Anda di halaman 1dari 63

RANCANGAN AKTUALISASI

PEMBUATAN APLIKASI PEMINJAMAN AULA DINAS


PEKERJAAN UMUM DAN PENATAAN RUANG
KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2019

Disusun Oleh:
Nama : Murtanto Sahikalisma, S.Kom
NIP : 19901226 201903 1 011
Jabatan : Pranata Komputer Ahli Pertama

PELATIHAN DASAR CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL


GOLONGAN III ANGKATAN 8

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


BALAI PELATIHAN KESEHATAN SEMARANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

PEMBUATAN APLIKASI PEMINJAMAN AULA DINAS PEKERJAAN


UMUM DAN PENATAAN RUANG KABUPATEN PURWOREJO TAHUN
2019

OLEH:

Nama : Murtanto Sahikalisma, S.Kom

NIP : 19901226 201903 1 011

Jabatan : Pranata Komputer Ahli Pertama

Disetujui untuk disampaikan pada Seminar Rancangan Aktualisasi Pelatihan Dasar


Golongan III Angkatan 8 Tahun 2019

Penguji, Mentor Coach

Suwarlin, SKM, M.Pd Indah Etik Rinawati, SE dr. Nine Luthansa, MPH

NIP. 197301012000032001 NIP. 196608221996032004 NIP.197908312008122001

Mengetahui Kepala Bapelkes Semarang,

Emmilya Rosa, SKM, MKM


NIP.197305251997032001

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah S.W.T, Tuhan Yang Maha Kuasa,


atas berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan penulisan rancangan aktualisasi ini. Penulis sebagai
peserta Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
Pemerintah Kabupaten Purworejo tahun 2019 di Balai Pelatihan
Kesehatan (Bapelkes) Semarang mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian rancangan kegiatan
aktualisasi ini, diantaranya:

1. Ibu drg. Nancy Megawati Hadisusilo, MM., Kepala Badan


Kepegawaian Daerah Kabupaten Purworejo yang telah
mempersiapkan seluruh sarana dan prasarana untuk Latsar
CPNS Gol. III Angkatan VIII Tahun 2019.
2. Ibu Emmilya Rosa SKM., MKM, Kepala Bapelkes Semarang
yang telah mendukung dan memfasilitasi berlangsungnya Latsar
CPNS Gol. III Angkatan VIII Tahun 2019.
3. Ibu Indah Etik Rinawati, SE, mentor yang selalu memberikan
motivasi, dukungan, dan memberi masukan kepada penulis.
4. Ibu dr. Nine Luthansa, MPH, selaku coach yang selalu sabar
memberikan bimbingan dan motivasi kepada kami dalam
menjalani kegiatan Latsar CPNS Gol. III Angkatan VIII Tahun
2019.
5. Ibu Suwarlin, SKM, M.Pd, selaku penguji seminar rancangan
aktualisasi.
6. Bapak dan Ibu Widyaiswara Bapelkes Semarang yang telah
membagikan pengetahuan dan pengalaman dalam Latsar CPNS
Gol. III Angkatan VIII Tahun 2019.
7. Rindam IV/Diponegoro Bapak Komsi dan Bapak Amin selaku
pembina dan pelatih Bela Negara .

iii
8. Rekan-rekan CPNS Golongan III Angkatan VIII tahun 2019
peserta Latsar Bapelkes Semarang yang saling medukung dan
membantu selama kegiatan Pelatihan Dasar Calon Pegawai
Negeri Sipil (CPNS) berlangsung.
9. Pihak-pihak terkait yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Demikian rancangan aktualisasi ini dibuat, semoga rancangan aktualisasi ini dapat
menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi para pembaca. Penulis mengharapkan
kritik dan saran yang bisa membangun dan memperbaiki penulisan rancangan
aktualisasi ini.

Magelang, 9 September 2019

Murtanto Sahikalisma, S.Kom

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul ……………………………………………………………….... .i

Lembar Pengesahan ……………………………………………………………ii

Kata Pengantar………………………………………………………………... iii

Daftar Isi……………………………………………………………………….. v

Daftar Tabel…………………………………………………………………...vii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang…………………………………………………………. 1
B. Tujuan………………………………………………………………….. 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Visi Misi Organisasi…………………………………………………... 4


B. Nilai - Nilai Organisasi………………………………………………...5
C. Nilai-Nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil………………………………. 5
D. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI…………………………….20

BAB III. RANCANGAN AKTUALISASI

A. Unit Kerja……………………………………………………………... 30
B. Isu Yang Diangkat…………………………………………….............. 31
C. Dampak Jika Isu Tidak Terpecahkan…………………………………. 35
D. Gagasan Pemecahan Isu……………………………………………… 36
E. Matriks Kegiatan Yang Akan Dilakukan…………………………....... 39
F. Analisis Dampak Kegiatan……………………………………………. 50
G. Analisis Dampak Jika ANEKA Tidak Diterapkan Pada Tugas Dan
Jabatan………………………………………………………………… 50

BAB IV. PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………………………… 52

v
B. Saran………………………………………………………………….. 53

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………….. 55

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Dampak Isu Tidak Terpecahkan…..………………………………..35

Tabel 3.2 Faktor Penyebab Isu fishbone………………………………………38

Tabel 3.3 Matriks Kegiatan…………………………………………………... 39

Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Yang Akan Dilaksanakan……………………….. 51

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Struktur Organisasi……………………………………………….30

Gambar 3.2. Diagram Analisis “fishbone”……………………………………. 37

viii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara,


menjelaskan pada Pasal 1 Ayat 1 bahwa Aparatur Sipil Negara yang
selanjutnya disingkat ASN adalah profesi bagi pegawai negeri sipil dan
pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja yang bekerja pada instansi
pemerintah. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 10, pegawai ASN
berfungsi sebagai (a). pelaksana kebijakan publik (b). pelayan publik (c).
perekat dan pemersatu bangsa.

Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil


Negara Pasal 64 Ayat (1) dan (2) tentang Aparatur Sipil Negara menyatakan
bahwa Instansi Pemerintah wajib memberikan pendidikan dan pelatihan
kepada calon PNS sebagaimana dimaksud selama masa percobaan 1 tahun.
Selain itu, terdapat PerLan Nomor 12 tahun 2018 tentang Pedoman Pelatihan
Dasar CPNS Pasal 1 Ayat 7 dijelaskan tentang Pelatihan Dasar CPNS adalah
pendidikan dan pelatihan dalam Masa Prajabatan yang dilakukan secara
terintegrasi untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan
motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan
bertanggung jawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi
bidang.

Pelatihan dasar ini tentunya diharapkan menjadi sebuah awal untuk


mewujudkan target RPJM 4 (2020 – 2024) pemerintah yaitu “Birokrasi
Berkelas Dunia”. Sebagai salah satu unsur aparatur negara, PNS mempunyai
peran yang sangat strategis dalam menjalankan tugasnya dalam pemerintahan
sesuai dengan hukum dan peraturan. Oleh karena itu penting agar PNS

1
memiliki kompetensi, kualifikasi dan kinerja yang memadai dalam
menunjang tugas dan tanggung jawabnya. Dalam proses pelatihan setiap
peserta akan diajarkan dan dibimbing tentang sikap dan perilaku, nilai-nilai
dasar ASN (ANEKA), Manajemen ASN dan Whole Of Government.

Calon PNS dituntut untuk merancang dan mengimplementasikan


nilai-nilai dasar profesi ASN dan kedudukan serta peran ASN dalam NKRI,
dalam melaksanakan tugasnya di unit kerja masing-masing dalam bentuk
sebuah “Rancangan Aktualisasi”. Rancangan aktualisasi adalah suatu bentuk
perencanaan yang menggambarkan tentang cara Calon PNS dalam
menterjemahkan teori ke dalam praktik, mengubah konsep menjadi konstruk,
menjadikan gagasan sebagai kegiatan. Dengan demikian calon PNS
diharapkan untuk mampu mengaplikasikan secara langsung nilai-nilai dasar
profesi ASN tersebut dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya masing-
masing serta visi dan misi unit kerja.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengusulkan rancangan


aktualisasi sebagai bahan evaluasi Pelatihan Dasar CPNS Golongan III
angkatan 8 yang diselenggarakan oleh kerja sama Badan Kepegawaian
Daerah Kabupaten Purworejo dengan Balai Pelayanan Kesehatan Semarang
tanggal 21 Agustus hingga 25 Oktober 2019. Rancangan yang disusun akan
diaktualisasikan ketika penulis kembali ke dinas selama satu bulan.

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Peserta mampu menyusun rancangan aktualisasi yang didasari atas


Kedudukan, Peran, dan Fungsi PNS dalam NKRI (Manajemen ASN,
Whole of Government, Pelayanan Publik) yang dilandasi dengan nilai-nilai

2
dasar PNS (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu,
dan Anti Korupsi).

2. Tujuan Khusus

Peserta Pelatihan Dasar CPNS dapat:


a. Mengidentifikasi isu.
b. Menganalisis dampak jika isu tidak segera dipecahkan.
c. Menentukan gagasan inisiatif yang diwujudkan dalam kegiatan-
kegiatan untuk memecahkan isu beserta outputnya.
d. Menentukan tahapan dari setiap kegiatan beserta outputnya.
e. Melandasi setiap tahapan kegiatan dengan nilai-nilai A.N.E.K.A dan
kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI
f. Mendeskripsikan kontribusi output kegiatan terhadap visi misi
organisasi.
g. Menetapkan kontribusi output kegiatan terhadap penguatan nilai-nilai
organisasi.
h. Menganalisis dampak dari kegiatan inisiatif terhadap pemecahan isu
i. Menganalisis dampak jika nilai-nilai ANEKA tidak diterapkan dalam
tugas dan jabatan.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Visi Misi Organisasi


Penulis bekerja di Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Kabupaten Purworejo yang mempunyai visi dan misi yaitu :
1. Visi
Terwujudnya kabupaten Purworejo yang semakin sejahtera
berbasis pertanian, pariwisata, industri dan perdagangan yang
berwawasan budaya, lingkungan dan ekonomi kerakyatan.
2. Misi
1) Mewujudkan kabupaten Purworejo sebagai kabupaten yang
religius dan demokratis.
2) Mewujudkan kabupaten Purworejo sebagai gerbang ekonomi
utama bagian selatan provinsi Jawa Tengah yang berbasis
pertanian, pariwisata, industri dan perdagangan.
3) Mewujudkan kabupaten Purworejo sebagai daerah tujuan
wisata unggulan berbasis budaya dan kearifan lokal.
4) Mewujudkan kabupaten Purworejo yang unggul di bidang seni,
budaya dan olahraga.
5) Mewujudkan kabupaten Purworejo sebagai kabupaten yang
unggul di bidang pendidikan dan pelayanan kesehatan.
6) Mewujudkan kabupaten Purworejo menjadi kabupaten yang
memiliki aparatur pemerintahan yang mampu melaksanakan
tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan pastisipatif
yang berorientasi pada optimalisasi pelayanan publik.
7) Mewujudkan desa di kabupaten Purworejo sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi melalui pemberdayaan masyarakat
dalam berbagai bidang.

4
B. Nilai-Nilai Organisasi
Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang memiliki tiga
unsur kekaryaan yaitu Tirta, Wisma (Cipta), dan Marga. Seluruh Unit
Pelaksana Teknis di bawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang menjunjung tinggi nilai, antara lain :
1) Bekerja Keras
Setiap aparatur sipil negara harus memiliki etos kerja sehingga akan selalu
berupaya meningkatkan hasil kerjanya demi terwujudnya kemanfaatan publik
yang sebesar-besarnya serta mencurahkan daya pikir dan kemampuannya
untuk melaksanakan tugas dan berkarya sebaik-baiknya.
2) Bergerak Cepat
Setiap aparatur sipil negara harus tanggap baik dalam memberikan layanan
prima kepada stakeholder dan masyarakat juga dalam menyelesaikan semua
kegiatan dan pekerjaan.
3) Bertindak Tepat
Setiap aparatur sipil negara sesuai dengan kompetensinya yang handal harus
dapat mengidentifikasi dan menganalisa setiap permasalahan yang timbul
serta mampu memecahkan dan menyelesaikan permasalahan tersebut dengan
tepat sesuai dengan tingkat urgensinya sehingga mampu memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya baik kepada organisasi dan masyarakat luas.

C. Nilai-Nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil


Nilai-nilai dasar adalah nilai yang sangat dibutuhkan dalam tugas
jabatan PNS secara profesional sebagai pelayan masyarakat. Nilai-nilai dasar
tersebut meliputi: Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen
Mutu, dan Anti Korupsi. Kelima nilai-nilai dasar ini diakronimkan menjadi
“ANEKA” yang dijabarkan sebagai berikut:
1. Akuntabilitas
Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggung
jawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan
seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak

5
yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau
pertanggungjawaban.
Akuntabilitas adalah suatu kewajiban pertanggungjawaban yang
harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu,
kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi
amanahnya. Dengan demikian kepercayaan masyarakat kepada birokrasi
akan semakin menguat karena aparaturnya mampu berperan sebagai
kontrol demokrasi, mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan
serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
a. Aspek Akuntabilitas
Terdapat beberapa aspek dalam akuntabilitas, antara lain :
1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (accountability is a
relationship), adalah hubungan antara dua belah pihak antara
individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat.
2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil (accountability is results
oriented). Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah
perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan
inovatif.
3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (accountability
requires reporting). Dengan memberikan laporan kinerja
berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang
telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta mampu
memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah
dilakukan.
4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (accountability is
meaningless without consequences). Akuntabilitas adalah
kewajiban, kewajiban menunjukkan tanggung jawab, dan
tanggung jawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi
tersebut dapat berupa penghargaan atau sanksi.
5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja (accountability improves
performance). Tujuan utama dari akuntabilitas adalah

6
memperbaiki kinerja PNS dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat.

b. Jenis-jenis Akuntabilitas
Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
1) Akuntabilitas vertikal (vertical accountability), akuntabilitas
yang pertanggungjawaban atas pengelolaan dananya kepada
otoritas yang lebih tinggi.
2) Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability),
akuntabilitas yang pertanggungjawabannya kepada masyarakat
luas. Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat pemerintah untuk
melapor “kesamping” kepada pejabat lainnya dan lembaga
negara.

c. Tingkatan Akuntabilitas
Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu
akuntabilitas personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas
kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder :
1) Akuntabilitas Personal
Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada
diri seseorang seperti kejujuran, integritas, moral dan etika.
Pribadi yang akuntabel adalah yang menjadikan dirinya
sebagai bagian dari solusi dan bukan masalah.

2) Akuntabilitas Individu
Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara
individu dan lingkungan kerjanya, yaitu antara PNS dengan
instansinya sebagai pemberi wewenang.
3) Akuntabilitas Kelompok
Kinerja sebuah institusi biasanya atas kerja sama kelompok,
maka pembagian kewenangan dan semangat kerja sama yang

7
tinggi antar berbagai kelompok yang ada dalam sebuah
institusi memainkan peranan penting dalam tercapainya kinerja
organisasi yang diharapkan.
4) Akuntabilitas Organisasi
Akuntabilitas organisasi mengacu pada hasil pelaporan kinerja
yang telah dicapai, baik pelaporan yang dilakukan oleh
individu terhadap organisasi/institusi maupun kinerja
organisasi kepada stakeholders lainnya.
5) Akuntabilitas Stakeholder
Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum,
pengguna layanan, pembayar pajak yang memberikan
masukan, saran, dan kritik terhadap kinerjanya. Jadi
akuntabilitas stakeholder adalah tanggungjawab organisasi
pemerintah untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang
adil, responsif dan bermartabat.

d. Nilai-nilai Dasar Akuntabilitas


1) Kepemimpinan
Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah di
mana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam
menciptakan lingkungannya.
2) Transparansi
Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang
dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi.
3) Integritas
Konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam
menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.
4) Tanggung Jawab
Kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang
disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga
berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban.

8
5) Keadilan
Kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal,
baik menyangkut benda atau orang.
6) Kepercayaan
Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan.
Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas.
7) Keseimbangan
Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka
diperlukan keseimbangan antara akuntabilitas dan
kewenangan, serta harapan dan kapasitas.
8) Kejelasan
Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki
gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil
yang diharapkan.
9) Konsistensi
Adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu
sampai pada tercapai tujuan akhir.

2. Nasionalisme
Nasionalisme adalah paham atau ajaran untuk mencintai bangsa
dan negara sendiri, sifat nasional, kesadaran keanggotaan dalam suatu
bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai,
mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran,
dan kekuatan bangsa itu, semangat kebangsaan (Kamus Besar Bahasa
Indonesia).
Nasionalisme Pancasila adalah pandangan atau paham kecintaan
manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan
pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia
dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia
senantiasa menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan

9
keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau
kepentingan golongan.
Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN.
Bahkan tidak sekedar wawasan saja tetapi kemampuan
mengaktualisasikan nasionalisme dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya. Nilai-nilai yang yang senantiasa berorientasi pada kepentingan
publik menjadi dasar yang harus dimiliki oleh setiap pegawai ASN.
Pegawai ASN harus memahami dan mampu mengaktualisasikan
Pancasila dan semangat nasionalisme serta wawasan kebangsaan dalam
setiap pelaksanaan fungsi dan tugasnya, sesuai bidangnya masing-masing.
Pegawai ASN dapat mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila
dalam Pancasila, dan kisah ketauladanan yang dapat diambil hikmahnya.
Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus
diperhatikan, yaitu :
a. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa
1) Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-
masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang
berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan
Tuhan Yang Maha Esa.
6) Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya
masing-masing.

10
7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa kepada orang lain.
b. Sila Kedua : Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab
1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan
martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi
setiap manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama,
kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan
sebagainya.
3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5) Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap orang lain.
6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8) Berani membela kebenaran dan keadilan.
9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh
umat manusia.
10) Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama
dengan bangsa lain.
c. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan
keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa
apabila diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah
air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

11
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka
Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
d. Sila Keempat : Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia
Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.
2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk
kepentingan bersama.
4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat
kekeluargaan.
5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang
dicapai sebagai hasil musyawarah.
6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan
melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur.
9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan
secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi
harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan
mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan
bersama.
10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai
untuk melaksanakan pemusyawaratan.
e. Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh Indonesia
1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan
sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.
2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.

12
3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4) Menghormati hak orang lain.
5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri
sendiri.
6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat
pemerasan terhadap orang lain.
7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat
pemborosan dan gaya hidup mewah.
8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau
merugikan kepentingan umum.
9) Suka bekerja keras.
10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi
kemajuan dan kesejahteraan bersama.
11) Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan
yang merata dan berkeadilan sosial

3. Etika Publik
Etika publik adalah refleksi tentang standard/norma yang
menentukan baik/buruk, perilaku benar/salah, tindakan dan keputusan
untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan
tanggung jawab pelayan publik. Etika merupakan sistem penilaian
perilaku serta keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas, guna
menjamin adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup cara-cara
pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal-hal yang baik
dan buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nila-
nilai yang dianut. Sebagai ASN diharapkan mampu menanamkan nilai
dan membentuk sikap dan perilaku patuh kepada standard etika publik
yang tinggi.
a. Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang
Undang ASN, yaitu :
1) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.

13
2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945.
3) Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.
4) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.
5) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.
6) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.
7) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada
publik.
8) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah.
9) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat,
tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.
10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.
11) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.
12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.
13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.
14) Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis
sebagai perangkat sistem karir.
15) Mengabdi kepada bangsa dan negara.
b. Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik yakni:
1) Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan.
2) Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan
dalam menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat
evaluasi.
3) Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan
faktual.
c. Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik yaitu :
1) Dimensi Kualitas Pelayanan Publik
2) Dimensi Modalitas
3) Dimensi Tindakan Integritas Publik
d. Manfaat nilai etika bagi organisasi sebagai berikut:

14
1) Kebersamaan
2) Empati
3) Kepedulian
4) Kedewasaan
5) Orientasi organisasi
6) Respect
7) Kebajikan
8) Integritas
9) Inovatif
10) Keunggulan
11) Keluwesan
12) Kearifan
Pelayanan publik yang professional membutuhkan tidak hanya
kompetensi teknis dan leadership, namun juga kompetensi etika. Oleh
karena itu perlu dipahami etika dan kode etik pejabat publik. Tanpa
memiliki kompetensi etika, pejabat menjadi cenderung tidak peka, tidak
peduli dan bahkan seringkali deskriminatif , terutama pada masyarakat
tingkat bawah yang tidak beruntung. Etika publik merupakan refleksi
kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas,
keadilan, kesetaraan, dan lain-lain dipraktekkan dalam wujud keprihatinan
dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat.
Dengan ditetapkannya kode etik ASN, perilaku pejabat publik
harus dirubah. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan, kedua,
berubah dari wewenang menjadi peranan, ketiga, menyadari bahwa
pejabat publik adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan bukan
hanya di dunia tapi juga di akhirat.

4. Komitmen Mutu
Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri atau pada orang
lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja
pegawai. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik

15
dengan berorientasi pada kualitas hasil, dipersepsikan oleh individu
terhadap produk/jasa berupa ukuran baik/buruk. Bidang apapun yang
menjadi tanggungjawab pegawai negeri sipil semua mesti dilaksanakan
secara optimal agar dapat memberi kepuasan kepada stakeholder.
a. Nilai-Nilai Komitmen Mutu:
1) Efektif
Efektif dapat diartikan dengan berhasil guna, dapat mencapai
hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan
tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik
menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektivitas
organisasi tidak hanya diukur dari performans untuk mencapai
target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi
sumber daya, melainkan juga diukur dari kepuasan dan
terpenuhinya kebutuhan pelanggan.
2) Efisien
Efisien adalah berdaya guna dapat menjalankan tugas dan
mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan
efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan
sumberdaya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga
dapat diketahui ada dan tidaknya pemborosan sumberdaya,
penyalahgunaan alokasi, penyimpangan prosedur dan mekanisme
keluar alur.
3) Inovasi
Inovasi muncul karena ada dorongan dari dalam (internal) untuk
melakukan perubahan, atau bisa juga karena ada desakan
kebutuhan dari pihak eksternal misalnya permintaan pasar.
Inovasi lahir dari imajinasi pemikiran orang-orang kreatif, dan
lahirnya kreativitas didorong oleh munculnya ide/gagasan baru
untuk keluar dari rutinitas yang membosankan. Munculnya
ide/gagasan baru, kreativitas, dan inovasi dilatarbelakangi oleh
semangat belajar yang tidak pernah pudar, yang dijalani dalam

16
proses pembelajaran secara berkelanjutan. Gagasan kreatif yang
muncul dari hasil pemikiran individu akan mendorong munculnya
berbagai prakarsa, sehingga dapat memperkaya program kerja dan
memunculkan diferensiasi produk/jasa, seiring dengan
berkembangnya tuntutan kebutuhan pelanggan.
4) Mutu
Mutu merupakan salah satu standar yang menjadi dasar untuk
mengukur capaian hasil kerja. Mutu juga dijadikan alat pembeda
atau pembanding terhadap produk/jasa sejenis lainnya, yang
dihasilkan oleh lembaga lain sebagai pesaing. Mutu menjadi salah
satu alat vital untuk mempertahankan keberlanjutan organisasi
dan menjaga kredibilitas institusi. Orientasi mutu berkomitmen
untuk senantiasa melakukan pekerjaan dengan arah dan tujuan
untuk kualitas pelayanan sehingga pelanggan menjadi puas dalam
pelayanan.
5) Adaptif
Sebagai ASN jiwa adaptif yang baik. Kemampuan menyesuaikan
dan menempatkan diri di lingkungan yang ditempati menjadi
syarat memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat.
6) Perbaikan berkelanjutan
Perbaikan berkelanjutan menuntut ASN untuk terus memberikan
pelayanan yang optimal pada masyarakat. Monitoring dan
evaluasi menjadi syarat kegiatan agar ASN mampu memberikan
pelayanan yang terbaik.
7) Sepenuh hati
Pelayanan sepenuh hati harus diberikan dengan dasar keihklasan.
Bentuk pelayanan yang memberikan keihklasan akan senantiasa
memberikan hasil yang optimal dalam pelayanan.
b. Ada lima dimensi karakteristik yang digunakan dalam mengevaluasi
kualitas pelayanan, yaitu:

17
1) Tangibles (bukti langsung), yaitu : meliputi fasilitas fisik,
perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi.
2) Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan
pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan
yang telah dijanjikan.
3) Responsiveness (daya tangkap), yaitu keinginan untuk
memberikan pelayanan dengan tanggap.
4) Assurance (jaminan), yaitu mencakup kemampuan, kesopanan,
dan sifat dapat dipercaya.
5) Empathy, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan,
komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap
kebutuhan pelanggan.
Alangkah baiknya apabila seluruh aparatur penyelenggara
pemerintahan dapat menampilkan kinerja yang merujuk pada nilai dasar
orientasi mutu dalam memberikan layanan kepada publik. Setiap individu
aparatur turut memikirkan bagaimana langkah perbaikan yang dapat
dilakukan dari posisinya masing-masing. Dipihak lain pimpinan
melakukan pemberdayaan aparatnya secara optimal, dan memberi arah
menuju terciptanya layanan prima yang dapat memuaskan stakeholder.

5. Anti Korupsi
Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu “corruptio” yang
artinya kerusakan, kebobrokan, dan kebusukan. Selaras dengan asal
katanya korupsi sering disebut dengan kejahatan luar biasa karena
dampaknya dapat menyebabkan kerusakan yang luar biasa baik dalam
ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih
luas. Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang
pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang.
Menurut UU No. 31/1999 jo No. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok
tindak pidana korupsi yang terdiri dari: (1) kerugian keuangan negara, (2)
suap-menyuap, (3) pemerasan, (4) perbuatan curang, (5) penggelapan

18
dalam jabatan, (6) benturan kepentingan dalam pengadaan, dan (7)
gratifikasi. Semua jenis tersebut merupakan delik-delik yang diadopsi dari
KUHP (pasal 1 ayat 1 sub C UU No.3/71).
a. Nilai-Nilai Anti Korupsi
Adapun Nilai-nilai dasar anti korupsi adalah meliputi:
1) Kejujuran
Jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong, dan
tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting
dalam kehidupan pegawai, tanpa sifat jujur pegawai tidak akan
dipercaya dalam kehidupan sosialnya.
2) Kepedulian
Peduli adalah mengindahkan, memperhatikan dan menghiraukan.
Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang pegawai dalam
kehidupan di tempat kerja dan di masyarakat.
3) Kemandirian
Kondisi mandiri dapat diartikan sebagai proses mendewasakan
diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk
mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya.
4) Kedisiplinan
Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan
5) Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu perbuatan yang
salah baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab
tersebut berupa perwujudan dan kesadaran akan kewajiban
menerima dan menyelesaikan semua masalah yang telah
dilakukan.
6) Kerja Keras
Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan, dimana kemauan
menimbulkan asosiasi dengan ketekadan, ketekunan, daya tahan,
tujuan jelas, daya kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian,
ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan dan pantang mundur.

19
7) Sederhana
Gaya hidup sederhana dibiasakan untuk tidak hidup boros, hidup
sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi semua
kebutuhannya. Prinsip hidup sederhara merupakan parameter
penting dalam menjalin hubungan antara sesama karena prinsip
ini akan mengatasi permasalahan kesenjangan sosial, iri, dengki,
tamak, egois dan juga menghindari dari keinginan yang
berlebihan.
8) Keberanian
Nilai keberanian dapat dikembangkan dan diwujudkan dalam
bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran, berani
mengakui kesalahan, berani bertanggungjawab dan lain
sebagainya.
9) Keadilan
Adil berarti adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak
memihak.
Dampak korupsi tidak hanya sekedar menimbulkan kerugian
keuangan negara namun dapat menimbulkan kerusakan kehidupan yang
tidak hanya bersifat jangka pendek tetapi dapat pula bersifat jangka
panjang. Fenomena dampak korupsi sampai pada kerusakan kehidupan
dan dikaitkan dengan tanggung jawab manusia sebagai yang diberi
amanah untuk mengelolanya dapat menjadikan sarana untuk memicu
kesadaran diri para PNS untuk anti korupsi.

D. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI


Untuk menciptakan Pegawai Negeri Sipil yang baik, maka
diundangkan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-Pokok
Kepegawaian yang telah diubah menjadi Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2014 tentang Aparatur Sipil Negara. PNS memegang peranan besar dalam
kelaancaran pemerintahan dan pembangunan, maka PNS memiliki peran dan

20
kedudukan yang sangat penting dalam berjalannya sistem pemerintahan serta
pelayanan lembaga negara kepada masyarakat.

Kedudukan ASN dalam NKRI yaitu :

1. Pegawai ASN berkedudukan sebagai Aparatur Negara.

2. Pegawai ASN melaksanakan kebijakan yg ditetapkan oleh Pimpinan


Instansi Pemerintah serta harus bebas dari pengaruh dan Intervensi semua
Golongan dan Parpol.

3. Pegawai ASN dilarang menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.

4. Kedudukan ASN berada di Pusat, Daerah dan Luar Negeri, namun


demikian Pegawai ASN merupakan satu kesatuan.

Bagian Ketiga Peran Pasal 12 Undang-Undang Republik Indonesia


Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara, pegawai ASN berperan
sebagai perencana, pelaksana, dan pengawas pemerintahan dan
penyelenggaraan pembangunan tugas umum nasional melalui pelaksanaan
kebijakan dan pelayanan publik yang profesional, bebas dari intervensi
politik, serta bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Setiap
kegiatan yang dilakukan PNS pasti terdapat konsekuensi baik berupa
penghargaan maupun sanksi,semestinya sebagai PNS kita tidak boleh
melalaikan kewajiban kita di kantor. Dengan adanya Peraturan Pemerintah
Nomor 53 tahun 2010 tentang Disiplin PNS dalam pasal 3 dijelaskan tentang
kewajiban selaku PNS sebagai berikut:

1. Setia dan taat sepenuhnya kepada Pancasila, Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik
Indonesia, dan Pemerintah.

2. Menaati segala ketentuan peraturan perundang-undangan.

21
3. Melaksanakan tugas kedinasan yang dipercayakan kepada PNS dengan
penuh pengabdian, kesadaran, dan tanggung jawab.

4. Menjunjung tinggi kehormatan negara, pemerintah, dan martabat PNS.

5. Mengutamakan kepentingan negara daripada kepentingan sendiri,


seseorang, dan/atau golongan.

6. Memegang rahasia jabatan yang menurut sifatnya atau menurut perintah


harus dirahasiakan.

7. Bekerja dengan jujur, tertib, cermat, dan bersemangat untuk kepentingan


negara.

8. Melaporkan dengan segera kepada atasannya apabila mengetahui ada hal


yang dapat membahayakan atau merugikan negara atau Pemerintah
terutama di bidang keamanan, keuangan, dan materiil.

9. Masuk kerja dan menaati ketentuan jam kerja.

10. Mencapai sasaran kerja pegawai yang ditetapkan.

11. Menggunakan dan memelihara barang-barang milik negara dengan


sebaik-baiknya.

12. Memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada masyarakat.

13. Membimbing bawahan dalam melaksanakan tugas.

14. Memberikan kesempatan kepada bawahan untuk mengembangkan karier.


dan

15. Menaati peraturan kedinasan yang ditetapkan oleh pejabat yang


berwenang.

22
ASN berfungsi, bertugas dan berperan untuk melaksanakan kebijakan
yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Untuk itu ASN harus mengutamakan
kepentingan publik dan masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan
tugasnya tersebut. Harus mengutamakan pelayanan yang berorientasi pada
kepentingan publik.

1. Manajemen ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan


pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari
intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme.
Manajemen ASN meliputi Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. PNS
diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki suatu jabatan
pemerintahan dan memilili nomor induk pegawai nasional. Sementara itu,
PPPK diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian berdasarkan perjanjian
kerja sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintah untuk jangka waktu
tertentu.

Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit.


Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan,
pangkat dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi,
penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pemberhentian, jaminan pensiun dan jaminan hari tua, dan perlindungan
(LAN, Manajemen Aparatur Sipil Negara, 2014).

Adapun asas-asas manajemen ASN, antara lain:

a. Kepastian hukum.

b. Profesionalitas.

23
c. Proporsionalitas.

d. Keterpaduan.

e. Delegasi.

f. Netralitas.

g. Akuntabilitas.

h. Efektif dan efisien.

i. Keterbukaan.

j. Non diskriminatif.

k. Persatuan.

l. Kesetaraan.

m. Keadilan.

n. Kesejahteraan.

2. Pelayanan Publik

LAN (1998), mengartikan pelayanan publik sebagai segala bentuk


kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di
Pusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang
dan /atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. Dalam UU No.
25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pelayanan Publik adalah kegiatan
atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan
sesuai dengan Peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan
penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan
oleh penyelenggara Pelayanan Publik.

24
Barang/jasa publik adalah barang/jasa yang memiliki rivalry
(rivalitas) dan excludability (ekskludabilitas) yang rendah. Barang/jasa publik
yang murni yang memiliki ciri-ciri: tidak dapat diproduksi oleh sektor swasta
karena adanya free rider problem, non-rivalry, dan non-excludable, serta cara
mengkonsumsinya dapat dilakukan secara kolektif. Perkembangan paradigma
pelayanan: Old Public Administration (OPA), New Public Management
(NPM) dan seterusnya menjadi New Public Service (NPS).

Adapun prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan


pelayanan prima adalah:

a. Partisipatif

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang dibutuhkan


masyarakat pemerintah perlu melibatkan masyarakat dalam
merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasilnya.

b. Transparan

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, pemerintah sebagai


penyelenggara pelayanan publik harus menyediakan akses bagi warga
negara untuk mengetahui segala hal yang terkait dengan pelayanan
publik yang diselenggarakan tersebut.

c. Responsif

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik pemerintah wajib


mendengar dan memenuhi tuntutan kebutuhan warga negaranya
terkait dengan bentuk dan jenis pelayanan publik yang mereka
butuhkan, mekanisme penyelenggaraan layanan, jam pelayanan,
prosedur, dan biaya penyelenggaraan pelayanan.

25
d. Tidak Diskriminatif

Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah tidak boleh


dibedakan antara satu warga negara dengan warga negara yang lain
atas dasar perbedaan identitas warga negara.

e. Mudah dan Murah

Penyelenggaraan pelayanan publik dimana masyarakat harus


memenuhi berbagai persyaratan dan membayar fee untuk memperoleh
layanan yang mereka butuhkan harus diterapkan prinsip mudah dan
murah. Hal ini perlu ditekankan karena pelayanan publik yang
diselenggarakan oleh pemerintah tidak dimaksudkan untuk mencari
keuntungan melainkan untuk memenuhi mandat konstitusi.

f. Efektif dan Efisien

Penyelenggaraan pelayan publik harus mampu mewujudkan tujuan-


tujuan yang hendak dicapainya dan cara mewujudkan tujuan tersebut
dilakukan dengan prosedur yang sederhana, tenaga kerja yang sedikit,
dan biaya yang murah.

g. Aksesibel

Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh pemerintah harus dapat


dijangkau oleh warga negara yang membutuhkan dalam arti fisik dan
dapat dijangkau dalam arti non-fisik yang terkait dengan biaya dan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat untuk mendapatkan
layanan tersebut.

h. Akuntabel

Semua bentuk penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat


dipertanggungjawabkan secara terbuka kepada masyarakat.
Pertanggungjawaban di sini tidak hanya secara formal kepada atasan

26
akan tetapi yang lebih penting harus dipertanggungjawabkan secara
terbuka kepada masyarakat luas melalui media publik.

i. Berkeadilan

Penyelenggaraan pelayanan publik harus dapat dijadikan sebagai alat


melindungi kelompok rentan dan mampu menghadirkan rasa keadilan
bagi kelompok lemah ketika berhadapan dengan kelompok yang kuat.

Fundamen Pelayanan Publik yaitu:

a. Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat


konstitusi.

b. Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak warga negara.

c. Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai


hal-hal strategis untuk memajukan bangsa di masa yang akan
datang.

d. Pelayanan publik tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan-


kebutuhan warga negara tetapi juga untuk proteksi.

3. Whole of Goverment

Whole of Goverment (WoG) merupakan suatu pendekatan


penyelenggaraan pemerintah yang menyatukan upaya-upaya kolaboratif
pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang
lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen
program, dan pelayanan publik. Oleh karena itu, WoG dikenal sebagai
pendekatan interagency, yaitu pendekatan dengan menunjuk sejumlah
kelembagaan yang terkait urusan-urusan yang relevan (Suwarno & Sejati,
2016).

27
WoG dipandang sebagai metode suatu instansi pelayanan publik
bekerja lintas batas atau lintas sektor guna mencapai tujuan bersama dan
sebagai respon terpadu pemerintah terhadap isu-isu tertentu (Shergold & lain-
lain, 2004).

Alasan penerapan WoG dalam sistem aparatur sipil Indonesia adalah:

a. Adanya faktor-faktor eksternal seperti dorongan publik dalam


mewujudkan integrasi kebijakan, program pembangunan dan
pelayanan agar tercipta penyelenggaraan pemerintahan lebih baik,
selain itu perkembangan teknologi informasi, situasi dan dinamika
kebijakan yang lebih kompleks juga mendorong pentingnya WoG.

b. Faktor-faktor internal dengan adanya fenomena ketimpangan


kapasitas sektoral sebagai akibat dari adanya nuansa kompetisi
antar sektor dalam pembangunan. Keberagaman latar belakang
nilai, budaya, adat istiadat, serta bentuk latar belakang lainnya
mendorong adanya potensi disintegrtasi bangsa.

Pendekatan WoG dapat dilihat dan dibedakan berdasarkan perbedaan


kategori hubungan antara kelembagaan yang terlibat sebagai berikut:

a. Koordinasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:

• Penyertaan, yaitu pengembangan strategi dengan


mempertimbangkan dampak.

• Dialog atau pertukaran informasi.

• Joint planning, yaitu perencanaan bersama untuk kerjasama


sementara.

b. Integrasi, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi menjadi:

• Joint working, atau kolaborasi sementara.

28
• Joint ventrure, yaitu perencanaan jangka panjang, kerjasama
pada pekerjaan besar yang menjadi urusan utama salah satu
peserta kerjasama.

• Satelit, yaitu entitas yang terpisah, dimiliki bersama, dibentuk


sebagai mekanisme integratif.

c. Kedekatan dan pelibatan, yang tipe hubungannya dapat dibagi lagi


menjadi:

• Aliansi strategis, yaitu perencanaan jangka panjang, kerjasama


pada isu besar yang menjadi urusan utama salah satu peserta
kerjasama.

• Union, berupa unifikasi resmi, identitas masing-masing masih


nampak; merger, yaitu penggabungan ke dalam struktur baru.

29
BAB III

RANCANGAN AKTUALISASI

A. Unit Kerja

Gambar 3.1 Struktur Organisasi

Penulis berada di Sekretariat dalam Sub Bagian Umum dan


Kepegawaian sebagai Pranata Komputer Ahli Pertama dengan SKP :

- Mengetik, mengedit, mencetak surat-surat tentang


kepegawaian.
- Melakukan login ke dalam system jaringan intranet sesuai
dengan prosedur dalam rangka pelaksanaan pemantauan
jaringan.
- Melakukan up date data dan anti virus secara berkala sesuai
dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku untuk menjamin
keamanan data.

30
- Melakukan backup data sesuai prosedur dan arahan pimpinan
untuk menjaga keamanan database.
- Menghapus file yang tidak terpakai sesuai prosedur untuk
menjaga terjadinya duplikasi data.
- Melaporkan hasil pelaksanaan tugas sesuai dengan prosedur
yang berlaku sebagai bahan evaluasi dan pertanggungjawaban.
- Mengelola situs intranet OPD.

B. Isu yang Diangkat


Pelayanan adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau
pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan
publik.
Menurut Perbup 69 Tahun 2016 dijelaskan bahwa Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang (DINPUPR) dinas yang berkedudukan dibawah
dan bertanggung jawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. DINPUPR
memiliki tugas pokok dan fungsi yaitu :
1. Perumusan kebijakan teknis bidang pekerjaan umum dan penataan
ruang, yang meliputi perencanaan dan pengembangan, sumber
daya air, bina marga, dan cipta karya.
2. Menyusun dan melaksanakan rencana dan program kerja bidang
pekerjaan umum dan penataan ruang, yang meliputi perencanaan
dan pengembangan, sumber daya air, bina marga, dan cipta karya.
3. Pembinaan dan pengendalian teknis bidang pekerjaan umum dan
penataan ruang, yang meliputi perencanaan dan pengembangan,
sumber daya air, bina marga, dan cipta karya.
4. Penyelenggaraan perizinan dan pelayanan umum bidang pekerjaan
umum dan penataan ruang, yang meliputi perencanaan dan
pengembangan, sumber daya air, bina marga, dan cipta karya.

31
5. Melaksanakan koordinasi kegiatan dan kerjasama teknis dengan
pihak lain di bidang pekerjaan umum dan penataan ruang, yang
meliputi perencanaan dan pengembangan, sumber daya air, bina
marga, dan cipta karya.
6. Pembinaan UPT dalam melaksanakan kegiatan teknis operasional
dan / atau kegiatan teknis penunjang tertentu.
7. Penyelenggaraan kesekretariatan DINPUPR.
8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan
tugas dan fungsi.

Selanjutnya dijelaskan bahwa DINPUPR mempunyai tugas membantu


Bupati dalam melaksanakan urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum
dan penataan ruang sesuai dengan kewenangan daerah dan tugas pembantuan
yang diberikan kepada Kabupaten, yang meliputi bidang Perencanaan Teknis
dan Pengembangan, Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Cipta Karya dan
Tata Ruang.

Bidang perencanaan teknis dan pengembangan adalah bidang yang


memiliki tugas :

a. perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pelaksanaan, dan


pengendalian di bidang perencanaan.
b. menyiapkan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pelaksanaan,
dan pengendalian di bidang pengembagan dan jasa konstruksi.
c. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala
DINPUPR sesuai dengan tugas dan fungsi.

Bidang perencanaan teknis dan pengembangan memiliki dua seksi,


yaitu Seksi Perencanaan Teknis dan Seksi Pengembangan dan Jasa
Konstruksi. Seksi Perencanaan Teknis memiliki tugas menyiapkan bahan
perumusan dan melaksanakan kebijakan teknis, serta melakukan pembinaan
di bidang perencanaan teknis dan Seksi Pengembangan Jasa Konstruksi yang
memiliki tugas mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan dan

32
melaksanakan kebijakan teknis, serta melakukan pembinaan di bidang
pengembangan dan jasa konstruksi.

Bidang sumber daya air (SDA) adalah bidang yang mempunyai tugas
menyiapkan perumusan kebijakan teknis, membina, melaksanakan, dan
mengendalikan bidang sumber daya air, yang meliputi operasional irigasi,
pemeliharaan dan rehabilitasi serta drainase dan sistem informasi Sumber
Daya Air. Bidang SDA memiliki tiga seksi yaitu Seksi Operasi Irigasi, Seksi
Pemeliharaan dan Rehabilitasi Irigasi, dan Seksi Drainase Irigasi dan Sistem
Informasi Sumber Daya Air. Seksi Operasi Irigasi mempunyai tugas
menyiapkan bahan perumusan dan melaksanakan kebijakan teknis, serta
melakukan pembinaan di bidang operasional irigasi, Seksi Pemeliharaan dan
Rehabilitasi Irigasi mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan dan
melaksanakan kebijakan teknis, serta melakukan pembinaan di bidang
pemeliharaan dan rehabilitasi irigasi, dan Seksi Drainase Irigasi dan Sistem
Informasi Sumber Daya Air mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan
dan melaksanakan kebijakan teknis, serta melakukan pembinaan di bidang
drainase irigasi dan sistem sumber daya air.

Bidang Bina Marga adalah mempunyai tugas menyiapkan perumusan


kebijakan teknis, membina, melaksanakan, dan mengendalikan bidang bina
marga yang meliputi jalan, jembatan dan pemeliharan, laboratorium dan alat
berat. Bidang Bina Marga memiliki dua seksi yaitu Seksi Jalan dan Jembatan
dan Seksi Laboratorium dan Alat Berat. Seksi Jalan dan Jembatan memiliki
tugas tugas menyiapkan bahan perumusan dan melaksanakan kebijakan
teknis, serta melakukan pembinaan di bidang pengelolaan jalan dan Seksi
Laboratorium dan Alat Berat mempunyai tugas menyiapkan bahan
perumusan dan melaksanakan kebijakan teknis, serta melakukan pembinaan
di bidang laboratorium dan alat berat.

Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang adalah mempunyai tugas


menyiapkan perumusan kebijakan teknis, membina, melaksanakan, dan

33
mengendalikan bidang cipta karya dan tata ruang yang meliputi tata bangunan
dan lingkungan, perencanaan dan pemanfaatan ruang serta pengawasan dan
pengendalian ruang. Bidang Cipta Karya dan Tata Ruang memiliki tiga seksi
yaitu Seksi Tata Bangunan dan Lingkungan, Seksi Tata Perencanaan dan
Pemanfaatan Ruang, dan Seksi Pengawasan dan Pengendalian Ruang. Seksi
Tata Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas menyiapkan bahan
perumusan dan melaksanakan kebijakan teknis, serta melakukan pembinaan
di bidang tata bangunan dan lingkungan, Seksi Perencanaan dan Pemanfaatan
Ruang mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan dan melaksanakan
kebijakan teknis, serta melakukan pembinaan di bidang perencanaan dan
pemanfaatan ruang daerah, dan Seksi Pengawasan dan Pengendalian Ruang
mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan dan melaksanakan kebijakan
teknis, serta melakukan pembinaan di bidang pengawasan dan pengendalian
ruang daerah.

Dengan memiliki 4 bidang, 10 seksi, 1 sekretariat dan 5 UPT maka


DINPUPR dalam melaksanakan tugas perencanaan, pengelolaan jasa
konstruksi, pengelolaan jalan, jembatan, irigasi, gedung, dan izin tata ruang
perlu banyak koordinasi, baik secara internal, antar dinas seperti BPPKAD,
Bappeda, SETDA, Inspektorat, kecamatan, kelurahan, eksternal seperti
kontraktor maupun masyarakat. Koordinasi diperlukan untuk merencanakan
proyek, membahas proses yang sedang dikerjakan, evaluasi dari sebuah
proyek, hingga sosialisasi sebuah proyek maupun pekerjaan kepada
masyarakat. Untuk itu diperlukan wadah atau sarana untuk melakukan proses
koordinasi tersebut dan DINPUPR memiliki 1 (satu) buah aula serbaguna
yang biasa digunakan untuk acara rapat, diskusi, sosialisasi hingga kegiatan
pelatihan.

Sekretariat adalah bagian yang memiliki wewenang dalam


penggunaan aula tersebut, maka untuk bidang maupun UPT yang akan
menggunakan atau meminjam aula perlu mengadakan koordinasi dengan
sekretariat. Di masing-masing bidang memiliki 1 ruang rapat untuk kelompok

34
kecil berisi 3 sampai dengan 5 orang, namun dengan intensitas proyek
maupun pekerjaan yang tinggi membuat banyak rapat atau koordinasi tidak
dapat terakomodasi dengan ruang rapat tersebut. Pada kondisi ini dibutuhkan
peminjaman aula untuk mengakomodasi rapat, sosialisasi maupun evaluasi.
Proses peminjaman aula diantaranya menginfokan jadwal pemesanan aula ke
sekretariat, menulis jadwal tersebut di buku besar peminjaman aula,
penyerahan kunci aula dari staf pengelola kepada staf pengguna aula,
penggunaan aula dan pengembalian kunci aula kepada staf pengelola. Seluruh
proses peminjaman ini masih dilakukan secara manual, sehingga
memunculkan adanya keluhan dari staf pengguna aula perihal :

- Pemesanan jadwal peminjaman aula harus datang ke sekretariat.


- Pencatatan peminjaman aula masih dilakukan di buku
peminjaman aula.
- Sulit mencari tanggal yang sudah dipesan untuk pemakaian aula.
- Untuk pengecekan jadwal aula terpakai perlu melihat buku
peminjaman aula sehingga tidak praktis.
Seharusnya bisa di optimalkan dengan cara :
- Pemesanan bisa melalui sistem online.
- Pencatatan atau pemesanan menggunakan email.
- Pengecekan jadwal aula menggunakan website dinas.

Melihat kondisi di atas, maka Penulis menagangkat isu “Peminjaman


Aula DPUPR Kab. Purworejo Tahun 2019 Yang Belum Tersistem”.

C. Dampak Jika Isu Tidak Terpecahkan


Dampak yang dapat timbul jika isu tersebut belum terselesaikan
adalah :

Isu Yang Dimunculkan No Dampak


Peminjaman Aula 1 Sulit mencari buku peminjaman aula
DPUPR Kab. Purworejo 2 Sulit mengetahui jadwal aula saat kosong

35
Tahun 2019 Yang Inefisiensi waktu untuk proses
3
Belum Tersistem peminjaman aula
4 Sulit mengontrol jadwal peminjaman aula
Tabel 3.1 Dampak Isu Tidak Terpecahkan

D. Gagasan Pemecahan Isu


Upaya untuk menyelesaikan permasalahan terkait peminjaman aula
DPUPR Kab. Purworejo tahun 2019 yang belum tersistem perlu dilakukan
pencarian faktor apa saja yang mempengaruhi masalah tersebut, dalam hal ini
penulis menggunakan metode fishbone untuk mengidentifikasi akar
permasalahan yang di duga sebagai penyebabnya. Berikut diagram analisis
fishbone untuk isu tersebut :

36
Gambar 3.2 Diagram Analisis “fishbone”

METHOD MAN

Belum Ada Staf Pengelola


Peminjaman Aula
Inovasi Dalam Sulit Mengontrol
Masih Dicatat
Peminjaman Aula Peminjaman Aula
Manual

Staf Pelaksana Kasubag Tidak Pembuatan Aplikasi


Pemesanan Harus
Sulit Cek Jadwal Bisa Membuat
Datang Ke Sekretariat Peminjaman Aula
Kosong Aula Aplikasi
DPUPR Kab.
Purworejo Tahun
Nyaman Buku Peminjaman 2019 Yang Belum
Menggunakan Sulit Dicari
Tidak Ada
Cara Yang Sudah Tersistem
Dana Untuk
Ada Membuat
Kemampuan Staf Aplikasi
Pengelola Dalam
Komputerisasi
Minim

MILIEU MATERIAL MONEY

37
Dari diagram fishbone diatas, bisa disimpulkan faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya isu antara lain:
No Deskripsi Faktor Yang Mempengaruhi
1 Man a. Staf Pengelola Sulit Mengontrol Peminjaman Aula
b. Staf Pelaksana Sulit Cek Jadwal Kosong Aula
c. Kasubag Tidak Bisa Membuat Aplikasi
2 Method a. Belum Ada Inovasi Dalam Peminjaman Aula
b. Peminjaman Aula Masih Dicatat Manual
c. Pemesanan Harus Datang Ke Sekretariat
3 Money a. Tidak Ada Dana Untuk Membuat Aplikasi
4 Material a. Buku Peminjaman Sulit Dicari
a. Kemampuan Staf Pengelola Dalam Komputerisasi
5 Milieu
Minim
b. Nyaman Menggunakan Cara Yang Sudah Ada
Tabel 3.2 Faktor Penyebab Isu fishbone
Dari penyebab – penyebab isu yang dijabarkan di atas, maka gagasan
kegiatan pemecahan isu peminjaman aula DPUPR Kab. Purworejo tahun 2019
yang belum tersistem di antaranya :

1. Pembuatan Aplikasi Peminjaman Aula


2. Pembuatan Modul Aplikasi
3. Pembuatan Video Tutorial
4. Sosialisasi Aplikasi Peminjaman Aula

38
E. Matriks Kegiatan yang akan dilakukan

Output Kontribusi
Keterkaitan Substansi Mata Penguatan Nilai
No Kegiatan Tahapan kegiatan tahapan Terhadap Visi-
Pelatihan Organisasi
kegiatan Misi Organisasi

· Akuntabilitas : Kegiatan ini


· Konsep mencerminkan integritas, Kegiatan ini
mencerminkan nilai :
Aplikasi tanggung jawab, kejelasan dan mencerminkan visi
Setiap Aparatur Sipil
keseimbangan misi :
Negara sesuai dengan
Mewujudkan
· Nasionalisme : kompetensinya yang
Kabupaten
mencerminkan pengamalan Sila handal harus dapat
Purworejo menjadi
ke 4 mengidentifikasi dan
Kabupaten yang
Bukti/dokumen: · Etika Publik : mencerminkan menganalisa setiap
Kegiatan 1: 1. Konsultasi Memiliki Aparatur
permasalahan yang timbul
Catatan memelihara dan menjunjung Pemerintahan yang
1 Pembuatan Aplikasi Pembuatan Aplikasi serta mampu memecahkan
Konsultasi tinggi standar etika luhur Mampu
dan menyelesaikan
Peminjaman Aula Dengan Atasan Melaksanakan
· Komitmen Mutu : efektif dan permasalahan tersebut
mutu Tata Kelola
dengan tepat sesuai dengan
Pemerintahan yang
· Anti Korupsi : tingkat urgensinya
Baik, Bersih dan
mencerminkan kepedulian dan sehingga mampu
Pastisipatif yang
kerja keras memberikan manfaat yang
Berorientasi pada
· Manajemen ASN : sebesar-besarnya baik
Optimalisasi
mencerminkan keterpaduan, kepada organisasi dan
Pelayanan Publik
masyarakat luas
keterbukaan dan persatuan

39
· Pelayanan Publik :
mencerminkan partisipatif dan
transparansi
· Whole Of Government :
mencerminkan kolaborasi dan
kebersamaan
· Akuntabilitas :
· Data
mencerminkan integritas,
Referensi
transparansi, tanggung jawab dan
Aplikasi
kejelasan
· Nasionalisme :
Bukti/dokumen:
mencerminkan pengamalan Sila
Foto
ke 5
· Etika Publik : membuat
keputusan berdasarkan prinsip
keahlian
· Komitmen Mutu :
2. Observasi Buku mencerminkan adaptif dan
Peminjaman Aula sepenuh hati
· Anti Korupsi :
mencerminkan jujur dan mandiri
· Manajemen ASN :
mencerminkan profesionalitas
dan proporsionalitas
· Pelayanan Publik :
mencerminkan responsif,
akuntabel dan transparansi
· Whole Of Government :
mencerminkan adanya tujuan
bersama

40
· Aplikasi · Akuntabilitas :
Peminjaman mencerminkan integritas dan
Aula tanggung jawab
· Nasionalisme :
mencerminkan pengamalan Sila
ke 5
· Etika Publik : mencerminkan
Bukti/dokumen: Memiliki kemampuan dalam
Foto melaksanakan kebijakan dan
program pemerintah
3. Pembuatan · Komitmen Mutu :
Aplikasi mencerminkan mutu dan
perbaikan berkelanjutan
· Anti Korupsi :
mencerminkan mandiri, disiplin
dan bekerja keras
· Manajemen ASN :
mencerminkan profesionalitas
· Pelayanan Publik :
mencerminkan akuntabel
· Whole Of Government :
mencerminkan tujuan bersama
· Akuntabilitas : Kegiatan ini Kegiatan ini
· Konsep mencerminkan integritas, mencerminkan visi mencerminkan nilai :
Kegiatan 2 : Modul Aplikasi tanggung jawab, kejelasan dan misi : Setiap Aparatur Sipil
1. Konsultasi
2 Pembuatan Modul keseimbangan Mewujudkan Negara sesuai dengan
Pembuatan Modul Kabupaten kompetensinya yang
Aplikasi · Nasionalisme :
mencerminkan pengamalan Sila Purworejo menjadi handal harus dapat
ke 4 Kabupaten yang mengidentifikasi dan

41
Bukti/dokumen: · Etika Publik : mencerminkan Memiliki Aparatur menganalisa setiap
Catatan memelihara dan menjunjung Pemerintahan yang permasalahan yang timbul
Konsultasi tinggi standar etika luhur Mampu serta mampu memecahkan
· Komitmen Mutu : efektif dan Melaksanakan dan menyelesaikan
Tata Kelola permasalahan tersebut
mutu
Pemerintahan yang dengan tepat sesuai dengan
· Anti Korupsi : Baik, Bersih dan tingkat urgensinya
mencerminkan kepedulian dan Pastisipatif yang sehingga mampu
kerja keras Berorientasi pada memberikan manfaat yang
· Manajemen ASN : Optimalisasi sebesar-besarnya baik
mencerminkan keterpaduan, Pelayanan Publik kepada organisasi dan
keterbukaan dan persatuan masyarakat luas
· Pelayanan Publik :
mencerminkan partisipatif dan
transparansi
· Whole Of Government :
mencerminkan kolaborasi dan
kebersamaan
· Akuntabilitas :
· Modul
mencerminkan integritas,
Aplikasi
konsistensi dan tanggung jawab
· Nasionalisme :
mencerminkan pengamalan Sila
ke 5
2. Pembuatan Modul · Etika Publik : mencerminkan
Bukti/dokumen:
memiliki kemampuan dalam
Softcopy Modul
melaksanakan kebijakan dan
Aplikasi
program pemerintah
· Komitmen Mutu :
mencerminkan mutu dan
perbaikan berkelanjutan

42
· Anti Korupsi :
mencerminkan kerja keras,
disiplin dan tanggung jawab
· Manajemen ASN :
mencerminkan keterpaduan dan
proporsionalitas
· Pelayanan Publik :
mencerminkan akuntabel
· Whole Of Government :
mencerminkan tujuan bersama
· Akuntabilitas :
· Modul
mencerminkan kejelasan,
Aplikasi
integritas dan tanggung jawab
· Nasionalisme :
mencerminkan pengamalan Sila
ke 5
· Etika Publik : mencerminkan
Bukti/dokumen:
memiliki kemampuan dalam
Dokumen
melaksanakan kebijakan dan
Modul Aplikasi
3. Pencetakan Modul program pemerintah
· Komitmen Mutu :
mencerminkan mutu dan efisien
· Anti Korupsi : mandiri dan
disiplin
· Manajemen ASN :
mencerminkan profesionalitas
dan proporsionalitas
· Pelayanan Publik :
mencerminkan efektif, efisien

43
dan akuntabel

· Whole Of Government :
mencerminkan tujuan bersama
· Akuntabilitas :
· Konsep mencerminkan integritas,
Video Tutorial tanggung jawab, kejelasan dan
keseimbangan
Kegiatan ini
· Nasionalisme : Kegiatan ini
mencerminkan nilai :
mencerminkan pengamalan Sila mencerminkan visi
Setiap Aparatur Sipil
ke 4 misi :
Negara sesuai dengan
Mewujudkan
Bukti/dokumen: · Etika Publik : mencerminkan kompetensinya yang
Kabupaten
Catatan memelihara dan menjunjung handal harus dapat
Purworejo menjadi
Konsultasi tinggi standar etika luhur mengidentifikasi dan
Kabupaten yang
· Komitmen Mutu : efektif dan menganalisa setiap
Memiliki Aparatur
Kegiatan 3: 1. Konsultasi permasalahan yang timbul
mutu Pemerintahan yang
3 Pembuatan Video Pembuatan Video serta mampu memecahkan
· Anti Korupsi : Mampu
Tutorial Tutorial dan menyelesaikan
mencerminkan kepedulian dan Melaksanakan
permasalahan tersebut
kerja keras Tata Kelola
dengan tepat sesuai dengan
Pemerintahan yang
· Manajemen ASN : tingkat urgensinya
Baik, Bersih dan
mencerminkan keterpaduan, sehingga mampu
Pastisipatif yang
keterbukaan dan persatuan memberikan manfaat yang
Berorientasi pada
· Pelayanan Publik : sebesar-besarnya baik
Optimalisasi
mencerminkan partisipatif dan kepada organisasi dan
Pelayanan Publik
masyarakat luas
transparansi
· Whole Of Government :
mencerminkan kolaborasi dan
kebersamaan

44
· Akuntabilitas :
· Alat Bantu
mencerminkan integritas,
Pembuatan
kejelasan, keseimbangan dan
Video
transparansi
· Nasionalisme :
mencerminkan pengamalan Sila
ke 5
· Etika Publik : mencerminkan
Bukti/dokumen:
membuat keputusan berdasarkan
Foto
prinsip keahlian
· Komitmen Mutu :
mencerminkan mutu dan efektif
2. Persiapan Alat
· Anti Korupsi :
mencerminkan tanggung jawab
dan disiplin
· Manajemen ASN :
mencerminkan profesionalitas
dan keterpaduan
· Pelayanan Publik :
mencerminkan akuntabel dan non
diskriminatif
· Whole Of Government :
mencerminkan kolaborasi dan
tujuan bersama
· Akuntabilitas :
· Video
mencerminkan konsistensi
Tutorial
integritas dan tanggung jawab
3. Pembuatan Video
· Nasionalisme :
mencerminkan pengamalan Sila
ke 5

45
· Etika Publik : mencerminkan
Bukti/dokumen:
membuat keputusan berdasarkan
Video
prinsip keahlian
· Komitmen Mutu :
mencerminkan efektif dan mutu
· Anti Korupsi :
mencerminkan kerja keras dan
mandiri
· Manajemen ASN :
mencerminkan profesionalitas
dan proporsionalitas
· Pelayanan Publik :
mencerminkan akuntabel, efektif
dan efisien
· Whole Of Government :
mencerminkan tujuan bersama
· Akuntabilitas : Kegiatan ini Kegiatan ini
· Konsep mencerminkan integritas, mencerminkan visi mencerminkan nilai :
Sosialisasi tanggung jawab, kejelasan dan misi : Setiap Aparatur Sipil
keseimbangan Mewujudkan Negara sesuai dengan
· Nasionalisme : Kabupaten kompetensinya yang
Kegiatan 4: Purworejo menjadi handal harus dapat
1. Konsultasi mencerminkan pengamalan Sila
4 Sosialisasi Aplikasi Kabupaten yang mengidentifikasi dan
Sosialisasi Aplikasi ke 4 Memiliki Aparatur menganalisa setiap
Peminjaman Aula
Bukti/dokumen: · Etika Publik : mencerminkan Pemerintahan yang permasalahan yang timbul
Catatan memelihara dan menjunjung Mampu serta mampu memecahkan
Konsultasi tinggi standar etika luhur Melaksanakan dan menyelesaikan
· Komitmen Mutu : efektif dan Tata Kelola permasalahan tersebut
mutu Pemerintahan yang dengan tepat sesuai dengan

46
· Anti Korupsi : Baik, Bersih dan tingkat urgensinya
mencerminkan kepedulian dan Pastisipatif yang sehingga mampu
kerja keras Berorientasi pada memberikan manfaat yang
· Manajemen ASN : Optimalisasi sebesar-besarnya baik
Pelayanan Publik kepada organisasi dan
mencerminkan keterpaduan,
masyarakat luas
keterbukaan dan persatuan
· Pelayanan Publik :
mencerminkan partisipatif dan
transparansi
· Whole Of Government :
mencerminkan kolaborasi dan
kebersamaan
· Akuntabilitas :
· Sarana
mencerminkan integritas dan
Sosialisasi
tanggung jawab
· Nasionalisme :
mencerminkan pengamalan Sila
ke 5
· Etika Publik :
mencerminkan memiliki
2. Persiapan Sarana Bukti/dokumen:
kemampuan dalam melaksanakan
dan Prasarana Foto
kebijakan dan program
pemerintah
· Komitmen Mutu :
mencerminkan mutu dan sepenuh
hati
· Anti Korupsi :
mencerminkan kemandirian dan
kerja keras

47
· Manajemen ASN :
mencerminkan profesionalitas
· Pelayanan Publik :
mencerminkan akuntabel
· Whole Of Goverment :
mencerminkan tujuan bersama
· Akuntabilitas :
· Sosialisasi
mencerminkan kepemimpinan,
Aplikasi
kejelasan dan transparansi
· Nasionalisme :
mencerminkan pengamalan Sila
ke 4
· Etika Publik : mencerminkan
Bukti/dokumen:
menjalankan tugas secara
Foto
profesional dan tidak berpihak
· Komitmen Mutu :
3. Sosialisasi mencerminkan mutu dan sepenuh
Aplikasi hati
Peminjaman Aula · Anti Korupsi :
mencerminkan berani dan kerja
keras
· Manajemen ASN :
mencerminkan profesionalitas,
efektif dan efisien
· Pelayanan Publik :
mencerminkan akuntabel dan
transparansi
· Whole Of Government :
mencerminkan kolaborasi,

48
kebersamaan dan tujuan bersama

Tabel 3.3 Matriks Kegiatan yang akan dilakukan

49
F. Analisis Dampak Kegiatan

1. Dampak terhadap individu (pekerja)

Dengan adanya sistem ini maka efektivitas waktu bagi tiap individu akan
meningkat serta memudahkan untuk pengecekan jadwal penggunaan aula.

2. Dampak terhadap unit kerja

Dengan adanya sistem ini maka seluruh unit kerja bisa memantau jadwal
aula dengan mudah baik saat di kantor maupun sedang dinas keluar.

3. Dampak terhadap organisasi

Dengan adanya sistem ini maka organisasi bisa mensosialisasikan jadwal


rapat dengan lebih mudah dan efisien kepada para undangan.

G. Dampak jika nilai-nilai ANEKA tidak diterapkan dalam tugas dan


jabatan peserta

Dengan tidak diterapkannya nilai-nilai ANEKA dalam tugas maupun


jabatan bisa berdampak pada :

- Tanpa adanya nilai akuntabilitas maka pelaksanaan tugas akan


banyak diwarnai oleh penyelewengan maupun kecurangan
karena tidak adanya pertanggung jawaban.

- Tanpa adanya nilai nasionalisme maka pelaksanaan tugas


hanya akan terpusat pada ego masing-masing baik individu
maupun kelompok/unit kerja/organisasi, hal ini akan
menghambat pencapaian tujuan atau target kinerja.

50
- Tanpa adanya nilai etika publik maka pelaksanaan tugas akan
menjadi arogan dan tidak memuaskan bagi konsumen, hal ini
sangat merugikan masyarakat baik secara materi maupun non-
materi dan memperburuk citra instansi.

- Tanpa adanya nilai komitmen mutu maka pelaksanaan tugas


akan jadi tidak efektif, efisien dan lambat, dengan kinerja
seperti ini maka akan banyak timbul masalah baru maupun
memperburuk masalah yang sudah ada.

- Tanpa adanya nilai anti korupsi maka pelaksanaan tugas akan


banyak kecurangan, kerugian keuangan negara, penggelapan
jabatan, suap menyuap maupun pemerasan

TABEL JADWAL PELAKSANAAN

Tabel 3.4 Jadwal Kegiatan Yang Akan Dilaksanakan

September Oktober
No Kegiatan Minggu Ke - Minggu Ke -
III IV I II III

1 Pembuatan Aplikasi Peminjaman Aula

2 Pembuatan Modul Aplikasi

3 Pembuatan Video Tutorial

4 Sosialisasi Aplikasi Peminjaman Aula

51
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, kesimpulan yang dapat diambil yaitu:

a. Isu yang diangkat yaitu Peminjaman Aula DPUPR Kab. Purworejo Tahun
2019 “Yang Belum Tersistem”.

b. Jika isu tidak terpecahkan akan menimbulkan dampak :

• Sulit mencari buku peminjaman aula

• Sulit mengetahui jadwal aula saat kosong

• Inefisiensi waktu untuk proses peminjaman aula

• Sulit mengontrol jadwal peminjaman aula

c. Kegiatan dalam rancangan aktualisasi untuk memecahkan isu tersebut adalah :

• Konsultasi Rancangan Aplikasi Dengan Kasubag Umum dan


Kepegawaian

• Observasi Buku Peminjaman Aula

• Konsultasi Prototype Aplikasi Dengan Kasubag Umum dan Kepegawaian

• Pembuatan Aplikasi

d. Tahapan – tahapan kegiatan rancangan aktualiasasi sudah ditetapkan.

52
e. Tahapan – tahapan kegiatan mengandung nilai-nilai ANEKA, kedudukan dan
peran PNS dalam NKRI.

f. Rancangan kegiatan ini mempunyai kontribusi terhadap visi dan misi dari
Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Purworejo
mewujudkan kabupaten Purworejo menjadi kabupaten yang memiliki aparatur
pemerintahan yang mampu melaksanakan tata kelola pemerintahan yang baik,
bersih dan pastisipatif yang berorientasi pada optimalisasi pelayanan publik.

g. Rancangan kegiatan ini mempunyai kontribusi setiap kegiatan pada penguatan


nilai-nilai Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Purworejo
yaitu setiap aparatur sipil negara sesuai dengan kompetensinya yang handal
harus dapat mengidentifikasi dan menganalisa setiap permasalahan yang
timbul serta mampu memecahkan dan menyelesaikan permasalahan tersebut
dengan tepat sesuai dengan tingkat urgensinya sehingga mampu memberikan
manfaat yang sebesar-besarnya baik kepada organisasi dan masyarakat luas.

h. Dampak dari kegiatan inisiatif terhadap pemecahan isu adalah peminjaman,


pencatatan dan pengecekan aula dapat dilakukan lebih efisien dengan sistem
online.

i. Terdapat dampak yang ditimbulkan jika penulis tidak mengaplikasikan


ANEKA dalam kehidupan sehari-hari.

B. Saran

a. Mohon bimbingan dan dukungan dari Coach dalam penulisan Rancangan


Aktualisasi.

b. Mohon pembinaan dan arahan dari Mentor dalam proses pengerjaan


Aktualiasasi.

53
c. Mohon dukungan dan arahan dari Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Kabupaten Purworejo dalam pengerjaan Aktualisasi.

d. Mohon bantuan ide, saran maupun masukan dari rekan-rekan Latsar CPNS
Gol. III Angkatan 8 dalam pengerjaan Rancangan Aktualisasi.

e. Mohon bantuan ide, saran maupun masukan dari rekan-rekan Dinas Pekerjaan
Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Purworejo dalam pengerjaan
Rancangan Aktualisasi.

54
DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI. 2014. Undang-Undang Nomor 5
Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Jakarta.

Kepala Lembaga Administrasi Negara. 2018. Peraturan Lembaga Administrasi


Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2018 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil. Jakarta.

Lembaga Administrasi Negara. 2017. Akuntabilitas. Modul Pendidikan dan pelatihan


Prajabatan Golongan I dan II. Jakarta.

Lembaga Administrasi Negara. 2017. Anti Korupsi. Modul Pendidikan dan pelatihan
Prajabatan Golongan I dan II. Jakarta.

Lembaga Administrasi Negara. 2017. Etika Publik. Modul Pendidikan dan pelatihan
Prajabatan Golongan I dan II. Jakarta.

Lembaga Administrasi Negara. 2017. Komitmen Mutu. Modul Pendidikan dan


pelatihan Prajabatan Golongan I dan II. Jakarta.

Lembaga Administrasi Negara. 2017. Nasionalisme. Modul Pendidikan dan pelatihan


Prajabatan Golongan I dan II. Jakarta

Kabupaten Purworejo. Peraturan Bupati Nomor 69 Tahun 2016 Tentang Kedudukan,


Susunan Organisasi, Tugas Dan Fungsi, Serta Tata Kerja Dinas Pekerjaan Umum
Dan Penataan Ruang Kabupaten Purworejo.

55

Anda mungkin juga menyukai