َج َد‬
Barangsiapa bersungguh-sungguh maka dapatlah ia
Jumlah Syarth : Jumlah Fi’liyyah. Yaitu: Jadda, dengan Fa’il berupa dhamir
pada fi’il yang terhitung: huwa (dia laki-laki), yang itu kembali
ke lafazh Man. Seakan-akan berbunyi:

ُ ‫َم ْن َج َّد‬
‫(ه َو) َو َج َد‬
Jawab Syarth : Jumlah Fi’liyyah. Yaitu: Wajada, dengan Fa’il berupa dhamir
pada fi’il yang terhitung sebagai: huwa (dia laki-laki), yang itu
kembali ke lafazh Man. Seakan-akan berbunyi:
)‫(ه َو‬ ُ ‫َم ْن َج َّد‬
ُ ‫(ه َو) َو َج َد‬
‫َم ْن تَ َشبَّهَ بَِق ْوم فَ ُه َو ِمْن ُه ْم‬
Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan
mereka
Jumlah Syarth : Jumlah Fi’liyyah: Tasyabbaha, dengan Fa’il berupa dhamir pada
fi’il yang terhitung: huwa (dia laki-laki), yang kembali ke lafazh
Man. Seakan-akan berbunyi:
‫(ه َو) بَِق ْوم فَ ُه َو ِمْن ُه ْم‬
ُ َ‫َم ْن تَ َشبَّه‬
Jawab Syarth : Jumlah Ismiyyah: Huwa min-hum, dengan Huwa sebagai
Mubtada`, dan min-hum (Syibhul Jumlah) sebagai Khabar-nya.
3) Adâtusy Syarth (perangkat-perangkat syarat) di antaranya adalah apa yang telah
dihafal pada Langkah 2 (Isim Syarth). Yaitu:

Jika ... maka/niscaya ... ‫إِ َذا‬


Ketika … maka/niscaya ... ‫لَ َّما‬
Barang siapa ... maka/niscaya ... ‫َم ْن‬
Di mana … maka/niscaya ... ‫أَيْنَ َما‬
Setiap kali ... maka/niscaya ... ‫ُكلَّ َما‬
Bagaimanapun ... maka/niscaya ... ‫َكْي َف َما‬
Di manapun … maka/niscaya ... ‫َحْيثُ َما‬
Dan berikut ini Adâtusy Syarth dari golongan Harf:

Jika ... maka/niscaya ... ‫إِ ْن‬


Adapun ... maka/niscaya ... ‫أ ََّما‬

85
Kalau … maka/niscaya ... ‫لَ ْو‬
Kalau bukan (karena) … maka/niscaya ... ‫لَ ْوََل‬
4) Adâtusy Syarth dari segi ‘amal terbagi menjadi dua: ‘Amil Jazm (beramal men-jazm-kan)
dan Ghairu ‘Amil (tidak beramal)
1. ‘Amil Jazm (beramal men-jazm-kan). Yakni ber’amal men-jazm-kan dua Fi’il
Mudhari’ (Fi’il Mudhari’ pada Jumlah Syarth dan Fi’il Mudhari’ pada Jawab Syarth).
Antara lain adalah:

Barang siapa ... maka/niscaya ... ‫َم ْن‬


Kapan ... maka/niscaya ... ‫َمتَى‬
Di/ke manapun ... maka/niscaya ... ‫أَيْنَ َما‬
Bagaimanapun ... maka/niscaya ... ‫َكْي َف َما‬
Di manapun ... maka/niscaya ... ‫َحْيثُ َما‬
Jika ... maka/niscaya ... ‫إِ ْن‬
Contoh:
‫ص ْد‬
ُ ‫َم ْن يَ ْزَر ْع يَ ْح‬
Barangsiapa menanam, maka ia akan memanen

ْ ‫ب أَ ْذ َه‬
‫ب‬ ْ ‫َمتَى تَ ْذ َه‬
Kapan kamu pergi aku pun pergi

‫اط َمةُ يَُرافِ ْق َها َع ُّم َها‬


ِ َ‫أَي نَما تَ ْذهب ف‬
ْ َ َْ
Ke manapun Fathimah pergi, pamannya selalu menemaninya
ِ ‫َكي َفما تُع ِامل‬
َ ْ‫ك يُ َع ِامل‬
‫ك‬ َ ‫صديْ َق‬
َ ْ َ َ ْ
Bagaimana engkau memperlakukan temanmu, begitulah ia akan
memperlakukanmu

ُ‫صلَ َحة‬ ِ
ْ ‫َّق ال َم‬
ْ ‫َحْيثُ َما يُطَبَّ ْق َش ْرعُ الله تَتَ َحق‬
Dimanapun syari’at Allah diterapkan, kemaslahatan akan terealisasi

‫إِ ْن تَ ْجتَ ِه ْد تَْن َج ْح‬


Jika anda berusaha keras, maka anda akan berhasil
Apabila Fi’il Mudhari’ hanya ada satu, yaitu di Jumlah Syarth, maka ia tetap ber-i’rab
Jazm. Contoh:
ِ
ُ‫َوَم ْن يَتَ َوَّك ْل َعلَى الله فَ ُه َو َح ْسبُه‬

86
Barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Dia (Allah) menjadi penjamin atas
(urusan) nya.
Atau Fi’il Mudhari’ ada dua namun yang satu didahului oleh ‘Amil I’rab lain
(Nashab). Contoh:

‫ضلِ ْل اللَّهُ فَلَ ْن تَ ِج َد لَهُ َسبِ ًيَل‬


ْ ُ‫َوَم ْن ي‬
Barangsiapa yang disesatkan oleh Allah, maka niscaya kamu tidak akan
menemukan ada jalan untuknya.
2. Ghairu ‘Âmil (tidak ber’amal). Di antaranya yaitu semua Adâtusy Syarth di atas selain
yang ber’amal jazm yang telah disebutkan.

Jika ... maka/niscaya ... ‫إِ َذا‬


Ketika, manakala ... maka/niscaya ... ‫لَ َّما‬
Setiap kali ... maka/niscaya ... ‫ُكلَّ َما‬
Adapun ... maka/niscaya ... ‫أ ََّما‬
Kalau ... maka/niscaya ... ‫لَ ْو‬
Kalau bukan (karena) ... maka/niscaya
‫لَ ْوََل‬
...

Contoh:
‫إِ َذا تَ َّم الْ َع ْق ُل قَ َّل الْ َك ََل ُم‬
Apabila akal seseorang telah sempurnya, niscaya ia akan sedikit bicara.

ً‫اإلنْ َسا ُن ِم ْن فِطَْرتِِه أَ ْن يَ ْعبُ َد َشْياا‬


ِْ ‫ان فِطْ ِرياً َكا َن‬ ِ ِ ْ‫لَ َّما َكا َن التَّ ْق ِدي‬
ِ ‫اإلنْس‬
َ ْ ‫س في‬
ُ
Tatkala pengkultusan itu bersifat fitri (sifat bawaan) dalam diri manusia,
maka sudah menjadi fitrah manusia untuk menyembah sesuatu.
ِ‫ُكلَّما سنَ ْقرأُ الْ ُقرآ َن نَت َف َّوه بِ ِاَلستِعا َذة‬
َْ ُ َ ْ َ َ َ
Setiapkali kita hendak membaca al-Qur`an, kita melafalkan isti’âdzah
(bacaan ta’awwudz)

‫ِّث‬ َ ِّ‫َوأ ََّما بِنِ ْع َم ِة َرب‬


ْ ‫ك فَ َحد‬
Dan adapun terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan

‫ب بِ َك َذا‬ ِ ِ َ ْ‫لَو ساِل‬


ْ ‫ت ب َك َذا فَأَج‬ ُ ْ
Kalau kamu ditanya begini, maka jawablah begini

‫ت البِ ََل ُد‬


ْ ‫لَ ْوََل الْ َع ْد ُل لََف َس َد‬
Kalau bukan karena keadilan, niscaya negeri-negeri akan rusak
 I’rab

87
1) Adûtusy Syarth (isim/harf) : Mabni
2) Fi’il Syarth
a) Jika berupa Fi’il Madhin : Mabni
b) Jika berupa Fi’il Mudhari’, dilihat dulu:
- Jika Adûtusy Syarth Ghairu ‘Amil : Marfu’
- Jika Adûtusy Syarth ‘Amil Jazm : Majzum
3) Fi’il Jawabusy Syarth
a) Jika berupa Fi’il Madhin : Mabni
b) Jika berupa Fi’il Mudhari’, dilihat dulu:
- Jika Adûtusy Syarth Ghairu ‘Amil : Marfu’
- Jika Adûtusy Syarth ‘Amil Jazm : Majzum
c) Jika berupa Fi’il Amar : Mabni
 Cara Meng-I’rab
‫إِ ْن تَ ْجتَ ِه ْد تَْن َج ْح‬
Jika anda berusaha keras, niscaya anda akan berhasil
- In : Mabni sukun, karena ia Harf
- Tajtahid[] : Majzûm karena didahului Harf Jazm (In), bertanda Sukun. Fa’il-nya
dhamir pada fi’il yang terhitung: anta
- Tanjah[] : Majzûm karena didahului Harf Jazm (In), bertanda Sukun. Fa’il-nya
dhamir pada fi’il yang terhitung: anta.
ِ‫ُكلَّما سن ْقرأُ الْ ُقرآ َن نَت َف َّوه بِ ِاَلستِعاذَة‬
َ ْ ُ َ ْ َ ََ َ
Setiapkali kita hendak membaca al-Qur`an, kita melafalkan isti’âdzah
(bacaan ta’awwudz)
- Kullamâ : Mabni fathah, karena ia Isim Syarth
- Sa : Mabni fathah, karena ia Harf
- Naqra`[u] : Marfu’ karena tidak dipengaruhi ‘amil, bertanda Dhammah. Fa’il-
nya dhamir pada fi’il yang terhitung sebagai: nahnu
- Al-Qur`ân[a] : Manshûb karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah.
- Natafawwah[u] : Marfu’ karena tidak dipengaruhi ‘amil, bertanda Dhammah. Fa’il-
nya dhamir pada fi’il yang terhitung sebagai: nahnu
- Bi : Mabni kasrah, karena ia Harf
- Al-Isti’âdzat[i] : Majrûr karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah

‫ت البِ ََل ُد‬


ْ ‫لَ ْوََل الْ َع ْد ُل لََف َس َد‬
Kalau bukan karena keadilan, niscaya negeri-negeri akan rusak
- Lawlâ : Mabni sukun, karena ia Harf
- Al-‘Adl[u] : Marfû’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah. Sedangkan
Khabar-nya (mawjûd[un]) tersembunyi
- La : Mabni Fathah, karena ia Harf

88
- Fasadat : Mabni Fathah, karena ia Fi’il Madhin
- Al-Bilad[u] : Marfû’ karena sebagai Fa’il, bertanda Dhammah
ِ
ُ‫َوَم ْن يَتَ َوَّك ْل َعلَى الله فَ ُه َو َح ْسبُه‬
Barangsiapa bertawakkal kepada Allah, niscaya Dia (Allah) lah penjamin
urusannya.
- Wa : Mabni Fathah, karena ia Harf
- Man : Mabni Sukun, karena ia Isim Syarth
- Yatawakkal[] : Majzum karena didahului ‘Amil Jazm, bertanda Sukun. Fa’il-nya
dhamir pada fi’il yang terhitung: Huwa
- ‘Alâ : Mabni Sukun, karena ia Harf
- Allâh[i] : Majrur karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah.
- Fa : Mabni Fathah, karena ia Harf
- Huwa : Mabni Fathah, karena ia Isim Dhamir. Di posisi i’rab Rafa’, karena
sebagai Mubtada`.
- Hasb[u] : Marfu’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah.
Dan ia Mudhaf
- Hu : Mabni Dhammah karena ia Isim Dhamir, di posisi i’rab Jarr karena
sebagai Mudhaf Ilayhi.

LATIHAN V
Harokatilah Kalimat-kalimat berikut ini sambil menentukan terjemahannya! Lalu i’rab-lah
kata-kata yang bergaris bawah!

‫ لوَل الشريعة لكان الناس كالبهائم‬.1


Binatang, hewan ُ ‫البَ َهائِ ُم جمن البَ ِهْي َم ِة‬
‫ من قل صدقه قل صديقه‬.2
Teman ُ ‫الص ِديْ ُق‬
َ
Kejujuran ِ
‫الص ْد ُق‬
Sedikit ‫قَ َّل يَِق ُّل‬
‫ وإذا سألك عبادي عني فإني قريب‬.3
Bertanya, meminta ُ ‫َسأ ََل يَ ْسأ َُل‬
Hamba, budak ‫العْب ِد‬
َ ‫اد جمن‬
ِ
ُ َ‫العب‬
Dekat
ُ ْ‫ال َق ِري‬
‫ب‬
‫ من بنى لله مسجدا بنى الله له بيتا في الجنة‬.4

89
‫‪Membangun‬‬ ‫بَنَى يَْبنِ ْي ُ‬
‫‪ .5‬لوَل أن الكَلب أمة من اْلمم ْلمرت بقتلها‬
‫ب جمن الْ َك ْل ِ‬
‫ب ُ‬ ‫ِ‬
‫‪Anjing‬‬
‫الْك ََل ُ‬
‫‪Umat‬‬ ‫ْاْل َُم ُم جمن ْاْل َُّم ِة‬
‫‪Menyuruh, memerintah‬‬ ‫أ ََمَر يَأْ ُم ُر‬
‫‪Hal membunuh, pembunuhan‬‬
‫ال َقْتلُ‬
‫‪ .6‬من انتهب فليس منا‬
‫ب‬ ‫ِ‬
‫ب‪-‬يَْنتَه ُ‬ ‫انْتَ َه َ‬
‫‪Merampas harta‬‬

‫‪ .7‬إذا استيقظ أحدكم من نومه فَل يدخل يده في اإلناء حتى يغسلها‬
‫‪Bangun tidur‬‬ ‫ظ ُ‬ ‫اِ ْستَ ْي َق َ‬
‫ظ‪-‬يَ ْستَ ْي ِق ُ‬
‫‪Tidur‬‬ ‫الن َّْوُم‬
‫ِ‬
‫‪Memasukkan‬‬
‫أ َْد َخ َل‪-‬يُ ْدخلُ‬
‫‪Bejana‬‬
‫ا ِإلنَاءُ‬
‫ِ‬
‫‪Mencuci‬‬
‫َغ َس َل‪-‬يَ ْغسلُ‬
‫‪ .8‬إذا انتعل أحدكم فليبدأ باليمنى وإذا خلع فليبدأ باليسرى‬
‫‪Mengenakan sandal‬‬ ‫اِنْتَ َع َل‪-‬يَْنتَعِ ُل ُ‬
‫‪Memulai‬‬ ‫بَ َدأَ‪-‬يَْب َدأُ‬
‫‪Kanan‬‬ ‫الْيُ ْمنَى‬
‫‪Melepas‬‬ ‫َخلَ َع‪-‬يَ ْخلَ ُع‬
‫اليُ ْسَرى ِضد الْيُ ْمنَى‬
‫‪ .9‬من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له طريقا إلى الجنة‬
‫‪Melewati, menempuh‬‬ ‫ك ُ‬ ‫ك‪-‬يَ ْسلُ ُ‬ ‫َسلَ َ‬
‫‪Jalan‬‬ ‫الطَّ ِريْ ُق‬
‫س‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫‪Mencari‬‬
‫س‪-‬يَ ْلتَم ُ‬ ‫الْتَ َم َ‬
‫‪Mempermudah‬‬
‫َس َّه َل‪-‬يُ َس ِّهلُ‬

‫‪90‬‬
‫‪ .11‬إذا تزوج العبد فقد استكمل نصف الدين‬
‫‪Menikah‬‬ ‫ج ُ‬ ‫تَ َزَّو َج‪-‬يَتَ َزَّو ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫‪menyempurnakan‬‬
‫ا ْستَ ْك َم َل‪-‬يَ ْستَ ْكملُ‬
‫‪Setengah, separuh‬‬ ‫ف‬‫ِّص ُ‬
‫الن ْ‬
‫‪ .11‬لوَل اإلسناد لقال من شاء ما شاء‬
‫‪Sanad hadits‬‬ ‫اد ُ‬‫ا ِإل ْسنَ ُ‬
‫‪Menghendaki‬‬
‫َشاءَ‪-‬يَ َشاءُ‬
‫‪ .12‬من كان يؤمن بالله واليوم اْلخر فليكرم جاره‬
‫‪Menghormati‬‬ ‫أَ ْكَرَم‪-‬يُ ْك ِرُم ُ‬
‫‪Tetangga‬‬ ‫الْ َج ُار‬
‫‪ .13‬حيثما مررت بقبر كافر فبشره بالنار‬
‫‪Melewati, melintasi‬‬ ‫َمَّر‪-‬يَ ُمُّر ُ‬
‫‪Kuburan, makam‬‬ ‫الْ َقْب ُر‬
‫‪Memberi kabar gembira‬‬ ‫بشَّر‪-‬ي بشِّر بِ‬
‫َ َ َُ ُ‬
‫‪ .14‬من َل يشكر الناس َل يشكر الله‬
‫‪Bersyukur/berterimakasih kepada‬‬ ‫َش َكَر‪-‬يَ ْش ُك ُر ُ‬
‫‪ .15‬من َل يرحم الناس َل يرحمه الله‬
‫‪Menyayangi‬‬ ‫َرِح َم‪-‬يَ ْر َح ُم ُ‬
‫‪ .16‬من عمل عمَل ليس عليه أمرنا فهو رد‬
‫‪Perintah, perkara, urusan‬‬ ‫ْاْل َْم ُر ُ‬
‫‪Penolakan, tertolak‬‬ ‫الرُّد‬
‫َّ‬
‫‪ .17‬من َل يرحم َل يرحم ومن َل يغفر َل يغفر له‬
‫‪Menyayangi‬‬ ‫َرِح َم‪-‬يَ ْر َح ُم ُ‬
‫‪Disayangi‬‬ ‫ُرِح َم‪-‬يُْر َح ُم‬
‫‪Mengampuni‬‬ ‫َغ َفَر‪-‬يَ ْغ ِف ُر‬

‫‪91‬‬
‫‪Diampuni‬‬ ‫غُ ِفَر‪-‬يُ ْغ َف ُر‬
‫‪ .18‬من لم يرحم صغيرنا ويعرف حق كبيرنا فليس منا‬
‫‪Kecil, anak kecil‬‬ ‫الصغِْي ُر ُ‬ ‫َّ‬
‫‪Tahu, mengetahui‬‬ ‫ف‪-‬يَ ْع ِر ُ‬
‫ف‬ ‫َعَر َ‬
‫‪Besar, orang yang sudah tua‬‬ ‫الْ َكبِْي ُر‬
‫‪ .19‬من لقي الله َل يشرك به شياا دخل الجنة‬
‫‪Berjumpa‬‬ ‫لَِق َي‪-‬يَ ْل َقى ُ‬
‫‪Menyekutukan‬‬ ‫أَ ْشرَك‪-‬ي ْش ِرُك بِ‬
‫َ ُ‬
‫‪ .21‬من لعب بالنرد فقد عصى الله ورسوله‬
‫ب ُ‬ ‫ِ‬
‫‪Bermain‬‬
‫ب‪-‬يَ ْل َع ُ‬‫لَع َ‬
‫‪Dadu‬‬ ‫الن َّْرُد‬
‫عصى‪-‬ي ع ِ‬
‫ص ْي‬
‫‪Bermaksiat, durhaka terhadap‬‬ ‫َ َ َْ‬
‫‪ .21‬من لبس الحرير في الدنيا لم يلبسه في اْلخرة‬
‫س ُ‬ ‫ِ‬
‫‪Memakai pakaian‬‬
‫س‪-‬يَ ْلبَ ُ‬ ‫لَب َ‬
‫‪Kain sutra‬‬ ‫الْ َح ِريْ ُر‬
‫‪ .22‬من غسل الميت فليغتسل ومن حمله فليتوضأ‬
‫‪Memandikan‬‬ ‫َغ َّس َل‪-‬يُغَ ِّسلُ ُ‬
‫‪Mandi, mandi besar‬‬ ‫اِ ْغتَ َس َل‪-‬يَ ْغتَ ِس ُل‬
‫ِ‬
‫‪Membawa, mengusung‬‬
‫َح َم َل‪-‬يَ ْحملُ‬

‫‪‬‬

‫‪92‬‬
Al-Imam Muhammad bin Idris Al-Syafi’i
–rahimahullâh–
‫ ِْلَنَّهُ اللِّ َسا ُن‬، ‫َحد يَ ْق ِد ُر َعلَى تَ َعلُّ ِم الْ َعَربِيَّ ِة أَ ْن يَتَ َعلَّ َم َها‬ ِ ِ
َ ‫‹ يَْنبَغي ل ُك ِّل أ‬
› ... ‫ْاْل َْولَى بِأَ ْن يَ ُك ْو َن َمْرغُ ْوبًا فِْي ِه‬

“Sepatutnya bagi siapa saja yang mampu belajar


Bahasa Arab agar mempelajarinya, karena Bahasa
Arab merupakan bahasa yang utama untuk
dicintai ...”8

8
Ibnu Taimiyyah al-Hambali, Iqtidhâ` al-Shirâth al-Mustaqîm, juz 1 hlm. 521

93
LANGKAH 4

Memahami Hal-hal yang Mempengaruhi


I’rab Isim dan I’rab Fi’il

Target:
 Mengetahui kapan saja Isim dan Fi’il ber-I’rab Rafa’
 Mengetahui kapan saja Isim dan Fi’il ber-I’rab Nashab
 Mengetahui kapan saja Isim ber-I’rab Jarr
 Mengetahui kapan saja Fi’il ber-I’rab Jazm

Indikator:
 Mampu mengharokati akhiran kata-kata Isim Mu’rab yang menempati posisi i’rab
Rafa’, Nashab, dan Jarr; serta mampu meng-i’rab-nya
 Mampu mengharokati akhiran kata-kata Fi’il Mu’rab yang menempati posisi i’rab
Rafa’, Nashab, Jazm; serta mampu meng-i’rab-nya
 Mampu mengartikan kata-kata Isim dan Fi’il dalam berbagai i’rab-nya pada
kalimat

94
A. Hal-hal yang Mempengaruhi I’rab Isim
Sebagaimana telah diketahui sebelumnya bahwa I’rab Isim itu hanya tiga saja, yaitu:
Rafa’, Nashab, dan Jarr. Nah, materi berikut ini adalah rincian hal apa saja yang
mempengaruhi tiga i’rab Isim tersebut. Yakni hal apa saja yang menjadikannya ber-I’rab
Rafa’, hal apa saja yang menjadikannya ber-I’rab Nashab, dan hal apa saja yang
menjadikannya ber-I’rab Jarr? Berikut rinciannya.
1. Penyebab Isim Ber-I’rab Rafa’
Isim ber-I’rab Rafa’ dengan tanda dasar Dhammah, manakala menempati posisi
sebagai: Mubtada`, Khabarul Mubtada`, Isim Kâna beserta kerabatnya, Khabar Inna besarta
kerabatnya, Fâ’il, dan Nâ`ibul Fâ’il.
a. Posisi sebagai Mubtada`
Sebagaimana telah dibahas di langkah sebelumnya, Mubtada` merupakan posisi
i’rab Rafa’, dengan tanda dasar Dhammah.
 Contoh dan cara meng-i’rabnya

‫ا ِإل ْس ََل ُم ِديْ ُن الْ َح ِّق‬


Islam itu agama kebenaran
Al-Islâm[u] : Marfu’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah
b. Posisi sebagai Khabarul Mubtada`
Sebagaimana juga telah dibahas di langkah sebelumnya, Khabarul Mubtada` juga
merupakan posisi i’rab Rafa’, dengan tanda dasar Dhammah.
 Contoh dan cara meng-i’rabnya

‫ا ِإل ْس ََل ُم ِديْ ُن الْ َح ِّق‬


Islam itu agama kebenaran
Dîn[u] : Marfu’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Dhammah
c. Posisi sebagai Isim Kâna beserta kerabatnya
Sebagaimana juga telah dibahas di langkah sebelumnya, bahwa Isim Kâna beserta
kerabatnya merupakan posisi i’rab Rafa’, dengan tanda dasar Dhammah.
 Contoh dan cara meng-i’rabnya

‫اإل ْس ََل ُم ِديْ َن الْ َح ِّق‬


ِْ ‫َكا َن‬
Islam adalah agama kebenaran
Al-Islâm[u] : Marfu’ karena sebagai Isim Kâna, bertanda Dhammah
d. Posisi sebagai Khabar Inna beserta kerabatnya
Sebagaimana juga telah dibahas di langkah sebelumnya, bahwa Khabar Inna beserta
kerabatnya merupakan posisi i’rab Rafa’, dengan tanda dasar Dhammah.

95
 Contoh dan cara meng-i’rabnya

‫اإل ْس ََل َم ِديْ ُن الْ َح ِّق‬


ِْ ‫إِ َّن‬
Sungguh Islam adalah agama kebenaran
Dîn[u] : Marfu’ karena sebagai Khabar Inna, bertanda Dhammah
e. Posisi sebagai Fâ’il
Sebagaimana juga telah dibahas di langkah sebelumnya, bahwa Fâ’il merupakan
posisi i’rab Rafa’, dengan tanda dasar Dhammah.
 Contoh dan cara meng-i’rabnya

‫قَ َام َزيْد‬


Zaid telah berdiri
Zayd[un] : Marfu’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah
f. Posisi sebagai Nâ`ibul Fâ’il
Sebagaimana juga telah disinggung di langkah sebelumnya, bahwa Nâ`ibul Fâ’il
merupakan posisi i’rab Rafa’, dengan tanda dasar Dhammah.
 Contoh dan cara meng-i’rabnya

‫اب‬ ِ
ُ َ‫فُت َح الْب‬
Pintu itu telah dibuka
Al-Bâb[u] : Marfu’ karena sebagai Nâ`ibul Fâ’il, bertanda Dhammah
2. Penyebab Isim Ber-I’rab Nashab
Isim ber-I’rab Nashab dengan tanda dasar Fathah, manakala menempati posisi sebagai:
Khabar Kâna beserta kerabatnya, Isim Inna besarta kerabatnya, Mafâ’îl (Maf’ûl Bihi, Maf’ûl Fîhi,
Maf’ûl Li-Ajlihi, dan Maf’ûl Mutlaq), Hal, Tamyiz, dan Munada.
a. Posisi sebagai Khabar Kâna beserta kerabatnya
Sebagaimana juga telah dibahas di langkah sebelumnya, bahwa Khabar Kâna beserta
kerabatnya merupakan posisi i’rab Nashab, dengan tanda dasar Fathah.
 Contoh dan cara meng-i’rabnya

‫اإل ْس ََل ُم ِديْ َن الْ َح ِّق‬


ِْ ‫َكا َن‬
Islam adalah agama kebenaran
Dîn[a] : Manshub karena sebagai Khabar Kâna, bertanda Fathah. Dan ia
adalah Mudhaf
b. Posisi sebagai Isim Inna beserta kerabatnya
Sebagaimana juga telah dibahas di langkah sebelumnya, bahwa Isim Inna beserta
kerabatnya merupakan posisi i’rab Nashab, dengan tanda dasar Fathah.

96
 Contoh dan cara meng-i’rabnya

‫اإل ْس ََل َم ِديْ ُن الْ َح ِّق‬


ِْ ‫إِ َّن‬
Sungguh Islam adalah agama kebenaran
Al-Islâm[a] : Manshub karena sebagai Isim Inna, bertanda Fathah
c. Posisi sebagai Mafâ’îl
Mafâ’îl adalah bentuk jamak dari Maf’ûl, yaitu Isim yang ber-i’rab Nashab disebabkan
oleh pengaruh Fi’il yang datang sebelumnya. Ia memiliki beberapa macam, diantara yang
terpenting adalah: Maf’ûl Bihi, Maf’ûl Fîhi (Zharf), Maf’ûl li-Ajlih, dan Maf’ûl Muthlaq. Berikut
rinciannya.
1) Maf’ûl Bihi
 Ciri-ciri : Isim yang berarti Objek bagi fi’il yang datang sebelumnya.
 Contoh dan cara meng-i’rabnya

‫س‬ ِ
َ ‫فَه َم َزيْد الد َّْر‬
Zaid telah memahami pelajaran
Al-Dars[a] : Manshub karena sebagai Maf’ûl Bihi, bertanda Fathah
Catatan:
Di antara Fi’il ada yang memerlukan lebih dari satu Maf’ul. Contohnya dalam kalimat:
ِ
ً‫س َس ْهَل‬ ُ ‫ظَ َّن الطَّال‬
َ ‫ب الد َّْر‬
Murid itu mengira pelajarannya gampang
Al-Dars[a] : Manshub karena sebagai Maf’ul Bihi 1, bertanda Fathah
Sahl[an] : Manshub karena sebagai Maf’ul Bihi 2, bertanda Fathah
Di antara fi’il yang memiliki lebih dari satu maf’ûl bihi adalah:

‫ب‬ ِ
Mengira
َ ‫َحس‬
Menjadikan ‫َج َع َل‬
‫َّخ َذ‬ ِ
Menjadikan َ ‫ات‬
Memberi ‫أ َْعطَى‬
Meminta, bertanya ‫َسأ ََل‬
2) Maf’ûl Fîhi (Zharf)
 Ciri-ciri : Isim yang berarti Keterangan Tempat atau Keterangan Waktu bagi
fi’il yang datang sebelumnya.
 Contoh dan cara meng-i’rabnya

97
‫ظَ َهَر الْ َق َم ُر لَْي ًَل‬
Rembulan itu tampak pada waktu malam
Layl[an] : Manshub karena sebagai Zharaf, bertanda Fathah

‫ط الْ َمْي َد ِان‬


َ ‫قَ َع َد َزيْد َو َس‬
Zaid duduk di tengah lapangan
Wasath[a] : Manshub karena sebagai Zharaf, bertanda Fathah. Dan ia adalah
Mudhaf
3) Maf’ûl li-Ajlih
 Ciri-ciri dan ketentuan
 Isim yang berarti Alasan yang melatar-belakangi fi’il sebelumnya

 Berupa Mashdar (bentuk Isim) dari fi’il-fi’il yang artinya berupa


aktifitas hati (af’âlul qulûb).
 Contoh dan cara meng-i’rabnya

‫َسافَ َر َزيْد طَلَبًا لِْلعِْل ِم‬


Zaid melakukan perjalanan demi menuntut ilmu
Thalab[an] : Manshub karena sebagai Maf’ûl li-Ajlih, bertanda Fathah

‫َّم ِم ْن َذنْبِ ِه‬ ِ ِ ‫من صام رمضا َن إِيمانًا و‬


َ ‫احت َسابًا غُفَر لَهُ َما تَ َقد‬
ْ َ َ ْ َ ََ َ َ ْ َ
Barang siapa berpuasa Ramadhan karena keimanan dan berharap pahala
maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu
Îmân[an] : Manshub karena sebagai Maf’ûl li-Ajlih, bertanda Fathah
4) Maf’ûl Muthlaq
 Ciri-ciri
 Isim yang berarti salah satu dari tiga: penegasan, menerangkan
bentuk, dan menerangkan frekuensi; bagi fi’il yang datang
sebelumnya.
 Umumnya berupa Mashdar dari fi’il yang datang sebelumnya.

 Contoh dan cara meng-i’rabnya

ً‫ت إِيْ َمانا‬


ُ ‫َآمْن‬
Aku benar-benar beriman
Îmân[an] : Manshub karena sebagai Maf’ûl Muthlaq, bertanda Fathah

‫َس ِد‬
َ ‫ب ْاْل‬ ُّ ‫ب الْ ِق‬
َ ‫ط ُوثُ ْو‬ َ َ‫َوث‬
Kucing itu melompat layaknya lompatan singa

98
Wutsûb[a] : Manshub karena sebagai Maf’ûl Muthlaq, bertanda Fathah. Dan ia
adalah Mudhaf

‫ت أَ ْكلَةً فِي الْيَ ْوِم‬


ُ ْ‫أَ َكل‬
Aku makan sekali dalam sehari
Aklat[an] : Manshub karena sebagai Maf’ûl Muthlaq, bertanda Fathah
d. Sebagai Hâl
Hâl artinya keadaan. Maksudnya di sini adalah isim dengan i’rab Nashab yang
menerangkan keadaan, dengan tanda dasar Fathah.
 Ciri-ciri
 Menerangkan keadaan Fâ’il atau keadaan Maf’ûl Bihi terkait Fi’il
yang ada dalam suatu kalimat. Pada umumnya diartikan: Sambil,
Sedang, atau Dengan. Contoh Hâl menerangkan keadaan Fâ’il:

‫ب َجالِ ًسا‬
ُ ‫أَ ْشَر‬
Aku minum (sambil) duduk
Contoh Hâl menerangkan keadaan Maf’ûl Bihi:

‫ك َجالِ ًسا‬
َ ُ‫نَظَْرت‬
Aku melihatmu (sedang) duduk
 Umumnya berupa isim nakirah dengan pola Isim Fâ’il atau Isim Maf’ûl.
Di antaranya yaitu:
Pola Isim Maf’ul Pola Isim Fa’il
‫َم ْفعُ ْول‬ ِ َ‫ف‬
‫اعل‬
‫ ُم ْف َعل‬، ‫ ُم َف َّعل‬، ‫اعل‬
َ ‫ُم َف‬ ‫ ُم ْفعِل‬، ‫ ُم َف ِّعل‬، ‫اعل‬ِ ‫م َف‬
ُ
‫ ُمْن َف َعل‬، ‫ ُم ْفتَ َعل‬، ‫ ُمتَ َفعَّل‬، ‫اعل‬ ِ ِ ِ
َ ‫ ُمْن َفعل ُمتَ َف‬، ‫ ُم ْفتَعل‬، ‫ ُمتَ َف ِّعل‬، ‫ُمتَ َفاعل‬
‫ُم ْستَ ْف َعل‬ ‫ُم ْستَ ْفعِل‬
 Hâl bisa berupa Jumlah dan Syibhul Jumlah.

Contoh Hâl berupa Jumlah:

‫ت َزيْ ًدا قَ َد ُمهُ َم ْج ُرْوح‬


ُ ‫نَظَْر‬
Aku melihat Zaid (sedang) kakinya terluka

‫ت َزيْ ًدا يَ ْقَرأُ الْ ُق ْرآ َن‬


ُ ‫نَظَْر‬
Aku melihat Zaid (sedang) membaca al-Qur`an
Contoh Hâl berupa Syibhul Jumlah:

99
‫ت َزيْ ًدا فِي الْ َم ْس ِج ِد‬
ُ ‫نَظَْر‬
Aku melihat Zaid (sedang) di masjid

‫ت َزيْ ًدا أ ََم َام الْ َم ْس ِج ِد‬


ُ ‫نَظَْر‬
Aku melihat Zaid (sedang) di depan masjid
 Contoh dan cara meng-i’rabnya

ِ‫السيَّارة‬ ِ
َ َّ ‫َجاءَ َزيْد َراكباً َعلَى‬
Zaid datang (dalam keadaan) mengendarai mobil
Râkib[an] : Manshub karena sebagai Hâl, bertanda Fathah

‫السيَّ َارَة‬
َّ ‫ب‬ُ ‫َجاءَ َزيْد يَ ْرَك‬
Zaid datang (dalam keadaan) mengendarai mobil
Jumlah Yarkab[u] ... dst. di posisi i’rab Nashab karena sebagai Hâl
e. Sebagai Tamyîz
Tamyîz artinya hal mengistimewakan atau membedakan. Maksudnya di sini adalah
isim ber-i’rab Nashab yang menerangkan hal spesifik atau pembeda dari Isim atau
Ungkapan sebelumnya yang masih umum atau global, dengan memiliki tanda dasar
Fathah.
 Ciri-ciri
 Menerangkan hal spesifik atau pembeda dari isim tertentu yang
datang sebelumnya. Contoh:

ُ ْ‫َش ِرب‬
ً‫ت ُك ْوباً َماء‬
Aku meminum segelas (spesifiknya) air
Penyebutan air (mâ`[an]) adalah sebagai penjelas bagi kata segelas
(kûb[an]) yang masih umum, atau sebagai pembeda dari zat cair
lainnya, seperti susu, madu, minyak, dll.
 Menerangkan spesifikasi hal tertentu yang dibicarakan sebelumnya.
Contoh:

‫ب ِج ْس ًما َو َعلِي أَ ْكثَ ُرُه ْم ِع ْل ًما‬


ِ ‫ُزَهْي ر أَ ْكب ر الطََُّّل‬
َُ
Zuhair adalah yang paling besar (spesifiknya) badannya di antara murid-
murid, sedangkan Ali adalah yang paling banyak di antara mereka
(spesifiknya) ilmunya.
Penyebutan badan (jism[an]) adalah sebagai penjelas bagi ungkapan
sebelumnya yang masih umum “Zuhair adalah paling besar di antara
murid-murid”, yang belum jelas apanya?. Boleh jadi dia paling besar
tasnya, kepalanya, matanya, dll.

100
 Contoh dan cara meng-i’rabnya

ُ ْ‫َش ِرب‬
ً‫ت ُك ْوباً َماء‬
Aku meminum segelas air
Mâ`[an] : Manshub karena sebagai Tamyîz, bertanda Fathah

‫ب ِج ْس ًما َو َعلِي أَ ْكثَ ُرُه ْم ِع ْل ًما‬


ِ ‫ُزَهْي ر أَ ْكب ر الطََُّّل‬
َُ
Zuhair adalah yang paling besar (spesifiknya) badannya di antara murid-
murid, sedangkan Ali adalah yang paling banyak di antara mereka
(spesifiknya) ilmunya.
Jism[an] : Manshub karena sebagai Tamyîz, bertanda Fathah
‘Ilm[an] : Manshub karena sebagai Tamyîz, bertanda Fathah
f. Ketika didahului Harf Lâ al-Nâfiyah lil-Jins
Lâ al-Nâfiyah lil-Jins adalah Harf Lâ ( ‫ ) َل‬yang berfaidah menafikan jenis isim yang
datang setelahnya, yang disebut dengan Isim Lâ al-Nâfiyah lil-Jins, dengan ketentuan isim
tersebut ber-i’rab Nashab dengan tanda dasar Fathah.
 Ciri-ciri dan ketentuan
Saat ada Harf Lâ ( ‫ ) َل‬yang disusul dengan Isim Nakirah (tidak ber alif- lam)

ِ ِ‫ََل حوَل وََل قُ َّوةَ إََِّل ب‬


‫الله‬ َ َْ
Tiada kuasa dan kekuatan kecuali dari Allah
 Contoh dan cara meng-i’rabnya

ِْ ِ‫ََل ِعَّزةَ إََِّل ب‬


‫اإل ْس ََلِم‬
Tiada kemuliaan kecuali dengan Islam
‘Izzat[a] : Manshub karena isim lâ al-nâfiyah lil-jins, bertanda Fathah
g. Sebagai Munâdâ
Munâdâ artinya secara bahasa adalah: orang yang dipanggil. Yang dimaksud di sini
adalah Isim yang datang setelah Harf Nidâ`, yaitu harf yang fungsinya untuk memanggil.
Harf Nidâ` sendiri adalah:

Hai, wahai ْ ‫ أ‬، َ‫ أ‬، ‫يَا‬


‫َي‬
Isim yang datang setelah salah satu dari harf nida` ini disebut Munâdâ. Contoh:

‫يَا َزيْ ُد‬


Wahai/Hai Zaid
Yâ : Harf Nidâ`

101
Zaid[u] : Munâdâ
Dan Munâdâ akan ber-i’rab Nashab saat berupa: Munâdâ sekaligus Mudhâf; dan berupa:
Munâdâ Nakirah Ghairu Maqshûdah.
1) Munâdâ sekaligus Mudhâf
 Ciri-ciri : Munâdâ merangkap sebagai Mudhâf
ِ ‫يا رسوَل‬
‫الله‬ ُْ َ َ
Wahai Rasulullah, …

ُ ‫اإل ْس ََلِم انْ َه‬


‫ضوا‬ ِْ َ‫يَا أ َُّمة‬
Wahai umat Islam, bangkitlah
 Contoh dan cara meng-i’rabnya:
ِ ‫يا رسوَل‬
‫الله‬ ُْ َ َ
Wahai Rasulullah, …
Rasûl[a] : Manshub karena sebagai Munâdâ sekaligus Mudhâf, bertanda
Fathah. Dan ia Mudhaf.
2) Nakirah Ghairu Maqshûdah
 Ciri-ciri : Munâdâ tidak terfokus atau tertuju pada satu individu tertentu

‫يَا طَالِباً اِ ْجتَ ِه ْد‬


Wahai murid (siapapun itu), bersungguh-sungguhlah
 Contoh dan cara meng-i’rabnya:

‫يَا طَالِباً اِ ْجتَ ِه ْد‬


Wahai murid (siapapun itu), bersungguh-sungguhlah
Thâlib[an] : Manshub karena sebagai Munâdâ Nakirah Ghairu Maqshûdah,
bertanda Fathah
Catatan:
Munâdâ selain dua macam di atas dihukumi Mabni Dhammah dalam bentuk Nakirah
tanpa Tanwin, diposisi I’rab Nashab karena sebagai Munâdâ. Contoh:
‫يَا َح ُّي يَا قَيُّ ْوُم‬
Wahai Dzat yang mahahidup dan mahaterjaga
Cara meng-i’rabnya:
Hayy[u] : Mabni Dhammah karena berupa Nakirah Maqshûdah, di posisi I’rab
Nashab karena sebagai Munâdâ.

102
Qayyûm[u] : Mabni Dhammah karena berupa Nakirah Maqshûdah, di posisi I’rab
Nashab karena sebagai Munâdâ.

‫َّاس‬
ُ ‫يَا أَيُّ َها الن‬
Wahai sekalian manusia
Ayy[u]hâ : Mabni Dhammah karena berupa Nakirah Maqshûdah, di posisi I’rab
Nashab karena sebagai Munâdâ. Adapun hâ adalah huruf tambahan.
Al-Nâs[u] : Marfu’ karena sebagai badal bagi Ayyu (mengikuti bentuk fisik
harakatnya saja), bertanda Dhammah.
h. Mustatsnâ bi-Illâ
Mustatsnâ bi-Illâ artinya isim yang terkecualikan dengan menggunakan Harf
Istitsnâ` Illâ dan datang setelahnya, dengan arti yang berkebalikan dari ungkapan sebelum
lafazh Illâ.
 Ciri-ciri
 Terdiri dari Mustatsnâ Minhu (yang terkecualikan darinya), Harf
Istitsnâ` Illâ (harf pengecualian Illâ), dan Mustatsnâ (yang
terkecualikan)

‫ب إََِّل َزيْ ًدا‬


ُ َّ‫ضَر الطَُّل‬
َ ‫َح‬
Para murid telah hadir kecuali Zaid
Al-Thullâb[u] : Mustatsnâ Minhu
Illâ : Harf Istitsnâ`
Zaid[an] : Mustatsnâ
 Rangkaian bisa berupa kalimat positif (tidak berawalan huruf nafi).

‫ب إََِّل َزيْ ًدا‬


ُ َّ‫ضَر الطَُّل‬
َ ‫َح‬
Para murid telah hadir kecuali Zaid
 Contoh dan cara meng-i’rabnya
Illâ : Mabni Sukun, karena ia Harf
Zaid[an] : Manshub karena sebagai Mustatsnâ, bertanda Fathah
Catatan:
 Jika berupa kalimat negatif (didahului harf nafi), maka dengan memperhitungkan
ada-tidaknya Mustatsnâ Minhu atau sempurna atau tidaknya kalimat sebelum Illâ.
Jika ada, maka bisa dengan dua cara:
 Ber-i’rab Nashab

‫ب إََِّل َزيْ ًدا‬


ُ َّ‫ضَر الطَُّل‬
َ ‫َما َح‬

103
Para murid tidak hadir kecuali Zaid
Zaid[an] : Manshub karena sebagai Mustatsnâ, bertanda Fathah
 Ber-i’rab mengikuti i’rab Mustatsnâ Minhu dengan status sebagai Badal

‫ب إََِّل َزيْد‬
ُ َّ‫ضَر الطَُّل‬
َ ‫َما َح‬
Para murid tidak hadir kecuali Zaid
Zaid[un] : Marfu’ karena sebagai Badal dari al-Thullâb[u], bertanda Dhammah

‫ب إََِّل َزيْ ًدا‬


َ ‫ت الطََُّّل‬
ُ ‫َما ذَ َك ْر‬
Aku tidak ingat para murid kecuali Zaid
Zaid[an] : Manshub karena sebagai Badal dari al-Thullâb[a], bertanda Fathah
Jika tidak ada, maka Mustatsnâ ber-i’rab sebagaimana saat harf nafi dan Harf Istitsnâ`
tidak ada.

‫ضَر إََِّل َزيْد‬


َ ‫َما َح‬
Tidak ada yang hadir kecuali Zaid
Seolah-olah kita mengharokati:

‫ضَر َزيْد‬
َ ‫َح‬
Illâ : Mabni sukun, karena ia harf
Zaid[un] : Marfu’ karena sebagai Fa’il, bertanda Dhammah

‫ت إََِّل َزيْ ًدا‬


ُ ‫َما ذَ َك ْر‬
Aku tidak ingat kecuali Zaid
Seolah-olah kita mengharokati:

ً‫ت َزيْدا‬
ُ ‫ذَ َك ْر‬
Zaid[an] : Manshub karena sebagai Maf’ul Bihi, bertanda Fathah
Yaitu dengan mengabaikan keberadaan harf nafi dan harf istitsna`.
Kesimpulan:
a. Jika kalimatnya positif, maka mustatsna ber-I’rab nashab, sebagai mustatsna
b. Jika kaliamtnya negatif, maka dilihat apakah menyebutkan mustatsna minhu:
1. Jika menyebutkan, maka boleh dua kemungkinan:
1) ber-I’rab nashab, sebagai mustatsna
2) ber-I’rab mengikuti I’rab mustatsna minhu, sebagai badal
2. Jika tidak menyebutkan, maka ber-I’rab menurut tuntutan kalimat dengan
mengabaikan keberadaan harf nafi dan harf istitsna`.

104
Jika Istitsnâ` menggunakan lafazh Ghayr (‫ )غير‬dan Siwâ (‫)سوى‬, maka status Mustatsnâ
berpindah kepada lafazh Ghayr dan Siwâ, dan keduanya sekaligus sebagai Mudhaf bagi
lafazh yang tadinya berstatus sebagai Mustatsnâ. Sedangkan i’rab-nya sama seperti
ketentuan isim Mustatsnâ dengan illâ pada penjelasan di atas. Yaitu jika berupa kalimat
positif, maka berbunyi:

ُ َّ‫ضَر الطَُّل‬
‫ب َغْي َر َزيْد‬ َ ‫َح‬
Para murid hadir kecuali Zaid
Ghayr[a] : Manshub karena sebagai Mustatsnâ, bertanda Fathah. Dan ia adalah
Mudhaf
Zaid[in] : Majrur karena sebagai Mudhaf Ilayhi, bertanda Kasrah

‫ب ِس َوى َزيْد‬
ُ َّ‫ضَر الطَُّل‬
َ ‫َح‬
Para murid hadir kecuali Zaid
Siwâ : Manshub karena sebagai Mustatsnâ, bertanda Fathah Muqaddarah.
Dan ia adalah Mudhaf
Zaid[in] : Majrur karena sebagai Mudhaf Ilayhi, bertanda Kasrah
Jika berupa kalimat negatif (didahului harf nafi), maka dengan memperhitungkan
keberadaan Mustatsnâ Minhu.
Jika ada, maka ada dua cara:
 Ber-i’rab Nashab

ُ َّ‫ضَر الطَُّل‬
‫ب َغْي َر َزيْد‬ َ ‫َما َح‬
Para murid tidak hadir kecuali Zaid
Ghayr[a] : Manshub karena sebagai Mustatsnâ, bertanda Fathah. Dan ia adalah
Mudhaf
 Ber-i’rab mengikuti i’rab Mustatsnâ Minhu sebagai Badal

ُ َّ‫ضَر الطَُّل‬
‫ب َغْي ُر َزيْد‬ َ ‫َما َح‬
Para murid tidak hadir kecuali Zaid
Ghayr[u] : Marfu’ karena sebagai Badal dari al-Thullâb[u], bertanda Dhammah

َ ‫ت الطََُّّل‬
‫ب َغْي َر َزيْد‬ ُ ‫َما ذَ َك ْر‬
Aku tidak ingat para murid kecuali Zaid
Ghayr[a] : Manshub karena sebagai Badal dari al-Thullâb[a], bertanda Fathah
Jika tidak ada, maka Mustatsnâ ber-i’rab sesuai kedudukannya di dalam kalimat.

‫ضَر َغْي ُر َزيْد‬


َ ‫َما َح‬
Tidak ada yang hadir kecuali Zaid

105
Ghayr[u] : Marfu’ karena sebagai Fa’il, bertanda Dhammah

‫ت َغْي َر َزيْد‬
ُ ‫َما ذَ َك ْر‬
Aku tidak ingat kecuali Zaid
Ghayr[a] : Manshub karena sebagai Maf’ul Bihi, bertanda Fathah
Adapun mustatsna pada kalimat istitsnâ` semisal kalimat tauhid:

‫ََل إِلَهَ إََِّل الله‬


Tiada ilah kecuali Allah
Maka cara mudah untuk menentukannya adalah dengan menghilangkan harf nafi dan harf
istitsna`, menjadi:

ُ‫اإللهُ الله‬
Ilah itu adalah Allah

‫اللهُ إله‬
Allah adalah Ilah
Dijumpai bahwa Allah ber-I’rab rafa’ sebagai Khabarul Mubtada` atau sebagai Mubtada`.
Maka demikian pula lah I’rab lafazh Allah pada kalmat tauhid di atas. Sehingga dibaca:

ُ‫ََل إِلَهَ إََِّل الله‬


3. Penyebab Isim Ber-I’rab Jarr
Isim ber-I’rab Jarr dengan tanda dasar Kasrah manakala mengalami dua kondisi saja,
dan semuanya telah dibahas. Yaitu: Saat didahului Harf Jarr, dan Saat berposisi sebagai
Mudhaf Ilayhi.
a. Saat didahului Harf Jarr
Yaitu saat isim di dahului Harf Jarr dalam susunan Jarr wa Majrur. Contoh:
ِ ‫اإليم‬ ِ
‫ان‬ َ ْ ِْ ‫الْ َحيَاءُ م َن‬
Rasa malu adalah sebagian dari Iman
Al-Îmân[i] : Majrur karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah.
Harf Jarr yang perlu diketahui di awal adalah yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu:

‫ ِم ْن‬، ِ‫ ل‬، ‫ َك‬، ِ‫ ب‬، ‫ فِي‬، ‫ َعلَى‬، ‫ َع ْن‬، ‫إِلَى‬


Ditambah sejumlah huruf Jarr lainnya:

Berapa banyak ‫ب‬َّ ‫ُر‬


Sejak ‫ُمْن ُذ‬
Sampai ‫َحتَّى‬

106
Ditambah huruf qasam (untuk bersumpah):

‫َو‬
Demi ِ‫ب‬
َ‫ت‬
b. Saat berposisi sebagai Mudhaf Ilayhi
Yaitu saat isim berkedudukan sebagai Mudhaf Ilayhi pada susunan Idhafi. Contoh:

‫َح َسنُ ُه ْم ُخلُ ًقا‬ ِ ‫َخْي ُر الن‬


ْ ‫َّاس أ‬
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bagus di antara mereka akhlaknya
Al-Nâs[i] : Majrur karena sebagai Mudhaf Ilayhi, bertanda Kasrah.
Terkait ciri-ciri dan contoh lain dalam meng-i’rab lihat kembali Langkah 3, bag. susunan non-
kalimat.
4. Penyebab Isim Ber-I’rab Mengikuti I’rab Isim Sebelumnya
I’rab suatu isim mengikuti i’rab isim sebelumnya antara Rafa’, Nashab, dan Jarr terjadi
pada empat kondisi, yang kesemuanya telah dibahas sebelumnya. Yaitu saat berposisi
sebagai: Shifat, Ma’thuf, Badal, dan Mu`akkid. Berikut contoh-contohnya:
a. Shifat
 Ber-i’rab Rafa’

‫ط‬ ِ ‫جاء الطَالِب الن‬


ُ ‫َّشْي‬ ُ ََ
Murid yang rajin itu telah datang
Al-Nasyîth[u] : Marfu’ karena sebagai Shifat bagi al-Thâlib[u], bertanda Dhammah
 Ber-i’rab Nashab

‫ط‬ ِ ‫رأَيت الطَّالِب الن‬


َ ‫َّشْي‬ َ ُ َْ
Aku melihat murid yang rajin itu
Al-Nasyîth[a] : Manshub karena sebagai Shifat bagi al-Thâlib[a], bertanda Fathah
 Ber-i’rab Jarr

‫َّشْي ِط‬ ِ ِ‫ت بِالطَّال‬


ِ ‫ب الن‬
ُ ‫َمَرْر‬
Aku berjalan melewati murid yang rajin itu
Al-Nasyîth[i] : Majrur karena sebagai Shifat bagi al-Thâlib[i], bertanda Kasrah
b. Ma’thuf
 Ber-i’rab Rafa’

ِِ
ُ‫ُستَاذُ َوت ْلمْي ُذه‬
ْ ‫َجاءَ ْاْل‬

107
Telah datang seorang ustadz dan muridnya
Tilmîdz[u] : Marfu’ karena Ma’thuf kepada al-Ustâdz[u], bertanda Dhammah
 Ber-i’rab Nashab

ِِ
ُ‫ُستَا َذ َوت ْلمْي َذه‬
ْ ‫ت ْاْل‬
ُ ْ‫َرأَي‬
Aku melihat seorang ustadz dan muridnya
Tilmîdz[a] : Manshub karena Ma’thuf kepada al-Ustâdz[a], bertanda Fathah
 Ber-i’rab Jarr

ِ‫مررت بِ ْاْلُست ِاذ وتِْل ِمي ِذه‬


ْ َ َ ْ ُ ََْ
Aku berjalan melewati seorang ustadz dan muridnya
Tilmîdz[i] : Majrur karena Ma’thuf kepada al-Ustâdz[i], bertanda Kasrah
c. Badal
 Ber-i’rab Rafa’

‫َجاءَ َزيْد َولَ ُد ُزَهْير‬


Zaid putera Zuhair itu telah datang
Walad[u] : Marfu’ karena sebagai Badal bagi Zaid[un], bertanda Dhammah.
Dan ia adalah Mudhaf.
 Ber-i’rab Nashab

‫ت َزيْ ًدا َولَ َد ُزَهْير‬


ُ ْ‫َرأَي‬
Aku melihat Zaid putera Zuhair
Walad[a] : Manshub karena sebagai Badal bagi Zaid[an], bertanda Fathah. Dan
ia adalah Mudhaf.
 Ber-i’rab Jarr

‫ت بَِزيْد َولَ ِد ُزَهْير‬


ُ ‫َمَرْر‬
Aku berjalan melewati Zaid putera Zuhair
Walad[i] : Majrur karena sebagai Badal bagi Zaid[in], bertanda Kasrah. Dan ia
adalah Mudhaf.
d. Mu`akkid
 Ber-i’rab Rafa’

‫ب ُكلُّ ُه ْم‬
ُ ‫َجاءَ الطََُّّل‬
Para murid telah datang seluruhnya

108
Kull[u] : Marfu’ karena sebagai Mu`akkid bagi al-Thullâb[u], bertanda
Dhammah. Dan ia adalah Mudhaf.
 Ber-i’rab Nashab

‫ب ُكلَّ ُه ْم‬
َ ‫ت الطََُّّل‬
ُ ْ‫َرأَي‬
Aku melihat para murid seluruhnya
Kull[a] : Manshub karena sebagai Mu`akkid bagi al-Thullâb[a], bertanda
Fathah. Dan ia adalah Mudhaf.
 Ber-i’rab Jarr

ِ ‫ت بِالطََُّّل‬
‫ب ُكلِّ ِه ْم‬ ُ ‫َمَرْر‬
Aku berjalan melewati para murid seluruhnya
Kull[i] : Majrur karena sebagai Mu`akkid bagi al-Thullâb[i], bertanda
Kasrah. Dan ia adalah Mudhaf.
Terkait ciri-ciri dan contoh lain dalam meng-i’rab lihat Langkah 3, bagian susunan non-
kalimat.

LATIHAN VI
1. Terjemahkan dan harakati kalimat-kalimat di bawah ini. Kemudian terangkan i’rab setiap
kata yang bergaris bawah!

‫ َل يدخل الجنة نمام‬.1


Orang yang suka mengadu domba ‫نَ َّمام‬
‫ إن صاحب المكس في النار‬.2
Penarik pajak ِ
‫صاحب الْ َم ْكس‬
‫ خير الناس أحسنهم خلقا وأنفعهم للناس‬.3
Akhlak ‫َخ ََل ُق‬
ْ ‫الخلُ ُق ج ْاْل‬
ُ
Lebih/paling bagus ‫َح َس ُن‬ْ‫أ‬
Lebih/paling bermanfaat ‫أَنْ َف ُع‬
‫ ومن مات وليس في عنقه بيعة مات ميتة جاهلية‬.4
Mati ‫ت‬
ُ ‫يَ ُم ْو‬-‫ات‬ َ ‫َم‬
Kematian, bentuk kematian ِ
ُ‫المْيتَة‬

109
‫‪Leher‬‬ ‫الْعُنُ ُق‬
‫‪Bai’at, transaksi penjualan‬‬ ‫البَ ْي َعةُ‬
‫‪ .5‬عن َس ُمَرةَ أن النبي صلى الله عليه وسلم نهى عن التبتل‬
‫‪Melarang‬‬ ‫نَ َهى‪-‬يَْن َهى َع ْن‬
‫‪Hal membujang‬‬ ‫ُّل‬
‫التَّبَت ُ‬
‫‪ .6‬إذا أقيمت الصَلة فَل صَلة إَل المكتوبة‬
‫‪Didirikan, dibacakan‬‬
‫‪iqamat‬‬
‫أُقِْي َم‪-‬يُ َق ُام‬
‫‪Shalat wajib‬‬ ‫الْ َم ْكتُ ْوبَةُ‬
‫ك‬
‫‪ .7‬أسأل الله العظيم رب العرش العظيم أن يشفيَ َ‬
‫‪Meminta, bertanya‬‬ ‫َسأ ََل‪-‬يَ ْسأ َُل‬
‫‪Arsy, singgasana‬‬ ‫ش‬
‫الْ َع ْر ُ‬
‫‪Menyembuhkan‬‬ ‫َش َفى‪-‬يَ ْش ِفي‬
‫‪ .8‬إن المَلئكة َل تدخل بيتا فيه كلب‬
‫‪ .9‬من أهان سلطان الله في اْلرض أهانه الله‬
‫‪Menghinakan‬‬ ‫أ ََها َن‪-‬يُِهْي ُن‬
‫‪َ .11‬ل تصاحب إَل مؤمنا وَل يأكل طعامك إَل تقي‬
‫ب‬ ‫صاحب‪-‬ي ِ‬
‫‪Berteman‬‬
‫صاح ُ‬
‫َ َ َ َُ‬
‫‪Orang yang bertakwa‬‬ ‫الت َِّق ُّي‬
‫‪َ .11‬ل طاعة لمخلوق في معصية الخالق‬
‫‪ .12‬من مات مرابطا في سبيل الله أمنه الله من فتنة القبر‬
‫‪Yang menjaga perbatasan‬‬ ‫الْ ُمَرابِ ُ‬
‫ط‬
‫‪Mengamankan,‬‬
‫‪melindungi‬‬
‫أ ََّم َن‪-‬يُ َؤِّم ُن‬
‫‪Siksa, azab‬‬ ‫ِ‬
‫الفْت نَةُ‬
‫‪ .13‬الكشر َل يقطع الصَلة ولكن يقطعها القرقرة‬

‫‪110‬‬
‫‪Tawa memperlihatkan gigi‬‬ ‫الْ َك ْش ُر‬
‫‪Tawa terkekeh-kekeh‬‬ ‫الْ َق ْرقَ َرةُ‬
‫‪َ .14‬ل يدخل الجنة إَل مؤمن‬
‫‪ .15‬من صلى صَلتنا واستقبل قبلتنا وأكل ذبيحتنا وصام شهرنا فذلك المسلم‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫‪Menghadap‬‬
‫ا ْستَ ْقبَ َل‪-‬يَ ْستَ ْقبلُ‬
‫‪َ .16‬ل صَلة لمن لم يقرأ بفاتحة الكتاب‬
‫‪َ .17‬ل يحب اْلنصار إَل مؤمن وَل يبغضهم إَل منافق من أحبهم أحبه الله ومن أبغضهم أبغضه الله‬
‫‪Mencintai, menyukai‬‬ ‫ب‪-‬يُ ِح ُّ‬
‫ب‬ ‫َح َّ‬
‫أَ‬
‫‪Kaum sahabat anshar‬‬ ‫ص ُار‬
‫ْاْلَنْ َ‬
‫ض‬ ‫ِ‬
‫‪Membenci‬‬ ‫ض‪-‬يُْبغ ُ‬ ‫أَبْغَ َ‬
‫‪ .18‬قال البراء ‪-‬رضي الله عنه‪ ، -‬سمعت النبي ‪-‬صلى الله عليه وسلم‪ -‬يقرأ والتين والزيتون في العشاء‬
‫‪ ،‬وما سمعت أحدا أحسن صوتا منه أو قراءة‬
‫‪Suara‬‬ ‫ت‬
‫الص ْو ُ‬
‫َّ‬

‫!‪2. Jelaskan I’rab daripada isim-isim yang bergaris-bawah dalam bacaan berikut ini‬‬

‫ُو َسلَّ َُمُ(‪ُ )1‬‬ ‫ن ب َذةٌ ُِمنُأَ ْخ ََلقِ ِهُصلَّىُالله َ ِ‬


‫ُعلَْيه َ‬ ‫َ‬ ‫ْ ْ‬
‫ِ‬ ‫ِ ِِ‬
‫َخ ََلقاً ‪َ ،‬وقَ ْد َم َد َحهُ َربُّهُ تَ َعالَى بَِق ْول ِه َوإِنَّ َ‬
‫ك لَ َعلَى‬ ‫َح َس َن الن ِ‬
‫َّاس أ ْ‬ ‫‪َ .1‬كا َن النَّبِ ُّي َ‬
‫صلَّى اللهُ َعلَْيه َوآله َو َسلَّ َم أ ْ‬
‫ال تَ َعالَى لََق ْد َكا َن لَ ُك ْم فِي َر ُس ْوِل‬
‫ُخلُق َع ِظْيم ‪َ .‬و َج َعلَهُ قُ ْد َوًة لِلْ ُم ْسلِ ِمْي َن فِي أَقْ َوالِِه َوأَفْ َعالِِه ‪َ ،‬ك َما قَ َ‬

‫ت ِْلُتَ ِّم َم َم َكا ِرَم‬ ‫ِ ِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬


‫َخ ََل َق ‪َ .‬وفي الْ َحديْث بُعثْ ُ‬
‫اب َو ْاْل ْ‬
‫ُس َوة َح َسنَة ‪َ .‬وقَ ْد أ َْر َسلَهُ اللهُ ليُ َك ِّم َل ْاْل َد َ‬
‫الله أ ْ‬
‫َخ ََل ِق‪.‬‬
‫ْاْل ْ‬

‫اس َوالطَّ َع ِام بِالْ َم ْو ُج ْوِد ‪َ ،‬وََل يَ ْسأَ ُل َع ِن الْ َم ْف ُق ْوِد ‪َ ،‬وَما‬
‫ضى ِم َن اللِّبَ ِ‬ ‫ِِ ِ‬ ‫ِ‬
‫‪َ .2‬وإِ َّن م ْن أَ ْخَلَقه الْع َّفةَ َوالْ َقنَ َ‬
‫اعةَ يَ ْر َ‬

‫ب ِم ْن أَ َحد َشْيااً‬ ‫ِ‬ ‫ط ‪ ،‬لَ ِكن إِ ْن أَ ْع َجبَهُ أَ َكلَهُ وإِ ْن َك ِرَههُ تَرَكهُ ‪ ،‬وما ب غَّ َ ِ‬
‫ضهُ إلَى َغْي ِره ‪ََ .‬ل يَطْلُ ُ‬ ‫َ ََ َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫ذَ َّم طَ َعاماً قَ ُّ‬

‫‪111‬‬
‫صابِراً َعلَى الْبََلَ ِء َو ْاْلَ َذى يَ ْع ُف ْو َع ِن الَّ ِذ ْي يُ ِس ْيءُ إِلَْي ِه‬
‫ب َ‬
‫ضُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َوََل يَ ُم ُّد َعْي نَ ْيه إِلَى َغْي ِرهِ ‪َ ،‬وَكا َن َحلْيماً ََل يَ ْغ َ‬
‫ِ‬ ‫اضعِ ِه أَنَّه إِ َذا مَّر بِ ِّ ِ‬ ‫ِ‬ ‫اضعاً لِ َّ ِ‬
‫‪ ،‬متَ و ِ‬
‫الصْب يَان يُ َسلِّ ُم َعلَْي ِه ْم ‪َ ،‬وإِ َذا َد َعاهُ أَ َحد يُجْيبُهُ‬ ‫لصغْي ِر َوالْ َكبِْي ِر ‪َ ،‬وم ْن تَ َو ُ ُ َ‬ ‫َُ‬
‫ب أَ ْن يَ ُق ْوَم لَهُ أَ َحد ِم ْن َم ْجلِ ِس ِه ‪َ .‬وَكا َن يَ ِخْي ُ‬
‫ك ‪َ ،‬وََل يُ ِح ُّ‬ ‫ِ‬
‫س بَْيتَهُ‬
‫ف نَ ْعلَهُ َويَ ْكنُ ُ‬
‫ِ‬
‫ط ثَ ْوبَهُ َويَ ْخص ُ‬ ‫بَِق ْول ِه لَبَّ ْي َ‬

‫احبُهُ أ َْع ِطنِ ْي أَ ْح ِم ْلهُ ‪ ،‬فَيَ ُق ْو ُل‬


‫الشيء فَيح ِملَه إِلَى ب يتِ ِه بِنَ ْف ِس ِه ‪ ،‬فَي ُقو ُل لَه ص ِ‬
‫َ ْ ُ َ‬ ‫َويَ ْخ ُد ُم أَ ْهلَهُ َوَكا َن يَ ْشتَ ِري َّ ْ َ َ ْ ُ َْ‬
‫‪9‬‬
‫الش ْي ِء أَ َح ُّق بِ َح ْملِ ِه‪.‬‬
‫ب َّ‬ ‫ِ‬
‫صاح ُ‬
‫َ‬

‫‪ 9‬من كتاب اْلخَلق للبنين الجزء الثاني لألستاذ عمر بن أحمد بارجاء‪ ،‬ص ‪13-12‬‬

‫‪112‬‬
B. Hal-hal yang Mempengaruhi I’rab Fi’il
Sebagaimana juga telah diketahui sebelumnya bahwa i’rab Fi’il –tepatnya Fi’il Mudhari’– itu
hanya tiga saja, yaitu: Rafa’, Nashab, dan Jazm. Nah, materi berikut ini akan memaparkan rincian
umum terkait hal apa saja yang menjadikan fi’il mudhari’ ber-I’rab dengan salah satu dari tiga macam
I’rab tersebut.
Tapi sebelum itu, perlu diingat kuat-kuat rumus dasar dalam menentukan I’rab fi’il mudhari’,
yaitu:
 Fi’il Mudhari’ ber-I’rab Nashab manakala didahului oleh ‘Amil Nashab
 Fi’il Mudhari’ ber-I’rab Jazm manakala didahului oleh ‘Amil Jazm, dan
 Fi’il Mudhari’ ber-I’rab Rafa’ manakala tidak didahului oleh ‘Amil apapun, baik itu ‘Amil Nashab
maupun ‘Amil Jazm.
Jadi asal fi’il mudhari’ itu adalah ber-i’rab rafa’. Dia baru ber-I’rab Nashab manakala didahului ‘Amil
Nashab, demikian ber-I’rab Jazm manakala didahului ‘Amil Jazm. Berikut rinciannya.

1. Penyebab Fi’il Mudhari’ ber-I’rab Nashab


Fi’il Mudhari’ ber-i’rab Nashab manakala didahului salah satu di antara huruf-huruf Nashab,
sebagaimana telah disebutkan di langkah ke-2. Yaitu:

Hendak, akan ‫أَ ْن‬


Tidak akan (untuk selamanya) ‫لَ ْن‬
…, jadi… ‫إِ َذ ْن‬
Agar, agar supaya ‫َك ْي‬
Contoh:

‫أ ََر َاد َزيْد أَ ْن يَتَ َعلَّ َم الْ ِف ْق َه‬


Zaid ingin mempelajari fiqh
َ
Yata’allam[a] : Manshub karena didahului harf Nashab ( ْ‫) أن‬, bertanda Fathah. Fa’il-nya
dhamir tersembunyi, terhitung: Huwa.

ِّ ‫لَ ْن أَتَ َعلَّ َم ِع ْل َم‬


‫الس ْح ِر‬
Aku tidak akan mempelajari ilmu sihir
َ
Ata’allam[a] : Manshub karena didahului harf Nashab ( ْ‫) لن‬, bertanda Fathah. Fa’il-nya
dhamir tersembunyi, terhitung: Ana.

)ُ‫إِ َذ ْن يَ ْس َع َد فِي ْاْل ِخَرِة (تجيب بذلك من قال يُ ِطْي ُع َزيْد َربَّه‬
Jadi ia akan bahagia di akhirat kelak (komentar anda untuk orang yang
berkata: Zaid menaati Rabb-nya)
َ
Yas’ad[a] : Manshub karena didahului harf Nashab ( ْ‫) إِذن‬, bertanda Fathah. Fa’il-nya
dhamir tersembunyi, terhitung: Huwa.

113
‫يَ ْجتَ ِه ُد َزيْد َك ْي يَْن َج َح‬
Zaid bersungguh-sungguh supaya berhasil
َ
Yanjah[a] : Manshub karena didahului harf Nashab ( ْ‫) كي‬, bertanda Fathah. Fa’il-nya
dhamir tersembunyi, terhitung: Huwa.

Catatan:
َ
Adakalanya harf An ( ‫ ) أن‬tersembunyi dan tidak tampak dalam teks, namun dianggap ada. Yaitu
setelah harf Li ( ‫ ) ِلـ‬yang artinya: untuk, agar, dan agar supaya; dan setelah harf Hattâ ( ‫ ) َحتَى‬yang
artinya: sampai, hingga. Contoh:
‫يَ ْجتَ ِه ُد َزيْد لِيَ ْن َج َح‬
Zaid bersungguh-sungguh agar ia berhasil
َ
Yanjah[a] : Manshub karena didahului harf Nashab ( ْ‫ ) أن‬yang tersembuyi setelah
harf Li, bertanda Fathah. Fa’il-nya dhamir tersembunyi, terhitung: Huwa.

‫يَ ْجتَ ِه ُد َزيْد َحتَّى يَْن َج َح‬


Zaid bersungguh-sungguh sampai ia berhasil
َ
Yanjah[a] : Manshub karena didahului harf Nashab ( ْ‫ ) أن‬yang tersembuyi setelah
harf Hattâ, bertanda Fathah. Fa’il-nya dhamir tersembunyi, terhitung:
Huwa.
Seolah-olah keduanya:

‫يَ ْجتَ ِه ُد َزيْد لِ (أَ ْن) يَْن َج َح‬


‫يَ ْجتَ ِه ُد َزيْد َحتَّى (أَ ْن) يَْن َج َح‬
Maka, selain empat harf nashab ( ‫ كي‬، ‫ إذن‬، ‫ لن‬، ‫ ) أن‬di atas, kita harus mewaspadai harf Li ( ‫ ) ِلـ‬yang
bermakna agar/supaya dan Hattâ ( ‫ ) َحتَى‬yang bermakna hingga/sampai, karena sejatinya ada harf An
(‫)أن‬, yang merupakan harf Nashab, yang tersembunyi setelahnya.

2. Penyebab Fi’il Mudhari’ ber-I’rab Jazm


Fi’il Mudhari’ ber-i’rab Jazm manakala didahului salah satu di antara perangkat Jazm (dari
golongan harf atau isim), sebagaimana telah disebutkan di langkah sebelumnya. Yaitu antara dua
macam: perangkat yang men-jazm-kan satu Fi’il Mudhari’, dan perangkat yang men-jazm-kan dua
Fi’il Mudhari’.
a. Perangkat yang men-Jazm-kan Satu Fi’il Mudhari’. Kesemuanya dari golongan harf; yaitu:
Jangan, janganlah )‫ََل (الناهية‬
Tidak, Belum ‫لَ ْم‬
Hendaklah, Haruslah (untuk perintah) )‫ َ ْل (َلم اْلمر‬/ ِ‫ل‬
Belum ‫لَ َّما‬

114
Contoh:

‫اح‬ ِ
َ ‫ََل تُكْث ْر الْ ُمَز‬
Janganlah anda banyak bercanda
Lâ : Mabni Sukun, karena ia Harf
Tuktsir[] : Majzum karena didahului Harf Jazm (Lâ al-Nâhiyah), bertanda sukun.
Fa’il-nya dhamir tersembunyi terhitung: Anta.

َّ ‫لَ ْم أ َْرِج ْع ِمن‬


‫الس َف ِر‬
Aku belum pulang dari perjalanan
Lam : Mabni Sukun, karena ia Harf
Arji’[] : Majzum karena didahului Harf Jazm (Lam), bertanda sukun. Fa’il-nya
dhamir tersembunyi terhitung: Anâ.
ِ ِ ِ
ُ‫الولَ ُد َوال َده‬
َ ‫ليُ ْكرْم‬
Seorang anak itu hendaknya menghormati orang tuanya
Li- : Mabni Kasrah, karena ia Harf
Yukrim[] : Majzum karena didahului Harf Jazm (lam al-amr), bertanda Sukun.
ِ ِ ِ ِ
َ ‫َم ْن َكا َن يُ ْؤم ُن بِالله َوالْيَ ْوم ْاْلخ ِر فَ ْليُ ْك ِرْم‬
ُ‫ضْي َفه‬
Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia
menghormati tamunya.
Fa- : Mabni fathah, karena ia harf (fa` al-jawab)
l- (li) : Mabni sukun, karena ia harf (lam al-amr)
yukrim[] : Majzum karena didahului ‘Amil Jazm (lam al-amr), bertanda sukun.
Sedangkan fa’il-nya adalah dhamir yang tersembunyi, terhitung sebagai:
huwa.

‫َسافَ َر َزيْد َولَ َّما يَ ْرِج ْع‬


Zaid bepergian dan belum kembali
Lammâ : Mabni Sukun, karena ia Harf
Yarji’[] : Majzum karena didahului Harf Jazm (lammâ), bertanda sukun. Fa’il-nya
dhamir tersembunyi, terhitung: huwa.
b. Perangkat yang Men-Jazm-kan Dua Fi’il Mudhari’; Sebagian dari golongan harf dan sebagian lagi
dari golongan isim.
 Dari Golongan Harf
Apabila ... maka/niscaya ... ‫إِ ْن‬
 Dari Golongan Isim
Barang siapa ... maka/niscaya ... ‫َم ْن‬

115
Kapan ... maka/niscaya ... ‫َمتَى‬
Di/ke manapun ... maka/niscaya ... ‫أَيْنَ َما‬
Contoh:

ُ ‫إِ ْن تَ ْزَر ْع تَ ْح‬


‫ص ْد‬
Jika anda menanam niscaya anda akan menuai
In : Mabni Fathah, karena ia Harf
Tazra’[] : Majzum karena didahului Harf Jazm (In), bertanda sukun. Fa’il-nya
dhamir tersembunyi, terhitung: anta.
Tahshud[] : Majzum karena didahului Harf Jazm (In), bertanda sukun. Fa’il-nya
dhamir tersembunyi, terhitung: anta.

‫ص ْد‬
ُ ‫َم ْن يَ ْزَر ْع يَ ْح‬
Barang siapa menanam niscaya dia akan menuai
Man : Mabni Fathah, karena ia Isim Syarth
Yazra’[] : Majzum karena didahului ‘Amil Jazm (Man), bertanda sukun. Fa’il-nya
dhamir tersembunyi, terhitung: huwa.
Yahshud[] : Majzum karena didahului ‘Amil Jazm (Man), bertanda sukun. Fa’il-nya
dhamir tersembunyi, terhitung: huwa.
3. Penyebab Fi’il Mudhari’ ber-I’rab Rafa’
Fi’il mudhari’ ber-i’rab Rafa’ manakala tidak didahului ‘amil Nashab atau ‘amil Jazm di atas.
ِ ِ
ُ‫الولَ ُد َوال َده‬
َ ‫يُ ْكرُم‬
Seorang anak itu menghormati orang-tuanya.
Yukrim[u] : Marfu’ karena tidak didahului ‘Amil apapun. Bertanda Dhammah.

ُ‫ف أ َُزْوُرَك َغ ًدا إِ ْن َشاءَ الله‬


َ ‫َس ْو‬
Aku akan mengunjungimu besok, in syâ`Allâh
Azûr[u] : Marfu’ karena tidak didahului ‘Amil apapun. Bertanda Dhammah. Fa’il-
nya dhamir tersembunyi terhitung: anâ.

4. Penyebab Fi’il Mudhari’ ber-I’rab Mengikuti Sebelumnya


Fi’il mudhari’ ber-i’rab mengikuti i’rab fi’il mudhari’ sebelumnya manakala didahului salah satu
di antara huruf ‘Athaf.

‫نَ ْقَرأُ ُس ْوَرَة الْ َواقِ َع ِة َونَتَ َح َّفظُ َها‬


Kita membaca surat al-Waqi’ah dan menghafalkannya luar kepala
Natahaffazh[u] : Marfu’ karena ma’thuf ke Naqra`[u], bertanda dhammah. Fa’il-nya
dhamir tersembunyi terhitung: nahnu.

116
‫ت أَ ْن نَ ْقَرأَ ُس ْوَرَة الْ َواقِ َع ِة َونَتَ َح َّفظَ َها‬ ِ
ُ ‫َود ْد‬
Aku ingin kita membaca surat al-Waqi’ah dan menghafalkannya luar kepala
Natahaffazh[a] : Manshub karena ma’thuf ke Naqra`[a], bertanda fathah. Fa’il-nya dhamir
tersembunyi terhitung: nahnu.

‫لِنَ ْقَرأْ ُس ْوَرَة الْ َواقِ َع ِة َونَتَ َح َّفظْ َها‬


Hendaklah kita membaca surat al-Waqi’ah dan menghafalkannya luar kepala
Natahaffazh[] : Majzum karena ma’thuf ke Naqra`[], bertanda sukun. Fa’il-nya dhamir
tersembunyi terhitung: nahnu.
Mengenai macam-macam huruf ‘Athaf, sebagaimana yang telah lalu dihafal atau dapat dilihat kembali
di langkah ke-Dua. Tepatnya di bagian huruf yang ber’amal.

LATIHAN VII
1. Harokati dan terjemahkan kalimat-kaliamat di bawah ini dengan bantuan kosa-kata yang ada,
kemudian i’rab-lah kata-kata yang bergaris bawah!

Pemimpin, tuan, majikan ‫السيِّ ُد‬


َّ ُ ‫ ُ سيدناُمحمدُصلىُاللهُعليهُوسلم‬1
Seluruhnya ُ‫ال َكافَّة‬
Yang terakhir ِ
‫اْلخ ُر‬ ‫ وآخر‬، ً‫) هو رسول الله إلى الناس َكافَّة‬1
Yang lain ‫اْلخ ُر‬
َ . ‫ وإمام الرسل‬، ‫اْلنبياء‬
Para rasul ‫الر ُس ُل‬ ُّ
‫ الذي َل يقبل‬، ‫) جاء بالدين اإلسَلمي‬2
Seluruh, Keseluruhan
َ‫َجاء‬
Utang ‫الدَّيْ ُن‬ . ‫الله يوم القيامة دينا غيره‬
Agama (din) ‫الدِّيْ ُن‬
‫ أشرف‬، ‫) وهو من نسل سادات قريش‬3
Menerima ‫يَ ْقبَ ُل‬
ِ ‫قبيلة في م َّكةَ المكر‬
. ‫مة‬
Keturunan, benih
ُ‫َّسل‬ْ ‫الن‬ َ
Para pemimpin, tuan-
‫ات‬
ُ ‫الس َاد‬
َّ ‫إسماعيل بن إبراهي َم‬ِ‫) ويتصل نسبه ب‬4
tuan َ
Kabilah Quraisy ‫قَُريْش‬ . ‫عليهما السَلم‬
Yang lebih/paling mulia ‫ف‬
ُ ‫اْلَ ْشَر‬
Kabilah ُ‫الخَلصة سيدنا محمد هو رسول الله إلى الْ َقبِْي لَة‬
‫ وهو الْ ُم َكَّرَمة‬، ‫ جاء بالدين اإلسَلمي‬، ‫َجمعِْين‬
َ َ ْ ‫الناس أ‬
Yang dimuliakan
ِ‫اِتَّصل ب‬
Bersambung, ََ . ‫عربي قرشي عدناني‬
berhubungan dengan ...

117
‫‪Nasab‬‬ ‫ب‬
‫َّس ُ‬
‫الن َ‬
‫‪Ringkasan, kesimpulan‬‬ ‫صةُ‬‫الْ ُخ ََل َ‬
‫َج َمعُو‬
‫ْاْل ْ‬
‫ْْ َن‬
‫‪Semua, seluruhnya‬‬
‫َج َم ِع‬
‫‪/‬اْل ْ‬
‫يْ َن‬
‫‪Berkebangsaan Arab‬‬ ‫الْ َعَربِي‬
‫‪Bersuku Quraisy‬‬ ‫ال ُقَرِشي‬
‫‪Keturunan ‘Adnan‬‬ ‫الْ َع ْدنَانِي‬
‫‪Hal wafat, kematian‬‬ ‫الْ َوفَاةُ‬ ‫‪ ُ 2‬نسبهُووفاةُوالده‬
‫‪Ayah‬‬ ‫‪ )1‬والده عبد الله بن عبد المطلب بن هاش ِم الْ َوالِ ُد‬
‫‪Berkumpul‬‬ ‫يَ ْجتَ ِم ُع‬
‫صي بن كَِلب ‪.‬‬ ‫ُ‬ ‫بن عبد م ِ‬
‫ناف بن ق‬
‫‪Kakek, nenek moyang‬‬ ‫الْ َج ُّد‬ ‫ِّ‬ ‫َ‬
‫ِ‬
‫هب بن عبد مناف بن الْ ِج ُّد‬ ‫‪ )2‬وأمه آمنةُ بنت و ِ‬
‫‪Kesungguhan‬‬ ‫َ‬
‫س‬ ‫ِ‬
‫‪Yang ke-lima‬‬
‫الْ َخام ُ‬ ‫ُزْهَرةَ بن كَلب ‪.‬‬
‫‪Mematikan‬‬ ‫تَ َوفَّى‬
‫‪ )3‬فتجتمع أمه مع والده في جده الخامس‬
‫‪Dimatikan, diwafatkan‬‬ ‫تُ ُوفِّ َي‬
‫‪Perut‬‬ ‫الْبَطْ ُن‬ ‫‪ ،‬وهو كَلب ‪.‬‬
‫‪Umur, usia‬‬ ‫الْعُ ْم ُر‬ ‫‪ )4‬ولقد توفي والده وهو في بطن أمه ‪،‬‬
‫‪Menguburkan‬‬ ‫وعمره ثَمانِي عشرة سنة ‪ ،‬ودفن بالمدينة َدفَ َن‬
‫َ َ َ ْ ََ‬
‫‪Dikuburkan‬‬ ‫ُدفِ َن‬
‫‪ ،‬ولم يترك شياا من المال ‪.‬‬
‫‪Meninggalkan‬‬ ‫يَْت ُرُك‬
‫‪Ditinggalkan‬‬ ‫يُْت َرُك‬ ‫الخَلصة أبوه عبد الله بن عبد المطلب ‪،‬‬
‫‪Sesuatu‬‬
‫َّيءُ‬‫الش ْ‬ ‫وأمه آمنة بنت وهب ‪ .‬يلتقي نسبهما في‬
‫‪Bertemu, menemui‬‬ ‫يَْلتَ ِق ْي‬ ‫جده الخامس ‪ .‬مات أبوه وهو في بطن أمه‪.‬‬
‫‪Mati, meninggal‬‬ ‫ات‬
‫َم َ‬
‫‪Kelahiran‬‬ ‫ال ِوََل َدةُ‬ ‫‪ ُ 3‬والدتهُورضاعتهُ‬
‫‪Penyusuan, hal menyusui‬‬ ‫اعةُ‬
‫ضَ‬ ‫الر َ‬
‫َّ‬

‫‪118‬‬
‫‪Melahirkan‬‬ ‫َولَ َد‬ ‫‪ )1‬ولد صلى الله عليه وسلم بمكة يوم‬
‫ُولِ َد‬
‫اإلثنين ‪ ،‬الثَّانِي َع َشَر من ربيع اْلول عام‬
‫‪Dilahirkan‬‬

‫يوم‬
‫‪Hari senin‬‬
‫ِْ‬
‫اإلثْنَ ْي ِن‬
‫الفيل ‪.‬‬
‫الثَّانِي‬ ‫‪ )2‬وسمي عام وَلدته عام الفيل ‪ْ ،‬لن ملك‬
‫‪Ke-dua belas‬‬
‫الحبشة أرسل عام وَلدته جيشا إلى مكة َع َشَر‬
‫‪Tahun‬‬ ‫الع ُام‬
‫َ‬ ‫لهدم الكعبة ‪ ،‬وكان فيه فيل عظيم ‪،‬‬
‫‪Yang umum‬‬ ‫الع ُّام‬
‫َ‬
‫ك‬ ‫ِ‬ ‫فأهلك الله الجيش إكراما لوَلدة النبي‬
‫‪Raja‬‬ ‫الْ َمل ُ‬
‫‪Kerajaan‬‬ ‫ك‬‫الْ ُم ْل ُ‬ ‫صلى الله عليه وسلم ‪.‬‬
‫الْ ِم ْل ُ‬
‫‪Kepemilikan, hal‬‬
‫‪memiliki‬‬
‫ك‬ ‫‪ )3‬وأرضعته بعد أمه ثويبة اْلسلمية خادمة‬
‫‪Negeri Habasyah‬‬ ‫عمه أبي طالب ‪ ،‬ثم حليمة السعدية ‪ ،‬الْ َحبَ َشةُ‬
‫‪Mengirim‬‬ ‫أ َْر َس َل‬
‫إلى أن بلغ عمره أربع سنوات ‪.‬‬
‫‪Pasukan, tentara‬‬ ‫ش‬
‫الْ َجْي ُ‬
‫‪Hal merobohkan,‬‬
‫الْ َه ْد ُم‬ ‫الخَلصة ولد بمكة عام الفيل ‪ ،‬وأرضعته‬
‫‪perobohan‬‬
‫‪Membinasakan‬‬ ‫ك‬‫أ َْهلَ َ‬ ‫ثويبة اْلسلمية ثم حليمة السعدية ‪.‬‬
‫‪Hal memuliakan‬‬ ‫ا ِإل ْكَر ُام‬
‫‪Menyusui‬‬ ‫ض َع‬‫أ َْر َ‬
‫‪Pembantu wanita‬‬ ‫الْ َخ ِاد َمةُ‬
‫)‪Paman (dari jalur ayah‬‬ ‫الْ َع ُم‬
‫‪Sampai, mencapai‬‬ ‫بَلَ َغ‬
‫‪Tahun‬‬ ‫ات‬
‫السنَ َو ُ‬
‫َّ‬

‫!‪2. Jelaskan I’rab untuk fi’il-fi’il yang bergaris bawah pada sejumlah kalimat di bawah ini‬‬

‫ب لُِق ْربِِه ِم َن الْ َع ُد ِّو‬


‫اإل ْق َدام ‪ ،‬وَكا َن الشُّجاعُ ُهو الَّ ِذي ي ْقرب ِمْنهُ فِي الْحر ِ‬
‫َْ‬ ‫ََُ‬ ‫َ َ‬
‫َّج َ ِ‬
‫اعةُ َو ْ ُ َ‬
‫‪ .3‬وِمن أ ِ ِ‬
‫َخ ََلقه الش َ‬
‫َ ْ ْ‬
‫ِ ِ‬
‫َّدي َدةِ و ْاْل َِذيَّ ِ‬
‫ات الْ َع ِظْي َم ِة‬ ‫ِ ِ ِ ِ‬ ‫ات َعلَى الْ َمبَ ِاد ِئ ‪َ ،‬و َّ‬
‫الصْب ُر َعلَى أ ََداء الْ َواجب بَر ْغ ِم الْ َع َقبَات الش ْ َ‬ ‫‪َ ،‬والثَّبَ ُ‬
‫الص ْد ُق و ْاْل ََمانَةُ فِي َج ِمْي ِع أَقْ والِِه وأَفْ َعالِِه ‪َ ،‬حتَّى اِ ْشتَ َهر بَْين قَ ْوِم ِه بِلَ َق ِ‬
‫ب ُم َح َّمد ْاْل َِمْي ِن‪.‬‬ ‫َ َ‬ ‫َ َ‬ ‫‪َ ،‬و ِّ َ‬

‫‪119‬‬
‫الر ْح َم ِة ‪ََ ،‬ل يُ ْؤِذي إِنْ َساناً َوََل‬ ‫الله تَ َعالَى َكثِْي َر الْ َحيَ ِاء َع ِظْي َم َّ‬
‫الش َف َق ِة َو َّ‬ ‫ف ِمن ِ‬‫ِ‬ ‫ِ‬
‫‪َ .4‬وَكا َن َشديْ َد الْ َخ ْو َ‬
‫َّق َعلَْي ِه ْم َكثِْيراً ‪َ ،‬ويُ ِجْيبُ ُه ْم إِ َذا َد َع ْوهُ ‪ ،‬فَيَأْ ُك ُل َم َع ُه ْم‬
‫صد ُ‬ ‫ِ‬
‫َحيَ َواناً ‪َ ،‬ويَ ْر َح ُم الْ ُف َقَراءَ َوالْ َم َساكْي َن ‪َ ،‬ويَتَ َ‬
‫ب ِمْنهُ َشْيااً ‪َ ،‬وإِ َذا لَ ْم يَ ِج ْد ِعْن َدهُ َما يُ ْع ِطْي ِه‬ ‫اه ْم َوَكا َن أَ ْكثَ َر الن ِ‬
‫َّاس ََل يَ ُرُّد َم ْن طَلَ َ‬ ‫ضُ‬ ‫‪َ ،‬ويَ ُزْوُر َم ْر َ‬
‫ِ‬ ‫ِِ ِ‬
‫ات يَ ْوم ‪ ،‬فَ َسأَلَهُ فَأَ ْعطَاهُ َغنَماً ‪ُ ،‬س َّد ْ‬
‫ت َما بَْي َن‬ ‫َو َع َدهُ بِِإ ْعطَائه في َوقْت َ‬
‫آخَر ‪َ .‬و َجاءَهُ َر ُجل َذ َ‬
‫َجبَ لَْي ِن ‪ ،‬فَ َر َج َع إِلَى قَ ْوِم ِه َوقَ َال أَ ْسلِ ُم ْوا ‪ ،‬فَِإ َّن ُم َح َّمداً يُ ْع ِطي َعطَاءً َمن ََل يَ ْخ َشى الْ َفاقَةَ ‪.‬‬

‫ط ‪َ ،‬ويُ ْش ِف ُق َعلَى‬
‫ط ‪َ ،‬ويَأْ ُم ُر بِالْ َع ْف ِو َع ِن الْ َخ ِادِم إِ َذا َغلِ َ‬
‫‪ .5‬وَكا َن يَ ْر َحم الْ َخ ِاد َم ََل يَْن َهر َخ ِادماً قَ ُّ‬
‫ُ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِّ ِ‬
‫ات يَ ْوم َد َخ َل َسيِّ ُدنَا‬
‫ص ََلتَهُ ‪َ .‬و َذ َ‬ ‫صبِياًّ يَْبك ْي َخ َّف َ‬
‫ف َ‬ ‫الصْب يَان َويُ َسلِّ ُم َعلَْي ِه ْم ‪ ،‬فَِإ َذا َ‬
‫صلَّى َو َسم َع َ‬
‫ِ‬ ‫ِ ِِ‬ ‫الْحسن ر ِضي الله عْنه وهو ِ‬
‫صلِّي ‪ ،‬فَ َرك َ‬
‫ب ظَ ْهَرهُ‬ ‫صغْي ر ‪َ ،‬والنَّبِ ُّي َ‬
‫صلَّى اللهُ َعلَْيه َوآله َو َسلَّ َم يُ َ‬ ‫َ َ ُ َ َ ُ َ ُ ََُ َ‬
‫ِ ِ‬ ‫اجد فَأَبْطَأَ فِي ُس ُج ْوِدهِ َش َف َقةً َعلَْي ِه َحتَّى نََزَل َعنْهُ ‪َ ،‬وَكا َن ِْلَنَ ِ‬
‫وهو س ِ‬
‫س بْ ِن َمالك َرض َي اللهُ َعْنهُ‬ ‫ََُ َ‬
‫ال لَه أَب و عمير ‪ ،‬وَكا َن لَه نُغَر (طَائِر صغِي ر أَحمر الْ ِمْن َقا ِر) ي ْلع ِ‬
‫ب بِه فَ َم َ‬
‫ات ‪ ،‬فَ َد َخ َل‬ ‫ََ ُ‬ ‫َ ْ ْ َُ‬ ‫أَخ يُ َق ُ ُ ُ ْ ُ َ ْ َ ُ‬
‫ِ‬ ‫ِ ِِ‬
‫ات يَ ْوم ‪ ،‬فَ َرأَى الْ َولَ َد َح ِزيْناً ‪ ،‬فَ َق َال َما َشأْنُهُ؟ قْي َل لَهُ َم َ‬
‫ات‬ ‫النَّبِ ُّي َ‬
‫صلَّى اللهُ َعلَْيه َوآله َو َسلَّ َم ذَ َ‬
‫‪11‬‬
‫نُغَُرهُ ‪ ،‬فَ َق َال يَا أَبَا عُ َمْير! َما فَ َع َل النُّغَْي ُر؟‬

‫‪ 10‬من كتاب اْلخَلق للبنين الجزء الثاني لألستاذ عمر بن أحمد بارجاء‪ ،‬ص ‪14-13‬‬

‫‪120‬‬
Al-Imam Muhammad bin Idris Al-Syafi’i
–rahimahullâh–
ِ ‫صرو َن ما َل ي ب‬
› ‫صُر َغْي ُرُه ْم‬ ُْ َ ُ ‫ يُْب‬، ‫س‬
ِ ِ ْ‫اب الْ َعَربِيَّ ِة ِج ُّن ا ِإلن‬
ُ ‫َص َح‬
ْ ‫‹أ‬
“Orang-orang yang bisa Bahasa Arab itu laksana
‘Jin-nya Manusia’. Mereka dapat melihat apa
yang tidak dapat dilihat orang lain.”11

11
Ibnu Abi Hatim al-Razi, Âdâb al-Syâfi’i wa Manâqibuhu, hlm. 112

121
LANGKAH 5

Memahami Bentuk-bentuk Tanda I’rab

Target
 Memahami tanda I’rab dasar dan tanda I’rab cabang pada Isim Mu’rab dan Fi’il Mu’rab.

Indikator
 Mampu menjelaskan secara umum alasan tanda I’rab, baik tanda I’rab dasar maupun tanda
I’rab cabang, pada Isim dan Fi’il dalam teks berharokat.
 Mampu menentukan secara umum tanda I’rab Isim dan Fi’il dalam teks tidak berharokat.

122
A. Tanda I’rab Pada Isim
Pada Langkah ke-2 telah dijelaskan bahwa I’rab Isim ada tiga, yaitu: Rafa’, Nashab, dan Jarr.
Masing-masing dari I’rab tersebut ditandai dengan tanda-tanda akhiran tertentu, yang disebut
dengan tanda-tanda I’rab (‘alâmât al-I’râb).
Nah, tanda I’rab ini ada yang berupa tanda I’rab Dasar yaitu sebagaimana telah dikenalkan juga
pada Langkah ke-2, dan ada yang berupa tanda I’rab Cabang, yaitu tanda I’rab yang mewakili tanda
I’rab Dasar untuk isim-isim yang memiliki karakter tertentu sebagaimana akan dijelaskan.
1. Tanda I’rab Dasar
Tanda I’rab Dasar pada Isim adalah: Dhammah untuk I’rab Rafa’, Fathah untuk I’rab
Nashab, dan Kasrah untuk I’rab Jarr. Tanda-tanda I’rab ini terealisasi pada Isim Mufrad dan Isim
Jamak Taksir pada umumnya.
a. Pada Isim Mufrad

Contoh Tanda I’rab (dasar/cabang) I’rab

‫َزيْد ُش َجاع‬ Dhammah (dasar) Rafa’

‫َس ًدا‬
َ ‫َرأَى َزيْد أ‬ Fathah (dasar) Nashab

‫َس ِد‬
َ ‫َزيْد َكاْل‬ Kasrah (dasar) Jarr

b. Pada Isim Jamak Taksîr

Contoh Tanda I’rab (dasar/cabang) I’rab

‫الس َم ِاء نُ ُج ْوم‬


َّ ‫فِي‬ Dhammah (dasar) Rafa’

ً‫الس َم ِاء نُ ُج ْوما‬


َّ ‫إِ َّن فِي‬ Fathah (dasar) Nashab

‫ُّج ْوِم‬
ُ ‫ت إلَى الن‬
ِ ُ ‫نَظَر‬
ْ Kasrah (dasar) Jarr

Di atas adalah apabila lafazh isim berupa isim shahih, yakni berakhiran huruf hidup (berharokat).
Ditandai dengan tanda I’rab yang tampak (zhâhir). Adapun apabila isim mufrad dan isim jamak
taksir berupa isim maqshûr (isim berakhiran alif) dan isim manqûsh (isim berakhiran yâ` mati), maka
tanda I’rab-nya adalah tanda I’rab dasar yang bersifat muqaddar (imajiner). Kecuali, isim manqûsh
saat ber-I’rab Nashab, maka tanda I’rab-nya zhâhir (tampak).
 Isim Maqshûr dari isim Mufrad dan Jamak

Contoh Tanda I’rab (dasar/cabang) I’rab

‫الدُّنْيَا ُكلُّ َها َمتَاع‬


Dhammah Muqaddarah (dasar) Rafa’
‫ب الْ َه َدايَا لِْل َفائِِزيْ َن‬
ُ ‫تُ ْوَه‬
‫إِ َّن الدُّنْيَا ُكلَّ َها َمتَاع‬
Fathah Muqaddarah (dasar) Nashab
‫ب لِْل َفائِِزيْ َن‬ ِ
ُ ‫إ َّن الْ َه َدايَا تُ ْوَه‬
ُ‫الصالِ َحة‬
َّ ُ‫َو َخْي ُر َمتَ ِاع الدُّنْيَا الْ َم ْرأَة‬
Kasrah Muqaddarah (dasar) Jarr
‫ص َل الْ َفائُِزْو َن َعلَى الْ َه َدايَا‬ َ ‫َح‬

123
 Isim Manqûsh dari isim Mufrad dan Jamak

Contoh Tanda I’rab (dasar/cabang) I’rab

‫اض ْي فِي الْ َم ْح َك َم ِة‬ ِ ‫الْ َق‬


Dhammah Muqaddarah (dasar) Rafa’
‫العالِيَةُ فِي الْ ُم ُد ِن‬ ِ
َ ‫الْ َمبَان ْي‬
‫اض َي فِي الْ َم ْح َك َم ِة‬ ِ ‫إِ َّن الْ َق‬
Fathah Zhahirah (dasar) Nashab
‫ت الْ َمبَانِ َي الْ َعالِيَ َة‬ُ ْ‫َرأَي‬
ِ ‫مررت بِالْ َق‬
‫اض ْي‬ ُ ََْ Kasrah Muqaddarah (dasar) Jarr
‫العالِيَ ِة‬ ِ ِ ‫مرر‬
َ ‫ت بالْ َمبَان ْي‬ ُ ََْ
Cara meng-I’rab isim bertanda I’rab Dasar, baik yang zhâhir maupun yang muqaddar, adalah
sebagaimana yang telah lalu-lalu. Dengan catatan: dalam meng-I’rab isim dengan tanda I’rab
Dasar tidak perlu menyebutkan alasan kenapa tanda I’rab-nya demikian. Baru apabila yang di-I’rab
adalah isim dengan tanda I’rab Cabang, maka dijelaskan kenapa bertanda I’rab demikian (?).
2. Tanda I’rab Cabang
Tanda I’rab Cabang ini berperan sebagai pengganti dari tanda I’rab Dasar yang bentuknya
cukup beragam, tergantung jenis isim yang terkenai I’rab. Apakah berupa Isim Mutsannâ, Isim
Jamak Mudzakkar Sâlim, Isim Jamak Mu`annats Sâlim, al-Asmâ` al-Khamsah, atau Isim Lâ
Yansharif. Masing-masing memiliki tanda I’rab yang khas, berikut rinciannya.
a. Pada Isim Mutsannâ
Isim Mutsanna adalah isim yang berjumlah dua. Tanda I’rabnya hanya ada dua, yaitu
Huruf Alif saat ber-I’rab Rafa’, dan Huruf Yâ` saat ber-I’rab Nashab dan Jarr.

Contoh Tanda I’rab (dasar/cabang) I’rab

ِ ‫الْولَ َد ِان نَ ِجيب‬


‫ان‬ َْ َ Huruf Alif (cabang) Rafa’

ِ‫إِ َّن الْولَ َدي ِن نَ ِجيبان‬


َْ ْ َ Huruf Yâ` (cabang)
Nashab

ِ
‫ت بَِولَ َديْ ِن نَجْيبَ ْي ِن‬
ُ ‫َمَرْر‬ Jarr

Cara meng-I’rab:
Al-Walad[â]ni : Marfu’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Alif karena Isim Mutsanna.
Najîb[â]ni : Marfu’ karena sebagai Khabarul Mubtada`, bertanda Alif karena Isim
Mutsanna.
Al-Walada[y]ni : Manshub karena sebagai Isim Inna, bertanda Yâ` karena Isim Mutsanna.
Walada[y]ni : Majrur karena didahului Harf Jarr, bertanda Yâ` karena Isim Mutsanna.
Najîba[y]ni : Majrur karena sebagai sifat bagi Waladayni, bertanda Yâ` karena Isim
Mutsanna.
b. Pada Isim Jamak Mudzakkar Sâlim

124
Isim Jamak Mudzakkar Salim adalah isim jamak yang dihukumi Mudzakkar dengan ciri
khas berakhiran Wâwu-Nûn atau Yâ`-Nûn. Tanda I’rabnya juga dua saja, yaitu Huruf Wâwu saat
ber-I’rab Rafa’, dan Huruf Yâ` saat ber-I’rab Nashab dan Jarr.

Contoh Tanda I’rab (dasar/cabang) I’rab

‫نَ ْح ُن الْ ُم ْسلِ ُم ْو َن‬ Huruf Wâwu (cabang) Rafa’

‫إِ َّن الْ ُم ْؤِمنِْي َن ُه ُم الْ َفائُِزْو َن‬ Nashab


Huruf Yâ` (cabang)
‫نَ ْح ُن ِم َن الْ ُم ْسلِ ِمْي َن‬ Jarr

Cara meng-I’rab:
Al-Muslim[û]na : Marfu’ karena sebagai Khabarul Mubtada’, bertanda Wâwu karena Isim
Jamak Mudzakkar Salim.
Al-Mu`min[î]na : Manshub karena sebagai Isim Inna, bertanda Yâ` karena Isim Jamak
Mudzakkar Salim.
Al-Muslim[î]na : Majrur karena didahului Harf Jarr, bertanda Yâ` karena Isim Jamak
Mudzakkar Salim.
c. Pada Isim Jamak Mu`annats Sâlim
Isim Jamak Mu`annats Salim adalah isim jamak yang dihukumi Mu`annats dengan ciri
khas berakhiran Alif-Tâ` Maftûhah (‫) ات‬. Tanda I’rabnya dua saja, yaitu Dhammah saat ber-I’rab Rafa’,
dan Kasrah saat ber-I’rab Nashab dan Jarr.

Contoh Tanda I’rab (dasar/cabang) I’rab

‫ات‬ ِ
ُ ‫ُه َّن الْ ُم ْسل َم‬ Dhammah (dasar) Rafa’

ِ ‫رأَيت الْمسلِم‬
‫ات‬ َ ْ ُ ُ َْ Kasrah (cabang) Nashab

ِ ‫مررت بِالْمسلِم‬
‫ات‬ َ ْ ُ ُ ََْ Kasrah (dasar) Jarr

Cara meng-I’rab:
Al-Muslimât[u] : Marfu’ karena sebagai Khabarul Mubtada’, bertanda Dhammah.
Al-Muslimât[i] 1 : Manshub karena sebagai Maf’ul Bihi, bertanda Kasrah karena Isim Jamak
Mu`annats Salim.
Al-Muslimât[i] 2 : Majrur karena didahului Harf Jarr, bertanda Kasrah.
d. Pada al-Asmâ` al-Khamsah
al-Asmâ` al-Khamsah (isim yang lima) maksudnya adalah:

bapak mertua ‫َح ُم ْو‬ bapak ‫أَب‬


mulut ‫فُ ْو‬ saudara lk. ‫أَخ‬
pemilik ‫ذُ ْو‬
Tanda I’rab-nya ada tiga, yaitu huruf Wâwu saat ber-I’rab Rafa’, huruf Alif saat ber-I’rab Nashab,
dan huruf Yâ` saat ber-I’rab Jarr.

125
Contoh Tanda I’rab (dasar/cabang) I’rab

‫تُ ُوفِّ َي أَبُ ْو َسعِْيد‬ Wâwu (cabang) Rafa’

‫إِ َّن أَبَا َسعِْيد تُ ُوفِّ َي‬ Alif (cabang) Nashab

‫ت بَِوفَاةِ أَبِ ْي َسعِْيد‬ُ ‫ُخبِْر‬ْ‫أ‬ Yâ` (cabang) Jarr

Cara meng-I’rab:
Ab[û] : Marfu’ karena sebagai Na`ibul Fa’il, bertanda Wâwu karena al-Asma` al-
Khamsah.
Ab[â] : Manshub karena sebagai Isim Inna, bertanda Alif karena al-Asma` al-
Khamsah.
Ab[î] : Majrur karena sebagai Mudhaf Ilayhi, bertanda Yâ` karena al-Asma` al-
Khamsah.

Catatan:
Semua al-Asmâ` al-Khamsah bertanda I’rab demikian ketika berkedudukan sebagai Mudhaf.
Adapun jika bukan sebagai mudhaf, yakni khusus bagi dua isim yang pertama (‫ أخ‬، ‫– )أب‬karena tiga
yang terakhir (‫ ذُو‬، ‫ فُو‬، ‫)ح ُمو‬
َ selalu sebagai mudhaf–, maka tanda I’rab-nya adalah tanda I’rab Dasar.
Contoh:

‫َب َجالِس َعلَى الْ ُك ْرِس ِّي‬


ُ ‫ْاْل‬
Sang bapak duduk di atas kursi
Al-Ab[u] : Marfu’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah.
ِ
ُ‫ت بِأَخ َشقْيق لَه‬
ُ ‫لَ ْس‬
Aku bukan saudara kandung dia
Akh[in] : Majrur karena didahului Harf Jarr (bi), bertanda Kasrah.
e. Pada Isim Lâ Yansharif
Isim Lâ Yansharif adalah isim yang tidak menerima Tanwin dan tidak pula Kasrah. Ia ada
beberapa macam dan terbagi menjadi dua kelompok:
1) Memiliki Satu Alasan
 Alasan Berakhiran Alif Ta`nîts Maqshûrah: ‫ َس ْل َوى‬، ‫عُظْ َمى‬
Alasan Berakhiran Alif Ta`nîts Mamdûdah: ‫ فُ َقراء‬، ‫حراء‬

ُ َ ُ َْ ‫ص‬ َ
 ِ ِ
Alasan Berupa Shîghah Muntahâl Jumû’ : ‫ َم َفاهْيم‬، ‫َمساج ُد‬
12
ُ َ
2) Memiliki Dua Alasan
a) Alasan 1 karena Isim ‘Alam + Alasan 2 karena …

12
Shîghah Muntahâl Jumû’ adalah Jama’ Taksir yang memiliki ciri khas berakhiran dua huruf atau tiga huruf
setelah alif.

126
ِ
 Non-Arab (‘Ajam)13: ُ ‫ يُ ْو ُس‬، ‫إِبْ َراهْي ُم‬
‫ف‬
 Mu`annats/bertanda Mu`annats14: ُ‫ُس َامة‬
َ‫أ‬،‫ب‬
ُ َ‫َزيْن‬
 Berakhiran Alif-Nûn: ‫ن‬ ُ ‫ ُسلَْي َما‬، ‫عُثْ َما ُن‬

َ ْ ‫ أ‬، ‫يَِزيْ ُد‬
Berpola Fi’il: ‫َحم ُد‬

 Berpola ‫فُ َع ُل‬: ‫ ُهبَ ُل‬، ‫عُ َم ُر‬


b) Alasan 1 karena Isim Shifat + Alasan 2 karena …
 Berpola ‫أَفْ َع ُل‬: ‫َح َم ُق‬
ْ‫أ‬،‫ض‬ُ َ‫أَبْي‬
 Berakhiran Alif-Nûn: ‫ن‬ ُ ‫ َج ْو َعا‬، ‫َعطْ َشا ُن‬
Berpola ‫فُ َعل‬: ‫ُخر‬

ُ َُ ‫أ‬
Semua jenis kata tersebut hanya memiliki dua tanda I’rab, yaitu Dhammah saat ber-I’rab Rafa’, dan
Fathah saat ber-I’rab Nashab dan Jarr.

Contoh Tanda I’rab (dasar/cabang) I’rab

‫ص ِديِْق ْي‬
َ ‫عُثْ َما ُن‬ Dhammah (dasar) Rafa’

‫ص ِديِْق ْي‬
َ ‫إِ َّن عُثْ َما َن‬ Fathah (dasar) Nashab

‫ت بِعُثْ َما َن‬


ُ ‫َمَرْر‬ Fathah (cabang) Jarr

Cara meng-I’rab:
‘Utsmân[u] : Marfu’ karena sebagai Mubtada`, bertanda Dhammah.
‘Utsmân[a] 1 : Manshub karena sebagai Isim Inna, bertanda Fathah.
‘Utsmân[a] 2 : Majrur karena didahului harf Jarr (bi), bertanda Fathah karena Isim Lâ
Yansharif.

Catatan:
Semua Isim Lâ Yansharif tidak menerima harakat kasrah, kecuali dalam dua kondisi:
1. Saat ber-Alif-Lâm Ta’rîf, dan
2. Saat berkedudukan sebagai Mudhâf
Dalam dua kondisi tersebut ia dapat berharakat Kasrah manakala ber-I’rab Jarr, dan itu umumnya
terealisasi pada Isim Lâ Yansharif yang bukan Isim ‘Alam.

Contoh Tanda I’rab (dasar/cabang) I’rab

ِ ‫ِجْا‬
َ َ‫ت بِل َواء أَبْي‬
‫ض‬ ُ Fathah (cabang) Jarr

Kecuali Isim ‘Alam + ‘Ajam yang terdiri dari tiga huruf yang mana huruf tengahnya ber-sukun, maka ia
13

munsharif (menerima tanwin dan kasrah). Contoh: ‫ لُْوط‬، ‫ُه ْود‬


Kecuali Isim ‘Alam + Mu`annats yang terdiri dari tiga huruf, yang mana huruf tengahnya ber-sukun, maka ia
14

munsharif (menerima tanwin dan kasrah). Contoh: ‫ِهْند‬

127
ِ َ‫ت بِاللِّ َو ِاء ْاْلَبْي‬
‫ض‬ ِ
ُ ‫جْا‬ Kasrah (dasar)

‫ض اللِّ َو ِاء‬
ِ َ‫ت بِأَبْي‬ ِ
ُ ‫جْا‬ Kasrah (dasar)

Cara meng-I’rab:
Abyadh[a] : Majrur karena sebagai Sifat bagi Liwâ`[in], bertanda Fathah karena Isim Lâ
Yansharif.
al-Abyadh[i] : Majrur karena sebagai Sifat bagi al-Liwâ`[i], bertanda Kasrah.
Abyadh[i] : Majrur karena didahului harf Jarr (bi), bertanda Kasrah. Dan ia adalah
Mudhaf.
B. Tanda I’rab Pada Fi’il
Pada Langkah ke-2 telah dijelaskan bahwa I’rab Fi’il juga ada tiga, yaitu: Rafa’, Nashab, dan
Jazm. Masing-masing dari I’rab tersebut ditandai dengan tanda-tanda akhiran tertentu. Ada yang
berupa tanda I’rab Dasar yaitu sebagaimana telah dikenalkan juga pada Langkah ke-2, dan ada juga
yang berupa tanda I’rab Cabang, yaitu tanda I’rab yang mewakili tanda I’rab Dasar untuk fi’il-fi’il yang
memiliki ciri khas tertentu sebagaimana akan dijelaskan.
1. Tanda I’rab Dasar
Fi’il Mudhari’ bertanda I’rab Dasar, yaitu manakala berupa fi’il shahîhul akhîr (tidak berakhiran
huruf ‘illat), dan setelahnya tidak terhubung dengan suatu apapun. Maksud dari “setelahnya tidak
terhubung dengan suatu apapun” adalah Fi’il Mudhari’ yang tidak bersambung dengan Aliful Itsnayn,
Wâwul Jama’ah, dan Yâ`ul Mukhâthabah (al-Af’âl al-Khamsah), dan tidak pula berakhiran Nûn Niswah.
Lihat bagian yang tidak berarsir pada tabel:

ُ Tanda I’rab
Akhiran Mabni ُ Fi’il Mudhari’
Cabang Dasar

- - - √ ‫يَ ْف َع ُل‬
Aliful Itsnayn - √ - ‫يَ ْف َع ََل ِن‬
Wâwul Jamâ’ah - √ - ‫يَ ْف َعلُ ْو َن‬
- - - √ ‫تَ ْف َع ُل‬
Aliful Itsnayn - √ - ‫تَ ْف َع ََل ِن‬
Nûn Niswah √ - - ‫يَ ْف َع ْل َن‬
- - - √ ‫تَ ْف َع ُل‬
Aliful Itsnayn - √ - ‫تَ ْف َع ََل ِن‬
Wâwul Jamâ’ah - √ - ‫تَ ْف َعلُ ْو َن‬
Yâ`ul Mukhâthabah - √ - ‫تَ ْف َعلِْي َن‬
Aliful Itsnayn - √ - ‫تَ ْف َع ََل ِن‬
Nûn Niswah √ - - ‫تَ ْف َع ْل َن‬

128
- - - √ ‫أَفْ َع ُل‬
- - - √ ‫نَ ْف َع ُل‬
Contoh:
Contoh Tanda I’rab (dasar/cabang) I’rab
‫ب بِالْ ُكَرِة‬
ُ ‫َزيْد يَْل َع‬ Dhammah (dasar) Rafa’

‫ب بِالن َّْرِد‬
َ ‫أَنَا لَ ْن أَلْ َع‬ Fathah (dasar) Nashab

ِ ‫نَحن لَم نَْلعب فِي الش‬


‫َّاط ِئ‬ ْ َ ْ ُْ Sukun (dasar) Jazm

2. Tanda I’rab Cabang


Sebagaimana telah disinggung di atas, tanda I’rab Cabang pada Fi’il Mudhari’ hanya berkisar
pada dua hal. Yaitu terkait Fi’il Mu’tallul Akhîr, dan Fi’il yang terhubung dengan suatu hal (yaitu salah
satu dari: Aliful Itsnayn, Wâwul Jama’ah, dan Yâ`ul Mukhâthabah), atau yang dikenal dengan sebutan al-
Af’âl al-Khamsah (fi’il yang lima).
a. Pada Fi’il Mu’tallul Akhîr (berakhiran huruf ‘illat)
Fi’il yang berakhiran huruf ‘illat adalah fi’il yang berakhiran salah satu dari huruf ‘illat: Alif,
Wâwu, dan Yâ` (‫ ي‬، ‫ و‬، ‫)ا‬. Ia memiliki tiga tanda I’rab, yaitu: Dhammah Muqaddarah saat ber-I’rab Rafa’,
Fathah Zhahirah saat ber-I’rab Nashab, dan Hilangnya Huruf ‘Illat saat ber-I’rab Jazm.
Contoh Tanda I’rab (dasar/cabang) I’rab
‫َزيْد يَ ْش ِفي ِم ْن َمَر ِض ِه‬ Dhammah Muqaddarah (dasar) Rafa’

‫أ َْدعُو اللهَ َك ْي يَ ْش ِف َي َزيْد‬ Fathah Zhahirah (dasar) Nashab

‫ف ِم ْن َمَر ِض ِه‬ ِ ‫َزيْد لَم ي ْش‬


َْ Hilangnya Huruf ‘Illat (cabang) Jazm

Cara meng-I’rab:
Yasyfiy : Marfu’ karena tidak didahului ‘Amil, bertanda Dhammah Muqaddarah karena
Fi’il Mu’tallul Akhîr.
Yasyfiy[a] : Manshub karena didahului ‘Amil Nashab (kay), bertanda Fathah Zhahirah
karena Fi’il Mu’tallul Akhîr.
Yasyfi[] : Majzum karena didahului ‘Amil Jazm (lam), bertanda Hilangnya Huruf ‘Illat
karena Fi’il Mu’tallul Akhîr.
b. Pada al-Af’âl al-Khamsah (fi’il yang lima)
al-Af’âl al-Khamsah adalah fi’il mudhari’ yang berakhiran Aliful Itsnayn (Alif yang menunjukkan
dua orang), Wâwul Jamâ’ah (Wâwu yang menunjukkan lebih dari dua orang), dan Yâ`ul Mukhâthabah
(Yâ` yang menunjukkan seorang perempuan orang kedua). Masing-masing dari Aliful Itsnayn dan
Wâwul Jamâ’ah berlaku bagi orang ke-dua dan orang ke-tiga, sedangkan Yâ`ul Mukhâthabah khusus
untuk orang ke-dua. Sehingga berjumlah lima. Contoh:

‫ تَ ْف َعلِْي َن‬، ‫ تَ ْف َعلُ ْو َن‬، ‫ يَ ْف َعلُ ْو َن‬، ‫ تَ ْف َع ََل ِن‬، ‫يَ ْف َع ََل ِن‬

129
Yang dimaksud dengan Aliful Itsnayn, Wâwul Jamâ’ah, dan Yâ`ul Mukhâthabah, pada contoh-contoh
tersebut adalah huruf-huruf yang berada tepat sebelum huruf Nun di akhir. Lihat bagian tabel yang
tidak berarsir dan perhatikan huruf bergaris bawah:

Ciri-ciri al-Af’âl al-Khamsah ُ Fi’il Mudhari’

- - ‫يَ ْف َع ُل‬
Aliful Itsnayn √ ‫يَ ْف َع ََل ِن‬
Wâwul Jamâ’ah √ ‫يَ ْف َعلُ ْو َن‬
- - ‫تَ ْف َع ُل‬
Aliful Itsnayn √ ‫تَ ْف َع ََل ِن‬
- - ‫يَ ْف َع ْل َن‬
- - ‫تَ ْف َع ُل‬
Aliful Itsnayn √ ‫تَ ْف َع ََل ِن‬
Wâwul Jamâ’ah √ ‫تَ ْف َعلُ ْو َن‬
Yâ`ul Mukhâthabah √ ‫تَ ْف َعلِْي َن‬
Aliful Itsnayn √ ‫تَ ْف َع ََل ِن‬
- - ‫تَ ْف َع ْل َن‬
- - ‫أَفْ َع ُل‬
- - ‫نَ ْف َع ُل‬
Tanda I’rab al-Af’âl al-Khamsah ada dua saja, yakni Adanya Huruf Nun saat ber-I’rab Rafa’, dan
Hilangnya Huruf Nun saat ber-I’rab Nashab dan Jazm.
Contoh Tanda I’rab (dasar/cabang) I’rab
‫ات‬ِ ‫الصالِح‬
َ َّ ‫ُه ْم يَ ْع َملُ ْو َن‬ Adanya Huruf Nun (cabang) Rafa’

ِ ‫الصالِح‬
‫ات‬ َ َّ ‫أَ ْن تَ ْع َم ََل أَنْتُ َما‬ Hilangnya Huruf Nun (cabang)
Nashab

ُّ ‫ت لَ ْم تَ ْع َملِ ْي‬
َ‫الس ْوء‬
ِ ْ‫أَن‬ Jazm

Cara meng-I’rab:
Ya’malû[na] : Marfu’ karena tidak didahului ‘Amil, bertanda Adanya Huruf Nun karena
termasuk al-Af’âl al-Khamsah.
Ta’malû[] : Manshub karena didahului ‘Amil Nashab (an), bertanda Hilangnya Huruf Nun
karena termasuk al-Af’âl al-Khamsah.
Ya’malû[] : Majzum karena didahului ‘Amil Jazm (lam), bertanda Hilangnya Huruf Nun
karena termasuk al-Af’âl al-Khamsah.
Catatan:

130
Hilangnya huruf Nun setelah Wâwul Jamâ’ah –dalam kaidah penulisan– disertai dengan penambahan
huruf Alif, yang disebut dengan Alif Zâ`idah (Alif Tambahan).
‫تَ ْف َعلُ ْو َن » أَ ْن تَ ْف َعلُ ْوا‬
Alif Zâ`idah juga ditambahkan setelah Wâwul Jamâ’ah pada Fi’il Madhin dan Fi’il Amr:
‫ اِفْ َعلُ ْوا‬، ‫فَ َعلُ ْوا‬
Ringkasan Tanda I’rab Isim dan Fi’il
Tanda I’rab
Jenis Kata
Rafa’ Nashab Jarr Jazm
Mufrad Dhammah Fathah Kasrah -
Jamak Taksir Dhammah Fathah Kasrah -
Dhammah Fathah Kasrah
Maqshur -
Muqddarah Muqddarah Muqddarah
Dhammah Fathah Kasrah
Manqush -
Isim

Muqddarah Zhahirah Muqddarah


Mutsanna Huruf Alif Huruf Ya` -
Jamak Mudzakkar Salim Huruf Wawu Huruf Ya` -
Jamak Mu`annats Salim Dhammah Kasrah -
Al-Asma` al-Khamsah Huruf Wawu Huruf Alif Huruf Ya` -
La Yansharif Dhammah Fathah -
Shahihul akhir
(yang tidak tersambung
dengan Aliful Itsnayn, Dhammah Fathah
- Sukun Zhahir
Wâwul Jama’ah, Yâ`ul Zhahirah Zhahirah
Mukhâthabah, dan Nûn
Niswah)
Mu’tallul akhir
(yang tidak tersambung
Fi’il

dengan Aliful Itsnayn, Dhammah Fathah Hilangnya


-
Wâwul Jama’ah, Yâ`ul Muqddarah Zhahirah Huruf ‘Illat
Mukhâthabah, dan Nûn
Niswah)
Al-Af’âl al-Khamsah
(fi’il yang tersambung
Adanya Huruf Hilangnya Hilangnya
dengan Aliful Itsnayn, -
Nun Huruf Nun Huruf Nun
Wâwul Jama’ah, dan Yâ`ul
Mukhâthabah)

C. Tanda Akhir yang Diikutkan


Ada beberapa lafazh Isim yang tanda akhirannya diikutkan dengan tanda I’rab isim yang
sudah dipaparkan di atas. Yang perlu diketahui terlebih dahulu adalah:

1. Tanda akhir Isim Isyarah Hâzhâni (‫ )هذان‬dan Hâtâni (‫)هتان‬


Yaitu mengikuti tanda I’rab Isim Mutsanna.
‫ان لِ َه َذيْ ِن الطَّالِبَ ْي ِن‬
ِ َ‫ان الْح ِقيبت‬
َْ َ َ‫َهت‬
ِ
2. Tanda akhir Isim Maushul Alladzâni (‫ )اللذان‬dan Allatâni (‫)اللتان‬

131
Yaitu mengikuti tanda I’rab Isim Mutsanna.
‫ت الضَّْي َفْي ِن اللَّ َذيْ ِن ِعْن َد َك‬
ُ ْ‫َرأَي‬
3. Tanda akhir pada lafazh Itsnâni (‫ )اثنان‬dan Itsnatâni (‫)اثنتان‬
Yaitu mengikuti tanda I’rab Isim Mutsanna.
‫رآن فِي الْيَ ْوِم‬
ِ ‫قَرأْت جزأَي ِن اثْنَ ي ِن ِمن الْ ُق‬
َ ْ ْ ُْ ُ َ
4. Tanda akhir pada lafazh puluhan dalam bilangan (‫ الخ‬،‫ أربعون‬،‫ ثَلثون‬،‫)عشرون‬
Yaitu mengikuti tanda I’rab Isim Jamak Mudzakkar Salim.
ً‫ت ِم ْن َخ ْم ِسْي َن ُم َعلِّما‬
ُ ‫تَ َعلَّ ْم‬

SUPLEMENT TAMBAHAN
Susunan Bilangan (Tarkîb ‘Adadî)
 Tarkîb ‘Adadî: Susunan yang menjelaskan bilangan.
 Ciri-ciri dan ketentuan
1) Memiliki susunan inti: ‘Adad (bilangan) dan Ma’dûd (objek bilangan)
ِ ‫وإِلَه ُكم إِلَه و‬
‫احد‬ َ ْ ُ َ
Dan Tuhanmu adalah satu Tuhan
ilâh[un] : Ma’dûd
wâhid[un] : ‘Adad

‫لِي ثَََلثَةُ أَقْ ََلم‬


Aku memiliki tiga pena
tsalâtsat[u] : ‘Adad
aqlâm[in] : Ma’dûd

2) Tarkib ‘Adadi ada dua macam: ‘Adad ‘Ashlî (bilangan asli), dan ‘Adad Tartîbî
(bilangan urutan)

a) ‘Adad ‘Ashlî
 Bilangan 1-2
‫احد‬ِ ‫طَالِب و‬ I’rab:
َ 1 Ma’dûd dan ‘Adad di sini berbentuk Tarkîb
‫طَالِبَة َواح َدة‬
ِ Washfî, sehingga mengikuti kaidah I’rab Tarkîb
Washfî.

ِ ‫طَالِب‬
ِ َ‫ان اثْن‬
‫ان‬ َ 2
 Ma’dûd: bukan posisi I’rab, sebagai Maushûf

‫ان‬ ِ َ‫طَالِبت‬
ِ َ‫ان اثْنَت‬  ‘Adad: mengikuti I’rab Ma’dûd, sebagai
َ Shifah
- Posisi Ma’dûd mendahului ‘Adad.

132
- ‘Adad menyamai Ma’dûd dari segi gender.
- Ketentuan lafazh ‘Adad untuk bilangan dua
(isnâni, isnatâni) mengikuti ketentuan isim
Mutsannâ.
‫ان > َعلَى طَالِبَ ْي ِن اثْنَ ْي ِن‬ ِ ‫طَالِب‬
ِ َ‫ان اثْن‬
َ
 Bilangan 3-10
‫ثَََلثَةُ طََُّلب‬ I’rab:
3 ‘Adad dan Ma’dûd di sini berbentuk Tarkîb Idhâfî,
‫ث طَالِبَات‬ُ ‫ثَََل‬ sehingga mengikuti kaidah I’rab Tarkîb Idhâfî.

‫أ َْربَ َعةُ طََُّلب‬  ‘Adad: bukan posisi I’rab, sebagai Mudhâf


4
‫أ َْربَ ُع طَالِبَات‬  Ma’dûd: Majrûr, sebagai Mudhâf Ilayh

‫َخ ْم َسةُ طََُّلب‬ - Posisi ‘Adad mendahului Ma’dûd.


5 - Ma’dûd berbentuk Isim Jamak, dan Nakirah.
‫س طَالِبَات‬
ُ ‫َخ ْم‬ - ‘Adad berkebalikan dengan Ma’dûd dari segi
‫ِستَّةُ طََُّلب‬ gender.
6 - Khusus bilangan ‫ ثَ َمانِي‬di sini, merupakan
ْ
‫ت طَالِبَات‬ ُّ ‫ِس‬ isim manqush, maka mengikuti ketentuan-

‫َسْب َعةُ طََُّلب‬ ketentuan isim manqush.


7
‫َسْب ُع طَالِبَات‬ ‫أ َْربَ ُع طَالِبَات > َعلَى أ َْربَ ِع طَالِبَات‬
‫ثَ َمانِيَةُ طََُّلب‬
8
‫ثَ َمانِ ْي طَالِبَات‬
‫تِ ْس َعةُ طََُّلب‬
9
‫تِ ْس ُع طَالِبَات‬
‫َع َشَرةُ طََُّلب‬
11
‫َع ْش ُر طَالِبَات‬

 Bilangan 11-19

ً‫َح َد َع َشَر طَالِبا‬َ‫أ‬


I’rab:
11
ً‫إِ ْح َدى َع ْشَرةَ طَالِبَة‬  ‘Adad bag. 1: mabni fathah.
 ‘Adad bag. 2: mabni fathah.
ً‫اِثْنَا َع َشَر طَالِبا‬  Ma’dûd: Manshub, sebagai Tamyîz.
ِ 12
ً‫اثْنَتَا َع ْشَرَة طَالِبَة‬ - ‘Adad terdiri dari dua kata, yang semuanya
ً‫ثَََلثَةَ َع َشَر طَالِبا‬ 13 mabni fathah.

133
ً‫ث َع ْشَرةَ طَالِبَة‬ َ ‫ثَََل‬ ً‫ش َُر طَالِبا‬
َُ ‫ُع‬ ِ َ ‫ثَََلثَةَُع‬
َ َ‫ش َُر طَالباً > َعلَى ثَََلثَة‬ َ
ً‫أ َْربَ َعةَ َع َشَر طَالِبا‬ Kecuali lafazh isnâ dan isnatâ, keduanya
14 mengikuti ketentuan Isim Mutsanna, namun
ً‫أ َْربَ َع َع ْشَرَة طَالِبَة‬ tanpa menyertakan huruf nûn.

ً‫َخ ْم َسةَ َع َشَر طَالِبا‬ ً‫اِثْنَا َع َشَر طَالِباً > َعلَى اثْنَ ْي َع َشَر طَالِبا‬
15 - Ma’dûd dalam bentuk Isim Mufrad, dan
ً‫س َع ْشَرَة طَالِبَة‬ َ ‫َخ ْم‬ Nakirah.

ً‫ِستَّةَ َع َشَر طَالِبا‬ - ‘Adad bagian ke-dua menyamai Ma’dûd dari


16 segi gender, sedangkan ‘Adad bagian
ً‫ت َع ْشَرةَ طَالِبَة‬ َّ ‫َس‬ pertama sebaliknya, kecuali untuk bilangan
11 dan 12.
ً‫َسْب َعةَ َع َشَر طَالِبا‬ - Khusus bilangan ‫ ثَ َمانِي‬di sini, merupakan
17 َ
ً‫َسْب َع َع ْشَرةَ طَالِبَة‬ isim mabni, yakni mabni fathah
sebagaimana bilangan lainnya.
ً‫ثَ َمانِيَةَ َع َشَر طَالِبا‬
18
ً‫ثَ َمانِ َي َع ْشَرةَ طَالِبَة‬
ً‫تِ ْس َعةَ َع َشَر طَالِبا‬
19
ً‫تِ ْس َع َع ْشَرةَ طَالِبَة‬

 Bilangan Puluhan (20-90)

ً‫ طَالِبَة‬/ ً‫ِع ْش ُرْو َن طَالِبا‬


‘Irab:
21
ً‫ طَالِبَة‬/ ً‫ثَََلثُ ْو َن طَالِبا‬ 31  ‘Adad: bukan posisi I’rab
 Ma’dûd: Manshub, sebagai Tamyiz
ً‫ طَالِبَة‬/ ً‫أ َْربَعُ ْو َن طَالِبا‬ 41
- Apapun gendernya menggunakan ‘Adad
ً‫ طَالِبَة‬/ ً‫َخ ْم ُس ْو َن طَالِبا‬ 51 yang sama.

ً‫ طَالِبَة‬/ ً‫ِست ُّْو َن طَالِبا‬


- Ketentuan lafazh ‘Adad mengikuti
61 ketentuan isim Jamak Mudzakkar Salim.

ً‫ طَالِبَة‬/ ً‫َسْب عُ ْو َن طَالِبا‬ 71 ً‫ثَََلثُ ْو َن طَالِباً > َعلَى ثَََلثِْي َن طَالِبا‬


ً‫ طَالِبَة‬/ ً‫ثَ َمانُ ْو َن طَالِبا‬ 81
ً‫ طَالِبَة‬/ ً‫تِ ْسعُ ْو َن طَالِبا‬ 91

 Bilangan di antara puluhan (21-29; 31-39, 41-49, dst.)


ً‫احد َو ِع ْش ُرْو َن طَالِبا‬ ِ‫و‬
َ
‘Irab:
21
ً‫اح َدة َو ِع ْش ُرْو َن طَالِبَة‬
ِ‫و‬
َ ‘Adad bagian 1 dan bagian 1 berupa Tarkîb ‘Athfî.
sehingga mengikuti kaidah I’rab Tarkîb ‘Athfî.
ِ َ‫اِثْن‬
ً‫ان َوثَََلثُ ْو َن طَالِبا‬ 32

134
ً‫ان َوثَََلثُ ْو َن طَالِبَة‬ ِ َ‫اِثْنَت‬  ‘Adad bag. 1: bukan posisi I’rab, sebagai
Ma’thûf ‘Alayhi
ً‫ثَََلثَة َوأ َْربَعُ ْو َن طَالِبا‬  Harf ‘Athf (wa): mabni fathah
43  ‘Adad bag. 2: mengikuti I’rab ‘Adad bagian
ً‫ثَََلث َوأ َْربَعُ ْو َن طَالِبَة‬ pertama, sebagai Ma’thûf

ً‫أ َْربَ َعة َو َخ ْم ُس ْو َن طَالِبا‬


 Ma’dûd: Manshub, sebagai Tamyîz
54
ً‫أ َْربَع َو َخ ْم ُس ْو َن طَالِبَة‬ - Apapun gendernya menggunakan ‘Adad
yang sama.
ً‫َخ ْم َسة َو ِست ُّْو َن طَالِبا‬ - ‘Adad bagian ke-dua berbentuk sama untuk
65
ً‫َخ ْمس َو ِست ُّْو َن طَالِبَة‬
semua gender, sedangkan ‘Adad bagian
pertama berkebalikan dengan ma’dud,
ً‫ِستَّة َو َسْب عُ ْو َن طَالِبا‬ kecuali yang bersinggungan dengan
76 bilangan … 1 dan … 2.
ً‫ِست َو َسْب عُ ْو َن طَالِبَة‬ - Ketentuan lafazh ‘Adad ke-dua mengikuti

ً‫َسْب َعة َوثَ َمانُ ْو َن طَالِبا‬


ketentuan isim Jamak Mudzakkar Salim.

87 ً‫ِستَّة ثَََلثُ ْو َن طَالِباً > َعلَى ِستَّة َوثَََلثِْي َن طَالِبا‬


ً‫َسْبع َوثَ َمانُ ْو َن طَالِبَة‬ - Khusus bilangan ‫ ثَ َمانِي‬di sini, merupakan
ْ
ً‫ثَ َمانِيَة َوتِ ْسعُ ْو َن طَالِبا‬ isim manqush, maka mengikuti ketentuan-
98
ً‫ثَ َمانِ ْي َوتِ ْسعُ ْو َن طَالِبَة‬
ketentuan isim manqush.

 Bilangan 100, 1.000, 1.000.000


‫ طَالِبَة‬/ ‫ِمائَةُ طَالِب‬ 100 I’rab:
‘Adad dan Ma’dûd di sini berbentuk Tarkîb Idhâfî,
‫ طَالِبَة‬/ ‫ِمائَتَا طَالِب‬ 200 sehingga mengikuti kaidah I’rab Tarkîb Idhâfî.

‫ طَالِبَة‬/ ‫ف طَالِب‬ُ ْ‫أَل‬ 1.000 ‘Adad: bukan posisi I’rab, sebagai Mudhâf
Ma’dûd: Majrur, sebagai Mudhâf Ilayh
‫ طَالِبَة‬/ ‫ِم ْليُ ْو ُن طَالِب‬ 1 jt
‫ِمائَةُ طَالِب > َعلَى ِمائَِة طَالِب‬

b. ‘Adad Tartibi
 Bilangan 1-10
ِ
ُ ‫الطَّال‬
I’rab:
‫ب ْاْل ََّو ُل‬ ke-1/
‫الطَّالِبَةُ اْل ُْولَى‬ Pertama Ma’dûd dan ‘Adad di sini berbentuk Tarkîb
Washfî, sehingga mengikuti kaidah I’rab
‫ب الثَّانِ ْي‬ ِ
ُ ‫الطَّال‬ ke-2
Tarkîb Washfî.

ُ‫الطَّالِبَةُ الثَّانِيَة‬ Ma’dûd: bukan posisi I’rab, sebagai Maushûf


ِ ِ
‫ث‬
ُ ‫ب الثَّال‬ ُ ‫الطَّال‬
‘Adad: mengikuti I’rab Ma’dûd, sebagai
ke-3 shifah
ُ‫الطَّالِبَةُ الثَّالِثَة‬

135
‫الرابِ ُع‬ ‫ِ‬ ‫ب الثَّالِ ِ‬
‫ث > َعلَى الطَّالِ ِ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ب َّ‬ ‫الطَّال ُ‬ ‫‪ke-4‬‬
‫ث‬ ‫الطَّال ُ‬
‫ب الثَّال ُ‬
‫الطَّالِبَةُ َّ‬
‫الرابِ َعةُ‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫س‬‫ب الْ َخام ُ‬ ‫الطَّال ُ‬ ‫‪ke-5‬‬
‫الطَّالِبَةُ الْ َخ ِام َسةُ‬
‫س‬ ‫الطَّالِب َّ ِ‬
‫الساد ُ‬ ‫ُ‬ ‫‪ke-6‬‬
‫الساد َسةُ‬ ‫ِ‬ ‫الطَّالِبَةُ َّ‬
‫السابِ ُع‬ ‫ِ‬
‫ب َّ‬ ‫الطَّال ُ‬ ‫‪ke-7‬‬
‫السابِ َعةُ‬ ‫الطَّالِبَةُ َّ‬
‫الطَّالِب الث ِ‬
‫َّام ُن‬ ‫ُ‬ ‫‪ke-8‬‬
‫الطَّالِبةُ الث ِ‬
‫َّامنَةُ‬ ‫َ‬
‫َّاس ُع‬‫الطَّالِب الت ِ‬
‫ُ‬ ‫‪ke-9‬‬
‫َّاس َعةُ‬‫الطَّالِبةُ الت ِ‬
‫َ‬
‫اش ُر‬ ‫الطَّالِب الْع ِ‬
‫ُ َ‬ ‫‪ke-10‬‬
‫اشَرةُ‬ ‫الطَّالِبةُ الْع ِ‬
‫َ َ‬
‫‪ Bilangan 11-19‬‬
‫ب الْ َح ِاد ْي َع َشَر‬ ‫ِ‬
‫الطَّال ُ‬
‫‪I’rab:‬‬
‫‪ke-11‬‬
‫الطَّالِبَةُ الْ َح ِاديَةَ َع ْشَرةَ‬ ‫‪Ma’dûd dan ‘Adad di sini berbentuk Tarkîb‬‬
‫‪Washfî, sehingga mengikuti kaidah I’rab‬‬
‫ب الثَّانِ ْي َع َشَر‬ ‫ِ‬
‫الطَّال ُ‬ ‫‪ke-12‬‬
‫‪Tarkîb Washfî.‬‬

‫الطَّالِبَةُ الثَّانِيَةَ َع ْشَرةَ‬ ‫‪Ma’dûd: bukan posisi I’rab, sebagai Maushûf‬‬


‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ث َع َشَر‬ ‫ب الثَّال َ‬ ‫الطَّال ُ‬
‫‪‘Adad bag. 1: mabni Fathah‬‬
‫‪ke-13‬‬ ‫‪‘Adad bag. 2: mabni Fathah‬‬
‫الطَّالِبَةُ الثَّالِثَةَ َع ْشَرةَ‬ ‫‪Kedua bagian ‘Adad di posisi I’rab‬‬

‫الرابِ َع َع َشَر‬ ‫ِ‬ ‫‪mengikuti I’rab Ma’dûd, sebagai Maushûf‬‬


‫ب َّ‬ ‫الطَّال ُ‬ ‫‪ke-14‬‬
‫الطَّالِبَةُ َّ‬
‫الرابِ َعةَ َع ْشَرةَ‬ ‫‪- ‘Adad terdiri dari dua kata, yang‬‬
‫‪semuanya mabni fathah.‬‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫س َع َشَر‬ ‫ب الْ َخام َ‬ ‫الطَّال ُ‬ ‫‪ke-15‬‬
‫ُع ْش َرَُة > َعلَى الطَّالِبَ ِة الثَّانِيَةَُ‬ ‫ِ‬
‫الطَّالبَةُ الثَّانِيَةَ َ‬
‫الطَّالِبَةُ الْ َخ ِام َسةَ َع ْشَرةَ‬ ‫َع ْش َرُةَ‬
‫س َع َشَر‬ ‫الطَّالِب َّ ِ‬
‫الساد َ‬ ‫ُ‬ ‫‪ke-16‬‬

‫‪136‬‬
‫الس ِاد َسةَ َع ْشَرةَ‬ ‫الطَّالِبَةُ َّ‬
‫السابِ َع َع َشَر‬ ‫ِ‬
‫ب َّ‬ ‫الطَّال ُ‬ ‫‪ke-17‬‬
‫الطَّالِبَةُ َّ‬
‫السابِ َعةَ َع ْشَرةَ‬
‫الطَّالِب الث ِ‬
‫َّام َن َع َشَر‬ ‫ُ‬ ‫‪ke-18‬‬
‫الطَّالِبةُ الث ِ‬
‫َّامنَةَ َع ْشَرةَ‬ ‫َ‬
‫الطَّالِب الت ِ‬
‫َّاس َع َع َشَر‬ ‫ُ‬ ‫‪ke-19‬‬
‫الطَّالِبةُ الت ِ‬
‫َّاس َعةَ َع ْشَرةَ‬ ‫َ‬
‫)‪ Bilangan Puluhan (20, 30, 40, dst‬‬
‫ب ‪ /‬الطَّالِبَةُ الْعِ ْش ُرْو َن‬ ‫ِ‬
‫الطَّال ُ‬ ‫‪ke-20‬‬ ‫‪I’rab:‬‬
‫‪Ma’dûd dan ‘Adad di sini berbentuk Tarkîb‬‬
‫ب ‪ /‬الطَّالِبَةُ الث َََّلثُ ْو َن‬ ‫ِ‬
‫الطَّال ُ‬ ‫‪ke-30‬‬ ‫‪Washfî, sehingga mengikuti kaidah I’rab‬‬
‫‪Tarkîb Washfî.‬‬
‫ب ‪ /‬الطَّالِبَةُ ْاْلَْربَعُ ْو َن‬ ‫ِ‬
‫الطَّال ُ‬ ‫‪ke-40‬‬

‫ب ‪ /‬الطَّالِبَةُ‬ ‫ِ‬ ‫‪Ma’dûd: bukan posisi I’rab, sebagai Maushûf‬‬


‫الطَّال ُ‬ ‫‪ke-50‬‬
‫‪‘Adad: mengikuti i'rab Ma’dûd, sebagai sifah.‬‬
‫الْ َخ ْم ُس ْو َن‬ ‫الطَّالِبَةُ الْ َخ ْمس ْو َُن > َعلَى الطَّالِبَ ِة الْ َخ ْم ِس ْي َنُ‬
‫ب ‪ /‬الطَّالِبَةُ ال ِّست ُّْو َن‬ ‫ِ‬
‫الطَّال ُ‬ ‫‪ke-60‬‬

‫‪ Bilangan di antara Puluhan‬‬


‫ب الْ َح ِاد ْي َوالْعِ ْش ُرْو َن‬ ‫ِ‬
‫الطَّال ُ‬
‫‪I’rab:‬‬
‫‪ke-21‬‬ ‫‪Ma’dûd dan ‘Adad di sini berbentuk Tarkîb‬‬
‫الطَّالِبَةُ الْ َح ِاديَةُ َوالْعِ ْش ُرْو َن‬ ‫‪Washfî, sehingga mengikuti kaidah I’rab‬‬
‫‪Tarkîb Washfî.‬‬
‫ب الثَّانِ ْي َوالث َََّلثُ ْو َن‬ ‫ِ‬
‫الطَّال ُ‬ ‫‪ke-32‬‬
‫الطَّالِبَةُ الثَّانِيَةُ َوالث َََّلثُ ْو َن‬ ‫‪Ma’dûd: bukan posisi I’rab, sebagai Maushûf‬‬
‫‪‘Adad bag. 1: beri-I’rab mengikuti Ma’dûd,‬‬
‫َّام ُن َوالْ َخ ْم ُس ْو َن‬ ‫الطَّالِب الث ِ‬ ‫‪sebagai sifah.‬‬
‫ُ‬ ‫‪ke-58‬‬ ‫‪Harf Wawu: mabni Fathah‬‬
‫َّامنَةُ َوالْ َخ ْم ُس ْو َن‬ ‫الطَّالِبةُ الث ِ‬
‫َ‬ ‫‪‘Adad bag. 2: ber-I’rab mengikuti I’rab ‘Adad‬‬

‫السْب عُ ْو َن‬
‫َّاس ُع َو َّ‬ ‫الطَّالِب الت ِ‬ ‫‪bag. 1, sebagai Ma’thûf‬‬
‫ُ‬ ‫‪ke-79‬‬
‫السْب عُ ْو َن‬
‫َّاس َعةُ َو َّ‬ ‫الطَّالِبةُ الت ِ‬ ‫السْب عُ ْو َن > َعلَى الطَّالِبَ ِة‬ ‫الطَّالِبةُ الت ِ‬
‫َّاس َعةُ َو َّ‬
‫َ‬ ‫َ‬
‫َّام ُن َوالث ََّمانُ ْو َن‬‫الطَّالِب الث ِ‬ ‫السْبعِْي َن‬
‫َّاس َع ِة َو َّ‬
‫الت ِ‬
‫ُ‬ ‫‪ke-88‬‬
‫الطَّالِبَةُ الثَّامنَةُ َوالثَّ َمانُ ْو َن‬
‫ِ‬

‫‪ Bilangan 100, 1.000, 1.000.000‬‬

‫‪137‬‬
ُ‫ الطَّالِبَةُ الْ ِمائَة‬/ ‫ب‬ ِ
ُ ‫الطَّال‬
I’rab:
ke-100
‘Adad dan Ma’dûd di sini berbentuk Tarkîb
‫ الطَالِبَةُ الْ ِمائَتَا ِن‬/ ‫ب‬ ِ
ُ ‫الطَّال‬ Washfî, sehingga mengikuti kaidah I’rab
ke-205 Tarkîb Washfî.
‫َو َخ ْم َسة‬
‫ الطَالِبَةُ الث َََّلثُ ِمائَِة‬/ ‫ب‬ ِ
ُ ‫الطَّال‬
Ma’dûd: bukan posisi I’rab, sebagai Maushuf
‘Adad: mengikuti i'rab Ma’dûd, sebagai
ke-350
‫َو َخ ْم ُس ْو َن‬ shifah

ِ ِ
ُ ْ‫ الطَّالبَةُ اْلَل‬/ ‫ب‬
‫ف‬ ُ ‫الطَّال‬ ke-1.000 ُ ‫ َعلَى الطَّالِبَ ِة الْ ِمائَِة‬/ ُ‫الطَّالِبَةُ الْ ِمائَة‬
‫ الطَّالِبَةُ الْ ِم ْليُ ْو ُن‬/ ‫ب‬ ِ
ُ ‫الطَّال‬
ke- 1.000
.000
 Cara meng-I’rab
ِ ‫جاء طَالِب و‬
‫احد‬ َ ََ
- Thâlib[un] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah
- Wâhid[un] : Marfû’ karena sebagai Shifat bagi Thâlib[un], bertanda Dhammah
‫َجاءَ ثَََلثَةُ طََُّلب‬
- Tsalâtsat[u] : Marfû’ karena sebagai Fâ’il, bertanda Dhammah. Dan ia adalah
Mudhaf
- Thullâb[in] : Majrur karena sebagai Mudhaf Ilayh, bertanda Kasrah
‫ت بِ َع ْش ِر طَالِبَات‬
ُ ‫َمَرْر‬
- Bi- : Mabni Kasrah, karena ia Harf
- ‘Asyr[i] : Majrur karena didahului Harf Jarr (bi-), bertanda Kasrah. Dan ia
adalah Mudhaf
- Thâlibât[in] : Majrur karena sebagai Mudhaf Ilayh, bertanda Kasrah
‫السابِ َع َع َشَر‬
َّ ‫ب‬ِ ِ‫ت بِالطَّال‬
ُ ‫َمَرْر‬
- Bi- : Mabni Kasrah, karena ia Harf
- Al-thâlib[i] : Majrur karena didahului Harf Jarr (bi-), bertanda Kasrah
- Al-Sâbi’a : Mabni Fathah, karena kekhususan tertentu
- ‘Asyara : Mabni Fathah, karena kekhususan tertentu
‫السْبعِْي َن‬ ِ ‫الص ْفحةَ الت‬
َّ ‫َّاس َعةَ َو‬ َ َّ ‫ت‬ ُ ‫فَتَ ْح‬
- Al-Shafhat[a] : Manshub, karena sebagai Maf’ul Bihi, bertanda Fathah
- Al-Tâsi’at[a] : Manshub, karena sebagai Shifat bagi Al-Shafhat[a], bertanda
Fathah
- Wa : Mabni Fathah, karena ia Harf
- Al-Sab’îna : Manshub, karena sebagai Ma’thuf, bertanda Yâ’ karena diikutkan
I’rab Jamak Mudzakkar Salim

138
‫‪LATIHAN VIII‬‬
‫!‪1. Jelaskan I’rab setiap kata yang bergaris bawah berikut ini‬‬

‫ِ ‪15‬‬
‫‪adab‬‬ ‫ب‬‫اْل ََد ُ‬ ‫الَ ُْك ُِلُ َُوالشُُْر ُ‬
‫ب‬ ‫ُأَ َُدبُُ ُْ‬
‫اْلَ ْكل ‪hal makan‬‬
‫ُ‬
‫ب ‪hal minum‬‬ ‫الش ُّْر ُ‬
‫الْغُ ََل ُم ‪anak kecil‬‬
‫صغِْي ًرا ‪َ ،‬وَكا َن َم َع أُِّم ِه أُِّم َسلَ َمةَ‬
‫َكا َن عُ َم ُر بْ ُن أَبِ ْي َسلَ َمةَ غُ ََل ًما َ‬
‫الصغِْي ر ‪kecil‬‬
‫َّ ُ‬
‫ج ‪suami, pasangan‬‬ ‫صلَّى اللهُ‬ ‫ت أُُّم َسلَ َمةَ َزْو َج النَّبِ ِّي ‹ َ‬ ‫‹ َر ِض َي اللهُ َعْن َها › ‪َ ،‬وَكانَ ْ‬
‫الزْو ُ‬
‫َّ‬
‫ج ‪menikahi‬‬ ‫َعلَْي ِه َو َسلَّ َم › تَ َزَّو َج َها بَ ْع َد َوفَاةِ أَبِ ْي َسلَ َمةَ ‹ َر ِض َي اللهُ َعْنهُ › ‪،‬‬
‫تَ َزَّو َج‪-‬يَتَ َزَّو ُ‬
‫صلَّى اللهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم ›‪.‬‬ ‫ِ ِ‬
‫الْ َوفَاةُ ‪wafat, kematian‬‬
‫فَ َكا َن عُ َم ُر في ح ْج ِر النَّبِ ِّي ‹ َ‬
‫جر ‪pangkuan‬‬ ‫ِ‬
‫الْح ْ ُ‬
‫كل ‪makan‬‬
‫أَ َك َل‪-‬يَأْ ُ ُ‬ ‫صلَّى اللهُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم › َك َما يَأْ ُك ُل‬ ‫َوَكا َن عُ َم ُر يَأْ ُك ُل َم َع النَّبِ ِّي ‹ َ‬
‫ت َم َع أَبِْي َ‬ ‫ِ‬ ‫الْولَ ُد َّ ِ‬
‫ك‪.‬‬ ‫ك َوأُِّم َ‬ ‫الصغْي ُر َم َع أَبِْيه ‪َ ،‬وَك َما تَأْ ُك ُل أَنْ َ‬ ‫َ‬
‫الْيَتِْي ُم‬
‫‪yatim‬‬ ‫صغِْي ر ‪ ،‬فَ َكا َن النَّبِ ُّي ‹‬ ‫ات أَبُ ْوهُ َوُه َو َ‬
‫ِ‬
‫َوَكا َن عُ َم ُر غُ ََل ًما يَتْي ًما َم َ‬
‫ب ‪menyukai‬‬ ‫ب‪-‬يُ ِح ُّ‬ ‫َح َّ‬ ‫أَ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َعلَّم‪-‬يُ َعلِّم ‪mengajari‬‬
‫ب‪.‬‬ ‫صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم › يُحبُّهُ َويُ َعلِّ ُمهُ ْاْلَ َد َ‬ ‫َ‬
‫َ ُ‬
‫ِ‬
‫صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم › ‪ ،‬فَ َكانَ ْ‬‫فَ َكا َن يَأْ ُك ُل َمَّرًة َم َع النَّبِ ِّي ‹ َ‬
‫الْ َم َّرةُ ‪sekali‬‬ ‫ت‬
‫الْيَ ُد ‪tangan‬‬
‫َد َار‪-‬يَ ُد ْوُر ‪berputar, berkeliling‬‬
‫يَ ُدهُ تَ ُد ْوُر فِي َّ‬
‫الص ْح َف ِة َوَكا َن يَأْ ُك ُل ِم ْن ُهنَا َوُهنَا َك َما يَأْ ُك ُل‬
‫ح َفةُ ‪piring besar‬‬ ‫َكثِْي ر ِم َن ْاْلَْوََل ِد ‪.‬‬
‫الص ْ‬
‫َ‬
‫اْل َْوََل ُد ‪anak-anak‬‬
‫ِ‬
‫فَ َعلَّ َمهُ النَّبِ ُّي ‹ َ‬
‫صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم › َوقَ َال لَهُ َ‬
‫س ِّم ‪sebutlah nama‬‬ ‫َ‬ ‫"س ِّم اللهَ َوُك ْل‬
‫ل ‪makanlah‬‬ ‫ُك ْ‬ ‫ِ‬
‫َولَى‪-‬يَلِي ‪amat dekat‬‬
‫ك"‪.‬‬ ‫ِم َّما يَلْي َ‬
‫ك َذا ‪demikianlah‬‬ ‫ٰه َ‬ ‫َو ٰه َك َذا يَْنبَغِ ْي أَ ْن يَأْ ُك َل الْ ُم ْسلِ ُم ‪ ،‬فَيُ َس ِّمي اللهَ َويَأْ ُك ُل بِيَ ِمْينِ ِه‬
‫يَْنبَغِي ‪seyogyanya‬‬
‫َويَأْ ُك ُل ِم َّما يَلِْي ِه ‪.‬‬
‫ِ‬
‫َو ٰه َك َذا َعلَّ َم النَّبِ ُّي ‹ َ‬
‫صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم › أَُّمتَهُ أَ َد َ‬
‫ب ْاْلَ ْك ِل‬
‫‪menutus‬‬ ‫ث‬
‫ث‪-‬يَْب َع ُ‬‫بَ َع َ‬
‫الْ ُم َعلِّم ‪pengajar‬‬
‫ُ‬
‫ب ُك ِّل َش ْيء ‪َ ،‬ك َما َعلَّ َم عُ َمَر بْ َن أَبِي َسلَ َمةَ‬ ‫و ُّ ِ‬
‫الش ْرب َوأَ َد َ‬ ‫َ‬

‫‪ 15‬من كتاب القراءة الراشدة للشيخ أبي حسن الندوي (بتصرف)‬

‫‪139‬‬
‫ِ‬ ‫ِ‬ ‫َّ ِ‬
‫صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم › إِنَّ َما بُعثْ ُ‬
‫ت‬ ‫الصغْي َر ‪َ .‬وقَ َال النَّبِ ُّي ‹ َ‬
‫ُم َعلِّ ًما ‪.‬‬
‫ِ‬
‫صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم › َو َعلَّ َمهُ أَ َد َ‬ ‫ب اللهُ النَّبِ َّي ‹ َ‬
‫ب‬‫ب‪-‬يُ َؤِّد ُ‬
‫أ ََّد َ‬ ‫ب ُك ِّل‬ ‫قَ ْد أَ َّد َ‬
‫‪mendidik‬‬
‫َح َس َن‪-‬يُ ْح ِس ُن‬
‫أْ‬ ‫َش ْيء فَ َق َال "أَ َّدبَنِ ْي َربِّ ْي فَأَ ْح َس َن تَأْ ِديْبِ ْي"‪.‬‬
‫‪menjadikan baik,‬‬
‫‪mempercantik‬‬
‫ِ‬
‫‪pendidikan‬‬ ‫التَّأْديْ ُ‬
‫ب‬
‫ب ‪mencela‬‬ ‫ِ‬
‫اب‪-‬يَعْي ُ‬ ‫َع َ‬ ‫صلَّى‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اب َر ُس ْو ُل الله ‹ َ‬ ‫َوقَ َال أَبُ ْو ُهَريْ َرَة ‹ َرض َي اللهُ َعْنهُ › َما َع َ‬
‫ط ‪sama sekali‬‬ ‫قَ ُّ‬
‫اللهُ َعلَْي ِه َو َسلَّم › طَ َع ًاما قَ ُّ‬
‫ط ‪ ،‬إِ ْن ا ْشتَ َهاهُ أَ َكلَهُ َوإِ ْن َك ِرَههُ تَ َرَكهُ‬
‫شتَ ِهي ‪menyukai‬‬ ‫ا ْشتَ َهى‪-‬يَ ْ‬
‫ِ‬ ‫َ‬
‫ك ِرَه‪-‬يَكْرهُ ‪membenci‬‬ ‫َ‬
‫‪.‬‬
‫َ‬
‫تَرَك‪-‬يَْت رُك ‪meninggalkan‬‬
‫َ ُ‬
‫الْ َعْب ُد ‪hamba, budak‬‬ ‫س‬ ‫الله ‹ صلَّى الله علَي ِه وسلَّم › أَجلِس َكما يجلِ‬ ‫وقَ َال رسو ُل ِ‬
‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫َ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ُ‬ ‫َ‬ ‫َ َ ُْ‬
‫كل ‪aku makan‬‬
‫آُ ُ‬ ‫الْ َعْب ُد َوآ ُك ُل َك َما يَأْ ُك ُل الْ َعْب ُد ‪َ ،‬وقَ َال َ"َل آ ُك ُل ُمتَّ ِكاًا" ‪.‬‬
‫ئ ‪yang bersandar‬‬ ‫ِ‬
‫الْ ُمتَّك ُ‬
‫َصابِ ُع جمن ا ِإل ْ‬ ‫ب ب ِن مالِك ‹ ر ِضي الله عْنه › قَ َال رأَيت رسوَل ِ‬
‫َو َع ْن َك ْع ِ ْ َ‬
‫صبِ ِع ‪jari‬‬ ‫ْاْل َ‬ ‫الله‬ ‫َ ْ ُ َ ُْ‬ ‫َ َ َُُ‬
‫غ‪-‬يَ ْفرغُ ‪kosong, selesai‬‬
‫فَ َر َ َ‬ ‫غ لَعِ َق َها‬‫صابِ َع ‪َ ،‬وإِ َذا فَ َر َ‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫لَعِ َق‪-‬يَلْ َع ُق ‪menjilat‬‬ ‫صلَّى اللهُ َعلَْيه َو َسلَّ َم › يَأْ ُك ُل بِثَ ََلثَة أَ َ‬
‫‹ َ‬
‫‪.‬‬
‫ِ‬ ‫ِ‬
‫صلَّى اللهُ‬
‫ط‬
‫ط‪-‬يَ ْس ُق ُ‬ ‫َس َق َ‬
‫َو َع ْن أَنَس ‹ َرض َي اللهُ َعْنهُ › قَ َال َكا َن َر ُس ْو ُل الله ‹ َ‬
‫‪jatuh‬‬
‫اللُّ ْق َمةُ ‪sesuap makanan‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫ث ‪َ ،‬وقَ َال "إِذَا‬ ‫صابِ َعهُ الثَََّل َ‬
‫َعلَْيه َو َسلَّ َم › إِذَا أَ َك َل طَ َع ًاما لَع َق أَ َ‬
‫خ ُذ ‪mengambil‬‬ ‫َخ َذ‪-‬يَأْ ُ‬‫أَ‬
‫ط ‪menghilangkan‬‬ ‫أ ََما َط‪-‬يُ ِمْي ُ‬ ‫ت لُْق َمةُ أَ َح ِد ُك ْم فَ ْليَأْ ُخ ْذ َها َولْيُ ِم ْط َعْن َها ْاْلَ َذى َولْيَأْ ُك ْل َها‬
‫َس َقطَ ْ‬
‫ان ‪...‬‬ ‫لشيطَ ِ‬ ‫ِ‬
‫اْلَذَى ‪bahaya‬‬
‫‪َ ،‬وََل يَ َد ْع َها ل َّ ْ‬
‫ع ‪meninggalkan‬‬ ‫ع‪-‬يَ َد ُ‬‫َوَد َ‬
‫تَنَ فَّس‪-‬يَتَ نَ فَّس ‪bernafas‬‬
‫ُ‬ ‫َ‬ ‫صلَّى اللهُ َعلَْي ِه‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫َو َع ْن أَنَس ‹ َرض َي اللهُ َعْنهُ › أَ َّن َر ُس ْوَل الله ‹ َ‬
‫اب ‪minuman‬‬ ‫الشََّر ُ‬ ‫وسلَّم › َكا َن ي ت ن َّف ِ‬
‫اب ثَََلثًا ‪.‬‬‫الشر ِ‬
‫س في َّ َ‬ ‫ََ َ ُ‬ ‫ََ َ‬
‫‪bejana‬‬ ‫ِ‬
‫ْاإلنَاءُ‬ ‫صلَّى اللهُ َعلَْي ِه‬ ‫ِ‬
‫َو َعن ابْ ِن َعبَّاس ‹ َرض َي اللهُ َعْنهُ › أَ َّن النَّبِ َّي ‹ َ‬
‫نَ َف َخ‪-‬يَْن ُف ُخ‬
‫اإلنَ ِاء أَْو يُْن َف َخ فِْي ِه ‪.‬‬
‫َو َسلَّم › نَ َهى أَ ْن يُتَ نَ َّفس فِي ِْ‬
‫‪meniup‬‬
‫َ‬ ‫َ‬

‫‪140‬‬
‫‪mempertegas‬‬ ‫أ َّ‬
‫َك َد‪-‬يُ َؤِّكد‬ ‫صلَّى اللهُ َعلَ ِيه َو َسلَّ َم‪-‬‬ ‫ِ‬
‫َو َع ْن أَنَس ‹ َرض َي اللهُ َعْنهُ › َع ِن النَّبِ ِّي ‪َ -‬‬
‫ِ‬
‫‪memuntahkan‬‬ ‫استَ َقاءَ‪-‬يَ ْستَق ْيءُ‬
‫ْ‬ ‫ِ‬ ‫ب قَائِ ًما ‪ .‬فَأ َّ‬ ‫الشر ِ‬
‫َحد‬
‫َك َد الن َّْه َي قَائ ًَل ََل يَ ْشَربَ َّن أ َ‬ ‫نَ َهى َع ِن ُّ ْ‬
‫ِمْن ُك ْم قَائِ ًما ‪ ،‬فَ َم ْن نَ ِس َي فَ ْليَ ْستَ ِق ْئ ‪.‬‬
‫‪kain sutra‬‬ ‫الْ َح ِريْ ُر‬ ‫َو َع ْن ُح َذيْ َفةَ ‹ َر ِض َي اللهُ َعْنهُ › قَ َال إِ َّن النَّبِ َّي ‪-‬صلى الله عليه‬
‫الديباج ‪sutra tebal‬‬
‫ب‬ ‫ب فِي آنِيَ ِة َّ‬
‫الذ َه ِ‬ ‫الشر ِ‬
‫اج َو ُّ ْ‬ ‫وسلم‪ -‬نَ َهانَا َع ِن الْ َح ِريْ ِر َو ِّ‬
‫الديْبَ ِ‬
‫اْلنِيَةُ جمن ِْ‬
‫اإلنَاءُ ‪bejana‬‬
‫الدنْيَا َوِه َي لَ ُك ْم فِي ْاْل ِخَرةِ"‪.‬‬
‫ض ِة ‪َ ،‬وقَ َال " ِه َي لَ ُه ْم فِي ُّ‬ ‫َوالْ ِف َّ‬
‫!‪2. Harokati teks berikut ini‬‬

‫‪paling/lebih penting‬‬ ‫اْل ََه ُّم‬ ‫‪16‬‬


‫أهمُالعبادات‬
‫الْعِبادات جمن الْعِبادةِ‬ ‫ّ‬
‫ََ‬ ‫ََ ُ‬ ‫من أهم العبادات الصَلة والصوم والزكاة والحج‪.‬‬
‫‪perkataan‬‬‫ْاْلَقْ َو ُال جمن الْ َق ْوِل‬ ‫الصَلة‬
‫صةُ ‪khusus, dikhususkan‬‬ ‫ص ْو َ‬‫الْ َم ْخ ُ‬ ‫الصَلة لغة الدعاء ‪ ،‬واصطَلحا هي اْلقوال واْلفعال‬
‫الْم ْفتَتَح ‪dibuka‬‬
‫ُ ُ‬
‫ختَتَم ‪diakhiri‬‬ ‫المخصوصة المفتتحة بالتكبير والمختتمة بالتسليم‪.‬‬
‫الْ ُم ْ ُ‬
‫التَّسلِْيم ‪membaca salam‬‬
‫ْ ُ‬
‫ض ‪mewajibkan‬‬ ‫ِ‬
‫ض‪-‬يَ ْفر ُ‬ ‫فَ َر َ‬ ‫وفرضت الصَلة بمكة ليلة اإلسراء ‪ ،‬وهي ليلة السابع‬
‫شرْون ‪dua puluh‬‬ ‫ِ‬
‫الْع ْ ُ‬ ‫والعشرين من شهر رجب ‪ ،‬قبل الهجرة بسنة ‪.‬‬
‫‪tetap, kukuh‬‬‫الثَّابِ ُ‬
‫ت‬ ‫والصَلة ثابتة بالكتاب والسنة واإلجماع ‪ .‬قال الله‬
‫آتُوا ‪berikanlah‬‬
‫ِ‬
‫ْ‬ ‫تعالى َوأَقِْي ُموا الصَلة وآتُوا الزكاة ‪ ،‬وروى البخاري ومسلم‬
‫بَنَى‪-‬يَْبني ‪membangun‬‬
‫ْ‬
‫عن ابن عمر رضي الله عنهما قال سمعت رسول الله صلى‬
‫الله عليه وسلم يقول بني اإلسَلم على خمس شهادة أن‬
‫َل إله إَل الله وأن محمدا رسول الله ‪ ،‬وإقام الصَلة ‪ ،‬وإيتاء‬
‫الزكاة ‪ ،‬وحج البيت ‪ ،‬وصوم رمضان ‪.‬‬
‫‪mengingkari,‬‬ ‫َج َح َد‪-‬يَ ْج َح ُد‬ ‫فمن جحد الصَلة كفر لثبوتها بدليل قطعي ‪ .‬وقد روى‬
‫‪mendustakan‬‬
‫‪hal tetap/kokoh‬‬ ‫ت‬‫الثُّبُ ْو ُ‬
‫الطبراني عن أنس رضي الله عنه ‪ ،‬أن النبي صلى الله عليه‬
‫‪bersifat pasti‬‬ ‫الْ َقطْعِ ُّي‬ ‫وسلم قال من ترك الصَلة متعمدا فقد كفر جهارا ‪ .‬فالصَلة‬

‫‪16‬من كتاب المطالعة للدكتور شاكر سيقيريچ ومحمد پاشيچ ومحمد خانجيچ (بتصرف)‬

‫‪141‬‬
‫‪orang yang menyengaja‬‬ ‫الْ ُمتَ َع ِّم ُد‬ ‫فرض على كل مسلم بالغ عاقل ‪ ،‬سواء كان ذكرا أم أُنْثًى حرا‬
‫ج َهار ‪hal terang-terangan‬‬ ‫ِ‬
‫الْ ُ‬ ‫أم عبدا ‪ ،‬في كل يوم وليلة خمس صلوات ‪.‬‬
‫كر ‪laki-laki‬‬ ‫َّ‬
‫الذ َ ُ‬
‫ْاْلُنْثَى ‪wanita‬‬

‫ح ُّر ‪yang merdeka‬‬ ‫الْ ُ‬


‫الص ََلةِ‬
‫ات جمن َّ‬ ‫الصلَ َو ُ‬ ‫َّ‬
‫ادى ‪dikumandangkan‬‬ ‫ِ‬
‫ي‪-‬يُنَ َ‬ ‫نُ ْود َ‬ ‫صَلةُالجمعة‬
‫ع ‪berusaha‬‬ ‫ِ‬
‫َس َعى‪-‬يَ ْس َعى‪-‬ا ْس َ‬ ‫ض َعْين ثبت بالكتاب والسنة‬
‫ذَ ْر ‪tinggalkanlah‬‬ ‫صَلة الجمعة فَ ْر ُ‬
‫ضى ‪dilaksanakan,‬‬ ‫قُض َي‪-‬يُ ْق َ‬
‫ِ‬ ‫ي لِ َّ‬
‫لص ََلةِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫َّ ِ‬
‫واإلجماع ‪ .‬قال تعالى يَا أَيُّ َها الذيْ َن َآمنُ ْوا إذَا نُ ْود َ‬
‫‪ditetapkan‬‬
‫الله َوذَ ُروا الْبَ ْي َع ‪ ،‬ذَلِ ُك ْم َخْي ر‬ ‫ِمن ي وِم الْجمع ِة فَاسعوا إِلَى ِذ ْك ِر ِ‬
‫‪menyebar,‬‬ ‫انْتَ َشَر‪-‬يَنْتَ ِشُر‪-‬انْتَ ِش ْر‬ ‫ْ َْ ُ ُ َ ْ َْ‬
‫‪bertebaran‬‬ ‫الص ََلةُ فَانْتَ ِش ُرْوا فِي‬ ‫ت َّ‬ ‫ضي ِ‬ ‫ِ ِ‬ ‫ِ‬
‫لَ ُك ْم إ ْن ُكْنتُ ْم تَ ْعلَ ُم ْو َن ‪ ،‬فَإ َذا قُ َ‬
‫ابْتَ غَى‪-‬يَْبتَغِي‪-‬ابْتَ ِغ‬
‫‪mencari‬‬
‫الله َواذْ ُك ُروا اللهَ َكثِْيراً لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِ ُح ْو َن‪.‬‬
‫ض ِل ِ‬ ‫ض َوابْتَ غُ ْوا ِم ْن فَ ْ‬
‫ْاْلَْر ِ‬
‫ضل ‪karunia‬‬
‫الْ َف ْ َ‬
‫كر ‪mengingat, berdzikir‬‬
‫ذَ َكَر‪-‬يَ ْذ ُكُر‪-‬اذْ ُ ْ‬
‫أَفْ لَح‪-‬يُ ْفلِح ‪beruntung‬‬
‫ُ‬ ‫َ‬
‫ل ‪yang berdiri sendiri‬‬ ‫ِ‬
‫الْ ُم ْستَق ُّ‬ ‫وصَلة الجمعة ركعتان فرضا وهي صَلة مستقلة فليست‬
‫صور ‪yang di-qashar‬‬
‫الْ َم ْق ُ ْ ُ‬ ‫ظهرا مقصورة ‪ ،‬ولها سنة مؤكدة أربع ركعات قبل الفرض وأربع‬
‫بعده بتسليمة واحدة ‪.‬‬
‫‪kebenaran, perkara yang‬‬ ‫الْ َح ُّق‬ ‫وروى أبو داود والحاكم أن النبي صلى الله عليه وسلم‬
‫‪diputuskan, hak‬‬
‫‪hamba sahaya‬‬ ‫الْ َعْب ُد الْ َم ْملُ ْو ُك‬ ‫قال الجمعة حق واجب على كل مسلم في جماعة إَل أربعة‬
‫ي ‪bayi, anak kecil‬‬ ‫الصبِ ُّ‬
‫َّ‬ ‫عبد مملوك أو امرأة أو صبي أو مريض ‪.‬‬
‫ض ‪orang sakit‬‬ ‫الْ َم ِريْ ُ‬

‫الص َّحةُ‬
‫‪keabsahan‬‬ ‫ِّ‬ ‫صَلةُالجماعة‬
‫ال ‪dikatakan‬‬ ‫قِْي َل‪-‬يُ َق ُ‬
‫الجماعة سنة مؤكدة للرجال في الصلوات الخمس ‪.‬‬
‫الْعِْي ُد ‪hari raya ‘ied‬‬

‫ضل ‪melebihi, mengungguli‬‬ ‫وقيل هي واجبة ‪ .‬والجماعة شرط في صحة صَلة الجمعة‬
‫ض َل‪-‬يَ ْف ُ ُ‬ ‫فَ َ‬
‫الْ َف ُّذ ‪yang tunggal, sendiri‬‬ ‫والعيدين ‪ .‬وقد روى البخاري عن عبد الله بن عمر رضي الله‬

‫‪142‬‬
‫صَلة‬ ‫عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال‬
‫الجماعة تفضل صَلة الفذ بسبع وعشرين درجة ‪.‬‬
‫‪mentakdirkan,‬‬ ‫ب َعلَى‬
‫ب‪-‬يَكْتُ ُ‬
‫َكتَ َ‬ ‫الصوم ُ‬
‫‪mewajibkan‬‬
‫ص ْوُم‬
‫‪berpuasa‬‬ ‫ص َام‪-‬يَ ُ‬
‫َ‬
‫وصوم رمضان فرض عين قد ثبت بالكتاب والسنة‬
‫الْع َّدةُ ‪(se) jumlah‬‬ ‫ِ‬ ‫واإلجماع ‪ .‬وقد فرض في شهر شعبان من السنة الثانية للهجرة‬
‫ُخر ‪yang lain‬‬
‫أ َُ‬ ‫ِ‬
‫الْيُسر ‪kemudahan‬‬
‫الصيَ ُام َك َما‬ ‫‪ .‬قال تعالى يَا أَيُّ َها الذين آمنوا ُكت َ‬
‫ب َعلَْي ُك ُم ِّ‬
‫ُْ‬
‫الْ ُعسر ‪kesulitan‬‬
‫ب َعلَى الَّ ِذيْ َن ِم ْن قَ ْبلِ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّ ُق ْو َن ‪ .‬وقال تعالى‬ ‫ِ‬
‫ُكت َ‬
‫ُْ‬
‫ِ‬
‫كمل‪-‬يُكْمل ‪menyempurnakan‬‬
‫ُ‬ ‫أَ ْ َ َ‬ ‫شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس وبينات من‬
‫الهدى والفرقان ‪ ،‬فمن شهد منكم الشهر فليصمه ‪ ،‬ومن كان‬
‫مريضا أو على سفر فعدة من أيام أخر ‪ .‬يريد الله بكم اليسر‬
‫وَل يريد بكم العسر ‪ .‬ولتكملوا العدة ولتكبروا الله على ما‬
‫هداكم ولعلكم تشكرون ‪.‬‬
‫آتَى‪-‬ي ؤتِي‪ِ -‬‬
‫آت‬
‫‪memberikan‬‬ ‫ُْ‬ ‫الزكاة ُ‬
‫َخ َذ‪-‬يَأْ ُخ ُذ‪ُ -‬‬
‫خ ْذ ‪mengambil‬‬ ‫أَ‬ ‫اعلم أن الزكاة فرض عين كالصَلة ‪ .‬وفرضت في شوال‬
‫طَ َّهر‪-‬يُطَ ِّهر ‪membersihkan,‬‬
‫ُ‬ ‫َ‬
‫‪mensucikan‬‬ ‫في السنة الثانية من الهجرة ‪ .‬واْلصل في وجوبها قول الله‬
‫َزَّكى‪-‬يَُزِّكي‬
‫الزَكا َة ‪ .‬وقوله تعالى ُخ ْذ ِم ْن‬ ‫تعالى َوأَقِْي ُموا َّ‬
‫الص ََلَة وآتُوا َّ‬
‫‪mensucikan‬‬

‫عو‪-‬اُ ْدعُ ‪memanggil, menyeru‬‬ ‫َد َعا‪-‬يَ ْد ُ‬


‫َعلَم‪-‬يُ ْعلِم ‪memberi tahu‬‬
‫أَْم َوالِهم صدقة تطهرهم وتزكيهم بها ‪ .‬وقد روى البخاري عن‬
‫أْ َ ُ‬
‫ِ‬ ‫ابن عباس رضي الله عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم‬
‫ض ‪mewajibkan‬‬ ‫ض‪-‬يَ ْفتَ ِر ُ‬ ‫افْ تَ َر َ‬
‫خ ُذ ‪diambil‬‬ ‫ِ‬
‫أُخ َذ‪-‬يُ ْؤ َ‬ ‫بعث معاذا إلى اليمن فقال ادعهم إلى شهادة أن َل إله إَل‬
‫ي ‪orang kaya‬‬ ‫ِ‬ ‫ِ‬
‫اْلَ ْغنيَاءُ جمن الْغَن ِّ‬
‫رَّد‪-‬يَرُّد ‪mengembalikan,‬‬
‫الله وأني رسول الله ‪ ،‬فإذا هم أطاعوا لذلك فأعلمهم أن الله‬
‫َ ُ‬
‫‪memantulkan, menolak‬‬ ‫افترض عليهم خمس صلوات في كل يوم وليلة ‪ .‬فإن هم‬
‫أطاعوا لذلك فأعلمهم أن الله افترض عليهم صدقة في‬
‫أموالهم تؤخذ من أغنيائهم وترد على فقرائهم ‪.‬‬
‫‪umur/usia‬‬ ‫الْ ُع ْمُر‬ ‫الحجُ ُ‬
‫ّ‬
‫التَّطَُّوعُ ‪sunnah‬‬

‫اع‪-‬يَ ْستَ ِطْي ُع‬ ‫ِ‬


‫‪bisa, mampu‬‬ ‫ا ْستَطَ َ‬

‫‪143‬‬
‫‪jalan‬‬ ‫السبِْي َل‬
‫َّ‬ ‫اعلم أن الحج فرض عين في العمر مرة واحدة لما رواه‬
‫أحمد والنسائي من قوله صلى الله عليه وسلم الحج مرة‬
‫واحدة ‪ ،‬فمن زاد فهو تطوع ‪ .‬وثبت بالكتاب والسنة‬
‫واإلجماع ‪ .‬قال الله تعالى ولله على الناس حج البيت من‬
‫استطاع إليه سبيَل ‪.‬‬
‫‪yang baligh‬‬ ‫الْبَالِ ُغ‬ ‫وَل يجب إَل على الحر البالغ العاقل القادر على الزاد‬
‫ادر ‪yang mampu‬‬ ‫ِ‬
‫الْ َق ُ‬ ‫والراحلة بشرط أن يزيد ذلك عما يلزم لمسكنه وما يلزمه في‬
‫اد ‪bekal‬‬ ‫الز ُ‬
‫َّ‬
‫احلَةُ ‪tunggangan‬‬ ‫الر ِ‬‫َّ‬
‫نفقة الذهاب واإلياب وما يلزم لعياله إلى حين عودته من‬
‫ن ‪melebihi‬‬ ‫َز َاد‪-‬يَِزيْ ُد َع ْ‬ ‫الحج ‪.‬‬
‫لَ ِزَم‪-‬يَ ْل َزُم‪-‬الَْزْم ‪harus‬‬
‫ُ‬
‫كن ‪tempat tinggal‬‬
‫الْ َم ْس َ ُ‬
‫اب ‪pergi‬‬ ‫الذ َه ُ‬ ‫ِّ‬
‫اب ‪kembali‬‬ ‫ا ِإليَ ُ‬
‫ال ‪keluarga‬‬ ‫العِيَ ُ‬
‫الْ َعو َدةُ ‪kembali‬‬
‫ْ‬
‫َزار‪-‬يَُزْور ‪mengunjungi‬‬ ‫والحجاج يزورون المدينة المنورة ومسجد رسول الله‬
‫َ ُ‬
‫الْ َقْب ر ‪makam‬‬
‫ُ‬ ‫صلى الله عليه وسلم وقبره الشريف ‪ .‬وهذه الزيارة ليست‬
‫ب ‪ibadah‬‬ ‫الْ ُقَر ُ‬
‫‪yang‬‬ ‫ات جمن الْ ُم ْستَ َحب‬‫الْ ُم ْستَ َحبَّ ُ‬
‫واجبة ‪ ،‬لكنها من أفضل القرب وأحسن المستحبات ‪ُ .‬‬
‫‪disukai, sunnah‬‬

‫!‪3. Harokati dan Terjemahkan teks berikut‬‬


‫‪17‬‬
‫‪ .4‬وفاةُأمهُوحضانته‬

‫‪ )1‬توفيت أمه صلى الله عليه وسلم وهو في السادسة من عمره ‪ ،‬وهي راجعة من المدينة‪.‬‬

‫‪ )2‬وقد ذهبت إلى المدينة لزيارة قبر أبيه ومعها جده عبد المطلب‪.‬‬

‫‪ )3‬وقد دفنت باْلبواء وهي قرية بين مكة والمدينة‪.‬‬

‫‪ 17‬من كتاب خَلصة نور اليقين في سيرة سيد المرسلين للشيخ عمر عبدالجبار‬

‫‪144‬‬
‫‪ )4‬فحضنته أم أيمن خادمة أبيه عبد الله‬

‫الخَلصة توفيت أمه وعمره بت سنوات ‪ ،‬ودفنت باْلبواء وحضنته أم أيمن خادمة أبيه‪.‬‬

‫‪ .5‬تربتهُووفاةُج ُّده‬

‫‪ )1‬قام بتربيته بعد وفاة أمه جده عبد المطلب ‪ ،‬وكان يحبه أكثر من حبه ْلوَلده‪.‬‬

‫‪ )2‬ولما بلغ عمره صلى الله عليه وسلم ثماني سنوات مات جده ‪ ،‬بعد أن كفله سنتين‪.‬‬

‫‪ )3‬وبعد وفاة جده كفله عمه أبو طالب ‪ ،‬وكان فقيرا ‪ ،‬فوسع الله رزقه‪.‬‬

‫‪ )4‬وكان صلى الله عليه وسلم في مدة كفالة عمه قائما بما قسمه الله ويسره له‪.‬‬

‫الخَلصة رباه بعد أمه جده عبد المطلب ‪ ،‬وتوفي جده وعمره ثماني سنوات ‪ ،‬فكفله عمه أبو‬

‫طالب‪.‬‬

‫‪َُ .6‬ر ُْعيُهُُاُلْ ُغَُنَ َُمُ َُ‬


‫وسفرتهُالولىُإلىُالشام‬

‫‪ )1‬كان صلى الله عليه وسلم يرعى الغنم ْلهل مكة بأجرة يعيش منها‪.‬‬

‫‪ )2‬ولما بلغ التاسعة من عمره سافر إلى الشام مع عمه أبي طالب بتجارة‪.‬‬

‫صَرى ) رآه الراهب بَ ِحْي َرى ‪ ،‬فأخبر عمه بأنه سيكون آخر اْلنبياء ‪ ،‬وطلب منه‬
‫‪ )3‬ولما قرب من ( بُ ْ‬
‫أن يرجع به خوفا عليه من عدو يترقبه‪.‬‬

‫‪ )4‬وقد استدل على نبوته بعَلماته التي في كتب أهل الكتاب‪.‬‬

‫الخَلصة كان في صغره يرعى الغنم ْلهل مكة ‪ ،‬وسافر إلى الشام مع عمه وهو ابن تسع أو‬

‫ابن ثَلث عشرة ‪ ،‬ورآه الراهب بحيرى وعرف فيه عَلمات النبوة‪.‬‬

‫‪145‬‬
‫‪ .7‬سفرتهُالثانيةُإلىُالشام‬

‫‪ )1‬في الخامسة والعشرين من عمره صلى الله عليه وسلم سافر إلى الشام مرة ثانية في تجارة للسيدة‬

‫خديجة‪.‬‬

‫‪ )2‬وكان ذات شرف ومال ‪ ،‬تستأجر الرجال في مالها‪.‬‬

‫‪ )3‬وقد اختارته لهذا العمل ْلنها سمعت بصدقه وأمانته وأخَلقه الشريفة‪.‬‬

‫‪ )4‬وكان معه خادمها ميسرة ‪ ،‬فباعا وابتاعا ورجعا بربح عظيم‪.‬‬

‫الخَلصة وسافر إلى الشام مرة ثانية وعمره خمس وعشرون سنة ‪ ،‬في تجارة للسيدة خديجة‪.‬‬

‫وهي سيدة ذات ِغنًى وشرف ‪ ،‬وكان معه غَلمها ميسرة‪.‬‬

‫‪ .8‬زواجهُبالسيدةُخديجةُ‬

‫‪ )1‬بعد رجوعه بشهرين من سفرته الثانية ‪ ،‬تزوج بالسيدة خديجة (وهي التي خطبته)‪.‬‬

‫‪ )2‬وكان عمرها أربعين سنة وعمره صلى الله عليه وسلم خمسا وعشرين سنة‪.‬‬

‫‪ )3‬وكانت قبله متزوجة بأبي هالة ‪ ،‬وقد مات وله ولد منها اسمه هالة‪.‬‬

‫‪ )4‬وقد أقامت مع الرسول خمسا وعشرين سنة ‪ ،‬ولم يتزوج غيرها حتى توفيت‪.‬‬

‫الخَلصة بعد رجوعه بشهرين تزوج بالسيدة خديجة وكان عمرها أربعين سنة‪ ،‬بعد زوجها أبي‬

‫هالة ‪ ،‬ولبثت معه خمسا وعشرين سنة‪.‬‬

‫‪146‬‬
DIAGRAM MATERI
DIAGRAM MATERI

Metode Amin Level 2 1


LANGKAH 3
SUSUNAN KATA DALAM BAHASA ARAB

Ismiyyah (Mubtada` + Khabarul Mubtada`)


‫اض‬ َ َْ
ِ ‫زيد ح‬
Fi’liyyah (Fi’il + Fâ’il/Nâ`ibul Fâ’il)
‫َض َزيْد‬
َ َ ‫َح‬
KALIMAT

Syarthiyyah (Adatusy Syarth + Jumlatusy Syarth + Jawabusy Syarth)


َ َّ
‫َم ْن َجد َو َجد‬

SUSUNAN
ْ َ ْ ‫ِف‬
KATA Jârr wa Majrûr (Harf Jarr + Isim Majrûr)
‫ت‬
ِ ‫اْلي‬ ِ
َْ ُ َْ
Tarkîb Idhâfî (Mudhâf + Mudhâf Ilayhi)
‫ال‬
ِ ‫بيت الم‬

NON-KALIMAT
َّ ‫الْ ِعلْ ُم‬
Tarkîb Washfî (Maushûf +Shifat)
‫انلا ِف ُع‬

ُ ْ )
Tarkîb ‘Athfî (Ma’thûf ‘Alayhi + Harf ‘Athf + Ma’thûf ْ ْ
‫ال ِعل ُم َوال َع َمل‬
Tawâbi’
Tarkîb Badalî (Mubdal Minhu + Badal)
َ ُْ َ َ َ
‫ك َ ي‬
‫َع‬ِ ‫جاء ص ِديق‬
Tarkîb Taukîdî (Mu`akkad + Mu`akkid) ُّ ُ َّ ُّ َ َ َ
‫الطَّل ُب ك ُه ْم‬ ‫حَض‬

Metode Amin Level 2 2


SUSUNAN KATA

‫ي‬ َ َْ ِّ َ َ ُ ‫َ ْ َ ي‬
ISMIYYAH Mubtada` + Khabarul Mubtada` ( ‫ ;) زيد ذ ِك‬+ Khabarul Mubtada` ( ‫) زيد ذ ِك متأدب‬

‫) َزيْد َذ ِ ي‬
Isim Mufrad ( ‫ك‬

Ismiyyah ( ‫ك‬ ‫) ُز َه ْْي َو َ َُل ُه َذ ِ ي‬

Ragam Khabarul
Jumlah
َ ْ َ ْ ُ ُ ْ‫) ُز َه ْْي ََي‬
Fi’liyyah ( ‫َض المج ِلس‬
Mubtada`
ْ َْ َْ
Jarr wa Majrur ( ‫) زيد ِِف المج ِل ِس‬
Syibhul Jumlah ْ َْ َ ْ َْ
Zharf ( ‫عند المج ِل ِس‬ ِ ‫) زيد‬
َْ ْ َْ
Jarr wa Majrur ( ‫) ِِف المج ِل ِس زيد‬
Khabarul Mubtada`
Syibhul Jumlah َْ ْ َْ َ ْ
yang Dimajukan Zharf ( ‫عند المج ِل ِس زيد‬ ِ )
KALIMAT
Kâna dan Kerabatnya: Kâna + Isim Kâna + Khabar Kâna ( ‫كيا‬
ًّ ‫) ََك َن َزيْد َذ‬
ِ
+NAWASIKH Inna dan Kerabatnya: Inna + Isim Inna + Khabar Inna ( ‫ك‬ ‫) إِ َّن َزيْ ًدا َذ ِ ي‬

Khabar Kâna dan Khabar Inna bisa berupa jumlah dan syibhul jumlah, dan bisa dimajukan
َْ َ َ
Fi’il + Fâ’il ( ‫) قام زيد‬

FI’LIYYAH
ًُْ ْ َ َْ َ َ َ ًّ َ ُ َ َ
Fi’il + Fâ’il + Maf’ûl Bihi ( ‫ ;)نَص زيد مظلوما‬+ Maf’ûl Bihi ( ‫)سَّم زيد َوَله ع ِليا‬
َْ َّ َ
ُ ُْ ْ َْ َ ُ
Fi’il + Nâ`ibul Fâ’il ( ‫َص المظلوم‬
ًّ َ ُ َ َ ْ
َ ‫)س‬ ِّ ُ
ِ ‫ ;) ن‬Fi’il + Nâ`ibul Fâ’il + Maf’ûl Bihi ( ‫ِّم الوَل ع ِليا‬
َ َ َْ َ َ ْ َ َْ ْ ََْ ْ
ْ َ ْ
Adatusy Syarth ber-’Amal Jazm: ‫ أينما‬، ‫ مَت‬، ‫ من‬، ‫ ِإن‬: ( ‫) ِإن َتت ِهد تنجح‬
SYARTHIYAH َ ْ َ ْ َ َّ َ َ ُ َ َ ُ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ
Adatusy Syart tidak ber-’Amal: ‫ لول‬، ‫ لو‬، ‫ أما‬، ‫ ِإذا‬: ( ‫ِخ أذهب معه‬ ِ ‫) ِإذا ذهب أ‬

Metode Amin Level 2 3


LANGKAH 4
HAL YANG MEMPENGARUHI I’RAB ISIM DAN FI’IL

Sebagai Mubtada`
HAL-HAL YANG
MEMPENGARUHI
Sebagai Khabarul Mubtada`
I’RAB
Sebagai Isim Kâna dan Kerabatnya
FI’IL ISIM
Jika tidak didahului oleh ‘Âmil RAFA’ RAFA’ Sebagai Khabar Inna dan Kerabatnya

Sebagai Fâ’il

Sebagai Nâ`ibul Fâ’il

Sebagai Khabar Kâna dan Kerabatnya

Sebagai Isim Inna dan Kerabatnya

Sebagai Mafâ’îl

Sebagai Hâl
NASHAB
Jika didahului ‘Âmil Nashab NASHAB
Sebagai Tamyîz

Sebagai Mustatsnâ

Sebagai Isim Lâ Nâfiyah Lil Jins

Sebagai Munâdâ

Setelah Harf Jarr


JARR
Jika didahului ‘Âmil Jazm JAZM
Sebagai Mudhâf Ilayhi

Metode Amin Level 2 4


HAL YANG MEMPENGARUHI I’RAB ISIM
َ َْ
‫) زيد ذ ِ ي‬
Sebagai Mubtada` ( ‫ك‬

‫) زيد ذ ي‬ َ َْ
Sebagai Khabarul Mubtada` ( ‫ك‬

Sebagai Isim Kâna dan Kerabatnya ( ‫كيا‬


ًّ َ َْ َ َ
ِ ‫) َكن زيد ذ‬
RAFA’
‫) إِن زيدا ذ ِ ي‬ َ ً ْ َ َّ
Sebagai Khabar Inna dan Kerabatnya ( ‫ك‬
َ َ َْ َ َ
ِ ‫) ق َرأ زيد ال‬
Sebagai Fâ’il ( ‫كتاب‬

Sebagai Nâ`ibul Fâ’il ( ‫كتاب‬


ُ َ ْ َ ُ
ِ ‫) ق ِرئ ال‬
HAL-HAL YANG
Sebagai Khabar Kâna dan Kerabatnya ( ‫كيا‬
ًّ َ َْ َ َ ْ ُ ْ َ َ ُ ْ َ َ َّ َ َ
MEMPENGARUHI
ِ ‫) َكن زيد ذ‬ Maf’ûl Bihi ( ‫آن‬
ِ ‫) تعلم زيد لغة القر‬
I’RAB ISIM
َ ً ْ َ َّ
‫) إِن زيدا ذ ِ ي‬
Sebagai Isim Inna dan Kerabatnya ( ‫ك‬ ً َ ْ َ َ َّ َ َ
Maf’ûl Fîhi ( ‫) تعلم زيد َلَّْل‬
َ ً َ َ ْ َ َ َّ َ َ
Sebagai Mafâ’îl
َََ ِّ َ
Maf’ûl li-Ajlihi ( ‫) تعلم زيد طلبا ل ِ ِرَض رب ِه‬
ً َ
Sebagai Hâl ( ‫كتاب جالِسا‬
َ َ ْ َ
ِ ‫) قرأ زيد ال‬
ً ْ َ َُ َ َ َ
NASHAB ًُ ُ َْ َ ُ َ Maf’ûl Muthlaq ( ‫حك الوَل ضحك‬
ِ ‫)ض‬
Sebagai Tamyîz ( ‫) حسن زيد خلقا‬
ً ْ َ َّ ُ ْ َ ْ َ َ َ
Sebagai Mustatsnâ ( ‫) حَض القوم إل زيدا‬
َ ْ ْ َّ َ َّ َ
Sebagai Isim Lâ Nâfiyah Lil Jins ( ِ‫السَّلم‬ ِ ِِ ‫) ل ِعزة ِإل‬ ْ َْ ْ ْ َ َ َ
Mudhâf ( ‫) يا طا ِلب ال ِعل ِم ِاجهد‬
Sebagai Munâdâ
ْ ُ ْ َ َ
Nakirah Ghayr Maqshûdah ( ‫اج ًرا اصدق‬
ِ ‫) يا ت‬
ْ
Setelah Harf Jarr ( ‫ج ِد ِم َراب‬
ْ ‫)ِف ال ْ َم‬
‫س‬
ِ ِ
JARR َْ ْ َ ْ َْ
Sebagai Mudhâf Ilayhi ( ‫ج ِد ِمنب‬ ِ ‫اب المس‬ ِ ‫) ِِف ِمر‬
Metode Amin Level 2 5
HAL YANG MEMPENGARUHI I’RAB FI’IL

ُ ْ‫َت ْفتَ ُح ْاْلن‬


َْ ‫ت‬
Jika tidak didahului oleh ‘Âmil Apapun
RAFA’ َ ‫اْل‬
‫اب‬ ِ

َ ْ َ َْ َّ َ َْ
Jika didahului ‘Âmil Nashab: ْ‫ ك‬، ‫ ِإذن‬، ‫ لن‬، ) ‫ حَت‬، ‫أن ( ِلـ‬
HAL-HAL YANG NASHAB
‫اب‬ َْ ‫ت‬
َ ‫اْل‬ ُ ْ‫َكْ َت ْفتَ َح ْاْلن‬
MEMPENGARUHI ِ
I’RAB FI’IL

َْْ ُ َ َُ
َّ َ ْ َ َّ ‫ل‬ َ
Menjazmkan 1 Fi’il Mudhâri’: ‫ لما‬، ‫ لم‬، ‫ لم الم ِر‬، ‫هية‬
ِ ‫انلا‬
َْ ‫ت‬
َ ‫اْل‬
‫اب‬ ُ ْ‫َل ْفتَ ْح ْاْلن‬
ِ
ِ
َ َ َْ َ َ ْ َ ْ
JAZM Jika didahului ‘Âmil Jazm
Menjazmkan 2 Fi’il Mudhâri’ : ‫ أينما‬، ‫ مَت‬، ‫ من‬، ‫ِإن‬
ْ َْ ْ
‫َم ْن يَ ْز َرع َي ُصد‬

Metode Amin Level 2 6


TANDA I’RAB PADA ISIM DAN FI’IL
LANGKAH 5

Rafa’ Dasar Dhammah

Cabang Huruf Alif, Huruf Wâwu

Pada Isim Nashab Dasar Fathah

Cabang Huruf Yâ`, Kasrah, Huruf Alif

Jarr Dasar Kasrah

Cabang Huruf Yâ`, Fathah


TANDA I’RAB

Rafa’ Dasar Dhammah

Cabang Adanya Huruf Nûn

Pada Fi’il Nashab Dasar Fathah

Cabang Hilangnya Huruf Nûn

Jazm Dasar Sukûn

Cabang Hilangnya Huruf ‘Illat, Hilangnya Huruf Nûn

Metode Amin Level 2 7


TANDA I’RAB (DASAR DAN CABANG) PADA ISIM

ََ ََْ
Dhammah: a) Zhâhirah: Isim Mufrad ( ‫) قلم‬, Jamak Taksîr ( ‫) أقَّلم‬, Jamak Mu`annats Sâlim (
َ ُْ ْ ُّ
‫ ;)م ِسنات‬b) Muqaddarah: Isim Maqshûr ( ‫اَلنيَا‬ َ )
ْ ِ ‫الر‬
RAFA’ Dasar
), Isim Manqûsh ( ‫اع‬

Huruf Alif: Isim Mutsannâ ( ‫ان‬


َ َ
ِ ِ‫كتا‬
ِ ‫) ال‬
Cabang
َ ُْ ْ ُْ ْ َ ْ ُ َ
Huruf Wâwu: Jamak Mudzakkar Sâlim ( ‫سنون‬ِ ‫) المح‬, al-Asmâ` al-Khamsah ( ‫) أِو زيد‬

Fathah: a) Zhâhirah: Isim Mufrad ( ‫كتاب‬


َ َ ْ َّ َ ُ ُ ْ َّ
ِ ‫) ِإن ال‬, Jamak Taksîr ( ‫) ِإن الكتب‬, Isim Manqûsh (
NASHAB Dasar َّ ‫ ;) إ َّن‬b) Muqaddarah: Isim Maqshûr ( ‫اَل ْنيَا‬
َ‫الر ِاع‬ ُّ ‫) إ َّن‬
TANDA ِ ِ
ْ َ َ ْ َّ ْ ُ ْ َّ
I’RAB ISIM
Huruf Yâ`: Isim Mutsannâ ( ‫ي‬
َْ
ِ ِ‫كتا‬
ِ ‫) ِإن ال‬, Jamak Mudzakkar Sâlim ( ‫) ِإن المح ِس ِني‬
Kasrah: Jamak Mu`annats Sâlim ( ‫ات‬
َ ْ ُ ْ َّ
Cabang ِ ‫) ِإن المس ِلم‬
ْ َ ََ ّ
Huruf Alif: al-Asmâ` al-Khamsah ( ... ‫) إن أِا زيد‬

Kasrah: a) Zhâhirah: Isim Mufrad Yansharif ( ‫اب‬


َ ْ ُُ
َ ْ ُ ََ ِ ‫كت‬
ِ ‫) ِِف ال‬, Jamak Taksîr Yansharif ( ‫ب‬
ِ ‫) ِِف الكت‬,
Jamak Mu`annats Sâlim ( ‫ات‬ِ ‫ ;) لَع المس ِلم‬b) Muqaddarah: Isim Maqshûr Yansharif ( ‫ِِف‬
َّ َ ُ ْ
JARR Dasar
‫)المصّل‬, Isim Manqûsh Yansharif ( ‫اع‬ َّ ‫) َعن‬
ْ ِ ‫الر‬
َْ َ ْ َْ ْ ُْ ََ
َ
Huruf Yâ`: Isim Mutsannâ (‫ي‬
ِ ِ‫كتا‬
ِ ‫) ِِف ال‬, Jamak Mudzakkar Sâlim ( ‫) لَع المح ِس ِني‬, al-Asmâ`
ْ َ ْ َ
al-Khamsah ( ‫) عن أ ِب س ِعيد‬
َ َْ َ ََ
Cabang
Fathah: Isim Lâ Yansharif ( ‫) لَع أْحد‬

Metode Amin Level 2 8


ISIM LÂ YANSHARIF
(isim yang tidak menerima tanwin dan kasrah)

Karena berakhiran Alif Ta`nîts Maqshûrah


َْ َ
: ‫ سلوى‬، ‫عظ ََّم‬
ْ ُ

َُ
ُ ‫ فق َر‬، ‫اء‬
ُ ‫صح َر‬ ْ َ
Dengan 1 alasan Karena berakhiran Alif Ta`nîts Mamdûdah : ‫اء‬

ُْ ََ ُ َ َ
Karena berupa Shîghah Muntahâl Jumû’ : ‫هيم‬
ِ ‫ مفا‬، ‫اجد‬
ِ ‫مس‬

ُ ُُْ ُْ ْ
+ karena ‘ajam (non-Arab) ِ ‫ِإِ َرا‬
: ‫ يوسف‬، ‫هيم‬

ُ َ َ ُ ُ ََْ
Isim Lâ Yansharif + karena mu’annats/bertanda mu’annats : ‫ أسامة‬، ‫زينب‬

ُ َُْ ُ ََْ ُ
Karena Isim ‘Alam + karena berakhiran alif-nûn : ‫ عثمان‬، ‫سليمان‬

+ karena ber-wazan fi’il


َُْ َ ُْ َ
: ‫ أْحد‬، ‫ي ِزيد‬

َُُ َُُ َ ُ
Dengan 2 alasan + karena ber-wazan ‫فعل‬ : ‫ هبل‬، ‫عم ُر‬

ُ َْ ُ ََْ َُْ َ
+ karena ber-wazan/pola ‫أف َعل‬ : ‫ أبيض‬، ‫أكب‬

ُ َْ َ ُ َ ْ َ
Karena Isim Sifat + karena berakhiran alif-nûn : ‫ جوَعن‬، ‫عطشان‬

َ ُ
: ‫أخ ُر‬
ُ ُ
+ karena ber-wazan/pola ‫ف َعل‬

Metode Amin Level 2 9


TANDA I’RAB (DASAR DAN CABANG) PADA FI’IL

ُ َْ
Dhammah: a) Zhâhirah: Fi’il Tak Berakhiran Aliful Itsnayn/Wâwul Jama’ah/Yâ`ul َ
RAFA’ Dasar ْ ْ
Mukhâthabah/Nûnun Niswah ( ‫ ;) َي ِلس‬b) Muqaddarah: Fi’il Mu’tall Akhîr ( ‫) َي ِري‬
َ ُْ ََْ
Cabang Adanya Huruf Nûn: al-Af’âl al-Khamsah ( ‫) يفهمون‬

ْ َْ َْ َْ
Fathah Zhâhirah: Fi’il Tak Berakhiranَ Aliful Itsnayn/Wâwul Jama’ah/Yâ`ul
TANDA I’RAB FI’IL NASHAB Dasar َ َ
Mukhâthabah/Nûnun Niswah ( ‫) أن َت ِلس‬, Fi’il Mu’tall Akhîr ( ‫) أن َي ِري‬

Cabang
ُْ ََْ َ
Hilangnya Huruf Nûn: al-Af’âl al-Khamsah ( ‫) كْ يفهموا‬

Sukûn: Fi’il Takَ Berakhiran


ْ َْ
Aliful Itsnayn/Wâwul Jama’ah/Yâ`ul Mukhâthabah/Nûnun
JAZM Dasar ْ
Niswah ( ‫) لم أج ِلس‬
َْ َْ
Hilangnya Huruf ‘Illat: Fi’il Mu’tall Akhîr ( ‫) لم َي ِر‬

ُْ ََْ َْ
Cabang
Hilangnya Huruf Nûn: al-Af’âl al-Khamsah ( ‫) لم يفهموا‬

Metode Amin Level 2 10


TANDA I’RAB PADA ISIM DAN FI’IL 11

Jenis Kata Tanda Rafa’ Tanda Nashab Tanda Jarr Tanda Jazm
Dhammah Fathah Kasrah
ََ َ َ ْ َّ َ َْ
‫القل ُم ِل‬ ‫إن القل َم ِل‬
Isim Mufrad (Yansharif) –
‫ِِالقل ِم‬
Dhammah Fathah Kasrah
ََْْ َ ْ َ ْ َّ ََْْ
‫القَّل ُم ِل‬ ‫إِن القَّل َم ِل‬
Isim Jamak Taksîr (Yansharif) –
ِ‫ِِالقَّلم‬
Huruf Alif Huruf Ya`
Isim Mutsannâ َ َ ‫ال‬ ْ َ َ ْ َّ َْ َ ْ –
‫ان ِل‬
ِ ِ‫كتا‬
ِ ‫ي ِل‬
ِ ِ‫كتا‬ ِ ‫ِإن ال‬ ‫ي‬
ِ ِ‫كتا‬ِ ‫ِِف ال‬
Huruf Wawu Huruf Ya`
َ َ ْ ْ َ َ ْ ‫حسن‬ ْ ُ ْ َّ َ ْ ‫حسن‬ ْ ُْ ََ
‫ال ُمح ِسنُ ْون ِِف َس َعادة‬ ‫ي ِِف َس َعادة‬
Isim Jamak Mudzakkar Sâlim –
ِ ِ ‫ِإن الم‬ ‫ي‬ ِ ِ ‫لَع الم‬
Dhammah Kasrah
َ ُ َ ْ ْ َ َ ْ ُ ْ َّ َ ْ ُْ ََ
‫ال ُمح ِسنات ِِف َس َعادة‬ ‫ات ِِف َس َعادة‬
Isim Jamak Mu`annats Sâlim –
ِ ‫إِن المح ِسن‬ ‫ات‬
ِ ‫لَع المح ِسن‬
Huruf Wawu Huruf Alif Huruf Ya`
َ َ َّ َ
‫أُِ ْو َزيْد َم ِريْض‬ ‫ِإن أَِا َزيْد َم ِريْض‬ ‫ِم ْن أ ِب َزيْد‬
al-Asmâ` al-Khamsah –

Dhammah Fathah
Isim Lâ Yansharif
‫الر ُس ْو ِل‬
َّ ‫ت‬ُ ْ‫فَاط َم ُة ِن‬ ‫الر ُس ْو ِل‬
َّ ‫ت‬ُ ْ‫إ َّن فَاط َم َة ِن‬ ‫الر ُس ْو ِل‬
َّ ‫ت‬ ْ ََ َ ْ َ –
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ‫اطمة ِِن‬
ِ ‫عن ف‬
Dhammah Fathah Sukun
َْ َ
Fi’il Mudhari’ yang tak berakhiran Alif Itsnayn, Wâwu
َْ َْ َ
‫َي ِل ُس َزيْد‬ ‫كْ َي ِل َس َزيْد‬ ‫ل ْم َي ِل ْس َزيْد‬

Jamâ’ah, Yâ` Mukhâthabah, dan Nûn Niswah

Adanya Huruf Nun Hilangnya Huruf Nun Hilangnya Huruf Nun


َ‫ُه َما يُريْ َدان أَ ْن ََيْلسا‬
al-Af’âl al-Khamsah (Fi’il Mudhari’ yang berakhiran
َ َْ َ ُ َْ َ ُ
‫ه َما ل ْم َي ِل َسا‬

Alif Itsnayn, Wâwu Jamâ’ah, Yâ` Mukhâthabah) ‫ان‬
ِ ‫هما َي ِلس‬ ِ ِ ِ
Dhammah Muqaddarah Fathah Zhahirah Hilangnya Huruf ‘Illat
ُ ْ َْ ُ ْ َ َْ َْ ُ ْ َْ َْ
‫اْل َصان‬ ‫اْل َصان‬ ‫اْل َصان‬
Fi’il Mu’tallul Akhir (Berakhiran Huruf ‘Illat) –
ِ ‫َي ِري‬ ِ ‫ك َي ِري‬ ِ ‫لم َي ِر‬

Anda mungkin juga menyukai