Anda di halaman 1dari 50

PRAKTIKUM 6

ESTIMASI HEWAN TANAH DENGAN PIT FALL TRAP DAN


SAMPLING SERANGGA DENGAN JARING SERANGGA

LAPORAN PRAKTIKUM

untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi

yang dibina oleh Ibu Dr. Vivi Novianti, S.Si, M.Si

dan Bapak Indra Fardhani, S.Pd, M.Sc, M.I.L, Ph.D

Oleh

DINDA INDRIANINGRUM - 180351619016

FAIRUZA YUMNA SHOLIHA - 180351619044

HAFIZHAH RIFA ANANDA - 180351619023

Kelompok 10 Offering B

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA

APRIL 2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Tanah menyediakan nutrisi bagi seluruh organisme yang hidup di
dalamnya. Salah satu organisme yang hidup di dalam tanah adalah fauna atau
hewan. Klasifikasi berdasarkan ukuran hewan yang hidup di dalam tanah di
antaranya mikrofauna, mesofauna, makrofauna, dan megafauna. Fauna - fauna
tersebut tidak selamanya ada di dalam tanah. Fauna dalam tanah mempunyai
beberapa peranan seperti :
1. Soil Engineer
Fauna membantu proses perubahan fisik tanah
2. Soil Transformer
Fauna membantu dalam percepatan laju pemecahan bahan organik
tanpa mengubah komposisi kimianya
3. Soil Decomposer
Fauna berperan dalam pembentukan humus
4. Soil Predator
Fauna memakan hewan tanah yang lain
Cara yang dapat dilakukan untuk mengambil sampling serangga adalah
dengan cara aktif dan pasif. Pengambilan sampel serangga dengan cara aktif
membutuhkan alat, salah satunya bernama jaring serangga. Sedangkan
pengambilan sampel serangga dengan cara pasif adalah menggunakan
perangkap seperti pit fall trap.
1.2. TUJUAN
1. Mengetahui struktur komunitas fauna aktif di permukaan tanah pada suatu
tempat.
2. Mengetahui fungsi ekologis masing - masing kelompok taksa hewan tanah
yang ditemukan
3. Mengetahui jenis - jenis serangga pada suatu habitat
4. Mengetahui fungsi ekologis masing - masing kelompok taksa serangga
yang ditemukan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Hewan tanah adalah hewan yang hidup di tanah, baik yang hidup dipermukaan
tanah maupun yang hidup di dalam tanah. Tanah itu sendiri adalah suatu bentangan
alam yang tersusun dari bahan – bahan mineral yang merupakan hasil proses
pelapukan batu – batuan dan bahan organik yang terdiri dari organisme tanah dan
hasil pelapukan bisa tumbuhan dan hewan lainnya, salah satu contoh dari hewan
tanah adalah serangga (Muhamad, 1989).
Serangga (disebut juga insekta) adalah kelompok utama dari hewan beruas
(Arthropoda) yang bertungkai 6 (3 pasang), karena itulah mereka disebut pula
Hexapoda. Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat
tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses berkolonisasi di bumi
(Campbell, 2003).
Serangga dapat ditemukan dimana – mana. Cara mengumpulkan serangga pun
bermacam – macam, tergantung pada maksud dan tujuannya. Jika kita bermaksud
membuat daur (siklus) hidupnya, maka kita harus mengumpulkan mulai dari telur,
nimfa atau larva, pupa hingga imago (dewasa). Jika kita bermaksud mengumpulkan
serangga terbang, maka kita harus membawa jaring atau jala udara (butterdly net)
(Johnson, 1995).
Teknik pengumpulan data untuk menghitung populasi serangga permukaan
tanah antara lain :
1. Sistem banjir
Teknik ini digunakan untuk serangga permukaan tanah. Teknik ini relatif
lebih mudah dan cepat yaitu dengan membasahi suatu area dengan air.
Beberapa saat kemudian, serangga – serangga yang berada di dalam tanah
keluar, kemudian dapat dihitung jumlahnya.
2. Pitfall trap
Teknik ini digunakan untuk serangga tanah pada daerah vegetasi rendah
atau dilahan kosong, dimana serangga – serangga tersebut merupakan
serangga aktif.
3. Capture re-capture
Teknik ini digunakan untuk serangga permukaan tanah yang terbang diatas
1 – 2 meter. Serangga di tangkap dengan menggunakan insect net. Serangga
yang tertangkap kemudian ditandai dan dilepaskan kembali, dilakukan
dengan pengulangan penangkapan serangga.
4. Light trap
Teknik ini digunakan untuk serangga malam, dengan menggunakan suatu
layar atau suatu wadah yang telah berisi air, sabun dan formalin lalu
diamkan dibawah cahaya lampu. Serangga tertarik terhadap cahaya lampu
yang kemudian akan terjatuh kedalam wadah tersebut (Suin, 2006).
Metode pitfall trap merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui
kerapatan atau kelimpahan makrofauna tanah. Pitfall trap merupakan metode yang
paling baik untuk menjebak serangga aktif diatas permukaan tanah (Darma, 2013).
Kerapatan (density) merupakan jumlah individu suatu jenis hewan atau
tumbuhan dalam suatu luasan tertentu. Kerapatan relatif (relative density)
merupakan perbandingan jumlah hewan atau tumbuhan jenis tertentu dengan total
hewan atau tumbuhan seluruh jenis. Frekuensi jenis merupakan peluang
ditemukannya suatu jenis tertentu dalam semua petak contoh yang dibuat.
Sedangkan frekuensi relative (relative frequency) adalah perbandingan frekuensi
jenis dengan jumlah frekuensi seluruh jenis.
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾
Kerapatan Relatif (KR) = × 100%
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑏𝑒𝑟𝑖𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑗𝑒𝑛𝑖𝑠
Frekuensi (F) = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹
Frekuensi Relatif (FR) = × 100%
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠

(Fandeli, 2017)
Nilai frekuensi suatu jenis individu dipengaruhi oleh:
1. Pengaruh luas petak
Semakin besar jumlah jenis, frekuensi yang terambil semakin besar
2. Pengaruh penyebaran suatu jenis dalam suatu area
Semakin merata penyebaran jenis tertentu, nilai frekuensinya
semakin besar (Rahim, 2017)
Rumus indeks keanekaragaman dari Shannon dan Winer (1949) dalam Odum
(1993) adalah :
𝐻′ = − ∑ 𝑃ℎ𝑖 ln 𝑃ℎ𝑖
𝑛 𝑛
𝐻′ = − ∑ 𝑁𝑖 ln 𝑁𝑖

Keterangan :
Phi = ni/N
H’ = indeks keanekaragaman Shannon-Weiner
ni = jumlah masing – masing spesies i
N = jumlah total individu seluruh jenis dalam lokasi
Nilai indeks keanekaragaman jenis dapat ditentukan dengan menggunakan
indeks keanekaragaman Shanon Wiener. Semakin besar nilai H’ menunjukkan
semakin tinggi tingkat keanekaragaman jenis. Indeks keanekaragaman digolongkan
dalam kriteria sebagai berikut

H’ ≤1 Keanekaragaman rendah

1 < H’≤ 3 Keanekaragaman sedang

H’ > 3 Keanekaragaman tinggi

(Rasyid, 2020)
BAB III

METODE

3.1. WAKTU DAN TEMPAT


Tanggal : Kamis, 22 April 2021
Tempat : Masing – masing daerah anggota kelompok
3.2. ALAT DAN BAHAN
Pitfall Trap
Alat
1. Gelas plastik
2. Botol bekas air mineral
3. Meteran
4. Patok (bambu, kayu, besi, dsb)
5. Kompas (bila tersedia)
6. Label/penanda
7. Alat tulis
8. Buku identifikasi fauna tanah dan serangga
Bahan
1. Detergen
2. Air
Jaring Serangga
Alat
1. Jaring serangga
2. Botol selai atau plastik untuk tempat menaruh hasil sampling
3. Kertas label
4. Karet gelang
5. Buku identifikasi serangga
3.3. PROSEDUR KERJA
Pitfall Trap
1. Di setiap lokasi masing – masing yang telah ditentukan, setiap anggota
kelompok memasang 3 botol jebak seperti pada gambar I dengan jarak
antar lokasi minimal 1 meter dengan cara :
- Tanah dilubangi dengan cethok, arit atau linggis setinggi dan
sebesar botol jebak
- Botol jebak ditanam ke dalam lubang tersebut
- Permukaan tanah harus tepat sama dengan permukaan bibir
botol
- Permukaan tanah harus tepat sama dengan permukaan bibir
botol
- Isi botol dengan air setinggi 1,5 – 2 cm dan teteskan sedikit
larutan detergen, jangan sampai tanah masuk ke dalam botol
- Pasang pelindung botol jebak agar tidak ada sampah atau air
yang masuk
2. Setelah selang waktu tertentu, ambil botol dan seluruh isinya dituang
ke botol sampel, tutup dan beri label.
3. Lakukan identifikasi hewan yang terjebak dalam botol.
4. Tentukan kerapatan hewan tanah per botol jebak.
5. Tentukan keanekaragaman hewan tanah dari habitat tersebut.
6. Bagaimana struktur hewan tanah yang diamati?
7. Tentukan struktur komunitas berdasarkan fungsi ekologis masing –
masing taksa.
8. Buat kesimpulan.
Jaring Serangga
1. Tentukan lokasi sampling berupa lading, padang rumput, kebun,
semak, dsb., kemudian siapkan jaring serangga.
2. Tarik garis lurus sejauh minimal 10% luas area.
3. Berjalan lurus mengikuti garis yang telah ditentukan sambil
mengayunkan jaring serangga secara zig – zag.
4. Di ujung garis segera tutup mulut jaring supaya serangga tidak
melarikan diri.
5. Pindahkan serangga dari dalam jaring dengan hati – hati ke dalam
plastik dan beri label.
6. Ulangi sebanyak 3 kali di titik yang berbeda pada lokasi yang sama.
7. Lakukan perhitungan jenis dan jumlah.
8. Tentukan indeks keanekaragaman serangga di lokasi tersebut.
3.4. ANALISIS DATA
Pitfall Trap
Langkah pertama dalam praktikum kali ini adalah membuat jebakan
serangga, lalu memberi jarak pada masing – masing plot sejauh 1 meter. Pada
praktikum pitfall trap ini dilakukan pengambilan data pada 3 daerah masing –
masing anggota kelompok.
Daerah 1 (Pekarangan depan rumah Malang)
Pada plot 1 ditemukan spesies Thomisus spectabilis, Dolichoderus
thoracicus, dan Monomorium minimum. Pada plot 2 ditemukan spesies
Dolichoderus thoracicus dan Musca domestica. Pada plot 3 ditemukan spesies
Dolichoderus thoracicus, Monomorium minimum, dan Musca domestica.
Thomisus spectabilis ditemukan pada plot 1. Selain itu, analisis spesies
tersebut juga memiliki parameter seperti : kepadatan, frekuensi, kerapatan
relatif, dominansi relatif, frekuensi relatif, dan Indek Nilai Penting (INP)
sebagai berikut :
● Kepadatan (K)
∑ kerapatan pada seluruh petak = 1 + 0 + 0 = 1
● Frekuensi (F)
𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑇ℎ𝑜𝑚𝑖𝑠𝑢𝑠 𝑠𝑝𝑒𝑐𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑠
Frekuensi = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
1
= 3 = 0,33

● Kerapatan Relatif (KR)


𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾
Kerapatan relatif (KR) = × 100%
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
1
= 15 × 100%

= 0,066 %
● Frekuensi Relatif (FR)
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹
Frekuensi relatif (FR) = × 100%
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
0,33
= 0,33 + 1 + 0,66 + 0,33 × 100%
0,33
= 2,32 × 100%

= 0,14 %
● Indeks Nilai Penting (INP)
FR + KR + DR = 0,066 % + 0,14 % = 0,206 %
● Indeks Diversitas Shannon - Wiener (H’)
𝑛 𝑛𝑖 1 1
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln = - (15 ln 15) = - (0,066 × (-2,72)) =
𝑁

0,179

Dolichoderus thoracicus ditemukan pada plot 1, plot 2 dan plot 3. Selain


itu, analisis spesies tersebut juga memiliki parameter seperti : kepadatan,
frekuensi, kerapatan relatif, dominansi relatif, frekuensi relatif, dan Indek Nilai
Penting (INP) sebagai berikut :
● Kepadatan (K)
∑ kerapatan pada seluruh petak = 1 + 1 + 2 = 4
● Frekuensi (F)
Frekuensi =
𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐷𝑜𝑙𝑖𝑐ℎ𝑜𝑑𝑒𝑟𝑢𝑠 𝑡ℎ𝑜𝑟𝑎𝑐𝑖𝑐𝑢𝑠 3
=3=1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘

● Kerapatan Relatif (KR)


𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾
Kerapatan relatif (KR) = × 100%
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
4
= 15 × 100%

= 0,266 %
● Frekuensi Relatif (FR)
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹
Frekuensi relatif (FR) = × 100%
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
1
= 0,33 + 1 + 0,66 + 0,33 × 100%
1
= 2,32 × 100%

= 0,43 %
● Indeks Nilai Penting (INP)
FR + KR + DR = 0,266 % + 0,43 % = 0,697 %
● Indeks Diversitas Shannon - Wiener (H’)
𝑛 𝑛𝑖 1 1 4 4
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln = - (15 ln 15) = - (15 ln 15) = - (0,267 ×
𝑁

(-1,32)) = 0,353
Monomorium minimum ditemukan pada plot 1 dan plot 3. Selain itu,
analisis spesies tersebut juga memiliki parameter seperti : kepadatan, frekuensi,
kerapatan relatif, dominansi relatif, frekuensi relatif, dan Indek Nilai Penting
(INP) sebagai berikut :
● Kepadatan (K)
∑ kerapatan pada seluruh petak = 6 + 0 + 3 = 9
● Frekuensi (F)
Frekuensi =
𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑀𝑜𝑛𝑜𝑚𝑜𝑟𝑖𝑢𝑚 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 2
= 3 = 0,66
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘

● Kerapatan Relatif (KR)


𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾
Kerapatan relatif (KR) = × 100%
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
9
= 15 × 100%

= 0,06 %
● Frekuensi Relatif (FR)
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹
Frekuensi relatif (FR) = × 100%
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
0,33
= 0,33 + 1 + 0,66 + 0,33 × 100%
0,33
= × 100%
2,32

= 0,14 %
● Indeks Nilai Penting (INP)
FR + KR + DR = 0,06 % + 0,284 % = 0,88 %
● Indeks Diversitas Shannon - Wiener (H’)
𝑛 𝑛𝑖 9 9
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln = - (15 ln 15) = - (0,6 × (-0,51)) =
𝑁

0,306

Musca domestica ditemukan pada plot 2. Selain itu, analisis spesies


tersebut juga memiliki parameter seperti : kepadatan, frekuensi, kerapatan
relatif, dominansi relatif, frekuensi relatif, dan Indek Nilai Penting (INP)
sebagai berikut :
● Kepadatan (K)
∑ kerapatan pada seluruh petak = 0 + 1 + 0 = 1
● Frekuensi (F)
Frekuensi =
𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑀𝑜𝑛𝑜𝑚𝑜𝑟𝑖𝑢𝑚 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 1
= 3 = 0,33
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘

● Kerapatan Relatif (KR)


𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾
Kerapatan relatif (KR) = × 100%
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
1
= 15 × 100%

= 0,066 %
● Frekuensi Relatif (FR)
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹
Frekuensi relatif (FR) = × 100%
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
0,66
= 0,33 + 1 + 0,66 + 0,33 × 100%
0,33
= 2,32 × 100%

= 0,14 %
● Indeks Nilai Penting (INP)
FR + KR + DR = 0,066 % + 0,14 % = 0,206 %
● Indeks Diversitas Shannon - Wiener (H’)
𝑛 𝑛𝑖 1 1
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln = - (15 ln 15) = - (0,066 × (-2,72)) =
𝑁

0,179

Daerah 2 (Kebun pisang di Perumahan Kutoharjo Pati, Jawa Tengah)


Pada plot 1 ditemukan spesies Asiomorpha coarctata dan Hodotermes
mossambicus. Pada plot 2 ditemukan spesies Hodotermes mossambicus.
Asiomorpha coarctata ditemukan pada plot 1. Selain itu, analisis spesies
tersebut juga memiliki parameter seperti : kepadatan, frekuensi, kerapatan
relatif, dominansi relatif, frekuensi relatif, dan Indek Nilai Penting (INP)
sebagai berikut :
● Kepadatan (K)
∑ kerapatan pada seluruh petak = 1 + 0 + 0 = 1
● Frekuensi (F)
Frekuensi =
𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐴𝑠𝑖𝑜𝑚𝑜𝑟𝑝ℎ𝑎 𝑐𝑜𝑎𝑟𝑐𝑡𝑎𝑡𝑎 1
= 3 = 0,33
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
● Kerapatan Relatif (KR)
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾
Kerapatan relatif (KR) = × 100%
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
1
= 3 × 100%

= 33 %
● Frekuensi Relatif (FR)
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹
Frekuensi relatif (FR) = × 100%
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
0,33
= 0,33+0,67 × 100%
0,33
= × 100%
1

= 33 %
● Indeks Nilai Penting (INP)
FR + KR + DR = 33 % + 33 % = 66 %
● Indeks Diversitas Shannon - Wiener (H’)
𝑛 𝑛𝑖 1 1
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln = − (∑ 3 ln 3) = - (0,33 x (-1,10)) =
𝑁

0,363

Hodotermes mossambicus ditemukan pada plot 1 dan plot 2. Selain itu,


analisis spesies tersebut juga memiliki parameter seperti : kepadatan, frekuensi,
kerapatan relatif, dominansi relatif, frekuensi relatif, dan Indek Nilai Penting
(INP) sebagai berikut :
● Kepadatan (K)
∑ kerapatan pada seluruh petak = 1 + 1 + 0 = 2
● Frekuensi (F)
Frekuensi =
𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐻𝑜𝑑𝑜𝑡𝑒𝑟𝑚𝑒𝑠 𝑚𝑜𝑠𝑠𝑎𝑚𝑏𝑖𝑐𝑢𝑠 2
=3=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘

0,67
● Kerapatan Relatif (KR)
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾
Kerapatan relatif (KR) = × 100%
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
2
= 3 × 100%

= 67 %
● Frekuensi Relatif (FR)
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹
Frekuensi relatif (FR) = × 100%
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
0,67
= 0,33+0,67 × 100%
0,67
= × 100%
1

= 67 %
● Indeks Nilai Penting (INP)
FR + KR + DR = 67 % + 67 % = 134 %
● Indeks Diversitas Shannon - Wiener (H’)
𝑛 𝑛𝑖 2 2
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln = − (∑ 3 ln 3) = - (0,67 x (-0,40)) =
𝑁

0,268

Daerah 3 (Persawahan Ds. Selopanggung Kec. Semen Kabupaten Kediri)


Pada plot 1 ditemukan spesies Monomorium minimum, Camponotus
pennsylvanicus, Solenopsis invicta, dan Dolichoderus thoracicus . Pada plot 2
ditemukan spesies Monomorium minimum, Dolichoderus thoracicus dan
Araneus diadematus. Pada plot 3 ditemukan spesies Monomorium minimum
dan Solenopsis invicta.
Monomorium minimum ditemukan pada plot 1, plot 2 dan plot 3. Selain
itu, analisis spesies tersebut juga memiliki parameter seperti : kepadatan,
frekuensi, kerapatan relatif, dominansi relatif, frekuensi relatif, dan Indek Nilai
Penting (INP) sebagai berikut :
● Kepadatan (K)
∑ kerapatan pada seluruh petak = 4 + 165 + 12 = 181
● Frekuensi (F)
Frekuensi =
𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑀𝑜𝑛𝑜𝑚𝑜𝑟𝑖𝑢𝑚 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 3
= =1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 3

● Kerapatan Relatif (KR)


𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾
Kerapatan relatif (KR) = × 100%
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
181
= 200 × 100%

= 90,5 %
● Frekuensi Relatif (FR)
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹
Frekuensi relatif (FR) = × 100%
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
1
= 1+0,33+0,67+0,67+0,33 × 100%
1
= 3 × 100%

= 33,33 %
● Indeks Nilai Penting (INP)
FR + KR + DR = 33,33 % + 90,5 % = 123,83%
● Indeks Diversitas Shannon - Wiener (H’)
𝑛 𝑛𝑖 181 181
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln = − (∑ 200 ln ) = - (0,905 x (-
𝑁 200

0,099)) = 0,089

Camponotus pennsylvanicus ditemukan pada plot 1. Selain itu, analisis


spesies tersebut juga memiliki parameter seperti : kepadatan, frekuensi,
kerapatan relatif, dominansi relatif, frekuensi relatif, dan Indek Nilai Penting
(INP) sebagai berikut :
● Kepadatan (K)
∑ kerapatan pada seluruh petak = 3 + 0 + 0 = 3
● Frekuensi (F)
Frekuensi =
𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐶𝑎𝑚𝑝𝑜𝑛𝑜𝑡𝑢𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑛𝑠𝑦𝑙𝑣𝑎𝑛𝑖𝑐𝑢𝑠 1
=3=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘

0,33
• Kerapatan Relatif (KR)
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾
Kerapatan relatif (KR) = × 100%
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
3
= 200 × 100%

= 1,5 %
● Frekuensi Relatif (FR)
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹
Frekuensi relatif (FR) = × 100%
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
0,33
= 1+0,33+0,67+0,67+0,33 × 100%
0,33
= × 100%
3

= 11 %
● Indeks Nilai Penting (INP)
FR + KR + DR = 11 % + 1,5 % = 12,5 %
● Indeks Diversitas Shannon - Wiener (H’)
𝑛 𝑛𝑖 3 3
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln = − (∑ 200 ln ) = - (0,015 x (-
𝑁 200

4,199)) = 0,062

Solenopsis invicta ditemukan pada plot 1 dan plot 3. Selain itu, analisis
spesies tersebut juga memiliki parameter seperti : kepadatan, frekuensi,
kerapatan relatif, dominansi relatif, frekuensi relatif, dan Indek Nilai Penting
(INP) sebagai berikut :

● Kepadatan (K)
∑ kerapatan pada seluruh petak = 2 + 0 + 9 = 11
● Frekuensi (F)
𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑆𝑜𝑙𝑒𝑛𝑜𝑝𝑠𝑖𝑠 𝑖𝑛𝑣𝑖𝑐𝑡𝑎
Frekuensi = =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
2
= 0,67
3

● Kerapatan Relatif (KR)


𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾
Kerapatan relatif (KR) = × 100%
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
11
= 200 × 100%

= 5,5 %
● Frekuensi Relatif (FR)
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹
Frekuensi relatif (FR) = × 100%
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
0,67
= 1+0,33+0,67+0,67+0,33 × 100%
0,67
= × 100%
3

= 22,33 %
● Indeks Nilai Penting (INP)
FR + KR + DR = 22,33 % + 5,5 % = 27,83%
● Indeks Diversitas Shannon - Wiener (H’)
𝑛 𝑛𝑖 11 11
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln = − (∑ 200 ln ) = - (0,055 x (-
𝑁 200

2,900)) = 0,015
Dolichoderus thoracicus ditemukan pada plot 1 dan plot 2. Selain itu,
analisis spesies tersebut juga memiliki parameter seperti : kepadatan,
frekuensi, kerapatan relatif, dominansi relatif, frekuensi relatif, dan Indek
Nilai Penting (INP) sebagai berikut :

● Kepadatan (K)
∑ kerapatan pada seluruh petak = 2 + 2 + 0 = 4
● Frekuensi (F)
Frekuensi =
𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐷𝑜𝑙𝑖𝑐ℎ𝑜𝑑𝑒𝑟𝑢𝑠 𝑡ℎ𝑜𝑟𝑎𝑐𝑖𝑐𝑢𝑠 2
=3=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘

0,67
● Kerapatan Relatif (KR)
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾
Kerapatan relatif (KR) = × 100%
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
4
= 200 × 100%

=2%
● Frekuensi Relatif (FR)
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹
Frekuensi relatif (FR) = × 100%
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
0,67
= 1+0,33+0,67+0,67+0,33 × 100%
0,67
= × 100%
3

= 22,33 %
● Indeks Nilai Penting (INP)
FR + KR + DR = 22,33 % + 2 % = 24,33 %
● Indeks Diversitas Shannon - Wiener (H’)
𝑛 𝑛𝑖 4 4
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln = − (∑ 200 ln ) = - (0,02 x (-
𝑁 200

3,912)) = 0,078

Araneus diadematus ditemukan pada plot 2. Selain itu, analisis spesies


tersebut juga memiliki parameter seperti : kepadatan, frekuensi, kerapatan
relatif, dominansi relatif, frekuensi relatif, dan Indek Nilai Penting (INP)
sebagai berikut :
● Kepadatan (K)
∑ kerapatan pada seluruh petak = 0 + 1 + 0 = 1
● Frekuensi (F)
𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐴𝑟𝑎𝑛𝑒𝑢𝑠 𝑑𝑖𝑎𝑑𝑒𝑚𝑎𝑡𝑢𝑠
Frekuensi = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
1
= 3 = 0,33

● Kerapatan Relatif (KR)


𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾
Kerapatan relatif (KR) = × 100%
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
1
= 200 × 100%

= 0,5 %
● Frekuensi Relatif (FR)
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹
Frekuensi relatif (FR) = × 100%
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
0,33
= 1+0,33+0,67+0,67+0,33 × 100%
0,33
= × 100%
3

= 11 %
● Indeks Nilai Penting (INP)
FR + KR + DR = 11 % + 0,5 % = 11,5 %
● Indeks Diversitas Shannon - Wiener (H’)
𝑛 𝑛𝑖 1 1
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln = − (∑ 3 ln 3) = - (0,33 x (- 1,108)) =
𝑁

0,365

Jaring Serangga
Pada petak 1 ditemukan spesies Valanga nigricornis dan Atractomorpha
crenulata. Pada petak 2 ditemukan spesies Rhopalocera dan Atractomorpha
crenulata.
Rhopalocera ditemukan pada petak 2. Selain itu, analisis spesies tersebut
juga memiliki parameter seperti : kepadatan, frekuensi, kerapatan relatif,
dominansi relatif, frekuensi relatif, dan Indek Nilai Penting (INP) sebagai
berikut :
● Kepadatan (K)
∑ kerapatan pada seluruh petak = 0 + 1 = 1
● Frekuensi (F)
𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑅ℎ𝑜𝑝𝑎𝑙𝑜𝑐𝑒𝑟𝑎 1
Frekuensi = =2=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘

0,5
● Kerapatan Relatif (KR)
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾
Kerapatan relatif (KR) = × 100%
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
1
= 4 × 100%

= 0,25 %
● Frekuensi Relatif (FR)
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹
Frekuensi relatif (FR) = × 100%
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
0,5
= 0,5 + 0,5 + 1 × 100%
0,5
= × 100%
2

= 0,25 %
● Indeks Nilai Penting (INP)
FR + KR + DR = 0,25 % + 0,25 % = 0,50 %
● Indeks Diversitas Shannon - Wiener (H’)
𝑛 𝑛𝑖 1 1
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln = - (4 ln 15) = - (0,25 × (-1,39)) =
𝑁

0,347

Valanga nigricornis ditemukan pada petak 1. Selain itu, analisis spesies


tersebut juga memiliki parameter seperti : kepadatan, frekuensi, kerapatan
relatif, dominansi relatif, frekuensi relatif, dan Indek Nilai Penting (INP)
sebagai berikut :
● Kepadatan (K)
∑ kerapatan pada seluruh petak = 1 + 0 = 1
● Frekuensi (F)
𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎 𝑛𝑖𝑔𝑟𝑖𝑐𝑜𝑟𝑛𝑖𝑠
Frekuensi = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
1
= 2 = 0,5

● Kerapatan Relatif (KR)


𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾
Kerapatan relatif (KR) = 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
× 100%
1
= 4 × 100%

= 0,25 %
● Frekuensi Relatif (FR)
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹
Frekuensi relatif (FR) = × 100%
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
0,5
= 0,5 + 0,5 + 1 × 100%
0,5
= × 100%
2

= 0,25 %
● Indeks Nilai Penting (INP)
FR + KR + DR = 0,25 % + 0,25 % = 0,50 %
● Indeks Diversitas Shannon - Wiener (H’)
𝑛 𝑛𝑖 1 1
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln = - (4 ln 15) = - (0,25 × (-1,39)) =
𝑁

0,347

Atractomorpha crenulata ditemukan pada petak 1 dan petak 2. Selain itu,


analisis spesies tersebut juga memiliki parameter seperti : kepadatan, frekuensi,
kerapatan relatif, dominansi relatif, frekuensi relatif, dan Indek Nilai Penting
(INP) sebagai berikut :
● Kepadatan (K)
∑ kerapatan pada seluruh petak = 1 + 1 = 2
● Frekuensi (F)
Frekuensi =
𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐴𝑡𝑟𝑎𝑐𝑡𝑜𝑚𝑜𝑟𝑝ℎ𝑎 𝑐𝑟𝑒𝑛𝑢𝑙𝑎𝑡𝑎 2
=2=1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘

● Kerapatan Relatif (KR)


𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾
Kerapatan relatif (KR) = × 100%
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
2
= 4 × 100%

= 0,5 %
● Frekuensi Relatif (FR)
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹
Frekuensi relatif (FR) = × 100%
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
1
= 0,5 + 0,5 + 1 × 100%
1
= 2 × 100%

= 0,5 %
● Indeks Nilai Penting (INP)
FR + KR + DR = 0,5 % + 0,5 % = 1 %
● Indeks Diversitas Shannon - Wiener (H’)
𝑛 𝑛𝑖 2 2
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln = - (4 ln 4) = - (0,5 × (-0,693)) = 0,347
𝑁
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil Pengamatan
Pit Fall Trap
a. Pada pekarangan depan rumah
N Taksa Kerapata K F KR FR INP Hi Total
o n (K) H’
(individu
/ petak)
1 2 3
1 Laba – Laba 1 0 0 1 0,3 0,06 0,1 0,20 0,17 1,01
Putih 3 6 4 6 9 7
(Thomisus
spectabilis)
2 Semut Hitam 1 1 2 4 1 0,26 0,4 0,69 0,35
Besar 6 3 7 3
(Dolichoderu
s thoracicus)
3 Semut Hitam 6 0 3 9 0,6 0,06 0,1 0,88 0,30
Kecil 6 4 6
(Monomoriu
m minimum)
4 Lalat (Musca 0 1 0 1 0,3 0,06 0,1 0,20 0,17
domestica) 3 6 4 6 9
b. Kebun Pisang
No Taksa Kerapatan K F KR FR INP H’ Total
(K) H’
(individu
/ petak)
1 2 3
1 Asiomorpha 1 - - 1 0,33 33 33 66 0,363
coarctata
0,631
2 Hodotermes 1 1 - 2 0,67 67 67 134 0,268
mossambicus
c. Persawahan
N Taksa Kerapatan K F KR FR INP H’ Tota
o (K) l H’
(individu /
petak)
1 2 3
1 Monomorium 4 16 1 18 1 90, 33,3 123,8 0,08
minimum 5 2 1 5 3 3 9
2 Camponotus 3 - - 3 0,3 1,5 11 12,5 0,06
pennsylvanic 3 2
0,60
us
9
3 Solenopsis 2 - 9 11 0,6 5,5 22,3 27,83 0,01
invicta 7 3 5
4 Dolichoderus 2 2 - 4 0,6 2 22,3 24,33 0,07
thoracicus 7 3 8
5 Araneus - 1 - 1 0,3 0,5 11 11,5 0,36
diadematus 3 5
Jaring Serangga
N Taksa Kerapata K F KR FR INP H’ Total
o n (K) H’
(individu
/ petak)
1 2
1 Kupu – Kupu 0 1 1 0, 0,25 0,2 0,50 0,34 1,04
(Rhopalocera) 5 % 5% % 7 1
2 Belalang 1 0 1 0, 0,25 0,2 0,50 0,34
Coklat 5 % 5% % 7
(Valanga
nigricornis)
3 Belalang Hijau 1 1 2 1 0,5 0,5 1% 0,34
(Atractomorph % % 7
a crenulata)

4.2. Pembahasan
Menurut Muhammad (1989), hewan tanah adalah hewan yang hidup di
tanah, baik yang hidup dipermukaan tanah maupun yang hidup di dalam tanah.
Serangga menurut Campbell (2003) ) adalah kelompok utama dari hewan
beruas (Arthropoda) yang bertungkai 6 (3 pasang), karena itulah mereka
disebut pula Hexapoda. Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat
adaptasi yang sangat tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali
sukses berkolonisasi di bumi.
Pada praktikum yang berjudul Estimasi Hewan Tanah dengan Pit Fall Trap
dan Sampling Serangga dengan Jaring Serangga dilakukan dengan
menggunakan teknik pengumpulan data yaitu, pitfall trap dan menggunakan
alat jaring serangga. Menurut Suin (2006) Teknik pitfall trap ini digunakan
untuk serangga tanah pada daerah vegetasi rendah atau dilahan kosong, dimana
serangga – serangga tersebut merupakan serangga aktif. Sedangkan menurut
Darma (2013), pitfall trap merupakan suatu metode yang digunakan untuk
mengetahui kerapatan atau kelimpahan makrofauna tanah. Pitfall trap
merupakan metode yang paling baik untuk menjebak serangga aktif diatas
permukaan tanah.
Pelaksanaan praktikum pitfall trap ini dilakukan pada tiga lokasi yang
berbeda, yaitu di pekarangan depan rumah, kebun pisang, dan juga daerah
persawahan. Dari ketiga lokasi tersebut, didapatkan hasil tangkapan hewan
tanah dan serangga yang berbeda. Pada praktikum yang berlokasi di
pekarangan depan rumah, diperoleh 4 spesies hewan yaitu, Thomisus
spectabilis, Dolichoderus thoracicus, Monomorium minimum, dan Musca
domestica. Keempat spesies hewan tersebut ditemukan menyebar pada ketiga
botol atau petak yang digunakan. Keempat spesies hewan tersebut ditemukan
menyebar pada kedua plot. Hewan tersebut tidak menyebar menyeluruh pada
ketiga plot, tetapi hanya ditemukan pada salah satu atau dua plot saja.
Pada praktikum yang berlokasi di kebun pisang, diperoleh 2 spesies
hewan, yaitu, Asiomorpha coarctata, dan Hodotermes mossambicus. Kedua
spesies hewan tersebut ditemukan menyebar pada ketiga botol atau petak yang
digunakan. Hewan tersebut tidak menyebar menyeluruh pada ketiga plot, tetapi
hanya ditemukan pada salah satu atau dua plot saja. Sedangkan praktikum yang
berlokasi di persawahan, diperoleh 5 spesies hewan, yaitu, Monomorium
minimum, Camponotus pennysylvanic, Solenopsis invicta, Dolichoderus
thoracicus, dan Araneus diadematus. Kelima spesies hewan tersebut juga
ditemukan menyebar pada ketiga botol atau petak yang digunakan. Hewan
tersebut tidak menyebar menyeluruh pada ketiga plot, tetapi hanya ditemukan
pada salah satu atau dua plot saja.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada pekarangan rumah,
diketahui hewan dengan spesies Dolichoderus thoracicus dominan terhadap
spesies hewan lainnya. Hal tersebut dilihat dari nilai frekuensi (F) yaitu,
sebesar 1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hewan ini hampir ditemukan
pada tiap botol atau petak. Pada praktikum yang dilakukan di kebun pisang,
diketahui bahwa hewan dengan spesies Hodotermes mossambicus dominan
terhadap spesies hewan lainnya. Hal tersebut dilihat dari nilai frekuensi (F)
yaitu, sebesar 0,67. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hewan ini hampir
ditemukan pada tiap botol atau petak.
Sedangkan pada praktikum yang dilakukan di persawahan, diketahui
bahwa hewan dengan spesies Monomorium minimum dominan terhadap
spesies hewan lainnya. Hal tersebut dilihat dari nilai frekuensi (F) yaitu,
sebesar 1. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hewan ini hampir ditemukan
pada tiap botol atau petak. Ketiga hasil data tersebut, sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Rahim (2017) yang menyatakan bahwa semakin merata
penyebaran jenis tertentu, nilai frekuensinya semakin besar.
Pada praktikum pada tiga lokasi tersebut, juga diperoleh nilai Indeks
Shannon-Wiener (H’) yang beragam. Pada praktikum yang dilakukan di
pekarangan rumah, diperoleh nilai H’ total sebesar 1,017. Nilai tersebut
menunjukkan bahwa keempat spesies hewan tersebut memiliki
keanekaragaman yang sedang. Pada praktikum yang dilakukan di kebun
pisang, diperoleh nilai H’ total sebesar 0,631. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa kedua spesies hewan tersebut memiliki keanekaragaman yang rendah.
Sedangkan pada praktikum yang dilakukan di persawahan, diperoleh nilai H’
sebesar 0,609. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kelima spesies hewan
tersebut memiliki keanekaragaman yang rendah. Ketiga hasil tersebut sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh Rasyid (2020) yang menyatakan bahwa
jika nilai indeks Shannon-Wiener bernilai ≤ 1, maka tingkat keanekaragaman
spesies tersebut rendah. Sedangkan jika nilai H’ 1 < H’ ≤ 3 , maka tingkat
keanekaragaman spesies tersebut sedang.
Pada praktikum dengan menggunakan jaring serangga, diperoleh tiga
spesies hewan yaitu, Rhopalocera, Valanga nigricornis, dan Atractomorpha
crenulata. Ketiga spesies hewan tersebut ditemukan menyebar pada kedua plot.
Hewan tersebut tidak menyebar menyeluruh pada kedua plot, tetapi hanya
ditemukan pada salah satu plot saja.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, diketahui bahwa hewan
dengan spesies Atracthomorpha crenulata dominan terhadap spesies hewan
lainnya. Hal tersebut dilihat dari nilai frekuensinya (F) yaitu, sebesar 1.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hewan ini dapat ditemukan hampir di tiap
plot. Hal tersebut, sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rahim (2017)
yang menyatakan bahwa semakin merata penyebaran jenis tertentu, nilai
frekuensinya semakin besar.
Ketiga spesies hewan tersebut memiliki nilai indeks Shannon-Wiener total
(H’ total) sebesar 1,04. Nilai tersebut menunjukkan bahwa ketiga spesies
hewan tersebut memiliki keanekaragaman yang sedang. Hal
tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rasyid (2020) jika
nilai H’ 1 < H’ ≤ 3 , maka tingkat keanekaragaman spesies tersebut sedang.
BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN
- Praktikum dengan metode pitfall trap yang dilakukan pada tiga lokasi yang
berbeda mendapatkan hasil yang berbeda.
- Pada praktikum pitfalltrap yang dilakukan di pekarangan rumah, diperoleh
empat spesies jenis hewan yaitu, Thomisus spectabilis, Dolichoderus
thoracicus, Monomorium minimum, dan Musca domestica. Hewan dengan
spesies Dolichoderus thoracicus dominan terhadap spesies hewan lainnya
- Pada praktikum pitfalltrap yang dilakukan di kebun pisang, diperoleh dua
spesies hewan yaitu, Asiomorpha coarctata, dan Hodotermes
mossambicus. Hewan dengan spesies Hodotermes mossambicus dominan
terhadap spesies hewan lainnya
- Pada praktikum pitfalltrap yang dilakukan di persawahan, diperoleh lima
jenis spesies, yaitu Monomorium minimum, Camponotus pennysylvanic,
Solenopsis invicta, Dolichoderus thoracicus, dan Araneus diadematus.
Hewan dengan spesies Monomorium minimum dominan terhadap spesies
hewan lainnya.
- Pada praktikum dengan menggunakan jaring serangga diperoleh tiga
spesies hewan yaitu, Rhopalocera, Valanga nigricornis, dan
Atractomorpha crenulate. Hewan dengan spesies dominan terhadap
spesies hewan lainnya
5.2. SARAN
Berdasarkan laporan yang telah disusun, penulis memberikan saran
khususnya terhadap mahasiswa yang melakukan praktikum agar lebih teliti dan
hati-hati pada saat memilih tempat praktikum, mengatur letak plot (botol dan
jaring), dan pada saat menganalisis jenis hewan yang telah diperoleh dari
praktikum. Hal tersebut bertujuan supaya tidak ada kesalahan dalam penulisan
hasil praktikum, dan hasil yang diperoleh serta pelaksanaan praktikum dapat
maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, et al. 2003. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga


Fandeli, C. 2017. Audit Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Johnson, N. F dan Borror, D.J., Triplehorn, C.A. 1995. Pengenalan Pelajaran
Serangga Edisi Keenam. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Muhamad, N. 1989. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta: Bumi Aksara
Rahim, S. 2017. Hutan Mangrove dan Pemanfaatannya. Yogyakarta: Deepublish
Rasyid, R. 2020. Dioscorea Maluku Utara Keanekaragaman Jenis dan Bentuk
Pemanfaatan. Makasar : Badan Penerbit UNM.
Suin, N. M. 2006. Ekologi Hewan Tanah. Jakarta: Bumi Aksara
Odum, E. 1993. Dasar – Dasar Ekologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
LAMPIRAN

LEMBAR HASIL PENGAMATAN

ESTIMASI POPULASI HEWAN TANAH

Lokasi : Pekarangan depan rumah

Tanggal : Kamis, 22 April 2021

Kelompok – Nama : 10 – Hafizhah Rifa Ananda

Jam : 7.45 – 15.45

N Taksa Kerapata K F KR FR INP Hi Total


o n (K) H’
(individu
/ petak)
1 2 3
1 Laba – Laba 1 0 0 1 0,3 0,06 0,1 0,20 0,17 1,01
Putih 3 6 4 6 9 7
(Thomisus
spectabilis)
2 Semut Hitam 1 1 2 4 1 0,26 0,4 0,69 0,35
Besar 6 3 7 3
(Dolichoderu
s thoracicus)
3 Semut Hitam 6 0 3 9 0,6 0,06 0,1 0,88 0,30
Kecil 6 4 6
(Monomoriu
m minimum)
4 Lalat (Musca 0 1 0 1 0,3 0,06 0,1 0,20 0,17
domestica) 3 6 4 6 9
Laba – Laba Putih (Thomisus spectabilis)
Kepadatan ∑ kerapatan pada seluruh petak = 1 + 0 + 0 = 1
(K)
Frekuensi 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑇ℎ𝑜𝑚𝑖𝑠𝑢𝑠 𝑠𝑝𝑒𝑐𝑡𝑎𝑏𝑖𝑙𝑖𝑠 1
=3=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
(F)
0,33
Kerapatan 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾 1 1
× 100% = 1 + 4 + 9 + 1 × 100% = 15
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Relatif (KR)
× 100% = 0,066 %
Frekuensi 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹 0,33
× 100% = 0,33 + 1 + 0,66 + 0,33 ×
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Relatif (FR) 0,33
100% = 2,32 × 100% = 0,14 %

Indeks Nilai FR + KR = 0,066 % + 0,14 % = 0,206 %


Penting
(INP)
H’ 𝑛 𝑛𝑖 1 1
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln = - (15 ln 15) = - (0,066 × (-
𝑁

2,72)) = 0,179

∑𝑛𝑖 = total jumlah individu spesies Thomisus spectabilis


∑N = total jumlah individu seluruh spesies yang ditemukan
Semut Hitam Besar (Dolichoderus thoracicus)
Kepadatan ∑ kerapatan pada seluruh petak = 1 + 1 + 2 = 4
(K)
Frekuensi 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐷𝑜𝑙𝑖𝑐ℎ𝑜𝑑𝑒𝑟𝑢𝑠 𝑡ℎ𝑜𝑟𝑎𝑐𝑖𝑐𝑢𝑠 3
=3
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
(F)
=1
Kerapatan 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾 4 4
× 100% = 1 + 4 + 9 + 1 × 100% = 15
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Relatif (KR)
× 100% = 0,266 %
Frekuensi 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹 1
× 100% = 0,33 + 1 + 0,66 + 0,33 ×
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Relatif (FR) 1
100% = 2,32 × 100% = 0,43 %
Indeks Nilai FR + KR = 0,266 % + 0,43 % = 0,697 %
Penting
(INP)
H’ 𝑛 𝑛𝑖 4 4
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln = - (15 ln 15) = - (0,267 × (-
𝑁

1,32)) = 0,353

∑𝑛𝑖 = total jumlah individu spesies Dolichoderus thoracicus


∑N = total jumlah individu seluruh spesies yang ditemukan
Semut Hitam Kecil (Monomorium minimum)
Kepadatan ∑ kerapatan pada seluruh petak = 6 + 0 + 3 = 9
(K)
Frekuensi 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑀𝑜𝑛𝑜𝑚𝑜𝑟𝑖𝑢𝑚 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 2
=3
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
(F)
= 0,66
Kerapatan 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾 9 9
× 100% = 1 + 4 + 9 + 1 × 100% = 15
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Relatif (KR)
× 100% = 0,06 %
Frekuensi 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹 0,33
× 100% = ×
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 0,33 + 1 + 0,66 + 0,33
Relatif (FR) 0,33
100% = 2,32 × 100% = 0,14 %

Indeks Nilai FR + KR = 0,06 % + 0,284 % = 0,88 %


Penting
(INP)
H’ 𝑛 𝑛𝑖 9 9
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln = - (15 ln 15) = - (0,6 × (-0,51))
𝑁

= 0,306

∑𝑛𝑖 = total jumlah individu spesies Monomorium minimum


∑N = total jumlah individu seluruh spesies yang ditemukan
Lalat (Musca domestica)
Kepadatan ∑ kerapatan pada seluruh petak = 0 + 1 + 0 = 1
(K)
Frekuensi 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑀𝑜𝑛𝑜𝑚𝑜𝑟𝑖𝑢𝑚 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑚 1
=3
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
(F)
= 0,33
Kerapatan 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾 1 1
× 100% = 1 + 4 + 9 + 1 × 100% = 15
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Relatif (KR)
× 100% = 0,066 %
Frekuensi 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹 0,66
× 100% = 0,33 + 1 + 0,66 + 0,33 ×
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Relatif (FR) 0,33
100% = 2,32 × 100% = 0,14 %

Indeks Nilai FR + KR = 0,066 % + 0,14 % = 0,206 %


Penting
(INP)
H’ 𝑛 𝑛𝑖 1 1
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln = - (15 ln 15) = - (0,066 × (-
𝑁

2,72)) = 0,179

∑𝑛𝑖 = total jumlah individu spesies Musca domestica


∑N = total jumlah individu seluruh spesies yang ditemukan
KETERANGAN FOTO
Alat dan Bahan

Pembuatan Pit
Fall Trap pada
Lokasi
Fauna yang
Terjebak
LEMBAR HASIL PENGAMATAN

ESTIMASI POPULASI HEWAN TANAH

Lokasi : Kebun pisang di Perumahan Kutoharjo Pati, Jawa Tengah

Tanggal : Kamis, 22 April 2020 – Jumat 23 April 2020

Kelompok – Nama : 10 – Fairuza Yumna Sholiha

Jam : 10.00 WIB – 10.00 WIB

No Taksa Kerapatan K F KR FR INP H’ Total


(K) H’
(individu
/ petak)
1 2 3
1 Asiomorpha 1 - - 1 0,33 33 33 66 0,363
coarctata
0,631
2 Hodotermes 1 1 - 2 0,67 67 67 134 0,268
mossambicus

Asiomorpha coarctata
Kepadatan ∑ kerapatan pada seluruh petak = 1
(K)
Frekuensi 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎 1
= 3 = 0,33
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
(F)
Kerapatan 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾 1 1
× 100% = 1+2 × 100% = 3 ×
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Relatif (KR)
100% = 0,33 x 100 % = 33%
Frekuensi 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹 0,33 0,33
× 100% = 0,33+0,67 × 100% = ×
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 1
Relatif (FR)
100% = 33%
Indeks Nilai FR + KR = 33 + 33 = 66%
Penting
(INP)
H’ 𝑛
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln
𝑛𝑖 1 1
= − (∑ 3 ln 3) = - (0,33 x (-
𝑁

1,10)) = 0,363

∑𝑛𝑖 = total jumlah individu spesies ...


∑N = total jumlah individu seluruh spesies yang ditemukan
Hodotermes mossambicus
Kepadatan ∑ kerapatan pada seluruh petak = 2
(K)
Frekuensi 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎 2
= 3 = 0,67
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
(F)
Kerapatan 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾 2 2
× 100% = 1+2 × 100% = 3 ×
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Relatif (KR)
100% = 0,67x 100 % = 67%
Frekuensi 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹 0,67 0,67
× 100% = 0,33+0,67 × 100% = ×
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 1
Relatif (FR)
100% = 67%
Indeks Nilai FR + KR = 67 + 67 = 134%
Penting
(INP)
H’ 𝑛
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln
𝑛𝑖 2 2
= − (∑ 3 ln 3) = - (0,67 x (-
𝑁

0,40)) = 0,268

∑𝑛𝑖 = total jumlah individu spesies ...


∑N = total jumlah individu seluruh spesies yang ditemukan
KETERANGAN FOTO
Lokasi Praktikum

Kegiatan
Praktikum

Lokasi
Penempatan Pit
Fall Trap

Hasil Botol 1
Hasil Botol 2

Hasil Botol 3
LEMBAR HASIL PENGAMATAN

ESTIMASI POPULASI HEWAN TANAH

Lokasi : Persawahan Ds. Selopanggung Kec. Semen Kabupaten


Kediri

Tanggal : Minggu 25 April 2021

Kelompok – Nama : 10 – Dinda Indrianingrum

Jam : 08.00 WIB – 14.00 WIB

N Taksa Kerapatan K F KR FR INP H’ Tota


o (K) l H’
(individu /
petak)
1 2 3
1 Monomorium 4 16 1 18 1 90, 33,3 123,8 0,08
minimum 5 2 1 5 3 3 9
2 Camponotus 3 - - 3 0,3 1,5 11 12,5 0,06
pennsylvanic 3 2
0,60
us
9
3 Solenopsis 2 - 9 11 0,6 5,5 22,3 27,83 0,01
invicta 7 3 5
4 Dolichoderus 2 2 - 4 0,6 2 22,3 24,33 0,07
thoracicus 7 3 8
5 Araneus - 1 - 1 0,3 0,5 11 11,5 0,36
diadematus 3 5
Monomorium minimum
Kepadatan ∑ kerapatan pada seluruh petak = 181
(K)
Frekuensi (F) 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎 3
=3=1
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘

Kerapatan 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾 181


× 100% = 181+3+11+4+1 × 100% =
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Relatif (KR) 181
× 100% = 0,905 x 100 % = 90,5%
200

Frekuensi 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹 1


× 100% = 1+0,33+0,67+0,67+0,33 ×
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Relatif (FR) 1
100% = 3 × 100% = 33,33%

Indeks Nilai FR + KR = 33,33 + 90,5 = 123,83%


Penting (INP)
H’ 𝑛
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln
𝑛𝑖 181
= − (∑ 200 ln
181
) = - (0,905 x
𝑁 200

(-0,099)) = 0,089

∑𝑛𝑖 = total jumlah individu spesies Monomorium minimum


∑N = total jumlah individu seluruh spesies yang ditemukan
Camponotus pennsylvanicus
Kepadatan ∑ kerapatan pada seluruh petak = 3
(K)
Frekuensi (F) 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎 1
=3=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘

0,33
Kerapatan 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾 3
× 100% = 181+3+11+4+1 × 100% =
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Relatif (KR) 3
× 100% = 0,015 x 100 % = 1,5%
200

Frekuensi 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹 0,33


× 100% = 1+0,33+0,67+0,67+0,33 ×
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Relatif (FR) 0,33
100% = × 100% = 11%
3

Indeks Nilai FR + KR = 11 + 1,5 = 12,5%


Penting (INP)
H’ 𝑛
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln
𝑛𝑖 3
= − (∑ 200 ln
3
) = - (0,015 x
𝑁 200

(- 4,199)) = 0,062

∑𝑛𝑖 = total jumlah individu spesies Camponotus


pennsylvanicus
∑N = total jumlah individu seluruh spesies yang ditemukan
Solenopsis invicta
Kepadatan ∑ kerapatan pada seluruh petak = 11
(K)
Frekuensi (F) 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎 2
=3=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘

0,67
Kerapatan 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾 11
× 100% = 181+3+11+4+1 × 100% =
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Relatif (KR) 11
× 100% = 0,055 x 100 % = 5,5%
200

Frekuensi 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹 0,67


× 100% = 1+0,33+0,67+0,67+0,33 ×
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Relatif (FR) 0,67
100% = × 100% = 22,33%
3

Indeks Nilai FR + KR = 22,33 + 5,5 = 27,83 %


Penting (INP)
H’ 𝑛
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln
𝑛𝑖 11
= − (∑ 200 ln
11
) = - (0,055 x
𝑁 200

(- 2,900)) = 0,015

∑𝑛𝑖 = total jumlah individu spesies Solenopsis invicta


∑N = total jumlah individu seluruh spesies yang ditemukan
Dolichoderus thoracicus
Kepadatan ∑ kerapatan pada seluruh petak = 4
(K)
Frekuensi (F) 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎 2
=3=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘

0,67
Kerapatan 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾 4
× 100% = 181+3+11+4+1 × 100% =
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Relatif (KR) 4
× 100% = 0,02 x 100 % = 2 %
200

Frekuensi 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹 0,67


× 100% = 1+0,33+0,67+0,67+0,33 ×
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Relatif (FR) 0,67
100% = × 100% = 22,33%
3

Indeks Nilai FR + KR = 22,33 + 2 = 24,33 %


Penting (INP)
H’ H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑
𝑛𝑖
ln
𝑛𝑖
= − (∑
4
ln
4
) = - (0,02 x
𝑁 𝑁 200 200

(- 3,912)) = 0,078

∑𝑛𝑖 = total jumlah individu spesies Dolichoderus thoracicus


∑N = total jumlah individu seluruh spesies yang ditemukan
Araneus diadematus
∑ kerapatan pada seluruh petak = 1
𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑠𝑒𝑟𝑎𝑛𝑔𝑔𝑎 1
= 3 = 0,33
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘

𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾 1 1


× 100% = 181+3+11+4+1 × 100% = 200 × 100% =
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠

0,005 x 100 % = 0,5%


𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹 0,33 0,33
× 100% = 1+0,33+0,67+0,67+0,33 × 100% = ×
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 3

100% = 11%
FR + KR = 11 + 0,5 = 11,5%
𝑛 𝑛𝑖 1 1
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln = − (∑ 3 ln 3) = - (0,33 x (- 1,108)) = 0,365
𝑁

∑𝑛𝑖 = total jumlah individu spesies Araneus diadematus


∑N = total jumlah individu seluruh spesies yang ditemukan
KETERANGAN FOTO
Lokasi
penempatan plot

Hasil plot 1

Hasil plot 2
Hasil plot 3
LEMBAR HASIL PENGAMATAN

SAMPLING SERANGGA DENGAN JARING SERANGGA

Lokasi : Pekarangan Rumah Puri Niagara Araya Malang

Tanggal : Kamis, 22 April 2021

Kelompok : 10

Jam : 13.45 – 14.45

N Taksa Kerapata K F KR FR INP H’ Total


o n (K) H’
(individu
/ petak)
1 2
1 Kupu – Kupu 0 1 1 0, 0,25 0,2 0,50 0,34 1,04
(Rhopalocera) 5 % 5% % 7 1
2 Belalang 1 0 1 0, 0,25 0,2 0,50 0,34
Coklat 5 % 5% % 7
(Valanga
nigricornis)
3 Belalang Hijau 1 1 2 1 0,5 0,5 1% 0,34
(Atractomorph % % 7
a crenulata)

Kupu – Kupu (Rhopalocera)


Kepadatan ∑ kerapatan pada seluruh petak = 0 + 1 = 1
(K)
Frekuensi 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑅ℎ𝑜𝑝𝑎𝑙𝑜𝑐𝑒𝑟𝑎 1
= 2 = 0,5
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
(F)
Kerapatan 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾 1 1
× 100% = 1 + 1 + 2 × 100% = 4 ×
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Relatif (KR)
100% = 0,25 %
Frekuensi 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹 0,5 0,5
× 100% = 0,5 + 0,5 + 1 × 100% =
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 2
Relatif (FR)
× 100% = 0,25 %
Indeks Nilai FR + KR = 0,25 % + 0,25 % = 0,50 %
Penting
(INP)
H’ 𝑛 𝑛𝑖 1 1
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln = - (4 ln 15) = - (0,25 × (-1,39))
𝑁

= 0,347

∑𝑛𝑖 = total jumlah individu spesies Rhopalocera


∑N = total jumlah individu seluruh spesies yang ditemukan
Belalang Coklat (Valanga nigricornis)
Kepadatan ∑ kerapatan pada seluruh petak = 1 + 0 = 1
(K)
Frekuensi 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝑉𝑎𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎 𝑛𝑖𝑔𝑟𝑖𝑐𝑜𝑟𝑛𝑖𝑠 1
= =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘 2
(F)
0,5
Kerapatan 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾 1 1
× 100% = × 100% = 4 ×
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 1+1+2
Relatif (KR)
100% = 0,25 %
Frekuensi 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹 0,5 0,5
× 100% = × 100% =
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 0,5 + 0,5 + 1 2
Relatif (FR)
× 100% = 0,25 %
Indeks Nilai FR + KR = 0,25 % + 0,25 % = 0,50 %
Penting
(INP)
H’ 𝑛 𝑛𝑖 1 1
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln = - (4 ln 15) = - (0,25 × (-1,39))
𝑁

= 0,347

∑𝑛𝑖 = total jumlah individu spesies Valanga nigricornis


∑N = total jumlah individu seluruh spesies yang ditemukan
Belalang Hijau (Atractomorpha crenulata)
Kepadatan ∑ kerapatan pada seluruh petak = 1 + 1 = 2
(K)
Frekuensi 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑚𝑏𝑖𝑙𝑎𝑛 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡 𝐴𝑡𝑟𝑎𝑐𝑡𝑜𝑚𝑜𝑟𝑝ℎ𝑎 𝑐𝑟𝑒𝑛𝑢𝑙𝑎𝑡𝑎
=
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑡𝑎𝑘
(F) 2
=1
2

Kerapatan 𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐾 2 2


× 100% =1 + 1 + 2 × 100% = 4 ×
𝑘𝑒𝑟𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Relatif (KR)
100% = 0,5 %
Frekuensi 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑢𝑎𝑡𝑢 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐹 1 1
× 100% = 0,5 + 0,5 + 1 × 100% = 2 ×
𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑠𝑝𝑒𝑠𝑖𝑒𝑠
Relatif (FR)
100% = 0,5 %
Indeks Nilai FR + KR = 0,5 % + 0,5 % = 1 %
Penting
(INP)
H’ 𝑛 𝑛𝑖 2 2
H’ = − ∑𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖 = − ∑ 𝑁𝑖 ln = - (4 ln 4) = - (0,5 × (-0,693)) =
𝑁

0,347

∑𝑛𝑖 = total jumlah individu spesies Atractomorpha crenulata


∑N = total jumlah individu seluruh spesies yang ditemukan
KETERANGAN FOTO
Lokasi
Pengamatan
“Sampling
Serangga dengan
Jaring Serangga”

Pengukuran Petak

Penjaringan
Fauna dalam
Jaring

Anda mungkin juga menyukai