Kelompok 3 - Xxxi-K - Terapi Kortikosteroid Pada Bell's Palsy
Kelompok 3 - Xxxi-K - Terapi Kortikosteroid Pada Bell's Palsy
LITERATURE REVIEW
Oleh:
Pembimbing:
BANJARMASIN
2
Mei 2021
2
ABSTRAK
Difa Shindida, S.Ked, Shafa Rahmani Puteri, S.Ked, Yusril Mubarak, S.Ked
Bell's palsy adalah bentuk kelemahan atau kelumpuhan saraf perifer yang
paling sering pada saraf wajah, bersifat akut, dan idiopatik. Masalah utama
mengenai efektivitas obat-obatan seperti steroid berasal dari etiologi Bell’s palsy
yang tidak pasti dan kapan waktu yang tepat untuk melakukan intervensi. Tujuan
literature review ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi kortikosteroid pada
pasien Bell’s palsy. Metode yang digunakan adalah literature review, dengan 14
dari 15 studi menunjukkan hasil yang positif pada perbaikan klinis pasien Bell’s
palsy yang menerima terapi kortikosteroid. Penggunaan kortikosteroid pada fase
akut diketahui dapat meningkatkan pemulihan komplit lebih dari 90%. Obat yang
direkomendasikan terdiri atas prednisolon 25 mg dua kali sehari selama 10 hari
atau 60 mg empat kali sehari selama 5 hari, dilanjutkan dengan tappering off 10
mg/hari mulai hari keenam. Wanita hamil dengan riwayat Bell’s Palsy harus
dipertimbangkan untuk penanganan dini dengan kortikosteroid, sedangkan pada
anak-anak tidak direkomendasikan karena 97% anak mengalami remisi spontan.
Penggunaan kortikosteroid berfungsi untuk mengurangi inflamasi dan edema
selama fase akut sehingga dapat meminimalisir kerusakan saraf. Terapi
kortikosteroid apabila diberikan lebih awal akan meningkatkan perbaikan yang
didapat.
ii
ABSTRACT
Difa Shindida, S.Ked, Shafa Rahmani Puteri, S.Ked, Yusril Mubarak, S.Ked
Bell’s palsy is the most common form of facial peripheral nerve weakness
or paralysis. It is acute and idiopathic in nature. A major problem regarding the
effectiveness of therapies such as steroids stems from the uncertain etiology of
Bell’s palsy and when is the right time to start intervention. The main purpose of
this literature review is to determine the effect of corticosteroid therapy in Bell’s
palsy patients. The method used was literature review, with 14 out of 15 studies
showed positive results on clinical improvement in Bell’s palsy patients receiving
corticosteroid therapy. The use of corticosteroids in the acute phase is known to
promote complete recovery by more than 90%. The recommended therapy
consists of prednisolone 25 mg twice a day for 10 days or 60 mg four times a day
for 5 days, followed by tappering off 10 mg per day starting on the sixth day.
Pregnant women with a history of Bell's palsy should be considered for early
treatment with corticosteroids, whereas in children it is not recommended
because 97% of children experience spontaneous remission. The use of
corticosteroids serves to reduce inflammation and edema during the acute phase
so as to minimize nerve damage. Corticosteroid therapy if given earlier will
increase the improvement obtained
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................. i
ABSTRAK.............................................................................................. ii
ABSTRACT............................................................................................ iii
DAFTAR ISI.......................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN...................................................................... 1
2.1 Metode................................................................................ 4
2.3 Analisis............................................................................... 4
3.1 Hasil................................................................................... 6
3.2 Pembahasan........................................................................ 11
BAB IV PENUTUP............................................................................... 14
4.1 Kesimpulan........................................................................ 14
4.2 Saran................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 16
iv
LAMPIRAN........................................................................................... 18
v
BAB I
PENDAHULUAN
Bell's palsy adalah bentuk kelemahan atau kelumpuhan saraf perifer yang
paling sering pada saraf wajah, bersifat akut dan idiopatik. Mewakili sekitar 50%
hingga 60% dari semua etiologi lesi nervus fasialis unilateral, dengan insidensi
antara 8 hingga 52,8 kasus baru per 100.000 orang tiap tahunnya. 69% hingga
terjadi pada beberapa kasus lainnya. Kumpulan gejala sisa (sequelae) ini
masalah estetika (asimetri wajah saat istirahat, bergerak, bicara, dan tersenyum)
dan masalah fungsional (kesulitan makan, minum, dan bicara). Hal ini dapat
wajah mempengaruhi gambaran mental seseorang tentang diri mereka sendiri dan
bagaimana orang lain melihatnya, dan merupakan faktor penentu daya tarik
Dalam upaya untuk mencegah atau mengurangi defisit residual ini, upaya
1
2
kelumpuhan saraf ini. Disamping itu, kasus Bell’s palsy juga membutuhkan
obat-obatan seperti steroid berasal dari etiologi Bell’s palsy yang tidak pasti dan
dimulai saat pasien diperiksa pertama kali, dengan selang waktu antara
terapi ini tidak mempengaruhi jumlah kerusakan yang sudah ada saat pasien
datang untuk perawatan medis. Saat ini, kemanjuran telah ditunjukkan pada
penggunaan kortikosteroid saja, dengan hasil yang lebih baik jika diberikan dalam
Bell’s palsy?
3
Tujuan umum literature review ini adalah untuk mengetahui pengaruh terapi
a. Manfaat Teoritis
terapi kortikosteroid pada pasien Bell’s palsy, serta dapat digunakan sebagai
b. Manfaat Praktis
palsy.
BAB II
METODE REVIEW
2.1 Metode
Metode yang digunakan adalah metode literature review berupa narrative review
dengan menelusuri literatur yang relevan terkait terapi kortikosteroid pada pasien Bell’s
palsy.
Artikel yang digunakan dalam literature review didapatkan melalui database jurnal
Library. Kriteria artikel yang disertakan yaitu artikel yang sesuai dengan topik literatur,
menggunakan bahasa Indonesia dan Inggris, yang dipublikasikan pada tahun 2011-2021.
2.3 Analisis
Google Scholar 6.750 artikel, PubMed-MEDLINE 175 artikel, dan Cochrane Library 25
artikel. Setelah menerapkan proses seleksi berupa pengecekan judul, abstrak, hasil
penelitian, kesimpulan, kata-kata kunci, dan tahun publikasi artikel, didapatkan artikel
Prosedur yang digunakan pada penulisan literature review ini ditunjukkan pada
gambar 2.1.
4
5
Cochrane Google
PubMed –
Library Scholar
MEDLINE
n= 175
n= 25 n= 6.750
Tidak sesuai
kriteria
n= 6.935
Total artikel
untuk review
n=15
3.1 Hasil
No. Penulis (tahun) Judul Penelitian Desain Studi Subjek Penelitian Hasil Penelitian
1 Takashi High-dose Retrospective 368 pasien Bell’s Palsy usia Kortikosteroid dosis tinggi (Prednisolon 120
Fujiwara, Corticosteroids Improve cohort ≥ 18 tahun. 281 pasien mg) memperbaiki prognosis pasien Bell’s Palsy
Yasuharu Haku, the Prognosis of Bell’s observational mendapatkan kortikosteroid dibandingkan dengan kortikosteroid dosis
Takuya Palsy Compared with study dosis tinggi, dan 87 pasien rendah (Prednisolon 60 mg)
Miyazaki, et al. Low-dose mendapatkan dosis rendah.
(2017) Corticosteroids: A
Propensity Score
Analysis4
2 Margarida Are Corticosteroids Prospective 73 pasien Bell’s Palsy usia Derajat kesembuhan dan simetrisitas wajah
Ferreira, Useful in All Degrees of single-blinded ≥ 18 tahun, 42 pasien mengalami perbaikan pada kedua intervensi
Machado J. Severity and Rapid experimental mendapatkan kortikosteroid (p<0.001), namun kelompok C+FNT
Firmino, Elisa Recovery of Bell’s study (C) + facial muscular menunjukkan hasil yang lebih baik bila dilihat
A. Marques, et Palsy5 training (FNT), 31 pasien dari aspek kesimetrisitasan posisi pipi (p=0.004)
al. (2016) hanya mendapatkan FNT. dan mulut (p=0.002) saat istirahat dibandingkan
dengan kelompok yang hanya mendapatkan
FNT.
3 Hye Won Yoo, Comparison of Retrospective 100 pasien Bell’s Palsy usia Kedua kelompok sama-sama menunjukkan
Lira Yoon, Hye Conservative Therapy cohort < 19 tahun, 73 pasien perbaikan klinis tanpa perbedaan yang signifikan
Young Kim, et and Steroid Therapy for observational diberikan oral prednisolone, (p=0,48), yang berarti terapi kortikosteroid pada
al. (2018) Bell’s Palsy in Children6 study dan 27 pasien tidak. pasien anak dengan Bell’s Palsy tidaklah efektif.
6
7
4 Thomas Berg, The Effect of Prospective 829 pasien Bell’s Palsy usia ● Prednisolon secara signifikan mengurangi
Nina Bylund, Prednisolone on double-blinded 18-75 tahun. 206 pasien gejala sisa ringan-sedang pada Bell’s Palsy,
Elin Marsk, et Sequelae in Bell’s experimental hanya menerima plasebo, dilihat dari facial function yang dinilai
al. (2012) Palsy7 study 207 pasien mendapatkan dengan Sunnybrook dan House-Brackmann
valacyclovir hydrochloride grading system.
(1000 mg tdd) plus plasebo, ● Kombinasi prednisolon + valacyclovir tidak
210 pasien mendapatkan memberikan perbedaan hasil yang signifikan
prednisolone (60 mg/hari) bila dibandingkan dengan prednisolone saja.
plus plasebo, dan 206
pasien mendapatkan
prednisolon plus
valacyclovir.
5 Gary S. Evidence-based Literature ● Untuk pasien dengan Bell’s palsy onset akut,
Gronseth, Guideline Update: Review steroid sangat efektif dan harus diberikan
Remia Paduga Steroids and Antivirals untuk meningkatkan kemungkinan
(2012) for Bell’s Palsy8 pemulihan facial function (2 studi Kelas I,
Level A) (perbedaan risiko 12,8% -15%).
● Untuk pasien dengan Bell’s palsy onset akut,
obat-obatan antivirus yang dikombinasikan
dengan steroid tidak meningkatkan
kemungkinan pemulihan facial function
sebesar 7%.
6 Ahsen Hussain, Bell’s Facial Nerve Literature ● Wanita hamil dengan riwayat Bell’s Palsy
Charles Nduka, Palsy in Pregnancy: A Review harus dipertimbangkan untuk penanganan
Philippa Moth, Clinical Review9 dini dengan kortikosteroid. Terapi ini telah
et al. (2017) terbukti (evidence-based) dan aman.
● Pengobatan dini dengan kortikosteroid,
terutama dalam kasus kelumpuhan total,
8
8 Josef Georg The Diagnosis and Literature - Obat yang direkomendasikan terdiri atas
Heckmann, Treatment of Idiopathic review prednisolone 25 mg 2 kali sehari selama 10 hari,
Peter Paul Facial Paresis (Bell’s atau 60 mg 4 kali sehari selama 5 hari,
Urban, Susanne Palsy)11 dilanjutkan dengan pengurangan dosis secara
Pitz, et al. berkala hingga 10 mg/hari.
(2019)
9 Prithvi Giri, Single Dose Intravenous Randomized 124 pasien Bell’s palsy ● 93 pasien (79,84%) berhasil pulih
Ravindra Kumar Methylprednisolone controlled trial onset kurang dari 1 minggu. sepenuhnya
Garg, Maneesh Versus Oral 61 pasien mendapatkan ● Pemberian metilprednisolon IV dan
Kumar Singh, et Prednisolone in Bell’s terapi metilprednisolon prednisolon PO menunjukkan tingkat
al. (2015) Palsy: A Randomized intravena (500 mg dosis keberhasilan terapi yang tidak jauh berbeda
Controlled Trial12 tunggal), dan 63 pasien (80% vs 78,33%, p>0.05)
mendapatkan prednisolon ● Pemberian terapi dalam 3 hari setelah onset
peroral (60 mg/hari selama muncul, memberikan hasil yang lebih baik
5 hari kemudian diturunkan
menjadi 10 mg/hari selama
5 hari selanjutnya)
Motoki Adult Bell’s Palsy: untuk tidak pulih pada pasien Bell’s palsy
Namekawa, Systematic Review and dibandingkan dengan kortikosteroid dosis
Akira Meta-analysis13 standar (prednisolon 50-60 mg)
Kuriyama, et al.
(2019)
11 Thera G M, dkk Are Corticosteroid and Literature Kortikosteroid tanpa terapi antivirus
(2010) Antiviral Treatments review dibandingkan dengan plasebo menunjukkan
Effective for Bell Palsy? peningkatan yang signifikan dalam
A Critically Appraised kemungkinan hasil yang normal atau mendekati
Topic14 normal sehubungan dengan pemulihan
kelemahan wajah dalam jangka panjang.
12 Axelsson S, Bell’s Palsy – The Effect Randomized 829 pasien dengan umur ● Pada 77 pasien yang menerima prednisolon
Berg T, Jonsson Of Prednisolone And⁄Or control study 18-75 tahun dan diobati pada kelumpuhan parah awal, 39 (51%)
L, Engström M, Valaciclovir Versus dalam 72 jam setelah onset telah sepenuhnya pulih pada bulan 12
Kanerva M, Placebo In Relation To kelumpuhan. Dibagi 3 dibandingkan yang tidak mendapat
Stjernquist- Baseline Severity In A kelompok, pasien dengan prednisolon.
Desatnik A. Randomised Controlled kelumpuhan ringan 389 ● Pada pasien palsy sedang pada awal, 99
(2012) Trial15 pasien , pasien kelompok (68%) dari 145 pasien yang diobati dengan
sedang dengan 272 pasien prednisolon pulih sepenuhnya.
dan kelompok parah 166 ● Pada 193 pasien kelumpuhan ringan pada
pasien. awal yang diberikan prednisolon 161 (83%)
sembuh total.
13 Vakharia K, Bell’s Palsy16 Literature Dua uji klinis acak yang sangat penting telah
Vakharia K Review menemukan bahwa pengobatan kortikosteroid
(2016) oral dalam 72 jam setelah timbulnya gejala dapat
memiliki manfaat yang signifikan secara klinis
pada pemulihan fungsi wajah pada pasien
10
14 Arican P, Efficacy of Low-Dose Randomized 88 pasien anak dengan Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
Dundar NO, Corticosteroid Therapy control study Bell’s palsy. Dibagi 2 kelompok 1 dan 2. Dalam distribusi nilai wajah
Gencpinar P, Versus High-Dose kelompok, kelompok 1 dan pengobatan selama 6 bulan juga tidak ada
Cavusoglu D. Corticosteroid Therapy diobati dengan prednisolon perbedaan yang signifikan antara kelompok 1
(2016) in Bell’s Palsy in oral 2 mg/kg/hari dan dan 2.
Children17 kelompok 2 diobati dengan
prednisolon oral 1
mg/kg/hari
15 Hultcrantz M Rehabilitation of Bells’ Literature - Bell’s palsy diduga disebabkan oleh peradangan
(2015) palsy from a multi-team review saraf wajah dan kortikosteroid adalah obat anti-
perspective18 inflamasi yang dapat mengurangi peradangan
dan membatasi kerusakan. Apabila diberikan
lebih awal setelah onset akan meningkatkan
hasil perbaikan yang di dapat. Dan pengobatan
yang diberikan 48 jam pertama setelah onset
kelumpuhan memberikan hasil yang lebih baik.
11
3.2 Pembahasan
terapi kortikosteroid pada Bell’s palsy, dengan mereview 15 studi yang telah
menyatakan bahwa didapatkan hasil yang positif pada perbaikan klinis pasien
edema selama fase akut sehingga dapat meminimalisir kerusakan saraf. Penelitian
risiko efek samping jangka panjang. Namun, terapi kortikosteroid pada Bell’s
palsy nyatanya diberikan dalam jangka pendek dan dosisnya segera diturunkan
pilihan terapi pada penderita Bell’s palsy akut adalah obat-obatan golongan
dikombinasikan dengan steroid tidak menunjukkan hasil yang lebih baik bila
yang menerima terapi facial muscular training (FNT) saja dan yang menerima
yang lebih baik bila dilihat dari aspek kesimetrisitasan posisi pipi (p=0.004) dan
mendapatkan FNT.5
jam pertama setelah onset kelumpuhan memberikan hasil yang lebih baik.18 Pada
literatur lainnya menyebutkan pemberian terapi dalam tiga hari setelah onset
muncul, memberikan hasil yang lebih baik. Dua uji klinis telah menemukan
dapat memiliki manfaat yang signifikan secara klinis pada pemulihan fungsi
selama 10 hari, atau 60 mg empat kali sehari selama 5 hari, dilanjutkan dengan
tappering off 10 mg/hari mulai hari keenam.11 Penelitian oleh Fujiwara pada tahun
pasien Bell’s palsy dan didapatkan bahwa kortikosteroid dosis tinggi (prednisolon
antiinflamasi pada pasien Bell’s palsy.13 Selain prednison dan prednisolon, dapat
keberhasilan terapi yang tidak jauh berbeda (80% vs 78,33%, p>0.05). Hal ini
secara sistemik, sehingga efek lokal pada serabut saraf di kanalis fasialis tidak
jauh berbeda.12
khusus misalnya pada ibu hamil, juga sudah pernah diteliti. Wanita hamil dengan
karena 97% anak mengalami remisi spontan. Pada suatu penelitian diketahui tidak
penderita Bell’s palsy yang menerima terapi oral prednisolon dan tidak. Hal ini
menunjukkan bahwa terapi kortikosteroid pada pasien anak dengan Bell’s Palsy
tidaklah efektif.6
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
selama fase akut sehingga dapat meminimalisir kerusakan saraf. Terapi kortikosteroid
yang direkomendasikan adalah prednisolon 25 mg dua kali sehari selama 10 hari, atau
60 mg empat kali sehari selama 5 hari, dilanjutkan dengan tappering off 10 mg/hari
mulai hari keenam. Selain prednison dan prednisolon, metilprednisolon intravena juga
dapat digunakan untuk terapi Bell’s palsy. Terapi kortikosteroid apabila diberikan lebih
awal setelah onset akan meningkatkan perbaikan yang didapat. Berdasarkan artikel yang
ditinjau untuk dosis sendiri, untuk pasien dewasa yang mendapatkan dosis tinggi (120
mg) dapat memperbaiki prognosis terhadap Bell’s palsy dari pada dosis yang rendah (60
mg). Pada salah satu artikel menyebutkan bahwa penderita Bell’s palsy yang
daripada yang tidak mendapatkan obat kortikosteroid. Pada wanita hamil dengan riwayat
Bell’s Palsy perlu dipertimbangkan pemberian kortikosteroid, karena terapi ini telah
terbukti dan aman. Sedangkan terapi kortikosteroid pada anak-anak, keberhasilan terapi
cenderung sulit untuk dievaluasi karena 97% anak mengalami remisi spontan.
4.2 Saran
Penelitian lanjutan perlu difokuskan pada penemuan dosis dan waktu pemberian
yang paling optimal, efek dari modalitas terapeutik lainnya, dan identifikasi efek dari
15
penggunaan kortikosteroid pada populasi tertentu, misalnya pada pasien geriatri atau
pasien dengan penyakit penyerta.
DAFTAR PUSTAKA
palsy related to treatment start and age. Otology & Neurotology. 2011;32(1):141-6.
5. Ferreira M, Firmino MJ, Marques EA, Santos PC, Duarte JA. Are corticosteroids
useful in all degrees of severity and rapid recovery of bell’s palsy. Acta Oto-
Laryngologica. 2016.
6. Yoo HW, Yoon L, Kim HY, Kwak MJ, Park KH, et al. Comparison of conservative
therapy and steroid therapy for bell’s palsy in children. Korean J Pediatr.
2018;61(10):332-7.
8. Gronseth GS, Paduga R. Evidence-based guideline update: steroids and antivirals for
10. Madhok VB, Gagyor I, Daly F. Corticosteroids for bell’s palsy (idiopathic facial
11. Heckmann JG, Urban PP, Pitz S, Guntinas-Lichius O, Gagyor I. The diagnosis and
treatment of idiopathic facial paresis (bell’s palsy). Dtsch Arztebl Int. 2019;116:692-
702.
12. Giri P, Garg RK, Singh MK, Verma R, Malhotra HS, et al. Single dose intravenous
Adult Bell’s Palsy: Systematic Review and Meta-analysis. Otology & Neurotology.
2019;40:1101-8.
14. Thaera GM, Wellik KE, Barrs DM, Dunckley EDD, Wingerchuk DM, et al. Are
corticosteroid and antiviral treatments effective for bell palsy? A critically appraised
15. Axelsson S, Berg T, Jonsson L, Engstrom M, Kanerva M, et al. Bell's palsy - the
16. Vakharia K, Vakharia K. Bell’s palsy. Facial Plast Surg Clin North Am.
2016;24(1):1-10.
Otolaryngol. 2016;136(4):363-7.
LAMPIRAN
19