Anda di halaman 1dari 5

Morfologi, Patogenitas Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Urogenital

Trponema pallidum

NAMA MAHASISWA : DONI SETIYAWAN


NIM : AK816019
SEMESTER : IV
KELAS :B
MATA KULIAH : BAKTERIOLOGI
PROGRAM STUDI : ANALIS KESEHATAN
DOSEN : Putri Kartika Sari M.Si.

YAYASAN BORNEO LESTARI


AKADEI ANALIS KESEHATAN BORNEO LESTARI
BANJARBARU
2018
1.1 Morfologi Treponema pallidum.
            Treponema pallidum termasuk dalam bakteri gram negatif berbentuk spiral,
dengan ukuran panjang 5-10 µm (rata-rata 10-13 µm) dan tebal 0,1-0,2 µm (rata-
rata 0,1-0,15 µm). Lilitan spiralya tertata dengan jarak 1 µm satu sama lainya.
Susuna Treponema pallidum (bobot kering) kira-kira adalah 70% protein, 20 %
liipid dan 5 % karbohidrat.
            Organisme ini bergerak secara aktif dengan mengadakan rotasi secara terus-
menerus pada filamen aksialnya yang sentral meskipun telah menambatkan pada sel
hospes dengan ujungnya yang meruncing. Treponema pallidum dapat bergerak
selama 3-6 hari pada suhu 25ºC. Di dalam darah lengkap atau plasma yang
disimpan pada suhu 4ºC, organisme ini tetap viabel selama sedikitnya 24 jam, yang
secara potensial penting pada tranfusi darah.
            Telah dipostulasikan daur hidup Treponema pallidum,termasuk stadium
granular dan badan serupa kista yang berbentuk bulat, disamping
bentuk Spirochaeta. Kemampuan Triponema pallidum untuk sesekali menembus
saringan bakter diperkirakan akibat stadium granular.
            Treponema pallidum merupakan organisme yang  mempunyai rentang
optimal yang sempit, yaitu tentang pH optimal (7,2-7,4), rentang Eh (-230 sampai
-240 mV), dan rentang suhu (30-37ºC). Bakteri ini diinaktifkan secara cepat dengan
pemanasan sedang, keadaan dingin, kekeringan dan oleh sebagian desinfektan.
            Bakteri ini bersifat mikroaerofilik dan membutuhkan keadaan oksigen
redah (1-4%). Bakteri ini dengan zat warna anilin tidak terwarnai dengan baik,
tetapi mampumereduksi perak nitrat menjadi logam perak, yang diletakkan pada
permukaan bakteri, sehingga di dalam jaringan dapat diperlihatkan bakteri yang
dikenal denganimpregnasi perak menurut Levaditi.
Treponema pallidum merupakan salah satu bakteri spirochaeta. Bakteri ini
berbentuk spiral. Terdapat empat subspecies yang sudah ditemukan, yaitu
Treponema pallidum pallidum, Treponema pallidum pertenue, Treponema pallidum
carateum, dan Treponema pallidum endemicum. Tulisan ini akan membahas
Treponema pallidum pallidum yang merupakan penyebab sifilis. Treponema
pallidum pallidum merupakan spirochaeta yang bersifat motile yang umumnya
menginfeksi melalui kontak seksual langsung, masuk ke dalam tubuh inang melalui
celah di antara sel epitel. Organisme ini juga dapat ditularkan kepada janin melalui
jalur transplasental selama masa-masa akhir kehamilan.
Struktur tubuhnya yang berupa heliks memungkinkan Treponema pallidum
pallidum bergerak dengan pola gerakan yang khas untuk bergerak di dalam medium
kental seperti lender (mucus). Dengan demikian organisme ini dapat mengakses
sampai ke sistem peredaran darah dan getah bening inang melalui jaringan dan
membran mucosa. Pada tanggal 17 Juli 1998, suatu jurnal melaporkan sekuensi
genom dari Treponema pallidum. Treponema pallidum pallidum adalah bakteri
yang memiliki genom bacterial terkecil pada 1.14 million base pairs (Mb) dan
memiliki kemampuan metabolisme yang terbatas, serta mampu untuk beradaptasi
dengan berbagai macam jaringan tubuh mamalia.

1.2  Patogenesis Treponema pallidum
            Manusia merupakan hospes alami satu-satunya bagiTreponema pallidum,
dan infeksi terjadi akibat kontak seksual. Treponema pallidum yang merupakan
patogen yang paling virulen terhadap manusia, menyebabkan sifilis venerik pada
manusia dan menimbulkan lesi pada kulit dan testis.
            Organisme ini menembus selaput mukosa atau memasuki kulit yang
mempunyai luka kecil. Setelah berada di dalam hospes,organisme tersebut
terlokalisasi pada tempat masuknya dan mulai memperbanyak diri.
Treponema pallidum segera memasuki aliran darah dan pembuluh limfe
kemudian tersebar ke jaringan lainnya. Dengan demikian, sejak awal sifilis
merupakan penyakit yang menyerang seluruh bagian tubuh, menyerang jaringan
meliputikelenjar limfe, kulit, selaput mukosa, hati, limfa, ginjal, jantung, tulang,
laring, mata, otak, selaput otak, dan susunan saraf pusat. Pada wanita lesi awal
biasanya terdapat pada labia, dinding vagina atau pada serviks, sedangkan pada pria
lesi awal terdapat p[ada batang penis atau pada dlans penis. Lesi primer dapat pula
terjadi pada bibir, lidah, tonsil, atau daerah kulit lainya.

1.3 Jenis pemeriksaan laboratorium


1. Spesimen
         Spesimen yang digunakan dapat berasal dari cairan jaringan yang diambvil
dari lesi superfisial dini untuk memperlihatkan adanya bakteri spirochaeta,
sedangkan serum digunakan untuk uji serologik. Kadang dapat diperlihatkan
adanya spirochaeta dari bahan biopsi. Dari bahan tersebut yang paling umum
dilakukan adalah dengan pewarnaan perak (Levaditi).
2.  Pemeriksaan mikroskop lapangan gelap
         Pada pemerikdsaan sifilis pemeriksaan mikroskop lapangan gelap
merupakan pemeriksaan metode paling cepat dan langsung untuk menegakkan
diagnosis. Pemeriksaan transudat serosa lesi lembab atau basah, karena lesi dapat
menunjukkan jumlah Treponema yang paling banyak.
          Lokasi pengambilan harus dibersihkan dengan larutan garam faal dan
dilakukan abrasi dengan kasa secara hati-hati pada sehingga tidak timbul
perdarahan yang nyata. Kemudian eksudat serosanya diperiksa dengan miroskop
lapangan gelap atau kontras fase dengan memakai kaca objek yang ditutup dengan
deck glass (dapat ditambahkan setetes garam faal nonbakterisidik bila sediaan
terlalu tebal) untuk mencarispirochaeta motil yang khas.
          Treponema pallidum akan tampak seperti pembuka tutup botol (corkscrew),
dan akan bergerak seperti spiral, dengan undulasi yang khas pada titik tengahnya.
3.  Imunofluoresensi
          Cairan jaringan atau eksudat disebarkan pada kaca objek, dikeringkan di
udara. Sediaan difiksasi, diwarnai dengan serum antitreponemal berlabel
fluroresein, dan diperiksa dengan mikroskop imunofluoresensi untuk
mencari spirochaeta yang khas.

1.4  Pengobatan
                      Obat pilihan untuk semua stadium sifilis adalah penisilin.
Organisme ini mempunyai replikasi yang lambat, sehingga diperlukan anti
mikroba yang mempunyai sifat treponemisid jangka panjang meskipun ada
alternatif lain selain penisilin, tetapi pengobatan nonpenisilin tidak dianjurkan
pada ibu hamil  tau yang disertai HIV.
                Penisilin dengan kerja jangka panjang digunakan untuk
mempertahankan kadarnya yang tinggi dalam serum selama 7-10 hari. Infeksi
dapat diobati dengan prokain ppenisilin G. Bila terdapat alergi terhadap penisilin,
maka terdapat obat alternatif yaitu eritromisin dan sefalosporin. Dosis yang
diberikan tergantung stadium infeksinya.
                Semua penderita sifilis harus mengalami uji nontrreponemal kuantitatif serial
pada bulan ke-3, ke-6 dan ke-12. Atau dengan kata lain dilakukan follow-up dan
pengobatan ulang.
DAFTAR PUSTAKA

1. Joklik, Willett, Amos, Wilfert. The spirochetes in Zinsser microbiology, 20thed,


Appleton & Lange California;1992
2. Winn W, Allen S, Janda W, Koneman E, Procop G, Schreckenberger P, Woods G.
Spirochetal infections, in Koneman’s Color Atlas and Textbook of Diagnostic
http://jurnal.fk.unand.ac.id 586 Jurnal Kesehatan Andalas. 2014; 3(3)
Microbiology, 7th ed, Lippincott Williams & Wilkins. 2006. hlm. 1125-34.
3. Franzen C. Syphilis in composers and musicians—Mozart, Beethoven, Paganini,
Schubert, Schumann, Smetana. Eur J Clin Microbiol Infect Dis. 2008;(27):1151–
7.
4. Ryan KJ. Spirochetes, in Sherris Medical Microbiology, 4th ed, editor Ryan KJ, Ray
CG, Mcgraw-Hill Medical Publishing Division, New York; 2004.hlm. 421-9.
5. Aman M. Penelitian Prevalensi HIV dan Sifilis serta Prilaku Berisiko Terinfeksi HIV
pada Narapidana di Lapas/Rutan di Indonesia, 2010. Direktorat Jenderal
Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM (diunduh 29 Desember 2012).
Tersedia dari: URL: HYPERLINK
www.desentralisasikesehatan.net/index.php?...id
6. Prince SA, Wilson LM. Sifilis dalam Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit, 6th, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. 2006.hlm. 1338-40
7. Ho KK. Review on serologic diagnosis of syphilis, in social hygiene service
(venereology), Department of Health, Hong Kong. 2002; (10): 10-8.
8. Singh AE, Romanowski B. Syphilis: review with emphasis on clinical,
epidemiologic, and some biologic features, in Clinical Microbiology Reviews.
1999; (12); 187–209.
9. Phys.org. Skeletons point to Columbus voyage for syphilis origins (diunduh 29
Desember 2012). Tersedia dari: URL: HYPERLINK http://phys.org/news/2011-
12- columbus-voyage-syphilis.html
10. Farhi D, Dupin N. Origins of syphilis and management in the immunocompetent
patient. facts and controversies. J.Clindermatol. 2010; (28): 533-8

Anda mungkin juga menyukai