Anda di halaman 1dari 5

Nama : Ismi Asmaul Chair

NPM : 220110170209
Senin, 08 Maret 2021

1. Jelaskan mengenai Perilaku Penolakan Vaksin Covid-19 dari seorang warga dengan
menggunakan Theory of Planned Behavior.
Jawab :

Perilaku penolakan Vaksin Covid-19 di Indonesia jika dilihat berdasarkan case study
dari BBC News memang terjadi bukan karena tanpa suatu alasan. Alasan-alasan yang
melatarbelakangi perilaku penolakan Vaksin Covid-19 dapat dijabarkan dengan
menggunakan Theory of Planned Behavior.
Theory of Planned Behavior menurut Ajzen menyatakan bahwa seseorang dapat
melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tergantung dari niat orang tersebut,
dan terdapat 3 determinan yang saling berpengaruh dan mengarah pada pembentukan
niat seseorang yang pada akhirnya membentuk suatu perilaku. 3 determinan tersebut
yaitu :
a. Attitude Toward Act of Behavior
Sikap terhadap perilaku ini sangat ditentukan oleh keyakinan perilaku (behavioral
belief) dan keyakinan ini dapat memperkuat sikap terhadap perilaku itu apabila
berdasarkan evaluasi yang dilakukan individu, diperoleh data bahwa perilaku itu
dapat memberikan keuntungan baginya.
Ketika masyarakat mengambil sikap untuk berperilaku menolak Vaksin Covid-19
tentu didasarkan oleh keyakinan bahwa jika menolak vaksin tidak akan
berdampak pada kesehatan dan tidak memberikan efek samping dan evaluasi yang
didapat ketika individu tersebut tidak menerima vaksin maka akan tetap sehat
karena mereka tidak terdampak pada efek samping Vaksin Covid-19 dan salah
satu diantara mereka mempunyai evaluasi jika tidak di vaksin pun tidak masalah
karena mereka berkeyakinan sedari dulu pun mereka belum sama sekali di vaksin
dan masih tetap sehat dan terbebas dari virus.

b. Subjective Norm
Adalah persepsi individu terhadap harapan dari orang-orang yang berpengaruh
dalam kehidupannya. Sebagaimana sikap terhadap perilaku, norma subjektif juga
dipengaruhi oleh keyakinan. Bedanya adalah apabila sikap terhadap perilaku
merupakan fungsi dari keyakinan individu terhadap perilaku yang akan dilakukan
(behavioral belief) maka norma subjektif adalah fungsi dari keyakinan individu
yang diperoleh atas pandangan orang-orang lain terhadap objek sikap yang
berhubungan dengan individu (normative belief).
Salah satu individu yang berperilaku menolak terhadap Vaksin Covid-19 adalah
Ibu Ribka Tjiptaning. Dimana beliau memegang subjective norm jika adanya
paksaan terhadap Vaksin Covid-19 ini merupakan suatu pelanggaran HAM
padahal Menurut Wakil Menteri Hukum dan HAM, Edward Hiariej, penolak
vaksin Covid-19 dapat dipidana penjara paling lama satu tahun dan denda
maksimal Rp100 juta. Ia merujuk ketentuan di UU 6/2018 tentang orang-orang
yang menghalangi kekarantinaan kesehatan. Dan beberapa individu diantaranya
mempunyai subjective norm bahwa yang namanya Vaksin pasti selalu berkonotasi
“tidak halal” atau meragukan kehalalan dari suatu vaksin sehingga masyarakat
berperilaku menolak Vaksin Covid-19. Padahal menurut Jane pakar imunisasi
menyatakan sebelum Vaksin Covid-19 muncul pun, proses ke MUI sudah lebih
dulu dilakukan dan perwakilan MUI dan BPOM berangkat ke China bersama dan
MUI pun bisa menyatakan kehalalan sebelum pengumuman BPOM. Jadi masalah
halal-haram sudah tidak ada.
Tetapi memang itulah yang disebut dengan “Subjective Norm” dimana persepsi
ini memang sifatnya bersifat subjective, tidak objektif.

c. Perceived Behavioral Control


Adalah persepsi individu mengenai mudah atau sulitnya mewujudkan suatu
perilaku tertentu dan dapat berubah tergantung situasi dan jenis perilaku yang
akan dilakukan.
Suatu dasar landasan mengenai begitu mudahnya masyarakat Indonesia
berperilaku menolak Vaksin Covid-19 adalah belum terlaksananya suatu dasar
payung hokum atau suatu tindakan pidana bagi penolakan Vaksin ini. Sehingga
masyarakat tidak terbebani apapun dan begitu mudah untuk berperilaku menolak
vaksin disamping dengan keyakinan-keyakinan behavioral (behavioral belief) nya
tersebut.
2. Jelaskan usaha Pemerintah untuk meningkatkan perilaku Vaksinasi Covid-19. Belief
apa yang diintervensi? Jelaskan dengan menggunakan kerangka Theory of Planned
Behavior.
Jawab :

Belief yang harus diintervensi adalah ketidakpahaman atau kurang pengetahuan


masyarakat terkait arti Vaksin itu sendiri dimana masyarakat cenderung memiliki
belief bahwa setelah di vaksin akan selalu memunculkan efek samping yang sangat
berbahaya bagi kesehatannya dan berkonotasi “haram”. Secara general, untuk
mengatasi perilaku tersebut adalah meningkatkan terlebih dahulu dari sisi coginivite
masyarakat terkait pemahaman vaksin secara utuh dan diperlukan informasi-informasi
yang mendukung serta media yang sekiranya diterima masyarakat agar belief yang
ada pada masyarakat berkonotasi negatif secara berangsur dapat menjadi positif
terhadap Vaksin itu sendiri dan spesifik terhadap Vaksin Covid-19 serta aturan pidana
yang mengharuskan vaksin Covid-19 agar control perilaku terhadap penolakan vaksin
pun tidak terjadi.

Attitude Toward Act of Behavior

- Mempunyai imun terhadap


covid sehingga resiko terpapar
covid sangat rendah
- Tidak ada efek samping
- Angka kejadian covid di
Indonesia menurun karena
terjadi penurunan transmisi
Covid

Niat untuk berperilaku Berperilaku menerima


menerima vaksin covid-19 vaksin covid-19
Subjective Norm Attitude Toward Act of Behavior Attitude Toward Act of Behavior

- Validasi kehalalan Vaksin


- Penguatan MUI dan tokoh
agama maupun tokoh
masyarakat

Perceived Behavioral Control

- Hukum pidana
- Denda
- Aturan-aturan terkait wajib
vaksin
Referensi

Afdalia, Nadhira, D. (2010). Theory of Planned Behavior Dan Readiness for Change Dalam
Memprediksi Niat Implementasi Peraturan. Jaai, 18(2), 110–123.
Ajzen, I. (2005). Atitudes, Personality and Behavior. In Mapping social psychology.
BBC.com. (2021, 14 Januari). Gerakan Tolak Vaksin Covid-19, akankah berakhir dengan lewat
anjuran MUI dan tokoh agama?. Diakses pada 8 Maret 2021, dari
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-55644537
Ramdhani, N., Carver, C. S., Scheier, M. F., Segerstrom, S. C., Solberg Nes, L., Evans, D. R.,
Segerstrom, S. C., Tunas, I. R., Montgomery, R. L., Haemmerlie, F. M., Ray, D. M.,
Gillham, J. E., Shatté, A. J., Reivich, K. J., Seligman, M. E. P., Manurung, P. P., Supit, S.,
Nancy, J., & Khatimah, H. (2011). Penyusunan Alat Pengukur Berbasis Theory of
Planned Behavior. Buletin Psikologi, 4(1), 55–69.
Sulaeman, E. S., Murti, B., Setyawan, H., & Rinawati, S. (2017). Aplikasi Theory of Planned
Behavior pada Perilaku Pemberian ASI Eksklusif : Studi Kasus. Jurnal Kedokteran Yarsi,
25(2), 84–100.

Anda mungkin juga menyukai