Anda di halaman 1dari 36

Mata Kuliah Dosen Pengampu

Hukum Adat Melayu Riau Meriza Elpha

PERKAWINAN DALAM ADAT MELAYU RIAU

Nama Anggota:

Alfazen 1909155431

Anggarda Paramitha 1709124041

Maura Afda Ayurisna 1909155350

Mardiyan Iskandar 1909125073

Muhammad Farizaldi 1909155357

Muhammad Rian Abidarda 1909111658

Putri Nanda Salsabila 1909155416

Vira Andina Putri 1909155157

Septian Anggream Putri: 1909111386

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS RIAU

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan pada kita semua
sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dimana makalah ini membahas
tentang Perkawinan dalam Adat Melayu Riau.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran dari banyak pihak sangat kami harapkan untuk menyempurnakan makalah
ini.
Akhirnya, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini, kami harapkan makalah ini dapat bermanfaat dan
mampu menambah wawasan bagi semua semua orang.

Pekanbaru, Mei 2021

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................ 2
Daftar Isi................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang............................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................... 6

2.1 Pengertian Perkawinan................................................................................................... 6


2.2 Tujuan Pokok dari Perkawinan.......................................................................................9
2.3 Proses Perkawinan di Siak........................................................................................... 12
2.4 Proses Perkawinan di Indragiri.................................................................................... 21
2.5 Proses Perkawinan di Kawasan Andiko....................................................................... 28

BAB III PENUTUP................................................................................................................ 35

3.1 Kesimpulan.................................................................................................................. 35

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 36

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Keberagaman kebudayaan dapat dilihat sebagai pluralitas dalam negara kesatuan republik
Indonesia. Salah satu keragaman budaya terlihat dalam upacara perkawinan pada masing-masing
daerah. Perkawinan merupakan adat yang diadakan yaitu adat dan dibuat dan adat yang dapat
ditukar Salin. Walaupun demikian, upacara adat perkawinan telah disebar dengan nafas
kehidupan dan strata sosial kehidupan masyarakat Melayu dapat diterima secara menyeluruh dari
berbagai lapisan masyarakat. Perkawinan adat berbeda-beda pada setiap kehidupan sosial
masyarakat. Perkawinan adat yang berbeda-beda di kalangan masyarakat menentukan perbedaan
setiap hukum adat di Indonesia. Perkawinan pada masyarakat antara yang satu dengan yang
lainnya sama antara suku bangsa yang satu berbeda dengan suku bangsa yang lainnya, antara
yang beragama Islam berbeda dengan agama Kristen, Hindu dan sebagainya begitu juga dan
antar masyarakat desa dan masyarakat kota.

Dengan adanya perbedaan tertib adat maka dalam penyelenggaraan sebuah acara
perkawinan dari dua budaya yang berbeda terkadang memerlukan waktu yang panjang, khusus
nya untuk perkawinan di Riau ini, semua suku bangsa yang bermukim di daerah Riau memiliki
adat istiadat tersendiri yang merupakan sumber norma yang mengatur segala kegiatan dan
tingkah laku warga masyarakatnya termasuk adat istiadat. Salah satu istiadat adalah perkawinan
masyarakat di daerah Riau yang masih melaksanakan mempunyai pengaruh terhadap masyarakat
termasuk pada masyarakat Melayu, yang pastinya memiliki tahapan-tahapan yang berbeda-beda
tetapi sebenarnya memiliki tujuan yang sama ialah membentuk keluarga sesuai dengan adat
istiadat adat Melayu Riau. Menimbang bahwasanya perkawinan ialah merupakan peristiwa
penting dalam kehidupan seseorang, disamping tujuan biologis, titik berat perkawinan telah
melanjutkan keturunan serta memantapkan status sosial seseorang. Seseorang yang belum
berumah tangga belum dihitung penuh dalam masyarakat adat. Perkawinan bukan saja
merupakan berhubungan perorangan antara calon suami dan calon istri tetapi merupakan
hubungan kekerabatan antara keluarga calon istri dan keluarga calon suami .

4
Tujuan perkawinan menurut adat Melayu ialah tujuan suci dan mulia perkawinan adalah
hubungan antara seorang suami dan istri yang mengikat kan dirinya untuk hidup bersama rukun
dan damai untuk selamanya prosesi dalam perkawinan dilakukan dengan tujuan-tujuan tertentu,
prosesi perkawinan itu mengambil contoh dari prosesi perkawinan dari masyarakat yang lain di
mana masyarakat tersebut berasal karena prosesi perkawinan oleh masyarakat Melayu secara
terus menerus, secara turun temurun yang kemudian menjadi adat istiadat perkawinan
masyarakat Melayu Riau.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Perkawinan


Istilah perkawinan sesungguhnya berasal dari kata dasar “Kawin” yang artinya
membentuk keluarga dengan lawan jenis, melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh.
Kata kawin dalam bahasa Arab yakni an-nikah yang menurut bahasa berarti
mengumpulkan, saling memasukan, dan whati atau bersetubuh. Sabiq mengulas tentang
perkawinan itu sendiri merupakan “satu sunatullah yang berlaku pada semua makhluk
Tuhan, baik manusia, hewan maupun tubuhan”.Menurut pasal 1 Undang Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan mencatat bahwa perkawinan adalah ikatan lahir dan batin
antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Berdasarkan dua teori diatas, A.Van Gennep berusaha merampung definisi tentang
perkawinan, bahwa perkawinan adalah suatu proses perubahan status kemandirian seoarang
laki-laki dan seoarang wanita yang tadinya hidup terpisah setelah melalui upacara atau
proses beralih dan hidup bersama dalam suatu kehidupan bersama sebagai suami dan istri.
Pendapat ini mensyaratkan bahwa perestiwa perkawinan itu berlaku ganda, artinya bahwa
disamping mempertemukan pria dan wanita sebagai suami istri juga mengikat keluarga
kedua belah pihak. Van Gennep juga menamakan semua upacara perkawinan sebagai ”Rites
De Passage” (upacara peralihan) yang melambangkan peralihan status dari masing masing
mempelai yang tadinya hidup sendiri sendiri berpisah setelah melampaui upacar yang
disyaratkan menjadi hidup bersatu sebagai suami istri, merupakan somah sendiri, suatu
keluarga baru yang berdiri serta mereka bina sendiri.
Rites De Passage terdiri atas 3 tingkatan :
1. Rites De Separation yaitu upacara perpisahan dari status semula.
2. Rites De Marga yaitu upacara perjalanan kestatus yang baru.
3. Rites D’agreegation yaitu upacara penerimaan dalam status yang baru.

6
Pengertian Perkawinan Adat:

Batasan-batasan hukum perkawinan adat disini ialah aturan-aturan hukum yang mengatur
tentang bentuk-bentuk perkawinan, cara-cara pelamaran, upacara perkawinan dan putusnya
perkawinan. Aturan tersebut berbeda menurut adat-istiadat, agama dan kepercayaan yang dianut
masyarakatnya dan perubahan adat sesuai perkembangan zaman.1

Menilik lebih dalam mengenai perkawinan dalam hukum adat pada umumnya bukan saja
berarti sebagai “perikatan perdata”, tetapi juga merupakan “perikatan adat” dan sekaligus
merupakan “perikatan kekerabatan dan ketetanggaan”. Jadi terjadinya suatu ikatan perkawinan
bukan semata-mata membawa akibat terhadap hubungan keperdataan,seperti hak dan kewajiban
suami isteri, harta bersama, kedudukan anak, hak dan kewajiban orang tua, tetapi juga
menyangkut hubungan-hubungan adat istiadat kewarisan, kekeluargaan, kekerabatan, dan
ketetanggaan serta menyangkut upacara-upacara adat dan keagamaan.

Perkawinan dalam perikatan adat adalah perkawinan yang mempunyai akibat hukum
terhadap hukum adat yang berlaku dalam masyarakat bersanguktan. Akibat hukum ini, telah ada
sebelum perkawinan terjadi, yaitu misalnya dengan adanya hubungan pelamaran yang
merupakan “rasan sanak” (hubungan anak-anak, bujang-gadis) dan rasan tuha (hubungan antara
orang tua keluarga dari para calon suami isteri). 2 Setelah terjadinya ikatan perkawinan maka
timbul hak-hak dan kewajiban-kewajiban orang tua (termasuk anggota keluarga atau kerabat)
menurut hukum adat setempat, yaitu dalam pelaksanaan upacara adat dan selanjutnta dalam
peran serta membina dan memelihara kerukunan, ketuhanan dan kelanggenan dari kehidupan
anak-anak mereka yang terikat dalam perkawinan.3

Ikatan hidup bersama antara seorang pria dan wanita, yang bersifat komunal dengan
tujuan mendapatkan generasi penerus agar supaya kehidupan persekutuan atau clannya tidak
punah, yang didahului dengan rangkaian upacara adat.

1
Dasroel, Hukum Perkawinan Adat, Pekanbaru, Ur Press, Hal. 40

2
Hilman Hadikusuma, 1983, Hukum Perkawinan Adat, Bandung, Alumni, Hal. 22

3
Imam Sudiyat, 2007, Hukum Adat Sketsa Asas, Yogyakarta, Liberty, Hal. 107

7
Sistem Perkawinan

Di dalam hukum perkawinan adat dikenal adanya beberapa sistem perkawinan yaitu.

1. Perkawinan monogami adalah perkawinan antara seorang pria dan seorang wanita.
Bentuk perkawinan ini paling ideal dan sesuai dengan ajaran agama serta Undang-
Undang perkawinan.
2. Perkawinan poligami adalah perkawinan antara seorang pria dengan lebih dari satu
wanita ataupun perkawinan antara seorang wanita dengan lebih dari satu pria. Berkaitan
dengan poligami ini kita mengenal juga perkawinan poliandri yaitu perkawinan antara
seorang wanita dengan lebih dari satu pria.
3. Perkawinan eksogami adalah perkawinan antara pria dan wanita yang berlainan suku dan
ras.
4. Perkawinan endogamy adalah perkawinan antara pria dan wanita yang berasal dari suku
dan ras yang sama.
5. Perkawinan homogami adalah perkawinan antara pria dan wanita dari lapisan sosial yang
sama. Contohnya, pada zaman dulu anak bangsawan cenderung kawin dengan anak orang
bangsawan juga.
6. Perkawinan heterogami adalah perkawinan antara pria dan wanita dari lapisan sosial yang
berlainan.
7. Perkawinan cross cousin adalah perkawinan antara saudara sepupu, yakni anak saudara
laki-laki ibu (anak paman) atau anak dari saudara perempuan ayah. 
8. Perkawinan parallel cousin adalah perkawinan antara anak-anak dari ayah mereka
bersaudara atau ibu mereka bersaudara.
9. Perkawinan Eleutherogami adalah seseorang bebas untuk memilih jodohnya dalam
perkawinan, baik itu dari klen sendiri maupun dari klen lainnya.

8
2.2 Tujuan pokok dari perkawinan

Untuk mempertahankan dan meneruskan keturunan, untuk kebahagiaan rumah tangga ,


keluarga dan untuk memperoleh nilai-nilai adat serta kedamaian dan mempertahankan
kewarisan.

Bukti bahwa suami istri merupakan satu ketunggalan :

1. Melepaskan nama menjadi satu nama biasanya


2. Merupakan belahan jiwa bagi keduanya

Perkawinan di Riau dibedakan atas dua wilayah : pesisir dan daratan. Perbedaan terlihat
dari asesoris dan simbol simbol yang dipakai. Peranan orang tua kedua belah pihak sangat
penting dalam menjamin syahnya perkawinan.

Syarat untuk perkawinan antara lain pemberian tanda , pemberian uang hantaran atau
uang belanja, mas kawin atau mahar. Selain itu tujuan pokok dari perkawinan yaitu:

1. Melaksanakan Sunnah Rasul

Tentu saja tujuan pernikahan yang utama ialah menjauhkan dari perbuatan maksiat.
Namun sebagai seorang muslim tentu saja kita memiliki panutan dalam menjalankan kehidupan
sehari-hari. Dan ada baiknya kita mengikuti apa yang dicontohkan dan diajarkan oleh Rasulullah.
Dan pernikahan merupakan salah satu sunnah dari Rasulullah.

2. Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang Asasi

Sangat dianjurkan bagi mereka yang telah mampu untuk menikah. Hal ini karena
pernikahan merupakan fitrah manusia serta naluri kemanusiaan itu sendiri. Karena naluri
manusia dipenuhi pula dengan hawa nafsu, maka lebih baik untuk dipenuhi dengan jalan yang
baik dan benar yaitu melalui penikahan.

Apabila naluri tersebut tidak terpenuhi, maka dapat menjerumuskan seseorang kepada
jalan yang diharamkan oleh Allah SWT yaitu berzina 4. Salah satu fitrah manusia ialah

4
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan

9
berpasang-pasangan antara laki-laki dan perempuan, maka akan saling melengkapi, berbagi dan
saling mengisi satu sama lain.

3. Penyempurna Agama

Dalam Islam, menikah merupakan salah satu cara untuk menyempurnakan agama.
Dengan menikah maka separuh agama telah terpenuhi. Jadi salah satu dari tujuan pernikahan
ialah penyempurnakan agama yang belum terpenuhi agar semakin kuat seorang muslim dalam
beribadah.

Rasullullah Shallallaahu'alaihi wa sallam bersabda:"Apabila seorang hamba menikah


maka telah sempurna separuh agamanya, maka takutlah kepada Allah SWT untuk separuh
sisanya" (HR. Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman).

4. Menguatkan Ibadah sebagai Benteng Kokoh Akhlaq Manusia

Dalam Islam, pernikahan merupakan hal yang mulia, karena pernikahan merupakan
sebuah jalan yang paling bermanfaat dalam menjaga kehormatan diri serta terhindar dari hal-hal
yang dilarang oleh agama.

Hal ini pula sesuai dengan HR. Muslim No. 1.400 di mana Rasullullah Shallallaahu
'alaihi wa sallam bersabda:"Wahai para pemuda! Barangsiapa di antara kalian berkemampuan
untuk menikah, maka menikahlah, karena nikah itu lebih menundukkan pandangan, lebih
membentengi farji (kemaluan). 5Dan barangsiapa yang tidak mampu, maka hendaklah ia shaum
(puasa), karena shaum itu dapat membentengi dirinya."

Dan sasaran utama dalam pernikahan dalam Islam ialah untuk menundukkan pandangan
serta membentengi diri dari perbuatan keji dan kotor yang dapat merendahkan martabat
seseorang. Dalam Islam, sebuah pernikahan akan memelihara serta melindungi dari kerusakan
serta kekacauan yang ada di masyarakat.

5. Memperoleh Ketenangan

5
Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawianan Islam (Suatu Analisis dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1974 dan

Kompilasi Hukum Islam), Bumi Aksara, Bumi Aksara,2004.

10
Dalam Islam, sebuah pernikahan sangat dianjurkan karena tujuan pernikahan nantinya
akan ada banyak manfaat yang didapat. Perasaan tenang dan tentram atau sakinah akan hadir
selepas menikah.

Namun dalam sebuah pernikahan jangan hanya mengandalkan perasaan biologis serta
syahwat saja, karena hal ini tidak akan sanggup untuk menumbuhkan ketenangan di dalam diri
seseorang yang menikah.

6. Memperoleh Keturunan

Sesuai dengan Surat An Nahl Ayat 72, Allah SWT telah berfirman, yang artinya:"Dan
Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau isteri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
anak dan cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rizki dari yang baik. Mengapa mereka
beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah?"

Maka dapat dilihat tujuan pernikahan dalam Islam lainnya ialah untuk memperoleh
keturunan. Tentunya dengan harapan keturunan yang diperoleh ialah keturunan yang sholeh dan
sholehah, agar dapat membentuk generasi selanjutnya yang berkualitas.

7. Investasi di Akhirat

Anak yang diperoleh dari sebuah pernikahan tentunya sebagai investasi kedua orangtua
di akhirat. Hal itu karena anak yang sholeh dan sholehah akan memberikan peluang bagi kedua
orangtuanya untuk memperoleh surga di akhirat nanti. Berbekal segala ilmu dalam beragama
yang diperoleh selama di dunia, bekal doa dari anak merupakan hal yang dapat diharapkan kelak.

11
2.3 Proses Perkawinan Adat di Siak Indrapura
Prosesnya adalah: Merisik, meminang, antar belanja, rinai, berandam, ijab qabul, tepuk
tepung tawar, hari langsung, makan nasi adab-adaban, menyembah, dan mandi damai.6

a. Sebelum perkawinan :
Prosesi sebelum pelaksanaan perkawinan dilakukan melalui empat tahapan, yaitu;

1. Merisik adalah kegiatan yang harus dilaksanakan karena hal ini sangat penting dalam
pemilihan seseorang calon pengantin. Merisik merupakan proses awal yang dilakukan
dengan tujuan untuk menyelidiki tentang keberadaan seorang calon penganten baik yang
bersifat jasmani (bentuk muka, rambut, kulit, mata, keturunan, keterampilan menekat,
menyulam, memasak, budi bahasa dan lain-lain) dan yang bersifat rohani (kelakuannya,
pengetahuan agamanya, sifat, watak, dan lain-lain). Orang yang ditugasi untuk merisik
disebut “Mak Telangkai” atau “Suluh Peraih”. 7

Merisik biasanya dilakukan pada malam hari selepas maghrib yang dilakukan oleh
beberapa orang dan umumnya didominasi oleh perempuan. Untuk mengetahui atau ingin
menatap anak gadis yang sedang dirisik, biasanya orang tua dari gadis tersebut menugaskan
anaknya itu untuk membawa air atau kue-kue untuk disuguhkan kepada tamu (rombongan
merisik) yang datang. Atau bisa juga orang tua perempuan tersebut memberitahukan kepada
tamu tentang warna baju atau selendang yang dipakai oleh anaknya. Jadi, pada waktu
merisik tidak memerlukan peralatan, kecuali di rumah calon pengantin perempuan
disediakan hidangan ala kadarnya yang diuguhkan kepada rombongan merisik dari calon
pengantin laki-laki.8

6
Prof Suwardi MS,Dr,Hayatul Ismi SH,MH,Rahmad Hendra SH,M.Kn.Ulfia Hasanah SH,M.Kn Hukum Adat Melayu Riau hal 42

7
Mat Telangkai adalah seorang yang sangat dipercayai oleh keluarga calon pengantin laki-laki yang berumur separuh baya (50
tahun), memiliki sifat amanah, jujur, bijaksana, arif, pandai bergaul. Tahu dengan lirik dan senyum orang, pandai menimbang
dan bijak mengukur, tahu menghitung dari jauh, tahu membakar tak berapi, tahu membilas tak berair, arif membaca yang
tersirat, faham menyimak yang tersurat. Zulfakri, wawancara tanggal 21 September 2018.

8
Mahyudin al-Rasyidi, (Kasi Sejarah, Cagar Budaya dan Permuseuman Dinas Pariwisata Kab.Siak), wawancara, tanggal 27
September 2018,

12
2. Meminang atau melamar adalah meminta seseorang perempuan untuk dijadikan isteri.
Upacara meminang dilaksanakan setelah mendapat kepastian dari anak dara maupun pihak
keluarganya bahwa anak dara belum mempunyai ikatan dengan laki-laki lain. Sebelumnya
dilakukan upacara meminang terlebih dahulu dilakukan hal-hal sebagai berikut;
a. Memberitahukan tanggal, hari dan jam kedatangan rombongan kepada pihak
perempuan;
b. Rombongan pihak laki-laki terdiri sanak keluarga, orang tua-tua, tetangga, dan
seorang juru bicara atau pemantun;
c. Berpakaian teluk belanga, kebaya labuh, berpenampilan rapi dan sopan.9

Adapun peralatan meminang, yaitu; pertama, tepak sirih baik dari pihak laki-laki maupun
pihak perempuan yang didalamnya diisi lembaran daun sirih yang berjumlah ganjil (5, 7, 9);
kedua, pinang yang sudah dibelah; ketiga, kapur; keempat gambir; kelima, tembakau; keenam,
kacip (alat pembelah buah pinang).

Jumlah tepak sirih disesuaikan dengan status sosial keluarga perempuaan yang akan
dipinang. Tepak sirih ditutup dengan kain beludru hijau bertata sulam kelingkan bunga Cina
bertabur bunga cengkeh, pertanda hati ikhlas menanti dan mengharapkan perundingan berjalan
lancar.

3. Antar tanda

Upacara ini disebut juga “melahirkan tanda” dari pihak lakilaki. Tujuannya adalah
menyerahkan tanda kepada pihak perempuan sebagai bukti tanda pertunangan. Pelaksanaannya
di rumah orang tua perempuan waktunya ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak,
yaitu waktu matahari naik antara pukul 09.00 – 11.00 WIB atau pukul 14.00 17.00 WIB. Alat
dan kelengkapan yang dibawa, yaitu;
1. tepak sirih lengkap dengan isinya;
2. keris;
3. bunga rampai;

9
Zulfakri, Wawancara tanggal 27 September 2018.

13
4. cincin belah rotan atau cincin lampas;
5. pakaian;
6. bahan kain;
7. selendang:
8. selimut;
9. alat-alat make up;
10. handuk;
11. kue-kue;
12. (manisan buah-buahan);

4. Antar belanja

Pada hakikatnya menyerahkan uang belanja dari pihak laki-laki kepada pihak perempuan
sebagai lambang gotong-royong dan kebersamaan untuk membantu pihak perempuan dalam
melaksanakan perhelatan perkawinan kedua anak mereka. Besarnya uang antaran diatur dan
disepakati bersama kedua belah pihak. Uang antaran belanja biasanya digunakan untuk dana,
seperti pengadaan pelaminan, atau gerai, tempat peraduan, bangsal, atau tenda dan upacara-
upacara lainnya seperti berinai, akat nikah, dan upacara langsung.

Tepuk tapung tawar adalah rangkaian adat setelah akad nikah diselingi do'a untuk
pengantin selamat dan sejahtera, keluarga sakinah, mawadah dan warrahmah.

Penepung tawar: unsur keluarga terdekat, pemangku adat, ulama dan lain-lain dengan
jumlah ganjil: 5, 7, 9, kecuali orang tua tidak dibolehkan, tidak dibenarkan serentak laki-laki dan
perempuan, bergiliran, diiringi musik nafiri, gendang dan gong.

Kegiatannya : mencelupkan daun setawar sedingin ke air,menyerakkan bertih,beras


kunyit,bunga rampai kedua pengantin dan doa pada akhir yang menepung tawar.10

b. Prosesi setelah perkawinan dilakukan melalui lima rangkaian acara, yaitu:

10
Prof Suwardi MS,Dr,Hayatul Ismi SH,MH,Rahmad Hendra SH,M.Kn.Ulfia Hasanah SH,M.Kn Hukum Adat Melayu Riau hal 44

14
1. Mandi damai (mandi taman)
Mandi taman dilaksanakan setelah selesai acara upacara bersanding. Acara mandi damai
ini pada hakekadnya mencerminkan rasa syukur kepada Allah swt yang telah memberikan berkat
dalam acara ini dan rasa terimakasih kepada kaum kerabat dan handai taulan atas terlaksanakan
serta berlangsungnya upacara perkawinan ini dengan selamat sehingga kedua pengantin telah
dipersatukan dalam suatu ikatan tali perkawinan dimana si dara sudah menjadi istri, sedangkan si
bujang sudah menjadi suami. Mandi damai diawali dengan mendudukan kedua pegantin
bersanding dibalaii pemandian dan dilakukan tepuk tepung tawar. Acara ini sekaligus
memberikan kesempatan kepada seluruh panitia sampai ke juru masak (orang dapur) yang tidak
sempat menyaksikan pengantin bersanding pada hari langsung, maka saat ini mereka dapat
menyaksikannya. Setelah ditepuk tepung tawari, sekelompok dayang-dayang dengan membawa
barang perlengkapan mandi berarak mengelilingi pengantin diiringi dengan bunyi-bunyian
gendang, silat ataupun musik islami (Rebana).
Berarak ini dilakukan sebanyak tujuh keliling (putaran) dan setiap satu putaran, pembawa
cermin berhenti sejenak di depan pengantin dan memperlihatkan muka pengantin pada cermin
tersebut sambil mengajukan pertanyaan ‘apakah pengantin ini molek”. Serentak yang hadir
menyerukan kata “molek”. Sampai pada putaran ketujuh, semua peralatan mandi diletakkan dan
disusun dengan rapi. Kemudian di atas kepala kedua pengantin dibentangkan kain putih dan pada
setiap sudutnya dipegang oleh seorang laki-laki. Setelah semuanya siap, maka mulai dilakukan
penyiraman. Siraman diawali oleh kedua orang tua pengantin wanita dan dilanjutkan oleh kedua
orang tua pengantin lakilaki dan selanjutnya oleh keluarga terdekat dengan jumlah ganjil.
Kemudian dilanjutkan dengan memecahkan kelapa muda antara dua orang laki-laki masing-
masing memegang satu kelapa dan diadu diatas kain putih sampai pecah salah satu di antaranya.
Ini dilakukan sampai semua kelapa muda yang ada habis terpakai untuk kemudian dilanjutkan
dengan mengadu memecahkan mayang kelapa dan mayang pinang sampai pecah. Berikut,
setelah semuanya selesai mak andam menurunkan kedua pengantin dari balai mandi dan
dilakukan acara semburan lelepas, dimana terdapat sejenis anyaman daun kelapa muda yang
dapat dilepas setelah disemburkan air dari mulut masing-masing pengantin. Mereka saling
berebutan menarik anyaman tersebut sampai terlepas dari anyamannya. Kemudian, kedua
pengantin dibawa kedalam rumah untuk berganti pakaian dengan berjalan perlahan sambil
melangkahi lingkaran benang yang didalamnya terdapat beberapa buah cincin melengket di

15
benang tersebut. Pada saat melangkah menuju pintu rumah, kedua pengantin disirami dengan
bunga rampai yang bercampur dengan uang logam dan pada saat bersamaan dilakukan pula
saling bersiraman air antara sesama khaayak yang hadir di sekitar taman pemandian tersebut.
Acara mandi damai ditutup dengan membaca doa dan makan siang bersama.
2. Mengantuk dan mengasah gigi
Setelah selesai acara mandi damai, mak andam membawa kedua pengantin masuk ke
dalam rumah dan terus ke bilik peraduan untuk mengeringkan badan pengantin dan persalinan
pakaian kedua pengantin dengan memakai perlengkapan pakaian. Bagi pengantin perempuan
lengkap dengan perhiasan andam yang disebut ramin, jurai panjang, jurai pendek dan dihiasi
dengan bunga Cina atau bunga Goyang. Pengantin laki-laki memakai destar dan semua
perlengkapan pakaian pengantin seperti pakaian pada upacara bersanding. Setelah diberi pakaian
pengantin lengkap, kedua pengantin dibawa oleh mak andam keluar dari dalam bilik peraduan
dan didudukan diatas gerai pelaminan untuk dilaksanakan upacara mengantuk dan mengasah gigi
kedua pengantin. Alat-alat yang diperlukan pada acara ini adalah satu buah batu asah, sebuah
telur ayam dan sebentuk cincin emas dan sebuah kikir yang dilettakkan di dalam sebuah
mangkok atau piring yang ditempatkan di sebelah kiri pengantin seperti melaksanakan upacara
tepung tawar.
Menurut adat kebiasaan berlakunya upacara mengantuk dan mengasah gigi ini, baru
boleh dilakukan setelah perkawinan antara bujang dan gadis, pengasah gigi tidak dibenarkan
sebelum perkawinan dilakukan. Melaksanakan upacara mengantuk dan mengasah gigi ini oleh
orang tua-tua dan kaum kerabat baik laki-laki maupun perempuan yang dihimbau secara
bergantian dengan bilangan ganjil. Cara pelaksanaanya ialah orang tua yang dipanggil atau
dihimbau tadi naik ke gerai pelaminan mengambil telur ayam yang telah disediakan mengantuk
telur tersebut ke gigi kedua pengantin, kemudian diambil cincin emas juga dilaksanakan sama
dan diambil lagi batu asah atau kikir digoreskan ke kedua gigi pengantin laki-laki dan
perempuan. Demikian seterusnya dilaksanakan secara bergantian oleh orang tua yang dimintakan
untuk melaksanakan upacara ini.

3. Menyembah kedua orang tua dan keluarga


Acara menyembah kedua orang tua dan mertua dilakukan setelah selesai acara
mengantuk dan mengasah gigi. Dengan dibimbing oleh mak andam, pengantin laki-laki dan

16
pengantin perempuan menyembah kedua orang tua pengantin perempuan terlebih dahulu dan
kemudian diteruskan dengan kedua orang tua pengantin laki-laki, dan dilajutkan kepada mak dan
ayah saudara dari kedua pengantin serta kakak-kakak, abang-abang dan kaum kerabat yang hadir
di upacara tersebut. Maksud dari upacara menyembah ini adalah untuk memohon ampun kepada
kedua orang tua pengantin dan memohonkan do’a restu agar perkawinan mereka itu berlangsung
dengan sejahtera dan membawa kepada hari depan yang berbahagia.

4. Makan nasi damai


Makan nasi damai adalah acara keluarga setelah berlangsungnya upacara mandi damai/
mandi taman. Makan nasi damai adalah makan bersama yang dibarengi dengan saling
memaafkan. Sebab, selama hidup bersama dengan kelurga, baik pihak pengantin laki-laki
maupun pihak pengantin perempuan mungkin terdapat saling sengketa atau salah faham, baik
disengaja maupun tidak atau selama berlangsungnya upacara perhelatan perkawian, mungkin
terdapat sesuatu yang kurang berkenann dihati, tersalah cakap, salah ditempatkan atau ada kata-
kata yang kurang layak untuk diucapkan maupun yang didengar, maka makan nasi damai inilah
untuk penghilang hal-hal salah pengertian tersebut sehingga kehidupan baru berumah tangga
bagi pengantin tidak membawa onak dan duri yang nantinya menjadi penyebab atas kejanggalan-
kejanggalan yang terjadi dalam perahu kehidupannya.

5. Malam mengunjung mertua

Malam mengunjung mertua disebut juga menjelang mertua dan keluarga dan
dilaksanakan setelah selesai semua acara resmi perhelataan perkawinan. Acara ini biasanya
dilakasanakan pada malam hari setelah lepas shalat magrib. Dalam adat melayu pengantin laki-
laki setelah acara perkawinan bertempat tinggal di rumah pengantin perempuan. Oleh karena itu,
pengantin perempuan bersama suaminya dan kaum kerabatnya pergi mejelang atau berkunjung
kerumah orang tua pengantin laki-laki. Oleh karena itu, acara ini disebut menjelang mertua atau
berkunjung. Biasanya dalam acara ini orang tua akan memberikan nasehat-nasehat kepada kedua
mempelai dan tunjuk ajar dalam membina rumah tangga yang baru agar menjadi keluarga yang
harmonis atau keluarga yang sakinah mawaddah dan warommah. Dan acara ini merupakan akhir
dari prosesi acara perkawinan masyarakat Melayu-SiakProsesi setelah perkawinan dilakukan
melalui lima rangkaian acara, yaitu:

17
1. Mandi damai (mandi taman)
Mandi taman dilaksanakan setelah selesai acara upacara bersanding. Acara mandi
damai ini pada hakekadnya mencerminkan rasa syukur kepada Allah swt yang telah
memberikan berkat dalam acara ini dan rasa terimakasih kepada kaum kerabat dan handai
taulan atas terlaksanakan serta berlangsungnya upacara perkawinan ini dengan selamat
sehingga kedua pengantin telah dipersatukan dalam suatu ikatan tali perkawinan dimana
si dara sudah menjadi istri, sedangkan si bujang sudah menjadi suami. Mandi damai
diawali dengan mendudukan kedua pegantin bersanding dibalaii pemandian dan
dilakukan tepuk tepung tawar. Acara ini sekaligus memberikan kesempatan kepada
seluruh panitia sampai ke juru masak (orang dapur) yang tidak sempat menyaksikan
pengantin bersanding pada hari langsung, maka saat ini mereka dapat menyaksikannya.
Setelah ditepuk tepung tawari, sekelompok dayang-dayang dengan membawa barang
perlengkapan mandi berarak mengelilingi pengantin diiringi dengan bunyi-bunyian
gendang, silat ataupun musik islami (Rebana).
Berarak ini dilakukan sebanyak tujuh keliling (putaran) dan setiap satu putaran,
pembawa cermin berhenti sejenak di depan pengantin dan memperlihatkan muka
pengantin pada cermin tersebut sambil mengajukan pertanyaan ‘apakah pengantin ini
molek”. Serentak yang hadir menyerukan kata “molek”. Sampai pada putaran ketujuh,
semua peralatan mandi diletakkan dan disusun dengan rapi. Kemudian di atas kepala
kedua pengantin dibentangkan kain putih dan pada setiap sudutnya dipegang oleh
seorang laki-laki. Setelah semuanya siap, maka mulai dilakukan penyiraman. Siraman
diawali oleh kedua orang tua pengantin wanita dan dilanjutkan oleh kedua orang tua
pengantin lakilaki dan selanjutnya oleh keluarga terdekat dengan jumlah ganjil.
Kemudian dilanjutkan dengan memecahkan kelapa muda antara dua orang laki-laki
masing-masing memegang satu kelapa dan diadu diatas kain putih sampai pecah salah
satu di antaranya. Ini dilakukan sampai semua kelapa muda yang ada habis terpakai untuk
kemudian dilanjutkan dengan mengadu memecahkan mayang kelapa dan mayang pinang
sampai pecah. Berikut, setelah semuanya selesai mak andam menurunkan kedua
pengantin dari balai mandi dan dilakukan acara semburan lelepas, dimana terdapat sejenis
anyaman daun kelapa muda yang dapat dilepas setelah disemburkan air dari mulut
masing-masing pengantin. Mereka saling berebutan menarik anyaman tersebut sampai

18
terlepas dari anyamannya. Kemudian, kedua pengantin dibawa kedalam rumah untuk
berganti pakaian dengan berjalan perlahan sambil melangkahi lingkaran benang yang
didalamnya terdapat beberapa buah cincin melengket di benang tersebut. Pada saat
melangkah menuju pintu rumah, kedua pengantin disirami dengan bunga rampai yang
bercampur dengan uang logam dan pada saat bersamaan dilakukan pula saling
bersiraman air antara sesama khaayak yang hadir di sekitar taman pemandian tersebut.
Acara mandi damai ditutup dengan membaca doa dan makan siang bersama.
2. Mengantuk dan mengasah gigi
Setelah selesai acara mandi damai, mak andam membawa kedua pengantin masuk
ke dalam rumah dan terus ke bilik peraduan untuk mengeringkan badan pengantin dan
persalinan pakaian kedua pengantin dengan memakai perlengkapan pakaian. Bagi
pengantin perempuan lengkap dengan perhiasan andam yang disebut ramin, jurai
panjang, jurai pendek dan dihiasi dengan bunga Cina atau bunga Goyang. Pengantin laki-
laki memakai destar dan semua perlengkapan pakaian pengantin seperti pakaian pada
upacara bersanding. Setelah diberi pakaian pengantin lengkap, kedua pengantin dibawa
oleh mak andam keluar dari dalam bilik peraduan dan didudukan diatas gerai pelaminan
untuk dilaksanakan upacara mengantuk dan mengasah gigi kedua pengantin. Alat-alat
yang diperlukan pada acara ini adalah satu buah batu asah, sebuah telur ayam dan
sebentuk cincin emas dan sebuah kikir yang dilettakkan di dalam sebuah mangkok atau
piring yang ditempatkan di sebelah kiri pengantin seperti melaksanakan upacara tepung
tawar.
Menurut adat kebiasaan berlakunya upacara mengantuk dan mengasah gigi ini,
baru boleh dilakukan setelah perkawinan antara bujang dan gadis, pengasah gigi tidak
dibenarkan sebelum perkawinan dilakukan. Melaksanakan upacara mengantuk dan
mengasah gigi ini oleh orang tua-tua dan kaum kerabat baik laki-laki maupun perempuan
yang dihimbau secara bergantian dengan bilangan ganjil. Cara pelaksanaanya ialah orang
tua yang dipanggil atau dihimbau tadi naik ke gerai pelaminan mengambil telur ayam
yang telah disediakan mengantuk telur tersebut ke gigi kedua pengantin, kemudian
diambil cincin emas juga dilaksanakan sama dan diambil lagi batu asah atau kikir
digoreskan ke kedua gigi pengantin laki-laki dan perempuan. Demikian seterusnya

19
dilaksanakan secara bergantian oleh orang tua yang dimintakan untuk melaksanakan
upacara ini.

3. Menyembah kedua orang tua dan keluarga


Acara menyembah kedua orang tua dan mertua dilakukan setelah selesai acara
mengantuk dan mengasah gigi. Dengan dibimbing oleh mak andam, pengantin laki-laki
dan pengantin perempuan menyembah kedua orang tua pengantin perempuan terlebih
dahulu dan kemudian diteruskan dengan kedua orang tua pengantin laki-laki, dan
dilajutkan kepada mak dan ayah saudara dari kedua pengantin serta kakak-kakak, abang-
abang dan kaum kerabat yang hadir di upacara tersebut. Maksud dari upacara
menyembah ini adalah untuk memohon ampun kepada kedua orang tua pengantin dan
memohonkan do’a restu agar perkawinan mereka itu berlangsung dengan sejahtera dan
membawa kepada hari depan yang berbahagia.

4. Makan nasi damai


Makan nasi damai adalah acara keluarga setelah berlangsungnya upacara mandi
damai/ mandi taman. Makan nasi damai adalah makan bersama yang dibarengi dengan
saling memaafkan. Sebab, selama hidup bersama dengan kelurga, baik pihak pengantin
laki-laki maupun pihak pengantin perempuan mungkin terdapat saling sengketa atau
salah faham, baik disengaja maupun tidak atau selama berlangsungnya upacara
perhelatan perkawian, mungkin terdapat sesuatu yang kurang berkenann dihati, tersalah
cakap, salah ditempatkan atau ada kata-kata yang kurang layak untuk diucapkan maupun
yang didengar, maka makan nasi damai inilah untuk penghilang hal-hal salah pengertian
tersebut sehingga kehidupan baru berumah tangga bagi pengantin tidak membawa onak
dan duri yang nantinya menjadi penyebab atas kejanggalan-kejanggalan yang terjadi
dalam perahu kehidupannya.

5. Malam mengunjung mertua

Malam mengunjung mertua disebut juga menjelang mertua dan keluarga dan
dilaksanakan setelah selesai semua acara resmi perhelataan perkawinan. Acara ini
biasanya dilakasanakan pada malam hari setelah lepas shalat magrib. Dalam adat melayu

20
pengantin laki-laki setelah acara perkawinan bertempat tinggal di rumah pengantin
perempuan. Oleh karena itu, pengantin perempuan bersama suaminya dan kaum
kerabatnya pergi mejelang atau berkunjung kerumah orang tua pengantin laki-laki. Oleh
karena itu, acara ini disebut menjelang mertua atau berkunjung. Biasanya dalam acara ini
orang tua akan memberikan nasehat-nasehat kepada kedua mempelai dan tunjuk ajar
dalam membina rumah tangga yang baru agar menjadi keluarga yang harmonis atau
keluarga yang sakinah mawaddah dan warommah. Dan acara ini merupakan akhir dari
prosesi acara perkawinan masyarakat Melayu-Siak

2.4 Proses Perkawinan Adat di Indragiri

1. Merisik-risik

Merisik-risik adalah awal suatu proses upacara pernikahan menurut adat melayu Indragiri
Hulu khususnya Rengat dan sekitarnya.Merisik-risik dilakukan oleh seorang kerabat yang
dipercaya oleh pihak orang tu si pemuda untuk melakukan pendekatan kepada seseorang yang
dipercaya kebenaran kata-katanya,tentunya yang mengenal dan sangat dekat serta mengetahui
hal ihwal si gadis itu dalam kesehariannya. Dilakukan untuk mendapat informasi tentang
bagaimana akhlak/sikap perilaku si gadis yang akan dijodohkan dengan si pemuda.Apakah si
gadis yang bersangkutan sudah mempunyai calon suami atau belum.

2. Menjarum-menjarum

            Menjarum-jarum adalah pertemuan silaturahmi antara pihak keluarga/ahli waris


sigadis,dalam pertemuan dimana disampaikan hajat dari pihak si pemuda untuk mempersunting
si gadis untuk dijadikan istri.Dalam pertemuan itu maksud yang disampaikan oleh pihak pemuda
belum langsung diterima atau ditolak,biasanya diminta untuk menunggu selama lebih kurang
seminggu ( masa  bertangguh). Dalam waktu itu pihak si gadis secara intern bermusyawarah
mencari kesepakatan apakah maksud keluarga si pemuda diterima atau ditolak.

3. Melamar

21
            Jika pihak keluarga si gadis setuju dijodohkan dengan pemuda tersebut.Maka diutus
beberapa orang yang patut ke pihak orang tua si gadis untuk menyampaikan lamaran.Setelah
lamaran resmi diterima dalam suatu pertemuan maka dalam pertemuan itu juga disepakati kapan
waktunya diresmikan pertunangan(mengantar tanda).

4. Mengantar tanda

            Ikatan pertunangan ditandai dengan memberikan sebentuk cincin emas dilengkapi dengan
tepak sirih,susunan sirih yang ditata pada sebuah tempat khusus yang dinamakan sirih besar dan
tambah dengan sepenggodok  oleh pihak laki-laki kepada calon pengantin perempuan tersebut.
Penyerahan tanda pertunangan dilaksanakan dalam suatu upacara yang disebut "mengantar
tanda".

5. Menerima antaran ( kain kelambu dan uang belanja)

            Upacara ini dilakukan dengan kegiatan :

1. Rombongan pihak laki-laki berangkat menuju rumah pihak perempuan dengan membawa
perlengkapan adat mengantar barang-barang : Sepotong kain untuk bahan
kelambu,benang,jarum tangan dan jarum mesin jahit, sejumlah uang belanja sesuai
kesepakatan, seperangkat pakaian dan perlengkapan pakaian untuk calon pengantin
perempuan.
2. Rombongan tiba di rumah pihak perempuan disambut oleh pihak perempuan kemudian
dilakukan serah terima kain kelambu,uang belanja dan barang bawaan lainnya yang
diawali saling menyorongkan tepak sirih.

6. Menggantung-gantung

            Upacara menggantung-gantung dilaksanakan 2 hari-3 hari sebelum dilaksanakan akad


nikah,kegiatan ini berupa menghiasi rumah atau bangunan tempat acara akan dilangsungkan
seperti membuat pentas pelaminan,menggantung tabir,langit-langit,kamar pengantin serta
dekorasi seluruh ruangan rumah dan bagian lain yang ditentukan untuk upacara perkawinan
sesuai dengan ketentuan adat yang dipakai.

7. Mengukus (membuat tabak)

22
            Sehari sebelum dilaksanakan acara berandam,terlebih dahulu dilakukan memasak pulut
yang disebut mengukus untuk membuat tabak.Tabak terbuat dari katu dan bambu terdiri dari 5
tingkat (untuk Raja).Untuk orang kebanyakan/orang biasa tabak hanya 2-3 tingkat saja.

8. Berandam

            Upacara berandam dilaksanakan sebelum pelaksaanaan Ijab Kabul/akad,berandam


dilaksanakanbpada pagi hari didepan tabak yang sudaah disiapkan.Berandam yaitu mencukur
bulu roma dibagian wajah dan tengkukpengantin perempuan.

9. Bertomat (khatam alqur'an)

            Khatam Alqur'an dilakukan pada malam akad nikah setelah calon pengantin laki-laki tiba
dirumah calon pengantin perempuan. Khatam Alqur'an yang dilakukan oleh calon pengantin
perempuan didampingi oleh guru yang mengajarnya mengaji dan dua orang teman
sebaya.Mereka duduk diatas tilam didepan tabak dengan latar belakang pentas pelaminan.Ayat-
ayat yang dibaca yaitu surat dhuha sampai dengan surat Al-fatihah.Kemudian dilanjutkan dengan
memukul gebane.Dilanjutkan lagi dengan pembacaan do'a sebagai penutup.

10. Akad nikah/ijab kabul

            Akad nikah adalah acara sakral dan inti dari suatu upacara perkawinan.Pelaksanaan akad
nikah dipimpin oleh kadhi sebagai petugas pencatat nikah.Sedangkan mengakadkan
mengijabkabulkan pernikahan itu tidak jarang dilakukan langsung orang tua dari calon pengantin
perempuan itu sendiri.Kadhi bersama orang tua/bapak calon pengantin perempuan terlebih
dahulu menanyakan kepada calon pengantin perempuan apakah ia setuju dinikahkan dengan
calon pengantin laki-laki. Urutan acara yang dilakukan adalah pembacaan khutbah nikah,
pembacaan akad nikah, penyerahan mahar/mas kawin oleh pengantin laki-laki kepada pengantin
perempuan dan yang terakhir kedua pengantin menyembah kedua orant tua pengantin perempuan
dan keluarga-keluarga yang hadir.

11. Cecah inai

            Setelah akad nikah dilaksanakan,kedua pengantin didudukkan dipelaminan untuk


menerima cecah inai dari ahli waris atau keluarga dan pemuka adat dalam jumlah ganjil,yang

23
pada hakikatnya pencecahan inai adalah do'a restu.Cecah inai diawali oleh penguasa adat
kemudian diteruskan oleh ahli waris dan keluarga terdekat dan pemuka masyarakat.Kegiatan ini
dilkukan dengan cara : Merenjiskan/menepukkan tepung tawar pada kedua telapak tangan kedua
pengantin. Setelah itu mencecahkan inai ketelapak tangan kedua pengantin. Dan terakhir
menaburkan beras kunyit kepada kedua pengantin

12. Berinai

            Dalam adat istiadat melayu Indragiri Hulu khususnya rengat pada suatu upacara
pernikahan antara seorang pria dengan wanita dikenal dengan upacara malam
berinai.Acaraberinai dilaksanakan setelah akad nikah dan pengantin laki-laki dan rombongan
sudah pulang kerumahnya masing-masing.Berinai dilakukan dalm bilik/kamar pengantin
perempuan,boleh juga di ruangan diluar kamar. Dalam pelaksanaan berinai ini pengantin
perempuan berbaring (menelentang) ditempat yang disediakan.Berinai dilaksanakan oleh mak
andam.

13. Hari langsung /  resepsi pernikahan

Upacara ini dilaksanakan dengan berzanji, hadrah maulud nabi dari pagi sampai siang
menjelang zuhurdi rumah pengantin perempuan. Sesudah shalat zuhur, kedua pengantin
(massing-masing dirumahnya) berdandan /berpakaian pengantin. Sementara pengantin
perempuan berdandan,rombongan penjemput berangkat menuju rumah pengantin laki-
laki.Rombongan penjemput terdiri atas beberapa orang orang tua laki-laki perempuan beserta
beberapa anak-anak remaja untuk membawa :Puan 1 buah,tepak 1 buah,Lilin susun 8
buah,bungkusan 1 buah. Setelah rombongan penjemput tiba dirumah pengantin laki-laki,lalu
diberi jamuan teh.Setelah selesai jamuan minum,mempelai menyembah kedua orang tuanya
mohon restu untuk berangkat berarak bersama rombongan penjemput denagn perlengkapan adat
diiringi pukulan gebane sampai kediaman pengantin perempuan.Pengantin laki-laki
didampingi/diapit dua orang gading-gading,pembawa payung,koper pakaian dan sebagianya.
Dihalaman rumah pengantin perempuan,pengantin laki-laki disambut dengan tarian pencak
silat,pengantin laki-laki dan rombongan berdiri menyaksikannya,sementara pengantin
perempuan telah duduk di pelaminan menunggu untuk disandingkan. Setelah pencak silat usia
lalu pengantin dipersilahkan masuk ke rumah diiringi shalawat nabi ditaburi beras

24
kuning,pengantin menuju pelaminan melalui hamparan kain panjang dan duduk bersanding
dengan pengantin perempuan. Setelah kedua pengantin duduk bersanding lalu dibacakan surat
kapal/cendrawasih. Usai pembacaan surat kapal mak andam menyalakan lilin-lilin tabak. Setelah
lilin tabak menyala dilanjutkan makan suap-suapan oleh kedua pengantin dipandu oleh mak
andam. Setelah pengantin makan suap-suapan,maka para tamu /undangan dipersilahkan makan
bersama.

14. Makan nasi hadap-hadapan

            Acara makan nasi hadap-hadapan adalah salah satu rangkaian upacara pernikahan
menurut adat melayu Indragiri Hulu setelah hari langsung/pesta pernikahan.Pada hakekatnya
acara makan nasi hadap-hadapan merupakan forum pertemuan/silaturahmi antara kedua orang
tua kedua pengantin ,yang pada acara hari langsung siang hari tersebut sesuai dengan adat
melayun Indragiri kedua orang tua pengantin laki-laki tidak hadir mengikuti rombongan
danmenyaksikan putranya bersanding dengan pengantin perempuan.

Pengantin laki-laki duduk sehidangan bersama bapaknya dan mertuanya,sedangkan ibu dan ibu
mertuanya dihidangkan lain.Yang ikut makan adalah : Pengantin laki-laki, kedua orang tua
pengantin laki-laki, kedua orang tua pengantin perempuan dan keluarga terdekat.

15. Mandi dan main suruk-surukan

            Setelah hari langsung (pada malam harinya setelah acara makan nasi hadap-
hadapan),diadakan upacara mandi.Kedua pengantin saling bersiram-siraman.Setelah kedua
pengantin mandi maka pengantin perempuan disurukkan diantara kumpulan ibu-ibu dan nenek-
nenek secara terselubung.Pengantin laki-laki disuruh mencari-cari yang mana istrinya.Apabila
terpegang yang bukan istrinya,maka ia harus mencari sampai bertemu.Bilamana bertemu lalu
digendong kekamar pengantin dan kedua pengantin beristirahat.

16. Menagantar nasi

            Pada kesokan harinya (lazimnya pada sore hari) pihak otang tua pengantin laki-laki
mengantar sehidangan nasi lengkap dengan lauk pauknya kerumah pengantin perempuan yang
diperuntukkan untuk kedua pengantin,biasanya 3 hari berturut-turut.Yang terkandung dalam hal
ini adalah pengantin laki-laki itu hanya berdiam dirumah belum keluar rumah untuk mencari

25
penghidupan,lagi pula masih ada rasa sungkan untuk mencari makanan dirumah mertua selama
dalam kurun waktu tersebut.Oleh sebab itu pihak orang tua pengantin laki-laki mengambil
perhatian untuk anaknya tersebut.

17. Menyembah

            Tiga atau empat hari setelah hari langsung dilaksanakan pula upacara menyembah.Kedua
pengantin dibawa kerumah pengantin laki-laki.Dirumah pengantin laki-laki sudah disediakan
tempat bersanding.Kedua pengantin bersanding diiringi dengan pukulan gebane.Selesai
disandingkan para hadirin disuguhkan santapan malam,setelah itu kedua pengantin menyembah
kedua orang tua penganrtin laki-laki dan diikuti oleh para hadirin memberikan doa restu seraya
memberikan bingkisan kepada pengantin.

18. Berkunjung

            Setelah dilaksanakan acara malam menyembah,maka pada keesokan harinya kedua


pengantin menginap/tidur dirumah orang tua laki-laki selama 2 malam 2 hari itu kedua pengantin
didampingi seorang perempuan  melakukan kunjungan kerumah keluarga penganitn laki-laki
terdekat (datuk,nenek,dan paman-paman).Selesai sampai berkunjung ke keluarga pihak laki-
laki,kedua pengantin pulang kerumah pengantin perempuan kembali menginap/tidur dirumah
pengantin perempuan.Keesokan harinya kedua pengantin melakukan kunjungan pula ke keluarga
pihak pengantin perempuan.

            Pada acara berkunjung ini selain mendapat do'a restu,kedua pengantin diberikan pula
bingkisan oleh keluarga yang dikunjungi.Beberapa makanan yang terkandung dalam acara
berkunjung antara lain :

1. Pengenalan diri kedua pengantin itu kepada ahli warisnya


2. Sebagai pengakuan bahwa  pengantin laki-laki secara ikhlas mohon dapat diterima oleh
keluarga pengantin perempuan,demikian sebaliknya pengantin perempuan dapat diterima
oleh pihak pengantin laki-laki dengan segala kekurangan dan kelemahannya.

Pakaian Adat

26
 Pakaian Pengantin Laki-laki: Raja baju kurung bertelepek leher cekak musang dari tenun
sendiri, juga celana dengan telapak, pucuk rebung, hiasan desto beserta sunting yang
diletakan di kepala sebelah kanan hiasan-hiasan dasto itu, ikat pinggang kuno, disisipi
dengan keris beserta selepo yang dihiasi sirih, sepasang gelang besar, sebuah dukuh tiga
tingkat, sapu tangan sirih genggam, beberapa buah cincin.
 Pakaian Wanita: Kebaya panjang pakai telepak dari tenunan Rengat, kain teluk berantai
tenunan asli, ikat pinggang kuno hiasan gagak gumpo, sunting, tutup sanggul dan
kembang goyang, ulamg-ulang penekap rambut tutup kepala, sapu tangan siri genggam.

27
2.5 Proses Perkawinan Adat di Kawasan Andiko 44 dan Kuantan
Adat merupakan salah satu konsep yang menjelaskan satu keseluruhan cara hidup maju
dalam Melayu. Adat adalah jati diri yang menyatukan, menyimpulkan dan mengikat hubungan
seluruh anggota masyarakat. Perkawinan merupakan salah satu peristiwa yang sangat penting
dalam kehidupan masyarakat adat, sebab perkawinan bukan hanya menyangkut kedua mempelai,
tetapi juga orang tua kedua belah pihak, saudara-saudaranya, bahkan keluarga mereka masing-
masing. Dalam hukum adat perkawinan itu bukan hanya merupakan peristiwa penting bagi
mereka yang masih hidup saja. Tetapi perkawinan juga merupakan peristiwa yang sangat berarti
serta yang sepenuhnya mendapat perhatian dan diikuti oleh arwah-arwah para leluhur kedua
belah pihak.

Perkawinan adalah perjanjian suci (sakral) berdasarkan agama antara suami dengan istri
berdasarkan hukum agama untuk mencapai satu niat, satu tujuan, satu usaha, satu hak, satu
kewajiban, satu perasaan: sehidup semati. Perkawinan adalah percampuran dari semua yang
telah menyatu tadi. Nikah adalah akad yang menghalalkan setiap suami istri untuk bersenag-
senang satu dengan yang lainnya. Perkawinan berawal dari sentuhan pandang memandang dalam
hal ini besar kemungkinan berawal dari sentuhan pandangan antara laki-laki (anak bujang)
dengan perempuan (anak gadis) tapi bisa juga terjadi dari pandangan ibu bapak atau kaum
kerabat yang berminat mencarikan jodoh anaknya atau seseorangyang dimintai untuk
menjodohkan antara anak gadis dengan anak bujang (mat comblang).

Perkawinan adalah media budaya dalam mengatur hubungan antara sesama manusia yang
berlainan jenis kelamin. Karena perkawinan bertujuan untuk mencapai suatu tingkatan
kehidupan yang lebih dewasa melalui media ini. Dengan demikian maka perkawinan merupakan
suatu yang luhur, suci dan sakral bagi kehidupan seseorang. Karena masa berlangsungnya suatu
perkawinan dapat memelihara penilaian jasmaniah dan rohaniah, sehingga bagi sepasang
manusia yang dapat memelihara dan mengembangkan masa perkawinan sampai akhir hayat
merupakan nilai yang mulia dalam pandangan masyarakat. (A.A Nafis, 1994)

Perkawinan menimbulkan hubungan baru tidak saja antar pribadi yang bersangkutan
antara dua mempelai, tetapi juga antar dua keluarga. Latar belakang antara dua keluarga bisa
sangat berbeda asal usul, kebiasaan hidup, pendidikan, tingkat sosial, tata karma, dan sebagainya.

28
Karena itu syarat utama yang harus dipenuhi dalam perkawinan adalah kesediaan dan
kemampuan untuk menyesuaikan diri bagi masing-masing pihak.

Tujuan perkawinan itu sendiri dalam agama islam tidak lain adalah untuk mewujudkan
suatu cita-cita keluarga, yakni keluarga bahagia dan sejahtera yang didalamnya terdapat suatu
ketenangandan kedamaian dalam menjalani bahtera rumah tangga. Keluarga seperti ini dalam
islam disebut keluarga sakinah yaitu keluarga yang rukun, damai, tentram,kreatif, dinamis,
produktif, stabil, efesien, efektif, sehat lahir dan bathin, bermanfaat dan menjadi suri tauladan
bagi masyarakat sekitarnya sesuai dengan ajaran islam.

Adat istiadat perkawinan dalam suatu masyarakat merupakan suatu lembaga sosial yang
disebut dengan pranata sosial yaitu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat pada
aktivitas untuk memenuhi kebutuhan dalam kehidupan masyarakat. Asas- asas yang terkandung
dalam UU perkawinan sesuai dengan falsafah Pancasila dan UUD 1945, maka UU ini harus
dapat mewujudkan prinsip- prinsip yang terkandung dalam Pancasiladan UUD 1945, dan harus
dapat menampung segala yang hidup dalam masyarakat. Asas- asas ini tercantum dalam pada
penjelasan umum tiga UU perkawinan.

Asas- asas yang tercantum adalah :

a. Bahwa perkawinan adalah untuk membentuk keluarga bahagia dan kekal. Untuk itu suami
istri perlu saling membantu dan melengkapi, keduanya dapat mengembangkan kepribadian
untuk mencapai kesejahteraan yang bersifat material dan spiritual.
b. Perkawinan sah bilamana dilakukan menurut hukum masing- masing agama dan
kepercayaannya, dan di samping itu tiap-tiap perkawinan harus dicatat menurut
perundangan yang berlaku.
c. Perkawinan harus memenuhi administrasi dengan jalan mencatatkan diri pada kantor
pencatatan yang telah ditentukan oleh perundang- undangan.
d. Perkawinan menurut asas monogami, meskipun tidak bersifat mutlak karena masih ada
kemungkinan untuk beristri lebih dari seorang, bila dikehendaki olehpihak- pihak yang
bersangkutan dan ajaran agamanya mengijinkan untuk itu ketentuan harus memenuhi
ketentuan.

29
Prosesnya:
1. Merisik

Merisik berasal dari kata “risik” yang berarti “menyelidiki”. Ini artinya, sebelum adanya
suatu perkawinan, penyelidikan terhadap seorang gadis perlu dilakukan oleh pihak keluarga laki-
laki. Untuk menilai dan sekaligus menentukan apakah gadis tersebut layak menjadi menantu atau
tidak. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh perempuan yang berumur separuh baya atau
yang telah berumur sekitar empat puluh tahun ke atas. Orang tersebut oleh masyarakat setempat
disebut sebagai tukang perisik. Tugasnya adalah mencermati secara diam-diam wajah atau rupa
dan segala tingkah laku Si gadis. Untuk itu, tukang perisik mesti datang bertamu ke rumahnya.

2. Merasi

Tujuan merasi adalah untuk memastikan apakah pasangan yang hendak di jodohkan itu
sebenarnya cocok atau tidak. Artinya merasi merupakan kegiatan meramal atau menilik
keserasian antara pasangan yang hendak dijodohkan. Kegiatan ini biasanya dilakukan melalui
perantara seorang ahli yang sudah terbiasa bertugas mencari jodoh kepada orang yang hendak
menikah. Pencari jodoh tersebut akan memberikan pendapatnya bahwa pasangan tersebut dinilai
cocok (sesuai) atau tidak

3. Meminang

Jika hasil merisik menunjukkan bahwa gadis yang diselidiki bertingkah laku baik,
sehingga pantas untuk dijadikan sebagai seorang menantu. Maka pihak keluarga laki-laki
memberitahukan dan membicarakannya dengan kerabat terdekat untuk menentukan waktu
peminangan. Setelah ada kesepakatan tentang waktu atau hari peminangan. Maka pihak keluarga
laki-laki mengutus salah seorang yang dituakan (bisa laki-laki dan bisa juga perempuan) untuk
memberitahu kepada pihak keluarga perempuan. Bahwa 3 atau 5 hari lagi ada rombongan yang
akan datang untuk melakukan peminangan.

Ketika hari yang ditentukan tiba, maka pihak keluarga laki-laki mengirim rombongan
peminangan yang biasanya berjumlah 5 orang. Yaitu 1 orang ketua (laki-laki) dan 4 orang
anggota (2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan). Orang yang dipilih untuk menjadi ketua
rombongan peminangan adalah orang yang bijak dan santun dalam berbicara dan bisa berpantun
atau berseloka. Jika dalam kerabatnya orang seperti itu tidak ada, maka bisa minta tolong kepada

30
orang lain (di luar kerabatnya) yang biasa melakukannya. Sedangkan, anggotanya yang
berjumlah 4 orang itu biasanya terdiri atas 2 orang kerabat dan 2 orang tetangga.

4. Mengantar Tanda

Jika peminangan disambut baik oleh pihak keluarga perempuan (disetujui), maka tahap
berikutnya adalah mengantar tande. Kegiatan ini dilakukan hari ke 4 atau ke 5 dari peminangan.
Sebagai persiapan, 2 atau 3 hari sebelumnya, keluarga pihak laki-laki akan mengundang kerabat,
tetangga dan handai taulan terdekat untuk diikutsertakan dalam acara tersebut. Acara mengantar
tande ini biasanya dipimpin oleh orang yang dalam peminangan menjadi ketua rombongan.

Orang tersebut dipilih karena dinilai mempunyai persyaratan yang pas, yaitu pintar
berpantun, mempunyai selera humor yang tinggi, luas pergaulannya, dan tahu persis tentang adat
perkawinan. Dalam hal ini orang tersebut sekaligus sebagai wakil pihak keluarga laki-laki.
Adapun perlengkapan yang perlu dipersiapkan dalam kegiatan ini adalah: (1) tepak sirih, (2)
bunga rampai, (3) cincin, dan (4) barang pengiring. Tepak sirih berisi: sebuah pinang yang telah
dikupas kulitnya, kapur-sirih dan gambir, tembakau, daun sirih, dan kacip.

5. Mengantar Belanja

Mengantar belanja (hantaran keperluan pesta pernikahan) dalam tahap ini pihak laki-laki
kembali datang kerumah keluarga si gadis. Dal antar belanja keperluan pesta pernikahan
biasanya ditentukan atas permintaan keluarga pihak perempuan. Sejumlah uang yang dibentuk
sedemikian rupa dibawa beserta pengiringnya seperti seperangkat pakaian dan benda-benda yang
disenangi sang gadis.

6. Mengajak dan Menjemput

Acara mengajak dan menjemput adalah bagian dari persiapan yang dilakukan untuk
melaksanakan pekerjaan dalam majelis nikah-kawin. Pelaksanaan dalam pekerjaan ini
didalamnya penuh mengandung nilai-nilai kebersamaan antara sesama. Sebelum diadakan acara
mengajak dan menjemput, terlebih dahulu diadakan musyawarah dirumah calon pengantin
perempuan untuk menentukan siapa yang akan diajak dan dijemput.

31
Pekerjaan menjemput ini hendaklah dilakukan secara seksama supaya orang-orang yang
pantas dijak tidak tersalah. Disebabkan seperkara ini juga menyangkut kepada penghargaan dan
kedudukan seseorang didalam masyarakat. Sehingga tampaklah pada pekerjaan mengajak dan
menjemput ini mempunyai nilai etika dan moral yang tinggi. Untuk mengajak dan menjemput ini
dilakukan oleh beberapa pasang suami istri yang sudah mempunyai pengalaman. Dan selalunya
membawa tepak sirih yang lengkap dengan isinya.

7. Menggantung-gantung

Sebelum majelis pernikahan diperbuat, maka dilaksanakan terlebih dahulu kepada


pekerjaan menggantung-gantung. Pekerjaan menggantung ini biasanya dilakukan 4 atau 5 hari
sebelum hari pernikahan. Pekerjaan yang dilakukan dirumah calon pengantin perempuan ini
adalah berupa persiapan-persiapan. Yaitu membersihkan dan menghias rumah dengan
menggunakan bermacam-macam tabir yang digantung dan membuat langit-langit dari kain.
Mengganti dan memasang ”lansi tingkap”, memasang dan menghias tempat tidur baru yang
lengkap untuk pengantin baru, dan hal-hal lainnya yang diperlukan untuk menghadapi majelis
pernikahan tersebut.

Termasuklah membuat dapur dan bangsal, membuat “peterakne” atau “peti ratna/peti
rakna”. Yaitu tempat pengantin duduk bersanding, dan membuat pelaminan tempat tidur
pengantin. Acara menggantung biasanya didahului dengan tepung tawar dan kenduri kecil atau
doa selamat. Supaya semua kerja yang dilakukan akan mendapat berkah dari Allah SWT. Yang
ditepung tawari ialah tempat disekitar pelaminan.

8. Berandam

Upacara ini lazim dilakukan setelah malam berinai yaitu keesokan harinya. Tujuannya
untuk menghapuskan/membersihkan sang calon pengantin dari ‘kotoran’ dunia sehingga hatinya
menjadi putih dan suci. Berandam pada hakikatnya adalah melakukan pencukuran bulu roma
pada wajah dan tengkuk calon pengantin wanita sekaligus juga membersihkan mukanya.
Berandam adalah memotong atau mencukur rambut, baik calon pengantin laki-laki maun
perempuan. Untuk calon pengantin laki-laki biasanya yang dicukur adalah rambut yang tumbuh
di kepalanya saja.

32
Sedangkan, untuk calon pengantin perempuan meliputi rambut yang tumbuh tipis di
tengkuk, pelipis dan dahi. Pencukuran ini, khususnya untuk calon pengantin perempuan,
biasanya dilakukan sehari sebelum akad nikah.

9. Limau Manis Limau setawar

Selesai mencukur, Mak Andam (seorang ibuk) mengelilingi calon pengantin perempuan
sebanyak 3 kali dengan membawa buah kelapa yang dibentuk seperti puncak gunung dan dililit
dengan benang lima warna. Maksudnya agar calon pengantin tersebut mempunyai keturunan
yang gagah atau cantik (seperti sebuah gunung apabila dilihat dari jauh). Sedangkan, benang
lima warna yang melilit itu diibaratkan sebagai sungai yang airnya selalu mengalir. Artinya,
rezeki calon pengantin diharapkan mengalir terus bagaikan air sungai. Selanjutnya, dengan dua
batang lilin yang menyala, Mak Andam mengelilingi calon pengantin perempuan, juga sebanyak
3 kali. Makna simbolik yang ada di balik lilin yang menyala itu adalah penerangan hidup. Ini
artinya, agar calon pengantin kelak selalu berada di jalan yang terang (selalu berbuat
baik),sehingga kehidupan rumah tangganya selalu rukun, damai dan sentosa.

10. Berinai

Tujuan upacara ini dimaksudkan untuk menolak bala dan melindungi pasangan pengantin
dari marabahaya, termasuk bahaya yang kasat mata, menaikkan aura dan cahaya pengantin
wanita dan memunculkan wibawa pengantin pria. Berinai berarti mengolesi kuku jari tangan dan
kaki dengan inai. Acara ini dilakukan pada hari berikutnya (setelah acara bertepuk tepung tawar).
Dalam hal ini kuku jari tangan dan kaki kedua mempelai diinai. Makna simbolik yang
terkandung dalam penginaian ini adalah hidup baru. Artinya, dengan berinai, sepasang muda-
mudi telah melangkahkan kakinya (memasuki) kehidupan berumah tangga. Pelaksanaan inai
untuk pengantin laki-laki diawali dengan berbaringnya pengantin di atas tikar yang terbuat dari
pandan. Kemudian, kedua telapak tangan dan kaki beserta ujung kuku

Aqad Nikah

Akad nikah adalah salah satu rangkaian dari proses perkawinan yang paling utama; sebab dengan
dilaksanakannya akad nikah sepasang muda-mudi telah resmi menjadi suami-isteri. Tempatnya
biasanya di depan pelaminan.. Di situlah sepasang calon pengantin duduk berhadapan dengan
seorang Kahdi dan dua orang saksi di atas bunta.

33
Tepuk Tepung Tawar

Acara selanjutnya, setelah akad nikah, adalah bertepuk tepung tawar. Pada dasarnya
tujuan pelaksanaan bertepuk tepung tawar ini adalah untuk menghilangkan sial- majal. Atau
perasaan duka bagi yang ditepuk- tepung-tawari, sehinga hidupnya akan selamat dan sejahtera.
Pelaksanaan bertepung tawar diawali dengan penaikkan pengantin perempuan ke pelaminan
(peterakne) yang diikuti oleh pengantin laki-laki. Setelah keduanya duduk di pelaminan, seorang
kakek atau nenek, atau orang yang dituakan dari pihak pengantin perempuan diminta untuk
memulainya. Selanjutnya, penepung-tawaran ini dilakukan secara bergantian (berselang- seling).

Untuk melaksanakan acara ini diperlukan perlengkapan, seperti: daun gandarusa, rumput
sambau, daun puding emas, akar ribu-ribu. Dan bahan-bahan yang pada gilirannya akan
dijadikan sebagai penyapu atau pencecah, seperti: beras kunyit, beras basuh, bertih, air bedak
berlimau, inai cecah dan inai untuk tari.

Bersanding

Barulah setelah akad nikah selesai dilakukan, kedua pengantin akan disandingkan di
pelaminan dengancara duduk bersila. Untuk mengiringi pengantin dibunyikan tabuhan grup
musik kompang. Acara lalu dilanjutkan dengan pemberian selamat serta doa restu kepada kedua
mempelai yang sedang berbahagia. Agar dapat menjalani hidup perkawinannya dengan rukun
dan bahagia sampai selamanya.

34
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Perkawinan merupakan adat yang diadakan yaitu adat dan dibuat dan adat yang dapat
ditukar Salin. Perkawinan adat yang berbeda-beda di kalangan masyarakat menentukan
perbedaan setiap hukum adat di Indonesia. Perkawinan pada masyarakat antara yang satu dengan
yang lainnya sama antara suku bangsa yang satu berbeda dengan suku bangsa yang
lainnya, antara yang beragama Islam berbeda dengan agama Kristen, Hindu dan sebagainya
begitu juga dan antar masyarakat desa dan masyarakat kota, khususnya untuk daerah Riau yaitu
Adat Melayu Riau khusus nya untuk perkawinan di Riau ini, semua suku bangsa yang bermukim
di daerah Riau memiliki adat istiadat tersendiri yang merupakan sumber norma yang mengatur
segala kegiatan dan tingkah laku warga masyarakatnya termasuk adat istiadat. Menimbang
bahwasanya perkawinan ialah merupakan peristiwa penting dalam kehidupan
seseorang, disamping tujuan biologis, titik berat perkawinan telah melanjutkan keturunan serta
memantapkan status sosial seseorang. Perkawinan bukan saja merupakan berhubungan
perorangan antara calon suami dan calon istri tetapi merupakan hubungan kekerabatan antara
keluarga calon istri dan keluarga calon suami. Setiap daerah Riau memiliki ciri khas tersendiri
dalam melakukan perkawinan seperti jika ditinjau melalui adat prosesi perkawinan yang
berbeda-beda tetapi memiliki tujuan yang sama seperti prosesi perkawinan di Melayu Siak
berbeda dengan Melayu Indragiri hal ini lah yang membuat semakin beragam prosesi
perkawinan yang ada di Riau khususnya suku Melayu menimbang bahwasanya perkawinan ini
adalah perjanjian suci berdasarkan agama antara suami dengan istri berdasarkan hukum agama
untuk mencapai satu niat, satu tujuan, satu usaha, satu hak, satu kewajiban, satu perasaan:
sehidup semati dan sangat sakral hal ini juga membuat pentingnya perannya adat didalam
perkawinan itu sendiri.

35
DAFTAR PUSTAKA

Dasroel, Hukum Perkawinan Adat, Pekanbaru

Hilman Hadikusuma, 1983, Hukum Perkawinan Adat, Bandung, Alumni

Imam Sudiyat, 2007, Hukum Adat Sketsa Asas, Yogyakarta, Liberty

Mohd. Idris Ramulyo, Hukum Perkawianan Islam (Suatu Analisis dari Undang-Undang Nomor 2
Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam), Bumi Aksara, Bumi Aksara,2004.

36

Anda mungkin juga menyukai