logo ut
Oleh
Nama : ...
NIM : ...
UNIVERSITAS TERBUKA
2015
LEMBAR PENGESAHAN
Nama Mahasiswa :
NIM :
Tempat : SD Negeri
Upaya meningkatkan hasil belajar siswa dalam memahami dan mendeskripikan pecahan sederhana
dengan metode pembelajaran demonstrasi yang sering dijumpai pada kehidupan sehari-hari yaitu
melalui alat peraga pada buah semangka yang dibagi menjadi beberapa bagian yang menunjukan
pecahan sederhana.
Supervisor 1 Mahasiswa
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan laporan PKP yang saya kutip dari hasil karya orang
lain telah dituliskan dalam sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan
karya ilmiah.
Apabila dikemudian hari ditemukan seluruh atau laporan PKP ini bukan hasil karya saya sendiri atau
adanya plagiasi dalam bagian-bagian tertentu, saya bersedia menerima sanksi, termasuk pencabutan
gelar akademik yang saya sandang sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku.
DEDI RUDIONO
NIM. 821569106
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena telah melimpahkan taufik dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyusun laporan tugas akhir S1 PGSD yaitu laporan perbaikan
pembelajaran melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di Kelas II SD Negeri Luwijawa 02 Kecamatan
Jatinegara Kabupaten Tegal Tahun pelajaran 2011/2012.
Laporan ini penulis susun dengan tujuan sebagai bahan masukan bagi guru dalam
mengamalkan ilmunya kepada anak didik supaya mendapatkan hasil belajar yang lebih baik, karena
kebahagiaan dan kepuasan seorang guru adalah melihat keberhasilan anak didiknya dalam
menerima, mengerti dan memperhatikan apa yang diajarkan maupun keberhasilan dalam
masyarakat.
Dengan kemampuan yang ada penulis telah berusaha semaksimal mungkin supaya laporan ini
dapat tersusun dengan baik namun penulis menyadari sepenuhnya, bahwa tanpa adanya bantuan
dan kerjasama dari berbagai pihak, penulis akan mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas
ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada :
2. Para Dosen/Tutor Universitas Terbuka Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ) Semarang,
kelompok belajar Kabupaten Tegal;
3. Bpk. Helmi Setyawan, S.Pd.,M.Si selaku pembimbing dan supervisor yang telah memberikan
bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan laporan ini;
4. Bpk. Pahruli, Keapala SDN Luwijawa 02 yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melakukan
penelitian tindakan kelas;
5. Bpk. Aminudin, S.Pd.SD selaku teman sejawat yang telah membantu penulis mengobservasi
penulis dengan teliti dan cermat;
7. Pihak-pihak yang lain yang turut membantu terselesaikannya laporan ini yan tidak dapat penulis
sebutkan satu persatu.
Dengan kesempurnaan laporan ini penulis mohon kritik dan saran yang bersifat membangun dari
pembaca. Akhirnya harapan penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan para pendidik pada khusunya.
A. Kesimpulan …………………………………………..……. 46
B. Saran ………………………………………..……………… 47
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Disadari atau tidak oleh kita bahwa pendidikan kita saat ini banyak mendapat sorotan dari
berbagai pihak. Hai ini terjadi karena nilai prestasi siswa belum mencapai pada hasil yang optimal.
Sehingga para pendidik berusaha mencari solusi-solusi supaya dapat memecahkan sebuah masalah
dalam suatu pembelajaran antara lain
pembelajaran merupakan proses menggali suatu ilmu dari sumber belajar melalui proses
komunikatif-interaktif, guru, dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Istilah keterampilan dalam
Pembelajaran Keterampilan diambil dari kata terampil yang mengandung arti kecakapan
melaksanakan dan menyelesaikan tugas dengan cekat, cepat dan tepat. Kata cekat mengandung
makna tanggap terhadap permasalahan yang dihadapi dari sudut pandang karakter, bentuk, sistem
dan perilaku obyek yang diwaspadai. Di dalamnya terhadap unsur kreatifitas, keuletan mengubah
kegagalan menjad I keberhasilan (adversity) serta kecakapan menanggulangi permasalahan dengan
tuntas.
Menurut Eggen & Kauchak (1998) menjelaskan bahwa ada enam ciri pembelajaran yang efektif,
yaitu : (1) siswa menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi,
membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk
konsep dan generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan, (2) guru menyediakan
materi sebagai fokus berfikir dan berinteraksi dalam pelajaran, (3) aktifitas-aktifitas siswa
sepenuhnya didasarkan pada pengkajian, (4) guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan
tuntunan kepada siswa dalam menganalisis informasi, (5) orientasi pembelajaran penguasaan isi
pelajaran dan pengembangan keterampilan berfikir, serta (6) guru menggunakan teknik mengajar
yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya mengajar guru.
Merujuk berbagai pendapat para ahli mengenai pembelajaran, pada hakikatnya guru dituntut
untuk mengembangkan proses pembelajaran seoptimal mungkin agar mencapai keberhasilan
pembelajaran sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan. Keberhasilan suatu proses pembelajaran
ini ditunjukan dengan adanya tingkat penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang dinyatakan
dengan perolehan nilai yang dicapai siswa sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang
telah ditetapkan oleh guru kelas. Dalam hal ini penulis menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) untuk pelajaran matematika sebesar 65. Dengan demikian apabila tingkat keberhasilan yang
telah dicapai 85% siswa telah memperoleh nilai 65 atau lebih, maka proses pembelajaran tersebut
telah berhasil, namun sebaliknya jika tingkat penguasaan materi kurang dari 85% siswa yang belum
memperoleh nilai 65, maka pembelajaran belum berhasil.
2. Siswa sering ngomong sendiri, kadang keluar masuk kelas dan gaduh.
4. Siswa kurang berani untuk bertanya apabila mengalami kesulitan dalam belajar.
Dari permasalahan di atas, dapat dikatakan bahwa siswa belum berhasil belajar secara efektif,
dengan indikator pokok nilai tes formatif rendah. Di samping itu, siswa kurang tertib mengikuti
pelajaran dan karena perhatian terhadap pelajaran kurang. Siswa juga kurang aktif (kurang berani
menjawab dan mengajukan pertanyaan), dan kemampuan berpikirnya kurang.
Secara singkat dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran matematika kompetensi dasar “
menenal pecahan sederhana” di kelas III SD Negeri Luwijawa 02, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten
Tegal belum berjalan secara efektif. Hal ini disebabkan karena guru kurang mengaktifkan siswa
dalam pembahasan materi, kurangnya pemanfaatan media (kurang alat peraga dan buku sumber),
dan guru kurang mengupayakan penanaman konsep kepada siswa dengan memberikan contoh buah
semangka yang di bagi menjadi 4 bagian dan di berikan kepada 4 anak sama besar adalah suatu
konsep pecahan sederhana, dan guru juga kurang memberi penguatan dan bimbingan khusus pada
siswa yang masih mengalami kesulitan belajar, dan guru juga kurang memberi pekerjaan rumah
kepada siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil analisis masalah di atas penulis merumuskan masalah yang menjadi fokus
perbaikan adalah sebagai berikut : “ Apakah penggunaan metode demonstrasi dan diskusi serta
penggunaan alat peraga yang sesuai serta memberi penguatan dan bimbingan siswa yang
mengalami kesulitan belajar, dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas III SD Negeri Luwijawa 02
dalam menulis lambang bilangan pecahan sederhana?”
Dari identifikasi dan rumusan masalah di atas penulis merumuskan hipotesis tindakan perbaikan
sebagai berikut : “ Apabila dalam proses pembelajaran matematika pada kompetensi dasar
mengenal pecahan sederhana, guru menggunakan metode demonstrasi dan diskusi serta
penggunaan alat peraga yang sesuai, juga dengan pemberian penguatan dan bimbingan siswa yang
mengalami kesulitan belajar, maka siswa kelas III SD Negeri Luwijawa 02 akan mampu dan untuk
menyelesaikan masalah mengenai pecahan sederhana.”
C. Tujuan Penelitian
Dari latar belakang penelitian yang memusatkan pada proses pembelajaran IPA di kelas III SD Negeri
Luwijawa 02 Kecamatan Jatinegara Kabupaten Tegal, tujuan perbaikan pembelajarannya adalah
sebagai berikut :
1. Mendiskripsikan penggunaan metode demonstrasi dan diskusi serta penggunaan alat peraga
alat-alat / media sebagai penunjang untuk meningkatkan prestasi belajar siswa kelas III SD Negeri
Luwijawa 02 dalam pembelajaran matematika kompetensi dasar mengenal pecahan sederhana.
2. Mendeskripsikan pemberian penguatan dan bimbingan khusus bagi siswa yang masih
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah mengenai pecahan sederhana .
D. Manfaat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan penulis pada mata pelajaran IPA di kelas III SD
Nageri Luwijawa 02, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten tegal , manfaat penelitian dirumuskan
sebagai berikut :
a. Memperoleh pengalaman profesional dalam mengatasi siswa yang mengalami kesulitan dalam
pembelajaran matematika pada kompetensi dasar mengenal pecahan sederhana melalui
penggunaan metode demonstrasi dan diskusi serta penggunaan alat peraga.
2. Bagi sekolah :
KAJIAN PUSTAKA
A. Belajar
Dalam penelitian ini, penulis akan memaparkan tentang belajar yang akan dikupas meliputi
pengertian, jenis-jenis, factor-faktor yang mempengaruhi dalam belajar yang akan dirumuskan
dibawah ini :
1. Pengertian belajar
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental
dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan amat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika
ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah dan keluarganya sendiri, oleh karenanya itu,
pemahaman yang benar mengenai arti belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya mungkin akan
mengakibatkan kurang bermutunya hasil pembelajaran yang dicapai peserta didik. Belajar
merupakan suatu proses psikologi yang menghasilkan perubahan-perubahan ke arah kesempurnaan.
Berikut ini beberapa pendapat dari para ahli tentang pengertian belajar. Sumardi Suryabrata dalam
Chabib Thoha (1993 : 126) mengartikan belajar sebagai :
a. Aktivitas yang menghasilkan perubahan pada individu yang belajar (dalam arti Behavioral
Changes), baik aktual maupun potensial.
b. Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kemampuan baru dalam waktu yang
relatif lama.
James L. Mursel dalam Chabib Thoha (1993 : 126) hakekatnya proses belajar adalah :
a. Belajar mulai dari persoalan dan merupakan usaha yang dilanjutkan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi,
b. Proses pemecahan masalah itu melalui pemahaman hubungan masing-masing persoalan dan
melalui pemikiran yang mendalam.
W.S. Winkel (1997 : 360) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental / psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan
dalam pengetahuan, pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap, perubahan itu bersifat relatif konstan
dan berbekas.
Dengan demikian penulis menganalisis bahwa sebenarnya hasil akhir dari kegiatan belajar
tidak semata-mata pengembangan intelektual, melainkan juga mencakup sikap dan perilaku yang
berkembang dari keadaan semula sebelum belajar. Sikap itu menuju kepada kesimpulan sesuai
dengan idealisasi sebelumnya, seseorang yang mengalami belajar akan mengalami pula perubahan
yaitu dari tidak bisa menjadi bisa, dari pasif menjadi aktif dari diam menjadi kreatif.
Menurut Gage dalam Ratna Wilis (1989 : 110) belajar dapat didefinisikan sebagai proses
dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman yang dapat dirumuskan
sebagai berikut :
a. Perubahan perilaku
Gagasan yang menyatakan bahwa belajar menyangkut perubahan dalam suatu organisme,
berarti juga bahwa belajar membutuhkan waktu untuk mengukur belajar, kita membandingkan cara
organisme itu berlaku pada waktu 1 dan cara organisme itu berperilaku pada waktu 2 dalam suasana
serupa. Bila perilaku dalam suasana serupa itu berbeda dengan kedua waktu itu, maka kita dapat
berkesimpulan bahwa telah belajar.
b. Perubahan terbuka
Belajar yang kita simpulkan, terjadi bila perilaku hewan-hewan termasuk manusia berubah,
perilaku menyangkut aksi atau tindakan, aksi-aksi otot atau aksi kelenjar, dan gabungan dari kedua
macam aksi itu. Yang menjadi perhatian utama ialah perilaku verbal dari manusia, seabab dari
tindakan-tinadakan menulis dan berbicara manusia, dapat kita tentukan apakah perubahan-
perubahan dalam perilaku telah terjadi. Perilaku berbicara, menulis dan bergerak memberi
kesempatan kepada kita untuk mempelajari perilaku-perilaku berpikir, merasa, mengingat masalah
yang dialami oleh seseorang secara tuntas dan hal ini sangat berkaitan dengan dengan belajar
rasional dimana tujuannya adalah agar siswa mempunyai kebiasaan-kebiasaan baru yang lebih tepat
dan positif dalam melaksanakan kegiatan di rumah, sekolah, maupun masyarakat. Belajar apresiasi
dan pengetahuan adalah belajar yang saling berkaitan sehingga dalam melaksanakan tujuan
keduanya adalah setelah mengembangkan kecakapan dalam kemampuan menghargai secara tepat
maka besar kemungkinan siswa memperoleh informasi dan pemahaman terhadap pengetahuan
yang biasanya lebih rumit.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1991 ; hal 787) prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya
ditunjukkan dengan nilai tes angka nilai yang diberikan oleh guru.
Wordpress(2008), prestasi belajar dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai oleh individu
setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Prestasi belajar juga diartikan
sebagai kemampuan maksimal yang dicapai seseorang dalam suatu usaha yang menghasilkan
pengetahuan atau nilai-nilai kecakapan. Lebih lanjut Nurkancana dan Sunartana (1992) mengatakan :
prestasi belajar bisa juga disebut kecakapan aktual (actual ability) yang diperoleh seseorang setelah
belajar, suatu kecakapan potensial (potensial ability) yaitu kemampuan dasar yang berupa disposisi
yang dimiliki oleh individu untuk mencapai prestasi. Kecakapan aktual dan kecakapan potensial ini
dapat dimasukkan kedalam suatu istilah yang lebih umum yaitu kemampuan (ability).
Pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh
siswa setelah siswa yang bersangkutan melakukan aktivitas yang berupa kecakapan nyata (actual)
bukan kecakapan potensial. Prestasi belajar ini dapat dilihat secara nyata berupa skor atau nilai
setelah mengerjakan suatu tes. Tes yang digunakan untuk menentukan prestasi belajar merupakan
suatu alat untuk mengukur aspek-aspek tertentu dari siswa misalnya pengetahuan, pemahaman,
aplikasi suatu konsep atau ketrampilan.
Muhibin Syah (1997 : 132) menjelaskan bahwa secara global, faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam.
a. Faktor internal (factor dari dalam siswa, yakni keadaan / kondisi jasmani dan rohani.
b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.
c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning) yakni jenis upaya belajar siswa untuk
melaksanakan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.
Faktor-faktor di atas dalam banyak hal sering berkaitan dan mempengaruhi satu sama lain,
analisis penulis adalah apabila seseorang siswa yang bersikap conserving terhadap ilmu pengetahuan
atau bermotif eksentrik (faktor eksternal) umpamanya biasanya cenderung mengambil pendekatan
belajar yang sederhana dan tidak mendalam sebaiknya, seorang siswa yang berintelegensi tinggi
(factor internal) dan menadapatkan dorongan positif dari orang tuanya (faktor eksternal), mungkin
akan memilih pendekatan belajar yang lebih mementingkan kualitas hasil pembelajaran. Jadi, karena
pengaruh faktor-faktor tersebut diataslah muncul siswa-siswa yang high-achievers (berprestasi
tinggi) dan under-achievers (berprestasi rendah) atau gagal sama sekali. Dalam hal ini, seorang guru
yang kompeten dan professional diharapkan mampu mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan
dengan berusaha mengetahui dan mengatasi faktor yang menghambat proses belajar mereka
sehingga para siswanya akan merasa senang dan selalu memperhatikan pelajaran disaat guru
menerangkan.
Menurut Depdikbud Dikti (1998 : 73) metode demonstrasi merupakan format interaksi
belajar mengajar yang sengaja mempertunjukkan atau memperagakan tindakan, proses atau
prosedur yang dilakukan oleh guru atau orang lain kepada seluruh siswa atau sebagian siswa.
Pengertian metode demonstrasi menurut Moh. Uzer Usman ( 1993 : 129 ) adalah suatu cara
penyajian pelajaran dengan penjelasan lisan disertai perbuatan atau memperlihatkan suatu proses
tertentu yang kemudian diikuti atau dicoba oleh siswa untuk melakukannya.
Sedangkan menurut Winataputra ( 2005 : 418 ) metode demonstrasi merupakan metode
mengajar yang menyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukan secara langsung objeknya atau
caranya melakukan sesuatu untuk mempertunjukkan proses tertentu.
Pengertian metode demonstrasi adalah merupakan metode perbuatan dengan sengaja yang
ditunjukkan dengan peragaan tindakan proses atau prosedur yang dilakukan oleh guru atau orang
lain secara langsung pada obyeknya.
Menurut Moh. Uzer Usman ( 1993 : 130 ) tujuan dan manfaat metode demonstrasi :
a. Membina rasa tanggung jawab yang dibebaskan kepadanya, karena pada akhirnya tugas
tersebut harus dipertanggungjawabkan (direstasi) dengan cara :
2) Membuat ringkasan
3) Menyerahkan
b. Menemukan sendiri informasi yang diperlukan atau memantapkan informasi yang telah
diperolehnya.
c. Menjalin kerja sama dan sikap menghargai hasil kerja orang lain.
Sedangkan menurut Winarno dalam Depdikbud Dikti (1998 : 74 ) tujuan dan manfaat metode
demonstrasi antara lain :
a. Mengajarkan suatu proses, misalnya proses pengaturan, proses pembuatan, proses kerja, proses
mengerjakan dan menggunakan.
Dari kedua pendapat tersebut diatas maka dapat diidentifikasikan bahwa tujuan dan manfaat
penerapan metode demonstrasi keaktifan siswa lebih menonjol karena setiap siswa dapat terlibat
selalu langsung.
Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang, diantaranya adalah :
a. Siswa memiliki motivasi, perhatian dan minat terhadap topik yang akan didemonstrasikan.
2) Berpikir sistematis
1) Memperkecil kemungkinan salah bila dibandingkan kalau siswa hanya membaca atau
mendeangar penjelasan saja, karena demonstrasi memberikan gambaran konkret yang memperjelas
perolehan belajar siswa dari hasil pengamatannya.
2) Memungkinkan para siswa terlibat secara langsung dalam kegiatan demonstrasi, sehingga
memberikan kemungkinan yang besar bagi siswa memperoleh pengalaman-pengalaman langsung.
Peluang ketertiban siswa memberikan kesempatan siswa mengembangkan kecakapannya dan
memperoleh pengakuan dan penghargaan dari teman-temannya.
3) Memudahkan pemusatan perhatian siswa kepada hal-hal yang dianggap penting, sehingga para
siswa akan benar-benar memberikan perhatian khusus kepada hal tersebut. Dengan kata lain,
perhatian siswa lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar dan tidak tertuju kepada orang lain.
4) Memungkinkan para siswa mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang belum mereka ketahui
selama demonstrasi berjalan, jawaban dari pertanyaan dapat disampaikan oleh guru pada saat itu
pula.
1) Metode demonstrasi memerlukan persiapan yang teliti dan penerapannya memerlukan waktu
yang sama.
2) Demonstrasi menurut peralatan yang ukurannya memungkinkan pengamatan secara tepat oleh
siswa pada saat digunakan.
3) Demonstrasi mempersyaratkan adanya kegiatan lanjutan berupa peniruan oleh para siswa
terhadap hal-hal yang didemonstrasikan.
4) Persiapan yang kurang teliti akan menyebabkan siswa melihat suatu tindakan, proses atau
prosedur yang didemonstrasikan tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Media atau alat peraga diartikan sebagai pengajaran yang digunakan guru sebagai perantara
untuk menyampaikan bahan-bahan instruksioanal dalam proses pembelajaran sehingga
memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran yang optimal.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002 : 920 ), alat peraga adalah alat bantu mengajar
yang berupa benda konkret, tiruan benda, gambar, film, kaset dan lain-lain, yang berfungsi untuk
memperjelas sajian pelajaran. Ada beberapa fungsi alat peraga dalam pengajaran matematika di
antaranya :